Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI KANDUNGAN AIR DALAM BENANG DAN KAIN


Tanggal 31 Mei 2022

Dosen Pembimbing:
Dr. Widihastuti, S.Pd., M.Pd

Kelompok Praktikum:
1. Verena Diptakanya Prasanta (19513241020)
2. Hanifa Nuralifah Sofyani (20513241009)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BUSANA


JURUSAN PENDIDIKAN TATA BOGA DAN BUSANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Praktikum
Uji Kandungan Air Dalam Benang Dan Kain” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Pengendalian Kualitas Tekstil & Fashion. Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang uji kandungan air dalam benang dan kain bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Widihastuti, S.Pd.,
M.Pd selaku Dosen Pengendalian Kualitas Tekstil & Fashion yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas ini.

Yogyakarta, 05 Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ……………………………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 4
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 4
B. Maksud dan Tujuan Praktikum …………………………………… 4
C. Manfaat Praktikum ……………………………………………….. 4
BAB II KAJIAN TEORI ………………………………………………………. 6
BAB III METODE PRAKTIKUM …………………………………………….. 11
A. Alat dan Bahan ……………………………………………………. 11
B. Prosedur pengujian ……………………………………………… 11
C. Penghitungan Bn dan Bk………………………………................. 12
D. Penghitungan %MR dan %MC …………………………………… 12
BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN ………………………. 13
A. Hasil Praktikum …………………………………………………… 13
B. Pembahasan ……………………………………………………….. 14
BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………….. 15
A. Simpulan ………………………………………………................. 15
B. Saran ……………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………... 16
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM ………………………… 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktikum merupakan suatu pembelajaran dengan siswa melakukan percobaan
dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Praktikum memiliki kelebihan
tersendiri dengan metode pembelajaran yang lainnya, yaitu: siswa langsung memperoleh
pengalaman dan keterampilan dalam melakukan praktikum, mempertinggi partisipasi
siswa baik secara individu maupun kelompok, siswa belajar berfikir melalui
prinsip-prinsip metode ilmiah atau belajar mempratekkan prosedur kerja berdasarkan
metode ilmiah (Djamarah, 2010).
Pembelajaran dengan praktikum sangat efektif untuk mencapai seluruh ranah
pengetahuan secara bersamaan, antara lain melatih agar teori dapat diterapkan pada
permasalahan yang nyata (kognitif), melatih perencanaan kegiatan secara mandiri
(afektif), dan melatih penggunaan instrumen tertentu (psikomotor) (Rahayuningsih,
2005).Salah satu kelebihan pembelajaran praktikum (laboratorium) adalah mahasiswa
dapat berlatih secara trial and error, dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang
sama sampai benar-benar terampil (Sumiatun, 2013).

B. Maksud dan Tujuan Praktikum


1. Melakukan pengujian kandungan air benang dan kain yang dinyatakan dalam MR
(Moisture Regain) dan MC (Moisture Content).
2. Mengetahui kandungan air dari berbagai macam benang dan kain.
3. Mampu mendefinisikan kandungan air benang dan kain.
4. Mampu menganalisa kandungan air dari berbagai macam benang dan kain.
5. Mampu melakukan pengujian kandungan air benang dan kain yang dinyatakan dalam
MR (Moisture Regain) dan MC (Moisture Content) dengan baik dan benar.
6. Mampu menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di Laboratorium

C. Manfaat Praktikum
1. Standar ini meliputi definisi, penggunaan, dan batasan serta cara uji kandungan air
4
benang dan kain.
2. Cara uji ini berlaku dan digunakan untuk benang dan kain, baik yang terbuat dari
kapas, sintetis ataupun campurannya.
3. Cara uji ini dapat digunakan untuk tujuan perdagangan dan atau tujuan pengendalian
mutu.

5
BAB II
KAJIAN TEORI
➢ Kelembapan Udara
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu
terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air
didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu.
Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat
dikandungnya disebut udara jenuh.
Kelembapan udara dapat dinyatakan sebagai kelembapan udara absolut, kelembapan
nisbi (relatif), maupun defisit tekanan uap air.Kelembapan absolut adalah kandungan uap air
yang dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya per satuan volume (kg/m3).
Kelembapan nisbi (relatif) adalah perbandingan kandungan (tekanan) uap air actual dengan
keadaan jenuhnya (g/kg). Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh
dengan tekanan uap aktual. Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :
1. Kelembapan Absolut
Kelembapan absolut mendefinisikan massa dari uap air pada volume tertentu campuran
udara atau gas, dan umumnya dilaporkan dalam gram per meter kubik (g/m3).
2. Kelembapan Spesifik
Kelembapan spesifik adalah metode untuk mengukur jumlah uap air di udara dengan
rasio terhadap uap air di udara kering. Kelembapan spesifik diekspresikan dalam rasio
kilogram uap air, mw, per kilogram udara.
3. Kelembapan Relatif (Nisbi)

Kelembapan Relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang
terkandung di udara pada suhu yang sama. Kelembaban nisbi membandingkan antara
kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk
menampung uap air.

➢ Regain

Regain adalah kandungan uap air dalam bahan tekstil yang dinyatakan dalam %.
Sedangkan Regain Standard adalah kandungan uap air bahan tekstil dalam keadaan standar

6
dimana bahan disimpan dalam ruangan standar selama 24 jam.

Banyak sedikitnya kandungan air dalam bahan tekstil mempengaruhi pula sifat_sifat
bahan tekstil itu, maka dengan sendirinya akan mempengaruhi pula hasil-hasil pengujian
bahan tekstil yang berhubungan dengan sifat-sifat tersebut.Pengaruh pengaruh regain
terhadap sifat sifat serat antar lain :

1. Dimensi Serat

Absorbsi lembab mempengaruhi dimensi serat, Penggembungan atau swelling


sebagian besar adalah tranversal, karena molekul molekul air masuk diantara rantai rantai
molekul yang kurang lebih pararel dan menimbulkan kekuatan kearah luar

2. Sifat Mekanis Serat

Pengaruh umum dari molekul molekul air didalam serat adalah mengurangi besarnya
kekuatan yang menyatakan rantai molekul, sehingga melemahkan serat. Perkecualian yang
penting adalah serat kapas yang makin kuat oleh air. Sifat mekanis lain yang dipengaruhi
oleh regain adalah : mulur, crease recovery, flexibility dan kemampuan setting pada proses
finishing.

3. Sifat Listrik

Pengruh kelembaban terhadap sifat sifat listrik sangat besar. Perbandingan tahanan
pada regain rendah dan tinggi dapat berbanding ratusan ribu banding satu. Hal ini digunakan
dalam dalam pembuatan design dari alat alat pengukur kelembaban dengan menggunakan
listrik (moisture meter) dengan dasar pengukuran tahanan listrik dari serat serat tekstil.

Alat yang digunakan untuk mengetahui kandungan uap air ini diantaranya adalah Humy
Tester / Moisture Tester / Regain Tester, dan Aqua Boy.

Kemampuan serat menyerap uap air (sifat higroskops) dipengaruhi oleh struktur kimia
dari seratnya, sebagai contoh serat selulosa dapat menyerap uap air dikarenakan banyaknya
gugus hidroksil yangdikandungnya.

➢ Daya Serap
Daya serap adalah kemampuan serat untuk menyerap / menyimpan uap air dalam
kondisi standar di dalam molekul – molekul seratnya (tidak hanya pada permukaannya

7
saja). Kemampuan serat menyerap uap air (sifat higroskops) dipengaruhi oleh struktur
kimia dari seratnya, sebagai contoh serat selulosa dapat menyerap uap air dikarenakan
banyaknya gugus hidroksil yang dikandungnya.
Kandungan air dari benang/ kain ialah perbandingan antara berat uap air yang
terkandung di dalam benang/ kain dengan berat dari benang/ kainnya sendiri, dinyatakan
dalam persen (%).
Bila berat uap air tadi dibandingkan dengan berat benang/ kain dalam keadaan kering maka
disebut kandungan air kering atau moisture regain (MR). Biasanya moisture regain ini
disebut regain saja.
Bn – Bk
Kandungan air kering (MR) = ------------ x 100%
Bk

Berat basah – Berat kering


Kandungan air kering (MR) = --------------------------------- x 100%
Berat kering

Sedangkan bila uap air tadi dibandingkan dengan berat benang/ kain dalam keadaan basah
atau dalam keadaan tertentu maka disebut kandungan air basah (dalam keadaan tertentu) atau
moisture content (MC).

Bn - Bk
Kandungan air basah (MC) = ------------ x 100%
Bn

Berat basah - Berat kering


Kandungan air basah (MC) = ----------------------------------- x 100%
Berat basah

Dari rumus diatas maka dapat kita definisikan bahwa Moisture Regain (MR) adalah
kadar uap air dalam serat terhadap berat kering serat atau presentasi kandungan air terhadap
8
berat keringnya, sedangkan Moisture Content (MC) adalah kadar uap air dalam serat
terhadap berat basah serat atau presentasikandungan air terhadap berat normal / basahnya.
Hubungan RH dengan regain :
RH tinggi maka regain tinggi dan sebaliknya.
Regain Standar adalah prosen regain yang diperoleh dari pengujianMC dan MR yang
dilakukan dalam kondisi standar
Moisture Regain ada dua macam :
1. Regain standar (Standard Regain) adalah regain pada kondisistandar
2. Regain perdagangan (Commercial Regain) adalah regain sesuaikesepakatan antara
penjual dan pembeli
Commercial Regain adalah regain yang digunakan dalam transaksiperdagangan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi regain bahan-bahan tekstil :


1. Relative Humidity
Relative Humidity merupakan rasio antara tekanan uap air actual pada temperatur
tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tersebut
2. Waktu
Bahan tekstil yang dtempatkan pada atmosper tertentu membutuhkan waktu untuk
mencapai keseimbangan kecepatan konditioning, tergantung beberapa faktor seperti:
bentuk dan ukuran bahan, jenis bahan, kondisi ekstern dan lain- lain.
3. Suhu
Pengaruh suhu terhadap regain adalah kecil, maka tidak terlalu penting dan yang lebih

penting adalah pengaruh kelembaban. Suatu perubahan suhu sebesar 100C memberi
perubahan regain. Serat kapas hanya 0,3% dan mengingat perubahan suhu pada

ruangan-ruangan pemintalan hanya berkisar antara 250C hingga 35 0 C maka


pengaruh suhu dapat diabaikan.
4. Keadaan sebelumnya
Kondisi bahan sebelum Kondisioning dapat mempengaruhi keseimbangan regain.
Sebagai contoh adalah pengaruh histeresis. Prosesing juga mempengaruhi
keseimbangan regain.

Beberapa serat mampu menyerap uap air lebih banyak dibandingkan serat yang lain,
serat-serat yang mampu menyerap uap air lebih banyak disebut serat yang higroskopis. Sifat

9
higroskopis ditentukan oleh struktur molekul dari seratnya. Serat selulosa karena mempunyai
gugus hidroksil cukup banyak menyebabkan serat selulosa bersifat higroskopis. Sifat
higroskopis dari serat menyebabkan kain yang dihasilkannya nyaman untuk dipakai

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN


1. Alat pengering (oven) yang dapat diatur pada suhu tetap antara 105- 110 ̊ C
2. Botol timbang dengan penutup yang rapat.
3. Neraca analitis
4. Eksikator dan zat higroskopik yang sesuai umpama CaCl atau CaCO
5. Tang/ capit
6. Kain blacu
7. Gunting

B. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pengujian.
2. Gunting kain blacu dengan ukuran 5x5cm sebanyak 3 lembar. Setelah itu, urai
serat kain sampai habis.
3. Botol timbangan dalam keadaan terbuka bersama-sama dengan penutupnya
dimasukkan ke dalam alat pengering (oven) dan dibiarkan selama ±15 menit
dengan suhu 110 ̊ C, lalu dimasukkan ke dalam eksikator.
4. Dengan neraca analitis, botol tersebut dalam keadaan tertutup ditimbang dan
merupakan berat botol.
5. Contoh uji (serat kain blacu) dimasukkan ke dalam botol. Kemudian botol
ditutup rapat lalu ditimbang dengan neraca analitis. Hasil penimbangan ini
merupakan berat botol ditambah dengan berat basah benang.
6. Botol dengan isinya kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering (oven)
Bersama tutupnya tetapi dalam keadaan terbuka.
7. Alat pengering dijalankan hinggan suhu 110 ̊C selama ±30menit.
8. Setelah itu botol ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam eksikator.
9. Botol yang berisi contoh uji tadi ditimbang dan hasilnya adalah berat botol
ditambah dengan berat kering benang.

11
C. PENGHITUNGAN BERAT NYATA (Bn) DAN BERAT KERING (Bk)
Bn = Berat (Botol+Sampel Basah) - Berat Botol Timbang
Bk = Berat (Botol+Sampel Basah) - Berat (Botol+Sampel Kering)

D. PENGITUNGAN %MR DAN %MC

Kandungan air kering (MR) = x 100%

Kandungan air basah (MC) = x 100%

12
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PRAKTIKUM

Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:

a. Berat Botol Timbang = 33,8 gram

b. Berat Botol + Sampel Basah = 35 gram


c. Berat Botol + Sampel Kering = 35 gram

Dari data tersebut, dapat ditentukan hasil perhitungan berat nyata (Bn), berat
kering (Bk), %MR, dan %MC.
a. Berat Nyata (Bn)
Bn = Berat (Botol+Sampel Basah) - Berat Botol Timbang
= 35 gram – 33,8 gram
= 1,2 gram

b. Berat Kering (Bk)


Bk = Berat (Botol+Sampel Basah) - Berat (Botol+Sampel Kering)
= 35 gram – 35 gram
= 0 gram → dihitung berat tetap (tidak berubah) = 1,2 gram

c. %MR

Kandungan air kering (MR) = x 100%

= x 100%

= 0%

d. %MC

Kandungan air basah (MC) = x 100%

13
= x 100%

= 0%

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh pada pengujian kandungan air,
hasil perhitungan MC MR tidak boleh berbeda jauh dikarenakan tidak mungkin
berat basah perbandingan nya sangat jauh dengan berat kering. Berdasarkan hasil
praktikum, perhitungan MC dan MR percobaan serat blacu didapatkan presentase
0% atau dengan kata lain tidak mengalami berubahan berat. Hal tersebut
dipengaruhi oleh struktur atau susunan molekul serat pada kain blacu
dikarenakan kain yang digunakan masih mengandung kanji.

14
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Kandungan air dari benang/ kain ialah perbandingan antara berat uap air yang
terkandung di dalam benang/ kain dengan berat dari benang/ kainnya sendiri,
dinyatakan dalam persen (%). Dalam praktikum ini, kami mendapatkan hasil
presentase uap air dibandingkan dengan berat benang dalam keadaan basah atau dalam
keadaan tertentu (MC) sebesar 0%. Sedangan untuk presentase berat uap air
dibandingkan dengan berat benang dalam keadaan kering (MR) sebesar 0%. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan berat. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
• RH (Relative Humidity)
• Waktu
• Suhu
• Keadaan sebelumnya
• Susuan atau struktur molekul serat

B. SARAN
1. Waktu pelaksanaan praktikum lebih diperpanjang untuk mendapatkan hasil uji
yang lebih maksimal
2. Dapat dilakukan pemaparan teori yang lebih lengkap sebelum mengadakan
praktikum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tina Martina, Totong, Siti Rohmah, dan Widayat. “Bahan ajar Praktikum Evaluasi
Tekstil 1 (Serat)”. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung. 2006

Lexian Swastiratu Inggara Tungga. “Laporan Praktikum Pengujian Dan Evaluasi


Serat”. Politeknik STTT Bandung. 2018

16
LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM

Proses memasukkan botol ke dalam oven Menutup botol untuk ditimbang

Membuka tutup botol untuk dimasukkan Menimbang botol setelah dioven


dalam ke oven

17
Mengurai benang pada kain Hasil penguraian benang pada kain

Menimbang botol berisi benang Mengeringkan botol berisi benang

18

Anda mungkin juga menyukai