Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran proses pembuatan zat warna alam ini Anda diharapkan mampu :
Mengetahui dengan baik prinsip dasar proses pewarnaan dengan zat warna alam.
Memahami karakteristik zat warna alam serta zat pembantu yang akan digunakan.
Dapat membuat perencanaan proses pewarnaan dengan zat warna alam
Mampu melakukan proses pewarnaan dengan hasil pencelupan yang rata dan memiliki ketahanan
luntur yang sesuai dengan target.
Mampu mengevaluasi dan menganalisa kualitas hasil proses pencelupan
Melaksanakan prinsip – prinsip Kesehatan dan keselamatan kerja
1. PENDAHULUAN
Pada modul kegiatan belajar 5 ini, anda akan mempelajari prinsip – prinsip dasar proses pencelupan kapas
dengan zat warna alam. Selain itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mempelajari perencanaan dan
melakukan pembuatan zat warna alam serta proses pencelupan kapas dengan zat warna alam, yaitu cara
memilih bahan alami dan zat pembantu yang akan dipakai, menghitung kebutuhan zat warna dan zat
pembantu yang akan digunakan, serta melaksanakan proses pencelupan dengan mengevaluasi kualitas
hasil proses pencelupan.
2. URAIAN MATERI
a. Zat Pewarna Alami
Zat warna merupakan salah satu zat aditif yang ditambahkan pada suatu produk. Penggunaan zat
warna sudah semakin luas terutama dalam makanan, minuman maupun tekstil, karena warna
memberikan daya tarik bagi konsumen. Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh
dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Beberapa
tumbuh-tumbuhan yang dapat mewarnai pada bahan tekstil beberapa diantaranya adalah daun pohon
nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina
javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal
(Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava) . beberapa
sumber bahan alami tersebut dapat kita lihat seperti pada gambar 5.1.
Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat alam
contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan
lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam sehingga bahan-bahan ini
sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling
bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas. Salah satu kendala
pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas
dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk
dapat dijadikan larutan pewarna tekstil. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis
penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang
tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada
karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif.
Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu
dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna
alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk
pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis –jenis tanaman
sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang
dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis
tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar . Sebagai
indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian
tanaman – tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih
meninggalkan bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan tekstil
dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana.
1. Potong menjadi ukuran kecil – kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang ,
kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung diekstrak. Ambil potongan
tersebut seberat 500 gr.
2. Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan
1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter.
3. Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan zat
warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya.
Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan
dengan air setelah perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman
tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna.
4. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan
sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat
warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.
4 METODA PERCOBAAN
Percobaan dapat dilakukan berdasarkan diagram alir berikut ini
Penimbangan bahan
Pengujian / Evaluasi :
Identifikasi Ketuaan Warna (K/S)
Uji Ketahanan Cuci
Uji Ketahanan Gosok
5. LANGKAH PERCOBAAN
Pembuatan Ekstrak zat warna alam
Timbanglah bahan alam sebanyak 500 gram untuk ekstraksi bahan, kemudian memotongnya
menjadi bagian yang lebih kecil/memblendernya.
Masukkan 500 gram bahan alam yang telah dihaluskan tersebut ke dalam panci yang telah
berisi 3 L air (1:20) dan memasaknya sampai dengan mendidih.
Biarkan pendidihan sampai larutan yang tersisa hanya 1/3 bagian, kemudian filtrat dan endapan
yang terbentuk dipisahkan dengan cara penyaringan.
Masukkan hasil ekstraksi yang berupa filtrat ke dalam botol kosong, sedangkan sisa
endapannya dilarutkan kembali dengan cara pendidihan dalam 3 L air sampai larutan yang
tersisa hanya 1/3 bagian saja, kemudian filtrat dan endapan yang terbentuk dipisahkan dengan
cara penyaringan. Dilakukan sampai tiga kali ekstraksi.
Campurkan ketiga larutan hasil ekstraksi tersebut menjadi satu
Larutan yang telah jadi selanjutnya dapat langsung digunakan untuk larutan pencelupan atau
dapat dikeringkan menjadi zat warna bubuk
Pembuatan zat warna bubuk
Panaskanlah Larutan Ekstraksi yang telah dibuat sampai didapat filtrate yang kental sekali / pasta
(hamper kering)
Pindahkan sisa filtrat kedalam cawan.
Masukkan cawan tersebut kedalam oven agar sisa filtrat menjadi kering dalam suhu 102 oC
Setelah kering, zat warna bubuk dapat digunakan untuk proses pencelupan
Pencelupan Bahan dengan Zat Warna Alam
Siapkanlah larutan filtrat ekstrak zat warna alam dengan resep
vlot : 1 : 20
Natrium asetat : 2 g/L
NaCl : 5 – 20 g/L
Celupkanlah bahan kedalam larutan tersebut selama 30 menit dengan suhu 90 oC
Angkatlah bahan yang telah dicelup, lalu lakukanlah pencucian dengan air dingin
Potonglah kain hasil celupan tersebut menjadi 5 bagian .
Lakukanlah proses iring terhadap masing – masing kain dengan menggunakan kalium bikromat,
ferosulfat, tawas, dan kapur.
Lakukanlah pencucian terhadap seluruh kain yang telah dilakukan proses iring/mordant dan
keringkanlah.
6. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan terhadap hasil pencelupan dengan zat warna alam adalah terhadap
kualitas warna berupa
Arah warna
Ketuaan Warna
Kerataan Warna hasil pencelupan.
7. UMPAN BALIK
7.1 TUGAS / TES FORMATIF
1. Jelaskanlah apa yang menyebabkan suatu bahan alam dapat memberikan warna
2. Apakah pengaruh dari Kalium bikromat, ferosulfat, kapur, dan tawas dalam proses pewarnaan pada
bahan. Serta apakah efek warna yang diberikan oleh zat – zat tersebut terhadap hasil pencelupan
bahan oleh zat warna alam tersebut