Anda di halaman 1dari 16

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014

ISSN : 2339-1553

INOVASI PEMASARAN DAN PENCIPTAAN PASAR KAIN TENUN


ENDEK DI KABUPATEN KLUNGKUNG
Ni Luh W. Sayang Telagawathi
STIE Triatma Mulya Badung, Bali
gemilangsuryawan@gmail.com

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk merancang sebuah model aplikatif dalam usaha melakukan inovasi pemasaran dan
penciptaan pasar kain tenun endek di Kabupaten Klungkung Provinsi Bali. Hal ini dilakukan berdasarkan tantangan
dalam pengembangan industri kerajinan tangan di Bali, dan di Indonesia secara umum adalah permasalahan
pemasaran selain tentunya permasalahan modal. Potensi industri kerajinan tangan kain tenun endek di Kabupaten
Klungkung sangatlah besar karena berbasis kepada industri rumah tangga yang digeluti oleh para ibu rumah tangga
yang semakin hari terus berkembang menjadi usaha kecil dan menengah yang menjanjikan. Artikel ini menghasilkan
model inovasi pemasaran dan penciptaan pasar yang berbasis pada kreatifitas pengerajin dalam menciptakan
model-model kreasi baru endek. Terlebih dahulu para pengerajin haru mempunyai kapasitas dalam pengelolaan
usahanya. Motif-motif baru yang dihasilkan ini akan menjadi media promosi bagi desainer untuk mengenalkan endek
menjadi produk budaya global. Akhirnya peran pemerintah dan swasta akan sangat penting artinya dalam usaha
penciptaan pasar bagi kain endek ke depan.

Kata kunci: inovasi pemasaran, penciptaan pasar, industri keci kain tenun endek, model aplikatif, selera pasar

masyarakat selain tentunya industri pariwisata.


Laporan Bank Indonesia (BI) menunjukkan
1. Pendahuluan bahwa ekonomi kreatif yang dikembangkan oleh
Industri kerajinan tangan di Bali memiliki industri kerajinan adalah implikasi dari
potensi yang sangat besar sebagai penggerak berkembangnya industri pariwisata. Industri
perekonomian rakyat. Sebagai salah satu dari pariwisata telah melahirkan peluang-peluang
sektor industri kreatif yang cukup menjanjikan yang besar untuk mengembangkan industri-
untuk dikembangkan, industri kerajinan industri kerajinan agar terserap di jaringan bisnis
beroperasi di kelompok-kelompok rumah tangga pariwisata. Potensi pertumbuhan ekonomi pada
yang dengan jelas menyentuh kebutuhan 2012 di Provinsi Bali masih ditopang pada
ekonomi rakyat kecil. Sebagai penggerak sejumlah sektor yang bergerak di bidang
63
perekonomian rakyat, industri kerajinan adalah pariwisata serta ekonomi kreatif. Secara
potensi yang vital untuk mengembangkan sikap keseluruhan, industri kerajinan skala rumah
kewirausahaan di tengah masyarakat (Failyani, tangga di Bali mampu memberikan kontribusi
2009). sebesar 197,45 juta dollar AS atau 39.66 persen
Industri kerajinan tangan khususnya dari total nilai ekspor.64Namun nilai tersebut bisa
termasuk satu diantara 14 sektor industri kreatif saja menurun jika tidak dilakukan inovasi-inovasi
yang memberikan kontribusi dominan dalam dalam strategi pemasaran industri kerajinan
perekonomian, baik dalam nilai tambah, tenaga tangan di Bali. Potensi yang ada sangatlah
kerja, jumlah perusahaan, dan ekspor. Nilai besar untuk dikembangkan.
tambah yang dihasilkan Subsektor fashion dan Industri Kerajinan kain tenun endek di
kerajinan berturut-turut sebesar 44,3% dan Kabupaten Klungkung berbasiskan pada
24,8% dari total kontribusi sektor industri kreatif, warisan budaya masih sulit untuk menemukan
dengan penyerapan tenaga kerja sebesar strategi pemasaran yang aplikatif yang bisa
54,3% dan 31,13%, dan jumlah usaha sebesar secara mudah dikembangkan oleh para
51,7% dan 35,7%. Dominasi kedua subsektor pengerajin. Masyarakat di Kabupaten Klungkung
sejalan dengan beragamnya budaya fashion khususnya di Desa Kamasan, Desa Gelgel, dan
dan kerajinan Indonesia dari Sabang sampai juga Desa Tanglad masih setia menekuni
Merauke.
Bali dengan keunggulan kreatifitas dan
kesenian yang dimiliki oleh masyarakatnya
63
“Pariwisata dan Industri Kreatif Topang
sangat berpeluang untuk mengembangkan Pertumbuhan Ekonomi Bali “, Bisnis Indonesia,
industri kerajinan secara maksimal dan secara 25 Oktober 2011.
langsung memberikan kesejahteraan bagi
64
“Nilai Ekspor Kerajinan Rotan Bali 4,17 Juta
Dollar AS”, Kompas, 15 Maret 2012.

875
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

kerajinan kain tenun endek dalam kelompok- jenis kain tenun menjadi kekayaan budaya
kelompok pengerajin berbasis banjar (desa) dan warisan dari leluhur di Bali. Diantaranya adalah
sekaa (kelompok). Sebagai kerajinan warisan kain tenun geringsing, endek, cepuk, songket,
dari nenek moyang di Bali, kain tenun endek dan yang lainnya. Kain tenun geringsing
memiliki daya pikat yang tinggi karena memiliki warnanya semuanya berasal dari bahan
corak yang khas dibandingkan dengan kain-kain pewarna alami. Tenun Gringsing terbuat dari
lainnya yang ada di Indonesia, khususnya Bali benang kapas yang ditenun menggunakan
seperti cepuk,songkét, prada, poléng, keling, teknik double ikat, yaitu tehnik dengan
dan geringsing, Hauser (1990). Saat ini model mengikatkan benang lungsi dan benang pakan
pemasaran yang dikembangkan oleh para secara bersamaan. Tehnik ini dikenal sangat
pengerajin industri kerajinan tangan dan kain langka, karena akan membutuhkan waktu yang
tenun endek khususnya masih sangat lama untuk menghasilkan satu lembar kain,
tradisional dengan promosi dari mulut-kemulut berkisar antara 1-5 tahun. Di Asia hanya Jepang
dan pengerjaan pesanan secara simultan dan dan India yang masih menerapkan teknik tenun
sementara sesuai dengan waktu-waktu tertentu. ganda ini. Hingga tidak aneh jika kain tenun
Artikel ini berkeinginan untuk menjawab Gringsing ini memiliki harga yang sangat mahal.
pertanyaan tentang kondisi pemasaran kain
tenun endek yang telah dikembangkan saat ini
dengan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Pada bagian lain artikel ini juga akan mendalami
tentang model inovasi pemasaran dan
penciptaan pasar yang tepat dan aplikatif untuk
dikembangkan bagi para pengerajin. Data-data
dikumpulkan dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif Riset Aksi Partisipatif (RAP)
berbasis pemberdayaan masyarakat untuk
perubahan sosial dengan penggalian data
melalui FGD (Focus Group Discussion),
wawancara mendalam, dan observasi
partisipasi.
Salah satu koleksi kain tenun endek
2. Sejarah dan Perkembangan Kain yang berada di sebuah toko di Kabupaten
Endek di Bali Klungkung, Bali
Pulau Bali sangat kaya dengan industri (foto: Ni Luh W.Sayang Telagawathi)
kerajinan tangan baik yang terbuat dari kayu
dan bambu serta kain. Sebelum membahas Jenis kain lainnya adalah kain endek
tentang sejarah dan perkembangan kain endek yang menjadi focus dari penelitian ini. Kain
di Bali, sebagai gambaran umum, industri endek juga termasuk kedalam jenis kain tenun.
handycraft (kerajinan tangan) sudah menjadi Namun dalam proses pembuatan kain endek
basis penghidupan beberapa masyarakat Bali ada dikenal dengan istilah nyantri, yaitu
yang mengeluti usaha kerajinan ini sejak lama. menggoreskan warna dengan kuas bambu pada
Mereka—para pengerajin ini—biasanya tersebar bagian-bagian ragam hias tertentu. Kain endek
di sentra-sentra pengerajin yang telah pada umumnya memiliki motif flora dan fauna,
terklasifikasi dalam bidangnya masing-masing wayang atau yang sejenisnya. Kain tenun
diantara kayu, bambu, dan kain. Kerajinan lainnya adalah kain cepuk yang berasal dari
tangan dari kayu dan bambu adalah wilayah dari daerah Nusa Penida, Kabupaten Klungkung
Kabupaten Gianyar yang terkenal dengan dengan proses pengerjaan yang hampir sama
daerah kesenian dan kebudayaan karena dengan kain endek. Dengan ragam hias
banyaknya wilayah-wilayah desa yang menjadi berwarna merah khas, disertai motif warna-
pusat dari industri kerajinan tangan. Disamping warni. Kain songket adalah jenis kain tenun Bali
itu perkembangan seni visual baik lukis, patung, yang memiliki nilai prestise tinggi yaitu kain
dan hadirnya gallery, museum, dan songket terutama songket dengan ragam hias
menjamurnya art shop menambah dinamis prada (hiasan berupa lempengan tipis yang
Kabupaten Gianyar. terbuat dari serbuk emas). Kain songket ini
Industri kerajinan kain tenun menjadi biasanya dipergunakan saat upacara adat
wilayah dari Kabupaten Klungkung. Berbagai seperti pernikahan, upacara potong gigi dan

876
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

sejenisnya, dipakai juga untuk kostum penari Para pengerajin kain tenun endek ini
Bali. Kain kling, gedogan, skodi dan gotya mengalami masa kejayaan pada tahun 1980-
adalah jenis kain yang merupakan kelompok 1990-an dan kemudian terus-menerus menurun
kain yang dianggap memiliki kekuatan magis hingga tahun 2000-an. (foto: Ni Luh W.Sayang
dan digunakan pada upacara-upacara tertentu. Telagawathi)
Seperti kain kling biasanya digunakan saat
65
upacara potong gigi. Pada tahun 1996-2006 kain endek
Sejarah kain tenun endek diawali mengalami penurunan produksi akibat dari
dengan perkembangannya sejak tahun 1885, banyaknya persaingan produksi kain sejenis
yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem buatan pabrik yang mulai masuk ke pasaran.
Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek Tahun 2007-2012 juga mengalami penurunan.
ini kemudian berkembang di sekitar daerah Fluktuasi penurunan sangat dirasakan pada
Klungkung, salah satunya adalah di Desa tahun 2008-2010. Hal tersebut disebabkan
Sulang.66 Meskipun kain endek telah ada sejak bahan baku yang sulit didapat, harga benang
zaman Kerajaan Gelgel, akan tetapi endek mulai yang mahal, dan kualitas yang tidak sesuai
berkembang pesat di Desa Sulang setelah masa dengan standar produksi kain endek. Namun,
kemerdekaan. Perkembangan kain endek di pada tahun 2011 kain endek mulai berkembang
Desa Sulang dimulai pada tahun 1975 dan kembali akibat bahan baku yang murah serta
kemudian berkembang pesat pada tahun 1985 berkembangnya berbagai motif kain endek yang
hingga sekarang.67 Kain endek memiliki sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu pula
beberapa periode perkembangan dalam banyak perusahaan atau instansi menggunakan
produksinya. Dapat dilihat pada tahun 1985- kain endek sebagai pakaian kantor dan anak
1995 kain endek mengalami masa kejayaan sekolah.
akibat adanya dukungan dari pemerintah. Pada
masa ini, proses produksi kain endek sudah
menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Motif kain endek yang beragam adalah


potensi yang tepat untuk dikembangkan agar
bisa bersaing di pasar nasional dan
internasional. (foto: Ni Luh W.Sayang
Telagawathi)

65
Lihat http://balibaguz.blogspot.com/2013/01/kain- Hal unik dari kain endek ini terletak
tenun-bali-dan-jenisnya.html (diakses 23 Juni 2014) pada motif yang beragam. Beberapa motif kain
66
Seperti juga diungkapkan oleh I Nyoman Darma, endek dianggap sakral. Hanya boleh digunakan
pemilik usaha perajin endek “Astika” dalam untuk kegiatan-kegiatan di pura atau kegiatan
wawancara di rumahnya di Banjar Kanginan Desa keagamaan lainnya. Adapula motif kain endek
Sulang, 21 Juni 2014. yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang
67
I Nyoman Darma menuturkan bahwa saat jaya- tertentu. Misalnya para raja atau keturunan
jayanya kain tenun endek di Desa Sulang, banyak bangsawan. Dahulu kain ini memang lebih
pejabat Negara dari Jakarta yang datang dan banyak digunakan oleh para orang tua dan
memberikan dana segar bagi para pengerajin. Tidak kalangan bangsawan. Penggunaan kain endek
tanggung-tanggung, anak mantan Presiden Soeharto berbeda-beda sesuai motifnya. Motif patra dan
juga menyempatkan datang ke Desa Sulang dengan encak saji yang bersifat sakral biasa digunakan
memborong kerajinan kain endek Sulang. Bantuan un¬tuk kegiatan upacara keagamaan. Motif-
dari lembaga-lembaga internasional seperti UNDP motif tersebut menunjukkan rasa hormat kepada
yang memberikan bantuan 30 mesin ATBM (Alat Sang Pencipta. Sedangkan motif yang
Tenun Bukan Mesin) di Desa Sulang. mencerminkan nuansa alam, biasa digunakan

877
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

untuk kegiatan sosial atau kegiatan se¬hari-hari. tahun 1980an yaitu kain tenun “Supani”. Saat itu
Hal ini menyebabkan motif tersebut lebih banyak Darma bertugas untuk membuat ATMB (Alat
berkembang dalam masyarakat. Tenun Bukan Mesin) yang dipergunakan untuk
Wastra endek atau disebut kain endek memproduksi kain tenun endek. Pekerjaan ini
saat ini sudah mulai banyak mengalami dilakukan dengan sangat baik oleh Darma
penggabungan dengan jenis-jenis kain khas Bali karena memang sebelumnya ia adalah seorang
lain. Hal ini menjadikannya lebih beragam. Saat tukang kayu sebelum bekerja di perusahaan
ini ada satu teknik tenun ikat yang berkembang kain tenun “Suparni” itu. Bermodal sebagai
di Bali, terutama pada motif kain endek. Teknik tukang kayu dan mengenal pembuatan kain
itu dilakukan dengan penambahan coletan pada endek itulah Darma kemudian mencoba-coba
bagian-bagian tertentu yang disebut dengan untuk membuat endek sendiri. Sementara
nyantri. Teknik nyantri adalah penambahan istrinya saat itu bekerja sebagai buruh pasir
warna kain endek dengan goresan kuas bambu Galian C di daerah Gunaksa, Kabupaten
seperti layaknya orang melukis di kain. Kain Klungkung.
endek juga dapat dikombinasikan dengan kain
songket. Kain songket adalah kain yang dihiasi
benang-benang emas atau perak. Pemberian
benang emas atau perak ini dapat dilakukan
pada kain endek. Pada umumnya dijadikan
sebagai hiasan pinggir kain. Kain ini kemudian
dikenal sebagai kain endek songket.
Kain endek sudah mulai banyak
digunakan masyarakat Bali. Meskipun demikian
motif-motif sakral tetap dipertahankan dan tidak
digunakan secara sembarangan. Umumnya kain
ini digunakan untuk kegiatan upacara, kegiatan
sembahyang ke pura, ataupun digunakan I Nyoman Darma pemilik usaha kain
sebagai busana modern layaknya baju atau tenun endek “Astika” di Desa Sulang Kabupaten
celana yang dapat digunakan semua kalangan. Klungkung yang telah memulai usahanya sejak
Pesatnya perkembangan kain tenun ikat khas tahun 1994 . (foto: Ni Luh W.Sayang
Bali menjadi tantangan besar bagi masyarakat Telagawathi)
Bali untuk menjaga kelestariannya. Masyarakat
Bali juga harus ajeg, tetap memperhatikan Sejak tahun 1980-an itulah disamping
aturan penggunaan kain tersebut. Terutama bekerja sebagai teknisi untuk mesin ATBM,
untuk motif-motif kain endek yang disakralkan, Darma juga menenun kain sendiri. Perlahan-
jangan sampai digunakan sebagai pakaian lahan nasib baik menyertainya. Pada tahun
sehari-hari. Hal tersebut akan merusak nilai 1994, hasil kain tenun ikatnya mendapatkan
sakral dan budaya dari kain endek itu sendiri.68 penilaian baik dari Dinas Perindustrian dan
Hal-hal ini harus diperhatikan oleh para Perdagangan Kabupaten Klungkung. Karena
pengerajin dalam pelaksanaan usahanya. keberhasilan itulah kemudian Darma
mendapatkan bantuan sebesar 10 juta melalui
3. Usaha Kerajinan Endek di Desa BUMN Jasa Raharja yang bekerjasama dengan
Gelgel dan Desa Sulang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Salah satu pengerajin endek di Bali. Kewajibannya adalah mebayar bunga
Kabupaten Klungkung terdapat di Desa Sulang, pinjaman tersebut sebesar Rp. 30.000 setiap
Kecamatan Dawan, tepatnya terletak di Banjar bulannya selama 1 tahun. Setelah itu selama 4
Kanginan. I Nyoman Darma, pemilik usaha tahun Darma membayar cicilan sebesar Rp. 241
kerajinan tenun endek “Astika” ini mulai merintis ribu. Dengan bantuan modal itulah tekad Darma
usahanya saat menjadi karyawan dari dari kemudian menjadi bulat untuk membuat usaha
usaha kain endek terbesar di Kabupaten di sendiri di bidang tenun endek.
Keputusan untuk memilih usaha kain
68 tenun endek bukannya tanpa permasalahan. Di
Lihat http://www.balebengong.net/kabar- tahun 1994 itu, usaha kayunya juga sedang
anyar/2014/03/20/endek-kain-tenun-ikat-khas-
berkembang pesat dengan melayani pembuatan
bali.html bangunan dan hal-hal lain yang membutuhkan
(Diakses 28 Juni 2014)
kayu. Saat itu Darma telah memilik 30 karyawan

878
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

untuk usaha kayunya dan juga sedang


berkembang. Berbagai pesanan kayu
khususnya untuk melengkapi bangunan rumah
dan gedung-gedung ia layani bersama dengan
karyawannya. Ia merasa bahwa usaha kayu
juga mempunyai prospek yang bagus di
kemudian hari. Namun ia merasa masih
mempunyai tanggungjawab untuk
mengembangkan kain tenun endek agar
menjadi mata pencaharian masyarakat di sekitar
Desa Sulang tempatnya tinggal. Saat itulah ia
menghadapi dilema untuk memutuskan memilih
usaha ke depannya.
Bermodalkan suntikan dana Rp.10 juta
dari Deperindag Kabupaten Klungkung ia
kemudian memutuskan untuk melanjutkan
usaha kain tenun endek dan sedikit-demi sedikit
mengurangi kegiatan di kerajinan kayu yang
digelutinya. Ketrampilan membuat mesin ATBM
yang didapatnya sebagai tukang kayu dan
menjadi karyawan dari perusahaan kain endek
“Supani” ternyata sangat berguna. Perlahan
namun pasti ia kemudian berhasil membuat
hingga kini sebanyak 90 buah mesin ATMB
yang tersebar di rumah-rumah masyarakat
pembuat endek di desa-desa di Kabupaten
Klungkung, diantaranya adalah Desa Sulang
sendiri, Gelgel, Dawan, Sidemen, Gunaksa,
Paksebali, hingga ke Sukawati. Disamping itu ia
juga sudah lama menjalin kerjasama dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Benang hasil dari pencelupan dan
Bali sebagai pembuat mesin ATBM jika ada proses menenun dengan ATBM (Alat Tenun
bantuan-bantuan dari pihak lain khususnya Bukan Mesin). (foto: Ni Luh W.Sayang
berupa mesin ATBM. Telagawathi)
Awalnya Darma membuat kain endek
hanya untuk lingkungan keluarga besarnya saja Di rumah yang juga menjadi kantornya
di Desa Sulang. Namun kemudian usaha itu itu, Darma menunjukkan koleksi kain-kain endek
berkembang dan mendapatkan tanggapan yang yang sudah ia dapatkan hasil dari mengambil ke
bagus dari masyarakat sekelilingnya di desa. rumah-rumah pengerajin. Hasilnya memang
Sejak saat itulah ia kemudian meluaskan sangat sedikit karena permintaan kain endek
usahanya untuk melayani pembuatan kain tenun Bali—begitu istilanya untuk membedakan
endek ATBM. Modal penting yang dimiliki dengan kain Jepara, Jawa Tengah—selalu saja
Darma adalah ketrampilannya membuat ATBM meningkat setiap bulannya. Hal ini juga
dan menyebarkannya kepada pengerajin- dipengaruhi oleh kebijakan dari Pemerintah
pengerajin yang bersedia untuk membuat endek Daerah (Pemda) kabupaten/kota di Bali yang
di rumah-rumah sebagai usaha sampingan. mempromosikan endek sebagai kain tenun khas
Tidak hanya mesin ATMBM saja, Darma juga Bali yang dipergunakan sebagai seragam di
menyiapkannya dengan benang, kursi dan seluruh jajaran staf pemerintahan dan institusi
keperluan lain untuk menenun endek tersebut. pendidikan. Oleh karena itulah pemesanan
Bahkan jika mesin ATMBMnya rusak, Darma endek dari berbagai kalangan di Bali sangat
melalui karyawannya akan datang untuk tinggi. Darma hingga menolak memenuhi
memperbaikinya. pesanan dari beberapa instansi karena merasa
tidak bisa memenuhi kain tersebut. Alasannya
sudah tentu karena rendahnya jumlah produksi
dari pengerajinnya yang tersebar di beberapa
wilayah tersebut.

879
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Upah menenun 1,5 potong kain endek Jadi jika ingin berusaha untuk bekerja tidak akan
berjumlah Rp. 30.000 yang hanya diselesaikan menemui kesulitan. Darma mengakui bahwa
dalam waktu setengah hari bagi ibu-ibu rumah usaha kain tenun endek tidak begitu cepat
tangga yang sudah terbiasa dengan pekerjaan mendaptkan uang dibandingkan dengan
menenun. Upah ini termasuk lumayan tinggi meburuh (bekerja) mengangkat kelapa atau
dibandingkan sebelumnya. Namun jika mengangkat batu. Perlu waktu dan ketekunan
dikerjakan dengan sambilan maka hasilnyapun lebih jika ingin tetap bertahan berusaha di
tidak akan memenuhi target karena tidak kerajinan tenun endek. Ia membandingkan
dikerjakan dari pagi hingga sore. Para ibu-ibu dengan mengangkat batu yang setelah selesai
rumah tangga yang menenun sambilan akan langsung mendapatkan uang. Oleh karena itulah
menghasilkan 1,5 potong kain dalam waktu 1,5 maka produksi kain tenun endek kurang sekali
hari. Bagi Darma, kondisi seperti ini jelas sangat dihasilkan oleh para ibu-ibu rumah tangga
merugikan karena jumlah produksi kain karena adanya pekerjaan lain yang
tenunnya tidak memenui target sementara menggiurkan dan mendatangkan uang lebih
jumlah pemesanan selalu saja ada. Darma cepat.
bersama karyawannya hanya bisa menangih ke Menenun bagi warga Desa Sulang
rumah-rumah para pengerajin setiap 3 hari hanya dijadikan sambilan setelah pekerjaan
sekali untuk mengambil hasil tenunan dari ibu- utama pada pagi hingga sore hari selesai
ibu rumah tangga tersebut. dilaksanakan. Biasanya setelah pulang dari
Para pengerajin dari Darma yang bekerja, warga Sulang sedikit demi sedikit
tersebar di desa-desa itu adalah ibu rumah mengambil pekerjaan menenun pada malam
tangga yang menjadikan menenun endek hari dari jam 7 hingga 11 malam. Hampir
sebagai usaha sampingan. Ia kemudian sebagian besar warga di Desa Adat Sulang ini
mencontohkan bagaimana pengerajin endeknya melakukan hal seperti itu sehingga sesama
di daerah Kusamba, Gianyar kota, Paksebali, warga akhirnya saling mengerti dan
Gelgel dan Keramas yang mayoritas adalah ibu
rumah tangga yang mempunyai pekerjaan
pokok yaitu mengurus anak-anak dan rumah
tangga. Dengan demikian, menenun menjadi
kegiatan sambilan. Hal inilah yang
menyebabkan produksi menjadi rendah karena
hanya kurang lebih 30% waktunya dipergunakan
untuk menenun. Sebagian besar dipergunakan
untuk mengurus anak dan menyelesaikan
pekerjaan rumah tangga lainnya. Bahkan ada Menenun endek ikat menjadi profesi
yang bekerja di warung terlebih dahulu baru dari ibu-ibu rumah tangga di Desa Sulang,
kemudian mulai menenun. Kabupaten Klungkung. (foto: Ni Luh W.Sayang
Mengantisipasi rendahnya bjumlah Telagawathi)
produksi para pengerajinnya itu, di rumahnya
sendiri Darma juga menyediakan 9 mesin ATBM Di tengah permintaan yang tinggi
bagi para pengerajin yang dianggapnya cakap terhadap kain tenun endek, Darma berusaha
dan cepat untuk menghasilkan kain endek. untuk memenuhi beberapa dengan
Darma menjelaskan setiap harinya akan datang mengandalkan para pengerajin yang
4-5 orang pengerajin yang akan bekerja untuk dianggapnya cager (mampu) untuk mengejar
menyelesaikan tenunannya. Pengerajin yang target dari pemesan. Pemesan dalam jumlah
datang tersebut sebagian besar adalah warga yang banyak terutama berasal dari pegawai
Desa Sulang yang beberapa diantara mereka negeri, PKK (Perhimpunan Kesejahteraan
masih berhubungan keluarga dengan Darma. Keluarga), guru-guru hingga murid-murid dari
Di Desa Sulang banyak yang mulai TK (Taman Kanak-Kanak) hingga SMP
menggantungkan hidupnya dari tenun endek. (Sekolah Menengah Pertama). Langganan dari
Warga Sulang berjumlah 120 KK dan kain tenun Darma banyak dari pedagang-
kebanyakan bekerja wiraswasta. Di Desa pedagang di pasar yang secara rutin mengambil
Sulang sendiri banyak usaha-usaha yang kain. Belum lagi para pengepul kain-kain endek
dikembangkan oleh warga sendiri selain tenun yang terdapat di Klungkung, Denpasar hingga
endek yaitu pengepul kelapa, penjual batu kali Buleleng. Darma mencatat para pedagang-
dan penjual gas dengan jumlah yang banyak.

880
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

pedagang khususnya di Klungkung dan didapatnya tidak bisa dijual karena sepinya
Denpasar yang mengambil kain di Darma dan permintaan terhadap kain tenun endek.
belum membayarnya. Ia akan menagihnya Selebihnya semua usahanya berjalan dengan
setiap 2 minggu sekali. Selian dari para lancar. Biasanya masa-masa sulit khusus kain
pedagang-pedagang di pasar ini, Darma juga pengusaha kain tenun endek terjadi di bulan
mendapatkan pesanan dari instansi pemerintah Desember-April. Setelah melewati 5 bulan kritis
dan swasta serta sekolah yang membutuhkan itu biasanya usaha akan berlangsung stabil.
kain endek untuk pakaian seragam. Disamping Bulan-bulan yang kritis biasanya adalah pada
itu pemesanan ATBM masih dikerjakan oleh Januari dan Februari dimana pemasaran akan
Darma untuk melayani beberapa pihak yang sangat sepi. Di bulan-bulan inilah akan diuji
membutuhkan mesin untuk disumbangkan kekuatan usaha dari industri endek apakah bisa
kepada para pengerajin. bertahan ataukah tidak. Sedangkan bulan yang
Kerajinan kain tenu endek sebenarnya paling laris biasanya adalah pada Agustus,
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah September dan Oktober. Hal ini sudah menjadi
daerah khususnya yang selalu mempromosikan siklus dari usaha endek yang dialami oleh
kain endek sebagai kain hasil dari pengerajin di Darma.
Bali. Darma sering menyebutnya “kain tenun Usaha kecil kain tenun endek ini
Bali” untuk membedakan dengan kain tenun sebenarnya mendapatkan perhatian yang lebih
Bali. Yang dimaksud dengan kain tenun Bali itu dari pemerintah. Darma menuturkan bahwa
adalah endek disamping songket dan cepuk. sumbangan untuk meningkatkan produksi
Baginya yang sering dijual di toko-toko harus dengan merangsang para pengerajin di rumah-
bisa dibedakan antara kain tenun Bali atau kain rumah dilakukan oleh pemerintah. Sumbangan
tenun dari luar, khususnya kain tenun Jepara. ATBM bagi para pengerajin bertujuan untuk
Yang banyak dijual saat ini adalah kain-kain dari memotivasi pengerajin agar bisa mencari rejeki
Jawa dan bukan kain tenun Bali. Hal ini dari hasil menenun. Darma yang mengerjakan
disebabkan karena para pengerajin di Bali tidak mesin ATBM mengakui bahwa nasib pengerajin
pernah bisa memenuhi target produksi kain sangat beruntung sekali disediakan alat secara
tenun endek untuk pasar dan permintaan yang gratis untuk mencari penghidupan. Ia mengakui
ada di Bali sendiri. Ini membuktikan bahwa para pernah mengerjakan 30 unit mesin ATBM yang
pengerajin tidak bisa bersaing untuk diperuntukkan bagi para pengerajin endek di
menghasilkan produk yang bisa memenuhi Desa Sidemen sumbangan dari pemerintah
permintaan. pusat. Pernah juga pada suatu kesempatan
Jadi menurut Darma permasalahan pejabat penting di zaman Orde Baru datang
sebenarnya bukan terletak di pemasaran tetapi untuk memberikan sumbangan berupa modal
minimnya produksi yang dihasilkan oleh para puluhan juta rupiah agar membuat kelompok
pengerajin kain tenun endek itu sendiri. Darma koperasi pengerajin yang mengkoordinir para
menceritakan bahwa persoalan bahan baku pengerajin di Desa Sulang. Program ini sempat
tidak menjadi hambatan. Yang menjadi berjalan cukup baik selama hampir 5 tahun
permasalahan pertama adalah bagaimana namun kemudian bubar dan asetnya semua
meningkatkan produksi. Selama ini para diserahkan ke desa adat/desa pakraman.
pengerajin endek berasal dari industri rumah Penyebabnya adalah pergunjingan di internal
tangga, dimana ibu-ibu rumah tangga hanya desa tentang para pengurusnya. Tidak tahan
menjadikan menenun sebagai usaha sambilan mendengar pergunjingan tersebut, para
tidak sebagai prioritas untuk menambah pengurus kemudian memutuskan untuk
pendapatan keluarga. Oleh sebab itulah mengundurkan diri dan membentuk usaha
menurutnya diperlukan usaha-usaha untuk mandiri sendiri khusus kain tenun endek.
meningkatkan produksi kain tenun endek di Perhatian yang lebih diberikan
kalangan para penenun rumah tangga ini. pemerintah kepada para pengerajin ternyata
Pandangan Darma mengacu kepada tidak dimanfaatkan oleh para pengerajin.
pengalamannya yang selama ini mengelola kain Semestinya para pengerajin mempersolid
tenun endek yang tanpa kesulitan untuk dirinya agar menghasilkan produksi yang
memasarkan produknya. Darma menuturkan memenuhi target pasar. Darma mengungkapkan
bahwa sejak tahun 1994 menekuni usaha kain khusus untuk dirinya sebagai pengerajin
tenun endek, baru di tahun 2004 ia merasakan berusaha melibatkan krama (warga) di Desa
masa sulit dan sedikit lagi menuju kebangkrutan. Sulang dan saudara-saudaranya untuk bekerja
Selama hampir 3 bulan kain endek yang telah di usaha kecil perajin endek “Astika” miliknya.

881
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Meskipun masih tergolong usaha kecil dan


berbasis rumah tangga, Darma mengakui
bahwa usahanya ini berhasil menjadi penopang
ekonomi keluarga. Berkat usahanya di bidang
endek ini, ia berhasil menyekolahkan anak-
anaknya serta keponakannya dan membantu
mereka dalam berusaha sesuai dengan
pilihannya masing-masing. Ketiga anaknya
mengikuti jejaknya menjadi wiraswasta dengan
berjualan di Pasar Kota Semarapura. Saat ini
Darma memiliki 4 toko di Blok C, D (2 toko) dan
E. Selain berjualan kain tenun endek, ada juga
toko yang berjualan sprei dan kain-kain
kebutuhan upacara adat lainnya.
Kain tenun endek “Astika” I Nyoman
Darma bisa dibilang sudah menjadi usaha yang
mapan dengan jangkauan pasar yang luas.
Pasar yang dilayaninya adalah para pedagang
kain di pasar-pasar tradisional dan pengusaha
kain lainnya yang juga berjualan kain endek.
Darma telah membina pasar endeknya sejak
tahun 1990-an dan menjalin hubungan dengan
para pedagang dan pengusaha yang juga
berjualan endek. Sebagai usaha yang sudah
lama berkecimpung di endek, Darma faham
betul bagaimana menjalankan usahanya. Di
rumahnya, selain memiliki 9 mesin ATBM,
pencelupan benang yang akan dijadikan bahan
untuk menenun juga ia lakukan sendiri. Darma
melibatkan keponakan dan menantunya yang
ikut membantunya dalam menjalankan
usahanya tersebut. Para tetangganya dan anak-
anak SMP juga dilibatkan dengan memberikan Proses pencelupan dengan
benang-benang yang telah dicelup untuk diikat menggunakan zat pewarna dan hasil dari
dan siap untuk ditenun. benang-benang yang telah dicelup dan siap
untuk ditenun. (foto: Ni Luh W.Sayang
Telagawathi)

Darma kini di rumahnya memiliki


gudang yang dipergunakan untuk menempatkan
9 mesin ATBM untuk tempat bekerja para
pegawainya. Di sebelah lokasi menenun
terdapat tempat untuk pencelupan n benang-
benang yang limbahnya disimpan dalam lubang
penyimpanan di belakang rumah. Berhadapan
dengan tempat pencelupan adalah pengikatan
benang di sebuah bangunan Bali. Di tempat
inilah biasanya anak-anak sekolah, khususnya
pelajar SMP (Sekolah Menengah Pertama)
ketika liburan sekolah mempergunakan
waktunya untuk mengikat benang setela
pencelupan yang sesuai dengan motif kain
endek yang siap untuk ditenun. Para pelajar
SMP yang bekerja mengikat benang ini diupah
Rp. 25.000 per hari. Pada saat liburan sekolah,
para pelajar SMP yang masih bertetangga dari

882
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Darma biasanya berbondong-bondong datang showroomusahanya di Desa Gelgel terdapat


ke rumanya untuk meburuh (bekerja) mengikat banyak koleksi kain endek dan songket. Di
benang yang akan siap untuk ditenun. Anak- bangunan luarnya terdapat beberapa foto-foto
anak ini kebanyakan berasal dari lingkungan kegiatan pemilik usaha dengan para pejabat dan
Desa Sulang. Mereka bekerja untuk tokoh-tokoh masyarakat untuk mempromosikan
mendapatkan uang saku ketika liburan sekolah. kain tenun endek dan songket. Logo Garuda
Bahkan ada diantara mereka yang memilih Indonesia dan CTI tersebar di ruangan tersebut
untuk bekerja di rumah dengan membawa menunjukkan kerjasama yang telah dijalin
benang yang akan diikat. pemilik usaha kain endek ini dengan jaringan
Industri kerajinan kain tenun endek ini pemasaran yang lebih luas
sebenarnya sangat berpeluang untuk
menciptakan pekerjaan bagi penduduk di
pedesaan. Pengalaman yang dituturkan oleh
Darma menggambarkan bagaimana sebenarnya
melimpahnya potensi tenaga kerja dari kain
tenun endek ini. Penghasilan yang didapatkan
juga terbilang lumayan untuk pekerjaan
rumahan dan sambilan. Jika serius menekuni
pekerjaan ini, perlahan-lahan bisa
mengembangkan usaha untuk membuat usaha
sendiri seperti yang dilakukan oleh Darma.
Namun permasalahannya adalah para Para pengerajin di Dian’s Rumah
pengerajin kecil di rumah-rumah ini tidak Songket dan Endek. (foto: Ni Luh W.Sayang
memfokuskan perhatiannya ke penenunan Telagawathi)
endek, tetapi hanya menjadikannya sebagai
usaha sambilan. Oleh sebab itulah jumlah target Dian’s rumah songket dan endek
produksi yang diinginkan Darma yaitu 90 kain memang berbeda dengan usaha milik I Nyoman
dari 90 mesin ATBM yang dimilikinya tidak Darma, kain endek “Astika”. Meski Dian’s
terpenuhi. Darma hanya berhasil mendapatkan mengambil kain endek di usaha milik I Nyoman
kain sebanyak 30 lembar yang ia ambil 3 hari Darma, tapi ia mampu menjualnya ke pasar
sekali ke rumah-rumah para pengerajinnya. yang lain. Dian’s memang tidak memfokuskan
Jadi, jika dihitung kerugiannya jelaslah para kepada kerajinan kain tenun endek tapi kain
pengerajin ini tidak mengerjakan menenun songket. Selain showroom untuk memajang kain
dengan serius dan Darma jelas mengalami endek dan songket yang siap untuk dijual,
kerugian yang besar. Namun kerugian itu bisa Dian’s juga memiliki workshop bagi para
tertutupi dengan pemesanan-pemesanan yang pegawainya untuk mengerjakan endek dan
dilakukan berbagai dinas-dinas pemerintah songket. Dian’s juga memiliki gudang untuk
maupun institusi pendidikan. Untuk pemesanan menyimpan bahan baku penenunan. Di lokasi
ini, Darma akan berusaha untuk pengerjaan endek dan songket, terdapat 8
memprioritaskannya dengan mengandalkan orang pengerajin yang sebagian besar adalah
para karyawannya yang bekerja di rumah. warga yang berasal dari lingkungan Desa
Pengerajin endek seperti Darma begitu Gelgel. Mereka sebagian besar mengerjakan
banyak jumlahnya di Bali. Mereka telah pesanan untuk kain songket dan sutra.
menemukan pasar tradisional dari para Para pengerajin yang bekerja di
pedagang-pedagang kain dan juga melayani workshop akan datang ke lokasi penenunan
kebutuhan dari instansi pemerintah dan yang tidak jauh lokasinya dengan showroom.
pendidikan. Namun, pengusaha endek lainnya Mereka akan datang pada jam 06.00 wita dan
yang mempunyai jangkauan pemasaran yang pulang jam 18.00 wita untuk mengerjakan
luas juga banyak jumlahnya. Salah satunya endek, sutra, dan terutama songket. Mereka
adalah Dian’s, rumah songket dan endek yang akan mampu mengerjakan kain endek biasa 1
belokasi di Desa Gelgel Kabupaten Klungkung, potong sehari. Untuk endek sutra bisa lebih
Bali. Dian’s bekerjasama dengan Garuda lama karena pengerjaannya juga rumit. Upah
Indonesia, maskapi penerbangan nasional untuk menenun endek biasa dan sutra ini
Indonesia dan CTI (Cita Tenun Indonesia). berkisar diantara Rp.30.000 hingga Rp.60.000.
Usaha endek dan songket ini didirikan oleh I Upah ini cukup bersaing dan bisa dijadikan
Ketut Murtika dan istrinya, Dian. Di acuan bagi para pengerajin. Upah menenun

883
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

endek sutra jauh lebih rumit sehingga upahnya showroom adalah masih keluarga dari I Ketut
bisa 1 kali lipat dari menenun kain endek biasa. Murtika, suami dari Ibu Dian yang merupakan
Sedangkan untuk upah menenun songket bisa warga asli Desa Gelgel. Para karyawan ini
mencapai Rp. 1 hingga 1,5 juta. Upah menenun adalah pengerajin yang paling bawah yang
kain songket cukup mahal karena sama sekali tidak mengetahui rencana
pengerjaannya juga sangat rumit dan lama pemasaran yang akan dilakukan oleh Dian’s. Di
hingga mencapai 1,5 bulan tergantung dari lokasi showroom juga terdapat 2 mesin ATBM
motifnya. Pengerjaan songket inilah yang dan 3 alat tradisional dalam menenun yaitu
menjadi andalan dari Dian’s dengan tenun cagcag yang biasanya dipergunakan
mengkoleksi begitu banyak kain songket dengan untuk menenun songket dan tenun endek
berbagai motif. Harga kain songket bisa lainnya. Rumah yang dijadikan lokasi showroom
mencapai Rp.1 juta hingga 3 juta rupiah tersebut banyak dihuni oleh pegawai dan
tergantung motif dan kerumitannya. saudara dari Dian’s sendiri.

4. Model Pengembangan Produksi dan


Pemasaran Kain Tenun Endek
Usaha inovasi pemasaran dan
penciptaan pasar mutlak dilakukan oleh para
pelaku kerajinan kain tenun endek jika
berkeinginan usahanya berkembang. Peluang-
peluang pemasaran ke tingkat nasional bahkan
global harus dipikirkan untuk lebih mengenalkan
kain tenun endek lebih luas. Hal lainnya adalah
dengan diperkenalkannya kain tenun endek ke
pasar nasional dan global akan berarti peluang
kesejahteraan bagi pengerajin endek juga
terbuka lebar. Oleh sebab itulah diperlukan
usaha-usaha yang sinergis antara berbagai
pihak yang berkepentingan untuk
pengembangan usaha kain endek agar mampu
mensejahterakan kehidupan para
pengerajinnya.
Dalam usaha menembus pasar dunia,
diperlukan upaya-upaya untuk menjadikan
industri endek sebagai industri berbasis budaya
lokal, tapi mampu masuk pasar internasional.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak-
pihak terkait, namun masih ada beberapa upaya
yang belum dijangkau oleh pelaku industri
endek ataupun pemerintah. Usaha yang
dimaksud menyasar kepada satu tujuan untuk
melakukan inovasi dan penciptaan pasar bagi
kain tenun endek agar mendapatkan tempat di
Kegiatan sedang melakukan wawancara tengah pasar nasional maupun internasional.
dengan para pengerajin di workshop Dian’s Oleh sebab itulah diperlukan berbagai langkah
Rumah Songket dan Endek di Desa Gelgel baik dalam produksi kain endek sendiri, inovasi
Kabupaten Klungkung. (foto: Ni Luh W.Sayang dalam pemasarannya, dan peranan pemerintah,
Telagawathi) swasta, serta pihak-pihak yang berpotensi untuk
membantu menasionalkan endek menjadi
Hingga saat ini karyawan yang warisan budaya kain tenun Bali yang diakui oleh
dipekerjakan oleh Dian’s untuk semua sentra dunia. Berikut diuraikan berbagai langkah
produksinya yaitu showroom, workshop, dan tersebut:
gudang berjumlah hampir 15 orang. Mereka 1. Peningkatan Daya Saing Endek
sebagian besar berasal dari Desa Gelgel dan Melalui Penciptaan Motif dan Kreasi
beberapa desa tetangga lainnya. Sebagian Endek
diantara mereka, khususnya yang menjaga

884
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Kain endek jika ingin bersaing di pasar yang akan dijual di pasar internasional bukan
nasional maupun internasional harus mampu hanya sekedar kain, tapi sebagai kain yang
merubah motif-motif lamanya menjadi baru. Hal dibuat dengan keunggulan budaya masyarakat
ini dilakukan dalam upaya menciptakan daya Bali seperti Tri Hita Karana dan cerita-cerita
saing bagi endek di pasar nasional dan daerah yang ada seputar kain endek, serta
kemudian masuk ke pasar internasional. endek sebagai kain yang diproduksi secara
Langkah yang harus dilakukan adalah dengan tradisional dengan keuletan masyarakat Bali.
meciptakan kreasi endek yang sesuai dengan Sebaiknya endek tidak lagi dijual seperti
kebutuhan pasar. Ada beberapa cara untuk menjual kain biasa. Penjualan melalui mulut ke
meningkatkan daya saing endek melalui mulut juga tidak akan membantu endek dalam
penciptaan kreasi endek, yaitu: merebut pasar domestik ataupun internasional.
a. Menciptakan desain endek yang lebih Diperlukan manajemen yang baik untuk
beragam seperti menambahkan memasarkan endek melalui media-media seperti
bordir-bordir pada kain endek, internet ataupun melalui pameran-pameran
mengkombinasikan endek dengan yang berskala domestik ataupun internasional.
kain lain, dan menambahkan lukisan Endek yang dipasarkan memang memiliki nilai
pada kain endek. budaya dan tradisional yang tinggi, tapi
b. Membuat endek yang lebih atraktif pemasaran yang dilakukan harus lebih modern
dari segi warna, karena selama ini dan mampu mengikuti perkembangan pasar.
warna-warna kain endek terkesan 3. Memasuki Pasar Dunia Melalui
monoton. Jadi dengan membuat Perancang-Perancang Busana Ternama
warna-warna endek lebih atraktif Pemasaran endek saat ini masih belum
dan sesuai selera pasar dapat bersifat tradisional dan belum ada gebrakan
meningkatkan daya saing endek. yang berarti untuk menjadikan endek sebagai
c. Menciptakan motif-motif endek yang fashion dunia, bahkan di Indonesia pun endek
lebih dinamis tanpa menghilangkan masih belum mampu menyaingi kepopuleran
unsur budaya yang ada, seperti kain batik. Oleh karena itu diperlukan bantuan
mengunakan motif alam Bali atau dari perancang-perancang busana untuk
motif penari Bali, dan ciri khas memperkenalkan endek lebih luas. Perajin
lainnya yang menunjukkan unsur endek bekerja sama dengan para perancang
budaya Bali dengan menggunakan busana untuk memperkenalkan endek melalui
desain bordir ataupun lukisan pada pentas-pentas peragaan busana baik di tingkat
endek. nasional maupun internasional.
d. Menjadikan endek Bali lebih nyaman Kain endek, menurut salah satu
digunakan dan tidak kaku seperti desainer ternama di Bali, Tjokorda Gede
kain endek yang ada saat ini. Kain Abinanda S sebenarnya dapat dikembangkan
endek yang ada saat ini terkesan menggunakan hasil-hasil pemikiran baru tanpa
berat dan kaku, sehingga diperlukan harus kehilangan ciri yang paling mendasar dari
pemilihan bahan-bahan pembuatan tekstil yang dipergunakan. Rancangan baru ini
endek yang nyaman dan mudah mendekatkan rancangan tradisional setempat
dirawat. dengan trend yang berkembang di dunia
2. Pemasaran Endek melalui Keunikan internasional. Kuncinya adalah
Budayanya mengembangkan motif-motif tradisional menjadi
Di masyarakat internasional warisan motif-motif yang berorientasi pada pasar global.
budaya memiliki daya tarik tersendiri, apalagi di Karena konsep berpakaian masyarakat saat ini
tengah kemajuan teknologi saat ini. Hal-hal yang lebih didasarkan pada model dan kenyamanan
mengandung nilai-nilai sejarah dan budaya yang serta mematahkan kesan berat yang dipikul
kuat dan tradisional sangat dihargai oleh orang- endek. Beberapa desainer telah menjadikan
orang di mancanegara, khususnya orang-orang endek sebagai busana yang tampil trendi dan
Eropa dan Amerika. Untuk masuk ke pasaran sangat casual. Banyak ragam hias Bali yang
internasional, endek tidak akan mampu sangat menarik bisa digali dan ditanam pada
menjuarai fashion dunia jika hanya menjual sebuah kain. Melalui tangan desainer ternama
endek sebagai kain yang bagus. Oleh karena itu bukan tidak mungkin dari kain endek diciptakan
sangatlah penting agar para pelaku industri busana bergaya pakaian India dengan warna
endek menjual endek sebagai kain yang bernilai dan patter-nya atau bergaya romantik atau
sejarah dan budaya masyarakat Bali. Endek mongolia dengan sentuhan etnik.

885
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

4. Peran Pemerintah dalam seragam. Upaya ini sangat membantu


Pemberdayaan Endek pemasaran endek, dan upaya ini dapat
Peran pemerintah sebagai pembuat diperluas tidak hanya PNS tapi juga pegawai
kebijakan sangat diperlukan dalam mewujudkan BUMN dan pegawai swasta, ini dapat dilakukan
tujuan endek menuju fashion dunia. Kemudahan melalui imbauan pemerintah daerah. Dengan
perizinan untuk ekspor akan mendorong pelaku membiasakan endek di kalangan pegawai,
industri endek untuk mengekspor endek ke bukan tidak mungkin endek akan lebih cepat
negara-negar yang potensial. Peraturan masuk ke masyarakat domestik lainnya.69
pemerintah di bidang perlindungan hak cipta Keempat usaha tersebut masih
juga diharapkan mendukung berjalannya industri merupakan langkah umum untuk meningkatkan
kreatif berbasis budaya, khususnya endek. kualitas produk dan pemasaran kain tenun
Banyaknya kasus penjiplakan dan pengakuan endek. Saat ini sebagian besari produksi kain
hak cipta sering sekali merugikan pemilik ide endek masih mengandalkan pasar lokal dengan
atau gagasan. Hal ini mungkin saja terjadi suatu motif yang masih belum bervariatif. Langkah
saat nanti pada desain-desain endek yang telah kedepan adalah melakukan inovasi pemasaran
diperkenalkan ke masyarakat, apabila dengan menyasar pasar nasional dan
pengurusan perlindungan hak kekayaan internasional. Hal ini adalah langkah penciptaan
intelektual masih berbelit dan membutuhkan pasar yang memungkinkan kain tenun endek
waktu lama serta biaya yang banyak. diapresisiasi oleh masyarakat nasional dan
Selain itu pemerintah dalam internasional. Dengan demikian berarti juga
meningkatkan daya saing endek dapat membuka peluang untuk pengerajin kain tenun
memberikan pelatihan-pelatihan kepada perajin endek untuk meningkatkan kesejahteraannya.
untuk menciptakan desain atau motif endek.
Salah satu pelatihan yang telah dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan daya saing
tenun dan bordir khas Bali,adalah menggelar
pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi 15 orang
perajin kecil di Kota Denpasar. Selain untuk
mengajarkan teknik desain endek, pelatihan
yang diadakan Deperindag Kota Denpasar juga
bertujuan untuk menumbuh kembangkan usaha
kecil di pedesaan sehingga dapat menyerap
tenaga kerja dan dapat meningkatkan
pendapatan keluarga.
Pemerintah Kota Denpasar juga melalui
Dekranasda Kota Denpasar, mendorong para
perajin binaannya untuk mengembangkan
desain yang sudah ada melalui pelatihan
dengan binaan dan arahan langsung dari
desainer kondang Samuel Watimena yang
memberi sentuhan modern tanpa
menghilangkan karakter dan roh dari kain endek
itu sendiri. Dari upaya tersebut lahirlah kain
endek Denpasar yaitu perpaduan desain
tradisional dengan estetika tumpal bordir
modern yang dinamis dalam bentuk yang
menjadi ciri khas kain endek Denpasar.
Pelatihan-pelatihan seperti di atas wajib menjadi
agenda pemerintah daerah untuk memajukan
endek sebagai industri yang berangkat dari
budaya lokal menuju pasar internasional.
Upaya lain yang telah dilakukan oleh 69
Disarikan dari
pemerintah dan sebaiknya dipertahankan http://diahiswari.blogspot.com/2009/05/endek-bali-
bahkan diperluas ke segmen lainnya, adalah sebagai-produk-berbasis.html
dengan mewajibkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) (Diakses 28 Juni 2014)
di Bali untuk menggunakan endek sebagai

886
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Model Inovasi Pemasaran dan Penciptaan Pasar Kain Tenun Endek

Penciptaan motif dan Menciptakan jalur


kreasi baru dari kain pemasaran melalui
endek (Kapasitas perancang busana
manajemen usaha) terkenal di daerah
maupun nasional

Inovasi Pemasaran
dan Penciptaan
Pasar Kain Tenun
Endek

Sinergi dengan
Memaksimalkan pihak swasta untuk
peran pemerintah menciptakan jalur-
dalam promosi dan jalur pemasaran
jalur pemasaran (baru) alternatif

Penjelasan Model Tujuan utama dari skema ini adalah untuk


Keempat komponen dalam model ini menciptakan inovasi pemasaran dan penciptaan
saling mempengaruhi dan berada dalam pasar bagi pengembangan usaha kain tenun
kesatuan yang saling mendukung di dalamnya.

endek khususnya di Kabupaten mengenalkan hasil-hasil produk baru dari


Klungkung Bali. Bagan pertama yang menjadi para pengerajin endek. Salah satu desainer
dasar dalam inovasi pemasaran adalah yang sangat terkenal di Bali dalam
kreatifitas dari para pengerajin untuk secara mempromosikan endek dan pengerajinnya
terus-menerus memperbaharui kreasi dan adalah Tjok Abi (Tjokorda Gede Abinanda).
motif dari endek agar selalu muncul sesuatu Hal ini juga secara tidak langsung akan
yang baru. Kreatifitas akan tercipta jika membuka jaringan pemasaran yang belum
kapasitas pengelolaan manajemen usaha di ditremukan. Ini juga adalah salah satu bentuk
kalangan pengerajin juga berlangsung inovasi pemasaran.
dengan baik. Kedua hal ini tidak bisa Kerajinan endek dengan keunikan
dipisahkan. Sasaran selanjutnya dari budayanya dan menjadi ciri khas dari budaya
penciptaan motif dan kreasi baru ini adalah Bali berpeluang melebihi pasar lokal.
bekerjasama dengan para perancang busana Gerakan untuk mencanangkan endek
lokal Bali maupun nasional Indonesia untuk menembus pasar global, dalam artian

887
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

merebut pasar domestik ataupun untuk pengembangan dalam


internasional. Oleh karena itulah diperlukan konteks industri budaya yang
manajemen yang baik untuk memasarkan menggunakan kain tenun endek
endek melalui media-media seperti internet sebagai ikon promosinya. Bagi
ataupun melalui pameran-pameran yang para pengerajin hal ini adalah
berskala domestik ataupun internasional. peluang untuk menambah pasar
Endek yang dipasarkan memang memiliki dan permintaan, sehingga
nilai budaya dan tradisional yang tinggi, tapi berdampak langsung bagi
pemasaran yang dilakukan harus lebih kesejahteraan para pengerajin.
modern dan mampu mengikuti 2. Para pengerajin menjadi tulang
perkembangan pasar. Pada poin inilah peran punggung dari usaha
dari pemerintah dan swasta sangatlah peningkatan jumlah dan kualitas
penting untuk menyokong pemasaran global produksi kain tenun endek. Oleh
dari endek. Hal ini juga akan berdampak sebab itulah perhatian dan
kepada kesejahteraan para pengerajin endek pemberdayaan para pengerajin
sendiri. menjadi hal yang mutlak untuk
Peran pemerintah sebagai pembuat dilakukan. Pelibatan secara aktif
kebijakan sangat diperlukan dalam berbagai pihak seperti
mewujudkan tujuan endek menuju fashion pemerintah dan swasta dalam
dunia. Kemudahan perizinan untuk ekspor mengembangkan potensi usaha
akan mendorong pelaku industri endek untuk para pengerajin mutlak
mengekspor endek ke negara-negar yang diperlukan.
potensial. Selain itu pemerintah dalam 3. Namun dari hasil penelitian awal
meningkatkan daya saing endek dapat ditemukan bahwa para
memberikan pelatihan-pelatihan kepada pengerajin berlapis-lapis dan
perajin untuk menciptakan desain atau motif terklasifikasi menjadi beberapa
endek. Pelatihan-pelatihan seperti di atas tingkatan. Pengerajin yang paling
wajib menjadi agenda pemerintah daerah rendah adalah mereka yang tidak
untuk memajukan endek sebagai industri memiliki alat produksi (mesin
yang berangkat dari budaya lokal menuju ATBM, benang, dll) dan hanya
pasar internasional. bekerja untuk menenun dan
kemudian mendapatkan upah
5. Kesimpulan dari hasil pekerjaannya itu.
Usaha inovasi dan penciptaan pasar Pengerajin kedua adalah
kain tenun cepuk berpeluang untuk pengepul pertama yang memiliki
meningkatkan kesejahteraan para pengerajin alat produksi dan membawahi
kain tenun endek secara umum. Selama ini beberapa pengerajin untuk
kain tenun endek masih sebagian besar melaksanakan produksi kain
mengandalkan pasar lokal dengan motif-motif tenun endek. Model pengerajin
yang perlu terus-menerus dikembangkan sebagai pengepul pertama ini
agar beragam. Kuantitas dan kualitas biasanya perajin tradisional dan
produksi kain tenun endek juga harus terus- telah mempunyai pengalaman
menerus diperhatikan dengan serangkaian dalam pemasaran di tingkat lokal.
pelatihan, pembinaan dan pendampingan Pengerajin ketiga adalah
kepada para pengerajin agar selalu pengepul kedua yang mengambil
berinovasi dan mempunyai komitmen untuk kain tenun endek dari pengepul
terus-menerus mengembangkan usahanya. pertama (pengerajin kedua) dan
Beberapa hal-hal penting yang perlu mempunyai jaringan
mendapatkan perhatian adalah: distribusi/pemasaran yang lebih
1. Kain tenun endek sebagai luas darinya. Dari ketiga struktur
warisan budaya leluhur adalah pengerajin tersebut, pengerajin
potensi yang sangat besar untuk pertama yang tidak memiliki alat
dikembangkan menjadi ciri khas produksilah yang selalu berada
dan identitas budaya Bali dalam paling bawa dan tereksploitasi
hal kerajinan tenun ikat. Potensi dari jaringan produksi kain endek
yang besar ini memungkinkan ini. Pengerajin pertama inilah

888
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

yang selalu dituntut untuk bertahan dengan upah hasil


meningkatkan produksinya dalam mereka menenun saja. Dengan
memenuhi kebutuhan posisi seperti ini, para pengerajin
konsumen/pasar yang menurut tidak akan mempunyai peluang
pengerajin kedua dan ketiga untuk mengembangkan
selalu ada permintaan produk. usahanya lebih jauh. Mereka
4. Proses pemasaran adalah hanya tetap akan bertahan
pekerjaan yang dilakukan oleh sebagai pengerajin dan
pengepul pertama dan pengepul menjadikan pekerjaan menenun
kedua dengan berbagai sebagai sampingan saja, tidak
segmentasi pasarnya masing- sebagai sumber penghasilan
masing. Pengerajin pertama utama.
hanya mengetahui bahwa 6. Inti pemberdayaan adalah pada
mereka akan mendapatkan upah pengerajin yang sepenuhnya
setelah selesai menenun kain menggantungkan hidupnya
endek. Dengan peta posisi kepada kerajinan kain tenun
seperti itu, pengerajin berada di endek. Persoalan pertama
posisi yang terlemah dan hanya adalah bagaimana merubah pola
menjadi obyek dari rantai pikir para pengerajin untuk
produksi kain tenun endek. menjadikan menenun sebagai
5. Inovasi dan penciptaan pasar pekerjaan utama bukannya
dengan demikian menjadi hal sampingan. Pada titik inilah
yang harus diperhatikan oleh usaha-usaha pemberdayaan
pengepul pertama dan pengepul perlu dilakukan untuk
kedua. Justru pada langkah inilah meyakinkan pengerajin agar
proses keuntungan berlipat-lipat mampu meningkatkan produksi
terjadi yang hanya melibatkan kain tenunnya dan
pengepul pertama, pengepul menggantungkan hidupnya
kedua dan seterusnya. dengan menenun.
Sementara pengerajin hanya

889
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

DAFTAR PUSTAKA sized manufacturing firms. Journal of


Small Business Management. 38: 48-
Ayyagari, M. 2006. Micro and small enterprises: 67.
unexplored pathways to growth. Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT teknik
USAID working paper. The Iris Center, membedah kasus bisnis. Jakarta.
University of Maryland Gramedia Pustaka Utama.
Saefullah, Asep Ahmad. 2007. “Kebijakan
Failyani, Farida Hydro dkk, 2009. Pemberdayaan Pemerintah dalam Pembinaan
Perempuan Perdesaan dalam Pengusaha Kecil dan Menengah: Studi
Pembangunan (Studi Kasus Kasus di Provinsi Bali dan Sulawesi
Perempuan di Desa Samboja Kuala, Utara” Makalah ini merupakan
Kecamatan Samboja, Kabupaten ringkasan dari laporan penelitian
Kutai Kertanegara), Jurnal Wacana tentang “Pengembangan UKM di
Vol. 12 No. 3 Juli 2009. Indonesia” yang dilakukan oleh Pusat
Pengkajian Pelayanan Data dan
Hariyati, Ratih, 2011. Penerapan Model Strategi Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI
Pemasaran Usaha Kecil Berbasis tahun 2007.
Web 2.0 sebagai Upaya dalam Soetomo, Sugiono, 2003. Riset Aksi Partisipatif
Meningkatkan Daya Saing Industri sebagai Pemberdayaan dalam
Kecil, Jurnal UPI, Tahun 11 No. 11 Pengembangan Pendidikan
2011. Perencanaan, Jurnal Tata Kelola,
Jurusan Planonlogi Universitas
Hauser-Schäablin, 1990. Brigitta, Marie-Lousie Diponogoro Semarang Vol. 5 No. 2
Nabholz-Kartaschoff, dan Urs Agustus 2003.
Ramseyer, Textiles in Bali, Singapore: Tambunan, Tulus, 1994. Mengukur Besarnya
Periplus Editions, 1990 Peranan Industri Kecil dan Rumah
Tangga di dalam Perekonomian
Johannessen, J.A., B. Olsen, and G.T. Lumpkin. Regional: Beberapa Indikator, Jurnal
2001. Innovation as newness: What is Agro Ekonomika No. 1 Thn. XXIV,
new, how new, and new to whom?. Yayasan Agro Ekonomika,
European Journal of Innovation Yogyakarta.
Management 4: 20-31 Telagawathi, Ni Luh W. Sayang, 2011. Model
Pemberdayaan Kain Tenun Cepuk di
Kotler, & Amstrong. 2000. Prinsip-Prinsip Nusa Penida, Klungkung Bali,
Pemasaran, Jakarta: Erlangga Penelitian Hibah Bersaing DIKTI
2011.
Kuncoro, Mudrajad. 2000. “Usaha Kecil di
Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi
Pemberdayaan” Makalah yang disajikan
dalam Studium Generale dengan topik
“Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil di
Indonesia”, di STIE Kerja Sama,
Yogyakarta, 18 Nopember 2000.

Laksono, P.M, 2009. “Peta Jalan Antropologi


Indonesia Abad Kedua Puluh Satu:
Memahami Invisibilitas (Budaya) di
Era Globalisasi Kapital”. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada.

Munizu, Musran, 2010. Pengaruh Faktor-Faktor


Eksternal dan Internal Terhadap
Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
di Sulawesi Selatan dalam Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan Vol.
12 No. 1, Maret 2010 hlm. 33-41

Pelham, A.M., 2000. Marketing orientation and


other potential influences on
performance in small and medium-

890

Anda mungkin juga menyukai