Letak negara Indonesia yang tepat di bawah garis khatulistiwa dan beriklim tropis menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang memiliki tanah yang subur dan kekayaan
alam yang melimpah. Kekayaan alam berupa flora di Indonesia yang mencapai 10% dari yang
ada di dunia dapat dijadikan sumber inspirasi untuk berkarya. Ketersediaan bahan alam untuk
mendukung perkembangan produk tekstil salah satunya digunakan dalam bidang pewarnaan
alami. Ketersediaan bahan alam yang melimpah di Indonesia sangat mendukung perkembangan
produk tekstil salah satunya adalah pewarnaan alami. Perkembangan teknologi tekstil
menyebabkan penggunaan pewarna alami semakin berkurang. (Murizar fazruza, Mukhlis, Novita
2018)
Selain memiliki banyak keunggulan, zat warna sintetis juga menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan seperti pencemaran tanah, air, dan udara. Adapun dampak yang dapat berimbas pada
manusia seperti
kanker kulit dan kerusakan otak (Murizar fazruza, Mukhlis, Novita 2018)
Pohon ketapang merupakan salah satu pohon tropis yang banyak ditanam di pinggir jalan, depan
sekolah, atau di halaman rumah. Pohon ketapang dapat meranggas setidaknya dua kali dalam
setahun sehingga banyak sampah daun yang berserakan dan hanya berakhir di pembuangan atau
pembakaran.( Maghfira Intan Cantika1, Aldi Hendrawan2 2021)
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data, studi
literatur, dan eksperimen. Metode pengumpulan data adalah metode penelitian dengan
melakukan pengamatan sehingga mendapatkan data yang dibutuhkan untuk suatu penelitian.
Pada penelitian ini dilakukan metode pengumpulan data dengan mengamati tanaman yang
banyak tumbuh di sekitar namun pemanfaatan yang masih kurang dan bisa digunakan sebagai
pewarna alami. .( Maghfira Intan Cantika1, Aldi Hendrawan2 2021)
Krisyanti1
krisyanti1259@gmail.com
Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga,
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Jl. Batikan UH III/1043 Yogyakarta
Enggar Kartikasari2
enggarkartikasari@ustjogja.ac.id
Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga,
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Jl. Batikan UH III/1043 Yogyakarta
2021
Daun ketapang
ketapang n 1 pohon besar yg daunnya le-
bar, buahnya bertempurung keras, kulit-
nya untuk menyamak kulit, bijinya boleh
dibuat minyak, Terminalia catapa; 2 tum-
buhan; baru-baru; bebaru laut, Geutarda
speciosa halaman Kbbi 2008 713
Salah satu tanaman di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan menjadi pewarna alami adalah
pohon ketapang (Terminalia Catappa). Tanaman
ini memiliki dua jenis dan dapat dibedakan
secara visual, yakni tanaman ketapang yang
dapat di jumpai secara umumnya yaitu
tanaman ketapang (Terminalia Catappa) yang memiliki panjang 15–25 cm dan lebar 10–14
cm, dan memiliki daun yang berbentuk bulat
telur berwarna hijau gelap dan kasar, warna
yang dihasilkan berupa warna kuning
kecoklatan hingga warna coklat gelap.
Dalilah Aprilia 1
, Aldi Hendrawan
2 2020
Pohon ketapang biasa ditemukan didaerah tropis dengan ukuran tinggi, besar, dan
memiliki cabang yang tumbuh mendatar serta
bertingkat.
Irsya Qisti Awwalie1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tri Widayatno2
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Agus Haerudin3 2022
Ketersediaan daun ketapang yang melimpah selain menjadi sampah ternyata memiliki manfaat
lain yaitu sebagai pewarna alami. (Maghfira dan Aldi, 2021)
Pewarna alami daun ketapang menghasilkan warna coklat muda hingga abu-abu tergantung
dengan mordan yang digunakan. (Maghfira dan Aldi, 2021)
Proses pewarnaaan
Pengambilan zat warna alami dari tumbuhtumbuhan yaitu dengan poses ekstraksi yang
digunakan dengan alat Soxchlet, perebusan memakai panci/ drum dan perendaman dengan media
cair. Untuk pengentalannya atau penguapan kadar air menggunakan proses destilasi. ( Wahidin,
2021 )
Perebusan 20 lembar daun ketapang dan 1,5 liter air menghasilkan ekstrak daun ketapang.
Pencelupan pewarna alam daun ketapang dilakukan dengan perebusan kain linen dan rayon pada
ekstrak daun ketapang selama 1 jam. Setelah itu dicelupkan kembali dengan mordan akhir
tunjung, kapur sirih, dan tawas sebanyak 2 sendok makan pada 440 ml air untuk menambah
variasi warna pada kain. (Maghfira dan Aldi, 2021)
2 meng-
ikat nitrogen dr udara menjadi senyawa
yg berguna (dalam industri petrokimia
dan akar kacang-kacangan); 3 reaksi
kimia yg mengubah gas dr dl udara
menjadi senyawa anorganik atau organik;
4 sediaan jaringan untuk studi sitologi
atau histologi dng mengubah zat-zat pd
sel menjadi komponen tidak larut, dng
kemungkinan adanya sedikit perubahan
pd struktur biologi aslinya; 5 pembuatan
senyawa takmenguap, padat, atau takter-
lepas; misalnya butiran perak bromida dl
fotografi kbbi 409
II.2.1 Mordanting
Proses mordanting juga dimaksudkan untuk
meningkatkan daya tarik zat warna alam
terhadap bahan tekstil serta berguna untuk
menghasilkan kerataan dan ketajaman warna
yang baik. Sebagian besar pewarnaan dengan
zat warna alam akan mudah luntur sehingga
diperlukan proses terlebih dahulu dengan
mordanting.
angkah ini
dilakukan sebelum melakukan proses
pewarnaan. Mordant tersendiri dibagi dalam 2
bagian, yaitu :
1. Natural
Mordan natural adalah zat-zat mordan yang
berasal dari alam. Jenis mordan natural
sangat beragam, yaitu:
Asam : jeruk nipis, cuka apel, lemon,belimbing sayur
Basa : kapur sirih, abu merang, kapur
tohor
Logam : tawas, tunjung
Garam : garam dapur
2. Sintetis
Mordan sintetis adalah zat-zat mordan yang
didapat dari zat kimia. Jenis mordan sintetis
yaitu:
Asam : cuka masak.
Basa : soda ash, soda kue, FE
Logam : alumunium
Ekstraksi
Selain itu terdapat
adanya pengaruh mordan kapur dan tunjung
yang dikombinasikan dengan tanin dapat
membantu membuka pori-pori serat
sehingga dapat menambah daya difusi serap
zat warna pada kain serta tingkat ketuaan
warna akan bertambah.Daun ketapang berpotensi digunakan
sebagai pewarna alami kain batik.
Pengaruh frekuensi pencelupan dan jenis
mordan terhadap ketajaman warna
menggunakan uji warna L*, a*, b* cukup
berpengaruh secara signifikan.
Dibalik kelebihannya zat pewarna alam juga memiliki kelemahan antara lain
proses pembuatannya memerlukan waktu yang panjang, tidak tahan lama jika disimpan sebelum
proses pewarnaan, warna yang dihasilkan cenderung mudah luntur, dan proses pewarnaan
memerlukan waktu yang panjang
Dalilah Aprilia 1
, Aldi Hendrawan 2020
Warna pada kain dan pakaian akan membuat kain menjadi lebih menarik dan menambah nilai
estetik.
Pewarna kain sendiri terbagi menjadi dua berdasarkan asalnya, yaitu pewarna kain pewarna
alami
dan sintetis. Pewarna alami berasal dari tumbuhan dan pewarna sintetis adalah buatan pabrik. 28
Pewarna Kain Alami
Pewarna kain alami merupakan pewarna kain yang berasal dari tumbuhan. Pewarna jenis ini
sudah
digunakan sejak zaman dahulu orang para nenek moyang. Pada masa sekarang, pewarna alami
banyak dipilih karena tidak merusak lingkungan dan memiliki warna yang khas
Bagi pegiat kesenian dan tekstil, istilah shibori bukanlah hal yang asing ditelinga.Berasal dari
Jepang, shibori berasal dari kata kerja ‘shiboru’ yakni merupakan teknik pewarnaan kain yang
mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan
batik
(meskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana). Tak heran jenis kain yang satu ini
acap kali disebut dengan ‘batik’ asal Jepang.Dikabarkan, teknik shibori ini telah digunakan sejak
zaman kekaisaran Jepang beberapa ratus tahun yang lalu. Bahkan beberapa pewarna alami dapat
bertahan 600 tahun lamanya. 30
Novi nuraini
Zat pewarna alami
Zat pewarna alami adalah zat warna yang
pada umumnya dihasilkan dari bahan alam
seperti ekstrak tumbuhan dan hewan yang
berguna sebagai pewarna alami alternatif
dengan sifat tidak beracun, mudah diuraikan
oleh pengurai, dan ramah lingkungan.
Maghfira Intan Cantika1
, Aldi Hendrawan2 2021
Pewarna alami (natural dyes) merupakan zat warna yang diperoleh dari alam baik secara
langsung maupun tidak langsung (melalui pengolahan). Zat pewarna tekstil pada umumnya
diperoleh dengan proses ekstraksi dari berbagai kulit kayu, getah daun, akar, biji, daun, umbi dan
bunga. ( Wahidin, 2021 )
Akibatnya sungai menjadi berubah wama dan menimbulkan bau yang tidak sedap, Limbah
tersebut dapat membunuh organisme yang hidup di dalam sungai yang berdampak buruk pada
kelangsungan hidup ikan dan hewan lain yang ada di dalamnya. Untuk memperkecil resiko yang
ditimbulkan dari limbah batik, penggunaan bahan pewama alami batik mungkin bisa menjadi
salah satu pilihan. Selain lebih ramah lingkungan, dengan menggunakan bahan pewama alami
juga dapat menghasilkan warna-warna batik klasik yang alami. Bahan pewama alami batik bisa
didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang di ekstrak. Bahan tersebut bisa berasal dari akar,
batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Dan bahanbahan tersebut akan dihasilkan warna-
warna yang beragam meski tidak pelengkap bila menggunakan zat pewama batik kimia (DR. I
KETUT GEDE HARSANA, S.AG., M.SI , 2019)
Pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian
tumbuhan seperti akar, kayu, dan biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak
mengenal beberapa tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil diantaranya adalah daun pohon
nila, kulit soga tinggi, kayu tegeran, kunyit, teh, akar mengkudu, kulit soga jambal, kesumba,
daun jambu biji. Pengembangan zat wama alam dengan melakukan eksplorasi sumbersumber zat
warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah merupakan upaya
menganggkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil. Zat pewarna alami batik
biasanya dibuat dari bahan ekstrak tumbuh-tumbuhan seperti dari batang, akar, daun, kulit,
bunga maupun buahnya, Dari masing-masing bahan tersebut akan mampu menghasilkan warna
yang beragain meski tidak selengkap jika menggunakan zat pewama batik buatan atau smtetis.
(DR. I KETUT GEDE HARSANA, S.AG., M.SI , 2019)
Pewarnaan alami sendiri digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sebagai pewarna kain
batik. Mengekstraksi bagian-bagian tumbuhan seperti bagian daun, batang, akar, bunga, buah
dan biji adalah cara untuk memperoleh zat warna alami dari tumbuhan. Beberapa jenis tumbuhan
yang sering digunakan oleh pembatik untuk pewarnaan alami untuk mewarnai kain batik yaitu
kunyit (Curcuma domestica), tarum (Indigo tinctoria), kesumba (Bixa orellana), ketapang
(Tarminalia catappa), dan jati (Tectona grandis). (Murizar fazruza, Mukhlis, Novita 2018)
Tekstil
1. Katun
Kain katun paling cocok menggunakan pewarna pakaian yang reaktif terhadap serat. Hal ini
karena katun
memiliki serat yang dapat mengikat warna. Jika pewarnaan tepat, warna tersebut tidak akan
mudah
luntur.30 Novi nuraini
Kain Mori Merupakan sejenis kain berwarna putih polos yang memiliki ketebalan, kehalusan dan
kerapatan sempurna sehingga sangat sesuai jika digunakan untuk membatik. Jenis kain yang
biasa disebut sebagai “cambric” pada dasarnya juga termasuk kedalam jenis kain tenun benang
kapas yang dibuat dengan teknik a Kain Mori Prismissima. Kain mori prismissima merupakan
mori berkualitas tinggi dengan ciri – ciri sebagai berikut: • Memiliki konstruksi benang Ne 50-
56 dengan kepadatan (tetel) benang lusi yaitu antara 105125 per inchi(42-50cm). • Kerapatan
untuk benang pakan antara 100-120 per inchi(42-50cm). • Dapat ditemukan dengan merk dagang
Kereta Kencana, Crown, Bendera.
nyaman polos dan diputihkan. ( Wahidin, 2021 )
shibori
Jika teknik arashi menggunakan bantuan pipa, itajime menggunakan dua bilah kayu. Jadi,
kain dijepit di antara dua potong kayu lalu diikat dengan tali atau benang. Motif yang
dihasilkan akan bercorak kotak-kotak.
Hal yang pertama yang harus dilakukan untuk membuat teknik ini adalah dengan cara
melipat kain secara berulang hingga membentuk sebuah tumpukan berbentuk persegi lalu
gunakan dua buah balok untuk menjepit kain secara melintang dan jang lupa ikat dua sisi
kain secara kuat.
Novi nuraini
Shibori merupakan salah satu batik yang digemari di dalam negeri. Teknik pewarnaan batik ini
berasal dari Jepang. Shibori berasal dari kata kerja ‘shiboru’ yakni merupakan teknik pewarnaan
kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda
dengan batik, meskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana.
Shibori memiliki keistimewaan tersendiri berupa unsur warna dan motif yang tidak terduga dari
proses pencelupan, karena proses pembuatannya sama dengan pewarnaan tie dye dengan teknik
ikat dan celup. Dalam penggunaanya, kain shibori bisa dipakai dalam berbagai kegiatan baik itu
formal maupun informal dan dapat pula dikreasikan menjadi berbagai produk fashion.
Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk membuat batik Shiboti diantaranya berupa kain putih
polos berbahan alami seperti katun, sutra, katun primisima, blaco dan paris, tanaman indigo atau
dapat menggantinya dengan pewarna sintetis yang mudah didapatkan seperti wantek, sarung
tangan, karet, baskom dan air.
Yanita Wardhani & Amelia Sandi Nidia
SEPTEMBER 3, 2022
https://umsida.ac.id/lewat-batik-shibori-umsida-lestarikan-budaya/
Shibori merupakan salah satu batik yang digemari di dalam negeri. Teknik pewarnaan batik ini
berasal dari Jepang. Shibori berasal dari kata kerja ‘shiboru’ yakni merupakan teknik pewarnaan
kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda
dengan batik, meskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana.
Shibori memiliki keistimewaan tersendiri berupa unsur warna dan motif yang tidak terduga dari
proses pencelupan, karena proses pembuatannya sama dengan pewarnaan tie dye dengan teknik
ikat dan celup. Dalam penggunaanya, kain shibori bisa dipakai dalam berbagai kegiatan baik itu
formal maupun informal dan dapat pula dikreasikan menjadi berbagai produk fashion.
Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk membuat batik Shiboti diantaranya berupa kain putih
polos berbahan alami seperti katun, sutra, katun primisima, blaco dan paris, tanaman indigo atau
dapat menggantinya dengan pewarna sintetis yang mudah didapatkan seperti wantek, sarung
tangan, karet, baskom dan air.
Yanita Wardhani & Amelia Sandi Nidia
SEPTEMBER 3, 2022
https://umsida.ac.id/lewat-batik-shibori-umsida-lestarikan-budaya/
Menurut… .. Teknik pewarnaan pada shibori dilakukan
dengan mencelupkan kain pada zat pewarna dan memberikan
‘perlindungan’ pada bagian kain tertentu yang tidak ingin diwarnai.
Teknik shibori adalah teknik yang berasal dari Jepang. Teknik pewarnaan ini merupakan salah
satu cara
pencelupan tekstil di Jepang sejak abad ke 8. Shibori merupakan teknik pencelupan kain yang
meliputi
jahitan, ikatan, lilitan, dijepit dan dibungkus. Teknik dasar Shibori adalah menggambar di atas
kain, dan
pengikatan simpul dengan ketat menggunakan benang. 29