Anda di halaman 1dari 32

TEKSTIL adalah sebuah hasil karya buatan manusia yang berfungsi sebagai alat

untuk melindungi tubuh dari udara panas dan dingin, kebutuhan dari sikap
kesusilaan, dan sebagai wujud/ bagian dari gaya hidup sebagai manusia modern.

Tekstil terbuat dari lembaran kain yang terbentuk dari anyaman benang lungsi dan
pakan. Digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam kebutuhan
sandang dan sejenisnya.

DESAIN TEKSTIL

Desain tekstil adalah `rancangan motif dan corak baik struktur kain maupun
permukaan kain dengn teknik titik,garis,bidang warna.

Proses merencana motif atau pola pada kain dengan memperhatikan fungsi,komposisi
warna, bentuk, taawal/pra desain tata letak,harga dan bisa di produksi
banyak,sambungan ,langkah dan pengulangan motif.juga dipikirkan keinginan pasar
serta bisa laku dijual.

Desain

Artinya membuat pola-pola; proses merencana suatu karya seni yang terpakai
dengan meningdahkan fungsi,komposisi warna,tata letak,bentuk,harga memenuhi
keinginan pasar dan bisa dijual.

Tahap-Tahap desain:

1. Desain awal/pra desain


Rancangan awal desain, biasanya hanya brupa beberapa skets dengan
beberapa alternative motif dan warna yang akan dipilih.
2. Desain pengembangan/developing desain
Sesudah ada yang terpilih dari pra desain maka angsung diproses lenngkap
menjadi desain utuh dengan beberapa alternative lain untuk dipilih.
3. Desain akhir
Sesudah ada yang dipilih dari developing desain maka ditambah atau dikurangi
sesuai dengan keinginan konsumen lalu dibuatkan color way-nya serta model
sehingga menjadi satu port folio.
Unsur desain tekstil

Beberapa unsur yang harus diperhatikan di dalam membuat desain tekstil antara
lain:

1. Ide
2. Motif
3. Warna
4. Teknik
5. Ukuran
6. Step dan repeat
7. Joint
8. Colour window
9. Drapping model
10. Presentasi

Jenis desain tekstil:

1. Desain flora
2. Desain fauna
3. Desain geometris
4. Desain abstrak
5. Desain tradisional/etnik
6. Desain polkadot
7. Desain paisley
8. Desain black and white
9. Desain strip/garis
10. Desain check/kotak

Perkembangan teknologi finishing tekstil dalam memberikan nilai pada permukaan


kain yaitu painting, batik, cap, print.

Penggunaan alat produksi kain/motif dengan beragam jenis mesin:

Mesin otomatis
Mesin semi otomatis
Mesin computer
Era digital

Sejarah Tekstil

Di masa lalu nenek moyang kita yang sudah mulai mengenal dan berfikir untuk
menutupi sebagian dari auratnya berusaha menutupinya dengan daun-daunan atau
kulit kayu dll, kemudian mereka berfikir dan mencari akal untuk menganyam serat
alam yang terbuat dari sejenis tumbuhan menjadi sebuah benang, dan akhirnya
ditenun menjadi kain.

Maka diciptakan selembar kain sebagai alat untuk melindungi badan dari cuaca dan
keadaan alam. Sejalan dengan ditemukannya ATBM yaitu alat tenun bukan mesin,
maka dapat dibuatlah kain dengan cara yang sederhana.

Secara garis besarnya desain tekstil terbagi menjadi 2 bentuk. Yaitu:

1. Desain struktural

Adalah sebuah cara membuat desain pada kain yang dilakukan perubahan pada
struktur kain itu sendri. Contoh antara lain adalah: tapestry, pembuatan seni serat
yang diberlakukan hiasan struktur benangnya.

Yang dimaksud desain struktural yaitu bentuknya menyatu dengan struktur tenunan
kainnya. Desain tersebut diperoleh dengan merubah variasi konstruksi tenunan,
merubah variasi susunan bentuk maupun warna benang yang ditenun.

Celup ikat pada serat /benang di daerah NTT khususnya di Manggarai, watublapi
dan Ende.dan juga berkembang di Timor Timur, Sumba,Waingapu dll.
contoh tapestry

2. Desain permukaan
Membuat hiasan atau motif tertentu pada kain namun hanya pada permukaannya
saja. Atau membuat pola motif di atas kain.Contoh: batik, menyulam, melukis diatas
kain, tie dye, jumputan, sasirangan dan lain lain.

contoh karya lukis yang disulam

RUANG LINGKUP TEKSTIL


Yang termasuk dalam tekstil adalah mulai dari bahan baku pembuatan tekstil, serat
atau benang, kain dengan segala jenisnya yang sangat beragam dan hasil karya
menjadi sebuah benda pakai.

Bahan baku dalam pembuatan tekstil dikategorikan dalam 2 jenis yaitu:

1. Bahan alam

Bahan alam yaitu jenis bahan untuk pembuatan tekstil yang berasal dari bahan alam
baik dari binatang dan juga tumbuhan.

Yang berasal dari binatang terbagi menjadi beberapa jenis:

a. Dari sutera alam, benang dan kain sutera

b. Dari kulit binatang,benang dan kain wool

Yang berasal dari tumbuhan antara lain adalah:

a. Serat kapas, disebut kain katun

b. Serat rami,jenis kain karung

c. Serat sisal,untuk pembuatan tali atau kerajinan tas dll

d. Serat nanas,menjadi kain serat nanas

e. Serat cemara,menjadi kain serat cemara

2. Bahan buatan

Bahan buatan yang digunakan dalam pembuatan serat dan kain yaitu berasal dari
kimia polimer, sejenis senyawa an organik yang diciptakan manusia dengan teknologi
canggih, sehingga dapat dijadikan benang dan akhirnya diproduksi menjadi kain.
Beberapa jenis serat buatan antara lain:

a. Serat nilon

b. Serat serat polimer

c. Serat fiber

3. Campuran bahan alam dan bahan buatan

Penemuan baru dalam industri modern dihasilkan jenis bahan alam, buatan atau
campuran keduanya sehingga dihasilkan sebuah bahan yang lebih lentur dan lebih
tahan lama, dan dapat digunakan dalam industri atau kebutuhan produksi barang
khususnya.

Misalnya adalah: pembuatan bahan jok, taplak plastik, dan lain-lain

Proses Karya Tekstil

Serat dan benang baik dari alam maupun buatan dapat dibuat menjadi barang
kerajinan maupun benda lainnya, antara lain menghasilkan karya dalam bentuk:

1. MELUKIS DENGAN BERBAGAI CARA MENGGUNAKAN BAHAN KAIN DAN


SERAT
2. SENI SERAT MENGGUNAKAN JENIS SERAT YANG BERAGAM; dengan
teknik ikat dan simpul, tempel, jahit, rajut, susun, kait mengkait dll.
3. TAPESTRY: karya tenun sederhana dengan bahan serat alam dan buatan
serta penambahan dalam kreasi unik lainnya.
4. LENAN RUMAH TANGGA
5. Meliputi semua hasil karya yang terbuat dari serat dan kain yang digunakan
untuk menunjang keindahan rumah tangga secara keseluruhan.
6. ASSESORIES,kalung,gelang,rompi, tas, ikat pinggang, scraf, selendang dll
dari bahan serat tertentu.
MENGHIAS KAIN

BERBAGAI MACAM CARA ORANG UNTUK MENGHIAS SEBUAH KAIN DAN


MENJADIKANNYA SEBUAH BENDA PAKAI YANG MEMILIKI NILAI TAMBAH
LEBIH DENGAN HIASAN YANG SESUAI.

Cara untuk menghias desain permukaan pada kain sangat beragam, baik
dengan cara di sulam, maupun di songket atau dilukis atau dapat pula dengan cara
dicelup dan diikat, atau di hias dengan motif dan teknik pembatikan.
Kain-kain di Indonesia diproduksi dengan berbagai macam cara dan dihias
juga dengan cara yang beragam;Kain tersebut dapat dibuat menjadi pakaian,
pelengkap pakaian seperti selendang, scraf, topi,ikat pinggang dll. Namun dapat pula
menjadi hasil lenan rumah tangga.

Lenan rumah tangga adalah hasil yang dibuat dari bahan kain menjadi barang
kebutuhan rumah tangga; misalnya: sapu tangan, horden, taplak meja dll.Sekarang
ini dengan kemajuan cara hidup manusia yang berbeda dan beragam, maka
pembuatan kain menjadi lenan rumah tangga pun menjadi kebutuhan utama, seperti
misalnya; membuat celemek, membuat tas , mukena dan sejadah yang digunakan oleh
para wanita.
Teknik campuran; sulaman dan lukisan
Teknik menghias kain dengan cara disulam
Teknik menghias kain dengan aplikasi

batik yang menjadi busana siap pakai

Terdapat beberapa model dan cara menjahit, misalnya untuk menyelesaikan sebuah
pakaianatau lenan rumah tangga.
Hasil karya makrame

Batik
Tie Die
Melukis di atas kain

JENIS-JENIS TUSUK DASAR

Ada beberapa jenis tusuk dasar yang seringkali digunakan dalam menjahit atau
menyulam, baik secara manual maupun dengan mesin. Seringkali disebut juga dengan
tusuk hias,diantaranya adalah:
1. Tusuk jelujur
2. Tusuk feston
3. Tusuk flanel
4. Tusuk sejajar
5. Tusuk silang
6. Tusuk rantai
7. Tusuk tangkai
8. Tusuk tikam jejak/tusuk balik
9. Tusuk batang
10. Tusuk ikat
11. Tusuk lurus
12. Tusuk chevron
13. Tusuk bulion
14. Tusuk bulu
15. Tusuk meander
16. Tusuk anyam sarang laba-laba
17. Tusuk timbul/rya
18. Tusuk gerigi

Konsep Dasar Kriya Tekstil

A. Pengertian Kriya Tekstil

Kriya tekstil merupakan karya seni atau kerajinan yang dibuat dari bahan-bahan

tekstil. Sesuai dengan pendapat Ahmad A.K. Muda Kriya tekstil adalah karya

kerajinan tangan dari barang-barang hasil tenunan (kain tenun, mori). (2003:327

dan 528). Kriya tekstil ini merupakan hasil gagasan, ide, pikiran, perasaan, apresiasi,

dan ciptaan manusia yang memiliki nilai estetik, yang diwujudkan dalam bentuk

benda melalui proses kegiatan kreatif dengan menggunakan bahan utama dari

tekstil.

B. Jenis Kriya Tekstil

Jenis produk kriya tekstil terbagi menjadi dua kelompok yaitu : benda hias dan

benda pakai atau perpaduan dari keduanya. Jenis produk yang termasuk pada benda

hias diantaranya : hiasan dinding, sarung bantal kursi, produk kriya yang termasuk

benda pakai diantaranya : bad cover, sarung bantal, tirai, tutup aqua galon, tutup

kulkas, taplak meja makan, tutup tudung saji, dll.

C. Prinsip-Prinsip Kriya Tekstil

Seni adalah pengalaman estetik yang diwujudkan melalui kegiatan kreatif yang

menghasilkan karya yang indah. Seni erat hubungannya dengan kegiatan menciptakan

atau mewujudkan sesuatu, sesuatu disini adalah ide yang dapat berbentuk gagasan,

pengalaman, pengetahuan dan sebagainya. Ide yang ingin diwujudkan atau diciptakan
tersebut bisa sampai dan mudah diterima oleh masyarakat, maka perwujudannya

harus memenuhi:

1. Unity (kesatuan), suatu benda yang dikatakan memiliki nilai seni estetis, harus

merupakan kesatuan dan perpaduan dari unsur-unsur pembentuknya secara baik dan

sempurna.

2. Complexity (kerumitan), suatu benda yang memiliki nilai estetis pada dasarnya

tidaklah sederhana, dalam pengertian mengandung unsur-unsur yang berpadu dengan

kerumitan tertentu seperti saling bertentangan, berlawanan, dan saling

menyeimbangkan

3. Intensity (kesungguhan), suatu benda yang dikatakan yang memiliki nilai estetis

bukanlah suatu benda yang kosong, melainkan memiliki kualitas yang menonjol dalam

penampilannya. Nilai itu bisa bersifat lembut atau kasar, gembira atau duka, suram

atau ceria yang ditampilkan secara sungguh-sungguh.

Seni kriya adalah karya seni yang dibuat dengan keterampilan tangan (hand skill)
dengan memperhatikan aspek fungsional dan nilai seni sehingga Seni kriya termasuk
dari karya senirupa terapan nusantara. Penciptaan karya seni kriya tidak hanya
didasarkan pada aspek fungsionalnya (kebutuhan fisik) saja, tetapi juga untuk
pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan (kebutuhan emosional).
Dalam perkembangannya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal
ini disebabkan pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan
(hand made) dan memiliki aspek fungsional.
Tradisi membuat benda-benda seni kriya telah ada sejak zaman prasejarah. Dari
temuan-temuan benda prasejarah diketahui bahwa manusia mulai menetap pada
zaman Batu Muda (Neolitikum). Mereka telah mulai membuat benda fungsional untuk
menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Salah satunya adalah tembikar yang
terbuat dari tanah lempung yang berfungsi sebagai wadah. Tembikar pada zaman ini
telah memiliki hiasan berupa simbol-simbol atau lambang-lambang kehidupan
spiritual yang dipercaya oleh masyarakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, seni kriya mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Perkembangan ini tidak hanya pada aspek fungsi semata tetapi berimbas pada
peningkatan kualitas bentuk dan bahan serta corak hiasannya. Pada awalnya benda-
benda tersesebut memiliki bentuk yang sederhana berkembang menjadi bentuk-
bentuk yang beraneka ragam dan rumit. Demikian juga dengan hiasan yang semakin
banyak, detail, dan bervariasi.

Pengertian Seni Kriya

Istilah "seni kriya berasal dari akar kata "krya (bahasa Sanskrta) yang berarti
"mengerjakan; dari akar kata tersebut kemudian menjadi kata : karya, kriya, kerja.
Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau
obyek. Dalam pengertian berikutnya semua hasil pekerjaan termasuk berbagai
ragam keteknikannya disebut "seni kriya.(Timbul Haryono,2002).
Kata "kriya dalam bahasa Indonesia berarti pekerjaan (kerajinan tangan). Di dalam
bahasa Inggris disebut craft yang mengandung arti: energi atau kekuatan, arti lain
suatu ketrampilan mengerjakan atau membuat sesuatu. Istilah itu diartikan sebagai
ketrampilan yang dikaitkan dengan profesi seperti yang terlihat dalam
craftsworker (pengrajin).
Pada kenyataannya seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan
karena skill atau ketrampilan seseorang; sebagaimana diketahui bahwa semua kerja
dan ekspresi seni membutuhkan ketrampilan. Dalam persepsi kesenian yang berakar
pada tradisi Jawa, dikenal sebutan kagunan. Di dalam Kamus Bausastra Jawa,
kagunan adalah Kapinteran/ Yeyasan ingkang adipeni/Wudharing pambudi nganakake
kaendahan-gegambaran, kidung ngukir-ukir.
Penjelasan itu menunjukan posisi dan pentingnya ketrampilan dalam membuat
(mengubah) benda sehari-hari, di samping pengetahuan dan kepekaan (akan
keindahan). Oleh sebab itu, sebuah karya (seni) dalam proses penggarapannya tidak
berdasarkan pada kepekaan dan ketrampilan yang baik (mumpuni), maka tidak akan
ada kesempatan bagi kita untuk mnikmati karya tersebut sebagai karya seni ( I
Made Bandem, 2002 ).

Fungsi Seni Kriya

Fungsi seni kriya sebagai salah satu karya seni rupa secara garis besar terbagi atas
tiga golongan, yaitu sebagai berikut.

1. Hiasan (dekorasi)
Banyak produk seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan. Seni kriya jenis ini
lebih menonjolkan segi rupa daripada segi fungsinya sehingga bentuk-bentuknya
mengalami pengembangan. Misalnya, karya seni ukir, hiasan dinding, cinderamata,
patung, dan lain-lain.

2. Benda terapan (siap pakai)

Seni kriya yang sebenarnya adalah seni kriya yang tetap mengutamakan fungsinya.
Seni kriya jenis ini mempunyai fungsi sebagai benda yang siap pakai, bersifat
nyaman, namun tidak kehilangan unsur keindahannya. Misalnya, senjata, keramik,
furnitur, dan lain-lain.

3. Benda mainan

Di lingkungan sekitar sering kita jumpai produk seni kriya yang fungsinya sebagai
alat permainan. Jenis produk seni kriya seperti ini biasanya berbentuk sederhana,
bahan yang digunakan relatif mudah didapat dan dikerjakan, dan harganya juga
relatif murah. Misalnya, boneka, dakon, dankipas kertas.

Jenis-jenis seni kriya

Bentuk karya seni kriya Nusantara amat beragam. Beragam pula bahan alam yang
digunakan. Dari sejumlah seni kriya Nusantara, ada yang tetap mempertahankan
ragam hias tradisional dan ada pula yang telah dikembangkan sesuai dengan tuntutan
pasar.
Jenis-jenis seni kriya menurut bahan yang digunakan dapat kita bagi sebagai
berikut :

a. Kriya Kayu

Kriya kayu ialah suatu bidang kriya yang pekerjaannya membuat benda yang
mempunyai nilai fungsional maupun hias dengan menggunakan bahan kayu. Dalam
kriya kayu, terdapat pekerjaan tingkat dasar yang merupakan tingkat permulaan.
Kayu banyak sekali menghasilkan berbagai benda kerajinan, seperti topeng, wayang
golek, furnitur, patung dan hiasan ukir-ukiran.
Miniatur kendaraan dari kayu
Gantungan Kunci dari kayu

b. Seni kriya tekstil

Istilah tekstil dewasa ini sangat luas dan mencakup berbagai jenis kain yang dibuat
dengan cara ditenun, diikat, dipres dan berbagai cara lain yang dikenal dalam
pembuatan kain. Kain umumnya dibuat dari serat yang dipilin atau dipintal guna
menghasilkan benang panjang untuk ditenun atau dirajut sehingga menghasilkan kain
sebagai barang jadi. Ketebalan atau jumlah serat, kadar pilihan, tekstur kain, variasi
dalam tenunan dan rajutan, merupakan faktor yang mempangaruhi terciptanya aneka
kain yang tak terhitung macamnya.
Keragaman karya seni tekstil bisa dilihat dari jenis, teknik, ragam hias, dan bahan
yang digunakan. Jenis kriya tekstil di Nusantara bisa dikelompokkan menjadi dua,
yaitu karya batik dan karya tenun
c. Kriya keramik

Bahan dasar keramik adalah tanah liat. Benda keramik dibentuk dengan berbagai
teknik, antara lain teknik cetak, lempeng, pijit, dan pilin. Setelah dibentuk,
kemudian diberi hiasan. Jika sudah melalui proses pengeringan, dibakar dengan suhu
tertentu.
Keramik diproduksi untuk benda-benda hias atau benda pakai dengan keragaman
variasi bentuk, misalnya guci, pot bunga, vas bunga, dan sebagainya. Daerah-daerah
penghasil keramik tersebar luas di Nusantara, antara lain di Yogyakarta, Malang,
Cirebon, dan Purwokerto.
d. Kriya logam

Kriya logam adalah kriya yang mengolah logam menjadi berbagai macam benda
kerajinan. Mengolah logam biasanya dengan cara mengecor logam panas dengan
cetakan. Cetakan ini bisa terbuat dari tanah liat, gips, pasir, atau logam juga.
Kriya logam menggunakan bahan jenis logam, seperti emas, perak, perunggu, besi,
tembaga, aluminium, dan kuningan. Produk yang dihasilkan, misalnya perhiasan
emas dan perak, patung perunggu, senjata tajam, peralatan rumah tangga, dan alat
musik gamelan. Sekarang kriya logam dibuat dengan berbagai variasi bentuk.
Teknik membuat kriya logam ada dua, yaitu teknik a cire perdue dan teknik bivalve.

Teknik a cire perdue atau cetakan lilin, caranya adalah membuat bentuk
benda yang dikehendaki dengan lilin. Setelah membuat model dari lilin, model
tersebut ditutup dengan menggunakan tanah, kemudian dibuat lubang dari
atas dan bawah. Setelah itu, cetakan dibakar sehingga lilin yang terbungkus
dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk
selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu. Apabila
sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang
diinginkan.
Teknik bivalve atau setangkap, caranya yaitu menggunakan cetakan yang
ditangkupkan dan dapat dibuka sehingga setelah dingin cetakan tersebut
dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut
terbuat dari batu atau kayu.

e. Kriya kulit

Kriya kulit adalah jenis karya seni yang bahan bakunya menggunakan kulit. Kulit yang
digunakan adalah kulit kerbau, sapi, kambing, buaya, dan ular. Kulit tersebut
sebelum dipakai terlebih dahulu mengalami proses pengolahan yang panjang yaitu
mulai dari pemisahan dari daging satwa, pencucian dengan cairan tertentu,
pembersihan, perendaman dengan zat kimia tertentu (penyamakan), pewarnaan
dengan warna yang diinginkan, perentangan supaya tidak mengkerut, pengeringan,
dan penghalusan. Setelah itu, kulit baru dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang
ditentukan.
Hasil kriya kulit berupa tas, sepatu, wayan kulit, ikat pinggang, pakaian (jaket),
dompet, tempat HP, dan alat musik rebana. Daerah penghasil kriya kulit antara
lain Garut, Yogyakarta, dan Bali.

f. Kriya batu

Batu yang memiliki tekstur keras dan cenderung kaku untuk dibentuk ternyata
dapat diolah menjadi seni kerajinan yang indah. Salah satunya berasal dari daerah
Sukaraja, Sukabumi. Di daerah ini dapat dumpai berbagai material batu yang telah
diolah menjadi hiasan dan dekorasi rumah. Ada batu akik, jesper, fosil, dan batu-
batu permata lainnya yang dibentuk menjadi hiasan dengan motif flora dan fauna.
Sedangkan jenis-jenis seni kriya berdasarkan teknik pembuatannya bisa kita bagi
sebagai berikut :

1. Kriya Pahat atau Kriya Ukir

Jenis, bentuk, bahan, dan teknik dalam seni pahat sangat beragam, dari jenis ukir,
patung, dan aneka kerajinan lainnya. Seni pahat selain menggunakan bahan kayu, juga
menggunakan batu, aneka logam, emas, serta tulang dan kulit hewan. Bali merupakan
daerah yang banyak menghasilkan seni pahat berupa ukiran, patung, hingga barang-
barang kerajinan. Patung arca dengan bahan batu andesit juga dibuat di Bali.
Bentuknya menyerupai benda-benda purbakala.
Salah satu hasil dari seni pahat yang unik adalah wayang kulit dan wayang beber
yang terbuat dari kulit binatang, serta wayang golek yang terbuat dari kayu.
Kerajinan wayang kulit dan wayang beber terdapat di daerah Yogyakarta,
Surakarta, dan Sragen. Sedangkan wayang golek banyak diproduksi di Jawa Barat.
Di Jepara (Jawa Tengah) tersohor dengan seni ukir khas Jawa. Daerah lain di Jawa
penghasil seni pahat dalam bentuk topeng, patung, ukiran, dan lain-lain adalah Kudus,
Bojonegoro, dan Cirebon. Seni patung Suku Asmat dan Kamoro di Papua terkenal
dengan kekhasannya, dengan bentuk dan ukuran yang beragam.
Di Palembang, karya ukir kayu juga diwujudkan pada perabot rumah tangga dengan
ciri khas menggunakan warna emas dan cokelat tua. Di Sumatra Utara, seni pahat
masyarakat Batak selain berupa ukiran hias pada bangunan rumah adat, juga
terdapat pada benda-benda yang berfungsi sebagai perlengkapan ritual.
2. Kriya batik

Proses pembuatan kain batik dapat dilakukan dengan teknik tulis, teknik cap, dan
teknik lukis. Teknik batik tulis merupakan teknik yang paling banyak diterapkan di
Indonesia. Selain di Jawa, batik juga terdapat di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi,
dan Bali. Corak kain batik setiap daerah beraneka ragam. Corak batik Jawa
umumnya bergaya naturalis dengan sentuhan warna-warna yang beragam. Corak
batik pesisir umumnya menunjukkan adanya pengaruh asing. Pekalongan merupakan
penghasil batik yang terkenal dan termasuk dalam golongan batik pesisir. Daerah
batik bercorak pesisir yang lain adalah Madura, Tuban, dan Cirebon. Batik daerah ini
didominasi perpaduan warna yang kontras, seperti merah, kuning, cokelat, dan putih.
Sedangkan Batik Solo, Yogyakarta, dan sekitarnya umumnya menggunakan warna-
warna redup, seperti cokelat, biru, hitam, dan hijau.

3. Kriya tenun

Indonesia adalah salah satu negara penghasil tenun terbesar terutama dalam hal
keragaman corak hiasannya. Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat dan tenun
songket. Yang membedakan keduanya adalah pada teknik pembuatan dan bahan yang
digunakan. Pada songket ada tambahan benang emas, perak, atau benang sutra.
Daerah yang terkenal sebagai penghasil tenun ikat, antara lain Aceh, Sumatra
Utara, Sulawesi, Bali, Sulawesi Tengah, Toraja (Sulawesi Selatan), Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, NTT, Flores, dan Maluku. Sedangkan penghasil songket
yang terkenal, antara lain Aceh, Sumatra Barat, Riau, Palembang, Sumatra Utara,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kriya tenun
kebanyakan dipakai untuk selendang, sarung, kebaya, dan ikat kepala seperti pada
pakaian adat. Bahan yang dipakai untuk membuat kain tenun ditentukan oleh
ketersediaan alam daerah setempat. Di Sumbawa (NTT) semua produk kain tenun
dibuat dari benang kapas. Kain songket berbahan benang sutra dapat dijumpai di
Aceh, Sumatra Barat, Palembang, dan Bali, sedangkan yang berbahan dasar benang
katun dapat dijumpai di Flores.
4. Kriya anyaman

Kriya anyaman di Indonesia sangat beragam, baik jenis, bahan, maupun bentuknya.
Bahan untuk membuat anyaman kebanyakan dari kulit bambu, batang rotan, dan daun
pandan. Bahan-bahan alam lainnya adalah pelepah pisang, enceng gondok, dan serat
kayu.
Teknik pembentukan anyaman adalah dengan memanfaatkan jalur lungsi (vertikal),
jalur pakan (horizontal), dan jalur gulungan diagonal). Pembentukan pola motif
anyaman diperoleh dengan cara memanfaatkan perbedaan warna.
Kriya anyaman yang tersebar diNusantara terdiri atas bentuk-bentuk tradisional
yang masih bertahan, pengembangan dari bentuk-bentuk tradisional, hingga bentuk-
bentuk desain baru. Tasikmalaya (Jawa Barat) adalah salah satu pusat kerajinan
anyaman dari berbagai bahan dan bentuk. Di Halmahera (Maluku) rotan diproduksi
menjadi tas punggung. Di Papua, anyaman dapat ditemukan pada produksi gelang
khas masyarakat Papua yang terbuat dari serat kayu dan batang anggrek hutan.
5. Kriya Bordir

Bordir merupakan kerajinan rakyat yang memerlukan ketekunan dan ketelatenan


dalam pengerjaannya. Kerajinan ini telah tumbuh di beberapa daerah dengan motif
dan rancangan khas daerah masing-masing. Awalnya kerajinan ini berkembang untuk
memenuhi kebutuhan pakaian kebaya wanita yang merupakan pakaian nasional
Indonesia, tetapi adanya perkembangan dan penggunaan yang semakin meluas
kerajinan ini menjadi bagian dari ciri khas motif pakaian untuk sholat seperti
mukena, baju koko, dan selendang.

Pada kesempatan lain kami akan mencoba membagikan secara lebih terperinci satu

persatu dari berbagai jenis seni kriya diatas, semoga kami ada kesempatan.
Artikel Karya Senirupa terapan seni kriya diatas disadur dari berbagai sumber,

salam senirupa

Anda mungkin juga menyukai