Anda di halaman 1dari 14

RAGAM TENUNAN,

ANYAMAN DAN
UKIRAN KHAS
MINANGKABAU
01
Ragam Tenunan
Minangkabau
Tenunan Songket Pandai Sikek
Kain songket atau tenun songket Minangkabau merupakan identitas budaya yang memiliki ciri khas pada teknik
pembuatan dan motifnya. Salah satu kain songket Minangkabau yang terkenal adalah kain songket Pandai Sikek, yang
ditenun dengan ciri khas benang emas dan perak, motif serta penggarapan yang Keindahan dan kemewahannya
membuat kain songket Pandai Sikek dianggap sebagai "ratu kain songket".

Pandai Sikek, salah satu nagari di Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, yang sejak dulu terkenal dengan
produksi songketnya. Tenun songket berkembang di Pandai Sikek sekitar tahun 1850, bahkan ada yang menyebut lebih
awal dari tahun tersebut. Hal ini ditandai dengan beralihnya para penenun dari memproduksi kain untuk pakaian
sehari-hari ke kain mahal dari sutera dan benang emas. Dengan mengajari dan mempekerjakan para gadis setempat
menenun songket, maka para saudagar di Pandai Sikek memproduksi kain songket.

Ada dua jenis kain tenun songket yang dibuat perajin Pandai Sikek, yakni kain
songket balapak dan kain songket batabua (bertabur). Pada kain balapak (tenun
sarek), hiasan motif dari benang emas atau perak memenuhi seluruh bidang permukaan
kain. Sementara, songket batabua (babintang/berbintang), hiasan motif tersebar pada
bagian tertentu saja.
Ada sekitar 33 jenis motif tenun songket Minangkabau berasal dari Pandai Sikek. Beberapa motif khas, diantaranya,
seperti saik kalamai, buah palo, barantai putiah, tampak manggih, salapah, dan simasam. Meskipun begitu, tiga motif
yang wajib ada dan menjadi ciri khas kain tenun songket Pandai Sikek, yaitu, batang pinang (pohon pinang), bijo bayam
(biji bayam), dan saluak laka. Jika kain songket tidak memiliki ketiga motif tersebut, maka bukanlah hasil karya perajin
Pandai Sikek. Warna dasar yang dipakai umumnya merah dan hitam dengan warna ragam hias kuning keemasan.
Sulaman Terawang
Sulaman terawang merupakan sulaman yang dibuat dengan cara mencabut benang dan mengikatnya sehingga membentuk
lubang-lubang. Ciri sulaman terawang ini memiliki lubang berbentuk geometris. Sulaman terawang banyak dibuat
pengrajin asal Kecamatan Ampek Angkek dan Canduang, Kabupaten Agam.
a. Bentuk Motif
Motif sulaman terwang sangat bervariatif pada umumnya berbentuk flora dan fauna antara lain sebagai berikut:
1. Motif flora, seperti bentuk bunga, kaluak paku, daun-daun, motif kelapa,
2. Motif fauna, seperti binatang-binatang yaitu motif itik, dan burung merak dan sebagainya.
3. Motif geometris seperti motif segi empat, segitiga, lingkaran dan prisma
b. Alat
Alat yang digunakan cukup sederhana yaitu :
1. Pamedangan yang berguna untuk proses penyulaman, karena dengan alan ini akan lebih mudah dikerjakan karana
bahan yang akan disulamtidak tegang dan tidak mudah kusut.
2. Gunting digunakan sebagai pemotong benang pada proses penyulaman
3. Jarum Patah (pinjaik patah) yang digunakan untuk menempelkan benang pada bahan sehingga membentuk sesuai
dengan motif yang diinginkan.
4. Jarum panjang digunakan untuk melekatkan bahan yang akan disulamke lasu.
c. Bahan
1. Benang mesin yang digunakan untuk proses menjalin
2. Benang rose yang digunakan untuk mengisi motif.
d. Pembuatan Sulaman Terawang
Dimulai dari menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
membuat motif sulaman, menempatkannya di kain yang akan disulam. Setelah
motif dipindahkan ke kain, maka cabut benang sesuai terawang yang disulam.
Selanjutnya ikat benang sesuai motif, dan isi sesuai keinginan.
Tenunan Balapak Sungayang
Di Tanah Datar, selain kain tenun songket Pandai Sikek, ada juga tenunan pada Balapak Tanjung Sungayang, yang
terdapat di Kecamatan Sungayang. Kain tenun balapak dari Sungayang ini agak berbeda dengan kain tenun Minangkabau
lainnya. Motifnya cenderung motif pucuk rebung, dan pada kedua ujung kain tenun dipenuhi dengan benang emas.
Sedangkan bagian tengah kain tenun mempunyai motif yang bertabur. Jenis kain tenun Sungayang yang mempunyai motif
khas ini biasanya disebut dengan selendang tenun basahi hitam.

Batik Tanah Liek


Batik tanah liek (tanah liat) merupakan batik khas Minangkabau. Sesuai namanya, kain batik berwarna krem atau coklat
muda (tanah liat) ini menggunakan tanah liat sebagai pewarna. Pembuatannya dilakukan secara tradisional yakni
merendam kain selama seminggu dengan tanah liat. Kemudian dicuci dan diberi pewarnaan alami dari tumbuh-tumbuhan,
seperti, kulit jengkol, manggis, getah gambir, jerami padi, kulit mahoni, kulit rambutan dan tumbuh-tumbuhan yang secara
tradisional digunakan untuk colok (pewarna).
02
Ragam Anyaman Khas
Minangkabau
Anyaman Bambu
Pengolahan bambu untuk anyaman dengan menebang pohon bambu dewasa (tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua),
kemudian dibelah menjadi bilah-bilah kecil. Bilah tersebut dibelah lagi bagian dalamnya untuk memisahkan kulit luar dan
kulit dalamnya. Kulit luar dan kulit dalam itu diraut hingga tipis dan lentur, kemudian dihaluskan permukaannya. Setelah itu
dijemur hingga kering. Bilah tipis yang kering dan lentur tersebut siap untuk dianyam dengan teknik menyilangkan secara
vertikal dan horizontal. Bagian kulit luar dan dalam diselang-seling menyusunnya. Lakukan penganyaman sesuai produk
yang ingin dibuat dan motif yang diinginkan. Bisa juga menambahkan cat atau vernis sebagai pewarna dan pengilap.

Anyaman Pandan
Proses pengerjaan anyaman daun pandan biasanya didominasi oleh kaum perempuan. Bahkan, dahulu di beberapa daerah
seorang anak gadis harus pandai menganyam sebelum memasuki jenjang perkawinan. Sehingga, menjadi kewajiban untuk
mempelajari dan mengetahuinya. Anyaman pandan ini tidak lagi dibuat hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi
telah berkembang sesuai dengan kebutuhan pasar. Beberapa produk anyaman pandan antara lain:
1. Lapiak lambak/Tikar berlapis
2. Lapiak sumbayang/Tikar sembahyang
3. Kampia
4. Sumpik
5. Anyaman Bakul
6. Keranjang Rotan
Ukiran
Minangkabau 03
Secara umum ukiran Rumah Gadang Minangkabau kaya akan variasi bentuk yang dinamis serta dapat mengikuti
perkembangan zaman. Motif ukiran banyak yang diadopsi dari bentuk-bentuk yang terdapat di alam, seperti berbagai
flora, fauna, peralatan sehari-hari dan makanan.

Kayu dipakai untuk ukiran rumah gadang ialah kayu surian (tona meliacea). Kayu jenis ini amat kuat, tahan lama, dan
mempunyai serat yang halus, serta berwarna coklat kemerah-merahan. Kayu ini banyak ditemui di Sumatera Barat,
sehingga mudah didapat.

Teknik mengukir pun melalui beberapa tahapan yang sangat diperhitungkan oleh pengukir, antara lain:
(1) Pahatan dasar ukirannya tidak dibuang, ukiran ini sejenis relif dangkal, umumnya penonjolan ukiran ini dengan
teknik pengecatan yang dipergunakan untuk menghias bidang yang tinggi atau yang jauh letaknya, seperti pada pereng.
(2) Dasarnya dibuang, sehingga yang tinggal hanya corak-corak ukir, tujuannya supaya corak ukiran lebih tampak.
(3) Dasar ukiran ditembus (dilobangi) sehingga terlihat seperti kerawang, yang sering dijumpai pada fentilasi rumah
gadang
04 Motif Ukiran, Sulaman
atau Anyaman
Keberadaan berbagai motif ukiran, sulaman dan anyaman tersebut merupakan implikasi dari penerapan falsafah alam
takambang jadi guru. Maksudnya, alam yang luas merupakan sumber inspirasi serta pengetahuan yang telah dijadikan
guru oleh masyarakat.

Berdasarkan pada nama, motif-motif hiasan ukiran rumah gadang diMinangkabau bertitik tolak dari tiga hal utama,
yakni:
1. Motif yang berasal dari nama dan sifat tumbuhan (motif yang dominan),seperti aka badaun (akar berdaun) dan
bungo mantimun (bunga ketimun).
2. Motif dari nama binatang, seperti ittak pulang patang (itik pulang di petang hari) dan kijang balari (kijang berlari).
3. Motif dari nama benda-benda sehari-hari, seperti carano kanso (cerana tembaga) dan jalo taserak (jala terhampar).
Dari nama-nama motif tradisional Minangkabau tersebut seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Sekian dari kami.
Thank You For Listening
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Anda mungkin juga menyukai