Anda di halaman 1dari 16

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Pembahasan

1.4 Metode

Bab II Isi

Bab III Penutup


BAB I
A. LATAR BELAKANG
1. Memberikan kesempatan bagi generasi muda / putra- putri anak bangsa ikut
bertanggung jawab dalam melestarikan kebudayaan dan kepariwisataan,
sehingga mampu berkiprah dan menjawab tantangan global di masa mendatang
2. Karena minimnya informasi kepada masyarakat sehingga perlu diadakannya
pelatihan seni membatik
3. Memberikan sarana informasi untuk meningkatkan dan mengembangkan citra /
daya tarik kepariwisataan di kabupaten Bangkalan
4. Merupakan program agenda tahunan pemerintah daerah Kabupaten Bangkalan
dalam rangka melestarikan aset Budaya dan kearifan lokal khususnya seni
batik tulis
5. Batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. Momentum tersebut mestinya
dimaknai oleh segenap negeri ini untuk meningkatkan harkat hidup para
pengrajin dan buruh batik tradisional
6. Selain menjadi warisan budaya yang termashur batik juga harus bisa menjadi
leverage ekonomi kerakyatan. Apalagi banyak daerah yang mulai
mengembangkan industri Batik dengan motif khas Khususnya Batik Tulis
Tanjung Bumi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


 Maksud
 Memberdayakan generasi muda di bidang kepariwisataan
khususnya seni Batik tulis.
 Tujuan
 Mengembangkan bakat, kreatifitas dan kemampuan generasi
muda di bidang budaya dan pariwisata
 Membentuk duta wisata batik tulis yang mempunyai
kemampuan dan wawasan luas serta profesional dalam
mempromosikan batik tulis Tanjung Bumi
 Memperkenalkan batik tulis kepada wisatawan dalam negeri
maupun luar negeri
 Meningkatkan kualitas batik tulis tanjung bumi

Pengertian Batik

Batik berasal dari kata “tik” yang terdapat di dalam kata titik. Titik berarti juga tetes. Memang di
dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih. Ada juga yang mencari
asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno. Menurut pendapat ini, kata batik dihubungkan
dengan kata tulis atau lukis. Dengan demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis
dan gambar pada umumnya.

Selain itu batik memiliki perngertian salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Batik juga dapat
mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan
menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Pengertian kedua adalah kain
atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang
memiliki kekhasan.

C. SEJARAH BATIK DAN FILOSOFI

Sejarah batik tulis Tanjung Bumi


Sejarah Batik Madura sudah ada sejak zaman kerajaan.Kain batik Madura mulai dikenal
masyarakat luas pada abad ke 16 dan 17. Hal ini bermula ketika terjadi peperangan di Pamekasan
Madura antara Raden Azhar (Kiai Penghulu Bagandan) melawan Ke’ Lesap. Raden Azhar
merupakan ulama penasihat spriritual Adipati Pamekasan yang bernama Raden Ismail (Adipati
Arya Adikara IV). Sedangkan Ke’ Lesap merupakan putera Madura keturunan Cakraningrat I
dengan istri selir.
Dalam peperangan itu, Raden Azhar memakai pakaian kebesaran batik dengan motif parang atau
dalam bahasa Madura disebut motif leres yakni kain batik dengan motif garis melintang simetris.
Ketika memakai kain batik motif parang, Raden Azhar memiliki kharisma, tanpak gagah
berwibawa. Sejak itulah, batik menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Madura, terutama
pembesar-pembesar di Pamekasan.

Di Jogjakarta dan Solo, kain batik motif parang merupakan pakaian kebesaran para raja. Konon,
rakyat biasa pantang memakai. Itu dulu, sekarang bolehlah asal tidak dipakai saat bertemu raja.
Misalnya, untuk kondangan atau menghadiri rapat. Tokoh penting yang mengenalkan kain batik ke
Madura adalah Adipati Sumenep, Arya Wiraraja yang merupakan sekutu dekat Raden Wijaya,
pendiri kerajaan Majapahit.

Motif batik madura memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain. Ciri
khas batik Madura sebagai usaha rumahan yang mudah dikenali adalah selalu terdapat warna merah
dalam motif bunga atau daun. Beberapa kalangan menilai, ada kesamaan motif kain batik Madura
dan Jogjakarta. Adanya kesamaan motif kain batik Madura dan Jogjakarta karena ada hubungan
darah antara raja Mataram dengan para pembesar di Madura. Kerajaan Bangkalan pada zaman raja
Cakraningrat I adalah bawahan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung.

Perjalanan Sejarah Batik Madura saat ini boleh dikatakan mencapai kejayaan, apalagi dengan
pencanangan Hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Para
pengrajin batik setelah peresmian jembatan Suramadu di sentra-sentra batik Madura mengalami
kegairahan membatik.
Batik Madura

Madura, pulau kecil di ujung timur Jawa, memiliki peran nyata didalam perkembangan sejarah
budaya Indonesia, termasuk didalamnya pengembangan batik. Meskipun memiliki watak tersendiri
yang berciri ragam hias kelautan, motif-motif dari daratan Jawa bnayak muncul dalam karya-karya
batik Madura. Warna-warna kuat merah, hijau, jingga, kuning, dan biru yang didampingi garis-garis
tegas pada motif-motif yang lugas mencerminkan sisi perangai orang Madura yang gagah,
pemberani, dan terbuka. Teknik pengolahannya pun masih asli karena umumnya bertahan pada
cara-cara tradisional menggunakan canting dan pewarna alam yang ramah lingkungan.

Batik Gentongan
Keunikan yang dimiliki batik Madura adalah batik Gentong. Dinamakan demikian karena
pencelupan warna dilakukan di dalam gentong yang tertanam di tanah. Teknik gentong hanya
dilakukan untuk satu jenis warna saja, yakni indigo. Kelebihan hasil celupan batik gentong adalah
warna lebih utuh, awet, dan memiliki kepekatan merata. Dalam adat istiadat Madura, konon batik
gentong bukan dikenakan sebagai pakaian melainkan sebagai lilitan selempang untuk menyimpan
benda-benda berharga atau jimat. Batik Gentong hanya terdapat di dua wilayah di daerah
Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan.

Proses Batik Gentongan ·


 Tahap 1: Leccak, mencelupkan kain putih ke dalam campuran minyak nyemplong dan air
abu. Proses ini memakan waktu dua bulan.·
 Tahap 2: Rengreng, menggambar motif batik pada kain yang sudah di leccak. Butuh waktu 3
-7 hari.·
 Tahap 3: Essean (isen), mengisi motif yang telah direngreng, sekitar satu bulan tergantung
tingkat kehalusan. Butuh waktu satu bulan.·
 Tahap 4: Nembok (nebbeng): menutup motif batik yang tak ingin diwarnai warna pertama.
Butuh waktu 3-7 hari.·
 Tahap 5: Proses gentongan untuk warna pertama. Kain direndam dalam gentong selama
satu hari dengan warna alam, kemudian diangkat, disikat, ditiriskan, dianginkan,kemudian di
masukkan kembali selama satu hari. Hal ini dilakukan setiap hari selama tiga bulan sampai
didapatkan warna yang diinginkan.·
 Tahap 6: Proses lorot pertama, merebus kain yang telah diwarnai dengan air panas yang
dicampur tepungkanji sampai malam bersih.·
 Tahap 7: Pelilinan kedua, membatik lagi kain yang telah diwarnai di dalam gentong, baik
yang masih berwarna putih ataupun yang sudah berwarna.·
 Tahap 8: Proses gentongan untuk warna kedua.·
 Tahap 9: Proses lorot kedua

PROSES PEMBUATAN BATIK

Dalam proses pembuatan Batik perlu di tetapkan beberapa hal, di antaranya yaitu
1. Menganalisa bahan – bahan yang di perlukan dalam pembuatan batik, bahan
bahanya antara lain yaitu
o mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)

o Canting sebagai alat pembentuk motif,


o Gawangan (tempat untuk menyampirkan kain)

o Lilin (malan) yang dicairkan

o Panci dan kompor kecil untuk memanaskan


o Larutan pewarna

2. Alat-alatnya :
o Canting Cap, Canting Tulis
o GAWANGAN DAN DHINGKLIK
o Meja Printing
3. Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:
Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani

Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda- beda. Ada
yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih
untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di
Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak
bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural
seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat
menggunakan pensil
Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin)
malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola
tersebut

Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap
berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk
bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam
larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup
oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .

Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.


Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin
malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap di
pertahankan pada pewarnaan yang pertama.

- Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.

Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara
meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.

Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses
pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan
warna pertama dan kedua.
Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai
dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.

Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus
air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif
yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir,
pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna,
karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak
sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk
digunakan.

Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian


mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai
 PERAWATAN BATIK
 Batik bukan barang yang murah saat ini . batik bisa berharga sampai jutaan rupiah, sehingga
kita harus menjaga batik yang kita miliki. Sangat mudah sekali dalam merawat batik yang
kita miliki. Jangan sampai batik kesayangan kita sampai rusak begitu saja. Rawatlah batik
yang anda miliki, karena cukup mudah merawatnya apabila kita mengetahuinya . ikuti
panduan merawat batik dibawah ini.
 Cara terbaik untuk merawat kain batik adalah dengan mencucinya menggunakan
cairan khusus yang banyak di jual di pasaran ( lerak ) atau bisa juga dengan
menggunakan shampo. Larutkan shampo dalam air secukupnya hingga betul – betul
merata agar terhindardari pudarnya warna pada kain batik.
 Jangan pernah mencuci kain batik dalam mesin cuci. Selain dapat merusak kain itu
sendiri, penggunaan deterjen pada kain batik dapat melunturkan warna dan corak
yang ada. Apabila terdapat noda yang membandel dan sulit di hilangkan dengan
lerak maupun shampo atau sabun cuci biasa, cobalah hilangkan noda tersebut dengan
kulit jeruk tetapi jangan pada seluruh permukaan kain, melainkan hanya pada bagian
yang terkena noda saja.
 Setelah dicuci, biarkan kain batik mengering secara alami ditempat yang cukup
teduh, jangan langsung di jemur dibawah terik matahari. Memeras kain batik dapat
merusak warna dan motif kain.
 Semprotkan pewangi pada kain batik anda, jangan semprot kain secara langsung
melainkan tutupi terlebih dahulu kain batik dengan koran kemudian semprotkan
cairan pewangi dan pelembut kain saatakan disetrika
 Untuk menghindari ngengat dan serangga lainnya di dalam lemari pakaian yang bisa
merusak kain batik anda, dapat di atasi dengan memasukkan merica ke dalam tisu.
Bau merica yang kurang sedap dapat mengusir ngengat sehingga kain batik anda
terjamin keamananya.
 Pewarnaan Batik Tulis
 Nenek moyang mewariskan kearifan bagaimana tanaman yang tumbuk di sekeliling kita
dapat menjadi sumber pewarna alami yang indah. Tanpa mencemari lingkungan.
 Indigo

Pohon dan daun “indigo” (indigofera), sejenis tanaman perdu yang menghasilkan
warna nila atau biru.

 Kayu nangka

Kulit dan batang kayu nagka (artocarpus heteropyllus) digunakan untuk


menghasilkan warna kuning.

 Jelawe

Buah jelawe (terminalia cattapa) yang direbus digunakan untuk menghasilkan warna
kuning kecoklatan.

 Batang tinggi

Kulit dan batang pohon tingi (teriops candoleanaam) menghasilkan warna


kecoklatan khas soga.

 Daun mangga kweni

Daun mangga (mangifera indica) terutama daun mangga kweni yang dikeringkan
digunakan untuk menghasilkan warna kuning.

 Batang mahoni

Kulit kayu mahoni (mahonia japonica) menghasilkan warna coklat kemerahan.


 Mengkudu

Pohon mengkudu (morindra citrifolia) menghasilkan buah mengkudu atau lebih


dikenal umum sebagai buah noni atau pace, akarnya menghasilkan warna merah.

 Pewarnaan Batik Pada zaman dahulu, diwarnai dengan menggunakan pewarna alam seperti
kulit kayu mahoni. Nila/tom-Indigo untuk warna biru. Dalam prakteknya penggunaan
pewarnaan dengan pewarna alamjarang digunakan oleh para pembatik, karena proses
pengerjaannya cukup memakan waktu yakni kurang lebih 2 sampai 3 hari, sehingga untuk
memenuhi permintaan konsumen dalam waktu dekat, tidak dapat terkejar

Bagi para perajin yang kurang telaten dan sabar umumnya beralih ke pewarnaan kimia, yang
proses pewarnaannya lebih cepat, yang mengakibatkan lambat laun penggunaan pewarna
alami, kian ditinggalkan oleh perajin batik yang pemula. Akan tetapi pewarnaan Alami ini
tetap di lakukan oleh masyarakat madura khususnya batik tulis tanjung bumi yang ad di
kabupaten Bangkalan, dengan pertimbangan "mudah" mencari bahan-bahan untuk pewarna
Alam di daerah ini.

Dengan keluarnya larangan pewarnaan batik yang menggunakan beberapa golongan zat
warna sintestis yang berbasis Azo, maka di Indonesia khususnya daerah Madura mulai
melakukan penggalian kembali penggunaan zat warna alam yang banyak tersedia, disamping
pangsa pasar tekstil di negara Eropa juga menghendaki batik dengan menggunakan pewarna
alam.

Dengan berubahnya keinginan pasar maka kepada perajin telah disarankan untuk
menggunakan kembali pewarna alam yang berasal dari kayukayuan, daun-daunan, akar-
akaran yang berasal dari hutan yang ada di daerah tersebut
Filosofi batik
Dalam proses pembuatannya, seni batik terutama batik tulis melambangkan kesabaran pembuatnya.
Setiap hiasan dibuat dengan teliti dan melalui proses yang panjang. Kesempurnaan motif tersebut
menyiratkan ketenangan pembuatnya.
Corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan oleh kalangan
tertentu. Misalnya, motif parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, hanya boleh
dikenakan oleh penguasa dan ksatria. Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran
yang tinggi. Kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan gaib
batik tersebut.
Selain proses pembuatan batik yang sarat dengan makna filosofis, corak batik merupakan simbol-
simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berfikir masyarakat pembuatnya. Berikut ini adalah
beberapa motif batik beserta filosofinya.
1. Kawung
Motif ini berbentuk teratai yang sedang merekah. Motif melambangkan kesucian dan umur panjang.
2. Parang
Motif berbentuk mata parang, melambangan kekuasaan dan kekuatan. Hanya boleh dikenakan oleh
penguasa dan ksatria.
3. Sawat
Motif berbentuk sayap, hanya dikenakan oleh raja dan putra raja.
Motif batik diciptakan tidak berdasarkan pertimbangan nilai estetis saja, tetapi juga berdasarkan
harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk banyak simbol, misalnya sebagai berikut:
1. Ragam Hias Slobong
Memiliki arti lancar dan longgar. Motif ini digunakan untuk melayat dan bermakna harapan agar
arwah orang yang meninggal dunia dapat dengan lancar menghadap kepada Tuhan dan diterima di
sisi-Nya.
2. Ragam Hias Sida Mukti
Berarti “jadi bahagia”. Motif ini dikenakan oleh pengantin pria maupun wanita, dengan harapan
keduanya akan memperoleh kebahagiaan selama hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai