Anda di halaman 1dari 84

TexChem

1
KUMPULAN MAKALAH
Seminar Mahasiswa Kimia Tekstil – 9 Maret 2004

TexChem Student
Science Fair 2004
Laboratorium Kimia Fisika Tekstil & Laboratorium Pencapan Penyempurnaan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
KUMPULAN MAKALAH SEMINAR

TexChem Student Science Fair 2004

 Laboratorium Kimia Fisika Tekstil & Laboratorium Pencapan Penyempurnaan


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31 • Bandung 40272
Phone 062 22 7272580 • Fax 062 22 7271694
The fabrication of textile products is ... one of the bases of civilization. ... it is an
expression of the artistry of the designer, the imagination of the scientist, the adventuring
spirit of the entrepreneur, and the dignity of the craftsman. ... [which] have created and
powered the slow upward climb of civilization which we call progress.
(Smith and Block, Textile in Perspective)

Untuk masa depan yang lebih baik


Daftar Isi
1 Penyempurnaan Anti Bakteri dan Tolak Darah Untuk Baju Bedah 1

2 Kaos Kaki Anti Busuk dan Tahan Kotor dari Kapas 100 % 7

3 Penyempurnaan Tahan Api Untuk Pakaian Seragam Industri Baja Dengan Senyawa
Organik Fosfor 11

4 Pakaian Dalam Pria Anti


Anti Bakteri dan Tahan Kotor 15

5 Celemek Bayi Tahan Kotor 19

6 Peningkatan Mutu Kain Kantong Pos Dengan Penyempurnaan Tolak Air Menggunakan
Menggunakan
Fluorokarbon dan Resin Melamin 23

7 Penyempurnaan Tolak Air Dengan Fluorokarbon Untuk Kain Payung Dari Poliester 25

8 Sarung Bantal Tahan Kotor dan Anti Kusut 29

9 Tirai Tahan Api dan Tahan Kotor Dari Kain Poliester 100% 33

10 Penyempurnaan Tolak Air Pada Kain Jaket Poliester Kapas Dengan Fluorokarbon 37

11 Penyempurnaan Tolak Air Untuk Kain Payung Dari Nilon 66 41

12 Mukena Katun Tahan


Tahan Kusut dan Bebas Jamur Dengan DMDHEU dan Asam Benzoat 43

13 Kain Jok dari Poliester 100% dengan Penyempurnaan Tahan Api dan Tahan Kotor 47

14 Zat Warna Alam Untuk Bahan Tekstil Dari Ekstrak Kulit Buah Manggis 49

15 Mirabilis Jalapa L , Pemanfaatan dan Pengembangannya Untuk Zat Warna Alam 53

16 Pembuatan Sabun Cair Dengan Bahan Dasar Alkil Benzena Sulfonat 57

17 Aplikasi Nanoteknologi di Bidang Tekstil 61

iii
Daftar Tabel
Hasil pengukuran reflektansi pada panjang gelombang 400 nm, contoh uji dengan
Olephobol SL dan tanpa Oleophobol SL. 9

Hasil pengujian kekuatan


kekuatan tarik (Kg), contoh uji dengan CuSO4 2 % dan tanpa
CuSO4 2 % 9

Hasil uji nyala kain kapas 100% yang dikerjakan dengan Pyrovatex CP New 500
g/l. 12

Hasil pengujian daya serap dan ketahanan kotor kain rajut kapas 100% yang
dikerjakan dengan Sanitized T96-
T96-20 dan Oleophobol SL 16

Resep penyempurnaan tahan kotor menggunakan Aversin


Aversin KFC-
KFC-I untuk celemek
bayi 20

Pengaruh senyawa tolak air terhadap kekuatan tarik kain 27

Nilai hasil uji siram kain poliester 100% untuk kain payung yang dikerjakan
dengan Aversin KFC-KFC-I. 27

Nilai hasil uji tahan hujan (bundesmann) kain poliester 100% untuk kain payung
yang dikerjakan dengan Aversin KFC-
KFC-I. 27

Hasil pengujian nyala api cara vertikal kain tirai poliester 100% yang dikerjakan
dengan Dekaflame 35

Pengaruh resin melamin terhadap kekakuan kain


kain tirai poliester 100% 35

Ketahanan kusut (CRA) kain tirai poliester 100% pada berbagai konsentrasi resin
melamin 35

Nilai K/S kain-


kain-yang-
yang-dikotorkan sebelum dan sesudah pencucian hasil pengerjaan
dengan Oleophobol SL 35

Daya tolak air (uji siram) dan kekakuan kain poliester-


poliester-kapas pada berbagai
konsentrasi Aversin KFC-
KFC-I dan Silicone
Silicone N-
N-100 38

Hasil pengujian tahan api, tahan kotor, dan kekuatan tarik kain poliester 100%
yang dikerjakan dengan Nicca Fi-
Fi-None P-
P-100 dan 2% Aversin KFC-
KFC-I 48

Penggolongan tanin tumbuhan 50

Hasil identifikasi zat warna pada ekstrak kulit buah manggis 51

Ketahanan
Ketahanan gosok dan cuci hasil celupan ekstrak kulit manggis dengan berbagai
pengerjaan iring 52

Ketahanan gosok hasil celupan daun kembang pukul empat dengan berbagai
pengerjaan iring. 55

Ketahanan luntur terhadap pencucian hasil celupan ekstrak daun kembang pukul
empat dengan berbagai pengerjaan iring 56

Pengaruh pengerjaan iring terhadap nilai ketuaan warna hasil celupan daun
kembang pukul empat 56

v
Perbandingan komponen dan fungsi biomolekuler dengan skala makro 62

vi
Daftar Gambar
Hasil Uji Siram Berbagai Resep Penyempurnaan Tolak Air/Tahan Kotor 20

Data Reflektansi Untuk Evaluasi Sifat Tahan Kotor 21

Asam benzoat 44

DMDHEU (1) dan dimetilol-


dimetilol-4-metoksi-
metoksi-5,5-
5,5-dimetilpropilena urea (2, Fixapret PCL) 44

Hubungan K/S dengan metoda celup pada berbagai bahan 51

Struktur dasar flavonoida 54

Struktur dasar antosianin (ion flavinium)


flavinium) 54

Flavon (a) dan flavonol (b) 54

Ester asam poliakrilat dan heksanol yang di-


di-perfluoronasi (Scotchgard, 3M Co.). 65

Nano- bulu-bulu berukuran nano (nano-
Nano-Care , bulu- nano-whiskers) ditempelkan pada tiap helai
benang kapas. 66

Vektor gaya-
gaya-gaya yang bekerja pada antarmuka padatan/udara/air.
padatan/udara/air. 67

vii
KATA PENGANTAR
TexChem Student Science Fair 2004 adalah program kerja sama Laboratorium
Pencapan dan Penyempurnaan Tekstil dengan Laboratorium Kimia Fisika Tekstil,
Jurusan Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, berupa seminar dan pameran
hasil karya praktek mahasiswa. Kegiatan ini diharapkan menjadi bagian dari bentuk
partisipasi laboratorium dan mahasiswa dalam menciptakan iklim akademik di kampus
STTT, dengan membawa semangat perubahan paradigma belajar dalam menyikapi
aktivitas perkuliahan. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi semacam ‘jendela’
bagi hubungan simbiosis mutualistik yang egaliter antara industri dan kampus dalam
pengembangan ilmu dan teknologi.
Kuliah seringkali dipandang sebagai ‘hanya’ rutinitas yang bahkan tujuan akhirnya
pun memperoleh nilai baik saja (nilai-oriented). Hal ini tentu tidak salah, tapi mungkin
esensinya akan berbeda jika dibandingkan dengan pandangan bahwa kuliah merupakan
bagian dari proses belajar, yang setiap tahapannya adalah ‘perubahan’, dengan
pencapaian-pencapaian tertentu yang layak diapresiasi sebagai karya intelektual yang tak
hanya berorientasi formalistik. Membangun sebuah budaya akademik adalah dan
seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan pendidikan dan merupakan
tanggung jawab semua unsur di dalam kampus. Mewujudkannya tidaklah harus dengan
kemewahan dan segala kompleksitas yang seringkali ditemui dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan semacam ini. TexChem Student Science Fair 2004 (untuk pertama
kalinya) telah dilaksanakan pada 9 Maret 2004 di kampus STTT dengan membawa
semangat kesederhanaan itu dan tetap bertumpu pada substansi misinya.
Sebagai kelanjutan dari apresiasi tadi dan bertolak dari substansi pelaksanaannya,
maka makalah-makalah yang telah disajikan dalam kegiatan ini ditampilkan kembali
dalam bentuk “Kumpulan Makalah Seminar TexChem Student Science Fair 2004” untuk
dapat diapresiasi lagi dalam lingkup yang lebih luas. Kumpulan makalah ini juga
dimaksudkan sekaligus untuk memberi gambaran mengenai sisi lain dari wawasan
belajar yang diperoleh mahasiswa dalam aktivitas kuliahnya. Hal ini ditunjukkan dengan
ragam materi yang disajikan yang meliputi aplikasi tekstil dan teknologi tekstil di bidang
kedokteran, upholstery, dekorasi rumah tangga (home decoration), dan sandang non-
konvensional serta tekstil untuk keperluan lainnya. Satu hal yang menarik untuk diamati
dalam hal ini adalah minat penelitian mahasiswa yang mulai memasuki wilayah
technical textiles. Semangat eksplorasi, unsur terpenting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, juga nampak pada karya mahasiswa dalam pembuatan zat
warna dari bahan-bahan alam dan pembuatan sabun (textile auxiliaries). TexChem
Student Science Fair memang dimaksudkan untuk memberi ruang dan menghidupkan
semangat ini.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari kegiatan ini dan kumpulan makalah
yang dihasilkannya masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna. Membangun
adalah sebuah proses panjang yang semestinya bertahap berkesinambungan. Tanggapan
berupa masukan maupun kritik dari semua pihak sangat diharapkan untuk pelaksanaan
kegiatan serupa di masa-masa mendatang. Disamping itu, masukan juga diharapkan
sebagai bahan bagi tambahan wawasan keilmuan dan peningkatan mutu penelitian dalam
pengertian berkaitan erat dengan kebutuhan dan situasi nyata di industri, mengikuti
perkembangan teknologi serta lebih berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Kegiatan ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak
yang dengan tulus telah memberikannya. Untuk itu kami haturkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:

ix
1) Ketua Jurusan Kimia Tekstil atas ijin dan dukungan yang diberikan, beserta seluruh
jajaran pimpinan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,
2) Para donatur dan simpatisan yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
bentuk materi maupun tenaga,
3) Perusahaan pembuat dan penyedia bahan-bahan kimia tekstil yang telah banyak
membantu pengadaan bahan-bahan praktek dan penelitian mahasiswa,
4) Adik-adik mahasiswa yang selalu penuh semangat mempersiapkan kegiatan ini tanpa
pamrih, dan mengerahkan seluruh sumber daya dan kemampuan yang dimiliki demi
suksesnya kegiatan ini, dan
5) Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu di sini.
Akhirnya, kami berharap semoga karya kecil ini menjadi awal terciptanya budaya
dan tradisi ilmiah yang lebih baik di Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil dan pada akhirnya
dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan teknologi khususnya di
bidang tekstil.

Bandung, 29 Maret 2004

Penyelenggara,
Lab. Pencapan & Penyempurnaan
Lab. Kimia Fisika Tekstil

x
1 PENYEMPURNAAN ANTI BAKTERI DAN TOLAK DARAH
UNTUK BAJU BEDAH
Emsidelva Okasti, Firliani K, Linda, Liyana & Louise Mersenne
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Bahan tekstil atau produk tekstil dapat diolah dan dimanfaatkan dibidang kedokteran
dan kesehatan karena mempunyai sifat-sifat yang dapat memenuhi syarat untuk
penggunaan di bidang tersebut antara lain kekuatan tarik, lembut (softness), daya serap
dan tembus udara. Pemanfaatannya sangat luas dengan fungsi yang berbeda-beda mulai
dari penggunaaan benang tunggal sampai pada kain higienis untuk keperluan ruang
bedah, dan salah satunya adalah baju bedah. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa
peggunaan resin meningkatkan kekuatan tarik dan daya tembus udara kain. Pada
pengujian spektrofotometer, kain dengan komposisi 1% zat anti bakteri dan 10 %
glioksal menunjukan adanya noda darah yang tidak dapat dihilangkan dengan
pencucian manual. Sedangkan kain dengan komposisi 0% anti bakteri – 5% glioksal dan
2% zat anti bakteri – 15% glioksal menunjukan tidak ada noda darah. Hal ini
disebabkan bekerjanya fluorokarbon, sama seperti glioksal dan anti bakteri. Tidak
adanya anti bakteri memberikan tempat yang cukup luas untuk fluorokarbon bekerja.

Abstract
Due to their special characteristics textile material has been known and used for long
time for medical purposes. Two of the most familiar examples are its use in the form of
monofilament fiber as surgical sewing thread and in the form of finished fabric for
surgical gown. In this study, we used an anti-bacterial agent (Sanitized T 96-20),
glyoxal, and fluorocarbon (Aversin KFC-I) to produce fabric for surgical gown with
anti-bacterial and blood-repellent properties. Glyoxal provides crosslinking for both
anti-bacterial agent and fluorocarbon and improve their washing fastness.It was found
that higher concentration of glyoxal and anti-bacterial agent gives result to higher
tensile strength and air permeability. This is most probably due to the crosslinking
formed by the presence of glyoxal. The efficiency of stain removal was evaluated by
spectrophotometry. It was shown that blood stain still remains after manual washing of
fabric treated by finishing liquor containing 1% anti-bacterial agent and 10% glyoxal.
However, stain was completely removed when 5% glyoxal was used alone with Aversin
KFC-I. It seems that anti-bacterial agent has an adverse effect to blood repellency, but
actually stain was also removed by the addition of 2% anti-bacterial agent and 15%
glyoxal. In all cases, we used 3% Aversin KFC-I to generate blood repellency effect onto
the fabric.

lengkapan yang memiliki kenyamanan


1 PENDAHULUAN
yang tinggi. Kapas merupakan salah
Baju bedah operasi digunakan oleh satu pilihan serat untuk memenuhi ke-
paramedis untuk melakukan operasi nyamanan tersebut, karena serat kapas
selama kurang lebih 2 jam (operasi bia- mudah didapat dan memiliki moisture
sa) dalam kondisi ruangan tertentu. Se- regain yang tinggi (7 – 8,5%) sehingga
hingga paramedis membutuhkan per- dapat menyerap keringat dengan baik.

1
Lamanya waktu operasi menyebab- berperan sebagai medium transpor, dan
kan paramedis banyak mengeluarkan 7 – 9 % zat padat yang terdiri dari pro-
energi dan keringat yang mengandung tein-protein seperti albumin, globulin,
bakteri. Percikan darah pasien dapat dan fibrinogen. Komponen utama sel
mengenai baju bedah medis pada saat darah merah adalah protein hemoglobin
terjadi kontak antara paramedis dengan (Hb).
pasien selama operasi berlangsung.
Fluoropolimer merupakan senyawa
Oleh karena itu diperlukan baju bedah
tolak air yang baik yang juga memiliki
yang anti bakteri dan dapat menahan
kemampuan menolak minyak dan noda
perembesan serta mudah dibersihkan
dengan cara mengurangi energi permu-
dari noda darah. Baju bedah yang
kaan kritis pada permukaan serat tekstil.
digunakan dalam ruang operasi juga
Sedangkan komposisi darah menyerupai
memerlukan perlindungan yang tinggi
kombinasi air (plasma darah), minyak
terhadap HIV dan HBV.
dan noda (protein), sehingga dengan
Proses sterilisasi baju bedah biasa demikian, fluoropolimer dapat pula
dilakukan dengan perendaman air panas digunakan sebagai zat penyempurnaan
atau dengan suhu dan tekanan tinggi di tahan darah.
dalam autoclave (130°C, 2 atm), se- Kombinasi penggunaan zat anti
hingga baju bedah membutuhkan resin bakteri dan fluoropolimer dipandang
yang memiliki ketahanan terhadap pe- sesuai untuk bahan yang harus ter-
manasan dan kondisi autoclave. lindungi dari mikroorganisme (MRSA,
Resin anti kusut merupakan senya- Methicillin Resistance Staphilococcus
wa pengikat silang yang dapat diguna- Aureus, yaitu bakteri yang tahan terha-
kan bersamaan dengan zat anti bakteri dap antibiotik dan dapat menular me-
yang menyebabkan anti bakteri lebih lalui pernafasan) dan darah, tetapi se-
kuat berikatan dengan serat yang mem- jauh ini tidak ditemukan informasi
punyai efek bawaan mengurangi derajat mengenai penggunaan kombinasinya
kekusutan dalam pemakaiannya. Peng- padahal hal tersebut sangat baik untuk
gunaan resin anti kusut dan zat anti identifikasi konsentrasi optimum.
bakteri secara bersamaan dikarenakan Zat anti bakteri yang digunakan
zat anti bakteri tidak bersifat permanen. dalam penelitian ini adalah Sanitized® T
Standar baju bedah yang digunakan 96-20, yaitu senyawa fenoksi terhalo-
pada umumnya berwarna hijau. Ini di- genasi. Larutannya memiliki pH 6,2 –
maksudkan untuk mengatasi efek 8,2 (20°C, 50 g/L), bersifat nonionik,
shadow, yaitu efek yang timbul akibat dan berwarna kekuning-kuningan. Pe-
mata lelah. Operasi biasanya berlang- makaiannya dapat dikombinasikan de-
sung minimal 2 jam, dan dalam jangka ngan zat-zat lainnya seperti resin,
waktu tersebut mata paramedis yang binder, fluorokarbon dan zat penyem-
melakukan operasi mengalami kontak purnaan lainnya.
terus-menerus dengan warna merah
yang berasal dari darah. Mata yang 3 BAHAN DAN METODE
kelelahan akibat situasi demikian akan
melihat warna putih atau lainnya dalam 3.1 Persiapan Penyempurnaan
beberapa detik sebagai hijau, dan ini Kain grey kapas dihilangkan kan-
dapat mengganggu konsentrasi. jinya dan dimasak serta dikelantang se-
cara simultan dengan sistem kontinyu
2 TINJAUAN PUSTAKA menggunakan Pitchrun L-30.
Darah adalah suspensi dari partikel
dalam larutan koloid cairan elektrolit.
Komponen cair darah yang disebut
plasma terdiri dari 91 – 92 % air yang

2
3.2 Pencelupan dan dari serat kapas menjadi lebih kompak
Penyempurnaan karena proses penyempurnaan yang
mengakibatkan penambahan struktur
Kain dicelup menggunakan zat
molekul dari polimerisasi glioksal dan
warna reaktif dingin warna hijau sesuai
penambahan zat anti bakteri serta
standar hijau yang ditetapkan untuk baju
fluorokarbon yang diproses pada suhu
bedah (berdasarkan hasil pengukuran
tinggi kain. Hal ini mengakibatkan kain
warna pada baju bedah standar).
menjadi sukar ditembus udara.
Selanjutnya kain disempurnakan
Pada kain yang telah mengalami
dengan larutan penyempurnaan yang
proses cuci berulang stabilitas kekom-
mengandung Sanitized T 96-20 (1%
pakan serat terganggu yang mengaki-
dan 2% owf), glioksal sebagai zat pe-
batkan bergesernya molekul satu de-
ngikat silang (5, 10, 15% owf), 3% owf
ngan yang lain. Struktur molekul serat
Aversin KFC-I sebagai senyawa tahan
yang telah bergeser akan memberikan
darah, dan katalis MgCl2 10 g/l. Ke
ruang-ruang di dalam serat sehingga
dalam larutan tersebut juga ditam-
udara lebih mudah masuk.
bahkan pembasah sebanyak 2 ml/l. Kain
dibenamperas dengan WPU 80%, lalu 4.2 Kekuatan Tarik
dikeringkan, dan dipanasawetkan pada
suhu 130°C selama 2 menit. Pengujian kekuatan tarik pada
kain yang telah diberi zat anti bakteri
3.3 Analisa dan Pengujian tidak dapat dilakukan secara maksimal
karena tidak dilakukan uji tumbuh bak-
Hasil percobaan dievaluasi dengan teri pada kain tersebut sehingga tidak
Uji Siram ( SII.0124-75), Tahan Luntur diketahui efek dari zat anti bakterinya
Warna Terhadap Keringat (SII 0117- terhadap penambahan kekuatan tarik
75), Daya Tembus Udara Pada Kain pada kain tersebut.
(SII 1230-85), Kekuatan Tarik dan
Mulur Kain Tenun (SII 0106 – 75). Penambahan kekuatan tarik dise-
Pengukuran warna menggunakan spek- babkan oleh struktur molekul serat yang
trofotometri dilakukan untuk menge- bertambah padat karena penambahan
valuasi daya tolak darah dan noda kain resin, yang berikatan dengan serat dan
hasil penyempurnaan. mengisi ruang-ruang kosong dalam
serat, struktur molekul dalam kapas
4 HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi lebih rapat sehingga gaya yang
mengenai kain akan terdistribusi lebih
Berdasarkan hasil pengujian terhadap merata akibatnya pada gaya yang sama
kain kapas 100% dengan penyempur- untuk kain yang telah dilakukan proses
naan anti bakteri dan tahan darah dalam penympurnaan diperlukan waktu yang
pembuatan baju bedah opersi maka da- lebih lama untuk memutus kain.
pat diuraikan beberapa hal sebagai
berikut: 4.3 Tahan Darah dan Penodaan
4.1 Daya Tembus Udara Nilai uji siram untuk semua con-
toh uji menunjukkan angka 0, artinya
DTU (daya tembus udara) kain kain tidak dapat menahan pembasahan.
yang telah dicuci berulang memiliki
Pengujian juga memperlihatkan bahwa
nilai rata-rata 4,39 cm2/detik/cm3, jauh noda darah sangat sulit untuk dihilang-
lebih rendah daripada kain yang belum kan dengan pencucian biasa (pencucian
dicuci berulang, yaitu 11 cm2/detik/cm3. tanpa mesin dengan 5 kali pengucekan)
Pada saat dilakukan proses pengeringan dari kain yang belum disempurnakan,
dan termofiksasi digunakan suhu tinggi dan harus menggunakan sabun khusus.
sehingga kain menjadi statik dan lebih Sebaliknya, kain yang sudah disempur-
keras. Pada kain hasil pengujian tanpa
nakan mudah dibersihkan dari noda da-
pencucian berulang struktur molekul

3
rah, bahkan dengan pencucian biasa dan anti bakteri akan menambah kepadatan
tanpa penggunaan sabun khusus. Ini struktur molekul dalam serat. Glioksal
dapat dilihat dengan mudah melalui yang mampu berikatan dengan serat ka-
pengukuran warna dengan spektro- pas dan menjebak zat anti bakteri
fotometri. (phenoksi terhalogenasi). Fluorokarbon
akan berikatan dengan salah satu gugus
Dengan adanya resin yang diberi-
OH primer dari kapas. Glioksal ke-
kan pada kain maka resin akan menem-
mungkinan besar hanya dapat mengisi
pati ruang-ruang kosong pada polimer
satu gugus OH primer karena gugus OH
kapas, sehingga darah yang terserap
primer yang lain sudah berikatan de-
menjadi lebih sedikit jumlahnya di-
ngan zat warna reaktif. Namun tidak
bandingkan dengan kain yang tidak
tertutup kemungkinan pula zat warna
mengalami proses penyempurnaan.
reaktif yang telah berikatan dengan serat
Oleh sebab itu kain yang telah meng-
bereaksi pula dengan glioksal sehingga
alami penyempurnan noda darahnya
menambah ketahanan luntur warna dari
mudah dihilangkan.
kain.
4.4 Analisa Spektofotometri
5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kain yang diberi zat anti bakteri 1%
tanpa pencucian masih terdapat noda Berdasarkan hasil pengujian dan
darah yang menempel dan memiliki pembahasan yang dilakukan maka dapat
rata-rata yang cukup tinggi dibanding disimpulkan :
penggunaan zat anti bakteri 2%. Hal ini 1) Kain yang telah mengalami proses
disebabkan penggunaan zat anti bakteri pencucian memiliki tingkat kenya-
sebesar 2% disertai dengan penggunaan manan yang lebih tinggi
konsentrasi glioksal yang tinggi pula
sehingga semakin banyak ikatan silang. 2) Dengan adanya penyempurnaan
Sebagai senyawa pengikat silang gliok- tahan darah, penodaan pada kain
sal berfungsi agar zat anti bakteri dan dapat dengan mudah dihilangkan.
fluorokarbon dapat terjebak masuk 3) .Zat warna reaktif yang digunakan
dalam struktur serat sehingga diharap- memiliki tahan luntur warna yang
kan dapat permanen pada serat, peng- baik.
gunaan glioksal yang semakin tinggi
4) Pada kain yang telah disempurna-
akan menyebabkan semakin besar pula
kan dengan fluorokarbon, zat anti
peluang fluorokarbon sebagai zat tahan
bakteri (phenoksi terhalogenasi) dan
darah untuk dapat masuk ke dalam
glioksal sebagai senyawa pengikat
serat.
silang terjadi penambahan kekuatan
4.5 Tahan Luntur Warna Terhadap tarik
Keringat 5) Penggunaan glioksal sebagai senya-
Nilai gray scale 4 dan staining wa pengikat silang berpengaruh be-
scale 4. Dari hasil tersebut dapat dilihat sar pada konsentrasi zat anti bak-
bahwa hasil pencelupan dengan zat teri dan zat tahan darah yang dapat
warna reaktif memiliki ketahanan luntur masuk ke dalam serat.
yang baik walaupun kain telah meng- Dari kesimpulan dan hasil-hasil pengu-
alami proses pencucian berulang (5x jian yang telah dilakukan kombinasi
dan 7x). Tahan luntur yang baik ini yang tepat zat anti bakteri-fluorokarbon-
disebabkan karena ikatan kovalen yang glioksal tidak dapat ditentukan secara
terbentuk antara serat dan zat warna optimal karena belum dilakukan pengu-
reaktif. Ikatan kovalen yang terjadi jian anti bakteri (terhadap MRSA )
meyebabkan zat zat warna reaktif men-
jadi bagian dari serat kapas. Peng-
gunaan glioksal, fluorokarbon, dan zat

4
Ucapan Terima Kasih
Dalam penyusunan makalah ini, kami DAFTAR PUSTAKA
ingin mengucapkan terima kasih kepada S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat, Pur-
pihak-pihak yang telah memberikan wanti, Mohamad Widodo (1998). Teknologi
bantuannya : Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
1. PT. Clariant yang telah memberikan
bantuan zat anti bakteri. Technical Information: Sanitized T.: Clari-
2. Ibu Susyami, Bpk. Widodo, Ibu Ida ant.
selaku pembimbing dan dosen kami
yang telah memberikan pengarahan. Ayi Gumilar (1998). Pengamatan Perbedaan
Warna Secara Kuantitatif Antara Hasil Ce-
3. Suster Sumihar Sinaga, dari RS lupan Proses Laboratorium dan Produksi
Boromeus yang telah memberikan Pada Kain Campuran Poliester-Rayon
bantuannya. Viskosa Yang Dicelup dengan Zat Warna
Dispersi dan Zat Warna Reaktif. Bandung:
4. Teman-teman kami, mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
kedokteran yang telah memberikan
informasinya. Lorraine M. Wilson, Sylvia A. Price (1998).
Patofisiologi. Jakarta: ECG.

Whitaker, Fernandez, Tsokos Concept of


General Organic and Biological Chemistry.

5
2 KAOS KAKI ANTI BUSUK DAN TAHAN KOTOR DARI
KAPAS 100 %
Nia Khairun Nisa, Nur Fitri Yanti, Rina Prastiwi, Sari Nengsih
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Kaos kaki yang terbuat dari serat kapas memiliki kelebihan yaitu daya serap terhadap
keringat cukup baik. Selain itu juga memiliki kekurangan, yaitu mudah kotor. Kedua hal
tersebut disebabkan adanya gugus OH pada serat kapas. Tanah, kotoran, air, minyak
yang bersifat polar dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus OH dari kapas.
Kekurangan yang lain dari serat kapas yang disebabkan oleh adanya gugus OH adalah
mudah mengalami pembusukan oleh mikroorganisme seperti bakteri yang diakibatkan
pemaparan terhadap udara, cahaya dan kelembaban. Kondisi pemakaian kaos kaki
membuatnya mudah terserang mikroorganisme dan kotor. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mendapatkan kaos kaki bebas-bau dan tahan kotor menggunakan senyawa kimia
berbasis fluorokarbon sebagai zat tahan kotor dan tembaga sulfat untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Hasil percobaan dan pengujian memperlihatkan bahwa
pengerjaan dengan senyawa tahan kotor jenis fluorokarbon pada konsentrasi 50 ml/l
dan zat anti busuk, CuSO4 sebanyak 3,95 gram dapat memberikan sifat anti busuk dan
tahan kotor pada kain kapas. Data kekuatan tarik memperlihatkan bahwa dengan
pemberian zat anti busuk, kain kapas tahan terhadap serangan mikroorganisme
penyebab bau busuk. Dan data pengukuran reflektansi memperlihatkan bahwa kain
kapas mudah melepaskan kotoran.

Abstract
Socks made from cotton offers more comfort in the sense that it readily absorbs sweat
produced during its use. This is primarily due to the presence of hydroxy groups in the
molecular structure of cotton fiber. This group may also form hydrogen bond with other
polar molecules or particles such as fats, soil and dirt. Another consequence of the
presence of hydroxy groups is that it is susceptible to microbial attacks under suitable
condition like warm temperature and moist. The purpose of this study is to investigate
ways of producing rot-proof (odor-free) and soil-resistant socks by chemical treatment.
Fluorocarbon-based chemical (Oleophobol SL) and copper sulphate were used in this
study as soil-resistant finish and rot-proofing agent respectively. It was found that 50
ml/l Oleophobol SL and 3,95 g/l CuSO4 was adequate to impart the above mentioned
properties to cotton fabric as shown by reflectance data and tensile strength after soil
burial.

purnaan pada kaos kaki tersebut


1 PENDAHULUAN
diharapkan kamampuan serat kapas me-
Kaos kaki yang terbuat dari serat lepaskan kotoran dan tahan terhadap se-
kapas memiliki kekurangan, diantaranya rangan mikroorganisme yang
mudah kotor dan terjadi pembusukan. menyebabkan bau busuk pada serat ka-
Kedua hal tersebut dapat diperbaiki de- pas menjadi meningkat.
ngan proses penyempurnaan tahan kotor
Senyawa fluoro akan berpolimeri-
dan anti busuk. Dengan proses penyem-
sasi membentuk lapisan film yang sa-

7
ngat rapat sehingga kotoran dan minyak menyerang gugus hidroksil tersebut, dan
tidak dapat masuk ke dalam serat dan bahan menjadi anti busuk.
hanya menempel pada permukaan serat,
kemudian akan hilang dengan pen- 3 PERCOBAAN
cucian. Sedangkan zat anti busuk yang
digunakan adalah CuSO4, dimana tem- 3.1 Alat dan Bahan
baga akan membentuk senyawa kom- Alat utama yang digunakan adalah
pleks dengan serat dan gugus hidroksil stenter dan mesin benamperas skala la-
serat diikat oleh senyawa sulfat se- boratorium. Untuk penyempurnaan
hingga mikroorganisme tak lagi bisa tahan kotor digunakan Oleophobol SL,
menyerang gugus hidroksil tersebut. dan CuSO4 sebagai zat anti busuk.
Penyempurnaan tahan kotor dan anti Disamping itu juga digunakan zat-zat
busuk pada benang kapas ini diharapkan kimia lain untuk membantu penetrasi.
dapat menghasilkan kaos kaki yang
memiliki kemudahan dalam perawat- 3.2 Prosedur Percobaan
annya.
3.2.1 Penyempurnaan Tahan Kotor
2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan berupa benang kapas diren-
damperas dengan larutan 50 ml/l Oleo-
2.1 Penyempurnaan Tahan Kotor
phobol SL, 1 ml/l CH3COOH glasial, 5
Senyawa fluorokarbon dapat pula g/l Silicone AMZ-3 (pelemas), 2,5 g/l
digunakan untuk mendapatkan sifat Nicepole PR-86, 2 g/l NK Katalis SL,
tahan kotor. Senyawa ini akan ber- lalu dikeringkan selama 2 menit pada
polimerisasi pada saat pemanasawetan suhu 140°C. Setelah itu bahan dipanas-
dan membentuk lapisan film yang me- awetkan pada suhu 170°C selama 45
lapisi permukaan serat tekstil dan terdiri detik diikuti dengan pencucian dan
dari gugus-gugus CF3-, CF2H-, atau CF2 pembilasan.
yang sangat rapat. Lapisan tersebut akan
menurunkan nilai tegangan permukaan 3.2.2 Penyempurnaan Anti Busuk
kritis (Critical Surface Tension) substrat Na2CO3 sebanyak 10,74 gram dilarutkan
sehingga memberikan perlindungan se-
dalam 0,5 l air lalu dicampurkan secara
cara kimia terhadap kemungkinan ter- pelahan dengan 0,5 l larutan yang me-
jadinya pengotoran, baik kotoran dalam ngandung 3,95 gram CuSO4 2 %. La-
bentuk air maupun kotoran dalam ben- rutan tersebut selanjutnya digunakan
tuk minyak. untuk merendamperas bahan.
Molekul senyawa tahan kotor Pengeringan dilakukan pada suhu
berorientasi sedemikian rupa sehingga 140°C selama 2 menit dan dilanjutkan
rantai fluorokarbonnya paralel dan dengan pemanasawetan pada suhu
gugus metil di ujungnya yang lain 120°C selama 20 menit.
mengarah ke luar permukaan bahan,
sedangkan gugus polarnya dapat meng- 3.3 Diagram Alir
adakan ikatan dengan serat di bawah
permukaan luar. Benang kapas grey

2.2 Penyempurnaan Anti Busuk


Pada penyempurnaan ini diguna- Penghilangan kanji dan pemasakan dengan
NaOH dan Na2CO3
kan senyawa tembaga sulfat, dengan
suhu pemanasawetan yang tinggi tem-
baga akan membentuk senyawa kom-
pleks dengan serat. Gugus hidroksil Penyempurnaan anti busuk
serat kapas diikat oleh senyawa sulfat
sehingga mikroorganisme tak lagi bisa

8
Pencelupan dengan zat warna reaktif dingin Tabel 2-2. Hasil pengujian kekuatan tarik (Kg),
contoh uji dengan CuSO4 2 % dan tanpa CuSO4
2%

Penyempurnaan tahan kotor Rata-rata kekuatan tarik (Kg)


Contoh Uji Sebelum Setelah
dipendam dipendam
Perajutan kaos kaki Dengan
530 546
CuSO4 2 %
4 HASIL DAN DISKUSI
Tanpa
493 480
CuSO4 2 %
4.1 Uji Ketahanan Kotor
Dari percobaan penyempurnaan
tahan kotor dengan menggunakan Contoh uji yang telah disempurna-
OLeophobol SL, terbukti kemampuan kan dengan zat anti busuk, yaitu CuSO4,
serat melepaskan kotoran semakin baik. setelah dipendam dalam tanah tidak
Hal ini disebabkan karena zat tahan mengalami penurunan kekuatan tarik.,
kotor yang membentuk ikatan silang sedangkan contoh uji yang tidak diberi
dengan serat sehingga kotoran tidak zat anti busuk kekuatan tariknya lebih
terikat pada serat. rendah (lihat Tabel 2-2). Ini berarti pada
saat contoh uji yang diberi zat anti
Penilaian kemampuan bahan tahan
busuk tidak mengalami pembusukan
kotor dilakukan dengan pengukuran
karena serangan mikroorganisme se-
reflektansi pada panjang gelombang 400
lama pemendaman. Hal ini disebabkan
nm pada contoh uji yang telah dicuci
oleh pembentukan senyawa kompleks
setelah mengalami pengotoran, baik
antara serat dengan CuSO4 pada suhu
contoh uji yang diberi zat tahan kotor
pemanasawetan yang tinggi sehingga
maupun contoh uji tanpa zat tahan ko-
tidak ada ruang lagi untuk mikroorga-
tor.. Semakin besar reflektansi berarti
nisme membusukkan serat kapas.
bahan semakin bersih (lihat Tabel 2-1).
Reflektansi besar artinya perbandingan
5 KESIMPULAN DAN SARAN
kemampuan bahan untuk memantulkan
cahaya lebih besar daripada kemampuan Dari percobaan dan analisa data
bahan untuk menyerap cahaya. yang telah dikerjakan, diperoleh kesim-
pulan sebagai berikut :
Tabel 2-1. Hasil pengukuran reflektansi pada
panjang gelombang 400 nm, contoh uji dengan 1. Proses penyempurnaan tahan
Olephobol SL dan tanpa Oleophobol SL. kotor dengan menggunakan
Oleophobol SL dapat memper-
Contoh Uji % Reflektansi baiki ketahanan kotor kain ka-
pas.
Dengan Oleopho- 17,30
bol SL 50 ml 2. Proses penyempurnaan anti
busuk dengan menggunakan
Tanpa Olephobol 16,08
CuSO4 dapat memperbaiki
SL
ketahanan busuk kain kapas.

Ucapan Terima Kasih


4.2 Uji Anti Busuk
Dengan penyusunan makalah ini, kami
Dari percobaan anti busuk dilaku- tidak lupa menyampaikan rasa penghar-
kan pengujian pendam bahan dalam gaan dan terima kasih kepada semua pi-
tanah kemudian diukur kekuatan tarik- hak yang telah memberikan bantuan
nya dan dibandingkan dengan kekuatan baik moril maupun materil, terutama
tariknya sebelum pemendaman. kepada :

9
1. Bapak Mohamad Widodo .AT. P. Soeprijono, et al. "Serat-serat Tekstil."
M.Tech., selaku Dosen Prakti- Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1975.
kum Teknologi Penyempurnaan
2 beserta staf. Rasyid Jufri, et. al. "Teknologi Penge-
lantangan, Pencelupan, dan Pencapan."
2. Rekan-rekan Mahasiswa Kimia Bandung: Institut Teknologi Tekstil,
Tekstil angkatan 2000. 1976.

Ratnasari Nur Hijrinah. "Suatu Studi


tentang Penyempurnaan Resin Senyawa
DAFTAR PUSTAKA Fluorokarbon dengan Penambahan Iso-
Arifin Lubis, et. al. "Teknologi Pencap- propyl Alcohol Terhadap Sifat Tahan
an." Bandung: Sekolah Tinggi Kotor Kain Celana Polyester/CDP (50
Teknologi Tekstil, 1994. %/50 %)." Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil, 2002.

10
3 PENYEMPURNAAN TAHAN API UNTUK PAKAIAN SERAGAM
INDUSTRI BAJA DENGAN SENYAWA ORGANIK FOSFOR
Shinta Citra N, Taufiq F, Wawan G, Yanti R
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Bahan yang digunakan pada pakaian industri/bengkel ini menggunakan kain kapas 100 %.
Kapas mempunyai daya serap yang tinggi sehingga akan memberikan kenyamanan dalam
pemakaiannya. Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi pakaian kerja di lingkungan seperti
industri baja adalah tahan api, yaitu tidak mudah terbakar dan tidak meneruskan nyala.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan resep optimum penyempurnaan tahan api bagi
kain kapas 100% untuk pakaian kerja tanpa mengurangi kenyamanan pakainya. Proses
penyempurnaan tahan api biasanya menyebabkan pegangan kain menjadi keras dan kaku.
Penambahan atau pengerjaan dengan pelemas seringkali justeru menyebabkan ketahanan api
berkurang. Prose penyempurnaan tahan api pada penelitian ini dikerjakan dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah pengerjaan dengan senyawa tahan api dari jenis fosfor (Pyrovatex CP
New). Pada tahap kedua kain dikerjakan dengan pelemas dari jenis silikon (Silicone N-100).
Standar tahan api yang digunakan adalah nyala api kurang dari 2 detik dan panjang arang
kurang dari 6 inchi, dan tahan pencucian sekurangnya 25 kali pencucian. Pada pemakaian 500
g/l Pyrovatex CP New dan 30 g/l Silicone N-100, sebelum pencucian berulang, kain
memperlihatkan daya tahan api sangat baik, yaitu tidak meneruskan pembakaran dengan
panjang arang kurang dari 6 inchi. Namun setelah dilakukan 5 kali pencucian kain terbakar.
Artinya, daya tahan api hasil proses ternyata masih belum permanen.

Abstract
The material used in this study is 100% cotton, and is intended for use as working uniform in
steel industry or metal workshop. The selection was made based on the absorption property of
cotton which is normally attributed to higher comfort. One of the most important requirements
for any outfit used in such an environment like steel industry or metal workshop is adequate flame
retardancy, that is material should not easily be consumed by fire and not propagate flame. This
study was aimed at finding an optimum formula and condition for flame retardant finishing of
100% cotton without giving any adverse effect to its handle as well as its absorption. The fabric
was first treated with nitrogen-containing phosphor compound (Pyrovatex CP New) to give the
desired flame reatrdant property, and then with softening agent (Silicone N-100) to improve its
handle. Cotton fabric treated with 500 g/l Pyrovatex CP New and 30 g/l Silicone N-100 showed
good flame retardancy before repeated laundering, with ignition time and char length less than 2
seconds and 6 inch respectively, but then it failed to reach the same level of performance after 5
times repeated laundering. This shows that the treatment can only give a non-durable flame
retardancy.

11
Teepol : 2 g/l
1 PENDAHULUAN
WPU : 70%
Kenyamanan pakaian kerja untuk
lingkungan seperti industri baja Pengeringan : 100°C 1 menit
merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan mengingat kondisi Pemanasawetan : 170°C 1 menit
lingkungan kerjanya yang panas. Pakaian
industri/bengkel ini biasanya terbuat dari
3 HASIL DAN DISKUSI
kain campuran kapas/poliester yang Data ketahanan kain terhadap api
menyebabkan pemakai menjadi tidak yang diperoleh dari percobaan yang
nyaman karena panas dan mempunyai dilakukan adalah sebagai berikut:
daya serap yang rendah. Dengan
Proses pembakaran pada dasarnya
demikian penggunaan kain kapas untuk
terdiri dari pemanasan, dekomposisi,
pembuatan pakaian bengkel ini
penyalaan dan perambatan. Panas akan
merupakan alternatif yang baik, karena
menaikkan temperatur serat sampai
sifat yang dimilikinya yaitu mempunyai
terjadi degradasi dan dekomposisi
daya serap yang tinggi yang dapat
struktur polimer, dimana dari polimer
menyerap keringat lebih banyak. Namun
selilosa biasanya akan dihasilkan
kapas memiliki sifat mudah terbakar
padatan yang terbentuk dari sisa karbon.
sehingga proses penyempurnaan tahan
Selanjutnya padatan terurai
api perlu dilakukan untuk keamanan para
menghasilkan gas, baik gas yang
pekerja.
mempunyai sifat mudah terbakar
maupun tidak.
2 PERCOBAAN DAN DIAGRAM
ALIR Tabel 3-1. Hasil uji nyala kain kapas 100% yang
dikerjakan dengan Pyrovatex CP New 500 g/l.
Proses-proses yang dilakukan pada
bahan :
Sebelum Setelah
1) Penghilangan kanji dan pemasakan. pencucian Pencucian
KET

2) Pencelupan dengan zat warna reaktif Lusi Pakan Lusi Pakan


dingin Ter 16
Waktu nyala api 1 detik - bakar detik
3) Penyempurnaan Waktu nyala 20
arang - - - detik
4) Pengujian 6 8
Panjang Arang inchi 5.4 inchi - inchi
Penyempurnaan Tahan Api
Pyrovatex CP New : 500 g/l
Pada percobaan yang dilakukan
Lyofix CHN : 50-60 g/l terlihat adanya pengaruh penambahan
zat tahan api (pyrovatex) terhadap nilai
Ultratex FSA : 30-60 g/l
ketahanan api yang diperoleh, dimana
Invadine : 5 ml dengan penambahan tersebut semakin
tinggi konsentrasi zat, semakin baik hasil
Phosporic acid : 20-25 g/l
sifat tahan api yang diperoleh sampai
WPU : 70 % mencapai titik maksimum kemudian
turun lagi, selain itu jenis konstruksi kain
Pengeringan : 100°C 1 menit
berpengaruh terhadap sifat tahan api,
Pemanasawetan : 170°C 1 menit semakin berat kain yang digunakan
maka ketahanan api semakin baik.
Apabila senyawa tahan api yang
Pelembutan
digunakan semakin banyak, maka
Silicone N- 150 : 30 g/l senyawa tersebut meresap kedalam
konstruksi kain serta melapisi kain pada

12
permukaan lebih banyak, sehingga apabila kain tersebut telah
menghasilkan sifat tahan api yang lebih mengalami pencucian berulang .
baik.
8) Besarnya kekakuan kain dipengaruhi
Semakin tinggi konsentrasi, panjang oleh pelemas, dimana semakin
arang semakin kecil untuk berbagai banyak penggunaan pelemas maka
konstruksi sampai batas tertentu, yang kekakuan kain semakin menurun.
selanjutnya panjang arang akan naik lagi.
Adanya pengaruh variasi
konsentrasi zat terhadap nilai kekuatan
tarik yang diperoleh, dimana semakin DAFTAR PUSTAKA
besar konsentrasi zat, kekuatan tarik kain S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat,
semakin bertambah, hal ini disebabkan Purwanti, Mohamad Widodo. "Teknologi
karena adanya pelapisan dan penyerapan Penyempurnaan." Bandung: Sekolah Tinggi
zat tahan api terhadap serat yang Teknologi Tekstil, 1998.
membentuk ikatan silang dengan serat
sehingga kekuatan tarik serat bertambah. http://WWW.nap.edu/openbook/03090704/ht
ml/499-512.html,copyright,2000 The
National Academy of Science,
4 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, dapat diambil L. P. Russo, B. W. Bequette. "Impact of
beberapa kesimpulan, yaitu : Process Design on The Multiplicity Be-
haviour of A Jacketed Exothermic CSTR.."
1) Besarnya kekuatan tarik kain AlChe Journal 41.1 (1995): 135-147.
dipengaruhi oleh konsentrasi resin,
dimana semakin besar konsentrasi http://WWW.etsu.com
resinnya, maka kekuatan tarik kain
semakin meningkat hal ini Suparman, et al. "Teknologi Penyempurnaan
disebabkan karena adanya pelapisan Tekstil." Bandung: Institut Teknologi
Tekstil, 1973.
dari zat tahan api yang membentuk
ikatan silang dengan serat. A. J. Hall. "Textile Finishing." London:
6) Bahan yang telah disempurnakan Heywood Books, 1966.
dengan zat pyrovatex memiliki sifat
tahan api yang baik untuk serat P. Soeprijono, et al. "Serat-serat Tekstil."
Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1975.
kapas.
7) Sifat tahan api pada kain yang telah J. T. Marsh. "An Introduction to Textile
disempurnakan akan menurun Finishing." London: Chapman & Hall, Ltd.,
1957.

13
4 PAKAIAN DALAM PRIA ANTI BAKTERI DAN TAHAN
KOTOR
Mariati Sihotang, Megie Yunita, Midian Pasaoran Napitupulu, Mulyono
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Banyaknya aktivitas yang dilakukan manusia khususnya kaum pria menyebabkan
permintaan akan pakaian yang nyaman dan dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh bakteri-bakteri yang terdapat dalam zat sisa metabolisme yang
dikeluarkan oleh tubuh. Hal ini tidak terkecuali untuk celana dalam. Celana dalam
sebaiknya terbuat dari kain yang mudah menyerap cairan, lembut, mudah dibersihkan dan
tahan terhadap bakteri. Pada percobaan ini digunakan kain rajut kapas yang telah
dihilangkan kanjinya, telah dimasak, dikelantang dan dicelup dengan zat warna reaktif,
kemudian dilakukan penyempurnaan anti bakteri dengan menggunakan Sanitized® T96-
20, penyempurnaan tahan kotor dengan Oleophobol dan penyempurnaan pelemas dengan
Silicon N-100.

Abstract
Underwear in general must be able to offer comfort. It must also provide an adequate
protection from bacterial growth which may arise from favourable conditions created by
warm temperature, perspiration and other metabolismic residue. This is especially true for
active persons. Such an underwear must therefore conform these requirements; it must
have good absorption, soft, does not retain dirt and prevent bacterial growth. In this
experiment we used cotton knitted fabric, which has been desized, scoured, bleached and
subsequently dyed with reactive dye. The finishing was performed with Sanitized® T96-20
as anti-bacterial agent, Oleophobol SL as soil-resistant agent and Silicon N-100 softener.

dengan dibarengi oleh aktivitas kaum


1 PENDAHULUAN
pria yang tinggi memungkinkan per-
Maksud dan tujuan dari percobaan tumbuhan bakteri lebih besar akibat sisa
ini adalah untuk meningkatkan mutu metabolisme dari tubuh dan noda-noda
celana dalam pria dewasa yang dibuat yang sulit dihilangkan. Hal ini dapat
sesuai dengan standar mutu yang ada. menyebabkan penyakit berbahaya jika
Dewasa ini para konsumen tidak diatasi.
cenderung menggunakan produk yang Pada pembuatan produk ini dipilih
tidak hanya berdaya pakai, tapi juga kain rajut kapas 100% yang memiliki
bermutu bagus. Celana dalam merupakan MR tinggi sehingga mudah menyerap air
salah satu produk tekstil yang dan memberi rasa nyaman. Namun ini
permintaan pasarnya tidak pernah surut. dapat menyebabkan noda yang
Berdasarkan survei yang dilakukan ter- menempel sulit dihilangkan, jadi
hadap mahasiswa tentang frekuensi diperlukan penyempurnaan tahan kotor.
penggantian celana dalam selama Penyempurnaan anti bakteri untuk
seminggu, ternyata mereka rata-rata mencegah pertumbuhan bakteri dari zat-
mengganti celana dalam sebanyak 2-4 zat sisa metabolisme tubuh. Agar celana
kali per minggu, meskipun ada yang dalam yang dihasilkan nyaman dipakai,
mengganti tiap hari. Kebiasaan ini dilakukan penyempurnaan pelemas. Pada

15
proses-proses penyempurnaan di atas Penyempurnaan anti bakteri dan
digunakan kain rajut kapas yang telah tahan kotor dilakukan secara simultan
dihilangkan kanjinya, dimasak, menggunakan Sanitized® T96-20 0,5%
dikelantang dan dicelup dengan zat dan 1% dari berat bahan, 10 g/l
warna reaktif untuk menambah Oleophobol, 15 % katalis, asam asetat
keindahan. (pH 4-5) dengan WPU 70%.
Pelemasan menggunakan 10 g/l dan
2 PERCOBAAN DAN DIAGRAM
15 g/l Silicon N-100, asam asetat (pH 4-
ALIR 5) pada suhu 150oC dengan WPU 80%.
2.1 Persiapan Penyempurnaan Diagram alir Proses Penyempurnaan
Penghilangan kanji, pemasakan dan persiapan larutan
pengelantangan dilakukan secara
simultan dengan 10 cc/l NaOH 38oBe, 20
cc/l H2O2, 2 cc/l teepol, 2 g/l Na2CO3 rendam-peras bahan dalam larutan zat
dan 5 cc/l Stabilisator pada suhu anti bakteri dan tahan kotor WPU 70%
mendidih selama 45 menit dalam vlot
1:7.
pengeringan 100oC; 10 menit
2.2 Merserisasi
Merserisasi dilakukan dengan NaOH 38o
rendam peras bahan dalam larutan zat
Be dan 10 cc/l teepol pada suhu kamar
pelemas WPU 80%
selama 60 detik dengan metode
perendaman. Kemudian dinetralkan
menggunakan asam asetat 5%.
pengeringan 100oC; 10 menit
2.3 Pencelupan
Pencelupannya menggunakan zat warna pemanas awetan 150oC; 3 menit
reaktif dingin sebanyak 2%, 50 g/l NaCl,
1 cc/l pembasah dan 5 g/l Na2CO3 pada
suhu kamar selama 45 menit dengan vlot pencucian dan pembilasan
1:10.

pengeringan
2.4 Penyempurnaan

Tabel 4-1. Hasil pengujian daya serap dan ketahanan kotor kain rajut kapas 100% yang dikerjakan
dengan Sanitized T96-20 dan Oleophobol SL

Resep Kontrol I II III IV


Sanitized T96-20 (% owf) - 0,5 0,5 1,0 1,0
Oleophobol SL (g/l) - 10 10 10 10
CH3COOH (pH) - 4-5 4-5 4-5 4-5
Silicone N-100 (g/l) - 10 15 10 15
Hasil Pengujian

Daya serap (detik) 76,2 ± 23,2 136,2 ± 4,5 204,8 ± 4,3 31,8 ± 4,0 114,4 ± 25,8

Sebelum 0,9048 1,0818 1,2581 0,7769


K/S
pencucian
Sesudah 0,8610 1,1696 0,7269
Kecerahan pencucian
Sebelum 65,10 62,93 69,14
(%) pencucian
Sesudah 63,06 66,96 68,68
pencucian

16
3 HASIL DAN DISKUSI untuk meningkatkan kekuatan ikatan
silang antara zat anti bakteri dengan
3.1 Persiapan penyempurnaan serat. Penggunaan resin tahan kotor dan
Proses persiapan penyempurnaan pelemas dapat mengurangi daya serap
yang simultan dapat menghemat kain terhadap air, sehingga diusahakan
penggunaannya tidak terlalu banyak agar
pemakaian zat kimia dan biaya,
celana dalam tersebut tetap nyaman
mengefektifkan waktu. Karena kain grey
diperoleh dari luar, kita tidak mengetahui digunakan.
jenis kanji yang dipakai, sehingga sulit
4 KESIMPULAN DAN SARAN
diketahui jenis penghilang kanji yang
efektif. Dengan penggunaan stabilisator 4.1 Kesimpulan
diharapkan pelepasan On terjadi
perlahan dan merata agar On tidak Berdasarkan hasil percobaan yang
terbuang ke udara sebelum bereaksi telah diuji, dapat diambil kesimpulan
dengan serat atau menyerang serat bahwa resep yang optimum
dengan tidak terkendali. penyempurnaan yaitu penggunaan anti
bakteri Sanitized®T96-20 sebanyak 1%
Semakin banyak penggunaan dari berat bahan, zat tahan kotor
stabilisator dan semakin lama waktu Oleophobol sebanyak 10 g/l, dan zat
proses, maka semakin banyak H2O2 yang pelemas Silicon N-100 sebanyak 15 g/l.
terurai untuk meningkatkan derajat putih
kain. 4.2 Saran
3.2 Merserisasi Untuk mendapatkan kain yang
bersih, putih dan berdaya serap baik
Konsentrasi NaOH dan perlu diperhatikan pemilihan zat yang
kemurniannya harus terkontrol untuk sesuai dan efektif terutama untuk proses
mendapatkan daya serap dan kilau yang yang simultan, konsentrasi dan
baik. Kondisi perendaman harus terbebas kemurnian zat kimia, kain bebas dari
dari lipatan dan mendapat tegangan yang lipatan pada proses merserisasi.
sama agar penetrasi kostik ke dalam kain
merata. Untuk mendapatkan hasil
pencelupan yang optimal perlu
Pada percobaan terjadi lipatan kain diperhatikan tahapan proses, pengadukan
karena media perendamannya kurang yang kontinu, penambahan alkali
luas, sehingga hasil merserisasi tidak diakhir, kain bebas dari lipatan dan
optimal dan daya serap kain tidak rata. terendam seluruhnya.
3.3 Pencelupan Pemilihan jenis resin yang
digunakan dalam penyempurnaan harus
Faktor yang menyebabkan warna
diperhatikan agar tidak mengganggu
hasil pencelupan belang yaitu, proses
sifat fisik kain yang diharapkan dan daya
merserisasi tidak optimal sehingga daya
kerja resin lain.
serap kain terhadap zat warna dan zat-zat
kimia tidak merata, penggunaan zat
warna reaktif dingin yang sangat reaktif Ucapan Terima Kasih
sehingga resiko belangnya tinggi, adanya Puji syukur kami haturkan pada Allah
lipatan kain pada proses pencelupan SWT yang telah memberi perlindungan
karena media celup tidak memadai, selama pembuatan produk
migrasi zat warna yang tidak rata karena penyempurnaan ini. Rasa terima kasih
pengadukan tidak kontinu. kami tujukan pada semua pihak yang
telah mendukung kelancaran proses
3.4 Penyempurnaan praktikum penyempurnaan. Terutama
Penyempurnaan anti bakteri dan pada Bapak Widodo, AT selaku dosen
tahan kotor dilakukan simultan bertujuan Penyempurnaan yang telah membimbing

17
dan mengarahkan selama praktikum Ratnasari Nur Hijrinah. "Suatu Studi
Penyempurnaan berlangsung. tentang Penyempurnaan Resin Senyawa
Fluorokarbon dengan Penambahan
Isopropyl Alcohol Terhadap Sifat Tahan
Kotor Kain Celana Polyester/CDP (50
DAFTAR PUSTAKA %/50 %)." Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil, 2002.
"SII 0607-81. Ukuran Celana dalam Pria
Dewasa Kain Rajut Rib." S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat,
Purwanti, Mohamad Widodo.
Astini Salihima. "Pedoman Praktikum "Teknologi Penyempurnaan." Bandung:
Pengelantangan dan pencelupan." Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 1998.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil,
1978. Surdia N. M., et. al. "Simposium
Nasional Polimer III : Prosiding."
Himpunan Polimer Indonesia, 2001.

18
5 CELEMEK BAYI TAHAN KOTOR
Achmad Fadjry, Anita Puspita, Depi Natalia P, Emma Sukmawati
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Spesifikasi khusus yang penting bagi produk bayi adalah aman dari zat-zat berbahaya dan
nyaman. Pembuatan celemek atau pakaian bayi yang tahan terhadap kotoran dari
makanan bayi diperoleh dengan memanfaatkan sifat oil-repellent dan water-repellent
melalui proses penyempurnaan. Aversin KFC-I adalah senyawa kopolimer perfluoro alkil
akrilat yang dapat memberikan sifat tolak air dan tolak minyak pada bahan tekstil dan
aman. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi optimum bagi proses
penyempurnaan tahan kotor pada kain campuran poliester rayon menggunakan Aversin
KFC-I. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa penambahan pelemas jenis silikon
menurunkan kemampuan tahan kotor kain. Penggunaan zat pengikat silang dari jenis
dimetilol dihidroksi etilena urea (DMDHEU) terbukti meningkatkan daya tahan cuci hasil
penyempurnaan tahan kotor. Pengujian tahan kotor dan pencucian berulang
memperlihatkan hasil terbaik diperoleh pada penggunaan Aversin KFC-I sebanyak 60 g/l,
Decaresin (DMDHEU) 30 g/l dan katalis MgCl2.H2O 15 g/l.

Abstract
Some of the most important features required for babies products are safety and comfort.
In addition to that, textile products for babies require good stain release mechanism due
to risks of food spill on the material on wear. Aversin KFC-I is a perfluoro alkyl acrylic
copolymer that gives water- and oil-repellent effect and is safe for human, even for babies.
The purpose of this study is to investigate optimum condition for stain-release finishing of
polyester-rayon fabric intended for baby apron. The addition of silicon as a softener
decreases stain repellency of finished product. The permanent effect of finished product is
strongly influenced by the addition of dimethylol dihydroxy ethylene urea (Decaresin) as
cross-linking agent. It was shown that the best result in this circumstances is obtained by
the use of Aversin KFC-I at 60 g/l, DMDHEU (Decaresin) 30 g/l, and magnesium chloride
15 g/l.

halus, sehingga sifat oil-repellent dapat


1 PENDAHULUAN
menahan melekatnya kotoran yang
Celemek biasanya dibuat dari bahan mengandung lemak dan sifat water-
sintetik seperti plastik. Alternatif lain repellent dapat menahan meresapnya air
celemek dapat dibuat dari kain yang sehingga tidak langsung membasahi
telah melalui proses penyempurnaan oil- pakaian bayi
repellent dan water-repellent. Jenis kain
Salah satu faktor yang
yang dipilih berupa kain campuran
mempengaruhi hasil penyempurnaan ini
polyester/rayon. Sifat-sifat ini
adalah konsentrasi dari resin dan
dibutuhkan agar kotoran yang menempel
penambahan zat pembantu lainnya.
yang biasanya berasal dari makanan bayi
Resin dan zat pembantu lainnya
tidak melekat dengan kuat dan mudah
mempengaruhi sifat-sifat kain seperti
dihilangkan. Makanan bayi umumnya
sifat tahan kotor (water and oil repellent)
mengandung susu, lemak, protein, air
dan tahan terhadap pencucian.
dan bahan lainnya yang berupa bubur

19
2 PERCOBAAN DAN EVALUASI 2.2 Evaluasi
Untuk mengetahui efek
2.1 Percobaan
penyempurnaan yang dihasilkan,
Kain grey T/R dilakukan proses dilakukan uji spray test dengan air suling
pre-treatment yaitu penghilangan kanji sebanyak 250 ml dituangkan kedalam
menggunakan enzim, stabilisator dengan corong alat penguji kemudian didiamkan
suhu < 60 o C dan waktu 60 menit dan selama 25-30 detik kemudian diketuk
pemasakan-pengelantangan secara dan dibandingkan peta spray test. Untuk
simultan menggunakan H2O2, NaOH, pengujian Tahan kotor pengujian di-
Teepol dengan suhu 70-90 oC dan waktu dasarkan pada ASTM D 3050-75.
60-90 menit
Pencelupan kain T/R hanya
3 HASIL DAN DISKUSI
dilakukan untuk serat rayon
menggunakan zat warna reaktif dengan Grafik Uji Spray Test

cara perendaman 200

Nilai Uji
Sblm Pencn
100
Lalu dilakukan proses finishing 0 Ssdh Penc
dengan resep sebagai berikut : -100 1 2 3 4 5
Aversin KFC-I : 20 - 40 - 50 - Percobaan
60 g/L
MgCl2 . H2O : 0-15 ml/L
Silicone N-100 : 0 - 3 ml/L
Gambar 5-1. Hasil Uji Siram Berbagai Resep
WPU : 65 % Penyempurnaan Tolak Air/Tahan Kotor
Pengeringan awal: 1000C – 2 menit
Dari grafik terlihat pada resep 1, 2,
Curing : 1500C – 4 menit 3 menunjukan hasil uji spray test yang
meningkat efek tolak airnya dengan
Tabel 5-1. Resep penyempurnaan tahan kotor bertambahnya konsentrasi Aversin KFC-
menggunakan Aversin KFC-I untuk celemek bayi
I yang ditambahkan. Hasil yang
Zat maksimal ditunjukan pada kain yang
1 2 3 4 5 diproses dengan penambahan Aversin
Variasi
Aversin KFC-I
KFC-I 60 g/l tanpa MgCl2 maupun
20 40 50 60 60 silicon, dimana hasil uji menunjukan
(g/L)
nilai 100 dengan tidak ada pembasahan
MgCl2.6H2O sama sekali pada kain.
15 15 15 0 15
(ml/L)
Dari hasil uji terlihat bahwa
Silicone N-
3 3 3 0 0 penambahan Silicone sebagai zat
100 (ml/L)
pelemas/pelembut tidak kompatibel
Decaresin untuk digunakan bersama Aversin KFC-
0 0 0 0 30
(g/L) I, sehingga menurunkan efek
penyempurnaan tolak air dan tahan
kotor yang dihasilkan, walaupun
SKEMA PROSES digunakan dalam jumlah kecil.
Pers. larutan Padding Drying
Curing Penambahan MgCl2 sebagai
(WPU 65%)
katalisator tidak diperlukan dalam proses
penyempurnaan dengan Aversin KFC-I.
(1000C – 2 mnt)
Hal ini dihubungkan dengan kereaktifan
(1500C – 4 mnt) jenis resin ini yang sudah dapat bereaksi
dengan baik tanpa penambahan katalis.
Namun ketiga resep diatas menunjukan

20
hasil yang tidak permanen setelah penggunaan konsentrasi Aversin KFC-I
dilakukan pencucian berulang. dengan penambahan zat pembantu pada
konsentrasi 50 g/l
Sifat permanen yang memuaskan
terlihat pada kain yang diproses dengan Hasil kemampuan menolak kotoran
resep Aversin KFC-I 60 g/l, Decaresin dengan penambahan decaresin sebagai
30 g/l dan MgCl2.H2O 15 g/l. penambah ikatan silang menghasilkan
Penambahan Decaresin pada larutan efek yang lebih permanen setelah
padding dimaksudkan untuk memperkuat dilakukan pencucian berulang
ikatan silang yang terjadi antara resin dibandingkan daya ikat Aversin KFC-I.
dan serat, sehingga diharapkan efek
Dengan mempertimbangkan
finishing yang diperoleh lebih maksimal.
pengaruh konsentrasi Aversin KFC-I dan
MgCl2 yang ditambahkan berfungsi
penambahan zat-zat pembantu untuk
sebagai katalis yang mempercepat proses
menghasilkan produk yang optimal dan
Decaresin tersebut membentuk ikatan
ekonomis diperlukan Aversin KFC-I
silang bersamaan dengan Aversin KFC-I
dengan konsentrasi yang cukup tinggi
terhadap serat.
dan penambahan Decaresin dan katalis
Efek tahan kotor yang baik terlihat yang menjamin sifat permanen dari efek
dari kecilnya selisih persen reflektansi water and oil repellent tersebut.
sebelum dan sesudah pencucian. Dimana
dari data yang diperoleh pada resep 1, 2, Ucapan Terimakasih
3 menunjukan efek tahan kotor yang
cukup baik, namun efek yang paling baik Suatu hal yang tidak mungkin apabila
terlihat pada hasil penyempurnaan kami melakukan penelitian ini tanpa
dengan konsentrasi Aversin KFC-I 60 g/l adanya bimbingan dari pihak lain. Oleh
tanpa penambahan zat pembantu lainnya. karena itu kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
Grafik Uji Reflektansi Dosen Prak. Penyempurnaan 2, Bpk.
Nilai % R Pada 440 nm

23

22
Ssdh Penc
Mohamad Widodo. A.T. M.Tech, Bpk.
21

20
Sblm Penc Darso selaku asisten, Ibu Ida, Ibu Maya
19 K.S,Ibu Juju Bpk. M. Ichwan,Bpk
18

17
Solihin dan semua pihak yang turut
1 2
Percobaan
3 4
membantu atas saran, bimbingan,
kritikan, petunjuk, dan kerja sama
selama penelitian ini berlangsung
Gambar 5-2. Data Reflektansi Untuk Evaluasi
Sifat Tahan Kotor

4 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Penyempurnaan tahan kotor dan "Textile Finishing Manual." BASF,
tolak minyak dengan Aversin KFC-I dan
decaresin pada kain T/R memberikan Iwa Kartiwa. "Suatu Studi
kemampuan untuk menolak air dan Penyempurnaan Oil Dan Water-repellent
minyak pada konsentrasi resin yang Dengan Fc-804 Pada Kain Katun."
optimal. Semakin tinggi penggunaan Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi
konsentrasi Aversin KFC-I ditambah zat Tekstil, 1985.
pembantu menghasilkan kemampuan
menolak kotoran yang semakin baik. Muhammad Dicky. "Studi Tentang
Penggunaan konsentrasi Aversin KFC-I Peran pH Dan Konsentrasi Zat Tolak Air
60 g/l tanpa zat pembantu menghasilkan Jenis Fluorokarbon Pada Penyempurnaan
kemampuan menolak kotoran yang lebih Tolak Air Dan Tolak Minyak Kain
baik lagi dibandingkan dengan Poliester." Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil, 2000.

21
S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat,
Purwanti, Mohamad Widodo.
"Teknologi Penyempurnaan." Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 1998.

22
6 PENINGKATAN MUTU KAIN KANTONG POS DENGAN
PENYEMPURNAAN TOLAK AIR MENGGUNAKAN
FLUOROKARBON DAN RESIN MELAMIN
Aris Hudayana, Aryaji, Berlian zain, Eka Diasy
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Penyempurnaan tolak air pada kain kantong pos di Indonesia selama ini menggunakan
senyawa lilin. Penyempurnaan ini dirasa kurang memuaskan karena dirasa kurang baik
hasilnya tidak permanen, mudah kotor, warnanya mudah suram. Penyempurnaan dengan
floro karbon adalah salah satu usaha untuk meningkatkan mutu penyempurnaan tersebut
sehingga diperoleh penyempurnaan yang sesuai dengan kantong pos. Dalam proses ini
digunakan dua macam zat utama yaitu senyawa fluorokarbon sebagai zat penolak air dan
resin melamin sebagai pembantu meningkatkan keawetan daya tolak air sehingga lebih
permanen. Pemilihan 2 senyawa tersebut atas dasar struktur molekulnya yang
memungkinkan dapat menghasilkan hasil yang lebih permanen dan dapat digunakan
untuk semua jenis serat. Hasil percobaan dan pengujian menunjukan bahwa kedua zat
tersebut dapat bekerja sama sehingga dapat meningkatkan nilai tolak air dan sangat
tahan terhadap pencucian berulang.

Abstract
Mail bag requires certain qualities to serve its purpose, one of which most important is
that it must provide sufficient protection for postal material contained in it. Water-proof,
in this case, is extremely important especially in region like Indonesia. Such a property is
normally provided by treating mail bag, which is usually made of canvas, with wax
emulsion. This type of coating is not permanent, in the sense that it may be removed either
by rubbing and/or other severe condition during its use. Chemical treatment with
fluorokarbon and melamine resin was proposed to improve its water-proof effect. The
experiment shows that fluorokarbon and melamine resin can work together in improving
the quality of mail bag.

makromolekul tiga dimensi dapat


1 PENDAHULUAN
digunakan untuk maksud tersebut, selain
Dalam rangka memenuhi spesifikasi itu harganya relatif murah.
penyempurnaan tolak air pada kantong
Dengan pertimbangan aspek itu
pos, perlu digunakan zat tolak air yang
diharapkan dapat meningkatkan mutu
baik. Untuk itu senyawa fluorokarbon
penyempurnaan tolak air kantong pos.
merupakan zat yang dapat berikatan
dengan serat, sangat baik untuk
2 PERCOBAAN
penyempurnaan tolak air serat sintetik,
tahan pencucian berulang dan tidak Kain campuran poliester/kapas
mempengaruhi hasil pencelupan. Selain mentah (grey) mula-mula dikerjakan
zat diatas perlu ditambahkan resin dengan larutan alkali pada suhu 70°C
pengisi untuk membantu memperkecil selama 30 menit dengan cara
celah – celah diantara serat. Untuk itu perendaman untuk menghilangkan kanji
resin melamin yang dapat membentuk dan kotorannya. Selanjutnya kain dicelup

23
dengan zat warna reaktif dingin dengan rendah, sehingga faktor ekonomis lebih
cara perendaman. untung.
Penyempurnaan tolak air dilakukan
4 KESIMPULAN DAN PENUTUP
dengan cara kontinyu dimana kain mula-
mula dibenamperas dalam larutan yang Kain yang tidak mengalami proses
mengandung senyawa tolak air dari jenis penyempurnaan tolak air mempunyai
fluorokarbon (Aversin KFC-I), resin nilai tahan air yang jelek.
melamin (BT-336), dan senyawa
Penambahan resin melamin pada
polivinil akrilat sebagai pengisi, dengan penyempurnaan tersebut dapat lebih
WPU 70%. Selanjutnya kain dikeringkan meningkatkan nilai tolak air dan daya
pada suhu 100°C dan dipanasawetkan tahan pencucian berulang .
pada suhu 150°C selama 3 menit.
Makin tinggi konsentrasi resin
Untuk mengetahui daya tolak air melamin makin baik nilai tolak airnya
dan perubahan sifat-sifat fisikanya sampai batas tertentu.
dilakukan pengujian tolak air cara
Bundesmann dan kekuatan tarik cara pita Titik optimal dicapai pada variasi
tiras. Disamping itu, dilakukan juga konsentrasi melamin dan fluorokarbon
pengujian ketahanan gosok terhadap 50-40 g/l.
warna hasil pencelupan. Akibat proses penyempurnaan tolak
air tersebut dapat sedikit menurunkan
3 HASIL DAN PEMBAHASAN kekuatan tarik dan ketahanangosok.
Dalam percobaan yang telah
dilakukan digunakan senyawa
fluorokarbon dan zat pembantunya resin
melamin.Dari hasil pengujian didapat DAFTAR PUSTAKA
bahwa pengerjaan tanpa kedua zat
"SII 006-75. Cara Pengujian Kekuatan
tersebut menunjukan daya tolak air yang
Tarik dan Mulur Kain Tenun."
jelek, yaitu kapasitas penyerapan air
sebesar 8-14,6 %.
P. Soeprijono, et al. "Serat-serat Tekstil."
Pengerjaan dengan senyawa Bandung: Institut Teknologi Tekstil,
fluorokarbon dengan penambahan resin 1975.
melamin ternyata dapat diperoleh nilai
tolak air yang lebih memuaskan. Perum Pos dan Giro - Balai Besar
Pengerjaan dengan penambahan resin Tekstil. "Evaluasi dan Saran Standar
melamin tersebut dapat diperoleh Persyaratan Mutu Kantong Pos II."
kapasitas penyerapan sebesar 14.6 %. Bandung: Balai Besar Tekstil, 1981.
Peningkatan tersebut kemungkinan besar
disebabkan karena terjadinya efek S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat,
coating pada serat/benang yang terlalu Purwanti, Mohamad Widodo.
besar oleh adanya resin melamin "Teknologi Penyempurnaan." Bandung:
tersebut, meskipun tujuan penambahan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 1998.
resin tersebut bukan untuk coating.
Soeparman, et. al. "Teknologi
Pengerjaan dengan penambahan
Penyempurnaan." Bandung: Institut
resin melamin lebih menguntungkan
Teknologi Tekstil, 1973.
karena disamping diperoleh mutu yang
lebih baik, harga resin melamin lebih

24
7 PENYEMPURNAAN TOLAK AIR DENGAN FLUOROKARBON
UNTUK KAIN PAYUNG DARI POLIESTER
Ami Sebastian, Ari Rahmasari, Dini Nursari, Dreta Wulandari
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Payung adalah alat atau sarana untuk melindungi diri dari air hujan, sinar matahari dan terkadang
sebagai aksesoris. Kain bahan payung biasanya terbuat dari serat kapas atau serat nylon. Ditinjau
dari penggunaannya sebagai payung hujan, serat kapas mempunyai sifat hidrofil, berat dan
harganya pun cukup mahal. Sedangkan serat nylon mempunyai moisture regain yang lebih tinggi
dibandingkan dengan serat poliester. Dengan mengacu pada hal-hal yang dikemukakan tersebut,
kain poliester yang mempunyai sifat hidrofob, ringan, kuat dan mudah didapat, sehingga diharapkan
dapat lebih menguntungkan untuk dijadikan payung, baik dari segi teknis maupun ekonomis.
Penyempurnaan tolak air yang dilakukan untuk proses penyempurnaan kain payung pada percobaan
ono menggunakan senyawa perfluoro alkil akrilik kopolimer (Aversin KFC-I). Senyawa ini akan
memberikan efek tolak air dengan jalan melapisi permukaan serat-serat penyusun kain dengan suatu
film atau lapisan yang terdiri dari gugus-gugus –CF3, -CF2H atau -CF2 yang sangat rapat dan
memberikan semacam pelindung kimiawi terhadap kemungkinan terjadinya penetrasi air. Hasil
percobaan memperlihatkan jumlah pemakaian optimum untuk penyempurnaan tolak air kain payung
dari poliester 100% adalah sebesar 50 g/l dengan nilai peta pada uji siram 100 dan nilai uji tahan
hujan 8,4%.

Abstract
In this work, we studied the application of perfluoro alkyl acrylic copolymer (Aversin KFC-I), a
water-repellent agent, on 100% polyester fabric. The purpose of the study is to find an optimum
recipe of water-repellent finishing that gives the fabric qualities required by an umbrella. The
material for an umbrella is normally made of nylon or cotton. The latter is in general more expensive
than the former. In addition to cost factor, cotton is normally much heavier than nylon, especially
when gets wet. Polyester may offer some advantages over nylon both technically and economically.
Technically, it has a lower moisture regain, which means that it retains less water than nylon does. It
was found from the experiments that the best result was obtained by the use of 50 g/l Aversin KFC-I.
Spray test showed a value of 100, which means wetting does not take place on the surface of 100%
polyester fabric of concerned.

diharapkan dapat menjadi bahan dasar yang


1 PENDAHULUAN
lebih baik untuk dijadikan payung. Resin tolak
Kebutuhan payung di Indonesia sangat air yang digunakan adalah Aversin KFC-I
besar untuk melindungi tubuh dari sinar yang merupakan senyawa fluorokarbon.
matahari dan hujan. Hal ini menjadi penting Senyawa ini bersifat kompatibel dengan
untuk membuat standar mutu bahan dasar semua jenis serat dan zat-zat kimia lain.
payung, menyangkut jenis dan konstruksi Pengerjaan dengan fluorokarbon memberikan
kain, maupun pemilihan zat tolak air yang efek tolak air dengan jalan melapisi
dapat menolak air dan tahan terhadap permukaan serat-serat penyusun kain dengan
semburan air yang terus-menerus. suatu film atau lapisan yang terdiri dari gugus-
Kain poliester mempunyai sifat hidrofob, gugus -CF3,-CF2H atau -CF2 yang sangat
kuat, mudah didapat dan mempunyai rapat. Lapisan ini akan memberikan semacam
pelindung kimiawi terhadap kemungkinan
kandungan moisture regain yang lebih kecil
terjadinya penetrasi air.
dibandingkan serat kapas dan nylon
25
Percobaan yang dilakukan mempunyai dan dilakukan perendaman perasan dengan
tujuan untuk mengetahui pemakaian resin WPU 70 %. Dilakukan pemanasawetan pada
Aversin KFC-I dalam penyempurnaan tolak suhu 180oC selama 15 detik.
air pada kain poliester 100% ditinjau dari segi
teknis maupun ekonomis. 2.5 Alat dan bahan
Alat utama yang digunakan adalah
2 PERCOBAAN padder untuk mengimpregnasi larutan dan
Untuk mendapatkan payung dari kain steamer untuk proses pemanasawetan lembab.
poliester yang bersifat tolak air perlu Bahan baku utama yang digunakan
dilakukan proses penyempurnaan dengan adalah Aversin KFC-I dengan bahan-bahan
menggunakan senyawa fluorokarbon Aversin pembantu lain, berupa katalis (MgCl2.6H2O),
KFC-I . silikon N-180 dan asam asetat yang
mendukung hasil proses penyempurnaan ini.
2.1 Prosedur
Adapun tahap penyempurnaannya 3 PENGUJIAN DAN ANALISA
sebagai berikut:
3.1 Uji Kekuatan Tarik
1) Perendam perasan
Uji kekuatan tarik dan mulur kain dilakukan
2) Bahan direndam dalam larutan yang pada kain arah lusi dan pakan. Pengujian ini
mengandung Aversin KFC-I , Silikon N- dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
180, MgCl2.6H2O dan asam asetat dengan penambahan konsentrasi resin tolak air
WPU 70 %. terhadap perubahan kekuatan tariknya.
3) Pengeringan awal
3.2 Uji Tahan Air (Spray Test)
4) Pengeringan awal pada suhu 100o C
selama 2 menit. Uji tahan air dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perubahan konsentrasi resin tolak air
5) Pemanas awetan lembab terhadap daya tolak air. Semakin besar daya
6) Dilakukan pemanasawetan lembab pada tolak airnya semakin baik pula hasil
suhu 180oC selama 15 detik. penyempurnaan tolak airnya.
7) Pencucian 3.3 Uji Tahan Hujan
8) Bahan yang telah dipanas awetkan dicuci Uji tahan hujan dimaksudkan untuk
menggunakan sabun kemudian dibilas. mengetahui pengaruh penambahan resin tolak
9) Pengeringan air terhadap % penyerapan air hujan. Semakin
kecil % penyerapannya maka semakin baik
2.2 Kondisi Percobaan 1 hasil penyempurnaan tolak airnya.
30 g/l Aversin KFC-I dilarutkan dengan 4 HASIL DAN DISKUSI
Silikon N-180, MgCl2.6H2O dan asam asetat
dan dilakukan perendaman perasan dengan Dari percobaan pembuatan payung dari
WPU 70 % . Dilakukan pemanasawetan pada kain poliester dengan penyempurnaan tolak air
suhu 180oC selama 15 detik. menggunakan senyawa fluorokarbon Aversin
KFC-I yang telah dilakukan diperoleh hasil-
2.3 Kondisi Percobaan 2 hasil beserta pembahasan sebagai berikut:
50 g/l Aversin KFC-I dilarutkan dengan 4.1 Kekuatan Tarik dan Mulur
Silikon N-180, MgCl2.6H2O dan asam asetat
dan dilakukan perendaman perasan dengan Dari data yang diperoleh dapat diketahui
WPU 70 % . Dilakukan pemanasawetan pada bahwa perubahan konsentrasi resin tolak air
suhu 180oC selama 15 detik. tidak begitu mempengaruhi kekuatan tarik dan
mulur kain. Hal ini disebabkan karena serat
2.4 Kondisi Percobaan 3 poliester pada umumnya tahan pada suhu
tinggi. Faktor lainnya, karena serat poliester
70 g/l Aversin KFC-I dilarutkan dengan
tahan terhadap asam yang terjadi pada saat
Silikon N-180, MgCl2.6H2O dan asam asetat
26
proses pemanasawetan, sehingga kekuatan Pada uji tahan hujan, kain yang tidak
tarik poliester tidak terpengaruh walaupun dikerjakan dengan resin tolak air mempunyai
proses pemanasawetan menghasilkan asam. penyerapan sebesar 58%. Hal ini
menunjukkan bahwa kain tersebut tidak dapat
Tabel 7-1. Pengaruh senyawa tolak air terhadap menahan air hujan. Tetapi setelah kain
kekuatan tarik kain
mengalami proses penyempurnaan tolak air
Kons. Lusi Pakan
dengan senyawa fluorokarbon Aversin KFC-I
Aversin diperoleh nilai penyerapan yang jauh lebih
KFC-I Kekuatan Mulur Kekuatan Mulur kecil.
Tarik (kg) (cm) Tarik (kg) (cm)
(g/l) Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
0 28 5,1 35 7,1
30 25,5 4,3 33 7,1
bahwa semakin tinggi konsentrasi resin yang
50 26 5,1 35 7,2 dipakai maka semakin kecil % penyerapan
70 25 5,4 34 7,1 yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena
gugus fluorokarbon bersifat sebagai gugus
hidrofob yang baik dan berpengaruh sangat
4.2 Daya Tolak Air besar terhadap jumlah volume air yang
Dari data yang diperoleh dapat diketahui berpenetrasi pada sela-sela antara benang. Hal.
bahwa semakin tinggi konsentrasi resin maka Adanya tekanan-tekanan yang disebabkan
semakin tinggi nilai pengujian daya tolak air. oleh tetesan air yang kontinyu pada bahan
Hal ini disebabkan karena dengan poliester dalam waktu yang singkat masih
bertambahnya resin yang digunakan maka dapat ditahan, tetapi setelah beberapa lama
semakin banyak lapisan film yang terbentuk bahan akan menjadi bocor karena adanya
dengan sangat rapat, sehingga air lebih sulit tekanan dari air.
berpenetrasi kedalam kain. Selain itu, karena
terjadinya perbesaran sudut kontak dengan air, 5 KESIMPULAN DAN SARAN
dimana pada bahan yang belum mengalami Dari percobaan yang telah dikerjakan,
proses tolak air nilainya 0, artinya sudut diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
kontak θ lebih kecil dari 900, sedangkan pada
bahan yang mengalami tolak air sudut kontak 1) Penyempurnaan tolak air dengan senyawa
θnya lebih besar dari 900. fluorokarbon Aversin KFC-I memberikan
kemampuan pada kain poliester untuk
Tabel 7-2. Nilai hasil uji siram kain poliester 100% menolak air.
untuk kain payung yang dikerjakan dengan Aversin
KFC-I.
2) Semakin tinggi penggunaan senyawa
fluorokarbon Aversin KFC-I pada kain
Konsentrasi Nilai Uji poliester tidak mempengaruhi nilai
Aversin KFC-I (g/l) kekuatan tariknya.
0 0
30 90 3) Semakin tinggi penggunaan senyawa
50 100 fluorokarbon Aversin KFC-I pada kain
70 100 poliester maka semakin tinggi daya tolak
airnya.

4.3 Daya Tahan Hujan 4) Kondisi optimum dari percobaan


penyempurnaan resin tolak air jenis
Tabel 7-3. Nilai hasil uji tahan hujan (bundesmann) kain fluorokarbon pada kain poliester 100% ini
poliester 100% untuk kain payung yang dikerjakan adalah pada konsentrasi 50 g/l, dengan
dengan Aversin KFC-I. nilai peta pada uji siram 100 dan nilai uji
tahan hujan 8,4%.
Konsentrasi Nilai Uji
Aversin KFC-I (g/l) ______________________
0 58
30 11
50 8,4 Ucapan Terimakasih
70 8,1
Dalam penyusunan makalah ini penulis
mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga pada kesempatan ini penulis
27
mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada: M. W. Ikaney. "Waterproofing Textiles."
1970.
1) Bapak M.Widodo, AT selaku pembimbing
yang telah menyumbangkan pikiran dan
Pramastahu. "Pengaruh Konsentrasi Dan Suhu
mengarahkan penulis dalam penyusunan
Pemanasawetan Pada Penyempurnaan Tolak
makalah ini.
Air Kain Payung Kapas Dengan Senyawa
2) Ibu Ida Nuramdhani, S.SiT selaku Fluorokarbon Dan Peranan Proses Pelapisan
pembimbing yang telah menyumbangkan Terhadap Hasil Akhir." Bandung: Institut
pikiran dan mengarahkan penulis dalam Teknologi Tekstil, 1984.
penyusunan makalah ini.
3) Bapak Sukirman yang telah memberikan Ria Harmini. "Study Perbandingan Beberapa
bantuan selama praktikum. Jenis Zat Tolak Air Pada Penyempurnaan
Kain Payung Nylon." Bandung: Institut
Teknologi Tekstil, 1983.

Soeparman, et. al. "Teknologi


DAFTAR PUSTAKA Penyempurnaan." Bandung: Institut Teknologi
"Teknologi Penyempurnaan Tekstil." Tekstil, 1973.
Bandung: BPPIT, 1998.

Astini Salihima. "Pedoman Praktikum


Pengelantangan dan pencelupan." Bandung:
Institut Teknologi Tekstil, 1978.

28
8 SARUNG BANTAL TAHAN KOTOR DAN ANTI KUSUT
Selly, Sigit, Sri W, Ujang GP
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Sarung bantal merupakan alat pembungkus bantal atau istirahat menghilangkan kelelahan
fisik. Biasanya sarung bantal mudah kotor oleh debu., keringat, kadang minyak dan kotoran
lainnya. Maka dilakukan penyempurnaan dengan menggunakan resin tahan kotor dan anti
kusut jenis senyawa flourokarbon (Oleophobol SL). Bahan yang digunakan yaitu kapas
100%. Biasanya dengan penggunaan resin tersebut pegangan kain kurang baik maka
ditambahkan silikon pada konsentrasi optimum sehingga dapat bekerja untuk memperbaiki
pegangan bahan. Hasil terbaik diperoleh pada pemakaian 30 g/l Olerophobol SL. Kain mula-
mula dibenamperas dengan WPU 60%, lalu dikeringkan pada suhu 1000C selama 2 menit
dan dipanasawetkan pada 1700C selama 45 detik.

Abstract
A pillowslip is a cover for a pillow, made of cotton or other fabric, that can be removed and
washed. It adds an aesthetic value as well as provides protection to the pillow which
otherwise looks dull and may cause some difficulties when gets dirty. The purpose of this
work is to develop a process by which 100% cotton fabric, which is intended for use as a
material for pillowslip, has the ability to resist creasing during its use and to release soil
easily when washed. The type of dirt or soil that develops on a pillowslip normally comes
from the perspiration and dust. In this experiment, we used water- and oil-repellent agent
(Oleophobol SL) to impart soil-release property to the fabric. Silicone-based softener was
added to improve the handle, which normally becomes somewhat stiff if fluorocarbon was
used alone. The treated fabric was subsequently evaluated by its absorptivity, crease-
resistance, stiffness, tensile strength and its fastness to crocking. It was found that the best
result was obtained by treating the fabric with 30 g/l solution of Olephobol SL. The fabric
was first impregnated with the finishing liquor at WPU of 60% and cured at 170°C for 45
seconds.

Untuk membuat kain sarung bantal


1 PENDAHULUAN
yang memiliki ketahanan kotor, pegangan
Karena kebanyakan sarung bantal yang lebih baik. Dibutuhkan suatu bahan
yang dibuat mudah kotor oleh debu, yang memiliki kekuatan tarik, daya serap,
keringat, minyak dan lainnya, maka tahan luntur terhadap keringat, pencucian,
dilakukan penyempurnaan terhadap bahan gosokan serta memiliki perubahan dimensi
agar tahan kotor dan anti kusut dengan lusi dan pakan yang bak maka bahan yang
resin jenis flourokarbon (oleophobol) dan cocok digunakan sebagai bahan pembuat
pelemas silikon untuk memperbaiki sarung bantal tersebut adalah kain kapas.
pegangan.
Pada kain kapas perlu dilakukan
Untuk pembuatan sarung bantal penambahan suatu zat yang menjadikan
dibutuhkan suatu bahan yang memiliki kain bersifat menolak kotoran dan
ketahanan terhadap kotoran dan daya serap memudahkan pelepasan kotoran juga
yang baik terhadap air. memiliki pegangan yang lebih baik
misalnya dngan penambahan resin.

29
Proses yang dilakukan yaitu benam maka kemampuan ketahanan penodaan
peras dengan kecepatan putaran rol kotoran dan kemampuan pelepasan
tertentu. kotoran pada kain menjadi meningkat
karenan rantai flourokabon yang
Ketika kain diberi resin maka resin
terbentuk semakin rapat sehingga tidak
tersebut akan berpolimerisasi membentuk
ada area yang terbuka yang
lapisan film.
memungkinkan kotoran berpenetrasi
2 PERCOBAAN DAN DIAGRAM ALIR langsung ke dalam serat.
Kekakuan kain semakin meningkat
Proses desizing dan scouring simultan
karena semakin banyak resin yang
Desizing/scouring → bleaching → dyeing melapisinya.
dan printing → finish → test → Kemampuan kembali dari lipatan
pembuatan produk.
dimana semakin besar konsentrasi resin
Diagram pencapan semakin besar pula kemampuan kembali
dari kekusutan.
Larutan pasta cap → pencapan → dry →
steaming → washing out. 4 KESIMPULAN
Penyempurnaan tahan kotor 1) Semakin tinggi konsentrasi resin maka
Larutan benam peras → padding → drying semakin anti kotor dan anti kusut.
→ cure. 2) Konsentrasi resin yang digunakan 30
ml/l.
3 HASIL DAN DISKUSI
3) Untuk pencucian berulang tidak
• Pengujian kekuatan tarik dillakukan.
Lusi = 15,5 kg Pakan = 18,5 kg
Ucapan Terimakasih
• Pengujian mulur
Kami sebagai praktikan sangat
Lusi = 1,9 cm Pakan =
mengharapkan sumbangsih kritikan demi
2,1 cm
kebaikan produk kami.
• Pengujian kekakuan Dan kami tak lupa mengucapkan
Lusi = 1,7375 cm Pakan = terima kasih sebesar-besarnya pada :
2,25 cm
• Allah SWT, Tuhan kami.
• Pengujian kemampuan dari lipatan
• Bapak, Ibu dosen praktikum yang
Lusi = 700 Pakan = 700 telah membantu kelancaran kami.
• Pengujian ketahanan gosok • Rekan-rekan praktikan kelompok lain
atas saran dan diskusi hasil praktikum.
Tebal awal = 0,30 cm
Tebal akhir = 0,31 cm
Berat awal = 0,146950 g
DAFTAR PUSTAKA
Berat akhir = 0,147491 g
P. Soeprijono, et al. "Serat-serat Tekstil."
• Pengujian ketahanan kotor Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1975.
Cuci = 7,0313 Tanpa = 7,0313
Ratnasari Nur Hijrinah. "Suatu Studi
Pengaruh penyempurnaan tahan kotor tentang Penyempurnaan Resin Senyawa
terhadap kemamuan pelepasan kotoran Fluorokarbon dengan Penambahan
yaitu dengan peningkatan pemakaian Isopropyl Alcohol Terhadap Sifat Tahan
konsentrasi resin senyawa flourokarbon Kotor Kain Celana Polyester/CDP (50
30
%/50 %)." Bandung: Sekolah Tinggi E. R. Trotman. "Technology of Textile
Teknologi Tekstil, 2002. Bleaching, Dyeing, and Finishing." New
York: Chapman & Hall, 1984.
Soeparman, et. al. "Teknologi
Penyempurnaan." Bandung: Institut
Teknologi Tekstil, 1973.

31
9 TIRAI TAHAN API DAN TAHAN KOTOR DARI KAIN
POLIESTER 100%
Maskur, Muhamad Sofkhal Jamil, Mujib Islani, Risky Rinaldy
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Salah satu perlengkapan rumah tangga yang sangat mengutamakan keindahan dan
kualitasnya adalah kain tirai. Dilihat dari segi manfaatnya tirai adalah sebuah perabotan
rumah tangga yang digunakan sebagai kain penutup jendela dengan fungsi utama
menghindari terpaan sinar matahari atau terpaan angin. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan tirai rumah tangga dengan keunggulan sifat/karakteristik seperti tahan
terhadap api, tahan kotor, serta lipatan permanen yang tetap. Sehingga dari fungsi tirai
tersebut diperoleh tirai yang mempunyai kualitas yang lebih baik sehingga lebih awet dalam
pemakaiannya dan lebih mudah dalam perawatannya. Pada percobaan dilakukan variasi
resin. Dari hasil percobaan dan pengujian diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi
konsentrasi resin yang digunakan maka semakin tinggi pula efek dari peresinan tersebut yang
meliputi tahan api, kekakuan, sudut kembali dan tahan kotor.

Abstract
Curtain is one of the most familiar examples of textile application in interior design and home
decoration. It serves the purpose based on aesthetic as well as functional performance.
Basically it provides a cover for a window to keep the light out or prevent people in the house
from being seen by others outside. In addition to these, curtain must also meet some minimum
requirements in relation to fire hazard; it must not propagate flame in case of fire. This study
was directed toward the application of organic/inorganic salt of phosphor and perfluoro alkyl
acrylic copolymer to obtain flame-retardant and durable-press as well as soil-release fabric
made out of 100% polyester. The higher the concentration of chemicals used in te finishing
the more pronounced the results: flame-retardancy, stiffness, and crease recovery angle
(crease resistance) as well as soil-release ability.

/minyak dari tirai, ketahanan luntur warna


1 PENDAHULUAN
terhadap sinar matahari, dan sifat
Tirai adalah sebuah keindahan yang pemanen (seperti sifat
perabot/pelengkap rumah tangga yang lipatan permanen, sifat drape (jatuh), dan
digunakan sebagai kain penutup jendela ketahanan kusut yang baik).
atau pintu yang tidak permanen (fleksibel)
Hal yang dipermasalahkan adalah
dengan fungsi utama menghalangi
dilihat segi fungsinya, misalnya tirai yang
pandangan langsung dari orang yang
dipasang pada ruang tamu. Banyak tamu
berada di luar ramah ke dalam rumah dan
kita yang datang baik dari orang tua,
melindungi dari terpaan langsung sinar
dewasa atau anak-anak. Pembuangan
matahari yang masuk ke rumah serta
puntung rokok yang sembarangan
hembusan angin dari luar.
sehingga mengenai tirai, maka
Karakteristik yang diinginkan kemungkinan dapat memicu
biasanya adalah ketahanan terhadap nyala kebakaran.Kotoran pada tangan dari sisa-
api, ketahanan terhadap kotoran/minyak, sisa makannya yang mengandung minyak
kemampuan mudah lepasnya kotoran atau kotoran tanah maka tirai tersebut
33
harus mempunyai sifat tahan kotor dan 2.2 Penyempurnaan Lipatan
kemampuan mudah melepas kotoran/ Permanen.
minyak. Jika dilihat dari segi keindahan
Prinsipnya adalah proses
pada lipatan permanent tirai sebagai
penyempurnaan untuk mendapatkan sifat
hiasan.
lipatan permanen pada serat poliester,
Penelitian ini bertujuan untuk dengan membentuk lapisan polimer resin
mendapatkan tirai rumah tangga dengan pada permukaan kain.
keunggulan sifat / karakteristik seperti
Sifat hidrofob dari serat poliester dan
tahan terhadap api, tahan kotor, serta
tidak adanya gugus reaktif serat dan sifat
mempunyai lipatan permanen yang tetap.
kristalinitasnya yang cukup tinggi
Sehingga dari fungsi tirai tersebut
menjadikan resin yang dikerjakan pada
diperoleh tirai yang mempunyai kualitas
bahan poliester tidak masuk ke dalam serat
yang lebih baik sehingga akan lebih awet
melainkan hanya melapisi permukaan
dalam pemakaiannya dan lebih mudah
serat dan berpolimerisasi pada permukaan
dalam perawatannya.
serat saja.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.3 Penyempurnaan Tahan Kotor
Poliester terbentuk secara kondensasi Senyawa Fluoro
menghasilkan polietilen tereftalat yang Fluorokarbon adalah senyawa
merupakan suatu ester dari komponen organik yang sebagian besar atom H pada
dasar asam dan alcohol yaitu asam C –nya disubstitusi oleh atom F. Struktur
tereftalat dan etilena glikol. kimia senyawa fluorokarbon yang pasti
belum diketahui. Senyawa Fluorokarbon
nHOOC COOH + nHOCH2CH2OH menurut Goldstein merupakan polimer
Asam Tereftalat Etilena Glikol atau kopolimer dari Asam vinil perfluoro
dan atau perfluoro ester dari asam akrilat.
[-OC COO(CH2)2 ]n + (2n – 1) H2O
Polyester Pada pemakaiannya, senyawa fluoro
karbon akan berpolimerisasi pada saat
2.1 Penyempurnaan Tahan Api dilakukan proses pemanan awetan dan
membentuk lapisan film. Lapisan atau film
Kain mudah terbakar (flammable)
yang melapisi kain terdiri dari gugus-
adalah kain yang akan terus terbakar,
gugus CF3- , CF2H, atau –CF2 yang sangat
meski tanpa dibantu bila terkena api. Pada
rapat. Lapisan tersebut akan menurunkan
peristiwa pembakaran kain terjadi
nilai tegangan permukaan kritis (critical
dekomposisi kimia serat menghasilakan
surface tention) substrat sehingga
suatu bahan tertentu yang mudah menguap
memberikan perlindungnan secara kimia
dan dapat terbakar. Penyempurnaan tahan
terhadap kemungkinan terjadinya
api diharapkan dapat mencegah tekstil
pengotoran, baik dalam bentuk kotoran
terbakar bila terkena api dan mencegah
dalam air, maupun kotoran dalam minyak.
bara api terus menyala pada sisa
Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada
pembakaran.
gambar dibawah ini.
Zat anti api bertujuan untuk
Molekul-molekul senyawa zat tahan
menangkap udara dari serat dengan
kotor berorientasi sedemikian rupa
membentuk lapisan film dipermukaan dari
sehingga rantai fluoro karbonnya paralel
zat – zat yang mempunyai titik leleh yang
dan gugus metilnya diujung yang lain
rendah, dengan menghasilkan zat anti api
mengarah ke luar permukaan bahan,
seperti amonia, klorin dan lain – lain
sedangkan gugus polarnya dapat
terhadap dekomposisi panas, dan juga oleh
mengadakan ikatan dengan serat di bawah
kelarutan gas pembakaran.
permukaan luar.

34
3 HASIL DAN DISKUSI diabaikan, artinya nilainya sama dengan
nol atau Kontrol.
Tabel 9-1. Hasil pengujian nyala api cara vertikal
kain tirai poliester 100% yang dikerjakan dengan Dengan pencucian, penggunaan resin
Dekaflame tahan api tidak memperbaiki sifat
ketahanan terhadap api. Sebab rsin
PENGGUNAAN DEKAFLAME Dekaflame sifat ketahanan terhadap
Waktu nyala 200 g/l 300 g/l 400 g/l pencucian sangat buruk. Contoh uji
api (detik) mempunyai ketahanan api yang baik (rata-
Pakan Pakan Pakan Pakan Pakan Pakan
1 2 1 2 1 2 rata <1 menit)
Sebelum cuci
< 12“ 22 “ 15 “ < 12 “ 1‘1“ 18 “
3.2 Uji Kekakuan Kain dan Uji Sudut
Sesudah cuci < 12“ < 12 “ < 12“ < 12 “ < 12“ < 12“ kembali dari kekusutan
Kontrol < 12 “
Efek kaku merupakan efek yang
diperoleh dari proses penyempurnaan oleh
Tabel 9-2. Pengaruh resin melamin terhadap
rsin. Semakin besar konsentrasi resin
kekakuan kain tirai poliester 100% maka efek kaku juga semakin besar. Dan
pencucian yang dilakukan setelah
KONSENTRASI peresinan menyebabkan efek kekakuan
RESIN BT 336 (g/l)
Kontrol Panjang Lengkung (cm) pada kain menjadi berkurang sebagai
40 60 80
akibat lepasnya sebagian resin yang telah
1 2,9 4,3 3,8
menempel pada kain setelah pencucian.
Sampel

Lusi Sebelum
3,5 cuci 2 3,4 3,8 4,4

3 4,4 3,0 3,8 3.3 Uji Tahan Kotor Kain


1 2,1 3,3 3,3 Nilai K/S yang kecil menunjukan
Sampel

Pakan Sesudah
2,4 cuci 2 2,4 3,1 4,4 bahwa cahaya yang dipantulkan akan
3 2,3 2,9 3,1 semakin banyak (% reflektansi besar)
sehingga warna kain akan lebih muda, hal
ini menyebabkan kandungan kotoran yang
Tabel 9-3. Ketahanan kusut (CRA) kain tirai
poliester 100% pada berbagai konsentrasi resin
menempel pada bahan akan semakin
melamin sedikit yang artinya bahan akan semakin
mudah melepaskan kotoran.
KONSENTRASI
Nilai Sudut Kembali (o)
RESIN BT 336 (g/l)
Tabel 9-4. Nilai K/S kain-yang-dikotorkan sebelum
Kontrol Bahan Hasil Pengujian 40 60 80
dan sesudah pencucian hasil pengerjaan dengan
138 Muka 1 147 164 159 Oleophobol SL
lusi
Sebelum cuci

141 Muka 2 147 151 157


KONSENTRASI OLEOPHOBOL
142 Muka 1 155 168 154
pakan

Proses K/S SL (g/l)


λ
138 Muka 2 165 154 170 Lanjutan standar
30 50 70
145 Muka 1 159 155 147
Tanpa
lusi
Sesudah cuci

580 5,5404 7,4051 6,5520 6,7130


139 Muka 2 168 157 164 pencucian

141 Muka 1 132 137 127 Dengan


pakan

580 4,6313 7,9566 8,4075 7,5763


Pencucian
140 Muka 2 147 150 125

3.1 Uji Tahan Api 4 KESIMPULAN


Standar perhitungan waktu nyala api Dari hasil diskusi yang telah diuraikan
adalah 12“, artinya waktu a2” adalah di atas maka dengan demikian dapat
waktu waktu nyala api kontak dengan diambil kesimpulan sebagai berikut :
bahan. Sedangkan untuk waktu >12” 1) Semakin tinggi konsentrasi resin yang
adalah waktu penerusan pembakaran. Jika digunakan maka semakin tinggi pula
waktu <12” maka besarnya waktu efek dari hasil peresinan tersebut

35
(tahan api, kekakuan, sudut kembali
dan tahan kotor) DAFTAR PUSTAKA
9) Proses pencucian yang dilakukan A. J. Hall. "Textile Finishing." London:
setelah proses penyempurnaan resin Heywood Books, 1966.
sangat berpengaruh pada penurunan J. T. Marsh. "An Introduction to Textile
efek dari hasil peresinan tersebut. Finishing." London: Chapman & Hall,
10) Nilai k/s yang kecil pada pengujian Ltd., 1957.
tahan kotor menunjukan bahwa
kandungan kotoran pada bahan P. Soeprijono, et al. "Serat-serat Tekstil."
semakin sedikit artinya bahan semakin Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1975.
mudah melepaskan kotoran.
S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat,
11) Konsentrasi resin yang optimal yang Purwanti, Mohamad Widodo. "Teknologi
digunakan pada pecobaan ini adalah : Penyempurnaan." Bandung: Sekolah
- Resin tahan api : 300 g/l Tinggi Teknologi Tekstil, 1998.
- Resin tahan kotor : Bernd Jacob, et al. "Pretreatment and
50 cc/l Finishing of Lyocell Woven Fabrics."
- Resin lipatan permanen : 80 g/l International Textile.3 (1998):

36
10 PENYEMPURNAAN TOLAK AIR PADA KAIN JAKET POLIESTER
KAPAS DENGAN FLUOROKARBON
Esti Yuliani, Fernando S, Fina Dwi N, Ica Yuniarti
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Proses penyempurnaan tolak air adalah proses pembuatan kain agar dapat menahan penetrasi
air, sehingga apabila kain tersebut ditetesi air, air tersebut tidak mudah meresap sehingga kain
tidak mengalami pembasahan. Umumnya kain tolak air dibuat dari serat-serat sintetik 100% yang
diberi zat tolak air, sehingga dapat menahan pembasahan pada kain, tetapi biasanya kurang
nyaman bila dipakai. Sekarang mulai berkembang kain tolak air yang dibuat dari campuran serat
sintetik dan serat alam, sehingga dapat menahan pembasahan, juga terasa nyaman bila dipakai.
Dalam percobaan ini dipakai senyawa berbasis fluorokarbon (Aversin KFC-I) sebagai zat tolak
air, karena senyawa ini mempunyai sifat-sifat yang baik seperti: dapat dipakai pada serat
campuran polyester kapas, memberikan sifat tolak air yang baik, dan tidak berpengaruh terhadap
ketahanan warna. Zat tolak air ini akan berikatan hidrogen dengan gugus OH dari serat selulosa,
sehingga gugus OH tersebut kehilangan kemampuannya untuk berikatan dengan molekul air bila
bahan dibasahi. Penambahan aditif seperti pelemas seringkali dapat mempengaruhi daya serap
bahan sehingga pada penelitian ini juga dilakukan percobaan yang melibatkan pemakaian
pelemas dari jenis silikon (Silicone N-100) pada berbagai konsentrasi. Percobaan
memperlihatkan hasil terbaik diperoleh pada pemakaian fluorokarbon sebanyak 90 g/l tanpa
pelemas.

Abstract
Water-repellent finishing is a chemical process by which a certain kind of textile material is made
resistant to water penetration but at the same time still allows transportation of air. Fabric made
of polyester-cotton is in general considered more comfortable than that of polyester alone. In this
study, fluorokarbon-based chemical (Aversin KFC-I) was used to generate water-repellent
properties on polyester-cotton fabric. This particular chemical has good properties as water-
repellent finish: can be used for polyester-cotton fabric, good water-repellent properties, and does
not change the color of the treated fabric. The addition of additives such as softener to the
finishing liquor often produce an adverse effect to water-repellency, so experiment was also
performed to investigate the effect of silicon type softener (Silicone N-100) to water-repellency.
The data shows that the best result was obtained by the use of 90 g/l Aversin KFC-I without the
addition of softener. Silicone N-100 only slightly improves the handle but it decreases the water-
repellency of the treated fabric, which is obviously observed at higher concentration of Aversin
KFC-I (90 g/l).

Teknik pemyempurnaannya bergantung pada


1 PENDAHULUAN
jenis serat dan kain yang akan diproses serta
Kain tolak air adalah kain yang dapat senyawa kimia yang akan digunakan sebagai
menahan pembasahan atau penetrasi air yang zat tolak air.
jatuh di atas permukaannya, namun demikian
Pengerjaan dengan senyawa fluoro-
masih dapat melewatkan udara. Untuk
karbon memberikan efek tolak air dengan
mendapatkan kain yang tolak air, maka kain
jalan melapisi permukaan serat-serat dengan
harus mengalami penyempurnaan khusus.
suatu lapisan (film) yang teridiri dari gugus-

37
gugus CF atau CF−H yang sangat rapat. pelemas jenis silikon anionik dan Aversin
Lapisan ini akan menurunkan nilai tegangan KFC-I ternyata tidak kompatibel dengan
permukaan kritis zat padat, sehingga senyawa anionik karena dapat menurunkan
memberi semacam perlindungan kimia daya tolak air yang dihasilkannya. Silicone
terhadap kemungkinan terjadinya N-100 masih dapat memperbaiki sifat
pembasahan (penetrasi air). pegangan kain pada pemakaian Aversin
KFC-I konsentrasi rendah (30 dan 60 g/l)
Senyawa ini memberikan daya tolak air
dan tidak memberikan perbaikan pada
jauh lebih baik daripada senyawa
konsentrasi lebih tinggi (90 g/l).
hidrokarbon karena dapat menurunkan energi
permukaan zat padat jauh lebih rendah. Tabel 10-1. Daya tolak air (uji siram) dan kekakuan
Dalam pemakaiannya senyawa fluorokarbon kain poliester-kapas pada berbagai konsentrasi Aversin
dapat dicampurkan dengan zat penyem- KFC-I dan Silicone N-100
purnaan lainnya seperti zat anti kusut, zat
Aversin KFC-I (g/l)
anti mengkeret, dan sebagainya. Konsentrasi
30 60 90
2 PERCOBAAN US 70 80 90
0

Silicone N-100 (ml/l)


K 1,50 1,60 1,60
Kain grey polyester kapas
US 70 80 80
2
K 1,30 1,45 1,60
Pemasakan dan penghilangan kanji US 70 80 80
4
K 1,25 1,30 1,55

Pemantapan panas
Data percobaan memperlihatkan bahwa
hasil tebaik diperoleh pada pemakaian
Aversin KFC-I sebanyak 90 g/l tanpa pe-
Pencelupan
lemas.

Percobaan
4 KESIMPULAN DAN PENUTUP
Aversi 30 – 60 – 90 g/l
Silikon N – 100 0 – 2 – 4 ml/l
Kain jaket poliester kapas dengan daya
Pemanas awetan 180°C, 3 menit tolak air yang baik dapat diperoleh dengan
pemakaian zat tolak air Aversin KFC-I
sebanyak 90 g/l dengan suhu pemanas
Uji siram
Uji tetes awetan 180 oC selama 30 detik tanpa
Uji kekuatan tarik penggunaan zat pembantu yang bersifat
Uji kekakuan anionik karena zat pembantu yang bersifat
Uji daya tembus udara
Tahan luntur zw terhadap gosokan, pencucian, keringat anionik dapat mengurangi daya tolak air dari
Aversin KFC-I . Untuk memperbaiki
3 HASIL DAN PEMBAHASAN pegangan kain sebaiknya digunakan pelemas
Dari hasil pengujian dapat diketahui nonionik.
bahwa semakin besar jumlah pemakaian zat
tolak air maka semakin tinggi pula daya
tolak air yang didapatkan, diikuti dengan
penurunan daya serap, dan kekuatan tarik. DAFTAR PUSTAKA
Kain pun terasa semakin kaku. Di sisi lain,
daya tembus udaranya justeru bertambah P. Soeprijono, et al. "Serat-serat Tekstil."
baik. Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1975.

Hingga pemakaian 4 g/l pelemas Rasyid Jufri, et. al. "Teknologi


Silicone N-100 tidak banyak mempengaruhi Pengelantangan, Pencelupan, dan Pencapan."
daya tolak air. Silicone N-100 adalah Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1976.

38
448)." Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi
S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat, Tekstil, 1999.
Purwanti, Mohamad Widodo. "Teknologi
Penyempurnaan." Bandung: Sekolah Tinggi "Aversin KFC-I For Permanent Stain
Teknologi Tekstil, 1998. Repellent Finishing." Dusseldorf: Henkel,

Joko Handoyo. "Penyempurnaan Tolak Air "Silicon N - 100 A Softening Agent


Pada Kain Poliester Rayon Menggunakan Consisting Of Silicon Oil, Technical
Senyawa Fluorokarbon (Light Guard FR Information." Jakarta: PT. Inkali,

39
11 PENYEMPURNAAN TOLAK AIR UNTUK KAIN PAYUNG DARI
NILON 66
Yanti W, Yayu R, Yullia P
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Senyawa tolak air berbasis fluorokarbon pada pemanasawetan akan membentuk suatu lapisan
tipis atau film berenergi permukaan rendah yang dapat menurunkan tegangan permukaan kritis
zat padat sehingga bersifat tolak air dan tolak minyak. Percobaan ini dimaksudkan untuk
mendapatkan kondisi optimum untuk proses penyempurnaan tolak air pada kain nilon 66
menggunakan senyawa fluorokarbon (Scotchguard). Untuk mendapatkan hasil yang terbaik maka
dilakukan variasi penggunaan zat tolak airnya, yaitu 10 g/l, 20 g/l, dan 40 g/l. Percobaan dan
pengujian memperlihatkan hasil terbaik diperoleh pada pemakaian flurokarbon sebesar 40 g/l .

Abstract
Fluorokarbon-based compound was used in this experiment to obtain water-repellent finish on
nylon (Nylon 66) fabric intended for use as material for umbrella. This compound polymerizes
when cured under suitable condition to form a film of low surface energy which subsequently
lowers the critical surface tension of solid and hence renders it water-repellent and oil-repellent.
The material was treated with finishing liquor containing: 10, 20, and 40 g/l, and then was
subjected to various tests to evaluate the result. It was found that the best result was obtained by
the use of fluorokarbon as much as 40 g/l.

kehidupan manusia terutama karena sifatnya


1 PENDAHULUAN
yang liat, ringan dan memiliki kekuatan
Kebutuhan manusia tidak hanya untuk tinggi. Nylon 66 sebagai bahan baku payung
sandang saja tapi untuk perlindungan tubuh pada percobaan ini diperoleh dari asam
dari panas dan hujan pun diperlukan adipat dan heksametilen diamina yang dapat
sehingga diciptakan payung yang tahan dibuat dengan berbagai cara.
terhadap rembesan air. Untuk menambah
Fluorokarbon adalah senyawa yang
kesempurnaan payung maka dilakukan
mengandung gugus fluor dan karbon.
proses penyempurnaan tolak air dengan
Senyawa fluorokarbon pada dasarnya
senyawa berbasis fluorokarbon (Scothguard)
berfungsi menurunkan energi permukaan
yang dapat memberikan sifat tolak air
bahan tekstil.
permanen pada bahan.
Pada kondisi yang sesuai senyawa 3 PERCOBAAN
fluorokarbon akan berpolimerisasi
Diagram Alir
membentuk lapisan tipis (film) pada
permukaan serat dan menurunkan tegangan Pemasakan
kritis permukaannya, dan sebagai akibatnya
serat bersifat tolak-air dan tolak-minyak. ↓

Pencelupan
2 TINJAUAN PUSTAKA
Serat nilon memiliki kemungkinan ↓
pemakaian yang sangat luas dalam bidang
Persiapan larutan padding

41
↓ maka hasil yang didapatkan akan
semakin baik.
Impregnasi bahan dalam larutan
2) Hasil terbaik diperoleh dari kain payung
↓ dengan penyempurnaan menggunakan
konsentrasi zat tolak air sebesar 40 g/l
Drying 1 menit

↓ Ucapan Terima Kasih


Pemanas awetan Kepada ALLAH SWT, dosen dan
asisten penyempurnaan, rekan-rekan kuliah,
↓ perpustakaan dan seluruh pihak yang terkait
terima kasih atas bantuan, dorongan, dan
Pengujian
dukungannya,
4 HASIL DAN DISKUSI
Peningkatan daya tolak air ini dapat
disebabkan karena pembesaran sudut kontak DAFTAR PUSTAKA
(θ) antara kain dengan air.
"SII 0122-75."
Dari ketiga macam variasi proses yang
dilakukan, hasil yang terbaik diperoleh dari "SII 0168-77."
proses penyempurnaan dengan konsentrasi
zat tolak air yang paling tinggi yaitu pada "SII 0106-75."
konsentrasi 40 g/l. Proses ini rata-rata
menghasilkan daya tembus air yang lebih P. Soeprijono, et al. "Serat-serat Tekstil."
baik di antara kedua proses yang lainnya, Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1975.
namun dilihat dari segi ekonomis hal ini S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat, Purwanti,
cukup memakan biaya sehingga kurang Mohamad Widodo. "Teknologi Penyempurnaan."
efektif dan efisien. Sehingga untuk lebih Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,
memperkecil biaya produksi diambil kain 1998.
dengan proses penyempurnaan tolak air
menggunakan zat tolak air konsentrasi 20 g/l Soeparman, et. al. "Teknologi Penyempurnaan."
Karena pada konsentrasi tersebut film Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1973.
polimer telah terbentuk dan telah melapisi
permukaan bahan melalui proses "Standard Performance Specification For Woven
pemanasawetan. Umbrella." ASTM 1985, Designation D 4112 -
82. ASTM, 1985.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
1) Penyempurnaan tolak air terbukti dapat "SII 0124-75 Uji Siram."
menahan terjadinya perembesan dan
penetrasi air namun masih dapat "SII 0248-79 Kekuatan sobek."
ditembus udara. Semakin besar
"SII 0108-75 uji bundesman."
konsentrasi zat tolak air yang digunakan

42
12 MUKENA KATUN TAHAN KUSUT DAN BEBAS JAMUR DENGAN
DMDHEU DAN ASAM BENZOAT
Anita Anathasia, Anita Ris Herliana, Dian Rosdiana, Elsa Dewi Sulastri
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Mukena adalah peralatan ibadah untuk muslim perempuan. Mengingat kegunaannya itu maka
mukena diharapkan selalu bersih, rapi dan nyaman dipakai. Pada pemakaiannya ada bagian-
bagian tertentu dari mukena yang sering terkena air, terutama bagian yang bersinggungan
dengan bagian tepi wajah pemakai, sehingga seringkali mengundang tumbuhnya jamur yang
menyebabkan timbulnya noda dan mengurangi nilai estetika maupun nilai ibadah pemakai.
Pertumbuhan jamur pada kain kapas juga dapat berakibat berkurangnya kekuatan tarik akibat
enzim yang berasal dari kegiatan metabolisma jamur. Disamping itu, kain kapas juga diketahui
memiliki ketahanan kusut yang rendah. Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut
perlu dilakukan sutu proses yang dapat menghambat pertumbuhan jamur dan meningkatkan
ketahan kusut kain kapas. Pada penelitian ini digunakan zat pengikat silang dari jenis dimetilol
dihidroksi etilena urea (DMDHEU) dan asam benzoat sebagai zat anti jamur. Percobaan
memperlihatkan hasil terbaik diperoleh dengan penggunaan DMDHEU pada konsentrasi 60 g/l
dengan sudut kembali dari kekusutan (CRA) 141,5° dan asam benzoat sebanyak 0,05%..
Pemendaman di dalam tanah selama dua minggu tidak menurunkan kekuatan tarik kain kapas
yang telah dikerjakan dengan asam benzoat 0,05%, sementara kain yang tidak diberi zat anti
jamur mengalami penurunan sebesar 90%..

Abstract
“Mukena” is a praying set for muslimah (muslim women) which covers all but the face and palms
and is worn especially for praying (shalah). As a praying set it must always be clean and
comfortable too. In relation to the latter, cotton fabric is usually the first choice of material for this
particular clothing. There are certain parts that frequently get wet by traces of water left on the
face and hands of the wearer after she takes ablution, especially those that are in contact with the
face. This condition favors the growth of mildew or fungus on the fabric which creates an
unpleasant look and may reduce the strength of the material if left for longer time (people does not
normally wash this particular clothing every day). In this study, we used benzoic acid in
combination with a crosslinking agent, dimethylol dihydroxy ethylene urea (DMDHEU), to inhibit
fungal growth on the fabric and to improve its crease-resistance respectively. The best result was
obtained when using 60 g/l DMDHEU and 0.05% benzoic acid. The crease recovery angle (CRA)
of such treated fabric is 141.5° and it does not lose its strength significantly on two-weeks burial
test. For comparison, untreated fabric loses 90% of its strength after the burial.

sebagai zat anti septik atau anti jamur


1 PENDAHULUAN
bersama dengan dimetilol dihidroksi etilena
Pada kondisi panas dan lembab jamur akan urea (Fixapret CL). Penggunaan zat pengikat
udah sekali tumbuh dan berkembang biak silang pada proses penyempurnaan pada
pada kain kapas. Kegiatan metabolismenya umumnya diketahui juga dapat memberi sifat
akan menghasilkan enzim yang dalam waktu anti jamur pada bahan tekstil.
lama dapat merusak serat kapas. Dalam
percobaan ini digunakan asam benzoat

43
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.3 Dimetilol Dihidroksi Etilena Urea
Yang Dimodifikasi (Fixapret CL)
2.1 Jamur
Senyawa ini merupakan zat pengikat
Jamur merupakan mikroorganisme yang silang dari jenis siklik, hasil modifikasi
tersebar di seluruh bagian bumi. Dalam daur dimetilol dihidroksi etilena urea, yang biasa
hidupnya yang pendek ia dapat bersifat digunakan pada penyempurnaan kain kapas
positif maupun negatif terhadap kehidupan untuk meningkatkan ketahanan kusut dan
organisme lainnya, termasuk manusia. kestabilan dimensinya. Modifikasi
Pertumbuhan jamur sangat dipengaruhi dimaksudkan untuk menekan jumlah
oleh pH, suhu dan kelembaban udara di formaldehida bebas pada batas minimum.
sekelilingnya. Meski belum diketahui pasti Penggunaan senyawa dari jenis ini
kondisi optimum pertumbuhan jamur, secara (Fixapret CL) dipandang sangat efektif
umum dapat diperkirakan sebagai berikut: karena senyawa mampu dan lebih banyak
mengadakan ikatan dengan selulosa daripada
Makanan: protein, karbohidrat, senyawa
dengan sesama monomernya sehingga
karbon, garam-garam anorganik,
kepermanennya juga sangat baik. Senyawa
Air: − ini juga dapat memberikan efek pegangan
lembut dan tahan terhadap pencucian
Kondisi pH: 6 – 8
maupun pengeringan.
Suhu: biasanya 20 - 40°C O O
C C
Hampir semua mikroorganisme yang HOH2C N N CH2OH CH 2OH N N CH 2OH
menyerang sera selulosa tidak memakan HC CH H 2C C OCH
C H
serat secara langsung, akan tetapi mereka OH OH H 3C CH3
mengeluarkan enzim tertentu yang akan (1) (2)
mengubah selulosa menjadi glukosa yang
larut yang kemudian menjadi sumber Gambar 12-2. DMDHEU (1) dan dimetilol-4-metoksi-
makanan mereka. 5,5-dimetilpropilena urea (2, Fixapret PCL)

2.2 Asam Benzoat 3 PERCOBAAN


Asam benzoat sebenarnya tergolong zat Percobaan dilakukan dengan
yang berbahaya, terutama bila terhirup mengerjakan kain kapas 100% yang sudah
masuk ke paru-paru atau terkena mata. Nama dimasak dan dicelup dengan larutan yang
lain asam benzoat adalah Asam benzena mengandung 60 g/l Fixapret CL, dan asam
karboksilat: benzoat pada konsentrasi yang divariasikan
Rumus molekul: C6H5COOH mulai dari 0,025%, 0,05%, dan 0,1%. Ke
dalam larutan tersebut juga ditambahkan
Bentuk fisik: kristal putih/bubuk pelemas dari jenis silikon (Silicone N-100)
Titik didih: 249°C untuk memperbaiki pegangan kain hasil
penyempurnaan.
Titik leleh: 122°C
Kain mula-mula dibenamperas dalam
R1 larutan penyempurnaan dengan WPU 80%,
H2 C COOH
KMnO4.OH-, T tinggi kemudian dikeringkan pada suhu 100°C
H+/H2O
selama 2 menit, dan dilanjutkan dengan
pemanasawetan pada suhu 150°C selama 3
menit.
Gambar 12-1. Asam benzoat Kain hasil proses selanjutnya dievaluasi
kekuatannya (kekuatan tarik cara pita tiras)
sebelum dan sesudah pemendaman di dalam
tanah selama 7 – 14 hari. Ketahanan kusut
dievaluasi berdasarkan sudut kembali dari

44
lipatan (CRA) menurut cara yang ditetapkan Ucapan Terimakasih
dalam SNI (Standar Nasional Indonesia). Dalam penyusunan makalah ini penulis
mendapat bantuan dari berbagai pihak
4 HASIL DAN DISKUSI sehingga pada kesempatan ini penulis
Dari hasil percobaan dan pengujian mengucapkan terimakasih yang sebesar-
dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. besarnya kepada:
1) Bapak Mohamad Widodo, AT. selaku
4.1 Anti Jamur
pembimbing yang telah menyumbangkan
Kain yang dikerjakan dengan asam pikiran dan mengarahkan penulis dalam
benzoat 0,025% ternyata masih mengalami penyusunan makalah ini.
penurunan kekuatan tarik hingga sebesar
2) Ibu Ida Nuramdhani, S.SiT selaku
90% setelah dipendam selama 14 hari.
pembimbing yang telah menyumbangkan
Dengan kata lain, penggunaan asam benzoat
pikiran dan mengarahkan penulis dalam
pada konsentrasi tersebut masih belum dapat
penyusunan makalah ini.
mencegah pertumbuhan jamur dan
melindungi serat dari kerusakan. 3) Bapak Sukirman yang telah memberikan
bantuan dalam pengadaan bahan
Pada pemakaian asam benzoat sebanyak
penyempurnaan.
0,05% dan 0,10% hampir tidak terjadi
penurunan kekuatan tarik. Demi
pertimbangan ekonomis maka pemakaian
asam benzoat optimum adalah pada
konsentrasi 0,05% karena perbedaan DAFTAR PUSTAKA
hasilonya tidak terlalu jauh berbeda. Textile Finishing Manual.: BASF.

4.2 Ketahanan Kusut Ine Hermin (1988). Studi Penyempurnaan Anti


Jamur dan Pengujiannya pada Kain Kapas.
Penggunaan Fixapret CL sebanyak 60
Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
g/l menghasilkan sudut kembali dari lipatan
sebesar 141,5°, lebih besar dari persyaratan S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat, Purwanti,
yang ditetapkan untuk kain tahan kusut, yaitu Mohamad Widodo (1998). Teknologi
135°. Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
5 KESIMPULAN
SII 0106-75.
Dari diskusi di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pengerjaan kain kapas SII 0168-77.
dengan asam benzoat sebesar 0,05% dan zat
pengikat silang Fixapret CL sebanyak 60 g/l SII 0122-75.
telah dapat menghasilkan kain anti jamur
sekaligus tahan kusut sesuai dengan maksud Technical Information.: PT. Inkali
dan tujuan dari penelitian ini.

45
13 KAIN JOK DARI POLIESTER 100% DENGAN
PENYEMPURNAAN TAHAN API DAN TAHAN KOTOR
Tutty Sussy Nelly, Wendi Kartiwan, Yuliyana, Yulia Ratna Wulan
Mahasiswa Kimia Tekstil
Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580

Abstrak
Salah satu bahan yang sering digunakan untuk kain jok adalah poliester karena kekuatannya.
Namun demikian, sifatnya yang hidrofobik membuat poliester sukar melepaskan kotoran, baik
yang dibawa oleh air maupun minyak. Disamping itu, sebagaimana umumnya serat-serat sintetik,
poliester memiliki sifat listrik yang kurang baik, yaitu daya hantarnya lemah sehingga mudah
menimbulkan efek listrik statik dan akibatnya sangat mengganggu kenyamanan pakainya.
Disamping kemudahan dalam perawatan dan kenyamanan pakai, keselamatan merupakan salah
satu faktor yang mendapatkan perhatian semakin besar dari konsumen, dan dalam hal ini kain jok
dituntut untuk memiliki kemampuan menahan dan tidak meneruskan pembakaran saat terjadi
kebakaran. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan kain poliester yang tahan api dan
sekaligus tahan kotor sebagai bahan kain jok. Penyempurnaan tahan kotor dilakukan dengan
menggunakan senyawa tolak air dan tolak air dari jenis kopolimer perfluoro alkil akrilat (Aversin
KFC-I). Kain poliester 100% dikerjakan dengan larutan yang mengandung 10, 20, dan 30%
senyawa fosfor yang mengandung nitrogen (Nicca Fi-None P-100) sebagai zat tahan api dan 2%
kopolimer perfluoro alkil akrilat. Hasil percobaan menunjukkan hasil terbaik diperoleh pada
pemakaian zat tahan api sebanyak 20% dan 2% kopolimer perfluoro alkil akrilat.

maka perlu dilakukan proses penyempurnaan


1 PENDAHULUAN
tahan kotora dan tahan api.
Jok kursi merupakan perabot rumah
tangga yang dimiliki oleh hampir setiap 2 TINJAUAN PUSTAKA
keluarga. Dalam pemakaiannya jok kursi
Pada peristiwa pembakaran serat
jarang sekali mengalami proses pencucian
mengalami dekomposisi kimia yang
sehingga dapat terjadi penurunan penampilan
menghasilkan bahan yang mudah menguap
karena adanya debu, minyak dan kotoran
dan terbakar. Pada saat nyala api padam
lain. Selain itu sering juga terjadi kecelakaan
tersisa sejumlah arang atau karbon.
kebakaran karena rokok yang mengenai kursi
Penyempurnaan tahan api dimaksudkan
yang ternyata menjadi media untuk
untuk mencegah penerusan pembakaran dan
meneruskan pembakaran.
timbulnya nyala pada bara sisa pembakaran
Poliester merupakan jenis serat yang bahan tekstil.
banyak sekali digunakan dalam pembuatan
Penyempurnaan tahan kotor pada bahan
produk tekstil. Kelebihannya antara lain
tekstil dapat dilakukan dengan memberi sifat
terletak pada kekuatan dan kestabilan
tolak air dan tolak minyak, dan senyawa
dimensinya. Sedangkan kekurangannya
yang biasa digunakan adalah dari jenis
adalah hidrofobik dan karenanya mudah
kopolimer perfluoro alkil akrilat. Senyawa
menimbulkan efek listrik statik sehingga
ini akan melapisi permukaan serat dengan
mudah menarik kotoran.
suatu lapisan film yang terdiri dari gugus
Untuk mengatasi kekurangan tersebut CF3 dan CF2H yang sangat rapat. Lapisan ini
(mudah kotor dan sulit dibersihkan) dan akan menurunkan tegangan permukaan kritis
untuk memenuhi persyaratan keselamatan dari serat sehingga memberi semacam

47
pelindung kimia terhadap kemungkinan tahan kotor bahan yang bersangkutan, dan ini
terjadinya penetrasi air atau minyak. dinyatakan dengan nilai ∆E dari hasil
pengukuran spektrofotometer. Pengujian
3 PERCOBAAN memperlihatkan bahwa ketahanan kotor
Kain poliester yang digunakan telah terbaik, yaitu ∆E terkecil, diperoleh pada
pemakaian Nicca-Fi-None P-100 20% dan
mengalami proses persiapan penyempurnaan,
2% Aversin KFC-I.
dimantap-panaskan (heeat set), dan dicelup.
Penyempurnaan tahan api dan tahan kotor Selain hal-hal tersebut di atas, perlu
dikerjakan secara simultan dengan resep pula dikemukakan bahwa penggunaan zat
sebagai berikut: tahan api Nicca Fi-None P-100 tidak
Nicca Fi-None P-100 10-20-30% owf mempengaruhi kekuatan tarik kain. Ini dapat
dilihat dari perbedaan kekuatan tarik yang
Aversin KFC-I 2% tidak signifikan pada setiap konsentrasi.
WPU 60% Dengan mempertimbangkan aspek
teknis dan ekonomis maka hasil terbaik
Pengeringan 100°C, 2 menit
penyempurnaan tahan api dan tahan kotor
Pemanasawetan 170°C, 1 menit pada kain poliester 100% dapat diperoleh
dengan konsentrasi Nicca Fi-None P-100
Pengujian tahan api dan tahan kotor
sebesar 20% dan Aversin KFC-I 2%
masing-masing dilakukan menurut SII No.
0124-75 dan ASTM D 3050-75. Disamping
itu, dilakukan pula uji kekuatan tarik
menurut SII No. 0106-75.
DAFTAR PUSTAKA
4 HASIL DAN DISKUSI 1. Heffner, Lawrence L., and et. al. 1963. A
Study of Oil and Water Repellent
Tabel 13-1. Hasil pengujian tahan api, tahan kotor, dan Surface.
kekuatan tarik kain poliester 100% yang dikerjakan
dengan Nicca Fi-None P-100 dan 2% Aversin KFC-I
2. Hendrodyantopo, and et. al. 1998. Teknologi
Penyempurnaan. Bandung: STTT.
Zat Tahan Api (% owf)
Kriteria Standar
10 20 30
Waktu nyala (s) 4 10 6 5 3. Lubis, Arifin, and et. al. 1975. Teknologi
Nilai siram 0 90 100 100 Persiapan Penyempurnaan.
Sesudah Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
Beda - 4,53 1,45 6,12
Cuci
warna
Sebelum
(∆E*ab) - 6,52 3,05 6,52 4. Moerdoko, Wibowo, and et. al. 1975.
Cuci
Kekuatan tarik (kg) 24 35 33 32 Evaluasi Tekstil Bagian Kimia.
Bandung: ITT.
Hasil percobaan dan pengujian 5. Prasetyo, Reddy. "Penyempurnaan tahan Api
memperlihatkan pemakaian zat tahan api Pada Kain Kapas dengan Campuran
pada konsentrasi 20% memberikan hasil Zat Tahan Api Boraks:DAP (1:1)
terbaik ditinjau dari waktu nyala dan panjang dan Boraks: Asam (7:3)." STTT.
arangnya. Nilai uji siram pada konsentrasi ini
mencapai 100. Artinya, kain dapat menahan 6. Soeprijono, P., and et. al. 1975. Serat-serat
pembasahan dengan sangat baik. Pengujian Tekstil. Bandung: ITT.
tahan kotor dilakukan dengan cara mengotori
bahan dengan kotoran buatan standar lalu 7. Y. R., Emma. 2002. "Suatu Pengamatan
terhadap Pengaruh Suhu dan Waktu
dicuci dan membandingkan hasilnya dengan
Proses Penghilangan Kanji,
bahan standar yang tidak dikotori. Tingkat Pemasakan, dan Relaksasi Simultan
perbedaan antara keduanya sebanding Kain Poliester." Sekolah Tinggi
dengan ketahanan kotor. Semakin kecil Teknologi Tekstil.
perbedaannya berarti semakin baik pula sifat

48
14 ZAT WARNA ALAM UNTUK BAHAN TEKSTIL DARI EKSTRAK
KULIT BUAH MANGGIS
Shinta Citra N, Taufiq F, Wawan G, Yanti W, Yayu R
Laboratorium Kimia Fisika Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272
Telp.: 022 7272580
E-mail: chiu_TF@plasa.com

Abstrak
Pada percobaan ini akan digunakan kulit buah manggis untuk dijadikan bahan dasar dalam
pembuatan zat warna alam, dengan pertimbangan selain untuk memanfaatkan limbah makanan,
juga dilihat dari kandungan kimianya, yaitu memiliki tanin yang bisa digunakan sebagai dasar
pembuatan zat warna. Kulit buah manggis diekstraksi terlebih dahulu sehingga diperoleh larutan
ekstraksi zat warna. Dari ekstrak ini dilakukan pencelupan pada beberapa bahan yaitu kain
kapas, poliester, akrilat dan poliamida. Pencelupan dilakukan dengan menggunakan metode
perendaman biasa dan dengan perendaman iring. Hasil pencelupan yang didapat memiliki warna
variatif dari kuning sampai coklat. Terhadap ekstrak larutan zat warna dlakukan identifikasi,
sedangkan pada hasil pencelupannya dilakukan pengukuran %R dan K/S dan pengujian ketahan
luntur warna terhadap gosokan dan pencucian. Pencelupan dengan kulit buah manggis ternyata
memberikan hasil baik hampir pada semua jenis kain yang diuji. Hal ini disebabkan oleh
kandungan tanin yang memiliki gugus hidroksi dan bersifat polar. Gugus ini dapat berikatan
dengan logam membentuk senyawa mordan. Pada identifikasi zat warna teridentifikasi bahwa
ekstraksi mengadung zat warna asam. Penguatan dengan pengerjaan iring memperlihatkan
bahwa warna semakin kuat dan bervariasi. Ini menunjukkan bahwa zat warna yang terkandung di
dalam kulit buah manggis adalah zat warna mordan dengan ketahanan luntur warna yang baik.

Abstract
In this experiment we explored the possibility of using the extract from the skin of mangosteen,
which is usually regarded food waste, as textile dye. The skin of mangosteen has been known and
used for quite a long time in the leather industry, and is regarded potential for textile dye because
it contains tannin, which is widely known as one of chemical base for dyes. We used the extract to
dye cotton, polyester, acrylic and nylon by exhaust method which is subsequently followed by an
aftertreatment for each of the dyeing process. It gives good coloration to each type of fiber with
colors ranging from yellow to brown. Qualitative analysis shows that the extract from mangosteen
skin has the properties of acid mordant dyes. We suggest that the good coloration results from
polar hydroxy groups of tannin having the capability to form metal complex These groups form
mordant with metals during the aftertreatment, which also improves its washing fastness as well as
enriches its color depending upon the metal used in that particular process.

yang merupakan bahan dasar pembuatan zat


1 PENDAHULUAN
warna.
Kulit buah manggis merupakan
Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk
cangkang yang dibuang oleh orang. Sejauh
mengetahui dan menganalisa kandungan kulit
ini pemanfaatan kulit buah manggis hanya
buah manggis yang dapat diaplikasikan untuk
untuk penyamakan kulit. Pada percobaan ini
mewarnai bahan tekstil dan mengidentifikasinya
akan dicoba pemanfaatan yang lebih jauh,
sebagai suatu jenis zat warna.
yaitu dengan menggunakannya sebagai zat
warna alam. Berdasarkan kandungan
kimianya, kulit buah manggis memiliki tanin

49
Tabel 14-1. Penggolongan tanin tumbuhan

Jangka bobot
Tata nama Struktur Endapan protein
molekul
Tanin-terkondensasi

Proantosianidin♣
Oligomer katekin dan flavan-3,4-diol 1000 – 3000 ++++
(atau flavolan)
Tanin terhidrolisikan
Galotani Ester asam galat dan glukosa 1000 – 1500 +++++
Elagitanin Ester asam heksahidroksi di fenat 1000 – 3000 +++++

Prototanin
Katekin (dan galokatekin)
Prazat tanin 200 – 600 ±
Flavan-3,4-diol

Sumber: J. B. Harborne, 1984, 103

proantosianidin. Tanin ini dapat bereaksi dengan


2 TINJAUAN PUSTAKA
ion logam menimbulkan warna.
2.1 Karakteristik Manggis
3 PERCOBAAN
Manggis (Garcinia Mangostana L)
diduga berasal dari asia Tenggara terutama di Kain yang digunakan dalam percobaan ini
wilayah Indonesia dan dikenal dunia barat adalah kain kapas, poliester, poliakrilat dan
sejak awal tahun 1631. Tanaman ini ditemu- poliamida. Urutan proses yang dilakukan pada
kan tumbuh liar pada lokasi dan tanah yang saat percobaan adalah sebagai berikut:
berbeda-beda (Yacob dan Tindall, 1995). Menentukan kadar air kulit buah manggis
Ukuran tebal kulit buah manggis

mencapai proporsi 1/3 bagian dari buahnya.
Kulit buah manggis sering digunakan ekstraksi kulit buah manggis
sebagai bahan pembuat cat anti karat dan cat
untuk melapisi kayu dinding. Selain itu kulit ↓
buah manggis juga digunakan sebagai bahan
pencelupan cara perendaman tanpa dan dengan iring (60
penyamak kulit. menit, suhu 70 – 800C)

2.2 Kandungan Kimia ↓


Kulit buah manggis banyak
Pengujian
mengandung pektin, tanin katekin, rosin dan
mangostin. Secara kimia terdapat dua jenis (identifikasi zat warna bubuk, pengukuran %R dan K/S,
utama tanin yang tersebar tidak merata dalam pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan dan pen-
cucian)
dunia tumbuhan. Tanin-terkondensasi dan
tanin-terhidrolisis. Penggolongan tanin ini
4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
terdapat pada Tabel 14-1.
Tanin yang terdapat pada kulit buah 4.1 Identifikasi Zat Warna Bubuk
manggis adalah tanin yang terdiri dari Pada identifikasi zat warna bubuk terlihat
katekin (flavan-3,4-diol) yang tergolong bahwa ekstrak kulit buah manggis ternyata
teridentifkasi untuk zat warna asam. Pada
pencelupan dengan ekstraksi kulit buah

Istilah leukoantosianidin (atau leukoantosianin) dahulu manggis, semua bahan dapat dicelup dengan
dipakai secara luas untuk tanin ini, tetapi sekarang baik oleh ekstraksi dan dengan penambahan
penggunaannya terbatas pada flavan –3,4-diol monomer yang
tidak mempunyai kerja tanin.
beberapa macam iring warna yang dihasilkan

50
cenderung berbeda-beda dengan variasi Proses mordan tergantung pada kenyataan
warna dari kuning hingga coklat. bahwa sejumlah elemen logam dapat berfungsi
sebagai penerima (akseptor) terhadap pemberi
Hasil pencelupan yang berbeda-beda
elektron (donor) untuk membentuk ikatan
dan identifikasi zat warna memperlihatkan
karbonat (semi polar). Di dalam ikatan kovalen,
bahwa kandungan kulit buah manggis yaitu
setiap partisipan menghasilkan satu elektron,
salah satunya tanin yang dapat dijadikan
tetapi ikatan koordinat bergantung pada satu
dasar untuk dijadikan zat warna. Tanin
atom lebih pasangan elektron bebas kepada
katekin dengan struktur kimia berupa flavan-
akseptor yang mempunyai lintasan kosong
3,4-diol dapat bereaksi dengan serat untuk
(Isminingsih et al., 1979, hal. 99).
mewarnainya. Tanin memiliki gugus
hidroksi sebagai gugus polar yang apabila Teridentifikasinya ekstrak dengan
dalam medium air dapat mengion dan pengujian zat warna asam menunjukkan bahwa
menjadikan tanin bersifat sedikit reaktif. tanin yang dikandung memiliki gugus polar dan
Apabila logam ditambahkan ke dalam pada pencelupan dengan serat protein tanin akan
larutan ekstraksi maka logam akan bereaksi dengan gugus amina membentuk
membentuk ikatan ionik dengan gugus ikatan-ikatan garam. Selain itu tanin akan
hidroksi dari tanin membentuk senyawa bereaksi dengan protein membentuk kopolimer

16
14
12
10
K/S 8 kapas
6 polyester
4
2 akrilat
0 poliamida
putih tanpa tawas kromat garam besi
iring naftol
Metode celup

Gambar 14-1. Hubungan K/S dengan metoda celup pada berbagai bahan

mordan. mantap yang tidak larut dalam air (reaksi


penyamakan) (J. B. Harborne, 1984, hal. 102).
Tabel 14-2. Hasil identifikasi zat warna pada ekstrak Oleh sebab itu pada identifikasi zat warna
kulit buah manggis
terlihat adanya zat warna asam.
Identifikasi zat
No
warna
Hasil Bahan 4.2 Analisa Spektrofotometri Pada Bahan
1 Zat warna dispersi − Rayon asetat Hasil analisa spektrofotometri
menunjukkan bahwa pengerjaan dengan iring
2 Zat warna belerang − memberikan nilai K/S yang lebih besar
dibandingkan dengan tanpa iring. Dengan
3 Zat warna basa − Akrilat
adanya logam, terjadi penguatan atau
4 Zat warna asam + Wol penambahan daya penetrasi dari tanin untuk
dapat masuk ke dalam serat dan mengadakan
5 Zat warna direk − Kapas
ikatan ionik dengan serat. Sebagaimana
dijelaskan di atas bahwa tanin memiliki gugus
6 Zat warna naftol AS − Kapas
hidroksi sebagai gugus polar yang apabila dalam
medium air dapat mengion dan menjadikan

51
tanin bersifat sedikit reaktif. Apabila logam 5 KESIMPULAN
ditambahkan ke dalam larutan ekstraksi
maka logam akan membentuk ikatan ionik Setelah melakukan percobaan, pengujian
dan analisa dapat disimpulkan beberapa hal
dengan gugus hidroksi dari tanin membentuk
sebagai berikut :
senyawa mordan.
Kulit buah manggis dapat mewarnai bahan
Hasil pengukuran %R dan K/S
memperlihatkan bahwa hasil terbaik untuk tekstil secara permanen sehingga dapat
bahan kapas diperoleh pada pengerjaan iring digunakan sebagai zat warna alam.
dengan besi (Gambar 14-1) Zat warna yang terkandung dalam kulit
buah manggis adalah zat warna mordan.
4.3 Ketahanan Luntur Warna
Hasil dari pewarnaan dengan kulit buah
Tabel 14-3 Ketahanan gosok dan cuci hasil celupan manggis memiliki ketahanan luntur yang baik.
ekstrak kulit manggis dengan berbagai pengerjaan iring

Pengujian Gosokan
Ucapan Terima Kasih
Pencucian
Kering Basah Kepada dosen dan asisten kimia zat warna,
rekan-rekan kuliah, perpustakaan dan seluruh
Staining Staining Staining Grey
scale scale scale scale
pihak yang terkait terima kasih atas bantuan,
Metode
dorongan, dan dukungannya,
Tanpa iring 4 4 4 4
Tawas 4 4 4 4-5

Kromat 4 4-5 4 4-5


DAFTAR PUSTAKA
Garam
4 4 4-5
naftol Rasyid Jufri, et. al. "Teknologi Pengelantangan,
Besi 4 4-5 4 4-5
Pencelupan, dan Pencapan." Bandung: Institut
Teknologi Tekstil, 1976.

Estiti B. Hidajat. "Morfologi Pertumbuhan Bunga


Dilihat dari data pengujian ketahanan dan Buah Pada Mangostin (Garcinia Mangostana
luntur warna terlihat bahwa pencelupan L)."
dengan menggunakan ekstrak kulit buah
manggis memiliki tahan luntur warna yang Rahmat Rukmana. "Budidaya Manggis."
baik. Ini membuktikan bahwa kandungan Yogyakarta: Kanisius, 1995.
yang terdapat pada kulit buah manggis dapat
digunakan sebagai zat warna alam. Isminingsih G. et. al. "Pengantar Kimia Zat Warna."
Bandung: Institut Teknologi Tekstil, 1979.
Hal ini dapat disebabkan oleh tanin
yang berikatan dengan serat. Ikatan yang J. B. Harborne. "Metode Fitokimia Penuntun Cara
terjadi dapat berupa ikavalen kovalen, ikatan Modern Menganalisis Tumbuhan." Bandung: ITB,
ionik, ikatan hidrogen, atau ikatan van der 1984.
Walls. Ikatan-ikatan ini menyebabkan serat
"www.dweckdata.com/published/Natural_ingredients
terwarnai secara permanen.
_forcoloring_and_styling.htm."

www.idionline.org / obat-obat tradisional / Garcinia


Mangostana L.

52
15 MIRABILIS JALAPA L , PEMANFAATAN DAN
PENGEMBANGANNYA UNTUK ZAT WARNA ALAM
Indri Eka Putri, Noerlina, Prihartini
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Laboratorium Kimia Fisika Tekstil
Jl. Jakarta No. 31, Bandung 40272, Telp.: 022 7272580

Abstrak
Kembang pukul empat (Mirabilis Jalapa L) merupakan tumbuhan semak semusim dengan tinggi
50-80 cm. Daunnya mengandung zat-zat kimia seperti saponin, flavonoida dan tannin yang dapat
menghasilkan warna alam. Flavonoida merupakan kelompok flavonol turunan senyawa benzena
yang dapat digunakan sebagai senyawa dasar zat warna alam. Pada percobaan ini ekstraksi dari
daun kembang pukul empat dibuat menjadi bubuk dan digunakan untuk mencelup kapas, nilon,
poliester dan akrilat. Proses pencelupan dilakukan dengan cara perendaman selama 1 jam pada
suhu mendidih diikuti dengan proses iring menggunakan FeSO4, garam kuning, tawas, dan kalium
bikromat selama 15 menit pada suhu 80 0C. Hasilnya terjadi penodaan pada kain kapas dan
poliester sedangkan kain nilon dan akrilat terwarnai dengan kuat. Pengujian terhadap hasil celup
memperlihatkan ketahanan luntur yang baik terhadap pencucian dan gosokan. Identifikasi zat
warna menunjukkan hasil ekstrak dari daun kembang pukul empat tergolong ke dalam zat warna
asam.

Abstract
“Kembang pukul empat” or Mirabilis Jalapa L is a seasonal small plant (bush), 50-80 cm high. Its
leaves contain saponin, flavonoida and tannin which is very useful as source for natural dyes.
Flavonoida, especially flavonol, is one of benzene derivatives that can be used to dye textile
material. We used the extract from the leaves of “kembang pukul empat” to dye cotton, nilon,
poliester, and acrylic to study its dyeing properties. Cloth of cotton, nilon, poliester and acrylic
were immersed in the extract solution at boiling temperature for 1 hour, and was subsequently
aftertreated with FeSO4, salt yellow, alum, and potassium bichromate at 80 0C for 15 minutes.
Cotton and poliester is slightly stained whereas nilon and acrylic is highly coloured. The dyeing
shows good washing as well as good rubbing fastness. The dye identification shows that the dye
obtained from the extract of Mirabilis Jalapa L belongs to the acid dyes group. We also obtained
some powder out of the extract.

Dari kandungan kimianya maka


1 PENDAHULUAN
kemungkinan daun Mirabilis Jalapa L dapat
Mirabilis Jalapa L atau yang biasa mewarnai bahan tekstil, karena flavonoida
dikenal dengan kembang pukul empat terutama kelompok flavonol merupakan turunan
merupakan tanaman yang tumbuh di habitat dari senyawa benzena dan merupakan senyawa
semak sehingga tanaman ini tidak aromatik yang dapat digunakan sebagai senyawa
berdayaguna seperti jenis bunga lainnya, dasar zat warna.
misalnya mawar atau melati yang dapat
Pada percobaan ini kami akan menganalisa
dimanfaatkan untuk parfum ataupun tanaman
daun kembang pukul empat sebagi zat warna
hias yang memiliki nilai jual yang tinggi.
alam atau hanya sebagai pigmen warna saja.
Tanaman ini memiliki daun tunggal segitiga
Maksud dan tujuan percobaan ini adalah
dengan panjang 5-8 cm, lebar 5-10 cm
memanfaatkan dan mengembangkan daun
dengan ujung yang meruncing, pangkal
kembang pukul empat yang tadinya merupakan
tumpul, tepi rata, tulang daun menyirip dan
tanaman yang tidak berdaya guna menjadi
warna hijau keputihan. Daunnya
berdaya guna karena mempunyai kemampuan
mengandung saponin, flavonoida dan tanin.
untuk mewarnai bahan sebagai zat warna asam,

53
sehingga dapat menambah dan memperkaya atau kebiruan, bergantung pada antosianin dan
jenis-jenis zat warna alam yang ada. pH vakuola tempat mereka terhimpun.
Pada posisi 3 selalu terglikosilasi oleh
2 TINJAUAN PUSTAKA
glukosa, galaktosa, ramnosa, xilosa-glukosa,
Struktur dasar flavonoid dapat diubah ramnosa-glukosa atau glukosa-glukosa. Pada
sedemikian rupa sehingga terdapat lebih posisi 5 kadang terglikosilasi oleh glukosa
banyak ikatan rangkap yang menyebabkan sedangkan posisi 7 hampir tidak pernah
senyawa tersebut menyerap cahaya tampak terglikosilasi.
dan ini membuatnya berwarna.1
Flavonol dan flavon berhubungan dekat
2' 3'
8 1 dengan antosianin, tapi berbeda dalam hal
O
7
2
B 4' struktur cincin tengah yang mengandung
A
6 6' 5'
oksigen. Sebagian besar flavon atau flavonol
5 4 merupakan pigmen berwarna kekuningan atau
gading . Molekul flavon dan flavonol juga terse-
Gambar 15-1. Struktur dasar flavonoida bar luas didaun.
Garis tebal yang mengelilingi cincin B O
dan tiga karbon cincin tengah menunjukkan B
A
bagian flavonoid yang berasal dari lintasan
asam siklamat. Cincin A dan oksigen bagian
O
tengah berasal seluruhnya dari unit asetat
yang disediakan oleh asetil Ko A. Gugus (a)
hidroksil hampir seluruhnya terdapat di
flavonoid, khususnya pada cincin B di posisi
3’ dan 4’ atau di posisi 5 dan 7 pada cincin O
B
A atau pada posisi 3 cincin tengah. Gugus A
hidroksil ini merupakan tempat menem- OH
pelnya berbagai gula yang meningkatkan O
kelarutan flavonoid dalam air. 2
Gambar 15-3. Flavon (a) dan flavonol (b)
3'
HO O
7 B 4' Cahaya, khususnya pada panjang
A 3 gelombang biru dapat meningkatkan
5'
5
OH pembentukan flavonoid yang juga dapat
OH meningkatkan resistensi tanaman terhadap
radiasi UV.
Gambar 15-2. Struktur dasar antosianin (ion flavinium)
3 PERCOBAAN
Ada tiga kelompok flavonoid yang amat
menarik perhatian dalam fisiologi tumbuhan 3.1 Pembuatan Zat Warna Bubuk
yaitu antosianin, flavonol, dan flavon.
Antosianin adalah pigmen berwarna merah, Daun Kembang pukul empat (Mirabilis
ungu, dan biru. Warna antosianin pertama- Jalapa L ) ditimbang sebanyak 1,5 kg, lalu
tama bergantung pada gugus pengganti yang dimasukkan ke dalam air sebanyak 15 liter, dan
terdapat dicincin B. Kedua, antosianin sering dididihkan sampai terbentuk larutan ektraksi.
berhubungan dengan flavon atau flavonol Larutan tersebut selanjutnya disusutkan hingga
yang menyebabkan warnanya mejadi lebih sepertiga bagian, kemudian ditiriskan, disaring
biru. Ketiga, antosianin berhubungan satu dan dikeringkan filtratnya dalam oven hingga
sama lain, khususnya pada konsentrasi tinggi terbentuk bubuk zat warna, kemudian
dan ini dapat menyebabkan efek kemerahan distabilkan dalam eksikator.

1,2
Salisbury, B. Frank & Ross, W. Cleon. Fisiologi
Tumbuhan jilid 2. ITB. Bandung. 1995

54
3.2 Pencelupan ke hijau, sedangkan untuk kain poliester dan
kapas dengan kerja iring dan tanpa iring hanya
Bahan dicelup dengan larutan ekstrak
menodai kain dan warnanya mengarah ke abu-
dengan perbandingan larutan (liquor ratio)
abu.
1:30 pada suhu mendidih selama 1 jam,
selanjutnya dilakukan pengerjaan iring Mekanisme utama dalam pencelupan serat
dengan FeSO4 , garam kuning, tawas dan nilon adalah pembentukan ikatan garam dengan
kalium bikromat. Kain hasil pencelupan gugusan amino dalam serat. Ikatan yang
selanjutnya dibilas, dicuci panas dan dicuci mungkin terjadi antara zat warna dengan serat
dingin, lalu disabun sebelum akhirnya dibilas adalah ikatan elektrovalen (ionik). Di dalam
dan dikeringkan. larutan, gugus amina dan karboksilat pada nilon
akan terionisasi. Bila kedalamnya ditambahkan
3.3 Alat dan Bahan suatu asam, maka ion hidrogen asam langsung
Bahan baku utama yang digunakan berikatan dengan ion karboksilat pada nilon
adalah daun kembang pukul empat dengan sehingga terjadi gugusan ion ammonium bebas
FeSO4 , garam kuning, tawas dan kalium yang memungkinkan terbentuk ikatan ionik
bikromat untuk pengerjaan iring. Bahan dengan zat warna.
tekstil terdiri dari kain kapas, poliester, nilon, Zat warna daun kembang pukul empat
dan akrilat. Disamping itu juga digunakan dapat dipandang sebagai senyawa asam lemah,
kain rajut multifiber (rayon, nilon dan ionisasi zat warna dalam air cenderung
poliakrilat). bermuatan negatif. Dengan penambahan asam
pada uji zat warna bubuk terbukti bahwa
3.4 Identifikasi Zat Warna dan Pengu- penyerapan zat warna terhadap serat lebih besar.
jian Ketahanan Luntur
Identifikasi zat warna dilakukan 4.2 Hasil Uji Tahan Luntur Zat Warna
menurut standar AATCC untuk mengetahui terhadap Gosokan
jenis dan golongan zat warna yang dihasilkan Ketahanan luntur zat warna terhadap
dari ekstrak daun Kembang Pukul Empat. gosokan basah mempunyai nilai yang lebih
Pengujian ketahanan luntur warna dilakukan rendah dibandingkan dengan gosokan kering.
menurut SII 0115-75 (gosokan) dan SII 011- Hal ini disebabkan karena dengan adanya
75 (pencucian). medium air maka molekul zat warna akan ikut
terbawa oleh air, atau dapat dikatakan di sini ter-
3.5 Analisa Spektrofotometri jadi proses imbibisi. Selain itu air juga
Untuk mengetahui daya celup ekstrak menyebabkan penggembungan pada serat
daun Kembang Pukul Empat maka dilakukan sehingga molekul zat warna akan lebih mudah
analisa spektrofotometri yang melibatkan keluar saat penggosokan.
pengukuran reflektansi dan nilai K/S hasil
Tabel 15-1. Ketahanan gosok hasil celupan daun kembang
pencelupan. pukul empat dengan berbagai pengerjaan iring.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai penodaan


Bahan Nilon
Kering Basah
4.1 Hasil Pencelupan
Tanpa iring 4-5 3-4
Identifikasi zat warna yang dilakukan
Iring FeSO4 4 3-4
terhadap bubuk yang diperoleh dari ekstrak
daun kembang pukul empat memperlihatkan Iring garam kuning 4-5 4
kemungkinan zat warna tergolong sebagai Iring tawas 4 4
zat warna asam, karena pada pengujian Iring K2Cr 2O4 4-5 3-4
didapat hasil pencelupan wol tua dalam
larutan asam asetat. Pencelupan dengan
ekstraksi daun kembang pukul empat pada Nilai penodaan yang diperoleh baik unuk
kain nilon dan akrilat setelah iring dan tanpa gosokan kering maupun basah dengan berbagai
iring mewarnai kain dan warnanya mengarah macam iring menunjukkan hasil yang baik.

55
4.3 Hasil Uji Tahan Luntur Zat Warna 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP
terhadap Pencucian
Dari hasil percobaan dan penelitian yang
Nilai ketahanan luntur zat warna terhadap telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
pencucian dengan sabun netral untuk kain berikut :
nilon mempunyai nilai rata-rata yang lebih
1. Identifikasi zw bubuk menunjukkan zw
tinggi dibandingkan dengan kain kapas. Hal
ini disebabkan karena adanya ikatan yang terkandung pada daun kembang
elektrovalen yang terjadi antara zat warna pukul empat adalah zat warna asam
dengan serat nilon, dimana ikatan tersebut dengan konsentrasi 0,0015 g/l.
jauh lebih kuat bila dibandingkan dengan 2. Zat warna dari daun kembang pukul
ikatan hidrogen atau gaya-gaya Van der empat dapat digunakan untuk mencelup
Waals pada serat kapas. akrilat dan nilon, tapi nilon memiliki
K/S zat warna yang lebih tinggi
Tabel 15-2. Ketahanan luntur terhadap pencucian hasil daripada akrilat. Warna yang dihasilkan
celupan ekstrak daun kembang pukul empat dengan
berbagai pengerjaan iring
mengarah ke warna hijau.
3. Nilai penodaan pada uji tahan gosok
Nilai penodaan
Bahan Nilon kain nilon yang tercelup pada keadaan
Kapas Nilon kering lebih besar daripada saat
Tanpa iring 4-5 3-4 basahnya dan penodaan pada uji tahan
Iring FeSO4 4-5 4
cucinya memiliki nilai rata-rata yang
lebih besar dari kain kapas.
Iring garam kuning 4-5 3
Iring tawas 4 3-4
Ucapan Terima Kasih
Iring K2Cr 2O4 4 4
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
ditujukan kepada Ibu Ida Nuramdhani, S.Si.T.
4.4 Analisa Spektrofotometri dan Bapak Mohamad Widodo, AT, M.Tech atas
bimbingan dan dukungannya serta kepada
Hasil uji spektrofotometri pada panjang teman-teman sekalian atas dukungan dan ker-
gelombang maksimum 400 nm jasamanya.
menunjukkan harga K/S kain nilon yang
tercelup dengan iring tawas yaitu 5,2724. Ini
berarti zat warna yng terserap kedalam kain
nilon pada pencelupan dengan iring tawas DAFTAR PUSTAKA
lebih banyak, hal itu mungkin terjadi karena
molekul zat warna yang berikatan dengan J. B. Harborne. "Metode Fitokimia Penuntun Cara
logam Al dari tawas di dalam serat lebih Modern Menganalisis Tumbuhan." Bandung: ITB,
1984.
besar sehingga zat warna tidak keluar lagi
pada saat proses pencucian. Widayat, et al. "Serat-serat Tekstil." Bandung:
Institut Teknologi Tekstil, 1973.
Tabel 15-3. Pengaruh pengerjaan iring terhadap nilai
ketuaan warna hasil celupan daun kembang pukul
empat Handy Setiawan. "Suatu Studi Mengenai
Kemungkinan Pencelupan Kain Kapas Dan Nilon
Bahan Nilon Nilai K/S Dengan Zat Warna Alam Hasil Ekstraksi Kulit
Bawang Merah." Bandung: STTT, 1986.
Tanpa Iring 2,9204
Iring FeSO4 2,9644 Nono Chariono Ch. "Pedoman Praktikum
Iring garam kuning 3,4504
Pencelupan IV Pengukuran Warna dan Percampuran
Warna." Bandung: STTT,
Iring tawas 5,2724
Iring kalium bikromat 3,0084 B. Frank Salisbury & W. Cleon Ross. "Fisiologi
Tumbuhan 2." Bandung: ITB, 1995.

56
16 PEMBUATAN SABUN CAIR DENGAN BAHAN DASAR ALKIL
BENZENA SULFONAT
Arif Wibisana dan Budiyono
Mahasiswa Jurusan Kimia Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31 Bandung 40272
Telp. 022 7272580
Fax 022 7271694

digunakan biasnya dari jenis anionik dan


1 PENDAHULUAN
menghasilkan sabun dalam bentuk cair.
Penggunaan sabun dalam kehidupan
Makalah ini akan menjelaskan cara
sehari-hari sudah tidak asing lagi, terutama
pembuatan sabun dari golongan yang kedua,
sesuai dengan fungsi utamanya, yaitu sebagai
yaitu dari zat aktif permukaan. Zat aktif
pencuci. Berbagai jenis sabun ditawarkan
permukaan adalah suatu zat yang dapat
oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan
mengubah tegangan permukaan suatu
masyarakat mulai dari sabun cuci (krim dan
larutan. Sifat-sifat khusus ZAP adalah
bubuk), sabun mandi (padat dan cair), sabun
pembasahan, daya busa, dan daya emulsi.
tangan (cair), serta sabun pembersih
peralatan rumah tangga (cair dan krim). Zat aktif permukaan anionik adalah zat
aktif permukaan yang akan terionisai dan
Membuat sabun sebetulnya bukanlah
membawa muatan negatif bila dilarutkan
suatu pekerjaan yang terlalu sulit untuk
dalam air. Salah satu contohnya adalah alkil
dilakukan karena selain mudah
benzena sulfonat.
pengerjaannya, biaya pembuatannya pun
relatif murah dengan bahan-bahan yang Senyawa ini memiliki rantai lurus
mudah pula didapat. Mengingat hal tersebut panjang yang bercabang dan dibuat dengan
dan perannya yang begitu penting dalam mereaksikan parafin dengan benzena.
kehidupan masyarakat sehari-hari membuat Beberapa sifatnya yang terpenting adalah :
sabun sendiri dapat dipandang sebagai suatu
− tahan sadah karena tidak mengandung
kegiatan ekonomi yang bisa cukup
gugus karboksilat dan
menguntungkan, baik untuk penghematan
maupun untuk menambah penghasilan bila − tahan asam maupun alkali.
dikelola dengan baik dalam bentuk industri
Sebagai contoh misalnya alkil benzo natrium
rumah tangga.
sulfonat.
2 PENGGOLONGAN SABUN
3 PENCUCIAN
Ditinjau dari bahan dasarnya sabun
Pencucian adalah proses membersihkan
dapat digolongkan ke dalam dua kelompok
suatu permukaan benda padat dengan
besar, yaitu:
bantuan larutan pencuci melalui suatu proses
1) Sabun yang dibuat dari asam lemak dan kimia-fisika yang disebut deterjensi. Sifat
logam yang digaramkan. Logam yang utama dari kerja deterjensi adalah
digunakan biasanya dari jenis logam membasahi permukaan yang kotor kemudian
alkali, misalnya natrium dan kalium. melepaskan kotoran. Pembasahan berarti
Jenis sabun yang dihasilkan di antaranya penurunan tegangan permukaan dan antar
adalah sabun mandi padat dan krim. muka padatan-cair. Pencucian atau
2) Sabun yang dibuat dari bahan dasar zat penglepasan kotoran berlangsung dengan
aktif permukaan (ZAP). Jenis ZAP yang jalan mendispersikan dan mengemulsi
kotoran, lalu dengan bantuan aksi mekanik

57
kotoran menjadi terlepas dari permukaan untuk mengemas sabun yang dihasilkan
benda padat. Kotoran padat dapat melekat (botol-botol).
karena adanya pengaruh: ikatan minyak,
Bahan yang digunakan adalah:
gaya listrik statik, dan ikatan hidrogen.
1) Alkil benzena sulfonat (ABS)
Penambahan sedikit alkali membantu
daya deterjensi dari sabun, tetapi dapat 2) Soda kostik (NaOH)
mendorong terjadinya hidrolisa. Alkali 3) Zat pemberi busa (Texapon)
digunakan untuk menjaga pH larutan.
Deterjen cair biasanya menggunakan bahan 4) Garam dapur (NaCl)
pelarut organik sebagai pelengkap dan 5) Zat warna direk
penambah daya deterjensi dan diperlukan
untuk kotoran-kotoran yang sulit dihilangkan 6) EDTA
atau berlemak. 7) Pewangi: Jasmine, Blueberry, Lemon,
Rose
4 ZAT PEMBANTU DAN PENGISI
Dalam pembuatan sabun peran zat pembantu 5.2 Cara Kerja
dan pengisi sangat besar karena akan sangat
5.2.1 Sabun Pencuci Cair
menentukan mutu dan kenampakan sabun
yang akan dijual. Zat-zat yang biasa Resep
digunakan adalah:
Larutan induk : 67%
1) Garam, berfungsi sebagai pengental. Zat pembusa : 7%
Semakin banyak jumlah garam yang Garam dapur : 1%
ditambahkan ke dalam larutan persiapan Zat warna : secukupnya
sabun maka sabun yang dihasilkan akan Pewangi : 0,5%
semakin kental. Air : 24,5%
Total 100%
2) Alkali, pengatur pH larutan sabun dan
penambah daya deterjensi.
Larutan induk
3) Zat pemberi busa, untuk meningkatkan
ABS : 24%
daya busa. Adanya busa menjamin hasil
Soda kostik : 6%
pencucian yang bersih, sebab tanpa busa
Air : 70%
kemungkinan besar sabun telah
Total 100%
mengendap sebagai sabun kalsium atau
sabun tidak larut lainnya.
Cara Kerja
4) EDTA, sebagai pengikat logam sadah
dan pengawet. 1) Mula-mula larutan induk disiapkan
sebanyak 1000 ml. 240 ml larutan ABS
5) Pewangi, untuk memberikan aroma
dimasukkan ke dalam 700 ml air sambil
tertentu sesuai selera dan meningkatkan
diaduk-aduk, lalu ditambahkan ke
daya tarik serta daya jual sabun.
dalamnya larutan soda kostik sebanyak
6) Zat warna, memberi warna pada sabun 60 ml. Pengadukan dilanjutkan hingga
agar mempunyai penampilan menarik. diperoleh larutan homogen.

5 PEMBUATAN SABUN 2) Untuk membuat sabun mula-mula zat


warna dimasukkan ke dalam air sesuai
5.1 Alat dan Bahan dengan resep yang telah ditetapkan dan
diaduk hingga terlarut sempurna.
Alat-alat yang digunakan adalah alat-
alat sederhana seperti: piala gelas atau wadah 3) Selanjutnya ke dalam larutan zat warna
apapun yang dapat digunakan untuk ditambahkan berturut-turut zat pembusa,
mencampur larutan persiapan sabun asalkan garam dapur, larutan induk, dan pewangi
bersih, alat timbangan, pengaduk, dan wadah

58
sambil terus diaduk-aduk hingga bahwa membuat sabun tidak sesulit yang
diperoleh larutan homogen. dibayangkan. Bahan-bahannya pun relatif
mudah didapat dan murah. Dengan
5.2.2 Sabun Tangan Cair menggunakan bahan dasar yang lebih ramah
Resep lingkungan dan sedikit modifikasi resep
untuk mendapatkan sifat dan kenampakan
ABS : 9% yang diinginkan, membuat sabun cair baik
Zat pembusa : 2% untuk cuci pakaian maupun cuci tangan
Garam dapur : 20% sangat mungkin untuk dilakukan pada skala
EDTA : 0,4% rumahtangga sebagai usaha penghematan
Zat warna : secukupnya maupun industri rumahtangga untuk
Pewangi : 0,5% menambah penghasilan.
Air : 24,5%
Total 100%

Cara Kerja DAFTAR PUSTAKA


1) Mula-mula zat warna dimasukkan ke 1. Surfactants: A Comprehensive Guide. 1983
dalam air dan diaduk-aduk hingga 1st ed. Japan: Kao Corp.
terlarut sempurna.
2. Fujimoto, T. 1981. New Introduction to
2) Berikutnya ke dalam larutan tadi Surface Active Agents. Japan: Sanyo
ditambahkan berturut-turut EDTA, ABS, Chemical Industries, Ltd.
zat pembusa, garam dapur, dan pewangi
sesuai resep yang telah ditentukan sambil 3. Haerani, Dian. 2002. "Perbandingan Hasil
selalu diaduk pelahan hingga diperoleh Pencucian Menggunakan Larutan
larutan homogen. Sabun dan Natrium Hidrosulfit
dengan Larutan Sabun Tanpa
Natrium Hidrosulfit pada Hasil
6 HASIL DAN DISKUSI
Pencelupan Poliakrilat dengan Zat
Beberapa hal yang dapat dikemukakan Warna Kationik." Sekolah Tinggi
dari hasil pembuatan sabun sebagaimana Teknologi Tekstil.
diterangkan di atas adalah bahwa
penggunaan ABS ternyata kurang 4. Tamzil, Panji Ahmad. 1975. "Pengaruh
Pencucian dengan Sabun dan
memberikan hasil yang memuaskan karena
Deterjen Ditambah Pelemas
ABS memiliki warna dasar (coklat) yang Kationik Terhadap Daya Serap Kain
mengganggu penampilan warna sabun yang Handuk Kain Kapas." Institut
dihasilkan. Disamping itu, penggunaan ABS Teknologi Tekstil.
juga kurang baik ditinjau dari aspek
pelestarian lingkungan karena senyawa ini
sulit didegradasi oleh alam sehingga akan
tinggal dan menumpuk di badan-badan
sungai menimbulkan pencemaran
lingkungan. Sebagai gantinya bisa digunakan
lauril alkil sulfonat (LAS) yang lebih mudah
dibiodegradasi.
Pengujian pH memperlihatkan bahwa
sabun yang dihasilkan ternyata memiliki pH
asam, padahal sabun seharusnya bersifat
alkalis. Untuk memperbaikinya perlu
penambahan alkali atau larutan induk.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan
tersebut hasil percobaan telah menunjukkan

59
17 APLIKASI NANOTEKNOLOGI DI BIDANG TEKSTIL
Mohamad Widodo
Dosen Teknologi Penyempurnaan
Kepala Laboratorium Pencapan & Penyempurnaan Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Jl. Jakarta No. 31 Bandung 40272
Telp. 022 7272580, 08156143538
Fax 022 7271694
email: mohwidodo@hotmail.com

hadir sejak beberapa waktu lalu, setidaknya


1 PENDAHULUAN
pada sekitar akhir tahun 90-an. Salah satunya
“The fabrication of textile products is … in adalah Nano-Care.
fact, one of the bases of civilization. … textile
production is not just machines and facto- Sama halnya seperti Sanforized, Nano-

ries; it is an expression of the artistry of the Care adalah sebuah nama yang dipatenkan
designer, the imagination of the scientist, the yang menyatakan suatu produk tekstil telah
adventuring spirit of the entrepreneur, and dikerjakan dengan suatu bahan kimia yang
the dignity of the craftsman. All of these have disiapkan melalui teknologi nano sehingga
created and powered the slow upward climb memiliki sifat tolak air dan tolak minyak
of civilization which we call progress.” (dan tahan kotor) permanen. Pemilik paten
(Smith dan Block, hal. 3) teknologi ini adalah Nano-Tex, anak perusa-
haan Burlington Industries di Amerika Seri-
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh kat. Contoh lainnya adalah kain poliester
majalah Technical Textile Markets kita saat berdayaserap tinggi yang diproduksi perusa-
ini sedang menghadapi suatu perubahan be- haan Jepang, Kanebo Ltd. Daya serap serat
sar yang mengawali lahirnya era baru setelah poliester meningkat 30 kali lipat setelah
Era Informasi. Perubahan tersebut meru- permukaannya diberi lapisan film khusus
pakan hasil konvergensi perkembangan yang disiapkan dengan teknologi nano de-
teknologi di empat bidang kunci: teknologi ngan ketebalan puluhan nanometer.
informasi, bioteknologi, teknik manufaktur
berskala nano (molecular nanotechnology), Satu nanometer kira-kira seukuran de-
dan teknologi pembuatan bahan-bahan baru ngan tiga hingga empat buah atom, dan
dari sumber-sumber berkelanjutan (sustain- nanoteknologi biasanya merujuk pada
able resources). Dari keempat bidang terse- wilayah 1 – 100 nm (1 nm = 10-9 m). Pada
but nanoteknologi-lah yang membuat per- wilayah ini elektron menunjukkan perilaku
ubahan tersebut bersifat revolusioner. Dam- spesifik yang berbeda dari perilakunya pada
paknya diyakini sangat luas dan mempenga- wilayah makro (bulk material);
ruhi perkembangan teknologi selanjutnya, nanoteknologi diarahkan untuk mengatur dan
termasuk teknologi dan industri tekstil. mengendalikan perilalu tersebut.

Istilah nanoteknologi mungkin terde- Lalu apakah sebetulnya nanoteknologi


ngar agak asing atau barangkali lebih tepat- itu? Bagaimana wujud teknologinya dan ba-
nya terdengar baru dalam ranah perbincang- gaimana pula kemungkinan ruang aplikasi-
an tekstil pada umumnya. Apalagi kebanyak- nya di bidang tekstil ? Bagian selanjutnya
an artikel mengenai teknologi baru ini lebih dari tulisan ini akan menjelaskan konsep
banyak membicarakan aplikasinya pada teknologi nano dan aplikasinya di bidang
bidang teknologi informasi dan bioteknologi, tekstil, baik yang sudah ada saat ini maupun
meskipun kemungkinan mengenai bidang kemungkinan-kemungkinan perkembangan
aplikasinya sebetulnya telah dikenali sejak aplikasinya di masa depan.
awal hampir tanpa batas (virtually limitless).
Padahal, percaya atau tidak, produk tekstil
yang memanfaatkan teknologi nano sudah

61
2 TERMINOLOGI, DEFINISI DAN reaksi dapat berlangsung di tiap tempat spe-
KONSEP sifik yang diinginkan melalui suatu pengen-
dalian yang terprogram, dan dengan
Nanoteknologi secara literal dan seder- demikian reaksi kimia dapat berlangsung
hana dapat dipahami sebagai teknologi yang lebih cepat dan akurat.
bekerja pada skala nano, yaitu skala atom
dan molekul, Teknologi ini merupakan bidang
teknologi baru yang masih berkembang dan
“…the ability to do things on the scale bersifat interdisiplin hasil kombinasi prinsip-
of atoms and molecules.” prinsip fisika dan kimia molekuler dengan
Secara konsep, nanoteknologi didefinisikan prinsip-prinsip rancangan mekanik, analisa
sebagai teknologi yang memungkinkan ken- struktur, ilmu komputer, teknik listrik, dan
dali struktural tiga-dimensi secara penuh atas teknik sistem. Proses manufaktur semacam
bahan, proses dan alat (devices) pada skala ini akan memerlukan banyak sekali subsis-
atom. Artinya, teknologi ini memungkinkan tem elektro-mekanik berskala molekul yang
orang untuk membuat suatu produk dengan bekerja paralel dan menggunakan zat-zat
sifat apapun yang diinginkan melalui penga- kimia seperti biasa ditemukan pada proses-
turan struktur bahan pada skala atom. Oleh proses kimia umumnya.
sebab itu, nanoteknologi sering juga dipa- Semua benda yang ada di sekeliling kita
hami sebagai teknologi untuk proses “manu- terusun atas atom, dan sifat-sifatnya sangat
faktur molekuler” (molecular manufactur- ditentukan oleh bagaimana atom-atom
ing). tersebut tersusun. Mengubah susunan atom
Perbedaan antara nanoteknologi mole- berarti mengubah sifat benda yang ber-
kuler dengan kimia larutan terletak pada ba- sangkutan, dan ini mirip dengan bermain
gaimana reaksi kimia berlangsung pada susun-bangun dengan LEGO. Bayangkan
masing-masing sistem. Pada kimia larutan betapa sulitnya bermain LEGO dengan ta-
reaksi kimia berlangsung melalui suatu ngan terbungkus sarung tinju; kehadiran
proses statistik dimana molekul-molekul teknologi nano ibaratnya memberi kita kebe-
bertumbukan satu sama lain dalam suatu basan untuk melepas sarung tinju tersebut
gerakan perpindahan yang arah maupun ori- sehingga dengan leluasa kita dapat melepas
entasinya bersifat acak. Dengan dan menyusun kembali balok-balok LEGO
nanoteknologi molekuler orientasi dan lin- sekemauan kita untuk mendapatkan bentuk
tasan masing-masing molekul dapat diran- bangun yang berbeda dan baru. Terkait erat
cang dan diatur sedemikian rupa hingga dengan ilustrasi barusan adalah apa yang

Tabel 17-1. Perbandingan komponen dan fungsi biomolekuler dengan skala makro

Device Function Molecular example(s)


Struts, beams, casings Transmit force, hold positions Microtubules, cellulose
Cables Transmit tension Collagen
Fasteners, glue Connect parts Intermolecular forces
Solenoids, actuators Move things Conformation-changing proteins, actin/myosin
Motors Turn shafts Flagellar motor
Drive shafts Transmit torque Bacterial flagella
Bearings Support moving parts Sigma bonds
Containers Hold fluids Vesicles
Pumps Move fluids Flagella, membrane proteins
Conveyor belts Move components RNA moved by fixed ribosome (partial analogue)
Clamps Hold workpieces Enzymatic binding sites
Tools Modify workpieces Metallic complexes, functional groups
Production lines Construct devices Enzyme systems, ribosomes
Numerical control systems Store and read programs Genetic system
Sumber: http://www.salsgiver.com/people/forrest/refs.html#ref2

62
lazim disebut positional assembly, yaitu 3 NANOTEKNOLOGI DALAM INDUSTRI
suatu konsep mengenai penyusunan atom TEKSTIL
yang pada gilirannya memerlukan peralatan
robotik1 berukuran dan dengan ketelitian 3.1 Bahan Tekstil Berkekuatan Tinggi
molekuler. Peralatan tersebut memiliki tugas
Bila dikaji lebih dalam bahan yang kita
dan fungsi memanipulasi dan memindahkan
buat sebetulnya penuh dengan cacat pada
atom maupun molekul sesuai dengan sifat
berbagai skala:
yang diinginkan pada suatu produk. Tabel
17-1 memperlihatkan kemiripan bentuk dan 1) pada tingkat intramolekuler atau intra-
fungsi mekanik antara sistem biologi mole- granular, cacat tersebut bisa berupa hi-
kuler dan sistem tradisional skala makro. langnya satu atom dari suatu molekul
Nampak disini, dilihat dari fungsinya, be- atau butir kristal, atom menempati posisi
berapa bentuk kehidupan ternyata lebih yang tidak diinginkan (salah tempat),
menyerupai robot daripada makhluk hidup atau bisa juga tertukar (tersubstitusi) oleh
seperti yang kita pahami selama ini. atom lain yang tidak diharapkan,
Konsep lain yang sama pentingnya pada 2) pada tingkat intermolekuler (atau inter-
proses manufaktur molekuler adalah self- granular), molekul-molekul yang ber-
replication, yaitu suatu konsep mengenai dekatan tidak dapat saling bersejajaran;
sistem yang dapat memperbanyak dirinya kontaminasi oleh atom, molekul, atau
sendiri dan dapat pula membuat produk-pro- film yang tidak diinginkan pada wilayah
duk lain selain dirinya. Tanpa konsep ini batas intermolekul,
biaya manufaktur molekuler akan menjadi
3) pada skala mikro, klaster molekul beru-
sangat mahal.
kuran besar (seperti serat) tidak berseja-
Selama ini kita mengenal tiga sistem jaran secara tepat, dan
fase dimana reaksi kimia biasanya berlang-
4) pada skala makro, berupa sobekan mikro
sung: sistem fase-cair, -padat, dan –gas.
(microtears), lubang, dan retakan yang
Nanoteknologi molekuler bekerja di dalam
tampak mata.
suatu lingkungan yang disebut fase-mesin
(machine-phase), yaitu suatu sistem fase di- Cacat-cacat tersebut mempengaruhi unjuk
mana semua atom yang terdapat di dalamnya kerja dan sifat bahan secara keseluruhan.
mengikuti suatu lintasan yang telah ditetap- Perhitungan atas sifat teoritik kristal
kan dalam keadaan terkendali penuh (dalam sempurna memperlihatkan bahwa bila bahan
batasan yang dimungkinkan oleh eksitasi logam dan keramik dapat dibuat dari kristal
termal). Dalam lingkungan seperti itu reaksi murni dan sempurna kekuatannya akan ber-
kimia dapat berlangsung tanpa reaksi sam- lipat 10 hingga 50 kalinya, bahkan 100 ka-
ping yang tidak diinginkan dan tidak ada linya. Jelas sangat banyak keuntungan yang
kontaminasi sehingga reaksi kimia dapat bisa diperoleh bila kita dapat membuat bahan
berlangsung lebih akurat dan cepat. semacam itu.
Konsep nanoteknologi menjanjikan Kekuatan adalah syarat utama yang ha-
keleluasaan hampir tanpa batas untuk rus dipenuhi bahan tekstil untuk keperluan
berkreasi menciptakan bahan-bahan maupun industri. Salah satu pendekatan yang dapat
produk-produk baru. Disamping itu, dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
nanoteknologi juga menawarkan pendekatan bahan tekstil industri melalui pemanfaatan
baru yang lebih efisien dan efektif dalam nanoteknologi adalah dengan memberi
memperbaiki sifat bahan. Uraian pada bagian struktur pendukung berupa deretan panjang
selanjutnya akan menjelaskan beberapa ke- molekul karbin (carbyne) yang dicangkok-
mungkinan dan contoh mengenai hal tersebut kan pada serat konvensional sebagai penguat.
khusus untuk bidang tekstil. Karbin adalah senyawa karbon berantai lurus
panjang yang berikatan ganda dua dan tiga
1
A robot is a machine which is programmed to automatically secara bergantian, dan memiliki kekuatan
perform a number of mechanical tasks (Collins Cobuild sangat tinggi. Jajaran molekul-molekul kar-
English Language Dictionary, 1987).

63
bin yang tersusun dalam bentuk kristal kubus 3.2 Penyempurnaan Tekstil
memiliki kekuatan tarik sebesar 50 GPa
(giga Pascal). Bandingkan dengan rayon dan 3.2.1 Pencelupan
nilon, yang selama ini dikenal sebagai pilih- Meski belum mencapai tahap komer-
an terbaik untuk bahan tekstil industri; sialisasi teknologi nano juga telah diman-
masing-masing memiliki kekuatan hanya faatkan untuk memperbaiki daya celup poli-
sebesar 0,45 dan 0,083 GPa. Molekul karbin propilena yang diketahui sangat sulit terwar-
juga memiliki kelenturan yang memadai un- nai dengan baik dengan teknologi yang ada
tuk dipintal menjadi serat. Daya hantar saat ini. Serat polipropilena dipandang
panasnya pada arah sumbu rantai molekul menarik untuk dikembangkan lebih jauh se-
sangat tinggi, sehingga panas di satu titik bagai bahan kain jok maupun pakaian karena
dapat dengan cepat dibuang dengan cara kekuatannya sebanding dengan nilon mau-
disebarkan ke bagian lain dari bahan. pun poliester sementara harganya relatif mu-
Sebaliknya, daya hantar panasnya bisa sangat rah. Salah satu kekurangannya yang utama
rendah pada arah tegak lurus sumbu rantai adalah daya celupnya yang kurang baik.
asalkan susunan molekul-molekulnya tidak Pendekatan tradisional yang selama ini dila-
terlalu rapat dengan ikatan silang panjang kukan: kopolimerisasi, polyblending, pen-
dan berjarak. Sifatnya yang demikian cangkokan (grafting), pengerjaan plasma,
memungkinkan karbin dijadikan sebagai maupun penggunaan zat warna khusus, ter-
bahan dasar untuk kain anti panas (heat bukti belum bisa memberikan daya celup
resistant fabric). Pengaturan susunan yang memadai ditinjau dari segi teknis dan
molekul seperti itu sangat dimungkinkan aspek ekonomisnya.
dengan nanoteknologi molekuler.
Sekelompok peneliti dari University of
Pendekatan lain yang juga sangat Massachussets dan University of Nebraska di
menarik untuk meningkatkan kekuatan bahan Amerika Serikat menggunakan partikel nano
tekstil adalah dengan menghilangkan moda yang dimodifikasi dengan garam amonium
kegagalan (failure mode) akibat pemisahan kuaterner sebagai bahan campuran untuk
serat dari kumpulan dan puntirannya akibat membuat bahan polipropilena nanokomposit
tarikan. Caranya dengan menghubungkan (nanoPP).2 Garam tersebut dimaksudkan
serat-serat pada ujung-ujungnya sehingga untuk memungkinkan reaksi pembentukan
diperoleh suatu kekontinyuan (meski serat- ikatan ionik dengan zat warna asam. NanoPP
serat tersebut masih terpuntir dan terkumpul juga terbukti dapat tercelup dengan baik
dengan cara yang sama) dan kekuatan tam- dengan zat warna dispersi.
bahan disamping gaya friksi antar serat untuk
melawan gaya tarikan yang dialami bahan Pencampuran partikel nano ke dalam
dalam pemakaian. Pengaturan seperti ini matriks polipropilena dapat dilakukan me-
hanya dapat dilakukan melalui lalui proses pelelehan atau pelarutan meng-
nanoteknologi. gunakan panas, pelarut organik, dan/atau
pencampuran mekanik (termasuk sonikasi).
Ini hanya beberapa contoh mengenai Sifat-sifat mekaniknya dilaporkan lebih baik
kemungkinan-kemungkinan dan peluang daripada polipropilena normal. Beberapa
pemanfaatan teknologi nano pada proses kelebihan dari teknik modifikasi poli-
fabrikasi bahan tekstil berkekuatan tinggi. propilena dengan cara ini adalah biayanya
Nanoteknologi juga dapat dimanfaatkan un- murah karena partikel nano mudah didapat
tuk mendapatkan bahan tekstil dengan sifat dan dapat menggunakan peralatan ataupun
khusus lainnya. Toray Industries, Inc., telah
berhasil membuat bahan tekstil berdaya
serap lebih tinggi daripada kapas melalui
penggunaan serat nilon yang sangat halus 2
Dyeable Polypropylene via Nanotechnology; Qinguo Fan,
berukuran hanya puluhan nanometer, sekitar Samuel C. Ugbolue, Alton R. Wilson, Yassir S. Dar, Yiqi
Yang;
1/100 diameter serat-serat tradisional yang http://www.umassd.edu/engineering/textiles/dyeablePP/index.
telah dikenal selama ini. html

64
mesin-mesin polimerisasi dan ekstrusi yang
CF3 CF3 CF3 CF3 F
sudah ada.
C6F12 C6F12 C6F12 C6F12
3.2.2 Penyempurnaan Khusus
O O O O
Penyempurnaan tekstil secara khusus
dapat didefinisikan sebagai pengerjaan bahan O O O O H
tekstil dengan proses kimia untuk memper-
C C C C
baiki sifat-sifatnya yang kurang mengun- C H C H C H C H C
tungkan dan/atau memberikan sifat-sifat H2 H2 H2 H2 H2
khusus yang diperlukan untuk tujuan pe-
(Sumber: Hall, Michael E. "Finishing of Technical Textiles."
makaian tertentu secara permanen. Beberapa Handbook of Technical Textiles. Editor A. R. Horrocks and S.
contoh klasik misalnya penyempurnaan C. Anand. Cambridge, England: Woodhead Publishing Ltd.,
tahan-kusut untuk kain-kain selulosa seperti 2000. 169.)
kapas, penyempurnaan pelemasan dan anti- Gambar 17-1. Ester asam poliakrilat dan heksanol yang
statik untuk kain-kain sintetik seperti poli- di-perfluoronasi (Scotchgard, 3M Co.).
ester, penyempurnaan tolak-air untuk kain
jaket, penyempurnaan tahan-kotor dan tahan- Senyawa kimia yang biasa digunakan
api pada kain-kain jok (upholstery). untuk penyempurnaan tolak-air dan tolak-
minyak saat ini umumnya adalah senyawa
Cara yang biasa ditempuh selama ini berbasis fluorokarbon, yaitu ester dari asam
adalah mereaksikan serat dengan zat-zat ki- poliakrilat dan heksanol yang di-perfluori-
mia yang umum dikenal sebagai resin atau nasi (Gambar 17-1). Senyawa ini terbagi
zat pengikat-silang (crosslinking agent) yang atas dua segmen, yaitu segmen fluor (F) yang
bekerja secara eksternal maupun internal. memberi sifat tolak-air, tolak-minyak, dan
Pada penyempurnaan tahan kusut misalnya, tahan-kotor, serta segmen hidrofilik (H), se-
prakondensat senyawa N-metilol bekerja hingga diperoleh fungsi ganda soil-resistant
secara internal (dari dalam serat) memper- dan soil-release tergantung pada orientasi
baiki ketahanan kusut kapas dengan cara kedua segmen tersebut4. Dalam proses pen-
memberi kestabilan dimensi melalui pem- cucian, segmen hidrofilik akan berorientasi
bentukan ikatan silang antar rantai molekul menghadap air sementara segmen fluor
selulosa dan/atau polimerisasi yang mengha- menghadap serat, sehingga daya serap me-
silkan molekul-molekul berukuran besar ningkat dan penglepasan-kotoran pun ber-
yang mengisi ruang-ruang intermolekuler. langsung lebih mudah (soil-release). Sebali-
Penyempurnaan pelemasan dan tolak air knya, dalam keadaan kering di udara terbuka
pada umumnya bekerja secara eksternal de- segmen fluor akan menghadap keluar dan
ngan membentuk suatu lapisan film pada mencegah penempelan kotoran-minyak
permukaan serat3. Lapisan film tipis yang maupun kotoran-air pada bahan tekstil (soil-
terbentuk pada proses pemanasawetan hanya resistant).
melapisi permukaan serat dan tidak berikatan
secara kimia, dan karenanya ketahanannya Untuk memperbaiki ketahanan cuci ha-
terhadap pencucian dan gosokan umumnya sil penyempurnaan tolak-air dan tolak-mi-
tidak sebaik penyempurnaan yang bekerja nyak biasa digunakan resin-resin tahan-kusut
secara internal. dari jenis pengikat-silang, seperti dimetilol
dihidroksi etilena urea (DMHEU). Resin ini
akan bekerja menahan penggembungan serat
yang terjadi saat pencucian dan dengan
demikian mengurangi tekanan yang dapat
mengakibatkan sobeknya lapisan film senya-
wa fluorokarbon pada permukaan serat.
Penggunaan resin biasanya menambah keka-
3
Valko, Emery I. "Penetration of Fibres." Chemical
Aftertreatment of Textiles. Editor H. Mark, Norman S.
4
Wooding, and Sheldon M. Atlas. New York: Wiley- Smith, Betty.F. dan Ira Block. Textile in Perspective.
Interscience, 1971. 6. Prentice-Hall, Inc. N.J., 1982, hal.301.

65
kuan kain sehingga diperlukan penambahan plikasikan dengan mudah pada kain meng-
pelemas (non-silikon). gunakan teknologi proses yang sudah ada
saat ini.
Bulu-bulu nanoparticle yang menempel
pada permukaan serat kapas menciptakan
bantalan udara di sekeliling serat yang ber-
fungsi menahan air. Besar kemungkinan pula
ujung bulu yang menghadap ke atas tersusun
atas atom-atom yang bersifat menolak air,
sehingga air yang jatuh pada permukaan
serat akan membentuk butiran dan mengge-
linding jatuh. Tekanan hanya dapat mem-
(Sumber: http://www.textileindustries.com/Default.htm) bantu air menerobos celah-celah kain, yaitu
Gambar 17-2. Nano-Care, bulu-bulu berukuran nano celah-celah yang terdapat di antara susunan
(nano-whiskers) ditempelkan pada tiap helai benang benang dan serat, tapi tidak menyebabkan
kapas. pembasahan serat. Artinya, kain yang diker-
jakan dengan teknologi ini masih sangat
memungkinkan terjadinya pertukaran (trans-
3.2.2.1 Inovasi Teknologi NanoCare® port) udara dan air, dan ini sangat penting
NanoCare adalah nama dagang untuk artinya bagi kenyamanan pakainya.
produk nanoteknologi keluaran Nano-Tex Penyempurnaan tolak air konvensional
yang dikembangkan khusus untuk memberi- dengan senyawa fluorokarbon menghasilkan
kan sifat tolak-air dan tolak-minyak serta lapisan film tipis yang bersifat kontinyu di
tahan-kotor (soil- atau stain-resistance) per- atas permukaan serat. Lapisan tersebut me-
manen pada bahan kapas. Pendekatan yang ngurangi kelenturan dan menghalangi serat
digunakan untuk mendapatkan efek tersebut dari tekukan-tekukan sehingga pegangan
pada prinsipnya sama dengan teknik pe- kain menjadi lebih kaku. Dalam hal ini, sa-
nyempurnaan konvensional, yaitu mengubah ngat beralasan untuk menduga kain Nano-
sifat permukaan bahan melalui aplikasi kimia Care® memiliki pegangan lebih lembut
polimer. Teknik pengaplikasiannya pun mengingat bahwa bulu-bulu halus yang
sama. Perbedaannya terletak pada bagaimana menutupi permukaan serat bukan merupakan
perubahan tersebut terjadi dan pada efek suatu kekontinyuan (continuum) sehingga
yang dihasilkannya. masih memberi fleksibilitas dan tidak
Gambar 17-2 memperlihatkan bagai- menghalangi serat dari tekukan-tekukan.
mana NanoCare bekerja. Partikel berukuran Daya tembus udaranya diduga juga lebih
nano (nanoparticle), yang tersusun atas baik daripada hasil penyempurnaan dengan
deretan atom dengan konfigurasi tertentu, senyawa fluorokarbon. Sayangnya data tek-
ditempelkan secara permanen dan langsung nis mengenai kedua hal ini tidak tersedia.
pada permukaan serat. Partikel-partikel Ditinjau dari kepermanenan efeknya, maka
tersebut berbentuk seperti bulu-bulu halus NanoCare® menghasilkan efek tolak-air dan
dan kemungkinan telah didisain sedemikian tolak-minyak lebih permanen mengingat
rupa hingga ujung yang satu akan mengarah pembentukan ikatan kimia antara bulu-bulu
ke permukaan serat kapas dan selanjutnya nanoparticle dan rantai molekul selulosa
membentuk ikatan kimia dengan rantai pada permukaan serat. Salah satu sumber5
molekul selulosa, sementara ujung lainnya menyebutkan ketahanan cucinya mencapai
mengarah ke udara. Dengan cara demikian 30 kali pencucian berulang, sementara hasil
bulu-bulu tersebut akan ‘mendarat’ dan me- penyempurnaan tolak-air dan tolak-minyak
nempel permanen secara tegak lurus di atas
permukaan serat kapas. Disamping bentuk 5
Wawancara dengan perwakilan sebuah perusahaan pakaian
dan orientasinya, partikel-partikel nano jadi di Indonesia yang sedang dalam tahap trial penggunaan
tersebut juga harus didisain agar dapat disus- teknologi NanoCare® untuk kain-kain yang akan digunakan
sebagai bahan pakaian jadi pesanan sebuah perusahaan retail
pensikan di dalam air sehingga dapat dia- Inggris.

66
biasa pada umumnya hanya mencapai 15 kali rangga memperlihatkan fenomena alam yang
pencucian berulang (tanpa penambahan zat menakjubkan: mereka selalu dalam keadaan
pengikat-silang). bersih dan kering meski terkena kotoran dan
tersiram air hujan. Rahasianya terletak pada
Kelebihan lain dari teknologi Nano-Tex
struktur geometrik permukaannya yang khas.
untuk penyempurnaan bahan tekstil adalah
Ketiganya ternyata memiliki permukaan
bahwa pengerjaannya dapat dilakukan de-
yang terstruktur dan sangat kasar, hanya saja
ngan teknik-teknik dan mesin-mesin maupun
kekasarannya berada pada skala nanometer
peralatan penyempurnaan kimia yang ada
sehingga tidak tertangkap mata dan tidak
saat ini.6 Satu-satunya investasi yang perlu
pula terasa di tangan. Schoeller Textiles
dilakukan oleh industri tekstil untuk bekerja
AG7, sebuah perusahaan tekstil Swiss, meng-
dengan teknologi baru ini hanyalah peneli-
gunakan pendekatan yang sama dengan me-
tian dan percobaan-percobaan menyangkut
manfaatkan teknologi nano untuk mengha-
penggunaan produk baru ditinjau dari aspek
silkan efek tolak-air, tahan-kotor, anti-lekat
teknis dan ekonomisnya. Belum diketahui
(anti-adhesive), dan bahkan self-cleaning
bagaimana kompatibilitasnya dengan zat-zat
pada bahan tekstil. Mereka menyebut hasil
penyempurnaan lain maupun zat-zat pem-
inovasi teknologinya “NanoSphere”.
bantu tekstil pada umumnya.
Konsep dan pendekatan yang sama juga udara
dapat digunakan untuk mendapatkan efek-
TL
efek penyempurnaan lain seperti peningkatan
kenyamanan-pakai dan pegangan seperti ka-
pas pada serat-serat sintetik seperti poliester θ air
dengan tetap mempertahankan keunggulan-
keunggulan yang pada umumnya dimiliki TS TLS
serat sintetik (kekuatan dan kemudahan
(Sumber: Trotman, hal. 160)
dalam perawatan) (NanoTouch®). Efek
tersebut dapat diperoleh dengan cara men- Gambar 17-3. Vektor gaya-gaya yang bekerja pada antarmuka
cangkokkan suatu struktur-jaring yang dapat padatan/udara/air.
memberi sifat-sifat baik kapas pada permu-
kaan serat sintetik. Ini mirip dengan pe- Sumber yang ada tidak secara jelas
nyempurnaan hidrofilik atau anti-statik pada menerangkan bagaimana teknologi tersebut
penyempurnaan konvensional untuk serat- bekerja: apakah dengan cara mendeposisikan
serat sintetik. Belum jelas apakah perubahan suatu lapisan film berstruktur nano (nano-
sifat permukaan tersebut disebabkan oleh structured thin film) di atas permukaan serat
perubahan struktur geometri permukaan serat ataukah dengan teknik semacam plasma8
ataukah secara kimia, atau mungkin juga untuk mengubah permukaan serat itu sendiri.
kedua-duanya. Namun demikian, kemungkinan pertama
kelihatannya lebih masuk akal mengingat
teknologi plasma masih mengandung be-
3.2.2.2 NanoSphere: Modifikasi Struktur berapa kerumitan dalam aplikasi industrinya.
Geometrik Permukaan Serat Pada
Skala Nano Prinsipnya sederhana. Permukaan kasar
Mengubah struktur geometrik permu- memiliki bidang kontak lebih kecil daripada
kaan suatu padatan telah sejak lama diketa- permukaan yang halus dan rata, sehingga
hui dapat mengubah sifat permukaannya dan semakin kecil bidang kontak berarti semakin
interaksinya dengan benda-benda yang
bersinggungan dengannya (padatan, cair,
7
maupun gas), terutama pada skala molekuler. Swiss Textile Company Wins Award for Self-Cleaning
'NanoSphere' Finish. Web Page. URL:
Beberapa jenis tertentu dedaunan (misalnya http://www.smalltimes.com/document_display.cfm?document
daun talas), cangkang kepik, dan sayap se- _id=3124. 19 February 2004.
8
Kain ditempatkan pada suatu medan listrik di dalam ruang
hampa bertekanan tinggi berisi gas tertentu, misalnya argon
dan nitrogen, dan ditembak dengan ion-ion yang dihasilkan
6
www.textileinfo.com oleh medan listrik, dalam hal ini Ar+.

67
kecil pula interaksi antara tetesan air dan Bahan aktif dan terprogram (active and pro-
permukaan padatan. Ini berarti pula semakin grammable material). Ide dasarnya adalah
kecil gaya tegangan permukaan padatan yang membuat suatu bahan yang tersusun atas
bekerja pada tetesan air sehingga tegangan unit-unit sel berukuran kecil yang dihubung-
permukaan air menjadi lebih dominan dan kan satu sama lain dengan baut-baut mole-
hasilnya air akan lebih mudah membentuk kuler. Dengan bantuan motor elektrostatic
butiran (ini diikuti dengan naiknya tegangan berukuran kecil serangkaian komputer akan
antar-muka padatan-cairan). Padatan dengan mengarahkan kerja baut-baut tersebut dan
sifat seperti itu akan sukar terbasahi sehingga mengatur jarak antar sel, dan dengan
air yang jatuh di atas permukaannya akan memilih baut mana yang akan mengencang-
segera membentuk butiran dan menggelincir kan dan mengendurkan maka bentuk bahan
lepas dengan membawa partikel kotoran akan dapat diatur mengikuti kebutuhan pe-
yang sempat menempel di sana. Gambar 5-1 makainya. Bila perubahan bentuk tersebut
memperlihatkan hubungan antara tegangan dapat diatur sedemikian rupa hingga berlang-
permukaan padatan (TS), tegangan permu- sung sangat cepat maka suatu bahan yang
kaan cairan (TL), dan tegangan antarmuka dikenal bersifat kaku akan dapat dibuat ber-
padatan-cairan (TLS). Hubungan tersebut se- perilaku seperti kain dan bahkan mengikuti
cara matematik dapat dijelaskan dengan per- secara tepat bentuk tubuh dan gerakan pe-
samaan Young sebagai berikut: makai bila dilengkapi dengan serangkaian
sensor yang dapat mendeteksi secara dini
TS = TLS + TL cosθ Pers. 17.1 arah gerakan; bila sambungan antar sel
dilepaskan sementara maka bahan tersebut
Kekasaran yang dimaksud harus akan bersifat luwes seperti sehelai kain pada
memiliki dimensi cukup kecil sehingga umumnya. Sebaliknya, kain yang biasanya
molekul air dan partikel kotoran tidak terpe- dikenal sebagai bahan yang bersifat luwes
rangkap di dalam strukur kekasaran dan dapat dibuat menjadi kaku mengikuti suatu
justeru mempermudah pembasahan dan bentuk tertentu dengan cara mengencangkan
mempersulit penghilangan kotoran. Di baut-baut antar sel pada bagian-bagian ter-
sinilah peran teknologi nano. Menarik pula tentu dari kain. Dengan konsep ini hampir
untuk dicatat bahwa pendekatan yang sama tidak ada lagi batasan antara bahan tekstil
juga dapat diaplikasikan untuk cat mobil atau kain dan bahan lainnya.
cat tembok. Permukaan badan mobil atau Self-cleaning fabric: Peralatan robot
tembok yang dilapisi cat dengan teknologi yang kerjanya mirip dengan rayap secara
baru ini akan bersih dengan sendirinya bila berkala akan mengikis kotoran yang menem-
tersiram air hujan. pel pada permukaan serat dan suatu peralatan
yang mirip dengan ban-berjalan akan mem-
4 SMART-FABRIC bawa kotoran tersebut ke suatu tempat
Baik NanoCare® maupun NanoSphere penampungan.
baru merupakan awal dari pemanfaatan Self-repairing fabric: Sobekan pada ba-
teknologi nano pada bidang tekstil. Beberapa han akan mengakibatkan terputusnya sinyal
gagasan masa depan mengenai pemanfaatan yang seharusnya diterima oleh sensor dan
teknologi akan membawa perubahan lebih menghasilkan respon untuk tindakan
radikal dimana komputer, sensor, dan mesin- perbaikan berupa pengiriman “kru” robot ke
mesin berskala mikro maupun nano diinte- bagian yang tersobek; diskontinyuitas pada
grasikan pada bahan tekstil:9 bahan juga dapat dideteksi oleh sensor ber-
Pompa dan pipa-pipa fleksibel berukuran dasarkan nilai input yang membandingkan
mikro untuk transpor medium pendingin nilai tegangan yang dialami kain dengan ba-
maupun pemanas ke bagian-bagian pakaian tas maksimum kekuatannya.
yang memerlukannya. Self-shaping fabric: Kain dengan ke-
mampuan seperti ini akan mengembalikan
bentuk kain di sekitar sobekan kepada
9
Forrest, David R. keadaannya semula sebelum terjadi kerusak-

68
an dan menutup lubang atau celah yang tian maupun eksplorasi berikutnya dan untuk
ditinggalkannya hingga perbaikan memung- kepentingan perlindungan paten.
kinkan untuk dilakukan.
Jumlah paten di bidang nanoteknologi
Intelligent knee-sleeve:10 Intelligent yang dikeluarkan oleh U.S. Patent and
Polymer Research Institute dan Biomedical Trademark Office (USPTO) memperlihatkan
Science di Universitas Wollongong beker- peningkatan sebesar 600% selama 5 tahun
jasama dengan CSIRO Textiles and Fibre terakhir sejak 1997 hingga 2002, yaitu dari
Technology (masing-masing adalah lembaga 370 menjadi 2.650.12 Angka tersebut masing-
pendidikan tinggi dan lembaga penelitian masing mewakili 0.3% dan 2.0% dari jumlah
terkemuka di Australia) telah mengembang- total paten.
kan suatu pembungkus lutut yang biasa dike-
Sekitar 90% pemohon berasal dari peru-
nakan para atlet dengan fungsi dan kemam-
sahaan-perusahaan swasta, 7% dari univer-
puan khusus sebagai alat berlatih untuk me-
sitas atau perguruan tinggi, sementara si-
lakukan gerakan-gerakan yang aman, efisien
sanya sebesar 3% berasal badan-badan pe-
dan efektif. Pembungkus tersebut dilapisi
merintah dan lembaga-lembaga atau pusat-
dengan bahan polimer konduktif dan dileng-
pusat penelitian independen. Jumlah per-
kapi serangkaian sensor yang dapat mende-
mohonan paten untuk penemuan proses dan
teksi perubahan bentuknya. Pembungkus
produk yang memanfaatkan nanoteknologi
akan mengeluarkan bunyi bila tekukan lutut
kurang lebih sama besar. Kebanyakan meru-
ada pada posisi terbaik.
pakan penyempurnaan dari teknologi yang
SOFTswitch11 adalah sebuah perusahaan sudah ada. Namun demikian ada juga se-
di Inggris yang mengkhusukan kegiatannya jumlah cukup besar penemuan yang betul-
pada pengembangan kain dengan teknologi betul revolusioner, bersifat terobosan.
peka sentuhan dan interaktif. Dengan me-
Sayangnya informasi yang ada tidak
manfaatkan nanoteknologi suatu bahan teks-
menunjukkan berapa banyak dan meliputi
til dimungkinkan untuk berfungsi sebagai
apa saja paten yang sudah diterbitkan untuk
antarmuka pengendali berbagai macam pe-
aplikasi nanoteknologi di bidang tekstil.
rangkat elektronik menggantikan tombol-
Salah satu contoh menarik yang dapat dike-
tombol atau saklar yang biasa kita kenal,
mukakan di sini adalah paten USPTO No.
keypads, dan keyboards. Kemungkinan a-
2003/0013369 tentang pemanfaatan
plikasinya bisa berupa sebuah jaket yang
nanoteknologi untuk membuat bahan tekstil
berhubungan dengan telepon seluler, remote
yang memiliki kemampuan untuk melepas-
control televisi yang “dijahitkan” pada le-
kan wewangian, biosida, dan anti-jamur se-
ngan kursi, atau bisa juga saklar lampu pe-
cara terkendali melalui pembentukan ikatan
nerangan rumah yang ditanamkan pada kain
kovalen antara serat tekstil dengan partikel
tirai atau karpet.
nano yang bersifat “textile reactive” (sumber
tidak menjelaskan apa yang dimaksud de-
5 PERKEMBANGAN NANOTEKNOLOGI
ngan “textile reactive” di sini).
Publikasi mengenai pengajuan paten
yang dikeluarkan oleh sebuah kantor pener- 6 PENUTUP
bitan hak paten dapat dijadikan sebagai alat
Nanoteknologi merupakan teknologi
untuk mengukur trend atau perkembangan
baru yang masih berkembang dan membuka
teknologi di suatu bidang tertentu, termasuk
peluang besar untuk eksplorasi mengenai
nanoteknologi. Mengamati perkembangan
pemanfaatannya di masa depan, termasuk di
suatu teknologi dapat memberi gambaran
bidang tekstil. Beberapa contoh yang diberi-
mengenai peluang kegiatan-kegiatan peneli-
kan di muka mengenai aplikasi
nanoteknologi dan kemungkinan-
kemungkinan pengembangannya baru meru-
10
Disarikan dari: Macey, M. 2002, "Smart outfit has
everything sewn up", The Sydney Morning
12
Herald, 20 Feb 2002. Patent Trends in Nanotechnology. 2003. Web Page. URL:
11
http://www.softswitch.co.uk/SOFTswitchAbout.html http://townsend.lawoffice.com. 19 February 2004.

69
pakan awal dari suatu perubahan besar yang gai bahan sandang dan juga membuka ba-
sedang terjadi dalam teknologi dan industri nyak kemungkinan mengenai wilayah baru
tekstil. Penguasaan teknologi baru pada penggunaan bahan tekstil. Peluang untuk
umumnya, minimal dalam hal peman- modifikasi struktur bahan tekstil (serat) un-
faatannya, merupakan modal sangat penting tuk memperbaiki mutu hasil suatu penger-
untuk meningkatkan daya saing global suatu jaan tertentu, baik secara fisika maupun ki-
industri, dalam hal ini nanoteknologi dan mia, juga terbuka lebih lebar. Teknologi
industri tekstil. nano juga akan sangat mempengaruhi
perkembangan teknologi proses yang ber-
Sebagian orang menyebut industri teks-
kaitan dengan proses industri tekstil, misal-
til Indonesia sebagai “sunset industry”, yaitu
nya penghilangan warna air limbah proses
industri yang sedang tenggelam karena tidak
pencelupan secara fotokimia dengan partikel
memiliki prospek masa depan. Tapi pada
nano titanium dioksida. Jelas sudah
dasarnya semua industri sebetulnya akan
nanoteknologi telah membuka era baru bagi
menghadapi hal yang sama bila tidak ada
teknologi dan industri tekstil.
upaya sungguh-sungguh untuk revitalisasi
melalui inovasi-inovasi teknologi, penataan Lalu bagaimana dengan industri tekstil
manajemen, dan yang terpenting pengem- Indonesia ? Siapkah kita memasuki era baru
bangan sumber daya manusia. Kutipan di tersebut ? Tentu kita siap bila hanya menjadi
awal tulisan ini mengatakan bahwa industri technology user. Akan tetapi dibutuhkan le-
tekstil merupakan salah satu batu pondasi bih dari sekedar mampu menggunakan atau
peradaban manusia. Artinya, industri tekstil memanfaatkan untuk bisa bertahan, lalu
ikut membentuk peradaban manusia dan tumbuh dan berkembang. Revitalisasi indus-
pada gilirannya juga sangat dipengaruhi oleh tri tekstil seharusnya memberi perhatian le-
kemajuan peradaban yang direpresentasikan bih besar pada pengembangan sumber daya
dalam bentuk perkembangan-perkembangan manusia di bidang tekstil, yaitu sumber daya
teknologi. Jadi, sangat salah untuk meman- manusia yang memiliki kemampuan meng-
dang industri tekstil sebagai industri yang imbangi perkembangan dan mengembangkan
tidak memiliki prospek masa depan, terlebih teknologi untuk pembangunan yang berke-
bila diingat bahwa kegiatannya berkaitan erat lanjutan. Ini dibarengi dengan penataan
dan langsung dengan kebutuhan dasar manu- kembali industri tekstil dan produk tekstil
sia, yaitu sandang, baik untuk perlindungan serta program-program penelitian terpadu
ataupun untuk memenuhi rasa estetik manu- yang bersifat mendasar (basic) maupun
sia. Sunset atau rising tergantung pada ba- terapan (applied) yang diarahkan untuk
gaimana kita memandang dan memperlaku- mempertajam daya saing dan meningkatkan
kannya, dan industri tekstil sangat se- kemampuan menghadapi perubahan yang
layaknya untuk dipandang sebagai highly berlangsung semakin cepat.
potential sustainable industry. Sejarah
perkembangan teknologi dan industri tekstil
seharusnya telah mengajarkan itu dengan Catatan: Penyebutan nama dagang dalam
sangat jelas. Negara-negara industri besar makalah ini semata-mata untuk kemudahan
mengawali industrinya dengan industri teks- perujukan dalam memberikan contoh me-
til, dan bahkan hingga kini pun mereka ma- ngenai perkembangan nanoteknologi di
sih menekuninya hanya saja pada “anak- bidang tekstil dan bukan merupakan bagian
tangga” kegiatan industri yang jauh lebih dari promosi ataupun kecenderungan penulis
tinggi. Kisah di balik sukses NanoCare® dan kepada suatu produk tertentu.
Nano-Tex memberi gambaran sangat jelas
bagaimana perkembangan teknologi di
bidang yang semula kelihatannya kurang
relevan dapat dimanfaatkan untuk mening- DAFTAR PUSTAKA
katkan daya saing.
1. "Japan Shows Increasing Interest in
Aplikasi nanoteknologi telah mengubah Auxiliaries Utilizing Nanotech-
pandangan tradisional mengenai tekstil seba- nology." Web page, [accessed 19

70
February 2004]. Available at forrest/refs.html#ref2.
www.textileinfo.com.
6. Hall, Michael E. 2000. Finishing of
2. 2003. "Patent Trends in Nanotechnology." Technical Textiles. Handbook of
Web page, [accessed 19 February Technical Textiles. Editor A. R.
2004]. Available at Horrocks, and S. C. Anand, 169.
http://townsend.lawoffice.com. Cambridge, England: Woodhead
Publishing Ltd.
3. "Swiss Textile Company Wins Award for
Self-cleaning 'NanoSphere' Fi- 7. Rodie, Janet Bealer, Assistant Editor.
nish." Web page, [accessed 19 2004. "Like Water Rolling Off a
February 2004]. Available at Ducks Back." Web page, [ac-
http://www.smalltimes.com/docu cessed 19 February 2004]. Avail-
ment_display.cfm?document_id= able at
3124. http://www.textileindustries.com/
Default.htm.
4. Fan, Qinguo, Samuel C. Ugbolue, Alton R.
Wilson, Yassir S. Dar, and Yiqi 8. Smith, Betty F., and Ira Block. 1982. Tex-
Yang . 2002. "Dyeable Polypro- tiles in Perspective. Englewood
pylene via Nanotechnology." Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall,
Web page, [accessed 19 February Inc.
2004]. Available at
http://www.umassd.edu/engineeri 9. Trotman, E. R. 1990. Dyeing and Chemi-
ng/textiles/dyeablePP/index.html. cal Technology of Textile Fibres.
6th ed. London: Edward Arnold.
5. Forrest, David R. 1995. "The Future Im-
pact of Molecular Nanotechnolo- 10. Valko, Emery I. 1971. Penetration of Fi-
gy on Textile Technology and on bres. Chemical Aftertreatment of
the Textile Industry." Web page, Textiles. Editor H. Mark, Norman
[accessed 19 February 2004]. S. Wooding, and Sheldon M.
Available at Atlas, 6. New York: Wiley-Inter-
http://www.salsgiver.com/people/ science.

71

Anda mungkin juga menyukai