Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN GARMEN

PENGKLASIFIKASIAN KAIN BERDASARKAN CARA PEMBUATANNYA

Oleh

ADHIRU LUNA PRAMESTI

NPM 17030002

GRUP 1G1

DOSEN/ASISTEN : Pudjiati, A. T,M.Pd

Wine R.P.,S.ST

Pratiwi W.,S.ST

PROGRAM STUDI PRODUKSI GARMEN

POLITEKNIK STT TEKSTIL

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas banyaknya limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul
“Kualifikasi Kain Berdasarkan Cara Pembuatannya” untuk memenuhi tugas parktikum
pengetahuan bahan garmen.Adapun penulisan laporan praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui lebih dalam tentang bahan garmen terutama kualifikasi kain berdasarkan cara
pembuatannya.
Selama proses pelaksanaan praktikum sampai dengan penyusunan paper
praktikum ini tentu penulis menemui berbagai kendala yang tidak bisa penulis pecahkan
sendiri. Oleh karenanya begitu banyak pihak yang telah membantu sampai dengan proses
penyusunan paper ini seleasi.Tak lupa penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang
dalam kepada banyak pihak yang telah membantu membimbing dan memberi masukan
selama proses penyusunan laporan percobaan ini.
Dalam menyusun paper ini, penulis menyadari begitu banyaknya kekurangan
yang terdapat di dalam penyusunan laporan praktikum ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan praktikum ini
bisa menjadi lebih baik terlebih untuk penyusunan paper berikutnya.

Bandung, 13 Maret 2018


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………................….......................…………....………….. i


KATA PENGANTAR ………………………...............…….......................………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………......………..........................… iii

BAB I PENDAHULUAN ……….................……………………….............................. 1

1.1 Latar Belakang.......….…..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan……………………………...........................…….……........ 2
1.5 Metodologi Penulisan......................................……............................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 2

2.1 Pengertian kain......................................................................................................... 2


2.2 kualifikasi kain menurut cara pembuatannya .......................................................... 3
2.3 Pengertian kain tenun .............................................................................................. 3
2.4 Sejarah kain tenun ................................................................................................... 4
2.5 Contoh hasil kain tenun ........................................................................................... 5
2.6 Pengertian kain rajut ................................................................................................ 5
2.7 Sejarah kain rajut ..................................................................................................... 6
2.8 Contoh kain rajut ................................................................................................... 12
2.9 Pengertian Kain Non Woven ................................................................................ 13
2.10 Pengaplikasian kain non woven ............................................................................. 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16
Oleh : Adhiru Luna Pramesti
POLITEKNIK STTT BANDUNG. Prodi D-IV Produksi Garmen
Jalan Jakarta No. 31 Bandung, Jawa Barat

Abstrak
Kain adalah suatu bahan dari hasil tenunan benang, baik dari benang kapas, sutra atau
sintesis, dimana prosesnya disebut dengan tekstil, biasanya digunakan sebagai bahan
untuk membuat baju maupun produk tertentu yang menggunakan bahan dasar kain dan
memiliki jenis yang diperuntukkan untuk fungsi serta maksud tertentu dengan kualitas
yang berbeda-beda.
Kata Kunci : kain, tekstil.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kain merupakan jenis bahan tekstil yang diolah sedemikian rupa dengan
menyilangkan benang lusi dan benang pakan. Proses dan cara pembuatan kain dimulai
dari proses yang bertahap, dimulai dari proses pembuatan benang, proses pembuatan
kain, dan selanjutnya adalah proses penyempurnaan tekstil. Namun, sebelum melewati
kesemua proses tersebut, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah dengan
menyiapkan bahan baku dalam pembuatan benang sampai menjadi kain adalah serat.
Serat ini memegang peranan yang sangat penting karena serat akan mempengaruhi sifat
sifat benang, baik benang yang nantinya akan dioleh secara mekanik ataupun kimia,
semua akan sangat dipengaruhi oleh kondisi seratnya.
Kain dibuat berdasarkan tujuan, maksud, serata fungsi dari pembuatan kain itu
sendiri. Kain juga dikualifikasikan berdasarkan kualitas kain tersebut. Untuk
membedakan pemilihan kain untuk membuat suatu produk diperlukan cara yang
berbeda-beda ketika pembuatan kain tersebut, sesuai dengan produk yang diinginkan.
Telah kita ketahui juga sadari bahwasanya sandang/garmen adalah salah satu hal yang
kita gunakan bahkan butuhkan setiap harinya sesuai dengan kebutuhan masing-masing
pengguna.
Maka dari itu, penulis ingin membahas makalah ini yang berjudul “Kualifikasi
Kain Bedarsarkan Cara Pembuatannya” yang menjadi salah satu topik pembahasan
penulis. Penulis berusaha untuk menyusun makalah ini semenarik mungkin agar para
masyarakat khususnya mahasiswa dapat menyukai makalah ini. Sehingga, mahasiswa
dapat mengenal dan mengerti bahkan mampu memahami serta menambah wawasan
dalam dunia tekstil.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah :


1.2.1 Apa yang dimaksud kain ?
1.2.2 Apa kualifikasi kain menurut cara pembuatannya ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan kain tenun ?
1.2.4 Bagaimana sejarah kain tenun ?
1.2.5 Apa saja contoh hasil kain tenun ?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan kain rajut ?
1.2.7 Bagaimana sejarah kain rajut ?
1.2.8 Apa saja contoh kain rajut ?
1.2.9 Apa yang di maksud dengan kain non woven ?
1.2.10 Apa saja contoh kain non woven ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Untuk memenuhi dan melengkapi tugas praktek pengetahuan bahan garmen yang
bermuatan softskill.
1.3.2 Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai materi pengetahuan
bahan garmen.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.4.1 Agar mahasiswa mengenal dan memahami dunia bisnis.
1.4.2 Agar menambah wawasan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai bisnis.
1.5 Metodologi Penulisan
Untuk mempermudah dan membantu kelancaran penulisan yang dilaksanakan, maka
penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni:
a. Penulis mencari berbagai referensi buku sebagai sumber penulis untuk membuat
makalah ini.
b. Penulis juga mencari sumber lainnya melalui situs-situs internet

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kain
Kain adalah suatu bahan dari hasil tenunan benang, baik dari benang kapas, sutra
atau sintesis, dimana prosesnya disebut dengan tekstil, biasanya digunakan sebagai bahan
untuk membuat baju maupun produk tertentu yang menggunakan bahan dasar kain dan
memiliki jenis yang diperuntukkan untuk fungsi serta maksud tertentu dengan kualitas
yang berbeda-beda.
Kain merupakan jenis bahan tekstil yang diolah sedemikian rupa dengan
menyilangkan benang lusi dan benang pakan. Proses dan cara pembuatan kain dimulai
dari proses yang bertahap, dimulai dari proses pembuatan benang, proses pembuatan kain,
dan selanjutnya adalah proses penyempurnaan tekstil. Namun, sebelum melewati
kesemua proses tersebut, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah dengan
menyiapkan bahan baku dalam pembuatan benang sampai menjadi kain adalah serat.
Serat ini memegang peranan yang sangat penting karena serat akan mempengaruhi sifat
sifat benang, baik benang yang nantinya akan dioleh secara mekanik ataupun kimia,
semua akan sangat dipengaruhi oleh kondisi seratnya.
Serat tekstil dapat dikelompokkan atas dua yaitu serat alam dan serat buatan.
Untuk serat buatan dibagi menjadi dua yaitu serat setengah buatan dan serat sintetis (Goet
Poespo, 2005:9). Seiring berkembangnya minat serta selera konsumen terhadap variasi
warna tekstil dan kenyamanan kain merupakan hal penting yang harus diperhatikan, yang
merupakan era globalisasi sebagai gelombang menuju perubahan modernitas pada saat
ini sudah melanda sendi kehidupan termasuk peningkatan kebutuhan kain.
Warna-warna indah yang telah dihasilkan akan menimbulkan daya tarik yang
tinggi bagi konsumennya yang mempunyai kekuatan tersendiri dan dapat menciptakan
suasana tertentu bagi konsumen, dan kenyamanan kainnya juga menjadi utama dalam
menghadapi cuaca yang tidak menentu. Serat tekstil dapat dikelompokkan atas dua yaitu
serat alam dan serat buatan. Untuk serat buatan dibagi menjadi dua yaitu serat setengah
buatan dan serat sintetis (Goet Poespo, 2005:9).

2.2 Kualifikasi Kain berdasarkan Cara pembuatannya


Kain dibuat dengan beberapa cara, cara tersebut adalah :
a. Kain tenun
b. Kain rajut
c. Kain non woven
2.3 Pengertian Kain Tenun
Tenun merupakan proses pembuatan kain dengan proses menyilangkan benang
pakan dan lungsi secara bergantian terus menerus menjadi helaiaan sebuah kain. Benang
lungsi adalah benang yang letaknya vertikal yang tugasnya sebagai acuan motif.
Sedangkan benang pakan adalah benang yang letaknya horizontal atau benang bergerak
karena tugasnya menjemput benang lungsi dan bergerak kekiri dan kanan.
Alat tenun dipakai unuk memegang helai-helai benang lungsi sementara benang
pakan di masukkan secara melintang di antara helai-helai benang lungsi. Pola silang
menyilang antara benang lungsi dan pakan di sebut anyaman. Sebagian besar produk
tenun dibuat dengan menggunakan tiga teknik anyaman : anyaman polos, anyaman satin,
dan anyaman keper.
 Anyaman polos. Anyaman polos nama lain yang biasanya digunakan adalah
blacu, plat, tabby, taffeta, plain.anyaman polos adalah anyaman paling sederhana.
Anyaman polos membuat anyaman paling kuat dari anyaman lain. Anyaman
polos juga lebih sesuai untuk di beri rupa yang lain dengan jalan mengadakan
ubahan-ubahan desain,baik struktur maupun surface desain dibanding anyaman
lainnya
 Anyaman keper. Nama lain dari anyaman keper adalah twill(USA), drill (Inggris),
Koper (Jerman).pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring tidak
putus-putus. Appearance kain pada permukaan atas dan bawah berlainan. Dalam
kondisi sama, kekuatan kain dengan anyaman polos lebih besar dari pada kain
keper.

 Anyaman satin.Nama lain biasanya disebut sateen. Satinet adalah istilah untuk
kain imitasi sutera dari bahan katun yang dimerser. Anyaman satin hanya
menonjolkan salah satu efek baik itu lusi atau pakan pada permukaan kain.
Anyaman satin dapat digolongkan menjadi dua : teratur dan tidak teratur.
Anyaman satin kurang baik untuk kain konstruksi terbuka dan jarang.
Peggolongan kain tenun dapat didasarkan menurut :
a. Anyamannya
b. Pemakaiannya, misalnya kain untuk sandang atau pakaiaan, kain untuk keperluan
rumah tangga, kain keperluan militer, ataupun kain untuk keperluan industri
c. Beratnya, ada yang beratnya ringan, sedang, setengah berat, dan berat.

2.4 Sejarah Kain Tenun

Tenun merupakan hasil kerajinan manusia di atas kain yang terbuat dari benang,
serat kayu, kapas, sutera, dan lain-lain dengan cara memasukkan benang pakan secara
melintang pada benang yang membujur atau lungsin. Kualitas sebuah tenunan biasanya
bergantung pada bahan dasar, motif, keindahan tata warna, dan ragam hiasnya. Tenun ini
berkaitan dengan budaya, kepercayaan, lingkungan, pengetahuan dan lain-lain.
Asal mula penemuan teknik tenun diilhami oleh sarang laba-laba. Sejak saat itu,
penguasa Mesir di tahun 2500 SM memerintahkan rakyatnya untuk membuat bentuk yang
serupa untuk membuat busana para bangsawan pada saat itu. Tenun ikat mulai
diperkenalkan ke Eropa sekitar tahun 1880 oleh Prof. A.R Hein dengan nama Ikatten.
Sejak itu, nama “ikat” menjadi populer di mancanegara sebagai sebuah istilah
internasional untuk menyebut jenis tenunan dengan menggunakan teknik ini.
Sejarah pertenunan di Indonesia sendiri banyak ditemukan pada benda benda
historis yang usianya sudah lebih dari 3.000 tahun. Benda-benda itu meliputi teraan (cap)
tenun, alat untuk memintal, kereweng bercap kain tenun, dan bahan tenunan kain.
Semuanya itu ditemukan pada situs yang ada di Gilimanuk, Melolo, Sumba Timur,
Gunung Wingko, dan Yogyakarta.
Pada zaman dahulu, menurut Warming dan Gaworski, tenunan dengan desain ikat
pakan diterapkan di Indonesia dibawa oleh pedagang Islam India dan Arab ke Sumatra
dan Jawa, terutama di daerah yang letaknya strategis penting bagi lalu lintas perdagangan.
Pada saat itulah, awal mulanya berkembang seni tenun yang menggunakan sutera dan
benang emas. Daerah itu di antaranya Sumatra dan Kepulauan Riau. Bahkan, di
Palembang sejak abad ke-15 telah ditanam pohon murbei dan peternakan ulat sutera. Jenis
tenun dengan benang emas ini dikenal dengan songket.

Fungsi dari kain tenun adalah:


a. Sebagai alat melindungi tubuh
b. Sebagai alat pengungkapan diri (jati diri dan penampilan),
c. Alat upacara adat

tenun memiliki corak ragam hias yang sangat beragam. Pada umumnya, desain motif atau
ragam hias yang diterakan pada kain tenun ini berupa motif geometris dan stilasi flora
dan meander. Terdapat pula motif binatang tertentu seperti berbagai jenis burung,
reptilia, dan naga. Ada juga motif burung kakak tua, burung merak, burung phoenix,
ayam, itik, motif naga dan sayap burung garuda dan sebagainya. Ragam hias tersebut
merupakan ciri khas wilayah setempat dan biasanya memiliki makna tertentu.

2.5 Contoh Hasil Kain Tenun


Inilah beberapa contoh hasil kain tenun berdasarkan anyaman :
a. Anyaman polos :
Kain Ringan : voile, bastiste, nansook, organdy, organza, ero.
Kain medium : blacu, kafan, mori, gingham, popline
Kain setengah berat : famatex, kain seragam
Kain berat :
b. Anyaman keeper : jeans
c. Anyaman satin : kamisol

2.6 Pengertian Kain Rajut


Merajut (bahasa Inggris: knitting) adalah metode membuat kain, pakaian atau
perlengkapan busana dari benang rajut. Berbeda dari menenun yang menyilangkan dua
jajaran benang yang saling tegak lurus, merajut hanya menggunakan sehelai benang.
Sebaris tusukan yang sudah selesai dipegang di salah satu jarum rajut sampai
dimulainya tusukan yang baru.
Merajut dapat dilakukan dengan tangan ataupun mesin. Ada berbagai jenis gaya
dan teknik merajut. Teknik dasar dalam merajut adalah tusuk atas dan tusuk bawah.
Tusuk atas dilakukan dengan cara mengaitkan benang dari arah depan, sementara tusuk
bawah adalah mengait benang dari arah belakang. Hasil rajutan memiliki pola seperti
huruf v yang bersambungan.
Perajutan datar yang dilakukan memakai dua jarum rajut atau jarum melingkar.
Hasilnya berupa kain lurus dan mendatar (persegi panjang). Perajutan melingkar yang
dilakukan memakai jarum rajut berujung dua atau jarum melingkar. Hasilnya berupa
kain berbentuk silinder seperti kaus kaki dan lengan baju hangat.
Berbagai jenis jarum rajut serta ukuran benang dipakai untuk menghasilkan
rajutan dengan bentuk yang berbeda-beda. Produk garmen yang dibuat dari hasil
rajutan, misalnya: baju hangat, syal, selimut, topi. kaus kaki, hingga blus, gaun. dan
tunik.
Teknik merajut dengan sebatang jarum rajut disebut merenda (bahasa Inggris:
crochet). Pada dasarnya, merenda dan merajut sama-sama bertujuan mengait benang
melalui lubang tusukan yang ada, namun menggunakan teknik rajutan dan jarum yang
berbeda. Jarum untuk merenda disebut jarum renda atau hakpen (dari bahasa Belanda:
haakpen) yang memiliki pengait pada ujungnya.
Rajut dapat menggunakan tangan atau dengan menggunakan mesin. Perbedaan
antara merajut menggunakan tanga dan mesin ada dalam segi kualitas, waktu
pengerjaan, jumlah output yang dihasilkan, dan harga. Biasanya merajut menggunakan
tangan disebut merajut tradisional sedangkan merajut dengan menggunakan mesin
disebut merajut modern. Kualitas dari hasil rajutan penggunaan tangan tergantung dari
si perajut itu sendiri. proses pembuatannya pun membutuhkan waktu yang lebih lama,
sehingga harganya menjadi lebih mahal.
Struktur kain rajut sebenarnya terbuat dari barisan benang yang berbentuk
lup/loop (lingkaran), yang di mana loop tersebut digunakan sebagai kaitan. Ketika tiap
barisan masuk, loop baru akan ditarik melalui loop yang ada. Barisan yang sudah selesai
akan ditahan oleh jarum rajut sebelum memulai barisan yang baru. Jadi struktur kain
rajut dibentuk oleh serangkain loop benang yang saling maengait satu sama lain.
Rajutan memeliki beberapa jenis saat pembuatannya, jenis-jenis rajutan tersebut adalah
:
• Single knitt merupakan jenis rajutan yang di rajut menggunkan jarum double,
rajutan ini penggunaannya tidak bias di boalk-balik. Rajutan ini mempunyai
rajutan yang rapat dan kurang lentur, biasanya bahan rajutan jenis ini di gunakan
untuk kaos.
• Double knitt merupakan jenis yang memiliki tekstur dan juga corak, sehingga
peggunanya bisa membolak-balik. Rajutan bahan ini bisa menghasilkan bahan
yang lembut dan lentur.biasanya rajutan ini di gunakan untuk pakaiaan bayi dan
juga anak-anak.
• Stripper/yarndye yang mengkombinasikan benang berwarna pada rajutannya,
rajutan ini tidak bisa di bolak balik oleh penggunanya.

2.7 Sejarah kain Rajut


Sejarah merajut sebagian besar masih misteri besar dapat di lihat dari fragmen
yang disimpan di museum di seluruh dunia. Merajut terbuat dari wol, sutra, dan serat lain
yang dapat membusuk cepat, bahkan dalam kondisi yang sempurna. Alat yang digunakan
berupa jarum rajut jaman dahulu pada dasarnya adalah tongkat yang diasah.
Asal Muasal Merajut :
Merajut adalah teknik memproduksi kain dari helaian benang atau wol. Tidak
seperti tenun, rajut tidak memerlukan alat tenun atau peralatan besar lainnya, sehingga
teknik yang berharga bagi masyarakat nomaden dan non-agraria.
Merajut adalah proses menggunakan dua atau lebih jarum ke benang lingkaran
menjadi serangkaian loop saling berhubungan untuk membuat pakaian jadi atau beberapa
jenis lain dari kain. Kata ini berasal dari simpul, diperkirakan berasal dari knutten kerja
Belanda, yang mirip dengan Old English cnyttan, simpul. Asal-usulnya terletak pada
kebutuhan dasar manusia untuk pakaian untuk perlindungan terhadap unsur-unsur. Baru-
baru ini, keterampilan merajut dengan tangan telah berkurang dan merajut tangan lebih
dijadikan hobi.
Artefak rajutan tertua adalah kaus kaki dari Mesir, yang berasal dari abad ke-11.
Mereka mengukur sangat halus, dilakukan dengan colorwork kompleks dan beberapa
memiliki tumit baris pendek, yang memerlukan jahitan purl. Kompleksitas ini
menunjukkan bahwa merajut bahkan lebih tua dari peninggalan arkeologis dapat
membuktikan.
Potongan sebelumnya memiliki penampilan rajutan atau kaitan telah terbukti
dibuat dengan teknik lain, seperti Nalbinding. Nalbinding adalah teknik pembuatan kain
dengan menciptakan beberapa loop dengan jarum tunggal dan benang, seperti menjahit.
Beberapa artefak memiliki struktur sangat mirip dengan merajut, misalnya, abad ke-3-5
CE Romano-Mesir kaki-kaus kaki, bahwa itu berpikir “Koptik stitch” dari nalbinding
adalah cikal bakal merajut.
Pada kenyataannya, bahkan nålbinding berhasil menipu para sarjana. Itu tahun
sebelum orang menyadari bahwa apa yang telah dirayakan sebagai bagian pertama dari
merajut – sebuah fragmen dari Dura-Europos, Suriah – bukti itu bukan sebuah teknik
merajut tapi merupakan teknik nålbinding.
Alasan kedua sangat mirip karena merajut mungkin telah tumbuh dan berasal dari
teknik nålbinding. Pada titik tertentu, nålbinder mungkin telah memperkenalkan jarum
kedua ke dalam pekerjaan dan bermain-main sampai nålbinding berkembang menjadi
merajut. Itu bisa terjadi, tapi dengan bukti begitu sedikit, kita tidak bisa tahu pasti.
Bukti asli potongan rajutan pertama adalah dari Mesir, sekitar tahun 1000-1400
AD. Mereka mencakup beberapa fragmen berwarna-warni dan kaus kaki yang rumit
(kadang-kadang disebut kaus kaki Koptik) merajut putih dan indigo kapas.
Sebagian besar sejarah merajut menempatkan bahwa asal-usulnya berasal dari
suatu tempat di Timur Tengah, dan dari sana menyebar ke Eropa oleh rute perdagangan
Mediterania dan kemudian ke Amerika dengan kolonisasi Eropa.
Sejarah Awal Merajut di Eropa :
Item rajutan paling awal di Eropa dibuat oleh Knitters Muslim dipekerjakan oleh
Spanyol keluarga kerajaan Kristen. Bukti keterampilan merajut dapat dilihat pada
beberapa item yang ditemukan di makam di Biara Santa María la Real de Las Huelgas,
sebuah biara kerajaan, dekat Burgos, Spanyol. Diantaranya adalah bantal selimut rajutan
dan sarung tangan yang ditemukan di makam Pangeran Fernando de la Cerda, yang
meninggal pada 1275. The sarung bantal sutra merajut sekitar 20 jahitan per inci. Ini
termasuk pola rajutan mencerminkan gudang senjata keluarga, serta barokah kata
“berkah” dalam bahasa Arab dalam naskah Kufic bergaya. Banyak pakaian lainnya rajut
dan aksesoris, juga berasal dari abad pertengahan ke-13, memiliki ditemukan di kas
katedral di Spanyol. Ada juga sebuah merajut fragmen Votic tanggal untuk akhir abad
ke-13 digali di Estonia. fragmen ini merajut dalam pola terdampar di tiga warna dan
kemungkinan bagian dari manset sarung tangan.
Madonna Knitting, oleh Bertram dari Minden 1400-1410 :
Beberapa lukisan dari Eropa menggambarkan Perawan Maria merajut dan tanggal
dari abad ke-14, termasuk Lady Knitting kami oleh Tommaso da Modena (sekitar tahun
1325-1375) dan Kunjungan Angel, dari sayap kanan Buxtehude Altar, 1400-1410, oleh
Guru Bertram dari Minden, lukisan-lukisan ini tidak menunjukkan pola merajut,
sedangkan pola merajut awal dikenal diterbitkan pada 1524.
Arkeologi menemukan bukti pola merajut pada abad pertengahan, ditemukan di
kota seluruh Eropa, seperti London, Newcastle, Oslo, Amsterdam, dan Lübeck, serta
daftar pajak. Penyebaran barang-barang rajutan untuk penggunaan sehari-hari dari abad
ke-14 dan seterusnya. Seperti banyak tekstil arkeologi, sebagian besar temuan hanya
fragmen item rajutan sehingga dalam banyak kasus bekas penampilan dan
penggunaannya tidak diketahui. Salah satu pengecualian adalah abad ke 14 atau ke 15
topi anak yang terbuat dari wol berasal dari Lübeck.
Meskipun teknik tusukan (stitch) purl digunakan dalam beberapa item rajutan
awal di Mesir, pengetahuan mungkin telah hilang di Eropa. Pertama teknik tusukan purl
Eropa muncul pada pertengahan abad ke-16, di stoking sutra merah di mana Eleanora de
Toledo, istri Cosimo de Medici, dikuburkan, dan yang juga mencakup pola berenda
pertama yang dibuat oleh benang-overs, tetapi teknik mungkin telah dikembangkan
sedikit sebelumnya.
Ratu Inggris Elizabeth I sendiri menyukai stokings utra, ini adalah lebih halus,
lebih lembut, lebih dekoratif dan jauh lebih mahal dari pada wol. Stoking dianggap
miliknya masih ada, menunjukkan kualitas tinggi dari barang-barang khusus rajutan
untuknya.
Selama era ini pembuatan stoking adalah penting luas untuk banyak orang Inggris,
yang rajutan dengan wol halus dan diekspor barang dagangan mereka. sekolah merajut
didirikan sebagai cara untuk memberikan pendapatan kepada orang miskin. Mode
periode, membutuhkan pria untuk memakai batang pendek, membuat stoking dipasang
kebutuhan fashion. Stoking dibuat di Inggris dikirim ke Belanda, Spanyol, dan Jerman.
Sejarah Merajut di Skotlandia :
Merajut adalah suatu pekerjaan yang penting di antara mereka yang hidup di
Kepulauan Skotlandia selama abad 17 dan 18 yang seluruh keluarga terlibat dalam
pembuatan sweater, aksesoris, kaus kaki, stoking, dll.
Teknik Fair Isle digunakan untuk membuat pola warna-warni yang rumit. Sweater
yang pakaian penting bagi nelayan dari pulau-pulau ini karena minyak alami dalam wol
disediakan beberapa unsur perlindungan terhadap cuaca yang keras ditemui saat keluar
memancing. Banyak desain yang rumit dikembangkan, seperti jahitan kabel yang
digunakan pada sweater Aran, yang dikembangkan di awal abad 20 di Irlandia.

Revolusi Industri Menggantikan Keterampilan Merajut Tangan :


Bingkai stocking atau mesin rajut mekanik ditemukan pada 1589 dan kemudian
ditingkatkan. Perusahaan memuja dari Framework Knitters didirikan pada 1657 di
London. Kerangka merajut itu didominasi dilakukan di rumah, sering dengan seluruh
keluarga berpartisipasi.
Kota Nottingham, khususnya kawasan yang dikenal sebagai Lace Market, adalah
produsen utama mesin-rajutan renda. Leicestershire dan kabupaten tetangga telah lama
memiliki hubungan dengan industri kaus kaki. Ini berlanjut terutama tumbuh dengan
penemuan portabel mesin rajut bundar. Mesin bisa disewa dan bekerja dari rumah
daripada mengandalkan pada bingkai stocking besar atau merajut tangan jauh lebih
lambat. Salah satu produsen mesin ini adalah Griswold, dan pekerjaan tersebut sering
disebut pekerjaan Griswold.
Beberapa knitters kerangka berada di antara Luddites, yang menolak transisi ke
pabrik. Pada pertengahan abad kesembilan belas, industri rajut masih belum membuat
transisi ke pabrik. Dengan perbaikan mesin rajut bertenaga uap di pertengahan abad
kesembilan belas, mesin rajut semakin bergeser ke pabrik-pabrik untuk mengakomodasi
mesin yang lebih besar.
Pada pertengahan abad kesembilan belas, tangan merajut menurun sebagai bagian
dari industri rajut tetapi semakin hobi. Pola cetak dan benang diproduksi untuk bersantai
serta untuk keperluan industri oleh penulis seperti Jane Gaugain.
Setelah kekalahan Putih Rusia dalam Perang Saudara, banyak unit mundur ke
China Xinjiang dan diinternir di sana. Seperti Cina hendak turun ke perang saudara
sendiri, para interniran Rusia diangkut oleh kafilah unta ke Cina Timur. Menurut Owen
Lattimore, itu kemudian bahwa mereka diteruskan seni merajut untuk orang-orang
kafilah Cina, yang memiliki pasokan siap bulu unta dari hewan mereka. Pada tahun
1926, Lattimore mampu mengamati unta-penarik merajut pada pawai, jika mereka
kehabisan benang, mereka akan mencapai kembali ke unta pertama dari file mereka
memimpin, memetik segenggam rambut dari leher, dan gulungan di telapak tangan
mereka ke awal panjang benang; berat melekat ini, dan diberikan twist untuk memulai
itu berputar, dan pria itu pergi makan wol menjadi benang sampai ia berputar cukup
benang untuk melanjutkan merajut nya. Dengan cara ini orang-orang unta tidak hanya
tersedia diri dengan hangat kaus kaki unta, tapi mampu membuat pakaian rajut untuk
dijual juga.

Trend Fashion Rajut :


Tahun 1920-an melihat peningkatan besar dalam popularitas rajutan di banyak
dunia barat. Rajutan, terutama sweater / pullover menjadi bagian penting dari mode baru
usia untuk pria, wanita dan anak-anak, bukan pakaian sebagian besar praktis terkait
dengan pekerjaan tertentu (misalnya, nelayan). Remaja akhir dan awal 1920-an melihat
fashion untuk dasi rajutan. Rajutan sering dikaitkan dengan olahraga dan rekreasi.
Pakaian sering menjadi terkait dengan olahraga tertentu; misalnya, sweater putih /
penarik, sering dengan garis-garis berwarna (club warna) di kerah, menjadi umum untuk
tenis dan kriket.
Fair Isle merajut menikmati masa keemasan selama tahun 1920, konon dimulai
dengan Prince of Wales (masa depan Edward VIII) mengenakan Fair Isle pullover
sweater untuk bermain golf. Kedua gaya Fair Isle dan Argyle telah sejak dikaitkan
dengan olahraga.
Sebelum tahun 1920-an, sebagian besar merajut komersial di dunia Barat telah
berpusat di sekitar produksi pakaian, kaus kaki dan kaus kaki. Ini sangat memperluas
sebagai selera publik untuk rajutan busana lakukan juga. Kedua tangan dan mesin rajut
aktif secara komersial dalam skala besar sebelum Depresi Besar.
Tahun 1920-an melihat kelanjutan dalam pertumbuhan minat rumah / hobi
merajut yang tumbuh selama Perang Dunia Pertama. Kondisi perang parit menyebabkan
kekurangan kaus kaki pada khususnya, dan rumah depan Sekutu didorong untuk
mendukung pasukan oleh merajut. Rumah merajut tumbuh dalam popularitas, terutama
sebagai fashion sepenuhnya memeluk rajutan. Perusahaan mulai, atau diperluas, untuk
memenuhi tuntutan dari knitters rumah, memproduksi pola, benang, dan alat-alat.

Era Popularitas Merajut Mesin Komersial :


Keunggulan pakaian rajut dalam mode tahun 1920-an terus, tapi mencerminkan
perubahan mode. Metode tradisional menggabungkan cara baru menjadi lebih umum
dan teknologi baru seperti pengencang zip mulai digunakan dalam pakaian rajut. benang
sintetis baru mulai menjadi tersedia.
Kesulitan yang dialami oleh banyak selama Depresi Besar berarti beberapa
berpaling ke merajut melalui kebutuhan. Itu jauh lebih murah untuk merajut pakaian
Anda sendiri daripada membeli tangan (atau bahkan mesin) rajutan produk.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk perbaikan pakaian yang ada, kaus kaki dan
pakaian. Pola, sekarang sering dimasukkan dalam majalah wanita populer yang sering
tercermin kebutuhan ini. Kaus kaki dengan jari-jari kaki diganti dan tumit yang umum.
Beberapa knitters hobi mengambil pekerjaan paruh waktu, tangan-merajut untuk
penghasilan tambahan.
Tahun 1930-an juga melihat kenaikan popularitas merajut mesin komersial.
Banyak rajutan dijual secara komersial selama 1920-an adalah rajutan tangan, namun
biaya ini dan tekanan lain dari waktu melihat pergeseran besar dalam konsumen
terhadap mesin rajutan produk yang lebih murah.

Merajut untuk Kemenangan (1939-1945) :


Perang Dunia I pola merajut diterbitkan sehingga orang bisa membuat item untuk
Angkatan Darat dan Angkatan Laut untuk dipakai di musim dingin, seperti balaclava
dan sarung tangan. Hal ini tidak hanya menghasilkan barang yang sangat dibutuhkan,
tetapi juga memberi mereka pada “rumah depan” arti positif memberikan kontribusi
bagi upaya perang.

Popularitas Merajut Pasca Perang (1950 dan 60-an) :


Setelah tahun-tahun perang, merajut memiliki dorongan besar sebagai warna yang
lebih besar dan gaya benang diperkenalkan. Ribuan pola makan pasar lapar untuk desain
modis warna-warna cerah. twinset adalah kombinasi yang sangat populer untuk perajut
rumah. Ini terdiri dari atas berlengan pendek dengan cardigan lengan panjang dengan
warna yang sama, untuk dikenakan bersama-sama.
Gadis diajarkan untuk merajut di sekolah, karena dianggap keterampilan yang
berguna, bukan hanya hobi. Majalah seperti Pins and Needles di Inggris dilakukan pola
dari berbagai kesulitan termasuk tidak hanya pakaian, tetapi juga selimut, mainan, tas,
renda gorden dan barang-barang lainnya yang bisa dijual untuk keuntungan.

Popularitas Merajut Menurun (1980) :


Popularitas merajut menunjukkan penurunan tajam selama periode ini di dunia
Barat. Penjualan pola dan benang merosot, seperti kerajinan itu semakin dilihat sebagai
kuno dan anak-anak jarang diajarkan untuk merajut di sekolah.
Harga mesin-rajutan yang murah, salah satu penyebab penurunan minat merajut
tangan, bahwa konsumen bisa memiliki sweater pada biaya yang sama dari membeli
wol dan pola sendiri, bahkan lebih murah. Dijahit dari kain sintetis mikro-merajut dan
disikat di satu sisi, ini lebih modis pada waktu itu, diproduksi lebih murah dan cepat dan
lebih mudah bagi konsumen untuk merawat. Kain ini bisa juga dengan mudah dicetak
dengan desain modis. Meskipun terbuat dari jenis kain rajut mereka tidak biasanya
dianggap rajutan.
Ini pakaian baru, bersama dengan tren jauh dari formalitas dalam pakaian
dimaksudkan rajutan tradisional tidak lagi dilihat sebagai olahraga karena sudah pada
tahun 1920. Rajutan menjadi lebih terkait dengan pakaian santai.
Kemajuan teknologi seperti mesin rajut terkomputerisasi melihat desain baru dan
pendekatan untuk merajut. Beberapa seniman mulai melihat merajut sebagai bentuk seni
yang sah daripada kerajinan atau pondok industri, dan lebih banyak perhatian
ditempatkan pada kemungkinan desain merajut dari perspektif artistik daripada
pendekatan hanya modis atau praktis.
Pada akhir 1980-an, banyak dari pemasok ke pasar merajut rumah telah
menghilang atau diserap ke perusahaan lain, sementara toko-toko wol lokal mengalami
pengurangan ditandai angka. Namun, rumah merajut masih memiliki pelanggan yang
setia.
Pertumbuhan pameran kerajinan, rilis buku baik diteliti pada banyak aspek
merajut dan dukungan di antara mereka yang telah belajar keterampilan dalam masa
kejayaan tahun 60-an dan 70-an terus cukup banyak kepentingan dalam merajut bentuk
kehidupan.
Salah satu perubahan yang paling berpengaruh adalah penyebaran internet, yang
memungkinkan knitters untuk berbagi saran, pola dan pengalaman, tetapi juga berarti
bahwa knitters rumah memiliki akses langsung ke pasokan agak menjadi bergantung
pada sumber-sumber lokal. Tren ini terus berlanjut.

Abad ke-21 Awal Kebangkitan Merajut :


Abad ke-21 telah melihat kebangkitan merajut. kebangkitan ini dapat dicatat di
bagian bertepatan dengan pertumbuhan internet dan teknologi berbasis internet, serta
umum “Revolusi Handmade” dan minat dalam kerajinan DIY. Serat alami dari hewan,
seperti alpaka, angora dan merino dan tanaman serat, kapas terutama, telah menjadi
lebih mudah dan lebih murah untuk mengumpulkan dan proses dan karena itu lebih
banyak tersedia. serat eksotis, seperti sutra, bambu, yak dan qiviut tumbuh dalam
popularitas juga. Industri benang telah mulai membuat benang baru, yang menghasilkan
hasil yang menakjubkan tanpa pengalaman bertahun-tahun merajut. Desainer telah
mulai membuat pola yang bekerja dengan cepat pada jarum besar, sebuah fenomena
yang dikenal sebagai instan kepuasan merajut.
Selebriti termasuk Julia Roberts, Winona Ryder, Dakota Fanning, dan Cameron
Diaz telah terlihat merajut dan telah membantu mempopulerkan kebangkitan kerajinan.
Ada juga telah kembali dengan laki-laki untuk seni merajut.
Sebagai waktu dan perubahan teknologi, begitu juga seni merajut. Internet
memungkinkan knitters untuk menghubungkan, kepentingan berbagi dan belajar dari
satu sama lain, apakah di seberang jalan atau di seluruh dunia. Di antara fenomena
Internet merajut pertama adalah populer KnitList, dengan ribuan anggota. Pada tahun
1998, majalah merajut online, KnitNet, mulai penerbitan. (Ini ditangguhkan publikasi
dengan edisi ke-54 pada tahun 2009.) Blogging, dan perkembangan komunitas merajut
internasional seperti event WWKIPday.
Pola dari kedua cetak dan sumber-sumber online telah mengilhami kelompok
(dikenal sebagai merajut-a-panjang, atau KAL ini) berpusat pada merajut pola tertentu.
Merajut podcasts juga muncul, dengan banyak penyerbukan silang ide dari blog, ‘zine,
dan buku merajut. Desain tradisional dan teknik yang telah diawetkan dengan jumlah
yang relatif kecil dari tangan-knitters sekarang menemukan khalayak yang lebih luas
juga. Selain itu, jenis graffiti yang disebut bom benang (yarn boombing) , telah
menyebar di seluruh dunia. Seperti grafiti tradisional, ini terdiri dari menciptakan
potongan merajut di ruang publik tanpa izin.
Pada tanggal 14 Januari 2006, penulis berpengaruh dan merajut-blogger Stephanie
Pearl-McPhee, atau dikenal sebagai Benang Pelacur ( Yarn Harlot ), menantang dunia
merajut untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Knitting 2006. Untuk berpartisipasi,
perajut berkomitmen untuk pengecoran-on menantang proyek selama upacara
pembukaan Olimpiade Musim dingin 2006 di Torino, dan telah proyek yang selesai
pada saat api Olimpiade dipadamkan enam belas hari kemudian. Pada hari pertama
Olimpiade, hampir 4.000 knitters meningkat menjadi tantangan.
Sebagai tanda lain dari popularitas merajut di awal abad ke-21, sebuah komunitas
online besar internasional dan situs jejaring sosial untuk knitters dan crocheters,
Ravelry, didirikan oleh Casey dan Jessica Forbes pada Mei 2007. Pada pertama yang
tersedia dengan undangan saja, situs menghubungkan merajut dan merenda penggemar
di seluruh dunia dan, pada Mei 2016 memiliki lebih dari 6.210.000 pengguna terdaftar.

2.9 Contoh Hasil Kain Rajut


Berikut adalah contoh dari hasil kain rajut :
• Jersey
• Mesh
• Berber
• Felt
• Handuk
• Bulu
• karpet

2.10 Pengertian Kain Non Woven


Kain Spunbond / Non Woven merupakan kain yang terbuat dari polypropylene
berbentuk serat panjang yang terikat dan tersusun dengan kuat secara kimiawi, mekanik,
panas dan perawatan dengan pelarut. Kain Non woven dibuat langsung dari serat (wool/
cotton atau lainnya). Karena itu proses pembuatan kain Non Woven tidak sesulit dan
serumit pembuatan kain konvensional lainnya seperti adanya prosses Spinning, Weaving
atau Knitting. Di Indonesia kain jenis ini lebih dikenal dengan beberapa nama berikut
yaitu: PP Non Woven, Polypropylene Non Woven , Spunbond, Laken, Furing.

Pembuatan Kain Non Woven :

 Langkah pertama untuk membuat kain Non Woven adalah dengan membuat WEB/
jaringan. Bentuk Web dapat dibuat dengan bermacam cara, yaitu:
1. Dry laid/ Lembaran KERING
2. Wet laid/ Lembaran BASAH
3. Spun Bonded
4. Spun Laced.

Dry laid/ Lembaran kering didapat dari proses Carding atau Gerai Udara (air
laying). Web yang dikirim dari Carding memiliki orientasi serat yang memanjang.
Web dapat dibuat ber orientasi menyilang dengan melipat web dan menaruhnya
secara melintang dari Web sebelumnya dengan maksud untuk menambah kekuatan
dan kelenturan. Web dengan gerai udara menggunakan mesin khusus yang
menyebarkan serat dengan semburan udara dan membiarkannya tergerai kebawah.
Web yang dihasilkan lebih banyak ber orientasi menyilang dengan distribusi yang
acak.

Wet laid/ gerai basah Non Woven dihasilkan dari larutan air yang sudah
dimasukkan kedalamnya serat tektil. Air kemudian di peras meninggalkan gerai
Web serat.

Spun bonded Web dibuat langsung dari spineret. Helai- helai filament yang tak
terputus digerai dalam susunan fashion yang acak diatas belt yang bergerak cepat,
dan dalam keadaan setengan lengket mereka di satukan dalam arah menyilang.

Spunlaced webs sama seperti proses Sun bonded web, kecuali disana diseprotkan
air yang bertekanan pada gerai serat, sehingga memisahkan serat filament menjadi
memiliki structure seperti tenunan untuk menghasilkan kain dengan ikatan yang
lebih longgar. Kain yang dihasilkan lebih elastis dan lebih fleksibel dibanding kain
Spunbonded.

 Langkah berikutnya dari pembuatan kain Non Woven adalah agar jaringan gerai
serat tersebut menjadi selembar kain, dengan cara:

1. Proses mekanis, seperti Proses jahit, dilakukan pada Non Woven jenis Dry laid
web.
2. Proses obat kimia atau dengan system pengeleman, dilakukan baik pada Dry
atau Wet laid No Woven.
3. Proses pemanasan dan tekanan, dilakukan pada serat- serat thermo plastik.

Karakteristik Kain Non Woven :

1. tahan lama
2. tahan bahan kimia
3. memiliki daya serap air yang cukup tinggi
4. lembut
5. elastis
6. cukup tahan terhadap api
7. memiliki daya saring terhadap bakteri
8. mudah didaur ulang.

2.11 Pengaplikasian Bahan Non Woven

1. Popok Bayi
2. Produk Pemberih Wanita
3. Tisyu Basah
4. Perban
5. Jubah Bedah
6. Tirai Bedah
7. Filter Bensin, minyak dan air
8. Filter air dan kantong teh
9. Karpet
10. Kemasan
11. Kain pelapis
12. Masker
13. Tas
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kain adalah suatu barang yang dihasilkan dari berbagai macam cara sesuai
dengan kebutuhan, tujuan, maksud dari pembuatan kain tersebut. Kain juga
memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda sehingga pemanfaatannya
pun berbeda-beda. Setelah penjelasan pada artikel di atas dapat di simpulkan bahwa
kain hasil rajut memiliki sifat elastis, yakni kain rajut dapat mudah meregang
dikarenakan oleh lup-lup pada struktur kain tersebut.kain rajut juga tidak gampang
kusut saat digunakan, penyimpanan, atau pengepakan. Memiliki potensi
penyusutan lebih di banding kain tenun. Sedangkan kain Non Woven adalah segala
sesuatu kain yang di buat tidak dengan cara dirajut maupun ditenun.

3.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan kepada pembaca, diantaranya :
 Para pembaca dapat lebih memahami dan memaknai penggunaan bahan
garmen sesuai dengan tujuan dibuatnya bahan garmen tersebut.
 Bagi mahasiswa STTT tekstil khususnya prodi produksi garmen, menggali
lebih dalam ilmu-ilmu tentang bahan garmen.
 Dalam melakukan atau menjalankan pembelajaran mahasiswa aktif bertanya
kepada ahli dibidangnya masing-masing.
Demikianlah makalah mengenai bisnis yang dapat penulis sampaikan, penulis
berharap kepada pembaca agar dapat memberikan penulis kritikan maupun masukkan
yang positif demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan faedah
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://lifestyle.okezone.com/read/2017/09/08/194/1772287/okezone-week-end-sejarah-
kain-tenun-indonesia-ada-sejak-zaman-neolitikum-dikisahkan-dari-relief-situs-sejarah-hingga-
prasasti?page=2

http://sanabilastore.com/blog/8_Sejarah-Kain-Tenun.html

https://taspromosimurah.wordpress.com/2010/05/27/apa-itu-kain-non-woven/

http://www.borobudurknitting.com/2016/11/27/macam-macam-rajutan-kain-dan-definisinya/

http://www.kaos-kerah.com/apa-itu-satin-kain-satin-atau-bahan-satin/

http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-kain/

http://bajucoupleolshop.com/news/45/Pengertian-Kain

http://go3mart.com/kelebihan-dan-kekurangan-pakaian-berbahan-katun/

http://id.ppnon-woven.com/info/history-and-uses-of-nylon-yarn-and-polypropyle-
16273102.html

Anda mungkin juga menyukai