Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.4 Metode
Bab II Isi
Pengertian Batik
Batik berasal dari kata “tik” yang terdapat di dalam kata titik. Titik berarti juga tetes. Memang di
dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih. Ada juga yang mencari
asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno. Menurut pendapat ini, kata batik dihubungkan
dengan kata tulis atau lukis. Dengan demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis
dan gambar pada umumnya.
Selain itu batik memiliki perngertian salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Batik juga dapat
mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan
menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Pengertian kedua adalah kain
atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang
memiliki kekhasan.
Di Jogjakarta dan Solo, kain batik motif parang merupakan pakaian kebesaran para raja. Konon,
rakyat biasa pantang memakai. Itu dulu, sekarang bolehlah asal tidak dipakai saat bertemu raja.
Misalnya, untuk kondangan atau menghadiri rapat. Tokoh penting yang mengenalkan kain batik ke
Madura adalah Adipati Sumenep, Arya Wiraraja yang merupakan sekutu dekat Raden Wijaya,
pendiri kerajaan Majapahit.
Motif batik madura memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain. Ciri
khas batik Madura sebagai usaha rumahan yang mudah dikenali adalah selalu terdapat warna merah
dalam motif bunga atau daun. Beberapa kalangan menilai, ada kesamaan motif kain batik Madura
dan Jogjakarta. Adanya kesamaan motif kain batik Madura dan Jogjakarta karena ada hubungan
darah antara raja Mataram dengan para pembesar di Madura. Kerajaan Bangkalan pada zaman raja
Cakraningrat I adalah bawahan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung.
Perjalanan Sejarah Batik Madura saat ini boleh dikatakan mencapai kejayaan, apalagi dengan
pencanangan Hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Para
pengrajin batik setelah peresmian jembatan Suramadu di sentra-sentra batik Madura mengalami
kegairahan membatik.
Batik Madura
Madura, pulau kecil di ujung timur Jawa, memiliki peran nyata didalam perkembangan sejarah
budaya Indonesia, termasuk didalamnya pengembangan batik. Meskipun memiliki watak tersendiri
yang berciri ragam hias kelautan, motif-motif dari daratan Jawa bnayak muncul dalam karya-karya
batik Madura. Warna-warna kuat merah, hijau, jingga, kuning, dan biru yang didampingi garis-garis
tegas pada motif-motif yang lugas mencerminkan sisi perangai orang Madura yang gagah,
pemberani, dan terbuka. Teknik pengolahannya pun masih asli karena umumnya bertahan pada
cara-cara tradisional menggunakan canting dan pewarna alam yang ramah lingkungan.
Batik Gentongan
Keunikan yang dimiliki batik Madura adalah batik Gentong. Dinamakan demikian karena
pencelupan warna dilakukan di dalam gentong yang tertanam di tanah. Teknik gentong hanya
dilakukan untuk satu jenis warna saja, yakni indigo. Kelebihan hasil celupan batik gentong adalah
warna lebih utuh, awet, dan memiliki kepekatan merata. Dalam adat istiadat Madura, konon batik
gentong bukan dikenakan sebagai pakaian melainkan sebagai lilitan selempang untuk menyimpan
benda-benda berharga atau jimat. Batik Gentong hanya terdapat di dua wilayah di daerah
Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan.
Dalam proses pembuatan Batik perlu di tetapkan beberapa hal, di antaranya yaitu
1. Menganalisa bahan – bahan yang di perlukan dalam pembuatan batik, bahan
bahanya antara lain yaitu
o mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
2. Alat-alatnya :
o Canting Cap, Canting Tulis
o GAWANGAN DAN DHINGKLIK
o Meja Printing
3. Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:
Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani
Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda- beda. Ada
yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih
untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di
Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak
bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural
seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat
menggunakan pensil
Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin)
malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola
tersebut
Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap
berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk
bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam
larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup
oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .
Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara
meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses
pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan
warna pertama dan kedua.
Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai
dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus
air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif
yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir,
pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna,
karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak
sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk
digunakan.
Pohon dan daun “indigo” (indigofera), sejenis tanaman perdu yang menghasilkan
warna nila atau biru.
Kayu nangka
Jelawe
Buah jelawe (terminalia cattapa) yang direbus digunakan untuk menghasilkan warna
kuning kecoklatan.
Batang tinggi
Daun mangga (mangifera indica) terutama daun mangga kweni yang dikeringkan
digunakan untuk menghasilkan warna kuning.
Batang mahoni
Pewarnaan Batik Pada zaman dahulu, diwarnai dengan menggunakan pewarna alam seperti
kulit kayu mahoni. Nila/tom-Indigo untuk warna biru. Dalam prakteknya penggunaan
pewarnaan dengan pewarna alamjarang digunakan oleh para pembatik, karena proses
pengerjaannya cukup memakan waktu yakni kurang lebih 2 sampai 3 hari, sehingga untuk
memenuhi permintaan konsumen dalam waktu dekat, tidak dapat terkejar
Bagi para perajin yang kurang telaten dan sabar umumnya beralih ke pewarnaan kimia, yang
proses pewarnaannya lebih cepat, yang mengakibatkan lambat laun penggunaan pewarna
alami, kian ditinggalkan oleh perajin batik yang pemula. Akan tetapi pewarnaan Alami ini
tetap di lakukan oleh masyarakat madura khususnya batik tulis tanjung bumi yang ad di
kabupaten Bangkalan, dengan pertimbangan "mudah" mencari bahan-bahan untuk pewarna
Alam di daerah ini.
Dengan keluarnya larangan pewarnaan batik yang menggunakan beberapa golongan zat
warna sintestis yang berbasis Azo, maka di Indonesia khususnya daerah Madura mulai
melakukan penggalian kembali penggunaan zat warna alam yang banyak tersedia, disamping
pangsa pasar tekstil di negara Eropa juga menghendaki batik dengan menggunakan pewarna
alam.
Dengan berubahnya keinginan pasar maka kepada perajin telah disarankan untuk
menggunakan kembali pewarna alam yang berasal dari kayukayuan, daun-daunan, akar-
akaran yang berasal dari hutan yang ada di daerah tersebut
Filosofi batik
Dalam proses pembuatannya, seni batik terutama batik tulis melambangkan kesabaran pembuatnya.
Setiap hiasan dibuat dengan teliti dan melalui proses yang panjang. Kesempurnaan motif tersebut
menyiratkan ketenangan pembuatnya.
Corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan oleh kalangan
tertentu. Misalnya, motif parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, hanya boleh
dikenakan oleh penguasa dan ksatria. Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran
yang tinggi. Kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan gaib
batik tersebut.
Selain proses pembuatan batik yang sarat dengan makna filosofis, corak batik merupakan simbol-
simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berfikir masyarakat pembuatnya. Berikut ini adalah
beberapa motif batik beserta filosofinya.
1. Kawung
Motif ini berbentuk teratai yang sedang merekah. Motif melambangkan kesucian dan umur panjang.
2. Parang
Motif berbentuk mata parang, melambangan kekuasaan dan kekuatan. Hanya boleh dikenakan oleh
penguasa dan ksatria.
3. Sawat
Motif berbentuk sayap, hanya dikenakan oleh raja dan putra raja.
Motif batik diciptakan tidak berdasarkan pertimbangan nilai estetis saja, tetapi juga berdasarkan
harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk banyak simbol, misalnya sebagai berikut:
1. Ragam Hias Slobong
Memiliki arti lancar dan longgar. Motif ini digunakan untuk melayat dan bermakna harapan agar
arwah orang yang meninggal dunia dapat dengan lancar menghadap kepada Tuhan dan diterima di
sisi-Nya.
2. Ragam Hias Sida Mukti
Berarti “jadi bahagia”. Motif ini dikenakan oleh pengantin pria maupun wanita, dengan harapan
keduanya akan memperoleh kebahagiaan selama hidupnya.