Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batik sebagai warisan budaya seringkali hanya dikenal sebagai karya seni. Batik kurang
diperkenalkan sebagai suatu legacy yang lengkap. Sejauh ini batik lebih banyak dikupas
dari sisi asal muasalnya, keragaman, motif dan ornamennya. Awalnya batik sudah mulai
dibuat dengan bahan beras ketan dengan teknik dan cara yang sederhana, hanya melapisi
bagian yang di inginkan. Bahan perintang yang digunakan sekarang menggunakan
malam. Malam adalah sejenis lilin. Bahan perintang pada lembar kain merupakan
langkah awal proses pembatikan. Cara membubuhkan malam batik pada lembar kain
dikenal dengan beberapa cara yaitu dituliskan dengan menggunakan alat yang disebut
canting yaitu dituliskan dengan menggunakan kuas dan dicapkan dan menggunakan cap
logam (tembaga). Warna pada kain batik berasal bahan alami dan pewarna sintetik. Bahan
alami terbuat dari akar, kulit, batang, daun, buah dan bunga dan pewarna alami mudah
dijumpai. Pewarna sintetik berasal dari pewarna kimia, sangat sulit menjumpai pewarna
kimia dan tidak ada toko yang menjual pewarna kimia khusus batik. Bahan pewarna
kimia harganya mahal. 2 Dalam proses pewarnaan kain batik, banyak pengerajin batik
yang belum mengolah limbahnya dengan benar. Air bekas cucian bercampur dengan
bahan-bahan kimia termasuk juga bahan pewarna batik sintetik dialirkan saja ke selokan.
Bahkan ada juga yang mengalirkannya langsung ke sungai. Akibatnya, sungai berubah
warna dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Limbah tersebut dapat membunuh
organisme yang hidup di dalam sungai yang berdampak buruk pada kelangsungan hidup
ikan dan organisme lain yang ada di dalamnya. Memperkecil resiko yang ditimbulkan
dari limbah batik, penggunaan bahan pewarna alami batik menjadi salah satu pilihan.
Selain lebih ramah lingkungan, mudah di jumpai, harga yang terjangkau dengan
menggunakan bahan pewarna alami tidak memiliki efek buruk terhadap lingkungan.
Bahan pewarna alami batik bisa didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar
rumah peneliti. Bahan tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, buah dan bunga.
Zat ini biasanya dibuat dengan proses yang sederhana dan umumnya memiliki warna
yang sangat khas. Peneliti sebagai mahasiswa pendidikan seni rupa berkeinginan untuk
melakukan eksperimen pewarna alami dari kunyit, gambir dan daun mangga,
kertertarikan peneliti melakukan eksperimen menggunakan pewarna alami khususnya

X
kunyit, gambir dan daun mangga terdapat pigmen warna yang cocok untuk dijadikan
sebagai pewarna.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pewarna alam?
2. Apa saja bahan-bahan alami dalam proses pewarnaan kain batik?
3. Tumbuhan apa saja yang seringkali digunakan dan masih mudah dicari?
4. Apa saja pewarna alam yang sering ditemukan di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui maksud dari pewarna alam.
2. Untuk mengetahui bahan-bahan alami dalam proses pewarnaan kain batik.
3. Untuk mengetahui tumbuhan yang seringkali digunakan dan masih mudah
dicari.
4. Untuk mengetahui pewarna alam yang sering ditemukan di Indonesia.

X
BAB II
PEMBAHASAN

1.1Pengertian Pewarna Alam

Pewarna alami merupakan zat pewarna alami yang diperoleh dari tumbuhan,


hewan atau sumber-sumber mineral (Winarno, 1997). Tanaman memiliki warna
yang bisa digunakan sebagai pewarna alami pada makanan dan juga untuk bahan
tekstil.

Pewarna alami (natural dyes) merupakan jenis zat warna yang diperoleh dari


alam baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan pewarna alami untuk
bahan tekstil ini umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan
seperti daun, buah, kulit kayu, kayu, akar, biji dan bunga.

Zat pewarna merupakan salah satu faktor penting pakaian atau kain yang enak
dilihat atau tidak, termasuk kain batik. Warna juga yang membuat orang yang
memandang sebuah kain batik menjadi tertarik atau tidak. Sejak zaman dulu,
pewarna yang dipakai untuk membuat sebuah karya seni batik adalah zat pewarna
alami hingga saat ini banyak yang sudah menggunakan zat pewarna buatan atau
sintetis, walaupun begitu masih ada juga yang masih menggunakan zat pewarna
alami. Tidak ada yang salah dari memakai zat pewarna alami atau buatan, semua
tergantung pilihan pembuat dan pengguna, pilihan memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing.

2.2 Bahan-bahan alami dalam proses pewarnaan kain batik.

1. Soga

Soga merupakan nama pohon penghasil bahan pewarna baik yang masuk dalam
suku polong-polongan. Secara alami, soga tersebar di Asia Tenggara, Kepulauan
Nusantara, hingga Papua Nugini.

X
Soga dikenal karena pepagan yang dahulu diperdagangkan sebagai bahan
pewarna. Pepagan (kulit) soga jadi bahan utama menghasilkan warna coklat
kekuningan pada industri batik di Pulau Jawa.

2. Indigo

Indigo banyak diperoleh dari tanaman dalam genus Indigofera, tumbuhan asli
daerah tropis. Biasanya, memberikan sentuhan warna biru pada kain batik.

3. Kunyit

Kunyit tidak hanya memiliki kandungan untuk obat dan sebagai bahan
masakan, tetapi juga berperan penting sebagai salah satu bahan pewarnaan
alami untuk kain batik. Warna kuning kunyit berikan dalam proses
pewarnaan.

4. Daun Mangga

Mangga tidak hanya soal buahnya, tetapi bagian lainnya juga berperan dalam
proses pewarnaan alami lain pada batik juga didapatkan dari daun mangga.
Daun mangga memberikan sentuhan warna hijau.

5. Kulit Manggis

Selain daun mangga, kulit manggis juga memiliki andil dalam pewarnaan
batik. Ekstrak kulit manggis akan menghasilkan warna merah yang dapat
menjadi pewarna alami kain batik.

2.3 Tumbuhan yang seringkali digunakan dan masih mudah dicari.

Ada sangat banyak bahan dasar pewarna alami batik yang bisa digunakan,


namun beberapa tumbuhan yang seringkali digunakan dan masih mudah
dicari diantaranya adalah :

X
1. Kunyit (Curcuma domestica val) merupakan salah satu tanaman obat dan
bumbu kuliner yang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna batik.
Bagian tanaman yang diambil adalah rimpang dan umbi akarnya yang dapat
menghasilkan warna kuning.

2. Teh (Camelia sinensis) daun teh selain dapat dimanfaatkan untuk membuat
minuman, bagian daun yang sudah tua bisa dimanfaatkan untuk zat pewarna alami
batik. Bagian daun teh ini jika diolah akan dapat menghasilkan warna coklat pada
kain batik.

3. Bawang Merah (Allium ascalonicium L) selain bisa dimanfaatkan sebagai


bumbu masak, bawang merah juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna batik.
Bahan yang diambil adalah bagian kulit yang dapat menghasilkan warna jingga
kecoklatan.

4. Jati (Tectona Grandis L) merupakan salah satu tanaman keras yang kayunya
bisa menjadi bahan terbaik pembuatan mebel ataupun bahan bangunan. Pohon Jati
hingga saat ini masih sangat mudah ditemukan di desa-desa maupun di hutan.
Daunnya yang lebar dan rimbun saat musim hujan dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pewarna alami batik. Daun Jati yang masih muda biasanya memiliki warna
hijau kecoklatan, daun muda inilah yang dapat digunakan sebagai pewarna alami
batik yang menghasilkan warna merah kecoklatan.

5. Alpukat (Persea) tanaman berbiji tunggal ini selain dapat menghasilkan buah
yang banyak vitaminnya juga dapat menghasilkan bahan alami batik. Daunnya
yang cukup banyak dan mudah didapatkan ini bisa dimanfaatkan untuk
menghasilkan warna hijau kecoklatan pada batik.

6. Secang (Caesaslpinia Sapapan Lin) selain dapat digunakan sebagai minuman


kesehatan, jenis tanaman keras ini dapat diambil bagian kulit kayunya untuk
menghasilkan warna merah pada pembuatan pewarna batik alami. Warna merah
adalah hasil oksidasi, setelah sebelumnya dalam pencelupan berwarna kuning.

X
7. Mangga (Mangitera Indica Lina) selain daging buahnya yang dapat
dikonsumsi, bagian kulit kayu pohon ini bisa digunakan untuk bahan dasar
membuat pewarna batik. Kulit kayu dan daun pohon mangga jika diolah bisa
menghasilkan warna hijau pada batik alami.

8. Indigo/tarum (Indigofera tinctoria), Tanaman Tarum merupakan salah


satu tanaman perdu yang ada di sekitar kita. Daun maupun ranting dari
tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna batik yang
menghasilkan warna biru.

9. Kelapa (Cocos nucifera), Pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang
seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia, baik dari akar, batang,
buah, daun, kulit kayu dan lain sebagainya. Untuk pembuatan bahan batik
alami, kulit luar (sabut/serabut) buah kelapa bisa dijadikan bahan pewarna.
Warna yang dihasilkan adalah krem kecoklatan.

10. Andong (Cardyline Futicosa Backer), Andong merupakan jenis tanaman


yang biasanya ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias. Daun andong
merupakan daun tunggal dengan warna hijau atau merah kecoklatan, dari daun
inilah yang dapat menghasilkan warna hijau ketika diolah menjadi bahan
alami batik.

11. Putri Malu (Mimosa Pudica), Tanaman putri malu sangat mudah
dijumpai dimanapun juga, mulai di pinggir jalan, semak-semak belukar
ataupun di kebun. Ciri khas tanaman Putri malu adalah ketika daunnya
disentuh maka ia akan menutup. Bunga dan daun putri malu dapat digunakan
sebagai pewarna alami batik yang menghasilkan warna kuning kehijau-
hijauan.

12. Tingi (Ceriops condolleana), Jambal (Pelthopherum pterocarpum) dan


Tegeran (Cudrania javanensis), merupakan tiga jenis tumbuhan yang dapat
dicampur menjadi satu dari kulit dan kayunya sehingga menghasilkan warna
soga (coklat) pada kain batik.

X
13. Mengkudu (Morinda citrifolia), Tanaman mengkudu hingga saat ini masih
mudah dijumpai dan ditemukan karena tanaman ini merupakan tanaman obat yang
bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Jika ingin membuat pewarna batik alami,
akar pohon mengkudu dapat dimanfaatkan dan diolah untuk menghasilkan warna
merah.

2.4 Pewarna Alam yang Sering Ditemukan Di Indonesia.

1. Pewarna alami Nila

Warna nila atau indigo adalah warna biru gelap atau cerah yang diperoleh dari
beberapa jenis tanaman berbeda. Tanaman-tanaman ini secara alami dapat
dijadikan pewarna indigo untuk serat kain. Diketahui ada sekitar 100 jenis
tanaman yang dapat memberikan warna indigo, namun yang paling banyak
digunakan sebagai pewarna tekstil diantaranya adalah Indigofera tinctoria,
Polygonum tinctorium, Strobilanthes flacidfolius, dan Isatic tinctoria. Tanaman
yang banyak tumbuh di Indonesia yang juga memiliki daya pewarnaan tinggi
adalah Indigofera tinctoria.

Indigofera adalah tanaman semak berkayu yang tumbuh di daerah tropis dengan
daun kecil-kecil menyirip berwarna hijau tua. Daun dari pohon indigofera inilah
yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil.

2. Pohon Soga-sogaan

Pewarna soga atau warna merah kecoklatan adalah pewarna yang paling banyak
digunakan dalam kerajinan batik. Ada 3 jenis tanaman asli Indonesia yang banyak
digunakan yang dapat menghasilkan warna ini yakni Ceriops candolleana,
Cudrania javanensis, dan Peltophorum pterocarpum. Yang digunakan dalam
pewarnaan ini adalah kulit pohon tersebut. Ketiga jenis pohon soga ini biasanya
digunakan secara bersamaan dengan komposisi tertentu sesuai dengan takaran
hasil pengalaman pengrajin yang diwariskan turun temurun atau digunakan salah
satunya saja. Warna yang dihasilkan pun tentunya akan berbeda antara metode.

3. Akar Mengkudu

X
Akar mengkudu (Morinda citrifolia) banyak digunakan sebagai pewarna
tekstil masyarakat di Flores yang dapat menghasilkan warna dengan
nuansa yang beragam dari merah gelap sampai merah cerah dan cenderung
pastel. Perbedaan ini dapat dihasilkan dengan mencampur akar mengkudu
dengan bahan-bahan pewarna lain atau bahan fiksasi atau reaktor
(mordant) tertentu.

4. Biji Kesumba Keling

Mungkin orang tua atau orang zaman dahulu sering menggunakan kata
“kesumba” sebagai kata ganti bahan pewarna. Sedangkan kesumba atau
dikenal dengan nama latin Bixa orellana sendiri adalah nama tanaman
yang bijinya dapat digunakan sebagai bahan pewarna. Mungkin dari
sinilah istilah ini berasal. Biji dan kulit buah kesumba dari tanaman perdu
dapat menghasilkan warna kemerahan.

5. Kunyit

Kita mungkin paling akrab dengan terakhir ini. Kunyit (Curcuma longa)
merupakan tanaman rimpang-rimpangan yang juga diketahui memiliki
banyak fungsi bagi kesehatan. Rimpangnya yang berwarna kuning banyak
telah lama dikenal sebagai pewarna makanan. Namun selain itu, kunyit
pun juga digunakan untuk mewarnai serat pakaian untuk menghasilkan
warna kuning maupun coklat. Masyarakat Flores dalam kain tenun ikatnya
juga banyak menggunakan kunyit sebagai bahan pewarna alami kuning.

6. Bonus: Buah Kesemek

Ada satu jenis bahan lagi yang tidak banyak digunakan di Indonesia
sebagai bahan pewarna alami coklat maupun sebagai fiksasi warna agar
hasil pewarnaan dengan pewarna alami tahan luntur yakni buah kesemek
muda (Diospyros kaki). Buah kesemek atau Persimmon oleh bangsa asia
timur seperti Tiongkok, Jepang dan terutama Korea telah ribuan tahun
digunakan sebagai pewarna alami. Kandungan taninnya selain sebagai
antibakteri dapat menghasilkan warna coklat kemerahan pada serat kain.

X
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pewarna alami (natural dyes) merupakan jenis zat warna yang diperoleh dari
alam baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan pewarna alami untuk
bahan tekstil ini umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan
seperti daun, buah, kulit kayu, kayu, akar, biji dan bunga.Bahan-bahan alami
dalam proses pewarnaan kain batik diantaranya yaitu soga, indigo, kunyit, daun
mangga dan kulit manggis. Dan adapun tumbuhan yang seringkali digunakan dan
masih mudah dicari yaitu kunyit, teh, jati, bawang merah, alpukat, secang,
indigo/tarum, mangga, kelapa, andong, putri malu, tingi dan mengkudu.Di
Indonesia juga ada tumbuhan alami yang sering ditemukan sebagai pewarna batik
diantaranya ialah pewarna alami nila, pohon soga-sogaan, akar mengkudu, kunyit
dan buah kesemek.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali
kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat menunggu saran dan kritik dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

X
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=pengertian+pewarna+alam+i&ei=Fhd6YZnSEtOFyAOSp6_QD

https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3692941/menilik-pewarna-pewarna-
alami-batik-apa-saja

http://www.jnjbatik.com/blog/zat-pewarna-alami-batik/

X
X

Anda mungkin juga menyukai