Anda di halaman 1dari 10

BAB VII

PENCELUPAN ZAT WARNA ALAM

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Mata Kuliah
Pada BAB ini akan dibahas mengenai pencelupan zat warna alam
yang mencakup pengertian zat warna alam, syarat-syarat zat warna alam,
alat dan bahan serta proses pencelupan zat warna alam. Setelah
mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
mekanismen proses proses pencelupan zat warna alam. Pada saat
perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu melakukan pratikum proses
pencelupan zat warna alam dengan mengeksplorasi berbagai jenis
tumbuhan di sekitar lingkungan. Pada akhir BAB terdapat evaluasi
formatif yang dapat dikerjakan oleh mahasiswa agar lebih memahami
materi yang telah dipelajari.

2. Relevansi
Zat warna tekstil yang ada pada zaman sekarang sudah sangat
beragam dan berbagai kelebihannya. Seiring dengan kemajuan teknologi,
orang dapat menciptakan zat warna sintetis yang penggunaannya lebih
mudah, tersedia untuk semua jenis serat, hasil warnanya lebih cerah, dan
tahan luntur. Namun zat warna sintetis mempunyai kekurangan yaitu dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan karena mengandung zat kimia
berbahaya yang dapat meracuni lingkungan.
Melihat dampak yang ditimbulkan dari penggunaan zat warna
sintetis, maka zat warna alam dapat digunakan sebagai alternatif untuk
mengurangi dampak terhadap penggunaan zat warna sintetis bagi
pengrajin tekstil. Penggunaan zat warna alam ini mempunyai kelebihan, di
antaranya : ramah lingkungan karena kandungan komponen alamiahnya
tidak mempunyai beban pencemaran, mudah terurai secara biologis, proses
pewarnaannya menghasilkan limbah cair yang tidak beracun, serta lebih
hemat biaya dari pada zat warna sintetis karena bahan bakunya mudah
didapatkan disekitar lingkungan.

3. Capaian Pembelajaran

Mampu memahami dan melakukan proses pencelupan zat warna


alam dengan berbagai macam perlakuan

98
99

B. MATERI
1. Zat Warna Alam
Zat warna alam yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam
hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Zat warna alam untuk bahan tekstil
pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan
seperti akar, umbi, batang, daun, buah, biji, bunga dan lain sebagainya.
Tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa
diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi
(Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit
(Curcuma), teh (The), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga
jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu
biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Menurut Lemmens dkk (1999) sebagian besar warna dapat diperoleh
dari produk tumbuhan, pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan
penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya.
Golongan pigmen tumbuhan dapat berbentuk klorofil, karotenoid,
flovonoid dan kuinon. Untuk itu pigmen-pigmen alam tersebut perlu
dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat
warna alam untuk pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan
dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air. Proses ektraksi ini dilakukan
dengan merebus bahan atau bagian tumbuhan yang diindikasikan paling
banyak memiliki pigmen.

2. Zat Pembangkit (Mordan)


Dalam pengunaan zat warna alam sangat memerlukan bantuan zat
mordan. Mordan adalah zat khusus yang dapat meningkatkan lekatnya
warna pada kain. Zat-zat mordan ini berfungsi untuk membentuk jembatan
kimia antara zat warna alam dengan serat sehingga afinitas zat warna
meningkat terhadap serat. Menurut Susanto (1973:71) “Mordan adalah
bahan pembantu untuk beits yaitu menimbulkan warna dari zat zat alam,
hal ini dilakukan agar warna hasil pencelupan menjadi kuat dan tidak
mudah luntur dan zat pembantu atau beits ini tidak menimbulkan warna
pada saat dicampurkan dengan bahan pewarna tetapi membantu zat warna
menempel pada serat kain”. Zat warna alam sebaiknya dibangkitkan
dengan zat pembangkit yang berasal dari alam. Zat warna alam ini bersifat
larut di dalam air dengan demikian zat pembangkit warna pada proses
pencelupan akan berfungsi untuk mempercepat penyerapan zat warna
masuk kedalam serat bahan sekaligus penahan warna.

99
100

Zat mordan terdiri dari dua macam yaitu mordan kimia dan
mordan alam. Zat mordan yang mengandung bahan kimia seperti krom,
timah, tembaga, seng dan besi, sedangkan zat mordan alam merupakan
zat pembatu untuk menimbulkan zat warna dan memperkuat zat warna
seperti jeruk nipis, cuka, sendawa (saltpeter), pijer (borax), tawas
(aluin), gula batu, gula jawa (gula aren), tunjung, prusi (coper-sulfat),
tetes (stroop tebu), air kapur, tape (tape ketela, tape ketan), pisang klutuk
dan daun jambu klutuk dan lain sebagainya.
Proses pemberian mordan dapat dilakukan dengan beberapa cara
yang disebut dengan proses mordanting. Menurut Djufri (1976:137)
“Proses pencelupan mordan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Cara mordan pendahuluan (pra mordan), pencelupan bahan yang
dilakukan dengan mencelupkan bahan dengan larutan mordan
terlebih dahulu baru kemudian dicelup dengan zat warna.
2. Cara mordan simultan (meta-chrom, mono-chrom), pencelupan bahan
yang dilakukan dalam larutan celup yang terdiri dari zat warna
dan zat mordan.
3. Cara mordan akhir (after chrom), pencelupan bahan yang dilakukan
dalam zat warna terlebih dahulu setelah zat warna terserap ke dalam
bahan dilanjutkan dengan pencelupan larutan mordan.”

3. Proses Pencelupan Zat Warna Alam


Sebagai contoh, berikutkut proses pencelupan zat warna alam kulit bawang
merah dengan menggunakan mordan tawas dan kapur sirih :
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan alat dan bahan
Alat yang diperlukan pada pencelupan zat warna alam
adalah timbangan, pengaduk, baskom, panci, kompor, gelas ukur,
gelas piala, saringan dan lainnya. Alat yang digunakan haruslah
dalam keadaan bersih, dan tidak berkarat. Sedangkan untuk bahan
terdiri dari bahan untuk diekstrak, zat pembangkit (mordan), dan
bahan (sutera atau katun) untuk pencelupan dengan ekstrak alami.
2) Penimbangan bahan
Setelah dilakukan persiapan alat dan bahan selanjutnya adalah
menimbang tumbuhan sebagai zat warna alam dan bahan sutera
atau katun sesuai dengan resep dan perhitungan resep yang telah
ditentukan. Contoh : tumbuhan yang digunakan sebagai zat warna
alam yaitu kulit bawang merah dan bahan yang digunakan sutera
yang berukuran 20 x 20 cm dengan berat 4 gr.
3) Menentukan resep

100
101

a) Merendam bahan sutera dengan 2 gram/liter air sabun netral


atau TRO (Turkey Red Oil), perendaman dilakukan selama 2
jam.
b) Resep membuat ekstrak zat warna alam kulit bawang merah.
Resep membuat ekstrak zat warna alam kulit bawang merah
memakai perbandingan 1:10 yaitu perbandingan bahan kulit
bawang merah dengan pelarut air, misalnya 500 gram bahan zat
warna alam kulit bawang merah dengan 5 liter air.
c) Resep ekstrak zat warna alam terhadap bahan sutera.
Resep perbandingan bahan sutera dengan ekstrak zat warna alam
memakai perbandingan 1:30 yaitu perbandingan bahan sutera
dengan ekstrak zat warna alam, misalnya berat bahan sutera 4
gram, maka banyak larutan ekstrak zat warna alam bawang
merah untuk 4 gram adalah 120 ml.
d) Resep pembuatan mordan tawas dan kapur sirih.
Mordan tawas dan kapur sirih dilarutkan dalam air dengan
perbandingan 50 gr tawas/kapur sirih dilarutkan dalam 1 liter
air. Resep perbandingan bahan sutera dengan larutan zat
mordan t a w a s / k a p u r s i r i h j u g a memakai perbandingan
1:30, misalnya berat bahan sutera 4 gram, maka banyak larutan
mordan untuk 4 gram ada 120 ml.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pembuatan zat warna ekstrak bawang merah


a) Memilih k u l i t bawang merah, kemudian buang sisa akar
bawang merah, pemisahan kelopak bawang merah, kemudian
bagian yang diambil hanya bagian luar atau sebatas kelopak
yang bewarna merah.

Gambar 1. Kulit bawang merah

101
102

b) Menimbang kulit bawang merah sesuai dengan resep untuk


dijadikan ekstrak.

Gambar 2. Menimbang kulit bawang merah

c) Masukan kulit bawang merah ke dalam blender untuk di


blender hingga halus dan warnanya keluar.

Gambar 3. Memblender kulit bawang merah

d) Bawang merah yang sudah halus kemudian dimasukan


dimasukan kedalam panci, untuk direbus sampai volume airnya
menjadi setengah.

102
103

Gambar 4. Merebus kulit bawang merah

e) Setelah larutan dingin, kemudian saring pada tempat yang telah


disediakan, kemudian larutkan hasil proses ekstraksi tersebut
untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diekstrak (residu).

f) Setelah dingin larutan ekstrak warna alam kulit bawang merah


siap digunakan.

2) Proses pembuatan larutan mordan

Haluskan 50 gr tawas atau digilingkan, kemudian larutkan dalam 1


liter air. Lalu ambil sebanyak resep 4 gr bahan sutera yaitu 120 ml.
Demikian juga dengan larutan mordan kapur sirih.

Gambar 5. Pembuatan larutan mordan

103
104

3) Proses Pencelupan

Pencelupan dapat dilakukan setelah larutan ekstrak zat warna alam


siap, banyaknya ekstrak zat warna yang di gunakan sesuai dengan
berat bahan dengan (Volt) 1:30. Berat masing-masing sampel
untuk eskperimen ini berukuran 20 cm x 20 cm yaitu 4 gram. Jadi
ekstrak yang dipakai untuk perwarnaan adalah 120 ml.

a) Bahan dicuci dengan sabun netral (sabun sunlight) atau TRO


(tukey red oil).
b) Setelah itu bahan sutera diangkat dan dibilas (tanpa diperas)
lalu dikeringkan dan disetrika. Kain sutera siap dicelup dengan
larutan zat warna alam.
c) Masukan bahan sutera kedalam esktrak zat warna alam kulit
bawang merah yang telah disiapkan lalu dibolak balik selama 15-
30 menit.

Gambar 6. Pencelupan bahan sutra ke dalam ekstrak


d) Masukan bahan sutera ke larutan mordan tawas/kapur sirih,
setelah itu keringkan kembali.

104
105

Gambar 7. Pencelupan bahan sutra ke dalam mordan

e) Ulangi pencelupan tersebut sampai 3 kali proses pencelupan


dengan perlakuan yang sama, baik itu pada mordan tawas
maupun kapur sirih.
f) Kain dicuci bersih.
g) Kain dijemur ditempat yang teduh dengan diangin-anginkan.
h) Setelah kering dicuci dengan shampoo.

b. Tahap Penyelesaian
Setelah kain selesai dicelup kain dicuci agar hasil pencelupan
terlihat bersih dan kemudian dikeringkan. Setelah kering setrika hingga
rapi.

C. RANGKUMAN
Zat warna alam yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam
hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Zat warna alam untuk bahan tekstil pada
umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti
akar, umbi, batang, daun, buah, biji, bunga dan lain sebagainya. Tumbuhan-
tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah :
daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn),
kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (The), akar
mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum
ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava).

105
106

D. REFERENSI

Djufri, Rasyid,dkk. 1976. Teknologi Pengelatangan,Pencelupan Dan


Pencapan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

Ervira, Desty. 2013. The Miracle Of Fruits. Jakarta: Agro Media Pustaka

Erwin. A. 2004. Batik Warna Alam Batik Kayu. Laporan Magang.


STISI.Jogjakarta

Fitriana, Noor. 2007. Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam Dari Tanaman Di
Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Testil. Yogyakarta: PKK FT
UNY

Fitriana,Noor. 2008 . Jurnal Proses Penyempurnaan Tekstil. Jogjakarta

Mokhamad irfan. 2013. Jurnal Agroteknologi Respon Bawang


Merah(Allium Ascolonium L) Terhadap Zat Pengatur Tubuh Dan
Unsur Hara. Riau: UIN suska riau.

Lansen, Jacklenor. The Dry’s Art : Ikat, Batik, Pelangi.

Lubis, Arifin dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : STTT


Bandung

Lubis, Arifin dkk. 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan.. Bandung :


STTT Bandung

Nugraheni, Mutiara. 2014. Pewarnaan Alami Sumber Dan Aplikasi Makanan


Dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha ilmu

Rahayu Estu, Berlian 1994. Bawang Merah. Jakarta: Swadaya

Siti Nur Azizah.2009. Jurnal Pemanfaatan Kulit Bawang Merah (Allium


Ascolonium L) Sebagai Pewarna Kain Satin Mengunakan Mordan
Jeruk Nipis Untuk Pembuatan Mukena, Semarang :UNS

Susanto Sewan. 1980. “ Seni Kerajinan Batik Indonesia”. Jakarta :


Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan, Lembaga Penelitian Dan
Pendidikan Industry, Departemen Perindustrian.

Tandi Herbie. 2015. Tumbuhan Obat Untuk Penyembuhan Penyakit Dan


Kebugaran Tubuh. Depok slemen Yogyakarta.

Wibowo singgih (2006). Budi Daya Bawang. Jakarta: swadaya

106
107

.(2007). Budi Daya Bawang Merah Dan Bawang Bombay


Seri Agribisnis. Jakarta: Swadaya

Rianto, Didik. 1990. Proses Batik (Batik Tulis, Batik Cap, Batik Printing).
Solo : Aneka

Susanto, Suwan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jokjakarta : Balai


Pelatihan Batik dan Kerajinan

107

Anda mungkin juga menyukai