Anda di halaman 1dari 15

BUKU AJAR

TATA LAKSANA BORDIR I

Oleh:

Nama: Dra. Mien Zyahratil Umami, M.Pd


Prodi : Tata - Busana

AKADEMI KESEJAHTERAAN SOSIAL IBU KARTINI


Jl. Sultan agung 77 Telp/Fax 024-8315304
Candi Baru Semarang
PRAKATA

Puji syukur kehadlirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayahNya, sehingga buku ajar Tata Laksana Bordir I dapat diselesaikan dengan baik.
Sholawat dan salam tetap tercurah pada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Buku ajar ini merupakan panduan bagi mahasiswa program studi tata busana AKS
Ibu Kartini Semarang, pada mata kuliah tata laksana bordir I. Tersusunnya buku ajar ini
tak lepas dari bantuan serta dukungan dari suami dan anak-anakku tersayang yang
senantiasa memberikan dukungan, pengertian dan doanya. Semoga Allah SWT selalu
melindungi dan melapangkan jalan mereka menuju kesuksesan dan kebahagiaan dunia
dan akherat. Amin.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada ibu direktur dan seluruh sivitas
akademika AKS Ibu Kartini Semarang yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materiil sehingga tersusun buku ajar ini.Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan dengan pahala yang berlimpah. Amin.
Pada akhirnya, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan buku ajar ini
masih banyak kekurangan dan berharap semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa program studi tata busana khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, Oktober - 2009


Penyusun,

Dra. Mien Zyahratil Umami, M.Pd


DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
GAMBARAN UMUM MATA KULIAH

Industri Fashion pada masa sekarang ini mengalami perkembangan pesat baik
pada model, fariasi maupun bahan yang digunakan. Hal ini seiring dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS). Kebutuhan manusia
pada pakaian tidak hanya sekedar sebagai penutup badan melainkan juga untuk
mendapatkan rasa percaya diri serta memperindah penampilan. Penambahan ragam
hias pada suatu busana dapat meningkatkan nilai estetika busana tersebut serta dapat
meningkatkan nilai jual. Di Indonesia banyak daerah yang memiliki potensi
menghasilkan produk busana dengan beraneka ragam jenis hiasan. Misal produk batik,
tenun troso, bordir yang memiliki ciri - ciri khusus suatu daerah. Bordir Kudus, bordir
Tasik, bordir Sumatera Barat, dan lain lain yang masing-masing memiliki ciri
sendiri. Untuk mengangkat produk busana agar memiliki nilai jual tinggi dapat
dilakukan dengan menambahkan sentuhan bordir pada produk - produk fashion
tertentu.
Mata kuliah Tata Laksana Bordir I ini memberikan pengetahuan dan
ketrampilan tentang bagaimana memberikan suatu ragam hias bordir pada busana dan
lenan rumah tangga dengan menggunakan alat bantu mesin jahit. Pengetahuan
tentang sejarah, tujuan dan perlengkapan yang diperlukan dalam membordir serta
macam-macam setikan yang digunakan untuk menyelesaikan desain motif yang
dibuat sesuai dengan penempatannya. Mata kuliah TL. Bordir I ini merupakan
pengetahuan dan ketrampilan dasar yang harus dimiliki mahasiswa AKS Ibu Kartini,
khususnya mahasiswa program studi tata busana, sebelum mereka mengikuti mata
kuliah TL.Bordir II, dengan menggunakan mesin bordir dan macam-macam fariasi
motif dan teknik bordir.
Diharapkan dengan pengetahuan dan ketrampilan ini mahasiswa dapat
menerapkan dan mengembangkannya secara profesional, sebagai bekal mereka
sebagai wirausaha mandiri dan dapat membuka lapangan kerja dibidang busana dan
lenan rumah tangga dengan memberikan sentuhan ragam hias bordir.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Bordir
Seni bordir menurut Priggodigdo dalam Enny disamakan dengan penyulaman.
Seni bordir atau penyulaman didefinisikan sebagai pekerjaan yang bersifat menghias
kain atau kulit dengan menggunakan jarum dan benang, serabut atau jalur kulit (sesuai
dengan media yang tersedia).
Suhersono mengemukakan bahwa istilah bordir identik dengan menyulam
karena kata "bordir" diambil dari istilah Inggris embroidery (im-broide) yang artinya
sulaman. Pembuatan ragam hias ini sangat sederhana, berawal hanya dengan bantuan
alat berupa jarum dan benang, dengan menggunakan macam-macam tusuk, yang pada
akhirnya disebut dengan istilah sulam. Dengan berkembangnya teknologi, pengerjaan
bordir ini meningkat dengan memakai alat bantu berupa mesin jahit (mesin bordir),
sehingga hasil pekerjaannya menjadi lebih baik. Bahkan kini sudah banyak
diproduksi mesin jahit bordir pengembangan dari komputer (bordir komputer). Sejak
saat itu, orang Indonesia mulai menggunakan istilah yang populer dengan istilah
border (bordir). Tetapi sampai sekarang masyarakat Indonesia ada juga yang masih
membedakan antara sulam dan bordir, meski istilah ini sama.
Dengan demikian bordir dapat diartikan suatu seni untuk membuat benda
(busana dan lenan rumah tangga) menjadi lebih indah dengan menambahkan tusuk -
tusuk hias tertentu, dengan menggunakan benang hias melalui motif - motif yang
dirancang. Dapat juga diartikan bahwa bordir adalah suatu elemen untuk mengubah
penampilan permukaan kain dengan aneka setik bordir, baik yang dibuat dengan
menggunakan tangan atau mesin. Jika dibuat dengan tangan maka ketrampilan itu disebut
„ Sulam „ sedangkan bila setik-setik tersebut dibuat dengan menggunakan mesin, maka
disebut „Bordir“.

B. Sejarah Bordir
Keberadaan seni bordir diperkirakan lebih tua daripada pertenunan. Hal ini
ditandai dengan banyaknya pakaian kulit bersulam yang telah dikenakan oleh bangsa-
bangsa primitif, terutama di belahan timur (Asia). Seiring dengan semakin banyaknya para
pendatang Eropa maka keterampilan menyulam ini kemudian terbawa ke Eropa dan
berkembang disana.
Sejak abad ke 12 hingga 14, sulaman terutama digunakan untuk kain-kain untuk
pakaian kebesaran gereja, misalnya kain meja altar. Ketika kaum bangsawan (feodal)
terpesona oleh seni sulam tersebut, merekapun berbondong-bondong untuk mencari dan
menjadikannya sebagai pakaian khasnya. Pakaian-pakaian mereka yang mahal mulai
dihiasi dengan sulaman benang yang berwarna-warni.
Di Indonesia ketrampilan ragam hias ini dikenal sekitar abad ke-18 Masehi,
bahkan pada awal abad ke-16. Sulaman motif mutiara sudah populer di Jepang. Pada
waktu itu bordir diperkenalkan oleh pendatang dari Negeri Cina dan dilanjutkan oleh
bangsa India, yang datang dengan tujuan misi berdagang. Keterampilan ini
diperkenalkan hampir ke seluruh pelosok Nusantara.Ragam hias bordir ketika itu hanya
diperuntukkan sebagai inisial kerajaan dan untuk menghias busana para bangsawan dan
kaum ningrat.
Seiring dengan majunya perkembangan teknik dan mekanisme alat-alat bantu,
penyulaman tak lagi hanya dilakukan dengan tangan (manual), tetapi juga dengan
mesisn-mesin sulam. Mesin- mesin tersebut berkembang menjadi mesin jahit, dan
akhirnya menggunakan mesin khusus bordir, hingga sekarang ini sudah berkembang lagi
dengan menggunakan mesin bordir komputer.
Penggemar seni bordir di Indonesia kini semakin marak, seiring dengan
meningkatnyakaum pengusaha dan pengrajin bordir. Beberapa daerah di Indonesia
seperti Sumatra, Madura, Bali, Tasikmalaya, Cirebon, Indramayu, Kudus bahkan
Pakanbaru mempunyai ciri khas sendiri dalam seni bordir. Hal ini dipengaruhi oleh seni
dan budaya masing-masing daerah.
BAB II
ALAT DAN BAHAN

A. ALAT –ALAT YANG DIPERLUKAN


Alat - alat dan perlengkapan dalam proses pembordiran tersebut antara lain
adalah: Mesin,Pembidangan / ram, Gunting, Jarum, Plat Bordir (bila diperlukan) Bahan,
Benang, Kertas,Pensil,Karbon,Metline / Penggaris.
1. Mesin
Mesin yang digunakan untuk membordir pada mata kuliah bordir I ini adalah mesin
jahit biasa atau manual. Untuk memfungsikan mesin jahit secara benar, seluruh peralatan
bagian mesin jahit harus diketahui dan dipahami. Ada beberapa bagian mesin jahit biasa yang
perlu disetel sesuai dengan kebutuhan untuk membuat setik bordir yaitu:
a. Pengatur setik disetel lepas (los)
b. Gigi mesin tidak difungsikan (diturunkan)
c. Sepatu mesin di lepas
d. Gunakan penutup runner (plat)
2. Pemidangan
Pemidangan atau raam terdiri atas bulatanberbentuk gelang. Sati gelang yang
berdiameter lebih kecil akan tepat masuk berpasangan dengan gelang lain yang lebih besar.
Gelang yang lebih besar dilengkapi dengan baut pengencang untuk menjepit gelang yang
lebih kecil. Raam dibuat dari kayu atau plastik. Gambar berikut menunjukkan bentuk raam
yang biasa digunakan untuk membuat suatu ragam hias bordir.

Raam digunakan untuk memegang, sekaligus menegangkan kain atau media yang
akan dibordir. Kondisi tegang optimal kain pada raam ditandai dengan penampakan seperti
gendang yang siap di pakai. Jika kain ditepuk, suara nyaring akan terdengar dari pantulan
ketukan. Ketegangan optimum akan mempermudah pembordiran kain karena benang bordir
dapat diposisikan pada tempat yang semestinya dengan baik. Sebaliknya, kain yang yang
terlalu kendor atau kurang tegang menyebabkan benang bordir sering putus dan hasil bordir
berkerut.
Ada beberapa macam ukuran diameter raam yaitu, 117 mm, 204 mm, dan 250mm.
Raam yang besar digunakan untuk membuat karya bordir yang berukuran besar pula.
Sehingga motif yang akan dibordir dapat diselesaikan dengan baik.

3. Gunting Bordir
Gunting bordir bentuknya sangat unik, karena memiliki cari khas tersendiri seperti
terlihat pada gambar berikut:

Panjang total gunting hanya 100 mm, sedangkan bagian ujungnya melengkung ke atas.
Bentuk yang khas ini memiliki dua tujuan, yaitu:
a. Membuang benang –benang yang tidak diperlukan.
b. Memotong bentuk-bentuk lengkung dengan baik.
Gunting bordir terbuat dari logam yang harus dirawat sedemikian rupa agar tetap
kering dan tidak berkarat, dijaga supaya tidak sering jatuh untuk menghindari melesatnya
engsel.

4. Solder Listrik kecil


Solder listrik berdaya (watt) kecil, berfungsi untuk membakar kain yang yang tidak
diperlukan tanpa membakar bagian yang lain. Berikut gambar bentuk solder listrik yang di
perlukan untuk bordir.
Penyolderan dilakukan setelah proses bordir selesai dan kain dilepaskan dari raam.
Tujuan pembakaran kain yang tak diinginkan

B. BAHAN
Kain yang sesuai untuk dibordir tergantung dari jenis setikan yang akan dibuat.
Beberapa teknik bordir seperti setik silang (cros stitch), benang kait (hooked stitch), dan
benang tarik (drawn thread) memerlukan tipe kain yang sama yaitu kain dari serat alami
maupun sintetis.
Pada dasarnya, setiap jenis kain dari mulai yang halus, seperti sutera, sampai
yang lebih kasar, seperti beludru, katun, dan jins, dapat dijadikan media seni bordir tanpa
perbedaan dan kesulitan yang berarti. Bahan brokat, organdi, bahkan kaospun dapat juga
dibordir.
Sesuai dengan tujuan seni bordir untuk menghias kain, kain polos merupakan
media yang sering dipakai, karena memang memerlukan hiasan pemanis. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan bahan yang bermotif juga dibordir dengan mengikuti motif
yang sudah ada. Syaratnya dengan menggunakan warna benang yang sesuai dengan
warna motif, tidak sebebas kalau menggunakan kain polos.

Disain Hiasan Bordir


Disain adalah suatu pola rancangan yang menjadi dasar pembuatan benda buatan.
Disain hiasan adalah disain yang berfungsi memperindah permukaan disain strukturnya.
Dalam hal ini disain berupa bordir diterapkan pada busana dan lenan rumah tangga.
Beberapa unsur disain hiasan bordir yang dapat digunakan yaitu:
a Motif hias bordir
1) Bentuk alam
2) Bentuk alam yang direngga
3) Bentuk geometris
4) Bentuk dasar yang sederhana
5) Bentuk garis bebas
b Pola hias
1) Pola serak
2) Pola pinggiran
3) Pola bebas
c Tusuk hias dalam bordir dikenal dengan istilah setik
d Ukuran
Ukuran merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam disain. Besar
kecilnva suatu benda erat hubungannya dengan ruangan yang menampungnya, atau
besar hiasan disesuaikan dengan benda dan fungsi benda.
e Warna
Warna merupakan unsur yang menonjol untuk menghasilkan karya seni bordir
dengan tidak mengabaikan unsur - unsur lain. Komposisi warna benang, warna bahan
harus dipertimbangkan. Warna - warna yang digunakan dapat berupa warna primer,
warna panas, warna dingin, dan warna kontras.
Untuk membuat suatu disain hiasan border, seorang ( desainer ) perlu bordir,
seseorang ( disainer) perlu memperhatikan langkah - langkah berikut ini:
a. Menentukan terlebih dahulu benda yang akan dihias misalnya kebaya, rok, blus,
taplak meja, sprei, bantal, dan sebagainya.
b. Menetukan dimana letak hiasan yang tepat.
c. Membuat sketsa benda yang akan dibuat dan menempatkan hiasan.
d. Membuat pola bagian busana atau lenan rumah tangga yang akan dihias dengan
skala 1: 1(ukuran sebanarnya) pada kertas HVS.
e. Membuat disain hiasan dengan ukuran sebenarnya skala 1: 1 dan menentukan
warna benang - benang hias sesuai tusuk hias yang diinginkan dan serasi dengan
bahan yang dihias.
f. Memindahkan pola hias pada kertas roti.

Ada beberapa syarat disain hiasan vaitu:


a. Hiasan diletakkan ditempat yang mudah kelihatan.
b. Hiasan harus memperindah benda yang dihias.
c. Hiasan harus seimbang dengan bentuk benda yang dihias.
Setik Dasar Bordir
Pada dasarnya dikenal tiga macam tusuk dasar di dalam membordir yaitu: a)
Tusuk suji cair, b) Tusuk lompat dan c) Tusuk granit / uter.
a. Tusuk suji cair
Tusuk suji cair dibedakan menjadi tiga yaitu tusuk suji cair kosong, tusuk
suji cair setengah isi dan tusuk suji cair penuh.
Tusuk suji cair ini merupakan tusuk hias yang cara mengerjaknnya seperti
menjahit biasa (stech). Apabila menggunakan mesin manual, maka besar kecilnya
setikan sangat tergantung keajegan dan kelincahan tangan dalam menggerakkan ram
atau pembidangan. Motif dan benang yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan
disain yang akan dibuat. Tusuk suji cair kosong dibuat dengan hanya mengikuti
garis - garis motif. Untuk suji cair setengah isi, cara membuat sama dengan
membuat suji cair kosong tetapi setelah motif disetik keliling menurut garis motif
kemudian diisi dengan suji cair tidak penuh. Sedangkan suji cair penuh
mengerjakannya sama dengan cara mengerjakan suji cair setengah isi tetapi motif
hiasannya diisi penuh dan padat sampai kain pada motif tertutup semua. Oleh karena
itu sebaiknya dipilih motif hiasannya yang tidak terlalu besar, agar memiliki
kesan.bagus.

b Tusuk lompat
Tusuk lompat ada beberapa macam diantaranya adalah:
Tusuk lompat
a) Lompat pendek.
b) Lompat panjang.
c) Lompat serong.
d) Lompat isi.
e) Lompat jarum.

PENERAPAN BORDIR
Sentuhan bordir ini mempunyai nilai tambah serta daya tarik tersendiri supaya
benda itu sedap dipandang mata dan bisa meningkatkan rasa percaya diri orang
yang menggunakannya.
Penerapan bordir dapat mempercantik berbagai busana seperti kebaya, gamis,
baju kurung tunik, blazer, baju pengantin, gaun pesta, blus, baju koko, baju santai,
pelengkap busana, barang - barang kerajinan, serta seperangkat alat sholat
Dengan perkembangan, kemajuan dan maraknya bordir, serta didukung oleh
sarana dan prasarana yang lebih baik dengan daya kreativitas yang relatif tinggi,
aplikasi bordir sekarang bukan saja untuk berbagai busana tetapi juga untuk lenan
rumah tangga. Yang termasuk lenan rumah tangga antara lain sprei, sarung bantal,
sarung guling, taplak meja, sarung bantal kursi, penutup kursi, penutup kulkas,
penutup telepon, serbet jari, tutup alat saj i, dan alas seperangkat alat minum.

Aplikasi Bordir dengan Berbagai Macam Tekstil


Cara membuat bordir pada bahan yang sulit / gampang rusak atau brokat atau
katun. Yaitu pertama-tama border kita buat dulu dengan bahan yang tidak mudah rusak
kita border dulu sampai selesai bordir, baru ditempelkan dengan bahan yang sulit atau
bahan dasar kemudian dikaitkan dengan pola. Baru digunting pinggirnya agar tidak
terlihat menempel sedemikian rupa sehingga bias menyatu dengan bahan dasar.
Cara membuat bordir pada brokat yaitu kita buat bordiran di atas bahan bantu,
bisa organdi. Kemudian ditempelkan pada brokat, setelah kita tempel di bordir baru
dibersihkan atau gunting pinggir - pinggirnya sehingga menyatu pada brokat.
Cara membuat bordir dengan bahan tipis yaitu di bawah kain tipis I kain yang
akan di bordir diberi lapisan agar kain bisa kuat dengan tarikan - tarikan waktu
membordir karena biasanya kain tipis gampang mengkerut atau kusut dan pada serat
kain agak kendor. Demikian juga pada katun pada dasarnya katun tidak bisa di solder
maka kita harus pakai bahan bantu yang bisa di solder / seperti juga pada bahan brokat.

PENUTUP

Bordir merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi. Hal ini karena
untuk membuat bordir membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kerapihan serta inovasi
disain yang selalu berkembang. Namun demikian hasil kerajinan bordir yang
diterapkan pada busana dan lenan rumah tangga tidak punah berhenti diminati para
konsumennya. Oleh karena itu perlu dipertahankan keberadaan bordir di Tanah Air
Indonesia tercinta ini.
Keberadaan seni bordir di daerah merupakan aset daerah dan sekaligus
merupakan aset bangsa Indonesia yang harus dilestarikan dan terus dikembangkan.
Untuk melestarikan dan mengembangkan dengan melalui penerapan atau memberikan
sentuhan bordir pada busana dan lenan rumah tangga dengan tetap meningkatkan
kualitas bordir dan model - model busana yang eksklusif.
Dengan demikian sentuhan bordir pada produk fashion dapat meningkatkan
potensi daerah di Tanah Air Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Enny Kriswati.1999. Seni Bordir . Humaniora Utama. Bandung .
Goet Puspo. 2005. Panduan Membuat Ragam Hias Motif Bordir. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Harry Darsono.1992.Seni Sulam Embroidery. Pustaka Kartini, Jakarta


Hery Suhersono. 2004. Desain Bordir Motif Krancang, tepi, dan Lengkung. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Uchiyah Achmad. 2003. Disain Hiasan. Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai