ISSN : 2339-1553
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk merancang sebuah model aplikatif dalam usaha melakukan inovasi pemasaran dan
penciptaan pasar kain tenun endek di Kabupaten Klungkung Provinsi Bali. Hal ini dilakukan berdasarkan tantangan
dalam pengembangan industri kerajinan tangan di Bali, dan di Indonesia secara umum adalah permasalahan
pemasaran selain tentunya permasalahan modal. Potensi industri kerajinan tangan kain tenun endek di Kabupaten
Klungkung sangatlah besar karena berbasis kepada industri rumah tangga yang digeluti oleh para ibu rumah tangga
yang semakin hari terus berkembang menjadi usaha kecil dan menengah yang menjanjikan. Artikel ini menghasilkan
model inovasi pemasaran dan penciptaan pasar yang berbasis pada kreatifitas pengerajin dalam menciptakan
model-model kreasi baru endek. Terlebih dahulu para pengerajin haru mempunyai kapasitas dalam pengelolaan
usahanya. Motif-motif baru yang dihasilkan ini akan menjadi media promosi bagi desainer untuk mengenalkan endek
menjadi produk budaya global. Akhirnya peran pemerintah dan swasta akan sangat penting artinya dalam usaha
penciptaan pasar bagi kain endek ke depan.
Kata kunci: inovasi pemasaran, penciptaan pasar, industri keci kain tenun endek, model aplikatif, selera pasar
875
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
kerajinan kain tenun endek dalam kelompok- jenis kain tenun menjadi kekayaan budaya
kelompok pengerajin berbasis banjar (desa) dan warisan dari leluhur di Bali. Diantaranya adalah
sekaa (kelompok). Sebagai kerajinan warisan kain tenun geringsing, endek, cepuk, songket,
dari nenek moyang di Bali, kain tenun endek dan yang lainnya. Kain tenun geringsing
memiliki daya pikat yang tinggi karena memiliki warnanya semuanya berasal dari bahan
corak yang khas dibandingkan dengan kain-kain pewarna alami. Tenun Gringsing terbuat dari
lainnya yang ada di Indonesia, khususnya Bali benang kapas yang ditenun menggunakan
seperti cepuk,songkét, prada, poléng, keling, teknik double ikat, yaitu tehnik dengan
dan geringsing, Hauser (1990). Saat ini model mengikatkan benang lungsi dan benang pakan
pemasaran yang dikembangkan oleh para secara bersamaan. Tehnik ini dikenal sangat
pengerajin industri kerajinan tangan dan kain langka, karena akan membutuhkan waktu yang
tenun endek khususnya masih sangat lama untuk menghasilkan satu lembar kain,
tradisional dengan promosi dari mulut-kemulut berkisar antara 1-5 tahun. Di Asia hanya Jepang
dan pengerjaan pesanan secara simultan dan dan India yang masih menerapkan teknik tenun
sementara sesuai dengan waktu-waktu tertentu. ganda ini. Hingga tidak aneh jika kain tenun
Artikel ini berkeinginan untuk menjawab Gringsing ini memiliki harga yang sangat mahal.
pertanyaan tentang kondisi pemasaran kain
tenun endek yang telah dikembangkan saat ini
dengan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Pada bagian lain artikel ini juga akan mendalami
tentang model inovasi pemasaran dan
penciptaan pasar yang tepat dan aplikatif untuk
dikembangkan bagi para pengerajin. Data-data
dikumpulkan dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif Riset Aksi Partisipatif (RAP)
berbasis pemberdayaan masyarakat untuk
perubahan sosial dengan penggalian data
melalui FGD (Focus Group Discussion),
wawancara mendalam, dan observasi
partisipasi.
Salah satu koleksi kain tenun endek
2. Sejarah dan Perkembangan Kain yang berada di sebuah toko di Kabupaten
Endek di Bali Klungkung, Bali
Pulau Bali sangat kaya dengan industri (foto: Ni Luh W.Sayang Telagawathi)
kerajinan tangan baik yang terbuat dari kayu
dan bambu serta kain. Sebelum membahas Jenis kain lainnya adalah kain endek
tentang sejarah dan perkembangan kain endek yang menjadi focus dari penelitian ini. Kain
di Bali, sebagai gambaran umum, industri endek juga termasuk kedalam jenis kain tenun.
handycraft (kerajinan tangan) sudah menjadi Namun dalam proses pembuatan kain endek
basis penghidupan beberapa masyarakat Bali ada dikenal dengan istilah nyantri, yaitu
yang mengeluti usaha kerajinan ini sejak lama. menggoreskan warna dengan kuas bambu pada
Mereka—para pengerajin ini—biasanya tersebar bagian-bagian ragam hias tertentu. Kain endek
di sentra-sentra pengerajin yang telah pada umumnya memiliki motif flora dan fauna,
terklasifikasi dalam bidangnya masing-masing wayang atau yang sejenisnya. Kain tenun
diantara kayu, bambu, dan kain. Kerajinan lainnya adalah kain cepuk yang berasal dari
tangan dari kayu dan bambu adalah wilayah dari daerah Nusa Penida, Kabupaten Klungkung
Kabupaten Gianyar yang terkenal dengan dengan proses pengerjaan yang hampir sama
daerah kesenian dan kebudayaan karena dengan kain endek. Dengan ragam hias
banyaknya wilayah-wilayah desa yang menjadi berwarna merah khas, disertai motif warna-
pusat dari industri kerajinan tangan. Disamping warni. Kain songket adalah jenis kain tenun Bali
itu perkembangan seni visual baik lukis, patung, yang memiliki nilai prestise tinggi yaitu kain
dan hadirnya gallery, museum, dan songket terutama songket dengan ragam hias
menjamurnya art shop menambah dinamis prada (hiasan berupa lempengan tipis yang
Kabupaten Gianyar. terbuat dari serbuk emas). Kain songket ini
Industri kerajinan kain tenun menjadi biasanya dipergunakan saat upacara adat
wilayah dari Kabupaten Klungkung. Berbagai seperti pernikahan, upacara potong gigi dan
876
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
sejenisnya, dipakai juga untuk kostum penari Para pengerajin kain tenun endek ini
Bali. Kain kling, gedogan, skodi dan gotya mengalami masa kejayaan pada tahun 1980-
adalah jenis kain yang merupakan kelompok 1990-an dan kemudian terus-menerus menurun
kain yang dianggap memiliki kekuatan magis hingga tahun 2000-an. (foto: Ni Luh W.Sayang
dan digunakan pada upacara-upacara tertentu. Telagawathi)
Seperti kain kling biasanya digunakan saat
65
upacara potong gigi. Pada tahun 1996-2006 kain endek
Sejarah kain tenun endek diawali mengalami penurunan produksi akibat dari
dengan perkembangannya sejak tahun 1885, banyaknya persaingan produksi kain sejenis
yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem buatan pabrik yang mulai masuk ke pasaran.
Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek Tahun 2007-2012 juga mengalami penurunan.
ini kemudian berkembang di sekitar daerah Fluktuasi penurunan sangat dirasakan pada
Klungkung, salah satunya adalah di Desa tahun 2008-2010. Hal tersebut disebabkan
Sulang.66 Meskipun kain endek telah ada sejak bahan baku yang sulit didapat, harga benang
zaman Kerajaan Gelgel, akan tetapi endek mulai yang mahal, dan kualitas yang tidak sesuai
berkembang pesat di Desa Sulang setelah masa dengan standar produksi kain endek. Namun,
kemerdekaan. Perkembangan kain endek di pada tahun 2011 kain endek mulai berkembang
Desa Sulang dimulai pada tahun 1975 dan kembali akibat bahan baku yang murah serta
kemudian berkembang pesat pada tahun 1985 berkembangnya berbagai motif kain endek yang
hingga sekarang.67 Kain endek memiliki sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu pula
beberapa periode perkembangan dalam banyak perusahaan atau instansi menggunakan
produksinya. Dapat dilihat pada tahun 1985- kain endek sebagai pakaian kantor dan anak
1995 kain endek mengalami masa kejayaan sekolah.
akibat adanya dukungan dari pemerintah. Pada
masa ini, proses produksi kain endek sudah
menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
65
Lihat http://balibaguz.blogspot.com/2013/01/kain- Hal unik dari kain endek ini terletak
tenun-bali-dan-jenisnya.html (diakses 23 Juni 2014) pada motif yang beragam. Beberapa motif kain
66
Seperti juga diungkapkan oleh I Nyoman Darma, endek dianggap sakral. Hanya boleh digunakan
pemilik usaha perajin endek “Astika” dalam untuk kegiatan-kegiatan di pura atau kegiatan
wawancara di rumahnya di Banjar Kanginan Desa keagamaan lainnya. Adapula motif kain endek
Sulang, 21 Juni 2014. yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang
67
I Nyoman Darma menuturkan bahwa saat jaya- tertentu. Misalnya para raja atau keturunan
jayanya kain tenun endek di Desa Sulang, banyak bangsawan. Dahulu kain ini memang lebih
pejabat Negara dari Jakarta yang datang dan banyak digunakan oleh para orang tua dan
memberikan dana segar bagi para pengerajin. Tidak kalangan bangsawan. Penggunaan kain endek
tanggung-tanggung, anak mantan Presiden Soeharto berbeda-beda sesuai motifnya. Motif patra dan
juga menyempatkan datang ke Desa Sulang dengan encak saji yang bersifat sakral biasa digunakan
memborong kerajinan kain endek Sulang. Bantuan un¬tuk kegiatan upacara keagamaan. Motif-
dari lembaga-lembaga internasional seperti UNDP motif tersebut menunjukkan rasa hormat kepada
yang memberikan bantuan 30 mesin ATBM (Alat Sang Pencipta. Sedangkan motif yang
Tenun Bukan Mesin) di Desa Sulang. mencerminkan nuansa alam, biasa digunakan
877
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
untuk kegiatan sosial atau kegiatan se¬hari-hari. tahun 1980an yaitu kain tenun “Supani”. Saat itu
Hal ini menyebabkan motif tersebut lebih banyak Darma bertugas untuk membuat ATMB (Alat
berkembang dalam masyarakat. Tenun Bukan Mesin) yang dipergunakan untuk
Wastra endek atau disebut kain endek memproduksi kain tenun endek. Pekerjaan ini
saat ini sudah mulai banyak mengalami dilakukan dengan sangat baik oleh Darma
penggabungan dengan jenis-jenis kain khas Bali karena memang sebelumnya ia adalah seorang
lain. Hal ini menjadikannya lebih beragam. Saat tukang kayu sebelum bekerja di perusahaan
ini ada satu teknik tenun ikat yang berkembang kain tenun “Suparni” itu. Bermodal sebagai
di Bali, terutama pada motif kain endek. Teknik tukang kayu dan mengenal pembuatan kain
itu dilakukan dengan penambahan coletan pada endek itulah Darma kemudian mencoba-coba
bagian-bagian tertentu yang disebut dengan untuk membuat endek sendiri. Sementara
nyantri. Teknik nyantri adalah penambahan istrinya saat itu bekerja sebagai buruh pasir
warna kain endek dengan goresan kuas bambu Galian C di daerah Gunaksa, Kabupaten
seperti layaknya orang melukis di kain. Kain Klungkung.
endek juga dapat dikombinasikan dengan kain
songket. Kain songket adalah kain yang dihiasi
benang-benang emas atau perak. Pemberian
benang emas atau perak ini dapat dilakukan
pada kain endek. Pada umumnya dijadikan
sebagai hiasan pinggir kain. Kain ini kemudian
dikenal sebagai kain endek songket.
Kain endek sudah mulai banyak
digunakan masyarakat Bali. Meskipun demikian
motif-motif sakral tetap dipertahankan dan tidak
digunakan secara sembarangan. Umumnya kain
ini digunakan untuk kegiatan upacara, kegiatan
sembahyang ke pura, ataupun digunakan I Nyoman Darma pemilik usaha kain
sebagai busana modern layaknya baju atau tenun endek “Astika” di Desa Sulang Kabupaten
celana yang dapat digunakan semua kalangan. Klungkung yang telah memulai usahanya sejak
Pesatnya perkembangan kain tenun ikat khas tahun 1994 . (foto: Ni Luh W.Sayang
Bali menjadi tantangan besar bagi masyarakat Telagawathi)
Bali untuk menjaga kelestariannya. Masyarakat
Bali juga harus ajeg, tetap memperhatikan Sejak tahun 1980-an itulah disamping
aturan penggunaan kain tersebut. Terutama bekerja sebagai teknisi untuk mesin ATBM,
untuk motif-motif kain endek yang disakralkan, Darma juga menenun kain sendiri. Perlahan-
jangan sampai digunakan sebagai pakaian lahan nasib baik menyertainya. Pada tahun
sehari-hari. Hal tersebut akan merusak nilai 1994, hasil kain tenun ikatnya mendapatkan
sakral dan budaya dari kain endek itu sendiri.68 penilaian baik dari Dinas Perindustrian dan
Hal-hal ini harus diperhatikan oleh para Perdagangan Kabupaten Klungkung. Karena
pengerajin dalam pelaksanaan usahanya. keberhasilan itulah kemudian Darma
mendapatkan bantuan sebesar 10 juta melalui
3. Usaha Kerajinan Endek di Desa BUMN Jasa Raharja yang bekerjasama dengan
Gelgel dan Desa Sulang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Salah satu pengerajin endek di Bali. Kewajibannya adalah mebayar bunga
Kabupaten Klungkung terdapat di Desa Sulang, pinjaman tersebut sebesar Rp. 30.000 setiap
Kecamatan Dawan, tepatnya terletak di Banjar bulannya selama 1 tahun. Setelah itu selama 4
Kanginan. I Nyoman Darma, pemilik usaha tahun Darma membayar cicilan sebesar Rp. 241
kerajinan tenun endek “Astika” ini mulai merintis ribu. Dengan bantuan modal itulah tekad Darma
usahanya saat menjadi karyawan dari dari kemudian menjadi bulat untuk membuat usaha
usaha kain endek terbesar di Kabupaten di sendiri di bidang tenun endek.
Keputusan untuk memilih usaha kain
68 tenun endek bukannya tanpa permasalahan. Di
Lihat http://www.balebengong.net/kabar- tahun 1994 itu, usaha kayunya juga sedang
anyar/2014/03/20/endek-kain-tenun-ikat-khas-
berkembang pesat dengan melayani pembuatan
bali.html bangunan dan hal-hal lain yang membutuhkan
(Diakses 28 Juni 2014)
kayu. Saat itu Darma telah memilik 30 karyawan
878
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
879
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
Upah menenun 1,5 potong kain endek Jadi jika ingin berusaha untuk bekerja tidak akan
berjumlah Rp. 30.000 yang hanya diselesaikan menemui kesulitan. Darma mengakui bahwa
dalam waktu setengah hari bagi ibu-ibu rumah usaha kain tenun endek tidak begitu cepat
tangga yang sudah terbiasa dengan pekerjaan mendaptkan uang dibandingkan dengan
menenun. Upah ini termasuk lumayan tinggi meburuh (bekerja) mengangkat kelapa atau
dibandingkan sebelumnya. Namun jika mengangkat batu. Perlu waktu dan ketekunan
dikerjakan dengan sambilan maka hasilnyapun lebih jika ingin tetap bertahan berusaha di
tidak akan memenuhi target karena tidak kerajinan tenun endek. Ia membandingkan
dikerjakan dari pagi hingga sore. Para ibu-ibu dengan mengangkat batu yang setelah selesai
rumah tangga yang menenun sambilan akan langsung mendapatkan uang. Oleh karena itulah
menghasilkan 1,5 potong kain dalam waktu 1,5 maka produksi kain tenun endek kurang sekali
hari. Bagi Darma, kondisi seperti ini jelas sangat dihasilkan oleh para ibu-ibu rumah tangga
merugikan karena jumlah produksi kain karena adanya pekerjaan lain yang
tenunnya tidak memenui target sementara menggiurkan dan mendatangkan uang lebih
jumlah pemesanan selalu saja ada. Darma cepat.
bersama karyawannya hanya bisa menangih ke Menenun bagi warga Desa Sulang
rumah-rumah para pengerajin setiap 3 hari hanya dijadikan sambilan setelah pekerjaan
sekali untuk mengambil hasil tenunan dari ibu- utama pada pagi hingga sore hari selesai
ibu rumah tangga tersebut. dilaksanakan. Biasanya setelah pulang dari
Para pengerajin dari Darma yang bekerja, warga Sulang sedikit demi sedikit
tersebar di desa-desa itu adalah ibu rumah mengambil pekerjaan menenun pada malam
tangga yang menjadikan menenun endek hari dari jam 7 hingga 11 malam. Hampir
sebagai usaha sampingan. Ia kemudian sebagian besar warga di Desa Adat Sulang ini
mencontohkan bagaimana pengerajin endeknya melakukan hal seperti itu sehingga sesama
di daerah Kusamba, Gianyar kota, Paksebali, warga akhirnya saling mengerti dan
Gelgel dan Keramas yang mayoritas adalah ibu
rumah tangga yang mempunyai pekerjaan
pokok yaitu mengurus anak-anak dan rumah
tangga. Dengan demikian, menenun menjadi
kegiatan sambilan. Hal inilah yang
menyebabkan produksi menjadi rendah karena
hanya kurang lebih 30% waktunya dipergunakan
untuk menenun. Sebagian besar dipergunakan
untuk mengurus anak dan menyelesaikan
pekerjaan rumah tangga lainnya. Bahkan ada Menenun endek ikat menjadi profesi
yang bekerja di warung terlebih dahulu baru dari ibu-ibu rumah tangga di Desa Sulang,
kemudian mulai menenun. Kabupaten Klungkung. (foto: Ni Luh W.Sayang
Mengantisipasi rendahnya bjumlah Telagawathi)
produksi para pengerajinnya itu, di rumahnya
sendiri Darma juga menyediakan 9 mesin ATBM Di tengah permintaan yang tinggi
bagi para pengerajin yang dianggapnya cakap terhadap kain tenun endek, Darma berusaha
dan cepat untuk menghasilkan kain endek. untuk memenuhi beberapa dengan
Darma menjelaskan setiap harinya akan datang mengandalkan para pengerajin yang
4-5 orang pengerajin yang akan bekerja untuk dianggapnya cager (mampu) untuk mengejar
menyelesaikan tenunannya. Pengerajin yang target dari pemesan. Pemesan dalam jumlah
datang tersebut sebagian besar adalah warga yang banyak terutama berasal dari pegawai
Desa Sulang yang beberapa diantara mereka negeri, PKK (Perhimpunan Kesejahteraan
masih berhubungan keluarga dengan Darma. Keluarga), guru-guru hingga murid-murid dari
Di Desa Sulang banyak yang mulai TK (Taman Kanak-Kanak) hingga SMP
menggantungkan hidupnya dari tenun endek. (Sekolah Menengah Pertama). Langganan dari
Warga Sulang berjumlah 120 KK dan kain tenun Darma banyak dari pedagang-
kebanyakan bekerja wiraswasta. Di Desa pedagang di pasar yang secara rutin mengambil
Sulang sendiri banyak usaha-usaha yang kain. Belum lagi para pengepul kain-kain endek
dikembangkan oleh warga sendiri selain tenun yang terdapat di Klungkung, Denpasar hingga
endek yaitu pengepul kelapa, penjual batu kali Buleleng. Darma mencatat para pedagang-
dan penjual gas dengan jumlah yang banyak.
880
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
pedagang khususnya di Klungkung dan didapatnya tidak bisa dijual karena sepinya
Denpasar yang mengambil kain di Darma dan permintaan terhadap kain tenun endek.
belum membayarnya. Ia akan menagihnya Selebihnya semua usahanya berjalan dengan
setiap 2 minggu sekali. Selian dari para lancar. Biasanya masa-masa sulit khusus kain
pedagang-pedagang di pasar ini, Darma juga pengusaha kain tenun endek terjadi di bulan
mendapatkan pesanan dari instansi pemerintah Desember-April. Setelah melewati 5 bulan kritis
dan swasta serta sekolah yang membutuhkan itu biasanya usaha akan berlangsung stabil.
kain endek untuk pakaian seragam. Disamping Bulan-bulan yang kritis biasanya adalah pada
itu pemesanan ATBM masih dikerjakan oleh Januari dan Februari dimana pemasaran akan
Darma untuk melayani beberapa pihak yang sangat sepi. Di bulan-bulan inilah akan diuji
membutuhkan mesin untuk disumbangkan kekuatan usaha dari industri endek apakah bisa
kepada para pengerajin. bertahan ataukah tidak. Sedangkan bulan yang
Kerajinan kain tenu endek sebenarnya paling laris biasanya adalah pada Agustus,
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah September dan Oktober. Hal ini sudah menjadi
daerah khususnya yang selalu mempromosikan siklus dari usaha endek yang dialami oleh
kain endek sebagai kain hasil dari pengerajin di Darma.
Bali. Darma sering menyebutnya “kain tenun Usaha kecil kain tenun endek ini
Bali” untuk membedakan dengan kain tenun sebenarnya mendapatkan perhatian yang lebih
Bali. Yang dimaksud dengan kain tenun Bali itu dari pemerintah. Darma menuturkan bahwa
adalah endek disamping songket dan cepuk. sumbangan untuk meningkatkan produksi
Baginya yang sering dijual di toko-toko harus dengan merangsang para pengerajin di rumah-
bisa dibedakan antara kain tenun Bali atau kain rumah dilakukan oleh pemerintah. Sumbangan
tenun dari luar, khususnya kain tenun Jepara. ATBM bagi para pengerajin bertujuan untuk
Yang banyak dijual saat ini adalah kain-kain dari memotivasi pengerajin agar bisa mencari rejeki
Jawa dan bukan kain tenun Bali. Hal ini dari hasil menenun. Darma yang mengerjakan
disebabkan karena para pengerajin di Bali tidak mesin ATBM mengakui bahwa nasib pengerajin
pernah bisa memenuhi target produksi kain sangat beruntung sekali disediakan alat secara
tenun endek untuk pasar dan permintaan yang gratis untuk mencari penghidupan. Ia mengakui
ada di Bali sendiri. Ini membuktikan bahwa para pernah mengerjakan 30 unit mesin ATBM yang
pengerajin tidak bisa bersaing untuk diperuntukkan bagi para pengerajin endek di
menghasilkan produk yang bisa memenuhi Desa Sidemen sumbangan dari pemerintah
permintaan. pusat. Pernah juga pada suatu kesempatan
Jadi menurut Darma permasalahan pejabat penting di zaman Orde Baru datang
sebenarnya bukan terletak di pemasaran tetapi untuk memberikan sumbangan berupa modal
minimnya produksi yang dihasilkan oleh para puluhan juta rupiah agar membuat kelompok
pengerajin kain tenun endek itu sendiri. Darma koperasi pengerajin yang mengkoordinir para
menceritakan bahwa persoalan bahan baku pengerajin di Desa Sulang. Program ini sempat
tidak menjadi hambatan. Yang menjadi berjalan cukup baik selama hampir 5 tahun
permasalahan pertama adalah bagaimana namun kemudian bubar dan asetnya semua
meningkatkan produksi. Selama ini para diserahkan ke desa adat/desa pakraman.
pengerajin endek berasal dari industri rumah Penyebabnya adalah pergunjingan di internal
tangga, dimana ibu-ibu rumah tangga hanya desa tentang para pengurusnya. Tidak tahan
menjadikan menenun sebagai usaha sambilan mendengar pergunjingan tersebut, para
tidak sebagai prioritas untuk menambah pengurus kemudian memutuskan untuk
pendapatan keluarga. Oleh sebab itulah mengundurkan diri dan membentuk usaha
menurutnya diperlukan usaha-usaha untuk mandiri sendiri khusus kain tenun endek.
meningkatkan produksi kain tenun endek di Perhatian yang lebih diberikan
kalangan para penenun rumah tangga ini. pemerintah kepada para pengerajin ternyata
Pandangan Darma mengacu kepada tidak dimanfaatkan oleh para pengerajin.
pengalamannya yang selama ini mengelola kain Semestinya para pengerajin mempersolid
tenun endek yang tanpa kesulitan untuk dirinya agar menghasilkan produksi yang
memasarkan produknya. Darma menuturkan memenuhi target pasar. Darma mengungkapkan
bahwa sejak tahun 1994 menekuni usaha kain khusus untuk dirinya sebagai pengerajin
tenun endek, baru di tahun 2004 ia merasakan berusaha melibatkan krama (warga) di Desa
masa sulit dan sedikit lagi menuju kebangkrutan. Sulang dan saudara-saudaranya untuk bekerja
Selama hampir 3 bulan kain endek yang telah di usaha kecil perajin endek “Astika” miliknya.
881
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
882
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
883
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
endek sutra jauh lebih rumit sehingga upahnya showroom adalah masih keluarga dari I Ketut
bisa 1 kali lipat dari menenun kain endek biasa. Murtika, suami dari Ibu Dian yang merupakan
Sedangkan untuk upah menenun songket bisa warga asli Desa Gelgel. Para karyawan ini
mencapai Rp. 1 hingga 1,5 juta. Upah menenun adalah pengerajin yang paling bawah yang
kain songket cukup mahal karena sama sekali tidak mengetahui rencana
pengerjaannya juga sangat rumit dan lama pemasaran yang akan dilakukan oleh Dian’s. Di
hingga mencapai 1,5 bulan tergantung dari lokasi showroom juga terdapat 2 mesin ATBM
motifnya. Pengerjaan songket inilah yang dan 3 alat tradisional dalam menenun yaitu
menjadi andalan dari Dian’s dengan tenun cagcag yang biasanya dipergunakan
mengkoleksi begitu banyak kain songket dengan untuk menenun songket dan tenun endek
berbagai motif. Harga kain songket bisa lainnya. Rumah yang dijadikan lokasi showroom
mencapai Rp.1 juta hingga 3 juta rupiah tersebut banyak dihuni oleh pegawai dan
tergantung motif dan kerumitannya. saudara dari Dian’s sendiri.
884
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
Kain endek jika ingin bersaing di pasar yang akan dijual di pasar internasional bukan
nasional maupun internasional harus mampu hanya sekedar kain, tapi sebagai kain yang
merubah motif-motif lamanya menjadi baru. Hal dibuat dengan keunggulan budaya masyarakat
ini dilakukan dalam upaya menciptakan daya Bali seperti Tri Hita Karana dan cerita-cerita
saing bagi endek di pasar nasional dan daerah yang ada seputar kain endek, serta
kemudian masuk ke pasar internasional. endek sebagai kain yang diproduksi secara
Langkah yang harus dilakukan adalah dengan tradisional dengan keuletan masyarakat Bali.
meciptakan kreasi endek yang sesuai dengan Sebaiknya endek tidak lagi dijual seperti
kebutuhan pasar. Ada beberapa cara untuk menjual kain biasa. Penjualan melalui mulut ke
meningkatkan daya saing endek melalui mulut juga tidak akan membantu endek dalam
penciptaan kreasi endek, yaitu: merebut pasar domestik ataupun internasional.
a. Menciptakan desain endek yang lebih Diperlukan manajemen yang baik untuk
beragam seperti menambahkan memasarkan endek melalui media-media seperti
bordir-bordir pada kain endek, internet ataupun melalui pameran-pameran
mengkombinasikan endek dengan yang berskala domestik ataupun internasional.
kain lain, dan menambahkan lukisan Endek yang dipasarkan memang memiliki nilai
pada kain endek. budaya dan tradisional yang tinggi, tapi
b. Membuat endek yang lebih atraktif pemasaran yang dilakukan harus lebih modern
dari segi warna, karena selama ini dan mampu mengikuti perkembangan pasar.
warna-warna kain endek terkesan 3. Memasuki Pasar Dunia Melalui
monoton. Jadi dengan membuat Perancang-Perancang Busana Ternama
warna-warna endek lebih atraktif Pemasaran endek saat ini masih belum
dan sesuai selera pasar dapat bersifat tradisional dan belum ada gebrakan
meningkatkan daya saing endek. yang berarti untuk menjadikan endek sebagai
c. Menciptakan motif-motif endek yang fashion dunia, bahkan di Indonesia pun endek
lebih dinamis tanpa menghilangkan masih belum mampu menyaingi kepopuleran
unsur budaya yang ada, seperti kain batik. Oleh karena itu diperlukan bantuan
mengunakan motif alam Bali atau dari perancang-perancang busana untuk
motif penari Bali, dan ciri khas memperkenalkan endek lebih luas. Perajin
lainnya yang menunjukkan unsur endek bekerja sama dengan para perancang
budaya Bali dengan menggunakan busana untuk memperkenalkan endek melalui
desain bordir ataupun lukisan pada pentas-pentas peragaan busana baik di tingkat
endek. nasional maupun internasional.
d. Menjadikan endek Bali lebih nyaman Kain endek, menurut salah satu
digunakan dan tidak kaku seperti desainer ternama di Bali, Tjokorda Gede
kain endek yang ada saat ini. Kain Abinanda S sebenarnya dapat dikembangkan
endek yang ada saat ini terkesan menggunakan hasil-hasil pemikiran baru tanpa
berat dan kaku, sehingga diperlukan harus kehilangan ciri yang paling mendasar dari
pemilihan bahan-bahan pembuatan tekstil yang dipergunakan. Rancangan baru ini
endek yang nyaman dan mudah mendekatkan rancangan tradisional setempat
dirawat. dengan trend yang berkembang di dunia
2. Pemasaran Endek melalui Keunikan internasional. Kuncinya adalah
Budayanya mengembangkan motif-motif tradisional menjadi
Di masyarakat internasional warisan motif-motif yang berorientasi pada pasar global.
budaya memiliki daya tarik tersendiri, apalagi di Karena konsep berpakaian masyarakat saat ini
tengah kemajuan teknologi saat ini. Hal-hal yang lebih didasarkan pada model dan kenyamanan
mengandung nilai-nilai sejarah dan budaya yang serta mematahkan kesan berat yang dipikul
kuat dan tradisional sangat dihargai oleh orang- endek. Beberapa desainer telah menjadikan
orang di mancanegara, khususnya orang-orang endek sebagai busana yang tampil trendi dan
Eropa dan Amerika. Untuk masuk ke pasaran sangat casual. Banyak ragam hias Bali yang
internasional, endek tidak akan mampu sangat menarik bisa digali dan ditanam pada
menjuarai fashion dunia jika hanya menjual sebuah kain. Melalui tangan desainer ternama
endek sebagai kain yang bagus. Oleh karena itu bukan tidak mungkin dari kain endek diciptakan
sangatlah penting agar para pelaku industri busana bergaya pakaian India dengan warna
endek menjual endek sebagai kain yang bernilai dan patter-nya atau bergaya romantik atau
sejarah dan budaya masyarakat Bali. Endek mongolia dengan sentuhan etnik.
885
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
886
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
Inovasi Pemasaran
dan Penciptaan
Pasar Kain Tenun
Endek
Sinergi dengan
Memaksimalkan pihak swasta untuk
peran pemerintah menciptakan jalur-
dalam promosi dan jalur pemasaran
jalur pemasaran (baru) alternatif
887
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
888
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
889
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553
890