Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kelestarian lingkungan dan alam yang sangat penting bagi kehidupan mahluk
dibumi. Manusia sebagai khalifah di bumi wajib menjaga kelestariannya. Apabila tidak
menjaga kelestarian alamnya maka akan terjadi kerusakan yang akan mengakibatkan
bencana alam. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pembaharuan pada ilmu pengetahuan untuk menunjang pertumbuhan dunia pendidikan dan
dunia industri dengan tetap menjaga kelestarian alamnya.
Langkah yang dapat diterapkan dalam dunia busana salah satunya adalah pewarnaan
tekstil yang menggunakan bahan ramah lingkungan dan limbah pewarnaannya tidak
mencemari lingkungan seperti teknik pewarnaan ecoprint. Pewarnaan tekstil di Indonesia
sangat beragam teknik, bahan, maupun jenisnya.
Diantara teknik pewarnaan yang sangat pesat berkembang di Indonesia adalah
pencelupan dan pencapan. Pencelupan banyak diterapkan pada industri kain tradisional
seperti batik, tenun, ikat celup, maupun sasirangan. Sedangkan pencapan lebih banyak
diterapkan pada produk-produk sablon maupun ecoprint. Ecoprint merupakan salah satu
teknik pewarnaan tekstil kontemporer yang ditemukan pada abad 20.
Teknik pewarnaan tersebut menggunakan bahan alami diantaranya seperti bunga,
batang, daun, dan akar yang tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan.
Pengembangan ilmu pewarnaan teknik ecoprint ini salah satu cara alternatif dalam
menunjang pertumbuhan dunia pendidikan dan dunia industri tekstil sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan untuk menunjang kegiatan yang berhubungan dengan
pendidikan dan industri yang tetap memperhatikan sisi ramah lingkugan. Teknik pewarnaan
ecoprint merupakan kategori teknik pewarnaan pencapan.
Warna yang dihasilkan dari teknik pewarnaan ecoprint adalah berbentuk motif yang
menyerupai bentuk bahan pewarna yang digunakan. Bahan yang digunakan biasanya berupa
tumbuh-tumbuhan bisa bagian daun, bunga, batang, maupun akar yang memiliki kriteria
tertentu. Salah satu tumbuhan yang bisa digunakan adalah daun dengan kriteria berbulu
halus pada permukaannya seperti daun jati. Motif yang dihasilkan dari daun tersebut akan
mendetail hingga terlihat tulang daun dan poriporinya.
Untuk menghasilkan warna ecoprint yang baik harus mempertimbangkan teknik
pewarnaan ecoprint, jenis bahan tekstil yang digunakan, jenis zat fiksasi, massa zat fiksasi
hingga lama proses pewarnaan. Indonesia memiliki biological diversity atau
keanekaragaman hayati peringkat kedua setelah Brazil. Terdapat sumber daya alam hayati
maupun non hayati yang mudah ditemui di Indonesia salah satu tumbuhannya yaitu
Muntingia Calabura L. atau biasa disebut tanaman kersen. Kersen berasal dari bahasa
Indonesia. Nama ini di ambil dari istilah sebutan orang Belanda terhadap tanaman ini yaitu
japanse kers.
Tanaman kersen merupakan tanaman yang mudah ditemui di berbagai daerah di
Indonesia. Tumbuhan tersebut biasa tumbuh sebagai semai liar. Tanaman kersen biasanya
mudah tumbuh sehingga sering ditemui tumbuh dipinggir jalan, diperkebunan, persawahan,
halaman rumah bahkan di retakan batuan. Sifat tumbuhan kersen (Muntingia Calabura L.)
yang mudah dan cepat tumbuh serta daun yang lebat, terkadang dimanfaatkan sebagai pohon
peneduh di pinggir jalan maupun dipemukiman masyarakat.
Meskipun tumbuhannya mudah ditemui, namun pemanfaatan tumbuhan kersen di
Indonesia masih kurang. Hal ini terjadi karena masyarakat masih belum banyak yang
mengetahui manfaat dari tanaman tersebut. Tanaman kersen sangat berpotensi dijadikan zat
warna untuk tekstil. Hal ini terjadi karena selain tanaman kersen yang melimpah di
Indonesia, daun kersen sendiri juga mengandung sel trikoma yang dapat menunjang hasil
pewarnaan ecoprint secara optimal. Pembentukan metabolit sekunder tanaman kersen
terdapat di dalam semua jaringan dan sel, tetapi umumnya biosintesis pada jaringan atau sel
tertentu dan dipengaruhi pada tingkat diferensiasi dan perkembangan tumbuhan tersebut.
Uji pendahuluan pengamatan struktur anatomi daun kersen memiliki trikoma
glanduler penghasil sekret yang apabila diraba terdapat getah (Kuntorini et al, 2013: 291-
295). Kondisi inilah yang dapat menjadikan terjadinya hasil warna setelah bereaksi dengan
zat fiksasi, suhu, dan bahan tekstil pada pewarnaan metode kukus/steam. Sedangkan untuk
metode pukul/pounding hasil pewarnaan di peroleh dari gaya pukul yang menyebabkan
jaringan daun yang mengandung trikoma menyerap pada bahan tekstil dan bereaksi dengan
zat fiksasi. Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian pewarnaan tekstil
menggunakan teknik ecoprint dinilai menjadi alternatif teknik pewarnaan untuk industri
tekstil yang bermanfaat bagi dunia pendidikan dan industri.
Metode pewarnaan teknik ecoprint terdiri beberapa macam diantaranya metode
kukus/steam, metode pukul/pounding dan metode hapazome. Pada penelitian ini dilakukan
dua metode yaitu kukus/steam dan pukul/pounding. Kedua metode merupakan basic yang
dapat dikembangkan serta belum banyak juga penelitian yang mengangkat kedua metode
tersebut. Alasan itulah, membuat peneliti terdorong ingin meneliti lebih lanjut tentang
pengaruh teknik ecoprint, bahan tekstil, dan zat fiksasi terhadap kualitas hasil pewarnaan
menggunakan daun kersen (Muntingia Calabura L.) yang memiliki kelebihan sebagai zat
pewarna tekstil ramah lingkungan dan menggunakan tanaman kersen yang banyak tumbuh
di Indonesia. Penelitian pewarnaan teknik ecoprint dengan daun kersen akan menghasilkan
formula untuk pewarnaan tekstil dengan teknik ecoprint, dimana formula tersebut dapat
menghasilkan teori baru dari keanekaragaman hasil pewarnaan ecoprint menggunakan daun
kersen.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, dapat di identifikasi masalahnya.
Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:
1. Tuntutan dunia pendidikan dan dunia industri untuk selalu berfikir kreatif dalam
memanfaatkan potensi lokal dan dapat bersaing di era global.
2. Meningkatnya jumlah limbah tekstil akibat tingginya permintaan tekstil.
3. Munculnya dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan akibat penggunaan pewarnaan
sintetis.
4. Pencemaran lingkungan akibat pengelolaan limbah hasil pewarnaan tekstil sintetis yang
belum optimal.
5. Banyaknya tumbuhan Muntingia Calabura L. yang belum dimanfaatkan dengan optimal
oleh masyarakat Indonesia dan dipandang sebelah mata, padahal tanaman kersen tersebut
memiliki potensi yang besar sebagai zat warna.
6. Kurangnya kesadaran tentang kelestarian lingkungan oleh pengusaha tekstil dan generasi
muda.
7. Belum diketahui kualitas warna dan uji beda warna pada pewarnaan ecoprint dengan
daun kersen menggunakan bahan tekstil mori, sutera, satin.
8. Belum adanya teori teknik pewarnaan ecoprint yang dianggap tepat, penggunaan jenis zat
fiksasi yang tepat, dan penggunaan jenis bahan tekstil yang tepat untuk pewarnaan tekstil
dengan teknik ecoprint menggunakan daun kersen (Muntingia Calabura L.) di Indonesia.
9. Belum adanya penelitian pewarnaan teknik ecoprint pada daun kersen sebagai zat
pewarna tekstil.

C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang dilakukan penulis adalah pengaruh teknik ecoprint yang
meliputi metode kukus/steam dan pukul/pounding yang dilakukan pada tekstil dengan
penggunaan jenis zat fiksasi tawas, tunjung, kapur yang ditinjau dari ketahanan luntur warna
terhadap pencucian dan uji beda warna. Metode kukus/steam dan pukul/pounding ini dipilih
karena kedua teknik tersebut meruppakan teknik dasar yang dapat dikembangkan lagi pada
penelitian selanjutnya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah terhadap penelitian yang penulis lakukan, dapat disusun
rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh teknik ecoprint menggunakan daun kersen (Muntingia Calabura L.)
pada bahan mori, sutera, dan satin?.
2. Bagaiamana pengaruh jenis zat fiksator terhadap arah warna pada pewarnaan teknik
ecoprint menggunakan daun kersen dengan bahan mori, sutera dan satin yang dibuktikan
dengan nilai uji beda warna?.
3. Bagaimana hasil ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada hasil pewarnaan teknik
ecoprint menggunakan daun kersen?.
4. Bagaimana produk katalog yang berisi hasil penelitian pewarnaan teknik ecoprint
menggunakan daun kersen pada bahan mori, sutera, dan satin?.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan tujuan masalah yang mendasari penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai
terhadap penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh teknik ecoprint menggunakan daun kersen (Muntingia Calabura L.)
pada bahan mori, sutera, dan satin.
2. Mengetahui pengaruh jenis zat fiksator terhadap arah warna pada pewarnaan teknik
ecoprint menggunakan daun kersen dengan bahan mori, sutera dan satin yang dibuktikan
dengan nilai uji beda warna.
3. Mengetahui hasil ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada hasil pewarnaan
teknik ecoprint menggunakan daun kersen.
4. Menghasilkan produk katalog yang berisi hasil penelitian pewarnaan teknik ecoprint
menggunakan daun kersen pada bahan mori, sutera, dan satin.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Bagi Siswa:
a. Siswa mendapat pengalaman dalam melakukan penelitian eksperimen.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi pada penelitian Siswa yang sejenis.
2. Bagi guru, praktisi, lembaga, dan masyarakat:
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai buku sumber belajar bagi SMK atau
lembaga dalam memperkaya ilmu pengetahuan dalam pewarnaan tekstil dengan
teknik ecoprint.
b. Memberikan informasi akan potensi daun kersen untuk digunakan dalam pewarnaan
dengan teknik ecoprint.
c. Hasil penelitian yang berupa produk katalog dapat digunakan sebagai pegangan
sumber belajar dalam memberikan materi pada peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Batik Ecoprint
Batik adalah suatu warisan budaya asli Nusantara yang harus terus dijaga
kelestariannya, seiring dengan perkembangan zaman trend menggunakan batik sangat
digandrungi oleh masyarakat mulai dari batik tulis batik cap batik printing batik sablon dan
lainnya. kini batik sudah sangat berkembang mengikuti arus zaman salah satunya muncul
beberapa jenis teknik batik yang belum ada sebelumnya yaitu batik ecoprint, Mungkin
beberapa dari kalian belum mengenal Apa itu batik ecoprint, batik ecoprint sendiri berasal
dari dua kata yaitu eco dan print, Eko sendiri berasal dari kata ekosistem atau alam yang
berarti batik ini menggunakan bahan yang berasal dari alam sedangkan print artinya ialah
mencetak.

batik ecoprint mempunyai ciri khas daripada batik-batik lainnya di dalam hal teknik
pembuatannya, berbeda halnya dengan batik tulis ataupun batik cap yang menggunakan
bahan pewarna kimia di dalam pewarnaannya batik ecoprint justru memanfaatkan warna
warna alami yang dihasilkan oleh tumbuhan dan dedaunan dan tanpa menggunakan bahan-
bahan kimia. Itulah sebabnya batik ini ini disebut dengan batik yang ramah akan lingkungan
karena tanpa menggunakan bahan kimia.
Hal unik lainnya dari batik ini ialah terletak pada motif batik, jika pada batik tulis
ataupun batik cap menggunakan motif motif yang dibuat dengan tangan kreativitas manusia
di dalam membuatnya maka batik ecoprint tahap membuat motifnya ialah dengan
Menggabungkan beberapa jenis dedaunan hal ini ini yang membuat batik ecoprint terlihat
unik karena dari beberapa jenis dedaunan tersebut mempunyai bentuk dan warna yang
berbeda dan ketika dipadukan antara daun satu dan yang lainnya maka akan membentuk
suatu motif baru yang yang unik dan khas dari batik ecoprint.

B. Langkah Membatik
Adapun langkah-langkah di dalam membuat batik ecoprint adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan
langkah pertama yang harus kalian lakukan adalah siapkan alat dan bahan yang
akan kita gunakan di dalam membuat batik ecoprint, Alat dan bahan yang bisa kalian
persiapkan dalam membuat jenis batik ini tergolong sangat mudah karena bahan-bahan
yang dipakai bisa kalian dapatkan di sekitar kalian seperti contohnya sebagai berikut:
kain, daun,air, tawas, gunting, Dan wajan

2. Merendam kain
Pada tahap ini kain yang kalian gunakan harus terlebih dahulu direndam dengan
menggunakan tawas dan air selama kurang lebih sekitar 1 jam, Hal ini bertujuan agar
bahan kain mampu menyerap zat warna yang berasal dari daun, Tingkat keberhasilan
pewarnaan batik ecoprint juga sangat tergantung pada proses ini.

3. Pencetakan

langkah pertama ketika akan mulai mencetak batik ecoprint dengan daun daun
ialah melipat kain yang sudah dah direndam menjadi dua sisi simetris, dimana satu sisi
kain akan kita jadikan alas dan Sisi Lainnya berfungsi sebagai kaca. kemudian Letakkan
daun-daun yang sudah kalian persiapkan kan di atas bahan kain tersebut. atur tata letak
dari tumbuhan yang kalian susun sehingga membentuk suatu pola yang kalian
kehendaki. setelah itu kalian bisa memukul bukunya secara perlahan agar pewarna yang
terkandung di dalam daun bisa keluar secara maksimal.

4. Mengukus Kain
Kain yang sudah disusun dengan menggunakan bahan-
bahan Tumbuhan seperti daun tadi kemudian diikat
menggunakan tali telur agar ketika posisi kain sudah dikukus
posisi daun tidak bergeser. tahap di dalam mengukus kain
kurang lebih selama setengah jam pada suhu 100 derajat
Celcius.
5. Melepas ikatan pada kain
Langkah selanjutnya setelah proses mengkukus selesai ialah mendiamkan kain-
kain tersebut hingga dingin kemudian buka ikatan tali pada kain. selanjutnya akan dapat
kalian lihat hasilnya motif-motif batik yang tercetak pada kain tersebut.

6. Fiksasi kain batik


Tahap terakhir di dalam membuat batik ecoprint ialah melakukan fiksasi, fiksasi
ini bertujuan untuk mengikat motif dan warna yang sudah tercetak di atas kain agar tidak
mudah luntur. pada tahap ini air yang direndam dicampur dengan tawas selama kurang
lebih 1 jam untuk mengikat warna.

7. Tahap Penjemuran

Pada tahap ini kain yang sudah direndam dengan dengan tawas kemudian
dikeringkan dengan cara dijemur atau diangin anginkan.

Demikianlah pembahasan kita kali ini tentang tata cara membuat batik ecoprint,
silakan bisa kalian coba atau praktekkan di rumah karena memang di dalam membuat
batik jenis ini bahan-bahan yang digunakan dapat kita ambil dari alam sekitar Semoga

apa yang sudah kami sampaikan tadi bermanfaat untuk anda semua.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

dan karunianya. Sehingga tersusunnya tugas tutorial ini, sehingga dapat menyelesaikan

MAKALAH ini dengan judul : “Batik Ecoprint”.

Dalam penyusunan kami dapat memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak , karena

itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada kedua orang tua dan segenap

keluarga besar kami yang telah memberikan dukungan kasih dan kepercayaan yang begitu besar

dari sanalah semua kesuksesan ini berawal. Semoga semua ini dapat memberikan sedikit

kebahagian dan penuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun kami berharap isi dari MAKALAH ini, bebas kekurangan dan kesalahan ,

namun selalu ada yang kurang oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar MAKALAH ini dapat lebih baik lagi . akhir kata saya berharap agar

MAKALAH ini bermanfaat bagi semua.

Hormat,

penulis
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pewarnaan teknik ecoprint dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode
kukus/steam dan pukul/pounding. Setiap metode dalam pewarnaan teknik ecoprint akan
menghasilkan karakteristik hasil warna yang berbeda. hasil warna dengan metode
kukus/steam cenderung lebih terlihat tulang daunnya dan warna lebih muda dari pada
hasil pewarnaan pada metode pukul/pounding. Proses ekstrasi warna yang menempel
pada bahan tekstil teknik pewarnaan tersebut terjadi pada saat pengukusan dan
pemukulan menggunakan palu kayu/palu karet. Pada metode kukus, proses pewarnaan
akan terjadi reaksi antara klorofil daun, uap panas, dan zat fiksasi yang terserap pada
bahan tekstil. Sedangkan pada metode pukul terjadi reaksi klorofil daun yang menempel
pada bahan tekstil dengan cairan zat fiksasi. Dari reaksi tersebut akan dihasilkan warna
yang berbeda-beda tergantung dari jenis zat fiksasi yang digunakan.
2. Hasil uji tahan luntur warna dilakukan untuk mengetahui nilai ketahanan luntur hasil
warna teknik ecoprint, sehingga diketahui kualitas warna. Hasil uji tahan luntur warna
diperoleh nilai rata 3,5 pada metode kukus/steam. Sedangkan nilai rata-rata 3 pada
metode pukul/pounding. Dengan rata rata nilai uji tahan luntur warna tersebut hasil
pewarnaan dengan teknik ecoprint dikategorikan cukup baik untuk metode kukus, dan
cukup untuk metode pukul.
3. Pengaruh dari dari penggunaan jenis zat fiksasi dan bahan tekstil pada pewarnaan
ecoprint mengakibatkan nilai uji beda warna yang berbeda-beda pada setiap sampel
hasil uji pewarnaan. Berdasarkan nilai uji beda warna diperoleh hasil tingkat kecerahan
warna (L*) yang paling tinggi pada pewarnaan menggunakan zat fiksasi tawas.
Sedangkan hasil warna paling gelap pada pewarnaan menggunakan zat fiksasi tunjung.
Hal ini sesuai dengan data pada tabel 15. Hasil uji beda warna yang paling mendekati
saturasi sumbu merah hijau (a*) terjadi pada pewarnaan menggunakan zat fiksasi kapur.
Hal ini sesuai dengan hasil data pada tabel 16. Tabel 17 merupakan hasil uji beda warna
yang paling mendekati koordinat sumbu biru kuning (b*) yaitu terjadi pada hasil
pewarnaan menggunakan zat fiksasi tawas. Berdasarkan perhitungan L*a*b* dimana
nilainya merupakan nilai total refleksi cahaya pada benda yang dilakukan penyinaran
(dE*ab) adalah pewarnaan menggunakan zat fiksasi tunjung dengan bahan sutera
memiliki nilai tertinggi. Hal ini sesuai dengan tabel 18 hal ini menunjukan bahwa bahan
sutera memiliki nilai daya serap terhadap warna yang tinggi dan zat fiksasi tunjung
menghasilkan warna yang paling pekat dari semua jenis zat fiksasi yang digunakan.
4. Hasil penelitian dan pengujian dimuat dalam katalog. Katalog divalidasi oleh dosen
pembimbing dan selanjutnya dinyatakan baik untuk digunakan sebagai sumber belajar
serta dalam menambah khasanah pengetahuan.
B. Saran
1. Pengaruh terhadap pewarnaan ecoprint metode kukus tidak hanya sebatas penggunaan
zat fiksasi, massa zat fiksasi, waktu pengukusan, suhu, dan jenis tumbuhan saja akan
tetapi khusus pada teknik ini cara penggulungan bahan tekstil juga sangat pempengaruhi
hasil warna yang rata. Pada proses penggulungan pada pewarnaan disarankan jangan
sampai ada yang terlipat dan disarankan juga untuk menggunakan alat bantu semacam
pipa untuk menghasilkan warna yang rata.
2. Apabila menginginkan hasil warna yang lebih pekat, konsentrasi zat fiksasi perlu
ditambahkan dan proses pewarnaan seperti pengukusan dan pemukulan juga harus lebih
lama.
3. Penelitian yang dilakukan hanya sebatas pewarnaan teknik ecoprint dengan tumbuhan
kersen atau Muntingia Calabura L., apabila peneliti selanjutnya atau praktisi ingin
mengetahui hasil pewarnaan teknik ecoprint yang lain, Perlu adanya penelitian lebih
lanjut terkait pewarnaan teknik ecoprint yang menggunakan tumbuhan jenis lain.
Apabila melihat jenis tumbuhan di Indonesia yang sangat banyak, hal ini perlu
dilakukan untuk mengeksplor potensi tumbuhan di Indonesia.
4. Metode peawrnaan pada ecoprint tidak hanya metode kukus dan metode pukul. Didalam
penelitian ini hanya dilakukan dua macam metode. Apabila peneliti atau praktisi
industri ingin mengetahui hasil pewarnaan teknik ecoprint dengan metode lain, maka
dari itu perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait pewarnaan menggunakan metode
tersebut.
MAKALAH
LAPORAN PEMBUATAN BATIK
“BATIK ECOPRINT”

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTEK


MATA PELAJARAN PROYEK SEMESTER 1

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. SISKA ULAN DARI
2. AMANDA JULIANTI
3. TRISNA AYU LESTARI
4. JESSYKA NATASYA
5. MIRANDAA AGUSTIANI SAPUTRI.J
6. DILLA ANGGRAINI
7. REWA PRENSTIKA
8. PEDROSA YUAN PRATAMA
9. DWI GALIH VALENTINO

KELAS : X.5

SMA NEGERI 1 TANJUNG AGUNG


TAHUN AJARAN 2023-2024
DAFTAR ISI

HAL JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………….. 1
B. Identifikasi Maslah ……………………………………………………………………….. 2
C. Batasan Masalah ………………………………………………………………………….. 3
D. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………… 4
E. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………………. 4
F. Manfaat Penelitian ………………………………………………………………………... 5
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………. 6
A. Batik Ecoprint …………………………………………………………………………….. 6
B. Langkah Membatik ……………………………………………………………………….. 6
1. Menyiapkan Alat dan Bahan …………………………………………………………. 7
2. Meredam Kain ……………………………………………………………………….. 7
3. Pencetakan …………………………………………………………………………… 7
4. Mengukus Kain ………………………………………………………………………. 8
5. Melepas Ikan Pada Kain ……………………………………………………………… 8
6. Fiksasi Kain Batik ……………………………………………………………………. 8
7. Tahapan Penjemuran …………………………………………………………………. 8
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………….. 9
A. Simpulan ………………………………………………………………………………….. 9
B. Saran ……………………………………………………………………………………… 10

Anda mungkin juga menyukai