Anda di halaman 1dari 47

1.

Batik Motif Ceplok, Grompol

Batik Yogyakarta Motif Ceplok Grompol


Batik Yogyakarta Motif Ceplok
Batik Yogyakarta Motif Ceplok Parang
Batik Yogyakarta Motif Ceplok ini mencakup berbagai macam desain geometris, biasanya berdasar
pada bentuk bunga mawar yang melingkar, bintang ataupun bentuk kecil lainnya, membentuk pola
yang simetris secara keseluruhan pada kain batik Yogyakarta. Grompol dalam kosakata bahasa Jawa
mempunyai arti berkumpul atau bersatu. Melambangkan harapan orang tua akan semua hal baik
berkumpul seperti kebahagiaan, rejeki, kerukunan hidup dan kesejahteraan untuk kedua mempelai
dan keluarga pengantin karena batik motif ini biasa digunakan pada upacara atau pesta pernikahan.
Selain itu, grompol juga bermakna harapan, agar kedua mempelai dapat berkumpul menjadi satu
atau untuk mengingat keluarga besarnya saat kemanapun mereka pergi. Harapan yang lain adalah
supaya sanak saudara dan para tamu undangan dapat menyatu sehingga pesta pernikahan berjalan
lancar dan meriah.

2. Batik Motif Kawung


Batik Yogyakarta Motif Kawung 1

Batik Yogyakarta Motif Kawung 2

Batik Yogyakarta Motif Kawung berupa 4 lingkaran atau elips yang mengelilingi lingkatan kecil
sebagai pusat dengan susunan memanjang menurut garis diagonal miring ke kiri atau kekanan
berselang-seling. Melambangkan 4 arah angin atau sumber tenaga yang mengelilingi yang berporos
pada pusat kekuatan, yaitu: timur (matahari terbit: lambang sumber kehidupan), utara (gunung:
lambang tempat tinggal para dewa, tempat roh/kematian), barat (matahari terbenam: turunnya
keberuntungan), selatan (zenit: puncak segalanya).

Dalam hal ini raja sebagai pusat atau episentrum yang dikelilingi rakyatnya. Kerajaan merupakan
pusat seni budaya, ilmu, pemerintahan, agama dan perekonomian. Rakyat harus patuh pada pusat,
namun raja juga senantiasa melindungi rakyatnya. Kawung juga melambangkan kesederhanaan dari
seorang raja yang senantiasa mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Batik yogyakarta motif
kawung juga berarti keadilan dan kesejahteraan.

Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa kawung merupakan salah satu jenis pohon palem
atau aren dengan buah yang berbentuk bundar lonjong, berwarna putih agak jernih yang disebut
“kolang-kaling”. Pendapat lain mengatakan bahwa kawung merupakan bentuk sterilisasi teratai
(Lotus) yang bermakna kesakralan dan kesucian. Pada zaman klasik (pengaruh Hindu Budha), lotus
merupakan simbol dewa-dewa. Oleh karena itu Batik Yogyakarta motif kawung dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang bersifat murni, suci, dari putih kembali ke putih. Pada intinya motif
kawung dapat kita simpulkan berbentuk bulat lonjong atau elips.

3. Batik Motif Parang


Batik Yogyakarta Motif Kawung Parang Barong
Batik Yogyakarta Motif Kawung Parang Gedreh
Batik Yogyakarta Motif Kawung Parang Tuding

Batik Yogyakarta Motif Kawung Parang Rusak

Batik Yogyakarta Motif Parang biasa disebut sebagai motif batik keris atau pola pedang oleh
masyarakat internasional. Sedangkan dalam masyarakat Jawa biasa disebut dengan motif Parang
Lidah api atau lidah api. Parang merupakan salah satu motif batik paling kuat dari motif batik lain
yang ada. Motif parang berupa garis-garis tegas yang disusun secara diagonal paralel. Motif parang
sendiri mengalami perkembangan dan memunculkan motif-motif lain seperti Parang Rusak, parang
Barong, Parang Kusuma, Parang Pamo, Parang Klithik, dan Lereng Sobrah. Dulu pembuatnya
adalah seorang pendiri Keraton Mataram, maka oleh kerajaan, motif-motif parang tersebut hanya
boleh dipakai oleh raja dan keturunannya dan tidak boleh dipakai oleh rakyat biasa. Jenis batik itu
kemudian dimasukkan sebagai kelompok “batik larangan”.

Bila dilihat secara mendalam, garis-garis lengkung pada batik Yogyakarta motif parang sering
diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam, dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah raja. Komposisi kemiringan pada motif parang juga melambangkan kewibawaan, kekuasaan,
kebesaran, serta gerak cepat sehingga pemakainya diharapkan dapat bergerak cepat. Menurut
penuturan Mari S Tjondronegoro, pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, motif parang
menjadi pedoman utama untuk menentukan derajat kebangsawanan seseorang dan menjadi
pedoman yang termaktub dalam Pranatan Dalem asmanipun Panganggo Keprabon Wonten Kraton
Nagari Ngayogjakarta Hadingningrat tahun 1927. “Selain motif Parang Rusak Barong, motif Batik
Larangan pada zaman itu adalah, motif Semen, Udan Liris, Sawat dan Cemungkiran,” jelasnya.

Motif Sekar Jagad


Sekar berarti bunga, jagad berarti dunia. Motif sekar jagad bermakna
keanekaragaman bunga di seluruh penjuru dunia yang sangat indah. Motif ini
digunakan orang tua mempelai pengantin pada resepsi atau upacara
pernikahan agar hatinya berbunga-bunga riang gembira
Batik Jogjakarta Motif Sekar Jagad

Motif Sekar Keben


Motif ini digunakan sebagai busana harian abdi dalem keraton Jawa, dengan
makna filosofis agar pemakainya mempunyai daya pikir ke depan dan
berpandangan luas.

Batik Jogjakarta Motif Sekar Keben

Motif Sekar Manggis


Digunakan pada saat upacara tradisional Jawa, misalnya mitoni. Dengan
makna filosofis agar pemakainya nampak luwes, manis mempesona.
Batik Jogjakarta Motif Sekar Manggis

Motif Sekar Polo


Digunakan untuk busana sehari-hari dengan makna filosofis agar yang
memakai bisa memberingan motivasi atau dorongan positif bagi orang lain.

Batik Jogjakarta Motif Sekar Polo

Motif Semen Gurdo


Motif ini digunakan sebagai busana pesta dan busana daerah dengan makna filosofis
agar si pemakai memperoleh berkah dan nampak berwibawa
Batik Jogjakarta Motif Semen Gurdo

Motif Semen Kuncoro


Motif ini digunakan sebagai busana harian keraton dengan makna filosofis agar
pemakainya menampakkan pancaran kebahagiaan.

Batik Jogjakarta Motif Semen Kuncoro

Motif Semen Mentul


Sebagai busana sehari-hari. Orang yang berbusana dengan motif ini pada
umumnya tidak mempunyai keinginan yang pasti.
Batik Jogjakarta Motif Semen Mentul

Motif Semen Romo Sawat Gurdo Cantel


Motif ini digunakan saat prosesi tujuh bulanan atau "mitoni" dengan makna
filosofis agar pemakainya selalu diberkahi oleh Tuhan yang Maha Kuasa.

Batik Jogjakarta Motif Semen Sawat Gurdo Cantel


Motif Semen Romo Sawat Gurdo
Motif batik ini sebagai busana daerah, makna filosofisnya agar yang memakai
terlihat lebih mempesona
Batik Jogjakarta Motif Semen Romo Sawat Gurdo

Motif Sido Asih


Motif ini termasuk motif bebas, bukan motif untuk acara-acara khusus.
Makna filosofisnya agar si pemakai disenangi banyak orang.

Batik Jogjakarta Motif Sido Asih

Motif Sido Asih Kemoda Sungging


Motif ini juga biasa digunakan untuk upacara tujuh bulanan atau untuk
menggendong bayi, makna filosofisnya agar disayangi semua orang.
Batik Jogjakarta Motif Sido Asih Kemoda Sungging

Motif Sido Asih Sungut

Motif ini dipakai sebagai busana adat saat bertemunya kedua mempelai pada
upacara pernikahan, dengan makna filosofis agar kehidupan rumahtangganya
bisa berbahagia penu rasa kasih sayang.

Batik Jogjakarta Motif Sido Asih Sungut

Motif Sido Mukti Luhur


Motif batik ini juga digunakan sebagai busana adat pada prosesi tujuh bulanan.
Makna filosofis sido mukti, "sido" = jadi, "mukti" = berbahagia. Bayi yang
digendong dengan batik bermotif ini diharapkan menjadi tenang, berbahagia.
Batik Jogjakarta Motif Sido Mukti Luhur

Motif Sido Mukti Ukel Lembat


Motif batik ini juga salah satu motif yang biasa digunakan saat bertemunya
kedua mempelai saat upacara pernikahan. Makna filosofisnya agar yang
mengenakan motif batik ini akan menjadi "mukti" atau makmur bahagia.

Batik Jogjakarta Motif Sido Mukti Ukel Lembat

Motif Slobog
Digunakan saat prosesi kematian, makna filofofisnya agar arwah yang
meninggal diberi kemudahan dalam perjalanan menghadap Tuhan Yang Maha
Esa, keluarga yang ditinggalkan mampu bersabar dalam menerima musibah
tersebut.
Batik Jogjakarta Motif Slobog

Motif Soko Rini


Termasuk motif yang biasa digunakan untuk upacara tujuh bulanan, juga
untuk menggendong bayi. Makna filosofis agar si pemakai memperoleh
keteguhan.

Batik Jogjakarta Motif Soko Rini

Motif Tambal Kanoman


Motif batik ini dipakai oleh kalangan muda, makna filosofisnya agar si
pemakai terlihat gagah serasi dan mendapatkan kelimpahan rejeki.
Batik Jogjakarta Motif Tambal Kanoman

Motif Tirta Teja


Sebagai busana sehari-hari. Makna filosofisnya "Tirta" = air, "Teja" = cahaya;
agar si pamakai nampak bercahaya dan sejuk menentramkan siapapun.

Batik Jogjakarta Motif Tirta Teja

Motif Nitik Jumputan


Sebagai busana daerah, makna filosofisnya agar pemakainya nampak luwes
mempesona.
Batik Jogjakarta Motif Nitik Jumputan

Motif Truntum Srikuncoro


Sebagai busana adat oleh orang tua pengantin saat temu mempelai pengantin.
Makna filosofisnya "Truntum" artinya menuntun, sebagai orang tua wajib
untuk menuntun kedua mempelai agar teguh dan mencapai kesejahteraan
dalam mengarungi hidup baru yang penuh liku-liku.

Batik Jogjakarta Motif Truntum Srikuncoro

Motif Udan Liris


Sebagai busana daerah. Makna filosofisnya diharapkan si pemakai mampu
menghindari segala hal yang kurang baik.
Batik Jogjakarta Motif Udan Liris

Motif Wahyu Tumurun Cantel


Motif batik ini juga termasuk salah satu dari busana adat yang dipakai saat
upacara temu pengantin. Makna filosofisnya "wahyu" = anugrah. "tumurun" =
turun. Dengan memakai busana bermotif ini, kedua pengantin diharapkan
memperoleh anugrah Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan yang sejahtera serta
mendapatkan hidayah-Nya.

Batik Jogjakarta Motif Wahyu Tumurun Cantel


1. Bledak Sidoluhur Latar Putih
Motif batik Bledak Sidoluhur dasar putih

Kegunaan : Upacara Mitoni ( Upacara Masa 7 Bulan bagi Pengantin Putri saat hamil
pertama kali)
Filosofi : Yang menggunakan batik dengan motif ini selalu dalam keadaan gembira.

2. Cakar Ayam

Batik motif Cakar Ayam

Kegunaan : Upacara Mitoni, Untuk Orang Tua Pengantin pada saat Upacara Tarub,
siraman.
Filosofi : Cakar ayam melambangkan agar setelah berumah tangga sampai
keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri (mandiri).

3. Cuwiri
Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi
Filosofi : Cuwiri = bersifat kecil-kecil, Pemakai kelihatan pantas/ harmonis.

4. Grageh Waluh

Batik motif Grageh Waluh

Kegunaan : Harian (bebas)


Filosofi : Orang yang memakai akan selalu mempunyai cita-cita atau tujuan tentang
sesuatu.

5. Grompol
Batik motif Grompol

Kegunaan : Dipakai oleh Ibu mempelai puteri pada saat siraman


Filosofi : Grompol, berarti berkumpul atau bersatu, dengan memakai kain batik motif
grompol ini diharapkan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik, seperti rezeki,
keturunan, kebahagiaan hidup, dll.

6. Harjuno Manah

Batik motif Harjuno Manah

Kegunaan : Upacara Pisowanan / Menghadap Raja bagi kalangan Kraton


Filosofi : Orang yang memakai motif batik Harjuno Manah apabila mempunyai
keinginan akan dapat tercapai.

7. Jalu Mampang
Batik Motif Jalu Mampang

Kegunaan : Untuk menghadiri Upacara Pernikahan


Filosofi : Memberikan dorongan semangat kehidupan serta memberikan restu bagi
pengantin.

8. Jawah Liris Seling Sawat Gurdo

Batik Motif Jawah Liris Seling Sawat Gurdo

Kegunaan : Berbusana
Filosofi : Jawah liris=gerimis

9. Kasatrian
Batik Motif Kasatrian

Kegunaan : Dipakai pengiring waktu upacara kirab pengantin


Filosofi : Si pemakai agar kelihatan gagah dan memiliki sifat ksatria.

10. Kawung Picis

Batik Motif Kawung Picis

Kegunaan : Dikenakan di kalangan kerajaan


Filosofi : Motif ini melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal-
usulnya, juga melambangkan empat penjuru ( pemimpin harus dapat berperan sebagai
pengendali kea rah perbuatan baik). Juga melambangkan bahwa hati nurani sebagai
pusat pengendali nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia sehingga ada keseimbangan
dalam perilaku kehidupan manusia.

11. Kembang Temu Latar Putih


Batik Motif Kembang Temu Latar Putih

Kegunaan : Bepergian, pesta


Filosofi : Kembang temu = temuwa. Orang yang memakai memiliki sikap dewasa
(temuwa).

12. Klitik

Batik Motif Klithik

Kegunaan : Busana Daerah


Filosofi : Orang yang memakai menunjukkan kewibawaan.

13. Latar Putih Cantel Sawat Gurdo


Batik Motif Latar Putih Cantel Sawat Gurdo

Kegunaan : Busana Daerah


Filosofi : Bila dipakai menjadikan wibawa.

14. Lerek Parang Centung

Batik Motif Lerek Parang Centung

Kegunaan : Mitoni, dipakai pesta


Filosofi : Parang centung = wis ceta macak, kalau dipakai kelihatan cantik (macak).

15. Lung Kangkung


Batik Motif Lung Kangkung

Kegunaan : Pakaian harian


Filosofi : Lung (Pulung), aslinya dengan memakai kain tersebut akan mendatangkan
pulung (rezeki).

16. Nitik

Batik Motif Nithik

Kegunaan : Busana daerah


Filosofi : Orang yang memakai adalah bijaksana, dapat menilai orang lain.

17. Nitik Ketongkeng


Batik Motif Nithik Ketongkeng

Kegunaan : Bebas
Filosofi : Biasanya dipakai oleh orang tua sehingga menjadikan banyak rejeki dan
luwes pantes.

18. Nogo Gini

Batik Motif Nogo Gini

Kegunaan : Upacara temanten Jawa (Gandeng temanten)


Filosofi : Apabila memakai kain tersebut kepada pengantin akan mendapatkan
barokah

19. Nogosari
Batik Motif Nagasari

Kegunaan : Untuk upacara mitoni


Filosofi : Nogosari nama sejenis pohon, motif batik ini melambangkan kesuburan dan
kemakmuran.

20. Parang Barong

Batik Motif Parang Barong

Kegunaan : Dipakai oleh Sultan/Raja.


Filosofi : Bermakna kekuasaan serta kewibawaan seorang Raja.

21. Parang Bligon, Ceplok Nitik Kembang Randu


Batik Motif Parang Bligon, Ceplok Nitik Kembang Randu

Kegunaan : Menghadiri Pesta


Filosofi : Parang Bligo = bentuk bulat berarti kemantapan hati. kembang randu =
melambangkan uang si pemakai memiliki kemantapan dalam hidup dan banyak rezeki.

22. Parang Curigo, Ceplok Kepet

Batik Motif Parang Curigo, Ceplok Kepet

Kegunaan : Berbusana, menghadiri pesta


Filosofi : Curigo = keris, kepet = isis,si pemakai memiliki kecerdasan, kewibawaan
serta ketenangan.

23. Parang Grompol


Batik Motif Parang Grompol

Kegunaan : Busana daerah


Filosofi : Orang yang memakai akan mempunyai rezeki yang banyak.

24. Parang Kusumo Ceplok Mangkoro

Batik Motif Parang Kusumo Ceplok Mangkoro

Kegunaan : Berbusana pria dan wanita


Filosofi : Parang Kusumo = Bangsawan, Mangkoro = Mahkota.
Pemakai mendapatkan kedudukan, keluhuran dan dijauhkan dari marabahaya.

25. Parang Nitik


Batik Motif Parang Nithik

Kegunaan : Busana daerah


Filosofi : Orang yang memakai menjadi luwes dan pantes.

26. Parang Tuding

Batik Motif Parang Tuding

Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi


Filosofi : Parang = batu karang, Tuding = ngarani = menunjuk, menunjukkan hal-hal
yang baik dan menimbulkan kebaikan.

27. Peksi Kurung


Batik Motif Peksi Kurung

Kegunaan : Busana daerah


Filosofi : Orang yang memakai menjadikan gagah/berwibawa dan mempunyai
kepribadian yang kuat.

28. Prabu Anom/Parang Tuding

Batik Motif Prabu Anom/Parang Tuding

Kegunaan : Upacara mitoni


Filosofi : Agar si pemakai mendapatkan kedudukan yang baik, awet muda dan
simpatik.

29. Sapit Urang


Batik Motif Sapit Urang

Kegunaan : Koleksi lingkungan Kraton


Filosofi : Orang yang memakai mempunyai kepribadian yang baik dan hidupnya tidak
sembrono.

30. Sekar Asem

Batik Motif Sekar Asem

Kegunaan : Pakaian upacara adat Jawa


Filosofi : Asem (mesem : senyum) Orang yang memakai akan selalu hidup bahagia
dan bersikap ramah.

31. Sekar Keben


Batik Motif Sekar Keben

Kegunaan : Pakain harian kalangan abdi dalem Kraton


Filosofi : Orang yang memakai akan memiliki pandangan yang luas dan selalu ingin
maju.

32. Sekar Manggis

Batik Motif Sekar Manggis

Kegunaan : Upacara tradisional Jawa (misal : mitoni)


Filosofi : Dengan memakai kain motif tersebut, akan memberikan kesan luwes/ manis
bagi si pemakai.

33. Sekar Polo


Batik Motif Sekar Polo

Kegunaan : Dipakai untuk sehari-harian.


Filosofi : Orang yang memakai akan dapat memberikan dorongan/pengaruh kepada
orang lain

34. Semen Gurdo

Batik Motif Semen Gurdo

Kegunaan : Untuk pesta, busana daerah


Filosofi : Agar si pemakai mendapatkan berkah dan kelihatan berwibawa.

35. Semen Kuncoro


Batik Motif Semen Kuncoro

Kegunaan : Pakaian harian Kraton


Filosofi : Kencono (bahasa Jawa: muncar) Orang yang memakai akan memancarkan
kebahagiaan.

36. Semen Mentul

Batik Motif Semen Mentul

Kegunaan : Dipakai untuk harian


Filosofi : Orang yang memakai umumnya tidak mempunyai keinginan yang pasti.

37. Semen Romo Sawat Gurdo


Batik Motif Semen Rama Sawat Gurdo

Kegunaan : Busana daerah


Filosofi : Dipakai menjadikan macak (menarik)

38. Semen Romo Sawat Gurdo Cantel

Semen Rama Sawat Gurdo Cantel

Kegunaan : mitoni, dipakai pesta


Filosofi : Agar selalu mendapatkan berkah Tuhan.

39. Sido Asih


Batik Motif Sido Asih

Kegunaan : Bebas
Filosofi : Pemakai akan disenangi (Jawa: ditresnani) oleh banyak orang.

40. Sido Asih Kemoda Sungging

Batik Motif Sido Asih Kemoda Sungging

Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi


Filosofi : Sido = Jadi, Asih = sayang. Agar disayangi setiap orang.

41. Sido Asih Sungut


Batik Motif Sido Asih Sungut

Kegunaan : Temanten panggih


Filosofi : Sido berarti jadi, asih berarti sayang, ragam hias ini mempunyai makna agar
hidup berumah tangga selalu penuh kasih sayang.

42. Sido Mukti Luhur

Batik Motif Sido Mukti Luhur

Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi


Filosofi : Sido Mukti, berarti gembira, kebahagiaan untuk mengendong bayi sehingga
bayi merasakan ketenangan, kegembiraan dll.

43. Sido Mukti Ukel Lembat


Batik Motif Sido Mukti Ukel Lembat

Kegunaan : Temanten panggih


Filosofi : Orang yang memakai batik motif ini akan menjadi mukti.

44. Slobog

Batik Motif Slobog

Kegunaan : Dipakai pada upacara kematian, dipakai pada upacara pelantikan para
pejabat
pemerintah.

Filosofi : -Melambangkan harapan agar arwah yang meninggal mendapatkan


kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan menghadap Kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, sedangkan keluarga yang ditingalkan juga diberi kesabaran dalam menerima
cobaan kehilangan salah satu keluarganya.
- Melambangkan harapan agar selalu diberi petunjuk dan kelancaran dalam
menjalankan semua tugas-tugas yang menjadi tangung jawabnya.

45. Soko Rini


Batik Motif Soko Rini

Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi


Filosofi : Soko = orang, Rini = senang, Pemakai mendapatkan kesenangan kukuh
dan
abadi.

46. Tambal Kanoman

Batik Motif Tambal Kanoman

Kegunaan : Dipakai orang muda, terutama untuk tingalan tahun (ulang tahun)
Filosofi : Si pemakai akan kelihatan pantas/luwes dan banyak rejeki.

47. Tirta Teja


Batik Motif Tirta Teja

Kegunaan : Berbusana
Filosofi : Tirta = air, teja = cahaya. Si pemakai “gandes luwes” dan bercahaya.

48. Tritik Jumputan

Batik Motif Tritik Jumputan

Kegunaan : Busana daerah


Filosofi : Orang yang memakai batik motif tritik jumputan menjadi luwes dan pantes.

49. Truntum Sri Kuncoro


Batik Motif Truntum Sri Kuncoro

Kegunaan : Untuk orang tua pengantin pada waktu upacara panggih.


Filosofi : Truntum berarti menuntun, sebagai orang tua berkewajiban menuntun
kedua pengantin.

50. Udan Liris

Batik Motif Udan Liris

Kegunaan : Busana daerah


Filosofi : Orang yang memakai batik motif ini bisa terhindar dari hal-hal yang kurang
baik.

51. Wahyu Tumurun


Batik Motif Wahyu Tumurun

Kegunaan : Busana daerah


Filosofi : Agar si pemakai mendapatkan wahyu (anugerah).

52. Wahyu Tumurun Cantel

Batik Motif Wahyu Tumurun Canthel

Kegunaan : Dipakai Pengantin pada waktu panggih


Filosofi : Wahyu berarti anugerah, temurun berarti turun, dengan menggunakan kain
batik motif ini kedua pengantin mendapatkan anugerah dari yang Maha Kuasa berupa
kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat petunjukNya.

Anda mungkin juga menyukai