Anda di halaman 1dari 7

EKSTRAKSI ZAT PEWARNA ALAM DAUN KENIKIR

DENGAN KOMBINASI TEKNIK JELUJUR DAN IKAT


CELUP
Ujian Akhir Semester Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Chelia Vernanda Muchtar
C0918010

S-1 Kriya Tekstil


Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Sebelas Maret
2019/2020
PENDAHULUAN

A. Teknik

Ikat celup (tie-dye) adalah teknik mewarnai kain dengan cara mengikat kain dengan
cara tertentu sebelum dilakukan pencelupan. Di beberapa daerah di Indonesia, teknik ini
dikenal dengan berbagai nama lain seperti pelangi atau cinde untuk wilayah Palembang,
Tritik atau jumputan untuk wilayah jawa, serta sasirangan untuk wilayah Banjarmasin.
Teknik ikat celup sering dipadukan dengan teknik lain seperti batik. Namun perlu digaris
bawahi bahwa ikat celup tidak termasuk batik.

Selain itu untuk menciptakan motif yang beragam digunakanlah teknik jahit, lebih
detailnya dengan teknik jelujur. Kain akan diberi gambar pola terlebih dahulu. Kemudian
pola tersebut dijahit hingga bagian tersebut mengerut. Saat dicelupkan kedalam pewarna,
bagian kain yang dijahit tidak akan terkena warna.

Sejarah teknik jumputan yang berasal dari negeri tirai bamboo ini dibawa oleh para
saudagar India. Karena keragaman warna dan motif yang indah makan teknik ini pun
berkembang dinusantara. Di Indonesia, batik jumputan biasa diproduksi oleh beberapa daerah
tertentu seperti Yogyakarta, Solo, Palembang, Pekalongan dan Bali dimana masing-masing
daerah memiliki ciri khas tersendiri pada motifnya.

Meski hanya memakai teknik celup namun dengan kreasi dan proses pewarnaan yang
dilakukan, maka hasil akhir yang didapat pun motif yang berbeda-beda, berwarna warni, dan
indah. Belum lagi jumputan dengan teknik jelujur sedang menjadi tren.

B. Pewarnaan
Disini saya menggunakan pewarnaan alam dari kenikir. Kenikir merupakan tanaman
yang berasal dari Amerika Tengah dan beberapa daerah yang beriklim seperti di Asia
tenggara termasuk Indonesia. Tanaman kenikir merupakan tanaman hias dengan mahkota
bunga berwarna kuning sampai oranye, tumbuh liardan lebih banyak berbunga di area yang
terpapar sinar matahari langsung. Di Indonesia ada 2 jenis kenikir yang paling sering
dijumpai yaitu kenikir local dan kenikir marigold. Atau masyarakat jawa jaman dulu
membedakannya dengan sebutan kenikir lalapan dan kenikir hias.
Karena warnanya yang cantik itulah, penulis berpikir kenikir dapat dijadikan pewarna
alam tekstil. Selain itu warna kuning selalu dianggap sebagai warna yang kurang cerah atau
menarik untuk dijadikan salah satu komponen dibatik. Warna kuning juga dihindari dalam
pewarnaan karena pengekstrasiannya yang terbilang sulit dan tidak tahan lama bila
diaplikasikan ke kain.
PEMBAHASAN

1. Eksperimen
Dalam eksperimen ini saya menekankan pada proses ekstraksi warna pada
kenikir. Dalam pemanfaatannya saya menggunakan batang muda dan daun kenikir
proses ekstraksi ZPA kenikir, batang muda dan daun kenikir dirajang/diiris
menggunakan pisau agar ZPA bisa terekstraksi dengan baik. Air kenikir yang
mengandung ZPA berwarna hijau kekuningan namun setelah beberapa saat akan
berubah menjadi jingga pekat. Setelah kain dicelup, warna yang muncul adalah
kuning dan berubah semakin pekat saat akan kering
Pada eksperimen ini, awalnya saya menggunakan fiksator Cuka, Tawas,
Tunjung. Untuk Fiksator cuka dan tawas, tidak ada beda yang tampak. Warna tetap
kuning, sehingga saya putuskan untuk menggunakan Tawas untuk eksperimen
seterusnya karena hasilnya yang sama dengan cuka. Namun untuk tunjung, warna
berubah menjadi hijau pekat atau hijau army dan saat dilakukan pencucian
(menggunakan deterjen) warna luntur menjadi coklat cerah. Saya melakukan beberapa
kali eksperimen agar warna yang dihasilkan bisa konsisten.
2. Teknik
Selama eksperimen saya juga menggunakan teknik ikat celup untuk melihat
bagaimana resapan ZPA kenikir terhadap kain. Ternyata resapan ZPA kenikir
terhadap kain cukup baik. Lalu saya mencoba menggunakan teknik jelujur, salah satu
teknik Ikat celup namun dengan cara di jahit. Dan setelah selesai dengan teknik
jelujur selanjutnya teknik penguncian warna. Saya menggunakan 2 jenis fiksator
salam satu kain yaitu tunjung dan tawas agar menghasilkan warna yang lebih
bervariatif. Pengaplikasian fiksator pada kain menggunakan kuas/sikat gigi dengan
cara menyapukan fiksator pada bagian yang diinginkan.
ZPA (Zat Pewarna alami) merupakan alternatif pewarna yang tidak toksik, dapat
diperbaharui (renewable), mudah terdegradasi dan ramah lingkungan (Yernisa, dkk.,
2013). Sumber pewarna alami adalah tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme.
Visalakshi and Jawaharlal (2013) menyatakan bahwa pewarna alami dapat diperoleh
dari tumbuhan, binatang atau mineral. Dari berbagai sumber tersebut hanya sedikit
yang tersedia dalam jumlah yang cukup untuk digunakan secara komersial sebagai
pewarna tekstil. Hampir semua bagian tumbuhan apabila diekstrak dapat
menghasilkan zat warna, seperti : bunga, buah, daun, biji, kulit, batang/kayu dan akar.
Isolasi pigmen/pewarna alami dari tumbuhan dapat dilakukan dengan cara
mengekstrak bagian tumbuhan dengan menggunakan pelarut yang sesuai
kepolarannya dengan zat yang akan diekstrak. Menurut Purnomo (2004) zat pewarna
alam dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari berbagai bagian tanaman
menggunakan pelarut air pada suhu tinggi atau rendah. Pada cara ini zat yang terambil
sangat bervariasi tergantung dari jenis sumbernya. ZPA kenikir dapat diekstrasksi
dengan metode ekstraksi panas. Cara pengerjaan metode ekstraksi panas adalah
merebus daun kenikir hingga air rebusan menjadi pekat.

3. Jenis Inovasi
Jenis inovasi yang saya lakukan adalahpengembangan suatu produk, jasa, atau proses
yang sudah ada. Konsep seperti ini menjadi aplikasi ide yang telah ada berbeda. Dalam
inovasi ini saya menemukan ide dari jurnal:
1. “Warna kuning pada bunga kenikir disebabkan oleh 2 pigmen utama, yaitu
pigmen dari golongan karotenoid yang memberi warna kuning sampai merah dan
golongan flavonoid yang memberi warna kuning.” Kutipan dari jurnal
RENDEMEN DAN KARAKTERISTIK EKSTRAK PEWARNA BUNGA KENIKIR
PADA PERLAKUAN JENIS PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI oleh Ni Putu
Aristyanti, Ni Made Wartini, Ida Wayan Gunam Mahasiswa jurusan Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UNUD.

2. “Air rebusan kenikir dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami karena
mengandung zat beta karoten yang merupakan golongan karotenoid (pigmen).”
Kutipan dari jurnal PENGARUH JENIS FIKSATOR TERHADAP HASIL JADI
PEWARNAAN ALAMI DENGAN AIR REBUSAN KENIKIR PADA BUSANA
ANAK. Oleh Intan Maharani Wicaksono. Program studi S1 Tata Busana Fakultas
Teknik UNESA
KESIMPULAN

Ikat celup (tie-dye) adalah teknik mewarnai kain dengan cara mengikat kain dengan
cara tertentu sebelum dilakukan pencelupan. Di beberapa daerah di Indonesia, teknik ini
dikenal dengan berbagai nama lain seperti pelangi atau cinde untuk wilayah Palembang,
Tritik atau jumputan untuk wilayah jawa, serta sasirangan untuk wilayah Banjarmasin.
Teknik ikat celup sering dipadukan dengan teknik lain seperti batik. Namun perlu digaris
bawahi bahwa ikat celup tidak termasuk batik.

Disini saya menggunakan pewarnaan alam dari kenikir. Kenikir merupakan tanaman
yang berasal dari Amerika Tengah dan beberapa daerah yang beriklim seperti di Asia
tenggara termasuk Indonesia. Tanaman kenikir merupakan tanaman hias dengan mahkota
bunga berwarna kuning sampai oranye, tumbuh liardan lebih banyak berbunga di area yang
terpapar sinar matahari langsung. Di Indonesia ada 2 jenis kenikir yang paling sering
dijumpai yaitu kenikir local dan kenikir marigold. Atau masyarakat jawa jaman dulu
membedakannya dengan sebutan kenikir lalapan dan kenikir hias.
DAFTAR PUSTAKA

- Aristyanti, Ni Putu. Ni Made Wartini. Ida Wayan Gunam. 2017. Rendemen Dan
Karakteristik Ekstrak Pewarna Bunga Kenikir Pada Perlakuan Jenis Pelarut Dan
Lama Eekstraksi. Fakultas Teknologi Pertanian UNUD :Bali.
- Hartati, Emi. 2016. Ekstraksi Panas Dan Dingin. Universitas Tulang Bawang.

Lampung.

- Monica, Dian. 2015. Batik Jumputan, Inovasi Modern Kain Batik Indonesia.
- Pujilestari, Titiek. 2015. Review: Sumber Dan Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk
Keperluan Industri. Balai Besar Kerajinan Dan Batik. Yogyakarta
- Wicaksono, Intan Maharani.2020. Pengaruh Jenis Fiksator Terhadap Hasil Jadi
Pewarnaan Alami Dengan Air Rebusan Kenikir Pada Busana Anak. UNESA :
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai