Anda di halaman 1dari 21

Latar belakang

Indonesia mempunyai kekayaan alam yang


melimpah, salah satunya adalah keanekaragaman
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
pewarna alami untuk tekstil. Bahan pewarna
alami dapat diperoleh dari hasil ekstrak berbagai
bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji dan
bunga. Penggunaan pewarna alami dari tumbuhan
sudah dilakukan dari zaman dahulu secara turun
temurun, di antaranya digunakan dalam pewarnaan
kain batik dan kain tenun tradisional suku-suku di
Indonesia. Novi nuraini

Letak negara Indonesia yang tepat di bawah garis khatulistiwa dan beriklim tropis menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang memiliki tanah yang subur dan kekayaan
alam yang melimpah. Kekayaan alam berupa flora di Indonesia yang mencapai 10% dari yang
ada di dunia dapat dijadikan sumber inspirasi untuk berkarya. Ketersediaan bahan alam untuk
mendukung perkembangan produk tekstil salah satunya digunakan dalam bidang pewarnaan
alami. Ketersediaan bahan alam yang melimpah di Indonesia sangat mendukung perkembangan
produk tekstil salah satunya adalah pewarnaan alami. Perkembangan teknologi tekstil
menyebabkan penggunaan pewarna alami semakin berkurang. (Murizar fazruza, Mukhlis, Novita
2018)

Selain memiliki banyak keunggulan, zat warna sintetis juga menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan seperti pencemaran tanah, air, dan udara. Adapun dampak yang dapat berimbas pada
manusia seperti
kanker kulit dan kerusakan otak (Murizar fazruza, Mukhlis, Novita 2018)
Pohon ketapang merupakan salah satu pohon tropis yang banyak ditanam di pinggir jalan, depan
sekolah, atau di halaman rumah. Pohon ketapang dapat meranggas setidaknya dua kali dalam
setahun sehingga banyak sampah daun yang berserakan dan hanya berakhir di pembuangan atau
pembakaran.( Maghfira Intan Cantika1, Aldi Hendrawan2 2021)

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data, studi
literatur, dan eksperimen. Metode pengumpulan data adalah metode penelitian dengan
melakukan pengamatan sehingga mendapatkan data yang dibutuhkan untuk suatu penelitian.
Pada penelitian ini dilakukan metode pengumpulan data dengan mengamati tanaman yang
banyak tumbuh di sekitar namun pemanfaatan yang masih kurang dan bisa digunakan sebagai
pewarna alami. .( Maghfira Intan Cantika1, Aldi Hendrawan2 2021)

Penggunaan pewarna alami dan pewarna sintetis memiliki sejumlah keunggulan


dan kekurangan. Ketersediaan zat pewarna dalam jumlah besar menjadi salah satu alasan
penggunaan pewarna sintetis. Kemajuan teknologi mampu menciptakan zat pewarna
sintetis dengan berbagai variasi warna dibandingkan dengan variasi zat pewarna alam
yang lebih sedikit. Kebanyakan industri tekstil menggunakan pewarna sintetis dengan
alasan murah, tahan lama, mudah diperoleh dan mudah dalam penggunaannya, namun
limbah yang dihasilkan mengandung pewarna sintetis tersebut dan juga sulit terdegradasi
[1]. Pada umumnya polutan utama yang terkandung dalam limbah cair mengandung
bahan peroksida adalah senyawa-senyawa organik beracun yang dapat mencemari
lingkungan air dan udara apabila dibuang langsung ke lingkungan dalam jumlah yang
banyak. Penggunaan zat pewarna sintetis yang memang terbukti lebih murah berdampak
negatif yaitu bersifat karsinogenik, akibat kandungan logam berat pada pewarna sintetik
[2]. Oleh karena itu, pemanfaatan zat warna alam (ZWA) sebagai alternatif untuk
mengurangi dampak terhadap penggunaan zat warna sintetis, diantaranya pewarna alam
ini ramah bagi kesehatan, bebas zat kimia, mudah didapatkan dan juga hemat biaya,
karena kandungan komponen alamiahnya tidak mempunyai beban pencemaran, mudah
terurai secara biologis, proses pewarnaanya menghasilkan limbah cair yang tidak
beracun dan bahan bakunya mudah didapatkan di lingkungan sekitar kita
Penggunaan pewarna alami kurang diminati karena berbagai kekuranganya, salah
satunya adalah ketahanan luntur warnanya. Dibutuhkan solusi berupa fiksator untuk
mengatasi kelunturan warna. Pada pencelupan bahan tekstil dengan zat warna alam
dibutuhkan proses fiksasi yaitu proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan
zat warna alam agar memiliki ketahanan luntur yang baik [4]. Agar warna tekstil yang
dihasilkan tidak mudah luntur dan cemerlang, maka pada proses pencelupan/pewarnaan
perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat berfungsi sebagai mordant atau fiksator
(pengikat) zat warna.

Krisyanti1
krisyanti1259@gmail.com
Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga,
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Jl. Batikan UH III/1043 Yogyakarta
Enggar Kartikasari2
enggarkartikasari@ustjogja.ac.id
Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga,
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Jl. Batikan UH III/1043 Yogyakarta
2021

Daun ketapang
ketapang n 1 pohon besar yg daunnya le-
bar, buahnya bertempurung keras, kulit-
nya untuk menyamak kulit, bijinya boleh
dibuat minyak, Terminalia catapa; 2 tum-
buhan; baru-baru; bebaru laut, Geutarda
speciosa halaman Kbbi 2008 713
Salah satu tanaman di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan menjadi pewarna alami adalah
pohon ketapang (Terminalia Catappa). Tanaman
ini memiliki dua jenis dan dapat dibedakan
secara visual, yakni tanaman ketapang yang
dapat di jumpai secara umumnya yaitu
tanaman ketapang (Terminalia Catappa) yang memiliki panjang 15–25 cm dan lebar 10–14
cm, dan memiliki daun yang berbentuk bulat
telur berwarna hijau gelap dan kasar, warna
yang dihasilkan berupa warna kuning
kecoklatan hingga warna coklat gelap.

Daun ketapang potesial untuk dikembangkan


lebih lanjut menjadi pewarna tekstil alami
dengan teknik aplikasi ikat celup, yang sudah
dilakukan sejak terdahulu oleh nenek moyang
bangsa Indonesia, hingga saat ini ikat celup
terus mengalami perkembangan yang
beragam dan semakin mudah untuk
diaplikasikan pada bahan tekstil yang
berbahan dasar katun dan rami

Dalilah Aprilia 1
, Aldi Hendrawan
2 2020

Pohon ketapang biasa ditemukan didaerah tropis dengan ukuran tinggi, besar, dan
memiliki cabang yang tumbuh mendatar serta
bertingkat.
Irsya Qisti Awwalie1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tri Widayatno2
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Agus Haerudin3 2022

Daun ketapang potesial untuk dikembangkan


lebih lanjut menjadi pewarna tekstil alami
dengan teknik aplikasi ikat celup, yang sudah
dilakukan sejak terdahulu oleh nenek moyang
bangsa Indonesia, hingga saat ini ikat celup
terus mengalami perkembangan yang
beragam dan semakin mudah untuk
diaplikasikan pada bahan tekstil yang
berbahan dasar katun dan rami. H
Dahulu bangsa Indonesia menggunakan
warna untuk pakaian atau batik diambil dari
zat-zat warna dari alam (tumbuh-tumbuhan,
binatang) yang dicarinya sendiri, dikerjakan
sendiri dan dari kekayaan tanah air sendiri.
salah satu
tanaman di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan menjadi pewarna alam adalah
daun ketapang biola (Ficus Lyrata) karena
memiliki daya tarik yaitu menghasilkan warna
yang cukup beragam antara lain merah
keunguan, merah muda, abu tua, hingga abu
muda. Proses pencelupan yang dilakukan bisa
digunakan dengan 2 proses pencelupan yakni
pencelupan panas dan dingin, semakin lama
waktu pencelupan dan banyaknya proses
pencelupan maka semakin pekat warna yang
dihasilkan pula. Proses mordanting akan
menghasilkan warna yang lebih bervariasi,
Jenis kain pada proses pencelupan sangat
mempengaruhi hasil akhirnya seperti pada
kain linen warna yang dihasilkan lebih pekat
untuk daya serap cukup maksimal,
dibandingan dengan menggunakan kain
katun yang cenderung lebih muda lalu untuk
daya serap kurang maksimal. Pada
eksperimen yang sudah dilakukan
sebelumnya oleh peneliti, terdapat perbedaan
hasil warna ekstrak daun ketapang yang
dipakai antara daun ketapang biola kering
dan daun ketapang biola yang masih segar,
untuk ekstrak daun ketapang yang kering
cenderung mengeluarkan warna kuning
kemerahan, sedangkan untuk ekstrak daun
ketapang yang segar mengeluarkan warna
merah keunguan, untuk penggunaan
perintang yang maksimal untuk di gunakan
dalam proses eksperimen antara lain tali rafia
dan karet. Lalu pengaplikasian daun ketapang
sebagai pewarna alam pada kain,
diaplikasikan pada produk fashion berupa
casual wear dengan potongan busana yang
sederhana dengan menyesuaikan konsep yang
sudah ada.
Dalilah Aprilia 1
, Aldi Hendrawan 2020

Ketersediaan daun ketapang yang melimpah selain menjadi sampah ternyata memiliki manfaat
lain yaitu sebagai pewarna alami. (Maghfira dan Aldi, 2021)
Pewarna alami daun ketapang menghasilkan warna coklat muda hingga abu-abu tergantung
dengan mordan yang digunakan. (Maghfira dan Aldi, 2021)

Pembuatan ekstrak warna alam dapat memanfaatkan


tumbuhan yang ada di alam sekitar. Untuk
menghasilkan warna dilakukan proses ekstraksi atau
pembuatan zat warna alam.

Untuk daun ketapang menghasilkan


warna kuning muda. Jika menggunakan fiksasi kapur
sirih hasil warnanya kuning lebih tua. Jika
menggunakan fiksasi tunjung menghasilkan wana
kecokelatan.
1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini yaitu pewarnaan alam dengan
ekstrak biji kesumba dan daun ketapang, antara lain: 1)
Cara membuat ekstrak biji kesumba dan daun ketapang
menyiapkan alat daun bahan, diremas-remas untuk biji
kesumba dan dipotong kecil-kecil untuk daun
ketapang, direbus, didiamkan semalaman, direbus
kembali, disaring, daun didinginkan. 2) Teknik
pewarnaan dengan ekstrak biji kesumba dan daun
ketapang yaitu dengan cara mencelupkan kain, kain
direndam dengan sabun cuci, dicelup dengan tawas
selama dua malam, kemudian pencelupan dengan
ekstrak daun selanjutnya pencelupan dengan pengunci
(fiksasi) kapur sirih daun tunjung. 3) Warna yang
dihasilkan dari biji kesumba yaitu warna orange,
menggunakan fiksasi kapur sirih, hasil warnanya
oranye lebih tua dan fiksasi tunjung menghasilkan
warna oranye kecokelatan. Daun ketapang
menghasilkan warna kuning muda, menggunakan
fixsasi kapur menghasilkan warna kuning tua dan
tunjung menghasilkan warna kecoklatan.

Ami Zola1*, Agusti Efi2* 2022

Proses pewarnaaan

Pengambilan zat warna alami dari tumbuhtumbuhan yaitu dengan poses ekstraksi yang
digunakan dengan alat Soxchlet, perebusan memakai panci/ drum dan perendaman dengan media
cair. Untuk pengentalannya atau penguapan kadar air menggunakan proses destilasi. ( Wahidin,
2021 )

Perebusan 20 lembar daun ketapang dan 1,5 liter air menghasilkan ekstrak daun ketapang.
Pencelupan pewarna alam daun ketapang dilakukan dengan perebusan kain linen dan rayon pada
ekstrak daun ketapang selama 1 jam. Setelah itu dicelupkan kembali dengan mordan akhir
tunjung, kapur sirih, dan tawas sebanyak 2 sendok makan pada 440 ml air untuk menambah
variasi warna pada kain. (Maghfira dan Aldi, 2021)

2 meng-
ikat nitrogen dr udara menjadi senyawa
yg berguna (dalam industri petrokimia
dan akar kacang-kacangan); 3 reaksi
kimia yg mengubah gas dr dl udara
menjadi senyawa anorganik atau organik;
4 sediaan jaringan untuk studi sitologi
atau histologi dng mengubah zat-zat pd
sel menjadi komponen tidak larut, dng
kemungkinan adanya sedikit perubahan
pd struktur biologi aslinya; 5 pembuatan
senyawa takmenguap, padat, atau takter-
lepas; misalnya butiran perak bromida dl
fotografi kbbi 409

II.2.1 Mordanting
Proses mordanting juga dimaksudkan untuk
meningkatkan daya tarik zat warna alam
terhadap bahan tekstil serta berguna untuk
menghasilkan kerataan dan ketajaman warna
yang baik. Sebagian besar pewarnaan dengan
zat warna alam akan mudah luntur sehingga
diperlukan proses terlebih dahulu dengan
mordanting.

angkah ini
dilakukan sebelum melakukan proses
pewarnaan. Mordant tersendiri dibagi dalam 2
bagian, yaitu :
1. Natural
Mordan natural adalah zat-zat mordan yang
berasal dari alam. Jenis mordan natural
sangat beragam, yaitu:
Asam : jeruk nipis, cuka apel, lemon,belimbing sayur
Basa : kapur sirih, abu merang, kapur
tohor
Logam : tawas, tunjung
Garam : garam dapur
2. Sintetis
Mordan sintetis adalah zat-zat mordan yang
didapat dari zat kimia. Jenis mordan sintetis
yaitu:
Asam : cuka masak.
Basa : soda ash, soda kue, FE
Logam : alumunium

Penggunaan pewarna alam untuk tekstil


memerlukan mordan. Mordan berfungsi
sebagai pembangkit warna dan sebagai
penguat warna agar tahan luntur. Menurut
Rasyid Djufri dalam Choiriyah (2008 : 22)
pencelupan dengan mordan dapat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu :
1. Mordan Awal (pre mordanting),
pencelupan bahan yang dilakukan dengan
mencelup bahan dengan senyawa logam
terlebih dahulu kemudian setelah di cuci
bersih bahan dicelup dengan zat warna.
2. Mordan simultan (metachrom, monochrom),
pencelupan bahan yang dilakukan dengan
larutan celup harus terdiri dari zat warna
dan zat mordan.
3. Mordan akhir (post mordanting),
pencelupan bahan dalam larutan zat
warna terlebih dahulu kemudian setelah
zat warna terserap semula kedalam bahan
dilanjutkan dengan pengerjaan mordan
dengan senyawa logam.
Dalilah Aprilia 1
, Aldi Hendrawan 2020

Berdasarkan hasil penelitian yang telah


dilakukan, maka dapat disimpulkan salah satu
tanaman di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan menjadi pewarna alam adalah
daun ketapang biola (Ficus Lyrata) karena
memiliki daya tarik yaitu menghasilkan warna
yang cukup beragam antara lain merah
keunguan, merah muda, abu tua, hingga abu
muda. Proses pencelupan yang dilakukan bisa
digunakan dengan 2 proses pencelupan yakni
pencelupan panas dan dingin, semakin lama
waktu pencelupan dan banyaknya proses
pencelupan maka semakin pekat warna yang
dihasilkan pula. Proses mordanting akan
menghasilkan warna yang lebih bervariasi,
Jenis kain pada proses pencelupan sangat
mempengaruhi hasil akhirnya seperti pada
kain linen warna yang dihasilkan lebih pekat
untuk daya serap cukup maksimal,
dibandingan dengan menggunakan kain
katun yang cenderung lebih muda lalu untuk
daya serap kurang maksimal. Pada
eksperimen yang sudah dilakukan
sebelumnya oleh peneliti, terdapat perbedaan
hasil warna ekstrak daun ketapang yang
dipakai antara daun ketapang biola kering
dan daun ketapang biola yang masih segar,
untuk ekstrak daun ketapang yang kering
cenderung mengeluarkan warna kuning
kemerahan, sedangkan untuk ekstrak daun
ketapang yang segar mengeluarkan warna
merah keunguan, untuk penggunaan
perintang yang maksimal untuk di gunakan
dalam proses eksperimen antara lain tali rafia
dan karet. Lalu pengaplikasian daun ketapang
sebagai pewarna alam pada kain,
diaplikasikan pada produk fashion berupa
casual wear dengan potongan busana yang
sederhana dengan menyesuaikan konsep yang
sudah ada. Dalilah Aprilia 1
, Aldi Hendrawan 2020

Ekstraksi
Selain itu terdapat
adanya pengaruh mordan kapur dan tunjung
yang dikombinasikan dengan tanin dapat
membantu membuka pori-pori serat
sehingga dapat menambah daya difusi serap
zat warna pada kain serta tingkat ketuaan
warna akan bertambah.Daun ketapang berpotensi digunakan
sebagai pewarna alami kain batik.
Pengaruh frekuensi pencelupan dan jenis
mordan terhadap ketajaman warna
menggunakan uji warna L*, a*, b* cukup
berpengaruh secara signifikan.

Irsya Qisti Awwalie1


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tri Widayatno2
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Agus Haerudin3 2022

Sebagian besar pewarna alami membutuhkan zat


kimia bernama mordan agar melekat secara permanen
pada tekstil. Mordan dapat meningkatkan daya serap
tekstil terhadap pewarna alami yang menyebabkan
meningkatnya intensitas warna pada tekstil.

Maria Inggrid1, Adilavi Sima1, Yansen Hartanto1 2020

mordan n zat yg menguatkan pengikatan


zat warna pd bahan yg diwarnai kbbi 971

Zat pewarna alami


Pemanfatan
daun dengan pertimbangan bahwa daun merupakan
bagian tumbuhan yang mudah diperoleh sebab
posisinya berada di atas permukaan tanah sehingga
mudah dijangkau dan proses pengambilannya
tanpa menggunakan alat bantu dibandingkan
dengan bagian tumbuhan lainnya, selain itu
daun memiliki pigmen fotosintesis yang disebut
klorofil yang bersama-sama dengan xantofil dan
karoten yang memiliki kemampuan untuk menyerap
cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan
cahaya hijau, hijau tua (kehitaman), biru, biru-
hitam dan hitam. Pada dasarnya warna yang
umumnya direfleksikan oleh pigmen fotosintesis
adalah hijau yang menyebabkan tumbuhan
memperoleh ciri warna daunnya.

Warna biru dari tumbuhan tarum/tarum (I.


tinctoria, L.) dari daun berisi indigotin
(Pujillestari, 2015) yang termasuk dalam pigmen
tanin, selain itu tain dapat bereaksi dengan ion dan
membentuk warna gelap seperti warna abu-abu
dan hitam dari tumbuhan ketapang (T. catappa
L.) dan mangga (M. indica L.).
Dalam proses pengolahan tumbuhan untuk
menghasikan Zat warna terdapat tiga bahan
tambahan yang digunakan yaitu berupa kapur,
tunjung dan tawas. Penggunaan ketiga bahan
tambahan ini bertujuan untuk menonjolkan warna
yang dihasilkan dan juga sekaligus berfungsi
sebagai pengikat warna.

1Yolanda G. Naisumu, 1Emilia J. Bria, 2Noviana M. Obenu yolanda 2022

Dibalik kelebihannya zat pewarna alam juga memiliki kelemahan antara lain
proses pembuatannya memerlukan waktu yang panjang, tidak tahan lama jika disimpan sebelum
proses pewarnaan, warna yang dihasilkan cenderung mudah luntur, dan proses pewarnaan
memerlukan waktu yang panjang

Dalilah Aprilia 1
, Aldi Hendrawan 2020

Warna pada kain dan pakaian akan membuat kain menjadi lebih menarik dan menambah nilai
estetik.
Pewarna kain sendiri terbagi menjadi dua berdasarkan asalnya, yaitu pewarna kain pewarna
alami
dan sintetis. Pewarna alami berasal dari tumbuhan dan pewarna sintetis adalah buatan pabrik. 28
Pewarna Kain Alami
Pewarna kain alami merupakan pewarna kain yang berasal dari tumbuhan. Pewarna jenis ini
sudah
digunakan sejak zaman dahulu orang para nenek moyang. Pada masa sekarang, pewarna alami
banyak dipilih karena tidak merusak lingkungan dan memiliki warna yang khas

Bagi pegiat kesenian dan tekstil, istilah shibori bukanlah hal yang asing ditelinga.Berasal dari
Jepang, shibori berasal dari kata kerja ‘shiboru’ yakni merupakan teknik pewarnaan kain yang
mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan
batik
(meskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana). Tak heran jenis kain yang satu ini
acap kali disebut dengan ‘batik’ asal Jepang.Dikabarkan, teknik shibori ini telah digunakan sejak
zaman kekaisaran Jepang beberapa ratus tahun yang lalu. Bahkan beberapa pewarna alami dapat
bertahan 600 tahun lamanya. 30
Novi nuraini
Zat pewarna alami
Zat pewarna alami adalah zat warna yang
pada umumnya dihasilkan dari bahan alam
seperti ekstrak tumbuhan dan hewan yang
berguna sebagai pewarna alami alternatif
dengan sifat tidak beracun, mudah diuraikan
oleh pengurai, dan ramah lingkungan.
Maghfira Intan Cantika1
, Aldi Hendrawan2 2021

Pewarna alami (natural dyes) merupakan zat warna yang diperoleh dari alam baik secara
langsung maupun tidak langsung (melalui pengolahan). Zat pewarna tekstil pada umumnya
diperoleh dengan proses ekstraksi dari berbagai kulit kayu, getah daun, akar, biji, daun, umbi dan
bunga. ( Wahidin, 2021 )

Akibatnya sungai menjadi berubah wama dan menimbulkan bau yang tidak sedap, Limbah
tersebut dapat membunuh organisme yang hidup di dalam sungai yang berdampak buruk pada
kelangsungan hidup ikan dan hewan lain yang ada di dalamnya. Untuk memperkecil resiko yang
ditimbulkan dari limbah batik, penggunaan bahan pewama alami batik mungkin bisa menjadi
salah satu pilihan. Selain lebih ramah lingkungan, dengan menggunakan bahan pewama alami
juga dapat menghasilkan warna-warna batik klasik yang alami. Bahan pewama alami batik bisa
didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang di ekstrak. Bahan tersebut bisa berasal dari akar,
batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Dan bahanbahan tersebut akan dihasilkan warna-
warna yang beragam meski tidak pelengkap bila menggunakan zat pewama batik kimia (DR. I
KETUT GEDE HARSANA, S.AG., M.SI , 2019)

Pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian
tumbuhan seperti akar, kayu, dan biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak
mengenal beberapa tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil diantaranya adalah daun pohon
nila, kulit soga tinggi, kayu tegeran, kunyit, teh, akar mengkudu, kulit soga jambal, kesumba,
daun jambu biji. Pengembangan zat wama alam dengan melakukan eksplorasi sumbersumber zat
warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah merupakan upaya
menganggkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil. Zat pewarna alami batik
biasanya dibuat dari bahan ekstrak tumbuh-tumbuhan seperti dari batang, akar, daun, kulit,
bunga maupun buahnya, Dari masing-masing bahan tersebut akan mampu menghasilkan warna
yang beragain meski tidak selengkap jika menggunakan zat pewama batik buatan atau smtetis.
(DR. I KETUT GEDE HARSANA, S.AG., M.SI , 2019)

Pewarnaan alami sendiri digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sebagai pewarna kain
batik. Mengekstraksi bagian-bagian tumbuhan seperti bagian daun, batang, akar, bunga, buah
dan biji adalah cara untuk memperoleh zat warna alami dari tumbuhan. Beberapa jenis tumbuhan
yang sering digunakan oleh pembatik untuk pewarnaan alami untuk mewarnai kain batik yaitu
kunyit (Curcuma domestica), tarum (Indigo tinctoria), kesumba (Bixa orellana), ketapang
(Tarminalia catappa), dan jati (Tectona grandis). (Murizar fazruza, Mukhlis, Novita 2018)

Tekstil

Jenis kain pada proses pencelupan sangat


mempengaruhi hasil akhirnya seperti pada
kain linen warna yang dihasilkan lebih pekat
untuk daya serap cukup maksimal,
dibandingan dengan menggunakan kain
katun yang cenderung lebih muda lalu untuk
daya serap kurang maksimal.

1. Katun
Kain katun paling cocok menggunakan pewarna pakaian yang reaktif terhadap serat. Hal ini
karena katun
memiliki serat yang dapat mengikat warna. Jika pewarnaan tepat, warna tersebut tidak akan
mudah
luntur.30 Novi nuraini

Kain Mori Merupakan sejenis kain berwarna putih polos yang memiliki ketebalan, kehalusan dan
kerapatan sempurna sehingga sangat sesuai jika digunakan untuk membatik. Jenis kain yang
biasa disebut sebagai “cambric” pada dasarnya juga termasuk kedalam jenis kain tenun benang
kapas yang dibuat dengan teknik a Kain Mori Prismissima. Kain mori prismissima merupakan
mori berkualitas tinggi dengan ciri – ciri sebagai berikut: • Memiliki konstruksi benang Ne 50-
56 dengan kepadatan (tetel) benang lusi yaitu antara 105125 per inchi(42-50cm). • Kerapatan
untuk benang pakan antara 100-120 per inchi(42-50cm). • Dapat ditemukan dengan merk dagang
Kereta Kencana, Crown, Bendera.
nyaman polos dan diputihkan. ( Wahidin, 2021 )

shibori
Jika teknik arashi menggunakan bantuan pipa, itajime menggunakan dua bilah kayu. Jadi,
kain dijepit di antara dua potong kayu lalu diikat dengan tali atau benang. Motif yang
dihasilkan akan bercorak kotak-kotak.
Hal yang pertama yang harus dilakukan untuk membuat teknik ini adalah dengan cara
melipat kain secara berulang hingga membentuk sebuah tumpukan berbentuk persegi lalu
gunakan dua buah balok untuk menjepit kain secara melintang dan jang lupa ikat dua sisi
kain secara kuat.

Novi nuraini

Shibori merupakan salah satu batik yang digemari di dalam negeri. Teknik pewarnaan batik ini
berasal dari Jepang. Shibori berasal dari kata kerja ‘shiboru’ yakni merupakan teknik pewarnaan
kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda
dengan batik, meskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana.
Shibori memiliki keistimewaan tersendiri berupa unsur warna dan motif yang tidak terduga dari
proses pencelupan, karena proses pembuatannya sama dengan pewarnaan tie dye dengan teknik
ikat dan celup. Dalam penggunaanya, kain shibori bisa dipakai dalam berbagai kegiatan baik itu
formal maupun informal dan dapat pula dikreasikan menjadi berbagai produk fashion.

Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk membuat batik Shiboti diantaranya berupa kain putih
polos berbahan alami seperti katun, sutra, katun primisima, blaco dan paris, tanaman indigo atau
dapat menggantinya dengan pewarna sintetis yang mudah didapatkan seperti wantek, sarung
tangan, karet, baskom dan air.
Yanita Wardhani & Amelia Sandi Nidia

SEPTEMBER 3, 2022
https://umsida.ac.id/lewat-batik-shibori-umsida-lestarikan-budaya/

Shibori merupakan salah satu batik yang digemari di dalam negeri. Teknik pewarnaan batik ini
berasal dari Jepang. Shibori berasal dari kata kerja ‘shiboru’ yakni merupakan teknik pewarnaan
kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda
dengan batik, meskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana.
Shibori memiliki keistimewaan tersendiri berupa unsur warna dan motif yang tidak terduga dari
proses pencelupan, karena proses pembuatannya sama dengan pewarnaan tie dye dengan teknik
ikat dan celup. Dalam penggunaanya, kain shibori bisa dipakai dalam berbagai kegiatan baik itu
formal maupun informal dan dapat pula dikreasikan menjadi berbagai produk fashion.

Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk membuat batik Shiboti diantaranya berupa kain putih
polos berbahan alami seperti katun, sutra, katun primisima, blaco dan paris, tanaman indigo atau
dapat menggantinya dengan pewarna sintetis yang mudah didapatkan seperti wantek, sarung
tangan, karet, baskom dan air.
Yanita Wardhani & Amelia Sandi Nidia

SEPTEMBER 3, 2022
https://umsida.ac.id/lewat-batik-shibori-umsida-lestarikan-budaya/
Menurut… .. Teknik pewarnaan pada shibori dilakukan
dengan mencelupkan kain pada zat pewarna dan memberikan
‘perlindungan’ pada bagian kain tertentu yang tidak ingin diwarnai.

Veronika Agustini Srimulyani1, Dyah Kurniawati2,


Wahyu Prabawati Putri3.2019

Teknik shibori adalah teknik yang berasal dari Jepang. Teknik pewarnaan ini merupakan salah
satu cara
pencelupan tekstil di Jepang sejak abad ke 8. Shibori merupakan teknik pencelupan kain yang
meliputi
jahitan, ikatan, lilitan, dijepit dan dibungkus. Teknik dasar Shibori adalah menggambar di atas
kain, dan
pengikatan simpul dengan ketat menggunakan benang. 29

Shibori merupakan kesenian dari Jepang,


dimana sebuah pola pada kain diciptakan melalui
proses pencelupan pada pewarna. Teknik ini
sebenarnya sama dengan istilah teknik ikat celup,
dimana teknik ini merupakan teknik yang paling
mudah untuk dipraktekkandan juga mudah untuk
dikembangkan.
asil dari teknik shibori ini akan memberikan
motif dan warna yang beraneka ragam, yang
memiliki nilai estetika seni yang tinggi.
Sebenarnya teknik shibori atau yang dikenal dengan
teknik ikat celup, di wilayah nusantara dikenal
dengan nama jumputan, atau tritik dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah sasirangan.
g. Dengan teknik ikat celup ini, akan
diperoleh corak yang hasilnya berdasarkan cara
pengikatan. Semakin rapat ikatan kainnya, maka
warna putih yang akan muncul lebih banyak daripada
warna indigo

Agus Prasetyo Utomo1


, Novita Mariana2
, Saefurrohman3
, Endang Lestariningsih4 2021

Anda mungkin juga menyukai