A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Mata Kuliah
Pada BAB ini akan dibahas mengenai pencelupan zat warna alam
yang mencakup pengertian zat warna alam, syarat-syarat zat warna alam,
alat dan bahan serta proses pencelupan zat warna alam. Setelah
mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
mekanismen proses proses pencelupan zat warna alam. Pada saat
perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu melakukan pratikum proses
pencelupan zat warna alam dengan mengeksplorasi berbagai jenis
tumbuhan di sekitar lingkungan. Pada akhir BAB terdapat evaluasi
formatif yang dapat dikerjakan oleh mahasiswa agar lebih memahami
materi yang telah dipelajari.
2. Relevansi
Zat warna tekstil yang ada pada zaman sekarang sudah sangat
beragam dan berbagai kelebihannya. Seiring dengan kemajuan teknologi,
orang dapat menciptakan zat warna sintetis yang penggunaannya lebih
mudah, tersedia untuk semua jenis serat, hasil warnanya lebih cerah, dan
tahan luntur. Namun zat warna sintetis mempunyai kekurangan yaitu dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan karena mengandung zat kimia
berbahaya yang dapat meracuni lingkungan.
Melihat dampak yang ditimbulkan dari penggunaan zat warna
sintetis, maka zat warna alam dapat digunakan sebagai alternatif untuk
mengurangi dampak terhadap penggunaan zat warna sintetis bagi
pengrajin tekstil. Penggunaan zat warna alam ini mempunyai kelebihan, di
antaranya : ramah lingkungan karena kandungan komponen alamiahnya
tidak mempunyai beban pencemaran, mudah terurai secara biologis, proses
pewarnaannya menghasilkan limbah cair yang tidak beracun, serta lebih
hemat biaya dari pada zat warna sintetis karena bahan bakunya mudah
didapatkan disekitar lingkungan.
3. Capaian Pembelajaran
98
99
B. MATERI
1. Zat Warna Alam
Zat warna alam yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam
hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Zat warna alam untuk bahan tekstil
pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan
seperti akar, umbi, batang, daun, buah, biji, bunga dan lain sebagainya.
Tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa
diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi
(Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit
(Curcuma), teh (The), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga
jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu
biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Menurut Lemmens dkk (1999) sebagian besar warna dapat diperoleh
dari produk tumbuhan, pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan
penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya.
Golongan pigmen tumbuhan dapat berbentuk klorofil, karotenoid,
flovonoid dan kuinon. Untuk itu pigmen-pigmen alam tersebut perlu
dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat
warna alam untuk pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan
dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air. Proses ektraksi ini dilakukan
dengan merebus bahan atau bagian tumbuhan yang diindikasikan paling
banyak memiliki pigmen.
99
100
Zat mordan terdiri dari dua macam yaitu mordan kimia dan
mordan alam. Zat mordan yang mengandung bahan kimia seperti krom,
timah, tembaga, seng dan besi, sedangkan zat mordan alam merupakan
zat pembatu untuk menimbulkan zat warna dan memperkuat zat warna
seperti jeruk nipis, cuka, sendawa (saltpeter), pijer (borax), tawas
(aluin), gula batu, gula jawa (gula aren), tunjung, prusi (coper-sulfat),
tetes (stroop tebu), air kapur, tape (tape ketela, tape ketan), pisang klutuk
dan daun jambu klutuk dan lain sebagainya.
Proses pemberian mordan dapat dilakukan dengan beberapa cara
yang disebut dengan proses mordanting. Menurut Djufri (1976:137)
“Proses pencelupan mordan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Cara mordan pendahuluan (pra mordan), pencelupan bahan yang
dilakukan dengan mencelupkan bahan dengan larutan mordan
terlebih dahulu baru kemudian dicelup dengan zat warna.
2. Cara mordan simultan (meta-chrom, mono-chrom), pencelupan bahan
yang dilakukan dalam larutan celup yang terdiri dari zat warna
dan zat mordan.
3. Cara mordan akhir (after chrom), pencelupan bahan yang dilakukan
dalam zat warna terlebih dahulu setelah zat warna terserap ke dalam
bahan dilanjutkan dengan pencelupan larutan mordan.”
100
101
b. Tahap Pelaksanaan
101
102
102
103
103
104
3) Proses Pencelupan
104
105
b. Tahap Penyelesaian
Setelah kain selesai dicelup kain dicuci agar hasil pencelupan
terlihat bersih dan kemudian dikeringkan. Setelah kering setrika hingga
rapi.
C. RANGKUMAN
Zat warna alam yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam
hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Zat warna alam untuk bahan tekstil pada
umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti
akar, umbi, batang, daun, buah, biji, bunga dan lain sebagainya. Tumbuhan-
tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah :
daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn),
kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (The), akar
mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum
ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava).
105
106
D. REFERENSI
Ervira, Desty. 2013. The Miracle Of Fruits. Jakarta: Agro Media Pustaka
Fitriana, Noor. 2007. Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam Dari Tanaman Di
Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Testil. Yogyakarta: PKK FT
UNY
106
107
Rianto, Didik. 1990. Proses Batik (Batik Tulis, Batik Cap, Batik Printing).
Solo : Aneka
107