Anda di halaman 1dari 54

PERCOBAAN A, B, C

LAPORAN
(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Pengukuran Warna)

oleh
Kelompok 2
2K2
Dinda Ayu L (18020026)
Dwiky Bintang P (18020028)
Fahmi Yahya M (18020033)
Hardynah Dihar C (18020039)
Ira Maulidina H (18020045)

Dosen : Octianne D., M.T.


Asisten Dosen : - Hj. Hanny H. K., S.Teks
- Anna S.

PRODI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul
1) Percobaan A (Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna)
2) Percobaan B (Komposisi Komponen Zat Warna dalam Larutan Campuran
Zat Warna)
3) Percobaan C (Analisa Zat Warna yang Terserap pada Bahan)

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Percobaan A (Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna)
 Maksud :
- Melakukan pengukuran spektrofotometri terhadap larutan zat warna
tunggal

 Tujuan :
- Menentukan hubungan antara transmitansi dengan panjang gelombang
suatu zat warna dalam larutan tunggal
- Menentukan hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang
suatu zat warna dalam larutan tunggal
- Menentukan persamaan regresi dan membuat kurva kalibrasi zat warna
dalam larutan tunggal
- Menentukan konsentrasi larutan zat warna yang tidak diketahui dengan
menggunakan persamaan regresi sebagai dasar perhitungan

1.2.2 Percobaan B (Komposisi Komponen Zat Warna dalam Larutan


Campuran Zat Warna)
 Maksud
- Melakukan pengukuran larutan zat warna campuran (gabungan dua zat
warna tunggal)

Tujuan
- Menentukan grafik warna dari larutan campuran dua zat warna
- Menentukan komposisi zat warna di dalam larutan zat warna campuran
1.2.3 Percobaan C (Analisa Zat Warna yang Terserap pada Bahan)
 Maksud
- Melakukan pencelupan dan pengukuran larutan berwarna.

 Tujuan
- Menentukan konsentrasi larutan sisa pencelupan
- Menentukan zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian
- Menentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah
pencucian
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Konsep Warna


Warna, dalam terminolog sains berarti radiasi cahaya electromagnet. Warna
lebih merupakan fenomena psikologis akibat dari stimulasi visual cahaya pada
panjang gelombang tertentu terhadap retina mata yang kemudian diinterpretasi
didalam otak manusia. Suatu benda akan terlihat berwarna pada saat terjadi
penyerapan sebagian panjang gelombang cahaya tampak secara selektif, dan
memantulkan atau meneruskan sebagian lainnya. Warna-warna hasil
penyerapan dan pemantulan spectra cahaya tampak dapat dilihat pada tabel
dibawah ini

Tabel 2.1 Warna Hasil Penyerapan dan Pemantulan Spektra Cahaya


Tampak
Warna Cahaya yang
Panjang Gelombang Warna Cahaya yang
Dipantulkan oleh Mata
(nm) Diserap
(Warna Komplementer)
400-440 Violet Kuning kehijauan
440-480 Biru Kuning
480-510 Biru-hijau Oranye
510-540 Hijau Merah
540-570 Hijau kekuningan Magenta
570-580 Kunig Biru
580-610 Oranye Biru kehijauan (sian)
610-700 Merah Biru-hijau

2.2 Penyerapan Cahaya Berdasarkan Hukum Lambert-Beer


Secara umum, peristiwa modifikasi cahaya oleh objek terjadi dua peristiwa,
yaitu penyerapan/absorbansi serta pemantulan dan atau penghamburan.
Sejumlah cahaya yang dipantulkan akan menstimulasi mata dan diinterpretasi
sebagai warna. Adanya peristiwa dalam pengukuran warna dapat munurunkan
akurasi data, terlebih untuk partikel berukuran mikro atau lebih kecil lagi lebih
efektif dilakukan dalam bentuk larutan, sehingga objek berwarna akan
memodifikasi cahaya hanya melalui absorpsi, tanpa penghamburan karena sisa
penyerapan cahaya ditransmisikan seluruhnya.
Transmisi cahaya monokromatik yang dilakukan pada suatu larutan atau
disperse partikel warna yang sangat kecil didasarkan pada dua teori/hokum, yaitu
1. Hukum Lambert atau Bougeur yang menyebutkan bahwa lapisan partikel
sejenis yang memiliki ketebalan sama akan mentransmisikan radiasi
cahaya monokromatik dalam jumlah yang sama berapapun intensitasnya.
2. Hukum Beer yang menyebutkan bahwa jumlah cahaya yang diserap
setara jumlah molekul yang diserap sepanjang lintasan cahaya. Bila
panjang lintasan dapat ditentukan, maka penurunan jumlah cahaya yang
ditransmisikan setara dengan penurunan konsentrasi zat warna yang
terlarut.

Bila kedua hokum tersebut digabungkan, maka diketahui bahwa jika sinar
monokromatis melalui sel berisi larutan berwarna, maka intensitas cahaya yang
ditransmisikan akan berkurang (I>Io), sebagaimana ditunjukan oleh gambar
berikut

Gambar 2.1 Intensitas Cahaya yang Ditransmisikan

Perbandingan antara intensitas cahaya yang ditransmisikan (I) dengan


intensitas awalnya (Io) dengan panjang lintasan tertentu dinyatakan dengan nilai
T (transimitansi), dimana T=I/ Io. Logaritma dari (1/T) diketahui sebagai nilai
absorbansi. Hukum Lambert-Beer dapat menjelaskan bahwa dengan
bertambahnya panjang lintasan atau ketebalan sel, maka nilai absorbansi
meningkat secara linier, sementara intensitas cahaya akan menurun secara
eksponensial.
Hubungan antara transmitansi dan absorbansi dengan ketebalan sel
menunjukan bahwa dengan ketebalan sel tetap (I), maka terdapat hubungan
linier antara absorbansi (A) dengan konsentrasi (C) yang dinyatakan dalam
gabungan hukum Lambert-Beer sebagai A = log(1/T) = Ꜫ.C.I dimana Ꜫ adalah
koefisien absorptifitas molar dengan C dinyatakan dalam mol/liter, jika C
dinyatakan dalam gram/liter maka A = a.C.I dimana a = Ꜫ = absorptivitas. Bila
M=berat molekul zat terlarut maka Ꜫ = a.M dimana Ꜫ merupakan nilai spesifik
untuk molekul atau ion yang terlarut dan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu dan tidak bergantung pada konsentrasi dan panjang lintasan.
Diantara keterbatasan hukum Lambert-Beer adalah aplikasinya yang hanya
cocok untuk larutan encer, agar diperoleh ketidaktergantungan antara koefisien
absorptifitas dengan konsentrasi larutan. Sebaliknya dalam larutan dengan
konsentrasi tinggi, Ꜫ akan berubah-ubah bergantung pada indeks refraksi
larutan. Oleh karena itu, pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer
dilakukan pada rentang nilai aman berdasarkan hukum Lambert-Beer. Kesalahan
relatif terkecil yaitu pada nilai T=36,8%, ketelitian diperoleh pada rentang 15%<T
<65%.
2.3 Spektrofotometri Larutan
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk menerapkan
metode spektrofotometri. Pada prinsipnya ya jelas aja sama, yaitu pengukuran
konsentrasi sampel yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan
cahaya. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukurabsorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang
disebut kuvet.Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding
dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Gambar 2.2 Skema Kerja Spektrofotometer


2.3.1 Komponen Utama Spektrofotometer
1. Sumber cahaya polikromatis
Sumber cahaya polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk spektrofotometer:
- UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen
- VIS menggunakan lampu halogen kuarsa / tungsten yang sering
disebut lampu wolfram. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi
(3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia
digunakan sebagai sumber lampu.
UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator. Infra
merah, lampu pada panjang gelombang IR.
2. Monokromator
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalah
gratting atau lensa prisma dan filter optik.
3. Sel (Kuvet)
Kuvet adalah tempat yang digunakan untuk meletakkan larutan yang hendak
diukur. Kuvet yang digunakan umumnya tidak menyerap sinar. Pada pengukuran
daerah sinar tampak (visible) kuvet kaca dapat digunakan, tapi untuk daerah UV
kita harus menggunakan kuvet kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada
daerah ini. Untuk daerah IR dapat digunakan kuvet kristal garam.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah energi sinar yang diteruskan oleh
sampel menjadi besaran listrik yang terukur. Detektor yang ideal harus memiliki
kepekaan yang tinggi, perbandingan sinyal-noise yang tinggi dan sifat tanggap
yang stabil pada daerah panjang gelombang pengamatan.
5. Penguat/Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat
dibaca oleh indikator.
6. Read-Out (alat pembaca)
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat
listrik yang berasal dari detektor. Hasil yang dikeluarkan dapat melalui printer,
digital recorder, atau komputer yang dilengkapi layar monitor.
2.3.2 Prinsip Kerja Spektrofotometer
Cahaya polikromatis dari sumber cahaya masuk ke dalam monokromator
dan mengalami penguraian menjadi cahaya monokromatis. Cahaya tersebut
kemudian diteruskan memalui sel yang berisi sampel. Cahaya sebagian diserap
oleh sel dan sebagiannya lagi diteruskan ke fotosel yang berfungsi untuk
mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh
fotosel memberikan sinyal pada detektor yang kemudian diubah menjadi nilai
serapan atau transmitans dari zat yang dianalisis.

2.4 Komponen Zat Warna dalam Larutan Campuran Zat Warna


Pengukuran dan analisa warna suatu larutan zat warna campuran didasrkan
pada teori yang sama dengan pengukuran larutan zat warna tunggal. Secara
umum, pencampuran warna dapat dibagi menjadi dua system yaitu
1. Pencampuran substraktif yang terjadi dalam pencampuran warna substrat
seperti cat dan zat warna
2. Pencampuran aditif yang terjadi dalam proses pencampuran warna
cahaya
Warna primer dalam pencampuran cahaya adalah merah, hijau, dan biru
(RGB) dan biasa disebut dengan additive primary colours (warna primer aditif),
sedangkan warna-warna primer dalam pencampuran substrat adalah sian,
magenta, dan kuning (CMY) dan biasa disebut dengan istilah substractive
primary colours (warna primer substraktif).

Gambar 2.3 Pencampuran Aditif dan Pencampuran Substraktif

Analisa larutan campuran dua atau lebih zat warna dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri selama syarat-syarat berikut ini dipenuhi :
1. Kurva absorbansi masing-masing komponen warna dalam campuran
tidak sama
2. Tidak terjadi interaksi antara masing-masing komponen zat warna,
sehingga absorbansi campuran pada setiap panjang gelombang
merupakan jumlah dari nilai absorbansi semua komponen zat warna
3. Masing-masing komponen zat warna harus memenuhi hukum Beer dan
diketahui koefisien absorpsinya pada panjang gelombang maksimum.
Panjang gelombang maksimum masing-masing komponen zat warna
sebaiknya berbeda jauh.
Dengan perhitungan matematis, komposisi komponen zat warna dapat
dianalisa, untuk campuran dua komponen zat warna dalam larutan yang diukur
dalam cuvet 10mm (I=1cm), maka nilai absorbansi dapat ditentukan. Namun
demikian, perlu diperhitungkan pula kemungkinan adanya agregrasi zat warna
dalam campuran yang dapat menurunkan akurasi nilai absrobansi campuran
warna dalam larutan. Akurasi hasil analisa sangat bergantung pada ketelitiian
dalam mempersiapkan larutan contoh sebelum pengukuran dan kalibrasi atau
pengukuran larutan blanko (nilai referensi untuk larutan bening).

2.5 Teori Pencelupan


Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat
warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil ke
dalam larutan tersebut, sehingga terjadi penyerapan zat warna ke dalam serat.
Penyerapan ini terjadi karena reaksi eksotermik (mengeluarkan panas) dan
keseimbangan. Jadi pada pencelupan terjadi tiga peristiwa penting, yaitu :
a. Melarutkan zat warna dan mengusahakan agar larutan zat warna bergerak
menempel pada bahan. Peristiwa ini disebut migrasi.
b. Mendorong larutan zat warna agar dapat terserap menempel pada bahan.
Peristiwa ini disebut adsorpsi.
c. Penyerapan zat warna dari permukaan bahan ke dalam bahan. Peristiwa ini
disebut difusi, kemudian terjadi fiksasi, pada tahap ini diperlukan bantuan
luar, seperti : menaikkan suhu, menambah zat pembantu lain seperti garam
dapur, asam dan lain-lain.
Baik tidaknya hasil pencelupan sangat ditentukan oleh ketiga tingkatan
pencelupan tersebut. Apabila zat warna terlalu cepat terfiksasi maka
kemungkinan diperoleh celupan yang tidak rata. Sebaliknya, apabila zat warna
memerlukan waktu yang cukup lama untuk fiksasinya, agar diperoleh waktu yang
sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan peningkatan suhu atau penambahan
zat-zat pembantu lainnya. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dalam pencelupan
faktor-faktor pendorong seperti suhu, penambahan zat pembantu dan lamanya
pencelupan perlu mendapatkan perhatian yang sempurna.
Secara prinsip, dengan diketahuinya konsentrasi awal larutan celup, larutan
sisa pencelupan dan sisa pencucian, maka banyaknya zat warna yang terserap
kedalam bahan dapat dianalisa melalui pengukuran nilai absorbansi larutan
berwarna tersebut. Namun harus diperhatikan bahwa pengukuran dengan
metode spektrofotometeri dapat menghasilkan analisa yang valid dan teliti
selama warna yang dianalisa bekerja pada panjang gelombang yang sama dan
dengan konsentrasi yang tepat.
Dalam proses pencelupan, pencucian merupakan tahap yang sangat penting
karena bertujuan untuk melepaskan zat warna yang tidak berfiksasi dengan
serat, dengan mengukur jumlah zat warna yang terdapat dalam larutan sisa
pencucian maka total jumlah zat warna yang terserap kedalam bahan akan dapat
dianalisa secara spektrofotometri.

2.5.1 Pencelupan dengan Zat Warna Direk


Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa
secara langsung dengan tidak memerlukan suatu senyawa mordan. Tapi, ada
beberapa jenis zat warna direk yang dapat mencelup serat-serat protein. Congo
red merupakan zat warna direk yang pertama kali dikenal orang yang ditemukan
oleh Brottiger pada tahun 1884.
Struktur kimia zat warna direk merupakan senyawa azo yang mengandung
gugusan sulfanot sebagai gugusan pelarut. Zat warna direk, dapat merupakan
senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo atau tetrakis-azo. Salah satu contoh struktur
kimia zat warna direk :

OH

N=N
Gambar 2.4 Diazamine
NaO3S Scarlet B ( C.I.
NH.CODirect Red 118
NH)2

Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan penting pada


pencelupan dengan zat warna direk. Apabila atom hidrogen dari gugusan
hidrolsil tersebut diganti dengan gugusan asetil maka serat tidak dapat dicelup
zat warna direk. Hal ini dikarenakan gugusan hodroksil dalam molekul selulosa
dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan gugusan-gugusan hidroksil, amina
dan azo dalam molekul zat warna.
Pada Umumnya zat warna direk mempunyai ketahanan luntur yang kurang
baik terhadap pencucian sedangkan ketahanan terhadap sinar adalah sedang,
kecuali ada beberapa yang mempunyai nilai cukup atau baik. Tahan luntur zat
warna direk yang kurang baik antara lain disebabkan oleh adanya ikatan
hidrogen yang memiliki sifat tidak tahan terhadap panas juga zat warna direk
merupakan zat warna yang larut.

2.6.1 Sifat-sifat Zat Warna Direk


Zat warna direk termasuk golongan zat warna yang larut dalam air. Sifat
utama dari zat warna direk adalah ketahanan cucinya kurang baik, ketahanan
sinarnya cukup, beberapa di antaranya cukup baik.
Untuk memperbaikinya sesudah pencelupan sering dilanjutkan dengan
pengerjaan iring. Selain itu zat warna direk juga tidak tahan terhadap oksidasi
dan reduksi. Kerataan pencelupannya berbeda-beda, sehingga zat warna direk
dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
1. Golongan A
Zat warna direk yang termasuk golongan ini mudah bermigrasi, sehingga
mempunyai daya perata yang tinggi. Pada permulaan pencelupannya mungkin
tidak rata akan tetapi dengan pendidihan yang cukup akan diperoleh hasil
pencelupan yang rata.
2. Golongan B
Zat warna direk yang termasuk golongan ini mempunyai daya perata yang
rendah, sehingga pada penyerapannya perlu diatur dengan penambahan suatu
elektrolit. Apabila pada permulaan pencelupannya memberikan hasil yang kurang
rata, maka akan sulit untuk memperbaikinya.

3. Golongan C
Zat warna direk yang termasuk golongan ini mempunyai daya perata yang
rendah dan sangat peka terhadap elektrolit. Penyerapan sangat baik walaupun
tanpa penambahan elektrolit, akan tetapi perlu pengaturan suhu pencelupan.
BAB III
PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Percobaan A (Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna)
 Alat
- Spektrofotometer - Gela kimia 100 ml
“spectronic 20” - Corong gelas
- Tabung cuvette - Piet ukur 10 ml
- Timbangan digital - Ball filer
- Labu ukur 100 ml - Labu semprot

 Bahan
- Zat warna “Direct Red”
- Air destilasi

3.1.2 Percobaan B (Komposisi Komponen Zat Warna dalam Larutan


Campuran Zat Warna)
 Alat
- Spektrofotometer - Gela kimia 100 ml
“spectronic 20” - Corong gelas
- Tabung cuvette - Piet ukur 10 ml
- Timbangan digital - Ball filer
- Labu ukur 100 ml - Labu semprot

 Bahan
- Zat warna “Direct Red”
- Zat warna “Direct Blue”
- Air destilasi

3.1.3 Percobaan C (Analisa Zat Warna yang Terserap pada Bahan)


 Alat
- Spektrofotometer - Ball filer
“spectronic 20” - Labu semprot
- Tabung cuvette - High Temperature Dyeing
- Timbangan digital atau Ahiba Texomat
- Labu ukur 100 ml - Teepol
- Gela kimia 100 ml - Na2CO3
- Corong gelas - NaCl
- Piet ukur 10 ml

 Bahan
- Zat warna “Direct Red”
- Air destilasi
- Kain kapas

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Percobaan A (Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna)
1) Persiapan Larutan Induk dan Larutan Contoh
- Buat larutan induk dengan konsentrasi 1g/L
- Dengan sistem pengenceran, buat larutan pengukuran awal
menggunakan Spectronic 20 untuk menentukan rentang konsentrasi
dengan hasil pengukuran paling baik/teliti (untuk menghindari terjadinya
penyimpangan hukum Lambert Beer)

2) Penentuan Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna


- Baca terlebih dahulu tata cara mengoperasikan Spectronic 20, kalibrasi,
dan persiapan cuvette sebelum melaksanakan percobaan
- Ukur nilai % transmitansi larutan zat warna yang sudah dipersiapkan
pada setiap panjang gelombang (400-700 nm)
- Konversikan nilai %T ke nilai absorbansi (A), dengan menggunakan
alat atau dengan menghitung sebagai berikut : A = 2 – log %T
- Buat grafik hubungan antara %T vs panjang gelombang dan A vs
panjang gelombang
- Tentukan panjang gelombang maksimum, minimum, dan antara dari zat
warna yang diukur

3) Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Zat Warna


- Siapkan contoh larutan zat warna pada lima konsentrasi berbeda
dengan rentang konsentrasi yang sama
- Ukur nilai konsentrasi kelima larutan tersebut pada panjang gelombang
maksimumnya
- Buat grafik A vs konsentrasi pada panjang gelombang maksimum
tersebut
- Lakukan analisa regresi (tentukan persamaan regresi y = ax + b,
dimana y = nilai absorbansi, x = konsentrasi) dengan menggunakan
Microsoft Excel atau dihitung manual sebagai berikut :
n ( Σxy )−(Σx)( Σy)
a=
n ( Σ x2 ) −¿ ¿
( Σy ) ( Σ x 2 )−(Σx)( Σy)
b=
n ( Σ x 2 )−¿ ¿
n = banyaknya larutan contoh (lima konsentrasi, n = 5)

4) Penentuan Konsentrasi Larutan Zat Warna yang Belum diketahui


- Buat satu konsentrasi zat warna
- Dengan asumsi bahwa konsentrasi larutan tersebut belum diketahui,
ukur nilai absorbansi larutan tersebut
- Tentukan konsentrasi larutan tersebut dengan menggunakan
persamaan regresi yang sudah diperoleh dari percobaan 3)

5) Pengoperasian Spectronic 20
- Periksa voltage stabilizer dan Spectronic 20
- Panaskan alat selama 15 menit
- Kalibrasi alat dengan menggunakan air suling (destilled water), tepat
pada nilai 0 %T dan 100%T. Lakukan kalibrasi ini pada setiap
perubahan panjang gelombang
- Ukur nilai %T atau A larutan zat warna
3.2.2 Percobaan B (Komposisi Komponen Zat Warna dalam Larutan
Campuran Zat Warna)
1) Penentuan Absorbansi Zat Warna Tunggal Kedua
- Buat satu buah larutan induk zat warna dengan warna yang berbeda
dari jenis warna yang sama dengan percobaan A. Buat dengan
konsentrasi tertentu (contoh 1 g/L) menggunakan sistem pengenceran
- Dari larutan induk, buat suatu larutan zat warna dengan konsentrasi
tertentu untuk ditentukan % transmitansinya pada panjang gelombang
400 – 700 nm dengan selang nilai 10
- Buat grafik hubungan antara %T dengan panjang gelombang
- Konversikan nilai %T ke A (absorbansi dengan rumus : A = 2 – log %T
- Buat grafik hubungan antara Absorbansi dan panjang gelombang
- Tentukan panjang gelombang maksimumnya

2) Penentuan Komposisi Komponen Zat Warna dalam Larutan


Campuran
- Siapkan larutan induk zat warna tunggal yang digunakan pada
percobaan A dan percobaan B bagian 1)
- Dari kedua larutan induk tersebut, masing-masing dibuat larutan yang
terdiri dari campuran kedua warna tersebut dengan komposisi tertentu.
Buat 3 konsentrasi yang berbeda komposisinya, misal :
a. ZW A : ZW B = 1 : 3
b. ZW A : ZW B = 1 : 1
c. ZW A : ZW B = 3 : 1
- Ukur %T larutan campuran pada semua panjang gelombang dari 400-
700 nm dengan interval 10 nm
- Buat grafik %T vs panjang gelombang kelima larutan tersebut
- Konversikan nilai %T lima larutan tersebut ke dalam nilai Absorbanasi
- Buat kurva absorbansi vs panjang gelombang kelima larutan tersebut
- Dari data hasil pengukuran diatas, tentukan nilai-nilai λ1, λ2, A1, A2, B1,
B2, D1 dan D2 untuk digunakan dalam perhitungan
Sistematika Perhitungan Komposisi Komponen Zat Warna dalam Campuran
λ1 = panjang gelombang maks. zat warna A
λ2 = panjang gelombang maks. zat warna B
A1 = nilai absorbansi zat warna tunggal A pada λ1
A2 = nilai absorbansi zat warna tunggal A pada λ2
B1 = nilai absorbansi zat warna tunggal B pada λ1
B2 = nilai absorbansi zat warna tunggal B pada λ2
D1 = nilai absorbansi campuran zat warna A dan B pada λ1
D2 = nilai absorbansi campuran zat warna A dan B pada λ2

Masukkan nilai-nilai tersebut pada persamaan :


Pada λ1 : D1 = (x/m)A1 + (y/n).B1 ......... (1)
Pada λ2 : D2 = (x/m)A2 + (y/n).B2 ......... (2)

Dari persamaan (1) dan (2) dapat ditentukan harga x dan y, dimana :
x = konsentrasi zat warna A
y = konsentrasi zat warna B

3.2.3 Percobaan C (Analisa Zat Warna yang Terserap pada Bahan)


1) Proses Pencelupan
- Buat resep pencelupan sesuai dengan zat warna dan bahan yang akan
dicelup. (Jenis zat warna yang digunakan sama dengan zat warna yang
digunakan pada percobaan sebelumnya)
Konsnetrasi zat warna : 0,40%; 0,42%; 0,5%; dan 1%
- Catat konsentrasi larutan celup sebelum pencelupan dilakukan
- Lakukan pencelupan sesuai dengan resep dengan sistem pencelupan
exhaustion (perendaman) menggunakan mesin HT-Dyeing
- Tampung sisa larutan celup di akhir proses pencelupan
- Cuci bahan yang telah selesai dicelup dan tampung larutan sisa
pencucian di akhir proses pencucian
- Keringkan bahan yang telah dicuci untuk digunakan ada percobaan bab
selanjutnya

2) Penentuan Konsentrasi Zat Warna yang Terserap Pada Bahan


- Ukur %T atau A larutan sisa pencelupan dan sisa pencucian pada λmaks
- Masukkan nilai Absorbansi pada persamaan regresi percobaan A untuk
menghitung konsentrasi larutan sisa celup dan cuci
- Tentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan sebelum
pencucian, dengan rumus :
Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan sebelum
pencucian = Konsentrasi larutan celup – konsentrasi larutan sisa
pencelupan atau
%zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian =
Kons. Lar .Celup−Kons . Lar . Sisa Celup
x 100%
Kons . Lar .Celup
- Tentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah
pencucian, dengan rumus :
Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah
pencucian = Konsentrasi larutan celup – (konsentrasi larutan sisa
celup + konsentrasi larutan pencucian) atau
%zat warna yang terserap pada bahan setelah pencucian =
Kons. Lar .Celup−( Kons . Lar . Sisa Celup+kons . Lar .Cuci)
x 100%
Kons . Lar . Celup

3.3 Resep
Pada percobaan C dilakukan pencelupan kapas dengan zat warna
direk, dan resep pencelupannya adalah sebagai berikut :
- Zat warna = (0,40 ; 0,42 ; 0,50 ; 1,00) OWF
- Pembasah = 1 mL/L
- NaCl = 20 g/L
- Na2CO2 = 0,5 g/L
- Vlot = 1 : 20
- Suhu = 130oC
- Waktu = 30 menit
Dengan resep pencucian sebagai berikut :
- Sabun = 1 mL/L
- Na2CO3 = 1 g/L
- Vlot = 1 : 20
- Suhu = 60oC
- Waktu = 15 menit

3.4 Data Pengamatan


3.4.1 Percobaan A
Membuat larutan induk dengan menimbang 0,1 gram zat warna direk
red dan dilarutkan dalam 100 mL air sehigga konsentrasi zat warna induk
yang dibuat yaitu :
0,1 gram
Konsentrasi zw induk = = 0,001 g/L
100 mL
Dari larutan induk dibuat lima larutan dengan konsentrasi yang
berbeda-beda menggunakan sistem pengenceran, yaitu :
V1 x N1 = V2 x N2
 1 mL zat warna lar. induk dalam 100 mL air
V1 x N1 = V2 x N2
1 mL x 0,1 g/L = 100 mL x N2
1 = 100N2
0,1
N2 =
100
N2 = 0,001 g/L

 2 mL zat warna lar. induk dalam 100 mL air


V1 x N1 = V2 x N2
2 mL x 0,1 g/L = 100 mL x N2
2 = 100N2
0,2
N2 =
100
N2 = 0,002 g/L

 3 mL zat warna lar. induk dalam 100 mL air


V1 x N1 = V2 x N2
3 mL x 0,1 g/L = 100 mL x N2
3 = 100N2
0,3
N2 =
100
N2 = 0,003 g/L

 4 mL zat warna lar. induk dalam 100 mL air


V1 x N1 = V2 x N2
4 mL x 0,1 g/L = 100 mL x N2
4 = 100N2
0.4
N2 =
100
N2 = 0,004 g/L

 5 mL zat warna lar. induk dalam 100 mL air


V1 x N1 = V2 x N2
5 mL x 0,1 g/L = 100 mL x N2
5 = 100N2
0,5
N2 =
100
N2 = 0,005 g/L

Dari kelima larutan tersebut dilakukan pengukuran dengan


menggunakan spektrofotometer, didapat data sebagai berikut :
Λ (nm) c (g/L) %T
0,001 69,915
0,002 51,792
530 0,003 37,357
0,004 27,056
0,005 20,976
Dari data diatas didapat dihitung Absorbansinya dengan rumus :
A = 2 – log %T, sehingga didapat data sebagai berikut :
n Konsentrasi (x) Transmitansi Absorbansi x2 xy
%T (y)
1 0,001 69,915 0,1554 1×10-6 0,0001554
2 0,002 51,792 0,2857 4×10-6 0,0005714
3 0,003 37,357 0,4276 9×10-6 0,0012828
4 0,004 27,056 0,5677 16×10-6 0,0022708
-6
5 0,005 20,976 0,6783 25×10 0,0033915
 0,015 2,1147 55×10-6 0,0076719

Sehingga dari data diatas dapat diambil grafik antara %T vs


konsentrasi zat warna dan A vs konsentrasi zat warna sebagai berikut :

Grafik 3.1 Grafik konsentrasi zat warna terhadap %Transmitansi


Grafik 3.2 Grafik konsentrasi zat warna terhadap Absorbansi
Dari tabel diatas dapat dihitung persamaan regresinya dengan rumus :
y = ax + b
n ( Σxy )−(Σx)( Σy)
a=
n ( Σ x2 ) −¿ ¿
( Σy ) ( Σ x 2 )−(Σx)( Σy)
b=
n ( Σ x 2 )−¿ ¿
Analisis Regresi Secara Manual :
n ( Σ xy )−(Σx)(Σy) 5 ( 0,0076719 )−(0,015)(2,1147) 0,006639
a= = =
2
n ( Σ x ) −(x )2
5 (55 × 10−6 )−( 0,015)2 5 .10−5
¿ 132,78
2 −6
( Σ y ) ( Σ x )−( Σx ) ( Σxy ) ( 2,1147 ) ( 55. 10 ) −( 0,015 ) ( 0,0076719 ) 1,23 .10−6
b= 2
= 2
=
n ( Σ x 2) −( x ) 5 ( 55.10−6 )− ( 0,015 ) 5 .10−5
¿ 0,0246
Menentukan Konsentrasi Zat Warna Yang Tidak Diketahui

Nilai Absorbansi = 0,1554


y ¿ ax +b
y ¿ 132,78 x+ 0,0246
0,1554 = 132,78 x + 0,0246
0,1554 – 0,0246 = 132,78 x
0,1308 = 132,78 x
x ¿ 0,000985 g/ L
= 0,001 g/ L

3.4.2 Percobaan B
1) Zat Warna Induk
 Zat Warna A
0,1 gram
Konsentrasi zw induk A = = 0,001 g/L
100 mL

 Zat Warna B
0,1 gram
Konsentrasi zw induk B = = 0,001 g/L
100 mL

Perhitungan Pengenceran Konsentrasi Larutan Zat Warna Tunggal

NO. KONSENTRASI RUMUS


1. Zat Warna A N 1 V 1=N 2 V 2
0,001 g/L 0,1 x V 1 = 0,001 x 100
V 1= 1,0 mL
2. Zat Warna B N 1 V 1=N 2 V 2
0,001 g/L 0,1 x V 1 = 0,001 x 100
V 1= 1,0 mL

Pembuatan zat warna campuran adalah percampuran dari zat warna induk A
dengan zat warna induk B,

Pembuatan Zat Warna Campuran

NO. ZAT WARNA PERBANDINGAN


A B
1. C 1 1
2. D 2 1
3. E 3 1

Perhitungan Pembuatan Larutan Zat Warna Campuran

NO. ZAT RUMUS


WARNA A B
1. C 1 1
x 1 mL = 0,50 mL x 1 mL = 0,50 mL
2 2

2. D 2 1
x 1 mL = 0,66 mL x 1 mL = 0,33 mL
3 3

3. E 3 1
x 1 mL = 0,75 mL x 1 mL = 0,25 mL
4 4

Tabel Hubungan %T dengan Panjang Gelombang


%T
NO. Λ

A B C D E
1 400 82,348 74,442 61,695 53,377 44,394
2 410 85,741 74,312 67,298 60,925 53,912
3 420 87,794 74,438 69,907 65,09 59,485
4 430 88,925 74,136 71,304 67,305 61,945
5 440 89,268 74,088 71,639 68,078 62,607
6 450 88,765 73,66 70,879 66,977 61,44
7 460 87,321 72,717 68,89 63,824 57,556
8 470 85,205 71,583 66,028 59,731 52,383
9 480 82,093 70,112 62,706 54,653 46,368
10 490 79,241 68,487 59,17 49,757 40,72
11 500 75,835 65,461 54,574 44,194 34,502
12 510 72,024 62,128 50,278 38,872 29,001
13 520 70,022 57,888 46,26 35,019 25,508
14 530 69,915 53,9 43,527 32,801 23,939
15 540 70,008 49,42 40,278 30,706 22,332
16 550 71,185 46,04 37,88 29,007 21,098
17 560 72,318 43,814 37,168 29,406 21,948
18 570 78,254 43,452 39,103 33,326 26,507
19 580 85,625 44,851 42,355 38,731 33,369
20 590 91,421 47,488 45,844 43,966 40,091
21 600 94,552 50,884 49,159 48,019 44,935
22 610 95,778 54,783 52,527 51,243 48,57
23 620 96,401 58,616 55,86 54,513 51,587
24 630 96,885 62,705 59,117 57,374 54,398
25 640 96,92 66,294 62,656 60,712 57,46
26 650 97,063 69,794 65,582 63,752 60,726
27 660 97,336 72,822 69,203 66,894 63,887
28 670 97,406 75,191 71,701 69,878 66,567
29 680 97,182 77,777 74,607 72,575 69,536
30 690 97,396 79,45 77,047 75,085 72,433
31 700 98,069 81,972 79,851 72,433 75,773

Kurva Hubungan %T dengan Panjang Gelombang


hubungan %T dengan panjang gelombang
120

100

80

60

40

20

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70

A B C D E
Tabel Hubungan Absorbansi dengan Panjang Gelombang

A
NO. λ

A B C D E
1 400 0,08434694 0,12818197 0,20975003 0,27264584 0,35267572
2 410 0,06681146 0,12894105 0,17199784 0,21520446 0,26831456
3 420 0,05653516 0,1282053 0,15547933 0,18648573 0,22559253
4 430 0,05097613 0,12997085 0,14688611 0,17195267 0,20799374
5 440 0,0493042 0,13025213 0,14485049 0,16699321 0,20337711
6 450 0,05175824 0,13276829 0,14948242 0,17407431 0,21154879
7 460 0,0588813 0,13836405 0,16184382 0,19501598 0,2399094
8 470 0,06953492 0,1451901 0,18027186 0,22380021 0,28080963
9 480 0,08569387 0,15420764 0,2026909 0,26238599 0,33378164
10 490 0,10105005 0,16439186 0,22789843 0,30314581 0,39019223
11 500 0,12013031 0,18401736 0,26301421 0,35463669 0,46215573
12 510 0,14252276 0,20671263 0,29862201 0,41036311 0,53758703
13 520 0,15476549 0,23741145 0,33479437 0,45569626 0,59332359
14 530 0,15542964 0,26841123 0,36124126 0,48411292 0,620894
15 540 0,15485233 0,30609726 0,3949321 0,51277675 0,65107238
16 550 0,14761151 0,33686469 0,42159003 0,53749719 0,67575871
17 560 0,14075359 0,3583871 0,42983081 0,53156405 0,65860505
18 570 0,10649345 0,36199023 0,40778992 0,47721681 0,57663942
19 580 0,06739942 0,34822787 0,37309531 0,41194129 0,47665681
20 590 0,03895403 0,32341612 0,3387175 0,35688304 0,39695311
21 600 0,02432928 0,29341876 0,30839696 0,31858689 0,34741525
22 610 0,01873424 0,26135419 0,2796174 0,29036545 0,3136319
23 620 0,01591846 0,23198382 0,25289907 0,26349992 0,28745973
24 630 0,01374346 0,20269783 0,22828761 0,24128487 0,26441707
25 640 0,01358659 0,17852578 0,20303733 0,21672546 0,24063438
26 650 0,01294629 0,15618191 0,18321534 0,19550619 0,21662532
27 660 0,0117265 0,1377374 0,15987508 0,17461283 0,1945875
28 670 0,01141429 0,12383414 0,14447479 0,15565953 0,17674102
29 680 0,01241417 0,10914881 0,12722042 0,13921296 0,1577903
30 690 0,01145888 0,0999061 0,11324427 0,12444681 0,14006353
31 700 0,00846825 0,08633447 0,09771964 0,14006353 0,12048552
Kurva Hubungan Absorbansi dengan Panjang Gelombang

hubungan A dengan panjang gelombang


0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70

A B C D E

Perhitungan Konsentrasi Larutan Campuran

1. Zat warna A (Direct Red) panjang gelombang maksimum beradap pada


panjang gelombang 530 nm
2. Zat warna B (Direct Blue) panjang gelombang maksimum beradap pada
panjang gelombang 570 nm
3. Tabel Hubungan %T, Absorbansi, dan Panjang Gelombang terdapat pada
lampiran
4. Perhitungan Konsentrasi
a. Perhitungan Konsentrasi pada Larutan Zat Warna C
- m = 1 g/L
- n = 1 g/L

x y
λ maks A → C λ 1 = A 1 + B1 ................................. 1
m n
x y
λ maks B → C λ 2 = A 2 + B2 ................................. 2
m n -
Eliminasi 1 dengan 2.....................................................3

Maka akan nilai x dan y akan diketahui ...................... 4

Penyelesaian :

x y
λ maks A → 0,36124126= 0,15542964+ 0,26841123........ 1
1 1

x y
λ maks B → 0,40778992= 0,10649345+ 0,36199023........ 2
1 1

↔ 0,36124126= 0,15542964 x + 0,26841123y x 0,10649345

0,40778992= 0,10649345 x + 0,36199023y x 0,15542964

-
↔ 0,0384698281 = 0,0165522386x + 0,0285840379y

0,0633826405 = 0,0165522386x + 0,0562640111y


-
-0,0249128124 = 0 +(
-0,0276799732y)

y = 0,9000302211

Maka x,
↔ 0,36124126= 0,15542964 x + 0,26841123y
0,36124126= 0,15542964 x + 0,26841123 (0,9000302211)
0,36124126= 0,15542964 x + 0,2415782187

0,1196630413 = 0,15542964 x

x = 0,7698855978

Maka perbandingan antara x : y adalah =

↔ x : y
0,7698855978 : 0,9000302211

0,8553997185 : 1

b. Perhitungan Konsentrasi pada Larutan Zat Warna D


- m = 1 g/L
- n = 1 g/L
x y
λ maks A → C λ 1 = A 1 + B1 ................................. 1
m n

x y
λ maks B → C λ 2 = A + B ................................. 2
m 2 n 2 -
Eliminasi 1 dengan 2...................................................... 3

Maka akan nilai x dan y akan diketahui ....................... 4

Penyelesaian :

x y
λ maks A → 0,48411292 = 0,15542964+ 0,26841123 ........ 1
1 1
x y
λ maks B → 0,47721681 = 0,10649345+ 0,36199023 ........ 2
1 1

↔ 0,48411292 = 0,15542964 x + 0,26841123 y x 0,10649345

0,47721681 = 0,10649345 x + 0,36199023 y x 0,15542964


-
↔ 0,051554855 = 0,0165522386x + 0,0285840379y

0,074173637 = 0,0165522386x + 0,0562640111y


-
-0,022618782 = 0 + ( -0,0276799732y)

y = 0,8171533201

Maka nilai x :

↔ 0,48411292 = 0,15542964 x + 0,26841123 y

0,48411292 = 0,15542964 x + 0,26841123 (0,8171533201)

0,48411292 = 0,15542964 x + 0,2193331277


0,2647797923 = 0,15542964 x
x = 1,703534746

Maka perbandingan antara x : y adalah =

↔ x : y

1,703534746: 0,8171533201
2,0847186251 : 1
c. Perhitungan Konsentrasi pada Larutan Zat Warna E
- m = 1 g/L
- n = 1 g/L

x y
λ maks A → C λ 1 = A + B ................................. 1
m 1 n 1

x y
λ maks B → C λ 2 = A + B ................................. 2
m 2 n 2 -
Eliminasi 1 dengan 2...................................................... 3

Maka akan nilai x dan y akan diketahui ........................ 4

Penyelesaian :

x y
λ maks A → 0,620894= 0,15542964+ 0,26841123........ 1
1 1
x y
λ maks B → 0,57663942= 0,10649345+ 0,36199023 ........ 2
1 1

↔ 0,620894= 0,15542964x + 0,26841123y x 0,10649345

0,57663942= 0,10649345x + 0,36199023y x 0,15542964


- 0,0661211441 = 0,0165522386x + 0,0285840379y

0,0886268575 = 0,0165522386x + 0,0562640111y

-0,0235057134 = 0 + ( -0,0276799732y)

y = 0,8491956705

Maka nilai x :

↔ 0,620894 = 0,15542964x + 0,26841123y

0,620894 = 0,15542964x + 0,26841123 (0,8491956705)

0,620894 = 0,15542964x + 0,2279336544

0,3929603456 = 0,15542964x
x = 2,5282201361
Maka perbandingan antara x : y adalah =

↔ x : y

2,5282201361 : 0,8491956705

2,97719386 : 1

3.4.3 Percobaan C
A. Persiapan Larutan Celup
1. Pembuatan larutan induk zat warna A (Direct Red) 1 % = 1 gram / 100 Ml
2. Berat kain kapas

Tabel Berat kain kapas

NO. KAIN BERAT


1. Kain 1 3.92 gram
2. Kain 2 3.96 gram
3. Kain 3 3.89 gram
4. Kain 4 3.92 gram

B. Proses Pencelupan
Resep
1. Resep Pencelupan
- ZW Direk Red = (0,40 ; 0,42 ; 0,50 ; 1,00)% OWF
- Pembasah = 1 mL/L
- Na2 CO 3 = 0,5 g/L
- NaCl = 20 g/L
- Vlot = 1:20
- Suhu = 130°C
- Waktu = 30 menit
2. Resep Pencucian
- Sabun = 1 mL/L
- Na2 CO 3 = 1 g/L
- Vlot = 1:30
- Suhu = 60°C
- Waktu = 15 menit

C. Perhitungan Resep
1. Perhitungan Resep Pencelupan
a. KAIN 1 (Konsentrasi ZW Direk 0,40 %)
(Kebutuhan larutan 2x untuk pencelupan dan pengukuran larutan zat
warna)
i. Berat Bahan = 3.92 gram
ii. Vlot = 1:20
iii. Kebutuhan Larutan = 3.92 x 20 = 78.4 mL
iv. Resep
0,4
- ZW Direk = x 3,92 x 100 = 1,568 mL
100
1
- Pembasah = x 78.4 = 0.0784 mL
1000
0.5
- Na2 CO 3 = x 78.4 = 0.0392 gram
1000
20
- NaCl = x 78.4 = 1.568 gram
1000
- Air = 75.1464 mL

b. KAIN 2 (Konsentrasi ZW Direk 0,42 %)


(Kebutuhan larutan 2x untuk pencelupan dan pengukuran larutan zat
warna)
i. Berat Bahan = 3.96 gram
ii. Vlot = 1:20
iii. Kebutuhan Larutan = 3.96 x 20 = 79.2 mL
iv. Resep
0,42
- ZW Direk = x 3.96 x 100 = 1.6632 mL
100
1
- Pembasah = x 79.2 = 0.0792 mL
1000
0.5
- Na2 CO 3 = x 79.2 = 0.0396 gram
1000
20
- NaCl = x 79.2 = 1.584 gram
1000
- Air = 75.834 mL

c. KAIN 3 (Konsentrasi ZW Direk 0,50 %)


(Kebutuhan larutan 2x untuk pencelupan dan pengukuran larutan zat
warna)
i. Berat Bahan = 3.89 gram
ii. Vlot = 1:20
iii. Kebutuhan Larutan = 3.89 x 20 = 77.8 mL
iv. Resep
0,5
- ZW Direk =x 3.89 x 100 = 1.945 mL
100
1
- Pembasah = x 77.8 = 0.0778 mL
1000
0.5
- Na2 CO 3 = x 77.8 = 0.0389 gram
1000
20
- NaCl = x 77.8 = 1.556 gram
1000
- Air = 74.1823 mL
d. KAIN 4 (Konsentrasi ZW Direk 1,00 %)
(Kebutuhan larutan 2x untuk pencelupan dan pengukuran larutan zat
warna)
i. Berat Bahan = 3.92 gram
ii. Vlot = 1:20
iii. Kebutuhan Larutan = 3.92 x 20 = 78.4 mL
iv. Resep
1
- ZW Direk= x 3.92 x 100 = 3.92 mL
100
1
- Pembasah = x 78.4 = 0.0784 mL
1000
0.5
- Na2 CO 3 = x 78.4 = 0.0392 gram
1000
20
- NaCl = x 78.4 = 1.568 gram
1000
- Air = 72.7944 mL

1) Resep Pencelupan
Zat warna induk = 0,1 gram dilarutkan dalam 100 mL air
= 0,001 g/mL ≈ 1 g/L
 Kain 1 dengan konsentrasi 0,42%
- Berat bahan = 4,26 gram
0,42 100
- ZW direk = x 4,26 x
100 1
= 1,8 mL
- Vlot = 1 : 30
= 4,26 : 127,8
- Larutan = 127,8 mL
0,5
- Teepol = x 127,8
1000
= 0,06 mL
40
- NaCl = x 127,8
1000
= 5,112 gram
- Air = 127,8 – 0,06
= 127,7 Ml

2. Perhitungan Resep Pencucian


a. KAIN 1 (Konsentrasi ZW Direk 0,40 %)
i. Berat Bahan = 3.92 gram
ii. Vlot = 1:20
iii. Kebutuhan Larutan = 3.92 x 20 = 78.4 mL
iv. Resep
1
- Sabun = x 78.4 = 0.0784 mL
1000
1
- Na2 CO 3 = x 78.4 = 0.0784 gram
1000
- Air = 78.2432 mL

b. KAIN 2 (Konsentrasi ZW Direk 0,42 %)


i. Berat Bahan = 3.96 gram
ii. Vlot = 1:20
iii. Kebutuhan Larutan = 3.96 x 20 = 79.2 mL
iv. Resep
1
- Sabun = x 79.2 = 0,0792 mL
1000
1
- Na2 CO 3 = x 79.2 = 0,0792 gram
1000
- Air = 79.0416 mL

c. KAIN 3 (Konsentrasi ZW Direk 0,50 %)


i. Berat Bahan = 3.89 gram
ii. Vlot = 1:20
iii. Kebutuhan Larutan = 3.89 x 20 = 77.8 mL
iv. Resep
1
- Sabun = x 77.8 = 0.0778 mL
1000
1
- Na2 CO 3 = x 77.8 = 0.0778 gram
1000
- Air = 77.6444 mL

d. KAIN 4 (Konsentrasi ZW Direk 1,00 %)


i. Berat Bahan = 3.92 gram
ii. Vlot = 1:20
iii. Kebutuhan Larutan = 3.92 x 20 = 78.4 mL
iv. Resep
1
- Sabun = x 78.4 = 0.0784 mL
1000
1
- Na2 CO 3 = x 78.4 = 0.0784 gram
1000
- Air = 78.2432 Ml

D. Analisi Zat Warna yang Terserap pada Bahan


1. Konsentrasi 0,40 %

a. Sebelum Pencelupan

Tabel Perhitungan Pengenceran

NO. PENGENCERAN FP
1 0,1 mL / 100 mL mL
100 = 1000x
0,1 mL

Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 10.343 0.98535348
2 410 19.619 0.70732313
3 420 32.908 0.48269851
4 430 42.744 0.36912484
5 440 48.504 0.31422244
6 450 49.624 0.30430823
7 460 42.717 0.36939926
8 470 32.408 0.48934777
9 480 20.747 0.68304469
10 490 12.594 0.89983631
11 500 7.066 1.15082637
12 510 3.985 1.39957167
13 520 2.461 1.60888839
14 530 1.94 1.71219827
15 540 2.145 1.6685727
16 550 2.466 1.60800693
17 560 2.434 1.61367943
18 570 3.029 1.51870073
19 580 6.171 1.20964445
20 590 17.056 0.76812281
21 600 39.511 0.40328198
22 610 66.761 0.17547717
23 620 86.386 0.06355664
24 630 97.985 0.0088404
25 640 99.999 4.343E-06
26 650 99.999 4.343E-06
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06

b. Setelah Pencelupan

Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 87.422 0.05837926
2 410 90.716 0.04231611
3 420 92.814 0.03238651
4 430 93.235 0.03042102
5 440 93.662 0.02843657
6 450 94.223 0.02584307
7 460 93.75 0.02802872
8 470 93.495 0.02921161
9 480 92.73 0.03277974
10 490 92.565 0.03355319
11 500 91.691 0.03767329
12 510 91.185 0.0400766
13 520 91.105 0.04045779
14 530 91.128 0.04034816
15 540 91.439 0.03886853
16 550 91.409 0.03901104
17 560 91.409 0.03901104
18 570 92.669 0.03306552
19 580 95.526 0.01987841
20 590 97.299 0.01189162
21 600 98.836 0.00508484
22 610 99.7 0.00130484
23 620 99.999 4.343E-06
24 630 99.999 4.343E-06
25 640 99.999 4.343E-06
26 650 99.999 4.343E-06
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06

c. Setelah Pencucian

Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 78.429 0.10552332
2 410 87.919 0.05591726
3 420 92.505 0.03383479
4 430 94.667 0.02380139
5 440 95.7 0.01908806
6 450 95.87 0.01831727
7 460 93.533 0.02903514
8 470 91.121 0.04038152
9 480 88.035 0.05534463
10 490 84.937 0.07090308
11 500 80.401 0.09473855
12 510 75.932 0.11957516
13 520 73.731 0.13234988
14 530 73.8 0.13194364
15 540 74.745 0.12641785
16 550 75.543 0.12180577
17 560 78.153 0.10705435
18 570 75.543 0.12180577
19 580 78.153 0.10705435
20 590 85.146 0.06983575
21 600 95.505 0.01997389
22 610 99.999 4.343E-06
23 620 99.999 4.343E-06
24 630 99.999 4.343E-06
25 640 99.999 4.343E-06
26 650 99.999 4.343E-06
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06
d. Konsentrasi Zat Warna yang Terserap pada Bahan
NO. VARIABEL HASIL
1. Persamaan Regresi Larutan y= ax + b
ZW A y= 132,78 x+ 0,0246
2. Konsentrasi ZW sebelum y= ax + b
pencelupan 1,71219827= 132,78 x+ 0,0246
1,71219827 - 0,0246 = 132,78x
1,68759827 = 132,78x
1,68759827
=x
132,78
0,012709732 = x

Konsentrasi = x × FP
0,012709732 × 1000 = 12,709732

3. Konsentrasi ZW setelah y= ax + b
pencelupan
0.04034816= 132,78 x+ 0,0246
0.04034816- 0,0246 =132,78 x
0,01574816 = 132,78 x
0,0 1574816
=x
132,78
0,000118603 = x

4. Konsentrasi ZW setelah y= ax + b
pencucian
0.13194364= 132,78 x+ 0,0246
0.13194364- 0,0246 = 132,78 x
0,10734364 = 132,78 x
0 ,10734364
=x
132,78
0,000808432 = x

5. a 12,709732 g/L
6. b 0,000118603 g/L
7. c a−b
c= x 100%
a

12,709732−0,000118603
x 100%
12,709732
12,709613397
x 100%
12,709732
= 99,99 %

8. d 0,000808432 g/L
9. e a−(b+ d)
e= x 100%
a

12,709732−(0,000118603 +0,000808432)
x10
12,709732
0%

12,709732 – 0,000922923
x 100%
12,709732

0,0507466367
x 100%
12,709732

= 99,99 %

2. Konsentrasi 0,42 %
a. Sebelum pencelupan
Tabel Pengenceran

NO. PENGENCERAN FP
1. 0,1 mL / 100 mL 100 mL
= 1000x
0,1 mL

Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 11.804 0.92797
2 410 22.908 0.64001
3 420 36.963 0.43223
4 430 47.483 0.32346
5 440 52.548 0.27944
6 450 53.022 0.27554
7 460 44.767 0.34904
8 470 33.827 0.47074
9 480 21.83 0.66095
10 490 12.715 0.89568
11 500 7.559 1.12154
12 510 4.494 1.34737
13 520 2.953 1.52974
14 530 2.46 1.60906
15 540 2.748 1.56098
16 550 2.552 1.59312
17 560 2.745 1.56146
18 570 4.02 1.39577
19 580 7.738 1.11137
20 590 19.482 0.71037
21 600 44.554 0.35111
22 610 73.968 0.13096
23 620 94.383 0.02511
24 630 99.999 4.3E-06
25 640 99.999 4.3E-06
26 650 99.999 4.3E-06
27 660 99.999 4.3E-06
28 670 99.999 4.3E-06
29 680 99.999 4.3E-06
30 690 99.999 4.3E-06
31 700 99.999 4.3E-06

b. Setelah pencelupan
Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 60.465 0.21849594
2 410 64.27 0.1919917
3 420 65.306 0.18504692
4 430 65.864 0.1813519
5 440 66.219 0.17901738
6 450 66.73 0.17567888
7 460 66.649 0.17620636
8 470 66.502 0.17716529
9 480 66.136 0.17956208
10 490 66.173 0.17931918
11 500 65.379 0.18456173
12 510 65.43 0.18422308
13 520 65.172 0.18593895
14 530 65.603 0.1830763
15 540 65.759 0.1820448
16 550 66.971 0.17411322
17 560 67.921 0.16799593
18 570 69.374 0.15880326
19 580 71.154 0.14780068
20 590 72.903 0.1372546
21 600 74.198 0.1296078
22 610 75.906 0.11972389
23 620 76.575 0.11591299
24 630 77.207 0.11234332
25 640 77.914 0.1083845
26 650 77.9 0.10846254
27 660 78.685 0.10410805
28 670 78.66 0.10424606
29 680 79.71 0.09848719
30 690 79.713 0.09847085
31 700 81.07 0.09113983

c. Setelah pencuian
Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 99.999 4.343E-06
2 410 99.999 4.343E-06
3 420 99.999 4.343E-06
4 430 99.999 4.343E-06
5 440 99.999 4.343E-06
6 450 99.999 4.343E-06
7 460 99.999 4.343E-06
8 470 99.999 4.343E-06
9 480 99.999 4.343E-06
10 490 99.999 4.343E-06
11 500 99.284 0.00312073
12 510 92.84 0.03226487
13 520 88.924 0.05098101
14 530 88.663 0.05225758
15 540 87.989 0.05557162
16 550 87.007 0.06044581
17 560 88.73 0.05192952
18 570 94.768 0.02333828
19 580 99.999 4.343E-06
20 590 99.999 4.343E-06
21 600 99.999 4.343E-06
22 610 99.999 4.343E-06
23 620 99.999 4.343E-06
24 630 99.999 4.343E-06
25 640 99.999 4.343E-06
26 650 99.999 4.343E-06
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06

d. Konsentrasi Zat Warna yang Terserap pada Bahan


NO. VARIABEL HASIL
1. Persamaan Regresi Larutan y= ax + b
ZW A y= 132,78 x+ 0,0246

2. Konsentrasi ZW sebelum y= ax + b
pencelupan 1,60906= 132,78 x+ 0,0246
1,60906 - 0,0246 = 132,78 x
1,58446 = 132,78 x
1,58446
=x
132,78
0,011932971 = x

Konsentrasi = x × FP
0,011932971 × 1000 = 11,932971

3. Konsentrasi ZW setelah y= ax + b
pencelupan
0,1830763 = 132,78 x+ 0,0246
0,1830763- 0,0246 = 132,78 x
0,1584763 = 132,78 x
0 ,1584763
=x
132,78
0,001193525 = x

4. Konsentrasi ZW setelah y= ax + b
pencucian
0,05225758= 132,78 x+ 0,0246
0,05225758- 0,0246 = 132,78 x
0,02765758 = 132,78 x
0 , 02765758
=x
132,78
0,000208296 = x

5. a 11,932971 g/L
6. b 0,001193525 g/L
7. c a−b
c= x 100%
a

11,932971−0,001193525
x 100%
11,932971
11,931777475
x 100%
11,932971
= 99,99 %

8. d 0,000208296 g/L
9. e a−(b+ d)
e= x 100%
a

11,932971−(0,001193525+0,000208296)
x
11,932971
100%
11,932971 – 0,001401821
x 100%
11,932971
11,931569179
x 100%
11,932971
= 99,99 %

3. Konsentrasi 0,50%
a. Sebelum pencelupan
Tabel Pengenceran

NO. PENGENCERAN FP
1. 0,1 mL / 100 mL 100 mL
= 1000x
0,1 mL

Hubungan %T, A dengan Panjang Gelombang


NO. λ %T A
1 400 5.046 1.29705275
2 410 12.608 0.8993538
3 420 22.857 0.64098077
4 430 32.087 0.49367089
5 440 37.223 0.42918863
6 450 38.488 0.41467466
7 460 32.154 0.49276499
8 470 23.27 0.63320362
9 480 14.101 0.85075009
10 490 7.546 1.1222832
11 500 3.914 1.40737918
12 510 1.724 1.76346274
13 520 0.69 2.16115091
14 530 0.734 2.13430394
15 540 0.9 2.04575749
16 550 1.061 1.97428462
17 560 0.9 2.04575749
18 570 1.527 1.81616096
19 580 3.258 1.48704892
20 590 9.916 1.00366348
21 600 27.62 0.55877633
22 610 53.472 0.27187357
23 620 74.351 0.12871319
24 630 87.26 0.05918479
25 640 94.352 0.02524889
26 650 98.332 0.00730513
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06

b. Setelah pencelupan

Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang


NO. λ %T A
1 400 99.999 4.343E-06
2 410 99.999 4.343E-06
3 420 99.999 4.343E-06
4 430 99.999 4.343E-06
5 440 99.999 4.343E-06
6 450 99.999 4.343E-06
7 460 99.999 4.343E-06
8 470 99.999 4.343E-06
c. 9 480 99.999 4.343E-06 Setelah
10 490 99.999 4.343E-06 pencucian
11 500 99.999 4.343E-06
12 510 99.999 4.343E-06
13 520 99.999 4.343E-06
14 530 99.999 4.343E-06
15 540 99.999 4.343E-06
16 550 99.999 4.343E-06
17 560 99.999 4.343E-06
18 570 99.999 4.343E-06
19 580 99.999 4.343E-06
20 590 99.999 4.343E-06
21 600 99.999 4.343E-06
22 610 99.999 4.343E-06
23 620 99.999 4.343E-06
24 630 99.999 4.343E-06
25 640 99.999 4.343E-06
26 650 99.999 4.343E-06
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06

Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 99.999 4.343E-06
2 410 99.999 4.343E-06
3 420 99.999 4.343E-06
4 430 99.999 4.343E-06
5 440 99.999 4.343E-06
6 450 99.999 4.343E-06
7 460 99.999 4.343E-06
8 470 99.999 4.343E-06
9 480 99.999 4.343E-06
10 490 99.999 4.343E-06
11 500 96.373 0.01604462
12 510 86.312 0.06392882
13 520 80.499 0.09420951
14 530 80.022 0.0967906
15 540 80.143 0.0961344
16 550 79.038 0.10216406
17 560 82.557 0.0832461
18 570 94.259 0.02567717
19 580 99.999 4.343E-06
20 590 99.999 4.343E-06
21 600 99.999 4.343E-06
22 610 99.999 4.343E-06
23 620 99.999 4.343E-06
24 630 99.999 4.343E-06
25 640 99.999 4.343E-06
26 650 99.999 4.343E-06
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06

d. Konsentrasi Zat Warna yang Terserap pada Bahan

NO. VARIABEL HASIL


1. Persamaan Regresi Larutan y= ax + b
ZW A y= 132,78 x+ 0,0246

2. Konsentrasi ZW sebelum y= ax + b
pencelupan 2.13430394 = 132,78x + 0,0246
2.13430394 - 0,0246 = 132,78x
2.10970394 = 132,78x
2.10970394
=x
132,78
0,0158887177 = x

Konsentrasi = x × FP
0,0158887177 × 1000 = 15,8887177

3. Konsentrasi ZW setelah y= ax + b
pencelupan
0,000004343 = 132,78x + 0,0246
0,000004343 - 0,0246 = 132,78x
-0,024595657 = 132,78x
−0,024595657
=x
132,78
-0,0001852361 = x

4. Konsentrasi ZW setelah y= ax + b
pencucian
0.0967906 = 132,78x + 0,0246
0.0967906 - 0,0246 = 132,78x
0,0721906 = 132,78x
0,0721906
=x
132,78
0,0005436858 = x

5. a 15,8887177 g/L
6. b -0,0001852361 g/L
7. c a−b
c= x 100%
a

15,8887177−(−0,0001852361)
x 100%
15,8887177

15,8889029361
x 100%
15,8887177

= 100 %

8. d 0,0005436858 g/L
9. e a−(b+ d)
e= x 100%
a
15,8887177−(−0,0001852361+ 0,0005436858)
15,8887177
x 100%

15,8887177−0,0003584497
x 100%
15,8887177

15,8883592503
x 100%
15,8887177

= 100 %

4. Konsentrasi 1,00%
a. Sebelum pencelupan
Tabel Pengenceran

NO. PENGENCERAN FP
1. 0,1 mL / 100 Ml 100 mL
= 1000x
0,1 mL

Hubungan %T, A dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 6.257 1.20363385
2 410 8.254 1.08333554
3 420 8.997 1.04590228
4 430 10.55 0.97674754
5 440 12.023 0.91998715
6 450 12.503 0.90298577
7 460 10.864 0.96401024
8 470 8.053 1.0940423
9 480 6.539 1.18448866
10 490 5.577 1.25359936
11 500 5.352 1.2714839
12 510 4.669 1.33077613
13 520 5.048 1.29688065
14 530 4.518 1.34505377
15 540 4.307 1.36582513
16 550 4.349 1.36161059
17 560 4.271 1.36947043
18 570 4.336 1.36291073
19 580 4.478 1.34891591
20 590 4.7 1.32790214
21 600 7.204 1.1424263
22 610 16.972 0.77026698
23 620 29.246 0.53393352
24 630 40.406 0.39355414
25 640 48.025 0.31853263
26 650 53.423 0.27227173
27 660 57.257 0.24217141
28 670 60.279 0.21983396
29 680 62.629 0.20322452
30 690 65.095 0.18645237
31 700 67.327 0.17181074

b. Setelah Pencelupan

Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 66.17 0.17933887
2 410 82.106 0.08562511
3 420 98.623 0.00602179
4 430 99.999 4.343E-06
5 440 99.999 4.343E-06
6 450 99.999 4.343E-06
7 460 99.999 4.343E-06
8 470 99.999 4.343E-06
9 480 98.975 0.00447449
10 490 88.259 0.054241
11 500 75.865 0.11995854
12 510 64.987 0.18717351
13 520 56.364 0.24899819
14 530 48.148 0.31742175
15 540 43.436 0.36215018
16 550 46.385 0.33362244
17 560 51.849 0.28525962
18 570 54.206 0.26595264
19 580 56.33 0.24926025
20 590 65.276 0.18524647
21 600 80.463 0.09440378
22 610 96.298 0.01638273
23 620 99.999 4.343E-06
24 630 99.999 4.343E-06
25 640 99.999 4.343E-06
26 650 99.999 4.343E-06
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06

c. Setelah Pencucian

Hubungan %T, A, dengan Panjang Gelombang

NO. λ %T A
1 400 98.972 0.00448765
2 410 99.999 4.343E-06
3 420 99.999 4.343E-06
4 430 99.999 4.343E-06
5 440 99.999 4.343E-06
6 450 99.999 4.343E-06
7 460 99.999 4.343E-06
8 470 99.999 4.343E-06
9 480 96.361 0.0160987
10 490 83.246 0.07963663
11 500 70.343 0.15277911
12 510 57.801 0.23806465
13 520 50.375 0.29778494
14 530 49.949 0.3014732
15 540 50.123 0.29996294
16 550 49.592 0.30458838
17 560 52.392 0.28073502
18 570 65.422 0.18427618
19 580 89.025 0.05048802
20 590 99.999 4.343E-06
21 600 99.999 4.343E-06
22 610 99.999 4.343E-06
23 620 99.999 4.343E-06
24 630 99.999 4.343E-06
25 640 99.999 4.343E-06
26 650 99.999 4.343E-06
27 660 99.999 4.343E-06
28 670 99.999 4.343E-06
29 680 99.999 4.343E-06
30 690 99.999 4.343E-06
31 700 99.999 4.343E-06

d. Konsentrasi Zat Warna yang Terserap pada Bahan

NO. VARIABEL HASIL


1. Persamaan Regresi Larutan y= ax + b
ZW A y= 132,78 x+ 0,0246

2. Konsentrasi ZW sebelum y= ax + b
pencelupan 1.34505377 = 132,78x + 0,0246
1.34505377 - 0,0246 = 132,78x
1,32045377 = 132,78x
1,32045377
=x
132,78
0,0099446737 = x

Konsentrasi = x × FP
0,0099446737 × 1000 = 9,9446737
3. Konsentrasi ZW setelah y= ax + b
pencelupan
0.31742175 = 132,78x + 0,0246
0.31742175 - 0,0246 = 132,78x
0,29282175 = 132,78x
0,29282175
=x
132,78
0,0022053152 = x

4. Konsentrasi ZW setelah y= ax + b
pencucian
0.3014732 = 132,78x + 0,0246
0.3014732 - 0,0246 = 132,78x
0,2768732 = 132,78x
0,2768732
=x
132,78
0,0020852026 = x

5. a 9,9446737 g/L
6. b 0,0022053152 g/L
7. c a−b
c= x 100%
a

9,9446737−0,0022053152
x 100%
9,9446737
9,9424683848
x 100%
9,9446737

= 99,98 %
8. d 0,0020852026 g/L

9. e a−(b+ d)
e= x 100%
a

9,9446737−(0,0022053152+0,0020852026)
9,9446737
x 100%

9,9446737−0,0001201126
x 100%
9,9446737

9,9445535874
x 100%
9,9446737

= 99,99 %

e.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Percobaan A
Pada Percobaan A ini dilakukan dengan mengukur panjang gelombang zat
warna tunggal dengan berbagai konsentrasi dari larutan induk, zat warna yang
digunakan yaitu zat warna direk red (Solophenyl Red 7 Be). Setelah melakukan
praktikum didapat data bahwa panjang gelombang zat warna direk red itu yaitu
530 nm dimana menurut teori pada panjang gelombang 530 nm ini zat warna
yang di absorbansi atau warna yang diserap dan dapat diukur yaitu dengan
warna hijau kebiruan, namun warna komplementer atau warna yang terlihat
(ditransmitansikan) yaitu warna merah. Sehingga didapat grafik panjang
gelombang terhadap %Transmitansi dan Absorbansi sebagai berikut :

Grafik panjang gelombang


terhadap %Transmitansi
40
%Tranmitansi

30
20
10
0
500 500 500 500 500
Panjang gelombang (nm)

Grafik 3.1 Grafik konsentrasi zat warna terhadap %Transmitansi

Grafik panjang gelombang


terhadap Absorbansi
0.8
0.6
Absorbansi

0.4
0.2
0
500 500 500 500 500
Panjang gelombang (nm)

Grafik 3.2 Grafik konsentrasi zat warna terhadap Absorbansi

Dari kedua grafik diatas menunjukkan data bahwa hubungan antara


transmitansi dan absorbanasi itu berbanding terbalik. Nilai absorbansi akan lebih
kecil dibandingkan dengan nilai transmitansinya, ini disebabkan karena zat warna
yang diserap oleh bahan atau benda itu tipis sehingga bisa diteruskan berupa
transitansi yang menghasilkan warna yang dapat dilihat oleh pengamat (mata).
Mengingat unsur pembentuk warna itu terdiri dari tiga unsur yaitu sumber
cahaya, objek, dan pengamat. Sumber cahaya itu berupa cahaya tampak yang
dapat dilihat oleh mata dengan panjang gelombang 400-700 nm maka hasil
warna yang terliat pun memiliki ukurannya tersendiri dengan rentang ukuran
antara 400-700 nm.
Pada paktikum ini dilakukan pengenceran dari zat warna induk dengan
konsentrasi 1 g/L untuk beberapa konsentrasi yaitu menjadi 0,012 g/L. 0,014 g/L,
0,016 g/L, 0,018 g/L dan 0,02 g/L. Proses pengenceran dilakukan karena pada
saat mengukur panjang gelombang, absorbansi larutan tidak boleh kurang dari
0,2 dan tidak lebih dari 0,8. Karena apabila kurang mengartikan larutan tersebut
sangat encer sehingga sulit untuk diukur sedangkan apabila absorbansinya lebih
dari 0,8 mengartika zat warna tersebut terlalu pekat dan itu tidak diinginkan juga
karena tidak akan bisa terukur secara akurat zat warna yang diujinya.
Dari lima variasi konsentrasi tersebut didapatkan data persamaan regresi
yang dapat digunkan untuk menghitung ukuran warna yang di maksud. Setelah
dilakukan praktikum didapat data regresi sebagai berikut :
n ( Σ xy )−(Σx)(Σy) 5 ( 0,0076719 )−(0,015)(2,1147) 0,006639
a= = =
2
n ( Σ x ) −(x )2
5 (55 × 10−6 )−( 0,015)2 5 .10−5
¿ 132,78
2 −6
( Σ y ) ( Σ x )−( Σx ) ( Σxy ) ( 2,1147 ) ( 55. 10 ) −( 0,015 ) ( 0,0076719 ) 1,23 .10−6
b= 2
= 2
=
n ( Σ x 2) −( x ) 5 ( 55.10−6 )− ( 0,015 ) 5 .10−5
¿ 0,0246
Dari data regresi tersebut kita dapat menghitung konsentrasi zat warna
yang kita gunakan dengan data Absoransi yang telah diketahui sebelumnya
dengan cara pengukuran spektrofotometer.

4.2 Percobaan B
Pada percobaan B ini praktikum dilakukan dengan mencampurkan zat
warna A dengan zat warna B, zat warna A yang digunakan yaitu zat warna direk
red yang telah diukur pada percobaan A dengan panjang gelombang 530 nm,
sedangkan zat warna B yaitu zat warna direk blue yang memiliki panjang
gelombang 570 nm setelah dilakukan pengukuran menggunkan
spektrofotometer.
Untuk mencampurkan zat warna tersebut tidak sembarangan mencampur
saja, namun dengan perbandingan pencampuran, perbandingan yang digunakan
yaitu 1:1, 2:1 dan 3:1. Dengan ukuran 1 mL zat warna A dan 1 mL zat warna B
untuk perbandingan 1 : 1. Sehingga didapat data hasil pengukuran campuran
warna yang berbeda-beda dengan rentang panjang gelombang 400 nm sampai
700 nm. Bisa dilihat pada grafik. Pada grafik sangat terlihat jelas perbedaan
panjang gelombang yang dihasilkan dari setiap larutan namun tidak melebihi
batas panjang gelombang zat warna tunggalnya masing-masing.
Dari data pengamatan tersebut maka dapat dihitung komponen komposisi
zat warnanya dengan menggunakan sistem substitusi eliminasi sesuai dengan
data perhitungan di atas didapat data komponen komposisi zat warna yang
sesuai dengan perbandingan larutan zat warna yang digunakna, sehingga dapat
dikatakan campuran zat warna tersebut dibuat dengan komponen yang sesuai
antara perhitungan teori dan praktikum.

4.3 Percobaan C
Lain halnya dengan percobaan A dan B, untuk percobaan C ini dilakukan
pengalikasian zat warna yang telah dibuat kedalam serat yang sesuai dengan zat
warna yang digunakan. Karena zat warna yang digunkan yaitu zat warna direk
maka kain yang digunkan untuk pengaplikasian sebagai proses pencelupannya
yaitu kain kapas.
Kapas merupakan serat yang hidrofil, dan sangat mudah berikatan dengan
zat warna direk. Zat warna direk sendiri sesuai dengan namanya “direk” yang
artinya langsung berikatan dengan serat, dan ikatan yang terjadi adalah ikatan
hidrogen. Ikatan ini sangat lemah yang mengkaitkan zat warna akan mudah
terlebas kembali dari bahan pada saat proses pencucian karena zat warna dan
serat sama-sama bersifat hidrofil.
Dengan demikian untuk percobaan C ini dilakukan untuk mencari berapa
komposisi komponen zat warna yang dapat diserap oleh bahan sebelum
pencucian dan sesudah pencucian.
Konsentrasi dari larutan sebelum penceluan, sisa pencelupan dan sisa
pencucian sangan diperlukan untuk menghitung persentase zt warna yang
terserap kedalam serat baik sebelum atau sesudah pencucian, untuk mengetahui
konsentrasi dari tiap larutan tersebut maka dihitung menggunkan persamaan
regresi pada percobaan A karen zat warna yang digunakannya juga yaitu zat
warna A.
Dari data yang didapat pada perhitungan diatas dapat dilihat bahwa
%komposisi komponen zat warna sebelum pencucian menunjukkan hasil yang
lebih tinggi dari %komposisi komponen zat warna setelah pencucian. Hal
tersebut terjadi karena pada kain yag telah dicuci hanya dapat membawa zat-zat
yang tidak berikatan dengan serat saja. Hasil dari %zat warna yang terserap
pada bahan setelah pencucian menunjukkan hasil yang sangat tinggi juga yaitu
lebih dari 50%, hal tersebut terjadi karena mengingat zat warna direk memiliki
ketahanan luntur yang sangat jelek karena zat warna akan berikatan dengan air.
.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
1) Percobaan A
Setelah melakukan praktikum dan analisa didapat data :
- Hubungan antara transmitansi dengan panjang gelombang 400 pada
zat warna direk red.
- Hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang suatu zat
warna dalam larutan tunggal A yang berbanding terbalik dengan asil
transmitasinya
- Konsentrasi zat wrana dihitung menggunkan persamaan regresi dan
menghasilkan hasil yang sesuai.

2) Percobaan B
Setelah melakukan praktikum dan analisa didapat data :
- Pada larutan pekat %T akan bernilai rendah dan Absorbansi akan
bernilai tinggi, sedangkan untuk larutan encer berlaku sebaliknya.
- Nilai Absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan zat warna.
- Panjang gelombang maksimum adalah saat %T bernilai rendah dan
Absorbansi bernilai tinggi.
- %T harus bernilai 15-65 agar tidak terjadi penyimpangan Hukum
Lambert-Beer.
- Panjang gelombang maksimum larutan zat warna direk Solophenyl Red
7 Be berada pada 530 nm. sedangkan larutan zat warna direk
Solophenyl Blue Fgl 220% berada pada 570 nm.
- Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai x
dan y setiap larutan zat warna campuran adalah pada tabel sebagai
berikut :

NO. ZAT WARNA HASIL


X Y
1. C 0,7698855978 0,9000302211

0,8553997185 :1

2. D
1,703534746 0,8171533201

2,0847186251 : 1

3. E 2,5282201361 0,8491956705
2,97719386 :1

3) Percobaan C
Setelah melakukan praktikum dan analisa didapat data :
- Pada larutan pekat %T akan bernilai rendah dan Absorbansi akan
bernilai tinggi, sedangkan untuk larutan encer berlaku sebaliknya.
- Nilai Absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan zat
warna.
- Panjang gelombang maksimum adalah saat %T bernilai rendah dan
Absorbansi bernilai tinggi.
- %T harus bernilai 15-65 agar tidak terjadi penyimpangan Hukum
Lambert-Beer.
- Panjang gelombang maksimum larutan zat warna direk red (A) berada
pada 530 nm
- Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai
konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan baik sesudah
pencelupan dan sesudah pencucian adalah pada tabel sebagai berikut:

NO. KONSENTRASI SESUDAH SESUDAH


PENCELUPAN PENCUCIAN
1. 0,40 % 99,99% 99,99 %

2. 0,42 % 99,99 % 99,99 %

3. 0,50 % 100 % 100 %

4. 1,00 % 99,98 % 99,99 %


DAFTAR PUSTAKA

Ida Nuramdhani dan Ika Natalia. 2013. Bahan Ajar Praktikum Pengukuran
Warna. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Eka Wahyuni. 2013. Spektrofotometri. Tersedia : http://wah yuniieka.blogs
pot.com/2013/10/spektrofotometri_26.html
Kezia S. 2013. Kimia Analisa-Spektrofotometri. Tersedia : https://www.academia.
edu/17083088/KIMIA_ANALISA_-_SPEKTROSKOPI

Anda mungkin juga menyukai