Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat
dankarunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengetahuan Tekstil ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugasPengetahuan Tekstil. Kami sebagai
penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan ,dikarenakan adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Namun, kami telah berusaha sebaik mungkin agar penyajian makalah ini dapat dipahami dan bisa
bermanfaat di kemudianhari.
Oleh karena itu,kami harapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata kami
ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kejanggalan dalam menyusunan makalah ini.
Saya menyadari,dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,tapi kami berharap
saran serta kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Atas bantuan dan bimbingan
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
..........................................................................................................................................8
..........................................................................................................................................9
.........................................................................................................................................13
.........................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pembuatan benang menggunakan bahan baku yang berasal dari serat-serat alam atau serat-
serat buatan baik yang berupa stapel atau filamen. Pembuatan benang ada bermacam-macam
cara, tergantung pada bahan baku yang diolah, kemudian dalam proses pembuatan benang
banyak menggunakan alat-alat yang sulit. Namun pada prinsipnya sama, yaitu membuat untaian
serat-serat yang kontinyu dengan diameter dan antihan tertentu sehingga kualitas benang menjadi
yang diinginkan. Pembuatan benang melalui tahapan : pembukaan gumpalan serat, penarikan
1.2 Tujuan
1
BAB II
KAJIAN TEORI
Penemuan benang diawali dengan penemuan benang sutera, benang sutra yang di dapat
dari ulat sutera pertama kali ditemukan oleh ratu Xi Ling-Shi ribuan taun lalu. Ceritanya, suatu
hari ketika Ratu Xi Ling-Shi sedang bertamasya, ia menemukan kepompong ulat sutra. Karena
penasaran, kepompong itupun disentuh dengan jarinya, diapun mencoba menarik selembar benang
yang keluar dari kepompong itu. Dan,sungguh menakjubkan, semakin dia tarik benangnya
semakin panjang hingga menutupi dan membalut jarinya. Ratupun berhenti menarik benang
Ketika benang itu habis, ratu melihat kepompong kecil. Akhirnya dia menyadari bahwa
kepompong itu merupakan sumber benang yang disebut benang sutra. Ratu pun lalu bercerita
kepada semua orang, sehingga penemuan ini dikenal secara luas. Benang tersebut kemudian
dipintal dan dijadikan kain dan ternyata memiliki kualitas bagus. Selain sangat halus, kain halus
kain sutera juga sangat lembut hingga banyak orang yang suka.
Benang adalah susunan seratserat yang teratur kearah memanjang dengan garis tengah dan
jumlah antihan tertentu yang diperoleh dari suatu pengolahan yang disebut pemintalan. Serat-serat
yang dipergunakan untuk membuat benang, ada yang berasal dari alam dan ada yang dari buatan.
Serat-serat tersebut ada yang mempunyai panjang terbatas (disebut stapel) dan ada yang
Benang-benang yang dibuat dari serat-serat stapel dipintal secara mekanik, sedangkan
benang-benang filamen dipintal secara kimia. Benang-benang tersebut, baik yang dibuat dari
serat-serat alam maupun dari serat-serat buatan, terdiri dari banyak serat stapel atau filamen. Hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh benang yang fleksibel. Untuk benang-benang dengan garis
tengah yang sama, dapat dikatakan bahwa benang yang terdiri dari sejumlah serat yang halus lebih
2
2.3 Jenis Benang
Sebenarnya terdapat beberapa kategori jenis benang, yaitu : benang dasar, benang hias,
Benang dasar adalah jenis yang paling sederhana. Meskipun benang ini mungkin
terbuat dari satu serat yang sama atau serat campuran, jumlah pilinan pada keseluruhan
panjangnya sama dan jenis ini tampak cukup lembut serta rata. Kain yang terbuat dari benang
dasar satu ukuran dengan kandungan serat yang sama, akan menghasilkan tenunan yang
lembut permukaannya namun kurang bervariasi. Sedangkan benang dasar yang dipilih dengan
cara berlainan, atau benang dasar yamg memiliki kandungan serat berbeda, dapat
dikombinasikan dalam proses menenun untuk menghasilkan kain dengan efek permukaan
yang beragam. Dengan ini, dapat dilakukan berbagai kombinasi sehingga menghasilkan jenis
Benang hias biasanya dibuat berpilin dua, meskipun terdapat beberapa jenis khusus
yang diperoleh dari benang tunggal. Benang khusus jenis ini dibuat dari dua benangtunggal
atau lebih. Benang tunggal pertama berfungsi sebagai“dasar” atau “inti” dan menjadi tempat
membelitnya benang-benang tunggal lainnya. Benang tunggal kedua akan menciptakan efek-
efek khusus. Benang ketiga, menyatukan kedua benang pertama. Bila benang dasar dibuat
halus dan rata, sebaliknya dengan benang hias dibuat tidak teratur, kadang-kadang tidak rata,
agar bisa menghasilkan kain dengan permukaan dan tekstur yang tidak lazim.
Benang-benang hias dapat menghasilkan berbagai kain yang menarik, tetapi kain
tersebut biasanya kurang enak dipakai dibanding dengan kain permukaan halus. Ikatan pada
boucle misalnya, mudah robek. Semnetara bagian yang lebih tinggi yang terbuat dari simpul-
simpul tampak lebih using dibanding kain halus bagian belakangnya. Terdapat banyak variasi
pada benang hias, tetapi yang paling umum digunakan adalah jenis slubbed, looped, dan
knotted spiral.
3
a. Benang slubbed (slubbed yarns)
Benang slubbed dibuat dengan mengubah kadar pilih yang digunakan sehingga selembar
benang akan tampak lebih halus. Pada helaian benang, slub dapat dibentuk dalam satu
benang, sementara benang-benang lainnya digunakan untuk menahan slub itu ke bawah.
Benang yang digunakan untuk jenis kain shantung merupakan jenis slubbed dan
Benang jenis ini dibuat dengan ikatan penuh pada interval yang teratur. Boucle, merupaka
salah satu contoh benang ikal yang kerap kali digunakan untuk pakaian wanita.
Benang semacam ini dibuat dengan mengatur mesin pemintalnya sehingga mesin tersebut
akan melilit benang dengan sendirinya secata terus menerus di satu tempat, hingga
terbentuk suatu simpul. Kadangkala, benang ini dibuat dengan dua warna, dan simpul
yang terjadi hanya dalam satu warna. Kain yang ditenun dengan benang dua warna itu
3. Benang Spiral
Benang spiral dapat diperoleh dengan memilin dua benang yang memiliki ketebalan
berbeda. Biasanya, benang bermutu memiliki pilinan lebih tinggi dan lebih baik daripada
yang kasar dan benang yang lebih kasar melilit benang yang lebih baik. Berbagai variasi dapat
dilakukan tergantung pada efek yang dikehendaki pada kain yang akan dibuat.
4. Benang Berstruktur
Benang bertekstur umumnya dihasilkan dari serat thermoplastic (serat yang bentuknya
dapat diatur oleh panas, yang diterapkan pada proses pembuatannya). Serat-serat buatan
mampu menyesuaikan diri terhadap panas. Pada bagian terdahulu telah diuraikan bahwa
benang akan melalui proses penyisiran agar menjadi lurus, sehingga pada saat dibentangkan
akan rapi ke satu arah. Pada benang bertekstur serat-serat justru sengaja diacak, sehingga pada
saat dibentangkan menjadi tidak sama. Benang bertekstur dapat diikalkan pada sati sisi atau
kedua-duanya, digulung, dilipat, atau dikerut atau diolah menjadi bulu-bulu halus (agar
mengembang). Panas yang diterapkan pada titik tertentu ketika proses pembuatan berlangsung
4
akan menghasilkan tekstur yang dikehendaki pada benang. Benang bahkan dapat dirajut
menjadi kain, yang setelah dipanaskan lalu ditutup sehingga benang yang dihasilkan akan
memiliki bentuk dan akan mempengaruhi permukaan kain yang dibuat dengan benang
bertekstur.
Menerut panjang seratnya benang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu benang stapel dan
benang filamen.
1. Benang Stapel
Benang stapel ialah benang yang dibuat dari serat-serat stapel. Serat-serat stapel yang
berasal dari serat alam dengan terbatas, yaitu sesuai alamiahnya dan serat stapel yang berasal
dari serat buatan yang dipotong-potong dengan panjang tertentu.Ada beberapa benang stapel
diantaranya :
Benang stapel pendek ialah benang yang dibuat dari seratserat stapel yang pendek.
Benang stapel sedang ialah benang yang dibuat dari seratserat stapel yang panjang
Benang stapel panjang ialah benang yang dibuat dari seratserat stapel yang panjang.
2. Benang Filamen
Benang filamen ialah benang yang dibuat dari serat filamen. Pada umumnya benang
filamen berasal dari serat-serat buatan, tetapi ada juga yang berasal dari serat alam. Contoh
benang filamen yang berasal dari serat alam ialah benang sutera. Benang filamen yang berasal
Benang rayon yaitu benang filamen yang dibuat dari bahan dasar selulosa.
Benang nylon yaitu benang filamen yang dibuat dari bahan dasar poliamida yang berasal
dari petrokimia.
Benang poliakrilik yaitu benang yang dibuat dari bahan dasar poliakrilonitril yang berasal
dari petrokimia.
a. Benang Monofilamen
Benang monofilamen ialah benang yang terdiri dari satu helai filamen saja. Benang ini
terutama dibuat untuk keperluan khusus, misalnya tali pancing, senar raket, sikat, jala dan
sebagainya.
b. Benang Multifilamen
Benang multifilamen ialah benang yang terdiri dari seratserat filamen. Sebagian besar
c. Benang Tow
Tow ialah kumpulan dari beriburibu serat filamen yang berasal dari ratusan spinnerette
menjadi satu.
d. Benang stretch
Benang stretch ialah benang filamen yang termoplastik dan mempunyai sifat mulur yang
e. Benang Bulk
Benang bulk ialah benang yang mempunyai sifat-sifat mengembang yang besar.
f. Benang Logam
Benang logam. Benang filament umumnya dibuat dari serat buatan, namun disamping itu
ada juga yang dibuat dari logam. Benang ini telah dipergunakan beribu-ribu tahun yang lalu.
Benang yang tertua dibuat dari logam mulia dan benangnya disebut lame. Keburukan dari
benang ini ialah : berat, mudah rusak dan warnanya mudah kusam.
1. Benang Tunggal
Benang tunggal ialah benang yang terdiri dari satu helai benang saja. Benang ini terdiri
6
2. Benang Rangkap
Benang rangkap ialah benang yang terdiri dari dua benang tunggal atau lebih yang
3. Benang Gintir
Benang gintir ialah benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang atau lebih
bersama-sama. Biasanya arah gintiran benang gintir berlawanan dengan arah antihan
benang tunggalnya. Benang yang digintir lebih kuat daripada benang tunggalnya.
4. Benang Tali
Benang tali ialah benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang gintir atau
lebih bersama-sama.
1. Benang Lusi
Benang lusi ialah benang untuk lusi, yang pada kain tenun terletak memanjang kearah
panjang kain. Dalam proses pembuatan kain, benang ini banyak mengalami tegangan dan
gesekan. Oleh karena itu, benang lusi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mampu
untuk menahan tegangan dan gesekan tersebut. Untuk memperkuat benang lusi, maka
jumlah antihannya harus lebih banyak atau benangnya dirangkap dan digintir. Apabila
berupa benang tunggal, maka sebelum dipakai harus diperkuat terlebih dahulu melalui
proses penganjian.
2. Benang Pakan
Benang pakan ialah benang untuk pakan, yang pada kain tenun terletak melintang
kearah lebar kain. Benang ini mempunyai kekuatan yang relatif lebih rendah daripada
benang lusi.
3. Benang Rajut
Benang rajut ialah benang untuk bahan kain rajut. Benang ini mempunyai antihan /
gintiran yang relatif lebih rendah daripada benang lusi atau benang pakan.
7
4. Benang Sisir
Benang sisir ialah benang yang dalam proses pembuatannya, melalui mesin sisir
(Combing machine). Nomor benang ini umumnya berukuran sedang atau tinggi (Ne1 40
keatas) dan mempunyai kekuatan dan kerataan yang relatif lebih baik daripada benang
biasa.
5. Benang Hias
Benang hias ialah benangbenang yang mempunyai corakcorak atau konstruksi tertentu
yang dimaksudkan sebagai hiasan. Benang ini dibuat pada mesin pemintalan dengan suatu
peralatan khusus.
6. Benang Jahit
Benang jahit ialah benang yang dimaksudkan untuk menjahit pakaian. Untuk pakaian
tekstil benang jahit ini terdiri dari benang-benang yang digintir dan telah diputihkan atau
7. Benang Sulam
Benang sulam ialah benangbenang yang dimaksudkan untuk hiasan pada kain dengan
cara penyulaman. Benangbenang ini umumnya telah diberi warna, sifatnya lemas dan
Benang dipergunakan sebagai bahan baku untuk membuat bermacam-macam jenis kain
termasuk bahan pakaian, tali dan sebagainya. Supaya penggunaan pada proses selanjutnya tidak
mengalami kesulitan, maka benang harus mempunyai persyaratanpersyaratan tertentu antara lain
Kekuatan benang diperlukan bukan saja untuk kekuatan kain yang dihasilkan, tetapi juga
diperlukan selama proses pembuatan kain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan ini
ialah :
a. Panjang Serat
Makin panjang serat yang dipergunakan untuk bahan baku pembuatan benang, makin
8
b. Kerataan Panjang Serat
Makin rata serat yang dipergunakan, artinya makin kecil selisih panjang antara masing-
c. Kekuatan Serat
Makin kuat serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan.
d. Kehalusan Benang
Makin halus serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan.Kehalusan
serat ada batasnya, sebab pada serat yang terlalu halus akan mudah terbentuk neps yang
a. Jumlah Antihan
Jumlah antihan pada benang menentukan kekuatan benang, baik untuk benang tunggal
maupun benang gintir. Untuk setiap pembuatan benang tunggal, selalu diberikan antihan
maksimum. Kalau jumlah antihan kurang atau lebih dari jumlah antihan yang telah
b. Nomor Benang
Jika benang-benang dibuat dari serat-serat yang mempunyai panjang, kekuatan dan sifat-
sifat serat yang sama, maka benang yang mempunyai nomor lebih rendah, benangnya lebih
kasar dan akan mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada benang yang mempunyai
Mulur ialah perubahan panjang benang akibat tarikan atau biasanya dinyatakan dalam
persentasi terhadap panjang benang. Mulur benang selain menentukan kelancaran dalam
pengolahan benang selanjutnya, juga menentukan mutu kain yang akan dihasilkan. Benang yang
mulurnya sedikit akan sering putus pada pengolahan selanjutnya. Sebaliknya benang yang terlalu
banyak mulur akan menyulitkan dalam proses selanjutnya. Kalau panjang benang sebelum
ditarik = a (cm) dan panjang benang pada waktu ditarik hingga putus = b (cm), maka mulur
9
a. Kemampuan mulur dari serat yang dipakai
Makin halus dan makin panjang seratnya, makin tinggi pula kerataannya.
Tergantung dari kehalusan serat yang dipergunakan, makin halus benangnya makin baik
kerataannya.
Makin tidak rata panjang serat yang dipergunakan, makin sulit penyetelannya pada
mesin. Kesulitan pada penyetelan ini akan mengakibatkan benang yang dihasilkan tidak rata.
4. Kerataan Antihan
Antihan yang tidak rata akan menyebabkan benang yang tidak rata pula.
5. Banyaknya Nep
Makin banyak nep pada benang yaitu kelompokkelompok kecil serat yang kusut yang
disebabkan oleh pengaruh pengerjaan mekanik, makin tidak rata benang yang dihasilkan.
Serat yang lebih muda dengan sendirinya akan lebih mudah kusut dibandingkan dengan
Untuk menyatakan kehalusan suatu benang tidak dapat dengan mengukur garis tengahnya,
sebab pengukurannya diameter sangat sulit. Biasanya untuk menyatakan kehalusan suatu benang
Untuk mempermudah dalam perhitungan, terlebih dahulu harus dipelajari satuan-satuan yang
biasa dipergunakan dalam penomoran benang. Adapun satuan-satuan tersebut adalah sebagai
berikut :
10
Ada beberapa cara yang dipakai untuk memberikan nomor pada benang. Beberapa negara dan
beberapa cabang industri tekstil yang besar, biasanya mempunyai cara-cara tersendiri untuk
menetapkan penomoran pada benang. Tetapi banyak negara yang menggunakan cara-cara
penomoran yang sama. Pada waktu ini, ada bermacam-macam cara penomoran benang yang
dikenal, tetapi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua cara yaitu :
Pada cara ini ditentukan bahwa makin besar (kasar) benangnya makin kecil nomornya,
atau makin kecil (halus) benangnya makin tinggi nomornya. Penomeran cara Tidak Langsung
Penomoran ini merupakan penomoran benang menurut cara Inggris. Cara ini biasanya
digunakan untuk penomoran benang kapas, macam-macam benang stapel rayon dan benang
stapel sutera. Satuan panjang yang diguanakan ialah hank, sedang satuan beratnya ialah
pound. Ne1 menunjukkan berapa hanks panjang benang untuk setiap berat 1 pound.
Ne1
Penomoran dengan cara ini dipakai untuk benang-benang wol sisir, mohair, alpaca, unta
dan cashmere. Satuan panjang yang digunakan ialah 360 yards, sedang satuan beratnya ialah
pound. Ne3 menunjukkan berapa kali 560 yards panjang benang setiap berat 1 pound.
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran jute dan rami. Nc untuk : wol.
Satuan panjang yang digunakan ialah 300 yards, sedangkan satuan beratnya ialah pound. Ne 2
atau Nc menunjukkan berapa kali 300 yards panjang benang untuk setiap berat 1 pound.
11
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan
panjang yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nm menunjukkan
berapa meter panjang benang untuk setiap berat 1 gram. Penomeran cara Metrik dinyatakan
sebagai berikut:
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang kapas. Satuan panjang
yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nf menunjukkan berapa
meter panjang benang untuk setiap berat ½ gram. Penomeran cara Perancis dinyatakan
sebagai berikut:
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang wol garu dan
semacamnya. Satuan panjang yang digunakan ialah 256 yards, sedang satuan beratnya ialah
pound. Ne4 menunjukkan berapa kali 256 yards panjang benang, untuk setiap berat 1 pound.
Cara penomoran ini kebalikan dari cara penomoran benang secara tidak langsung. Pada cara
ini makin kecil (halus) benangnya makin rendah nomornya, sedangkan makin kasar benangnya
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang-benang sutera, benang
filamen rayon dan benang filamen buatan lainnya. Satuan berat yang digunakan ialah gram,
sedang satuan panjangnya ialah 9000 meter. D atau Td menunjukkan berapa gram berat
benang untuk setiap panjang 9000 meter. Penomeran cara Denier dinyatakan sebagai
berikut:
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan
berat yang digunakan ialah gram, sedangkan satuan panjangnya ialah 1000 meter. Tex
menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 1000 meter. Penomeran cara
12
3. Penomoran Cara Jute (Ts)
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang jute. Satuan berat yang
digunakan ialah pound, sedang satuan panjangnya ialah 14.400 yard. Ts menunjukkan
Pada dahulu, prinsip pembuatan benang yang umumnya telah digunakan sejak jaman dahulu
sampai sekarang yaitu terdiri dari proses-proses peregangan serat, pemberian antihan dan
Selain itu, proses pemintalan yang sesungguhnya, baru dilakukan setelah serat-serat
gumpalan dan lainlain. Dahulu, pembersihan dan penguraian serat hanya dilakukan menggunakan
tangan, akan tetapi sekarang sudah menggunakan mesin-mesin yang macamnya tergantung dari
pada jenis serat yang digunakan. Untuk mempelajari macam-macam mesin yang digunakan, perlu
diketahui sistem yang digunakan pada proses pintal. Sistem-sistem itu antara lain ialah :
Dalam system flyer digunakan alat pintal fleyer. Alat ini terdiri dari suatu spindle yang
dapat diputar melalui roda pemutar spindel. Pada ujung spindel tersebut diterapkan flyer,
sehingga bila spindel ber putar, maka flyer juga turut ber putar. Bobin dimana poros spindel
dimasukkan, dapat ber putar bebas dan dapat diputar tersendiri melalui roda pemutar bobin.
Waktu proses berlang sung, kelompok serat melalui puncak flyer, keluar melalui lubang saluran
benang secara radial, lalu dibelitkan melalui kait pengantar benang dari sayap flyer ke bobin
untuk digulung. Bobin dan flyer berputar sama arah nya tetapi bobbin lebih cepat, sehingga
terjadi penggulungan. Sedangkan putaran flyer dipakai untuk memberikan antihan pada
benang.
Sistem ini digunakan untuk memintal serat-serat panjang seperti flax, henep, wol yang
panjang dan sebagainya. Dalam pembuatan benang kapas, biasanya mesin roving sebelum
13
6.2 sistem pintal mule
Sistem pintal mule ini menggunakan prinsip seperti pembuatan benang dengan kincir.
Kalau pada pembuatan benang dengan kincir peregangan serat-serat dan penggulungan benang
dilakukan dengan menjauhkan tangan yang memegang gumpalan serat dan mendekatkan
pada spindle pada waktu penggulungan benang, tetapi pada proses dengan sistem mule,
spindelnya yang digerakkan dan mendekatkan pada waktu penggulungan. Sistem ini banyak
digunakan untuk membuat benang dari wol yang kasar sampai yang halus.
Cap atau topi yang berbentuk seperti bel yang dapat diletakkan pada ujung spindle.
Karena poros bobbin menyelubungi spindel, maka bobin dapat diputar walaupun spindelnya
diam. Pada spindel diterapkan leher yang dilekatkan pada roda dimana terdapat bobin ,
sehingga roda , leher dan bobin dapat berputar bersamasama. Benang yang berasal dari rol
depan melalui pengantar digulungkan pada bobbin dengan bergeser pada bobbin Cap. Karena
terjadi gesekan antara benang dan bibir Cap, maka dengan berputarnya bobin, benang dapat
tergulung. Bibir Cap berfungsi sebagai pengantar benang. Putaran benang mengelilingi bibir
Cap, menghasilkan putaran atau antihan pada benang. Sistem ini banyak digunakan pada
Sistem ini yang paling banyak digunakan untuk pembuatan benang. Di Indonesia hampir
semua pabrik penghasil benang menggunakan sistem ini. Dipakai terutama untuk seratserat
yang relatif pendek, terutama serat kapas. Prinsipnya dapat diikuti sebagai berikut, Spindel
diputar melalui pita. Bobin yang berlubang dapat dimasukkan ke spindle sedemikian, sehingga
kalau spindel berputar bobin turut pula berputar. Melingkari bobbin tersebut terdapat ring yang
terletak pada landasan ring yang dapat naik turun. Pada bibir ring dimasukkan semacam cincin
kecil berbentuk “C” yang disebut traveller dan berfungsi sebagai pengantar benang selama
penggulungan. Agar benang tidak mengenai ujung spindel selama dipintal, maka diatas spindel
dipasang pengantar benang yang berbentuk seperti ekor babi. Benang dari rol depan melalui
pengantar benang selanjutnya digulung ke bobin yang lebih dahulu melalui traveller.
14
Karena bobin berputar maka traveller turut berputar mengelilingi bibir ring. Oleh sebab
traveller mengalami gesekan, maka putaran bobin lebih cepat dari pada traveller, sehingga
terjadilah penggulungan benang pada bobin dan bersamaan dengan itu putaran traveller
Sistem pintal Open-end adalah cara pembuatan benang dimana bahan baku setelah
Berbeda dengan sistem yang diuraikan terdahulu, maka pada sistem ini pemberian antihan tidak
menggunakan putaran spindel tetapi dengan cara lain yaitu dengan menggunakan gaya
aerodinamik yang dihasilkan oleh putaran rotor. Salah satu prinsip pemintalan Open-end
sebagai berikut :
Bahan berupa sliver masuk melalui corong, diambil oleh rol penyuap, dimasukkan ke
daerah penggarukan. Oleh rol pengurai serat-serat diuraikan. Selanjutnya melalui pipa
disalurkan ke rotor. Oleh rotor, serat dikumpulkan sepanjang sudut bagian dalam rotor,
kemudian serat-serat masuk ke saluran dimana susunan serat-serat tersebut sudah menjadi
benang yang antihannya ditentukan oleh rotor tersebut. Oleh perbedaan putaran rotor dengan
kecepatan tarikan rol pelepas, maka terjadilah antihan dan penggulungan. Dari rol pelepas
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Benang adalah hasil akhir daripada proses pemintalan baik berupa benang alam antara lain
benang kapas/katun, ataupun benang buatan antara lain benang nilon, poliester, sesuai dengan asal
dari seratnya. Benang terbagi menjdi beberapa jenis seperti benang menurut panjang seratnya,
3.2 Saran
bagi pembaca apabila mau membuat benang hati-hati dalam proses pembuatan benang, harus
tahap-demi tahap dan lebih hati-hati dalam pengerjaannya. Selain itu masih diperlukan juga
16
DAFTAR ISI
Sulam, Abdul Latief.2008. Teknik Pembuatan Benang danPembuatan Kain. Jakarta : Direktorat
17