Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat

dankarunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengetahuan Tekstil ini tepat pada

waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugasPengetahuan Tekstil. Kami sebagai

penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan ,dikarenakan adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.

Namun, kami telah berusaha sebaik mungkin agar penyajian makalah ini dapat dipahami dan bisa

bermanfaat di kemudianhari.

Oleh karena itu,kami harapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata kami

ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kejanggalan dalam menyusunan makalah ini.

Saya menyadari,dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,tapi kami berharap

saran serta kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Atas bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak kami ucapkan banyak terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................

1.2 Tujuan ........................................................................................................................

1.3 Rumusan Masalah......................................................................................................1

BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................................2

2.1 Sejarah Benang...........................................................................................................2

2.2 Definisi Benang..........................................................................................................2

2.3 Jenis Benang ..............................................................................................................3

..........................................................................................................................................8

2.4 Persyaratan Benang ...................................................................................................8

..........................................................................................................................................9

2.5 Penomoran Benang...................................................................................................10

.........................................................................................................................................13

2.6 Proses Pembuatan Benang.........................................................................................13

.........................................................................................................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................

3.2 Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembuatan benang menggunakan bahan baku yang berasal dari serat-serat alam atau serat-

serat buatan baik yang berupa stapel atau filamen. Pembuatan benang ada bermacam-macam

cara, tergantung pada bahan baku yang diolah, kemudian dalam proses pembuatan benang

banyak menggunakan alat-alat yang sulit. Namun pada prinsipnya sama, yaitu membuat untaian

serat-serat yang kontinyu dengan diameter dan antihan tertentu sehingga kualitas benang menjadi

yang diinginkan. Pembuatan benang melalui tahapan : pembukaan gumpalan serat, penarikan

serat-serat, pemberian antihan dan penggulungan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami proses pembuatan benang secara terperinci

2. Memahami dan mengetahui jenis-jenis benang

3. Memahami dan mengetahui kualitas-kualitas benang

4. Memahami dan mengetahui proses penomoran benang

5. Memahami dan mengetahui proses pembuatan benang

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud benang ?

2. Sebutkan jenis-jenis benang ?

3. Apa saja persyaratan-persyratan untuk membuat benang ?

4. Bagaimana kualitas benang yang baik itu ?

5. Bagaimana proses pembuatan benang ?

1
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Sejarah Benang

Penemuan benang diawali dengan penemuan benang sutera, benang sutra yang di dapat

dari ulat sutera pertama kali ditemukan oleh ratu Xi Ling-Shi ribuan taun lalu. Ceritanya, suatu

hari ketika Ratu Xi Ling-Shi sedang bertamasya, ia menemukan kepompong ulat sutra. Karena

penasaran, kepompong itupun disentuh dengan jarinya, diapun mencoba menarik selembar benang

yang keluar dari kepompong itu. Dan,sungguh menakjubkan, semakin dia tarik benangnya

semakin panjang hingga menutupi dan membalut jarinya. Ratupun berhenti menarik benang

karena tangannya terasa panas.

Ketika benang itu habis, ratu melihat kepompong kecil. Akhirnya dia menyadari bahwa

kepompong itu merupakan sumber benang yang disebut benang sutra. Ratu pun lalu bercerita

kepada semua orang, sehingga penemuan ini dikenal secara luas. Benang tersebut kemudian

dipintal dan dijadikan kain dan ternyata memiliki kualitas bagus. Selain sangat halus, kain halus

kain sutera juga sangat lembut hingga banyak orang yang suka.

2.2 Definisi Benang

Benang adalah susunan seratserat yang teratur kearah memanjang dengan garis tengah dan

jumlah antihan tertentu yang diperoleh dari suatu pengolahan yang disebut pemintalan. Serat-serat

yang dipergunakan untuk membuat benang, ada yang berasal dari alam dan ada yang dari buatan.

Serat-serat tersebut ada yang mempunyai panjang terbatas (disebut stapel) dan ada yang

mempunyai panjang tidak terbatas (disebut filamen).

Benang-benang yang dibuat dari serat-serat stapel dipintal secara mekanik, sedangkan

benang-benang filamen dipintal secara kimia. Benang-benang tersebut, baik yang dibuat dari

serat-serat alam maupun dari serat-serat buatan, terdiri dari banyak serat stapel atau filamen. Hal

ini dimaksudkan untuk memperoleh benang yang fleksibel. Untuk benang-benang dengan garis

tengah yang sama, dapat dikatakan bahwa benang yang terdiri dari sejumlah serat yang halus lebih

fleksibel daripada benang yang terdiri dari serat-serat yang kasar.

2
2.3 Jenis Benang

2.3.1 Jenis Benang Menurut Kategorinya

Sebenarnya terdapat beberapa kategori jenis benang, yaitu : benang dasar, benang hias,

benang spiral dan benang berstruktur.

1. Benang Dasar (Simple Yarns)

Benang dasar adalah jenis yang paling sederhana. Meskipun benang ini mungkin

terbuat dari satu serat yang sama atau serat campuran, jumlah pilinan pada keseluruhan

panjangnya sama dan jenis ini tampak cukup lembut serta rata. Kain yang terbuat dari benang

dasar satu ukuran dengan kandungan serat yang sama, akan menghasilkan tenunan yang

lembut permukaannya namun kurang bervariasi. Sedangkan benang dasar yang dipilih dengan

cara berlainan, atau benang dasar yamg memiliki kandungan serat berbeda, dapat

dikombinasikan dalam proses menenun untuk menghasilkan kain dengan efek permukaan

yang beragam. Dengan ini, dapat dilakukan berbagai kombinasi sehingga menghasilkan jenis

kain yang bervariasi.

2. Benang Hias (Novelty yarns)

Benang hias biasanya dibuat berpilin dua, meskipun terdapat beberapa jenis khusus

yang diperoleh dari benang tunggal. Benang khusus jenis ini dibuat dari dua benangtunggal

atau lebih. Benang tunggal pertama berfungsi sebagai“dasar” atau “inti” dan menjadi tempat

membelitnya benang-benang tunggal lainnya. Benang tunggal kedua akan menciptakan efek-

efek khusus. Benang ketiga, menyatukan kedua benang pertama. Bila benang dasar dibuat

halus dan rata, sebaliknya dengan benang hias dibuat tidak teratur, kadang-kadang tidak rata,

agar bisa menghasilkan kain dengan permukaan dan tekstur yang tidak lazim.

Benang-benang hias dapat menghasilkan berbagai kain yang menarik, tetapi kain

tersebut biasanya kurang enak dipakai dibanding dengan kain permukaan halus. Ikatan pada

boucle misalnya, mudah robek. Semnetara bagian yang lebih tinggi yang terbuat dari simpul-

simpul tampak lebih using dibanding kain halus bagian belakangnya. Terdapat banyak variasi

pada benang hias, tetapi yang paling umum digunakan adalah jenis slubbed, looped, dan

knotted spiral.

3
a. Benang slubbed (slubbed yarns)

Benang slubbed dibuat dengan mengubah kadar pilih yang digunakan sehingga selembar

benang akan tampak lebih halus. Pada helaian benang, slub dapat dibentuk dalam satu

benang, sementara benang-benang lainnya digunakan untuk menahan slub itu ke bawah.

Benang yang digunakan untuk jenis kain shantung merupakan jenis slubbed dan

permukaannya yang tidak rata dibuat oleh slub benang.

b. Benang Ikal (looped yarns)

Benang jenis ini dibuat dengan ikatan penuh pada interval yang teratur. Boucle, merupaka

salah satu contoh benang ikal yang kerap kali digunakan untuk pakaian wanita.

c. Benang Bersimpul (knotted/nubbed yarns)

Benang semacam ini dibuat dengan mengatur mesin pemintalnya sehingga mesin tersebut

akan melilit benang dengan sendirinya secata terus menerus di satu tempat, hingga

terbentuk suatu simpul. Kadangkala, benang ini dibuat dengan dua warna, dan simpul

yang terjadi hanya dalam satu warna. Kain yang ditenun dengan benang dua warna itu

akan tampak memiliki bintik berwarna yang jelas pada dasarnya.

3. Benang Spiral

Benang spiral dapat diperoleh dengan memilin dua benang yang memiliki ketebalan

berbeda. Biasanya, benang bermutu memiliki pilinan lebih tinggi dan lebih baik daripada

yang kasar dan benang yang lebih kasar melilit benang yang lebih baik. Berbagai variasi dapat

dilakukan tergantung pada efek yang dikehendaki pada kain yang akan dibuat.

4. Benang Berstruktur

Benang bertekstur umumnya dihasilkan dari serat thermoplastic (serat yang bentuknya

dapat diatur oleh panas, yang diterapkan pada proses pembuatannya). Serat-serat buatan

mampu menyesuaikan diri terhadap panas. Pada bagian terdahulu telah diuraikan bahwa

benang akan melalui proses penyisiran agar menjadi lurus, sehingga pada saat dibentangkan

akan rapi ke satu arah. Pada benang bertekstur serat-serat justru sengaja diacak, sehingga pada

saat dibentangkan menjadi tidak sama. Benang bertekstur dapat diikalkan pada sati sisi atau

kedua-duanya, digulung, dilipat, atau dikerut atau diolah menjadi bulu-bulu halus (agar

mengembang). Panas yang diterapkan pada titik tertentu ketika proses pembuatan berlangsung

4
akan menghasilkan tekstur yang dikehendaki pada benang. Benang bahkan dapat dirajut

menjadi kain, yang setelah dipanaskan lalu ditutup sehingga benang yang dihasilkan akan

memiliki bentuk dan akan mempengaruhi permukaan kain yang dibuat dengan benang

bertekstur.

2.3.2 Jenis Benang Menurut Panjang Serat

Menerut panjang seratnya benang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu benang stapel dan

benang filamen.

1. Benang Stapel

Benang stapel ialah benang yang dibuat dari serat-serat stapel. Serat-serat stapel yang

berasal dari serat alam dengan terbatas, yaitu sesuai alamiahnya dan serat stapel yang berasal

dari serat buatan yang dipotong-potong dengan panjang tertentu.Ada beberapa benang stapel

diantaranya :

a. Benang Stapel Pendek

Benang stapel pendek ialah benang yang dibuat dari seratserat stapel yang pendek.

Contohnya ialah benang kapas, benang rayon dan lain-lain.

b. Benang Stapel Sedang

Benang stapel sedang ialah benang yang dibuat dari seratserat stapel yang panjang

seratnya sedang. Contohnya ialah benang wol, benang serat buatan.

c. Benang Stapel Panjang

Benang stapel panjang ialah benang yang dibuat dari seratserat stapel yang panjang.

Contohnya ialah benang rosella, benang serat nenas dan lainlain.

2. Benang Filamen

Benang filamen ialah benang yang dibuat dari serat filamen. Pada umumnya benang

filamen berasal dari serat-serat buatan, tetapi ada juga yang berasal dari serat alam. Contoh

benang filamen yang berasal dari serat alam ialah benang sutera. Benang filamen yang berasal

dari serat-serat buatan misalnya :

 Benang rayon yaitu benang filamen yang dibuat dari bahan dasar selulosa.

 Benang nylon yaitu benang filamen yang dibuat dari bahan dasar poliamida yang berasal

dari petrokimia.

            
 Benang poliakrilik yaitu benang yang dibuat dari bahan dasar poliakrilonitril yang berasal

dari petrokimia.

Ada beberapa macam benang filamen, diantaranya :

a. Benang Monofilamen

Benang monofilamen ialah benang yang terdiri dari satu helai filamen saja. Benang ini

terutama dibuat untuk keperluan khusus, misalnya tali pancing, senar raket, sikat, jala dan

sebagainya.

b. Benang Multifilamen

Benang multifilamen ialah benang yang terdiri dari seratserat filamen. Sebagian besar

benang filamen dibuat dalam bentuk multifilamen.

c. Benang Tow

Tow ialah kumpulan dari beriburibu serat filamen yang berasal dari ratusan spinnerette

menjadi satu.

d. Benang stretch

Benang stretch ialah benang filamen yang termoplastik dan mempunyai sifat mulur yang

besar serta mudah kembali ke panjang semula.

e. Benang Bulk

Benang bulk ialah benang yang mempunyai sifat-sifat mengembang yang besar.

f. Benang Logam

Benang logam. Benang filament umumnya dibuat dari serat buatan, namun disamping itu

ada juga yang dibuat dari logam. Benang ini telah dipergunakan beribu-ribu tahun yang lalu.

Benang yang tertua dibuat dari logam mulia dan benangnya disebut lame. Keburukan dari

benang ini ialah : berat, mudah rusak dan warnanya mudah kusam.

2.3.3 Jenis Benang Menurut Kontruksinya

Menurut kontruksinya benang dapat dibagi menjadi :

1. Benang Tunggal

Benang tunggal ialah benang yang terdiri dari satu helai benang saja. Benang ini terdiri

dari susunan serat-serat yang diberi antihan yang sama.

6
2. Benang Rangkap

Benang rangkap ialah benang yang terdiri dari dua benang tunggal atau lebih yang

dirangkap menjadi satu.

3. Benang Gintir

Benang gintir ialah benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang atau lebih

bersama-sama. Biasanya arah gintiran benang gintir berlawanan dengan arah antihan

benang tunggalnya. Benang yang digintir lebih kuat daripada benang tunggalnya.

4. Benang Tali

Benang tali ialah benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang gintir atau

lebih bersama-sama.

2.3.4 Jenis Benang Menurut Pemakaiannya

Menurut pemakaiannya benang di bagi menjadi :

1. Benang Lusi

Benang lusi ialah benang untuk lusi, yang pada kain tenun terletak memanjang kearah

panjang kain. Dalam proses pembuatan kain, benang ini banyak mengalami tegangan dan

gesekan. Oleh karena itu, benang lusi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mampu

untuk menahan tegangan dan gesekan tersebut. Untuk memperkuat benang lusi, maka

jumlah antihannya harus lebih banyak atau benangnya dirangkap dan digintir. Apabila

berupa benang tunggal, maka sebelum dipakai harus diperkuat terlebih dahulu melalui

proses penganjian.

2. Benang Pakan

Benang pakan ialah benang untuk pakan, yang pada kain tenun terletak melintang

kearah lebar kain. Benang ini mempunyai kekuatan yang relatif lebih rendah daripada

benang lusi.

3. Benang Rajut

Benang rajut ialah benang untuk bahan kain rajut. Benang ini mempunyai antihan /

gintiran yang relatif lebih rendah daripada benang lusi atau benang pakan.

7
4. Benang Sisir

Benang sisir ialah benang yang dalam proses pembuatannya, melalui mesin sisir

(Combing machine). Nomor benang ini umumnya berukuran sedang atau tinggi (Ne1 40

keatas) dan mempunyai kekuatan dan kerataan yang relatif lebih baik daripada benang

biasa.

5. Benang Hias

Benang hias ialah benangbenang yang mempunyai corakcorak atau konstruksi tertentu

yang dimaksudkan sebagai hiasan. Benang ini dibuat pada mesin pemintalan dengan suatu

peralatan khusus.

6. Benang Jahit

Benang jahit ialah benang yang dimaksudkan untuk menjahit pakaian. Untuk pakaian

tekstil benang jahit ini terdiri dari benang-benang yang digintir dan telah diputihkan atau

dicelup dan disempurnakan secara khusus.

7. Benang Sulam

Benang sulam ialah benangbenang yang dimaksudkan untuk hiasan pada kain dengan

cara penyulaman. Benangbenang ini umumnya telah diberi warna, sifatnya lemas dan

mempunyai efek-efek yang menarik.

2.4 Persyaratan Benang

Benang dipergunakan sebagai bahan baku untuk membuat bermacam-macam jenis kain

termasuk bahan pakaian, tali dan sebagainya. Supaya penggunaan pada proses selanjutnya tidak

mengalami kesulitan, maka benang harus mempunyai persyaratanpersyaratan tertentu antara lain

ialah : kekuatan, kemuluran dan kerataan.

2.4.1 Kekuatan Benang

Kekuatan benang diperlukan bukan saja untuk kekuatan kain yang dihasilkan, tetapi juga

diperlukan selama proses pembuatan kain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan ini

ialah :

1. Sifat-sifat bahan baku dipengaruhi oleh :

a. Panjang Serat

Makin panjang serat yang dipergunakan untuk bahan baku pembuatan benang, makin

kuat benang yang dihasilkan.

8
b. Kerataan Panjang Serat

Makin rata serat yang dipergunakan, artinya makin kecil selisih panjang antara masing-

masing serat, makin kuat dan rata benang yang dihasilkan.

c. Kekuatan Serat

Makin kuat serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan.

d. Kehalusan Benang

Makin halus serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan.Kehalusan

serat ada batasnya, sebab pada serat yang terlalu halus akan mudah terbentuk neps yang

selanjutnya akan mempengaruhi kerataan benang serta kelancaran prosesnya.

2. Konstruksi benang antara lain dipengaruhi oleh :

a. Jumlah Antihan

Jumlah antihan pada benang menentukan kekuatan benang, baik untuk benang tunggal

maupun benang gintir. Untuk setiap pembuatan benang tunggal, selalu diberikan antihan

seoptimal mungkin, sehingga dapat menghasilkan benang dengan kekuatan yang

maksimum. Kalau jumlah antihan kurang atau lebih dari jumlah antihan yang telah

ditentukan, maka kekuatan benang akan menurun.

b. Nomor Benang

Jika benang-benang dibuat dari serat-serat yang mempunyai panjang, kekuatan dan sifat-

sifat serat yang sama, maka benang yang mempunyai nomor lebih rendah, benangnya lebih

kasar dan akan mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada benang yang mempunyai

nomor lebih besar.

2.4.2 Mulur Benang

Mulur ialah perubahan panjang benang akibat tarikan atau biasanya dinyatakan dalam

persentasi terhadap panjang benang. Mulur benang selain menentukan kelancaran dalam

pengolahan benang selanjutnya, juga menentukan mutu kain yang akan dihasilkan. Benang yang

mulurnya sedikit akan sering putus pada pengolahan selanjutnya. Sebaliknya benang yang terlalu

banyak mulur akan menyulitkan dalam proses selanjutnya. Kalau panjang benang sebelum

ditarik = a (cm) dan panjang benang pada waktu ditarik hingga putus = b (cm), maka mulur

benang tersebut = Mulur pada benang dipengaruhi antara lain oleh :

9
a. Kemampuan mulur dari serat yang dipakai

b. Konstruksi dari benang

2.4.3 Kerataan Benang

Kerataan Benang stapel sangat dipengaruhi antara lain oleh :

1. Kerataan Panjang Serat

Makin halus dan makin panjang seratnya, makin tinggi pula kerataannya.

2. Halus Kasrnya Benang

Tergantung dari kehalusan serat yang dipergunakan, makin halus benangnya makin baik

kerataannya.

3. Kesalahan Dalam Pengolahan

Makin tidak rata panjang serat yang dipergunakan, makin sulit penyetelannya pada

mesin. Kesulitan pada penyetelan ini akan mengakibatkan benang yang dihasilkan tidak rata.

4. Kerataan Antihan

Antihan yang tidak rata akan menyebabkan benang yang tidak rata pula.

5. Banyaknya Nep

Makin banyak nep pada benang yaitu kelompokkelompok kecil serat yang kusut yang

disebabkan oleh pengaruh pengerjaan mekanik, makin tidak rata benang yang dihasilkan.

Serat yang lebih muda dengan sendirinya akan lebih mudah kusut dibandingkan dengan

seratserat yang dewasa.

2.5 Penomoran Benang

Untuk menyatakan kehalusan suatu benang tidak dapat dengan mengukur garis tengahnya,

sebab pengukurannya diameter sangat sulit. Biasanya untuk menyatakan kehalusan suatu benang

dinyatakan dengan perbandingan antara panjang dengan beratnya. Perbandingan tersebut

dinamakan nomor benang.

2.5.1 satuan-satuan yang digunakan

Untuk mempermudah dalam perhitungan, terlebih dahulu harus dipelajari satuan-satuan yang

biasa dipergunakan dalam penomoran benang. Adapun satuan-satuan tersebut adalah sebagai

berikut :

10
Ada beberapa cara yang dipakai untuk memberikan nomor pada benang. Beberapa negara dan

beberapa cabang industri tekstil yang besar, biasanya mempunyai cara-cara tersendiri untuk

menetapkan penomoran pada benang. Tetapi banyak negara yang menggunakan cara-cara

penomoran yang sama. Pada waktu ini, ada bermacam-macam cara penomoran benang yang

dikenal, tetapi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua cara yaitu :

 Penomoran benang secara tidak langsung dan

 Penomoran benang secara langsung.

2.5.2 Penomoran Benang Secara Tidak Langsung

Pada cara ini ditentukan bahwa makin besar (kasar) benangnya makin kecil nomornya,

atau makin kecil (halus) benangnya makin tinggi nomornya. Penomeran cara Tidak Langsung

dinyatakan sebagai berikut

1. Penomoran Cara Kapas (Ne1)

Penomoran ini merupakan penomoran benang menurut cara Inggris. Cara ini biasanya

digunakan untuk penomoran benang kapas, macam-macam benang stapel rayon dan benang

stapel sutera. Satuan panjang yang diguanakan ialah hank, sedang satuan beratnya ialah

pound. Ne1 menunjukkan berapa hanks panjang benang untuk setiap berat 1 pound.

Penomeran cara Kapas dinyatakan sebagai berikut:

Ne1

Penomoran Cara Worsted (Ne3)

Penomoran dengan cara ini dipakai untuk benang-benang wol sisir, mohair, alpaca, unta

dan cashmere. Satuan panjang yang digunakan ialah 360 yards, sedang satuan beratnya ialah

pound. Ne3 menunjukkan berapa kali 560 yards panjang benang setiap berat 1 pound.

Penomeran cara Worsted dinyatakan sebagai berikut:

3. Penomoran cara Wol (Ne2/Nc)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran jute dan rami. Nc untuk : wol.

Satuan panjang yang digunakan ialah 300 yards, sedangkan satuan beratnya ialah pound. Ne 2

atau Nc menunjukkan berapa kali 300 yards panjang benang untuk setiap berat 1 pound.

Penomeran cara Wol dinya takan sebagai berikut:

4. Penomoran Cara Matrik (Nm)

11
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan

panjang yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nm menunjukkan

berapa meter panjang benang untuk setiap berat 1 gram. Penomeran cara Metrik dinyatakan

sebagai berikut:

5. Penomoran Cara Perancis (Nf)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang kapas. Satuan panjang

yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nf menunjukkan berapa

meter panjang benang untuk setiap berat ½ gram. Penomeran cara Perancis dinyatakan

sebagai berikut:

6. Penomoran Cara Wol Garu (Ne4)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang wol garu dan

semacamnya. Satuan panjang yang digunakan ialah 256 yards, sedang satuan beratnya ialah

pound. Ne4 menunjukkan berapa kali 256 yards panjang benang, untuk setiap berat 1 pound.

Penomeran cara Wol Garu dinyatakan sebagai berikut:

2.5.3 penomoran benang secara langsung

Cara penomoran ini kebalikan dari cara penomoran benang secara tidak langsung. Pada cara

ini makin kecil (halus) benangnya makin rendah nomornya, sedangkan makin kasar benangnya

makin tinggi nomornya. Penomeran cara Langsung dinyatakan sebagai berikut:

1. Penomoran Cara Denier (D atau Td)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang-benang sutera, benang

filamen rayon dan benang filamen buatan lainnya. Satuan berat yang digunakan ialah gram,

sedang satuan panjangnya ialah 9000 meter. D atau Td menunjukkan berapa gram berat

benang untuk setiap panjang 9000 meter. Penomeran cara Denier dinyatakan sebagai

berikut:

2. Penomoran Cara Tex (Tex)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan

berat yang digunakan ialah gram, sedangkan satuan panjangnya ialah 1000 meter. Tex

menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 1000 meter. Penomeran cara

Tex dinyatakan sebagai berikut:

12
3. Penomoran Cara Jute (Ts)

Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang jute. Satuan berat yang

digunakan ialah pound, sedang satuan panjangnya ialah 14.400 yard. Ts menunjukkan

berapa pound berat benang untuk setiap panjang 14.400 yards.

2.6 Proses Pembuatan Benang

Pada dahulu, prinsip pembuatan benang yang umumnya telah digunakan sejak jaman dahulu

sampai sekarang yaitu terdiri dari proses-proses peregangan serat, pemberian antihan dan

penggulungan yang keseluruhannya disebut proses pemintalan.

Selain itu, proses pemintalan yang sesungguhnya, baru dilakukan setelah serat-serat

mengalami proses-proses pendahuluan misalnya pembersihan, penguraian serat dari gumpalan-

gumpalan dan lainlain. Dahulu, pembersihan dan penguraian serat hanya dilakukan menggunakan

tangan, akan tetapi sekarang sudah menggunakan mesin-mesin yang macamnya tergantung dari

pada jenis serat yang digunakan. Untuk mempelajari macam-macam mesin yang digunakan, perlu

diketahui sistem yang digunakan pada proses pintal. Sistem-sistem itu antara lain ialah :

6.1 sisem pintal dengan flyer

Dalam system flyer digunakan alat pintal fleyer. Alat ini terdiri dari suatu spindle yang

dapat diputar melalui roda pemutar spindel. Pada ujung spindel tersebut diterapkan flyer,

sehingga bila spindel ber putar, maka flyer juga turut ber putar. Bobin dimana poros spindel

dimasukkan, dapat ber putar bebas dan dapat diputar tersendiri melalui roda pemutar bobin.

Waktu proses berlang sung, kelompok serat melalui puncak flyer, keluar melalui lubang saluran

benang secara radial, lalu dibelitkan melalui kait pengantar benang dari sayap flyer ke bobin

untuk digulung. Bobin dan flyer berputar sama arah nya tetapi bobbin lebih cepat, sehingga

terjadi penggulungan. Sedangkan putaran flyer dipakai untuk memberikan antihan pada

benang.

Sistem ini digunakan untuk memintal serat-serat panjang seperti flax, henep, wol yang

panjang dan sebagainya. Dalam pembuatan benang kapas, biasanya mesin roving sebelum

mesin pintal benang yang sesungguhnya.

13
6.2 sistem pintal mule

Sistem pintal mule ini menggunakan prinsip seperti pembuatan benang dengan kincir.

Kalau pada pembuatan benang dengan kincir peregangan serat-serat dan penggulungan benang

dilakukan dengan menjauhkan tangan yang memegang gumpalan serat dan mendekatkan

pada spindle pada waktu penggulungan benang, tetapi pada proses dengan sistem mule,

spindelnya yang digerakkan dan mendekatkan pada waktu penggulungan. Sistem ini banyak

digunakan untuk membuat benang dari wol yang kasar sampai yang halus.

6.3 sistem pintal cap

Cap atau topi yang berbentuk seperti bel yang dapat diletakkan pada ujung spindle.

Karena poros bobbin menyelubungi spindel, maka bobin dapat diputar walaupun spindelnya

diam. Pada spindel diterapkan leher yang dilekatkan pada roda dimana terdapat bobin ,

sehingga roda , leher dan bobin dapat berputar bersamasama. Benang yang berasal dari rol

depan melalui pengantar digulungkan pada bobbin dengan bergeser pada bobbin Cap. Karena

terjadi gesekan antara benang dan bibir Cap, maka dengan berputarnya bobin, benang dapat

tergulung. Bibir Cap berfungsi sebagai pengantar benang. Putaran benang mengelilingi bibir

Cap, menghasilkan putaran atau antihan pada benang. Sistem ini banyak digunakan pada

pembuatan benang dari wol.

6.4 sistem pintal ring

Sistem ini yang paling banyak digunakan untuk pembuatan benang. Di Indonesia hampir

semua pabrik penghasil benang menggunakan sistem ini. Dipakai terutama untuk seratserat

yang relatif pendek, terutama serat kapas. Prinsipnya dapat diikuti sebagai berikut, Spindel

diputar melalui pita. Bobin yang berlubang dapat dimasukkan ke spindle sedemikian, sehingga

kalau spindel berputar bobin turut pula berputar. Melingkari bobbin tersebut terdapat ring yang

terletak pada landasan ring yang dapat naik turun. Pada bibir ring dimasukkan semacam cincin

kecil berbentuk “C” yang disebut traveller dan berfungsi sebagai pengantar benang selama

penggulungan. Agar benang tidak mengenai ujung spindel selama dipintal, maka diatas spindel

dipasang pengantar benang yang berbentuk seperti ekor babi. Benang dari rol depan melalui

pengantar benang selanjutnya digulung ke bobin yang lebih dahulu melalui traveller.

14
Karena bobin berputar maka traveller turut berputar mengelilingi bibir ring. Oleh sebab

traveller mengalami gesekan, maka putaran bobin lebih cepat dari pada traveller, sehingga

terjadilah penggulungan benang pada bobin dan bersamaan dengan itu putaran traveller

memberikan antihan pada benang.

6.5 sistem pintal open end

Sistem pintal Open-end adalah cara pembuatan benang dimana bahan baku setelah

mengalami peregangan seolah-olah terputus (terurai kembali) sebelum menjadi benang.

Berbeda dengan sistem yang diuraikan terdahulu, maka pada sistem ini pemberian antihan tidak

menggunakan putaran spindel tetapi dengan cara lain yaitu dengan menggunakan gaya

aerodinamik yang dihasilkan oleh putaran rotor. Salah satu prinsip pemintalan Open-end

sebagai berikut :

Bahan berupa sliver masuk melalui corong, diambil oleh rol penyuap, dimasukkan ke

daerah penggarukan. Oleh rol pengurai serat-serat diuraikan. Selanjutnya melalui pipa

disalurkan ke rotor. Oleh rotor, serat dikumpulkan sepanjang sudut bagian dalam rotor,

kemudian serat-serat masuk ke saluran dimana susunan serat-serat tersebut sudah menjadi

benang yang antihannya ditentukan oleh rotor tersebut. Oleh perbedaan putaran rotor dengan

kecepatan tarikan rol pelepas, maka terjadilah antihan dan penggulungan. Dari rol pelepas

benang digulung pada bobin di atas rol penggulung.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Benang adalah hasil akhir daripada proses pemintalan baik berupa benang alam antara lain

benang kapas/katun, ataupun benang buatan antara lain benang nilon, poliester, sesuai dengan asal

dari seratnya. Benang terbagi menjdi beberapa jenis seperti benang menurut panjang seratnya,

menurut kategorinya, menurut kontruksinya dan jenis benang menurut pemakaiannya.

3.2 Saran

bagi pembaca apabila mau membuat benang hati-hati dalam proses pembuatan benang, harus

tahap-demi tahap dan lebih hati-hati dalam pengerjaannya. Selain itu masih diperlukan juga

pengembangan untuk ilmu pengetahuan dan teknologi Pembuatan Benang.

16
DAFTAR ISI

Sulam, Abdul Latief.2008. Teknik Pembuatan Benang danPembuatan Kain. Jakarta : Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

2013/03/benang.html http://sidikamir21.blogspot.com/ diakses 22 September 2013

17

Anda mungkin juga menyukai