Anda di halaman 1dari 84

PENUNTUN PRAKTIK

KIMIA ANALISIS

PROGRAM STUDI
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

PENYUSUN :
Dr. HERAWATI, M.Si
Dr. ASKAL MAIMULYANTI, M.Si

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan


rahmatNya Diktat Penuntun Praktik Kimia Analisis dapat tersusun dan tercetak
sesuai dengan kebutuhan praktiK Kimia Analisis.

Diktat Kimia Analisis memuat materi pokok mata kuliah Kimia Analisis yang
meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. Diktat ini dibuat untuk membantu
mahasiswa di dalam melaksanakan praktik Kimia Analisis yang disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku di Politeknik AKA Bogor. Untuk memperluas wawasan dan
meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep kimia analitik, khususnya kimia
analisis para mahasiswa dituntut pula untuk membaca berbagai literatur kimia
analitik lainnya.

Diktat Penuntun Praktik Kimia Analisis yang kami susun sebagian besar
merupakan saduran bebas dari buku kimia analitik berbahasa inggris maupun
sumber literatur lainnya, sehingga apabila terdapat kejanggalan kata-kata harap
dimaklumkan. Dengan selesainya Diktat Praktikum Kimia Analisis ini, Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dosen/asisten serta staf akademi
yang banyak memberikan bantuan, semoga amal baik mereka mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT.

Akhir kata Penyusun mengharapkan mudah-mudahan buku ini dapat


bermanfaat bagi mahasiswa Politeknik AKA Bogor khususnya dan masyarakat
pembaca umumnya.

Bogor, Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................................................... iv

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

PEMBUATAN LARUTAN ..................................................................................... 3

Percobaan 1. Pembuatan Larutan Basa, Asam dan Garam ............................ 4

ANALISIS JENIS/KUALITATIF ANORGANIK ..................................................... 11

Percobaan 2. Pemisahan Unsur-Unsur dalam Golongan (I-V) ........................ 12

TITRIMETRI .......................................................................................................... 19

ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI........................................................................ 21

Percobaan 3. Standardisasi Larutan NaOH 0,1 N .......................................... 22

Percobaan 4. Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan .................. 25

Percobaan 5. Standardisasi HCl 0,1 N ............................................................ 29

Percobaan 6. Penetapan Kadar NaOH dan Na2CO3 dalam Campuran

Secara (WARDER) ..................................................................... 32

PERMANGANOMETRI ......................................................................................... 31

Percobaan 7. Standardisasi Larutan KMnO4 0,1N ............................................ 37

Percobaan 8. Penetapan Kadar Besi dalam Sampel garam Besi secara

Permanganometri .......................................................................41

IODOMETRI DAN IODIMETRI ............................................................................. 44

Percobaan 9. Standardisasi Larutan Tio 0,1 N ................................................. 44

Percobaan 10. Penetapan Kadar Klor dalam Bahan pemutih .......................... 48

ARGENTOMETRI ................................................................................................ 51

Percobaan 11. Penetapan Kadar Klor secara Argentometri ............................ 52

ii
KOMPLEKSOMETRI ........................................................................................... 56

Percobaan 12. Standardisasi Larutan EDTA 0,01 M dengan CaCO3

sebagai Bahan baku Primer .....................................................58

Percobaan 13. Penetapan Kesadahan Jumlah dalam Sampel Air.................... 62

GRAVIMETRI ........................................................................................................ 66

Percoban 14. Penetapan Kadar Fe dalam Garam Besi (II) secara Gravimetri.. 68

Daftar Pustaka .................................................................................................... 72

Lampiran ............................................................................................................. 73

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan harus sudah berada ditempat 10 menit sebelum praktikum dimulai.


2. Setiap Praktikan sudah harus membuat persiapan praktikum sebelum
praktikum dimulai.
3. Laporan praktikum harus sudah diserahkan sebelum praktikum berikutnya
dimulai
4. Selama praktikum berlangsung, Praktikan tidak diperkenankan ke luar
laboratorium, kecuali seizin asisten praktikum
5. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dapat meminta waktu lain,
apabila ada pernyataan yang dianggap sah.
6. Selama praktikum, Praktikan harus bekerja tenang, tertib, teratur dan teliti.
7. Praktikan tidak diperkenankan meminjam alat-alat dibawah tangan (tanpa
sepengetahuan asisten) meskipun dengan teman dekat
8. Setelah praktikum selesai, setiap praktikan diharuskan membersihkan meja
praktikumnya masing-masing
9. Alat-alat yang dipinjam selama praktikum harus diserahkan kembali kepada
petugas setelah praktikum selesai.
10. Data-data hasil praktikum diserahkan kepada asisten setelah praktikum
selesai.

iv
PENDAHULUAN
KIMIA ANALISIS - PRAKTIK KIMIA ANALISIS
(2 -2 SKS)

Kompetensi Utama :
Kompetensi konseptual dalam bentuk penguasaan teori analisis kualitatif
dan kuantitatif secara konvensional, analisis volumetri dan gravimetri dengan
tingkat ketelitian sedang dan tinggi dan kompetensi teknikal untuk
melaksanakan analisis kimia kualitatif secara konvensional tanpa pengendalian
matriks dan untuk melaksanakan analisis kimia kuantitatif secara konvensional
dengan pengendalian matriks.

Sub Kompetensi :
Sesudah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan secara utuh pengetahuan dan deskripsi kimia analitik, tipe-tipe
analisis kimia, prinsip analisis kualitatif dan kuantitatif, serta mampu
melaksanakan analisis kuantitatif secara konvensional dengan metode
volumetri dan gravimetri pada tingkat ketelitian sedang dan tinggi.

Deskripsi Umum :
Pengetahuan dan keterampilan menyiapkan larutan kerja, perhitungan
dasar analitik, pH larutan, melakukan analisis kualitatif dengan reaksi basah,
pemisahan dan identifikasi campuran kation dan anion, melaksanakan analisis
gravimetri, volumetri berupa teknik titrasi asam-basa, redoks, pengendapan,
dan kompleksiometri dengan pengendalian kondisi matriks untuk melaksanakan
analisis pada tingkat ketelitian sedang dan tinggi.

1
Pada praktik ini terdiri dari persentase komponen-komponen nilai sebagai
berikut :
1. Persiapan; Quis dan Laporan awal : 20%
2. Pelaksanaan praktik (skill) : 40%
3. Laporan akhir : 20%
4. Ujian Praktik : 20%

Format Laporan Praktik :


1. Identitas :
Nama Praktikan
Kelas
Tanggal praktek
Deskripsi contoh/sampel uji
2. Judul
3. Prinsip
4. Reaksi
5. Hasil Pengamatan (Kualitatif dan Kuantitatif)
6. Perhitungan dan Pembahasan (Interpretasi hasil)
7. Simpulan
8. Daftar Pustaka

2
PEMBUATAN LARUTAN

Larutan merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua macam zat atau
lebih, terdiri dari zat pelarut (jumlahnya lebih banyak) dan zat terlarut
(jumlahnya lebih kecil). Sebagai pelarut maupun zat terlarut dapat berwujud
gas, cair maupun padat.
Berdasarkan wujudnya, larutan dapat dibagi menjadi :
1. Larutan yang wujudnya gas.
Larutan ini baik pelarut maupun zat terlarut dalam bentuk gas. Misalnya
gas CO2 dalam udara.
2. Larutan yang berwujud cair.
Dalam hal ini sebagai pelarut adalah zat cair, sedangkan sebagai zat
terlarutnya dapat berupa zat padat, zat cair maupun gas.
3. Larutan yang wujudnya padat.
Dalam hal ini pelarut maupun zat terlarutnya adalah zat padat. Misalnya
alliasi (paduan logam dengan logam)
Untuk menentukan pekat atau tidaknya suatu larutan, biasanya disebut
konsentrasi. Konsentrasi suatu larutan adalah perbandingan antara jumlah zat-
zat terlarut dengan jumlah larutan atau jumlah pelarut. Satuan konsentrasi yang
umum digunakan dalam larutan antara lain: molaritas (M), normalitas (N), g/100
(% b/b), g/100 mL (% b/v), ppm (mg/kg; µg/g; mg/L; µg/mL).
Satuan-satuan konsentrasi:
1. % (b/b) = g/100 g
2. % (b/v) = g / 100 mL
3. Normalitas = grek/ L ; grek = g/BE ; BE = Mr / a
4. Molaritas = mol / L ; mol = g / Mr
5. Hubungan % (b/b) dengan %( b/v)
% (b/v) = % (b/b) x bj (g/mL)
7. ppm = mg/L = µg/mL ppm = mg/kg = µg/g

3
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN LARUTAN BASA, ASAM DAN GARAM

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Pembuatan larutan basa berupa sorensen dan NaOH 0,1 N
2. Pemmbuatan larutan asam HCL 0,1 N
3. Pembuatan larutan Garam CH3COONa 0,1 M

B. CARA UJI

Tujuan
Untuk membuat larutan asam, basa dan garam dengan konsentrasi
tertentu secara kuantitatif

Prinsip
Pembuatan pereaksi kimia berupa larutan basa asam dan garam secara
kuantitatif dengan menimbang dari garamnya (padat) atau memipet dan
mengencerkan dari larutan stock (cair) yang pekat dengan perhitungan
tertentu.

Bahan
 Larutan : NaOH, Sorensen (NaOH 50 %b/b), HCl pekat, CH3COONa

Peralatan
 Labu takar, pipet volumetric, piala gelas, erlenmeyer, pipet tetes, buret
 Statif, pH meter, bulb, label, kertas saring

4
Prosedur

1. Pembuatan Sorensen (NaOH 50% b/b)


Ditimbang 5 g NaOH padatan dilarutkan dengan 5 mL air dalam gelas piala
kecil.

2. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N


Ambilkan kira-kira 1,3 mL larutan sorensen yang telah disaring dengan gelas
ukur. Masukkan ke dalam labu takar 250 mL, lalu encerkan dengan air suling
(yang telah dipanaskan terlebih dahulu) kira-kira sampai ½ cm di bawah
tanda tera. Keringkan leher labu takar bagian dalam dengan kertas saring,
tambahkan air suling sampai batas miniskus larutan berhimpit dengan tanda
tera (gunakan pipet tetes). Kemudian kocok labu takar sampai larutan
homogen. Beri label sebelum disimpan.

3. Pembuatan larutan HCl 0,1 N


Ambilkan 0,8 mL HCl pekat dengan pipet, masukkan ke dalam labu takar 100
mL, kemudian diencerkan dengan air suling kira-kira sampai ½ cm di bawah
tanda tera. Keringkan leher labu takar bagian dalam dengan kertas saring,
tambahkan air suling sampai batas miniskus larutan berhimpit dengan tanda
tera (gunakan pipet tetes). Kemudian kocok labu takar sampai larutan
homogen. Beri label sebelum disimpan.

4. Pembuatan larutan garam CH3COONa 0,1 M


Ditimbang 0,82 g CH3COONa, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL,
diencerkan sampai tanda batas dan dihomogenkan.

5
Hasil Percobaan
1. Pembuatan larutan ......................................................................................
Hasil pengamatan:

Perhitungan :

2. Pembuatan larutan ......................................................................................


Hasil pengamatan:

6
Perhitungan :

3.Pembuatan larutan ......................................................................................


Hasil pengamatan:

Perhitungan :

7
4.Pembuatan larutan ......................................................................................
Hasil pengamatan:

Perhitungan :

8
C.PERTANYAAN

1. Jelaskan dengan singkat dan jelas pengertian solute, solven, dan


solution!
2. Apa yang harus Anda persiapkan untuk membuat larutan?
3. Jelaskan secara singkat prosedur dalam pembuatan larutan!
4. Peralatan apa yang Anda butuhkan untuk pembuatan larutan?
5. Menurut Anda mana yang betul, untuk membuat larutan secara tepat
menggunakan gelas ukur atau labu ukur?
6. Bagaimana cara menghitung massa zat yang diperlukan untuk membuat
larutan dengan kemolaran tertentu?
7. Bagaimana cara membuat larutan 0,01M sebanyak 100 mL dari larutan
0,1 M?
8. Alat ukur apa yang digunakan untuk mengambil sejumlah larutan dalam
proses pengenceran?
9. Sebutkan dua contoh alat pengukur volume!
10. Bagaimana cara menghomogenkan larutan?
11. Mengapa larutan yang dibuat harus homogen?
12. Keterangan apa saja yang perlu dicantumkan pada label larutan?
13. Apa yang Anda harus lakukan jika label larutan yang akan digunakan
tidak tercantum tanggal pembuatan?
14. Sebutkan ciri-ciri larutan yang sudah rusak!
15. Bagaimana cara menentukan suatu larutan masih layak dipakai atau
tidak

9
Jawaban Pertanyaan

D.KESIMPULAN

10
ANALISIS JENIS/KUALITATIF ANORGANIK

TIU : Mahasiswa dapat menentukan unsur/ zat anorganik apa dalam suatu
sampel

Pada analisis kualitatif, spesi-spesi yang ada di dalam suatu sampel


ditentukan. Analisis kualitatif umumnya diperlukan sebelum analisis kuantitatif
dilakukan.
Untuk menentukan unsur atau spesi yang terkandung dalam sampel
yang merupakan campuran dari berbagai zat/unsur, dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
A. Identifikasi secara sistematis
B. Identifikasi secara spesifik meliputi : kation dan anion
Pada percobaan ini,analisis kualitatif difokuskan pada identifikasi kation
dan anion yang terkandung dalam suatu senyawa anorganik murni. Oleh
karena itu pada analisis kualitatif ini diperlukan pengetahuan tentang sifat-sifat
kation dan anion anorganik yang didasarkan pada sifat kelarutan atau reaksi
dari kation dan anion dalam air, asam, dan basa melalui identifikasi sistematis
dan spesifik.

11
PERCOBAAN 2
PEMISAHAN UNSUR-UNSUR DALAM GOLONGAN (I-V)

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Pemisahan kation golongan 1 secara sistematis yang meliputi kation
Ag+, Pb2+, Hg22+, Al3+, Fe3+, Ba2+, Sr2+ dan Ca2+.
2. Pemisahan kation menggunakan pereaksi selektif dan spesifik

B. CARA UJI

Tujuan
Untuk memisahan kation-kation berdasarkan golongannya dengan
menggunakan pereaksi selektif dan spesifik serta mengidentifikasi
kation-kation hasil pemisahan.

Prinsip
Pemisahan kation secara sistematis dilakukan dengan menggunakan
reaksi pengendap yang selektif untuk kation dalam golongannya.
Pemisahan selajutnya dilakukan dengan menggunakan pereaksi spesifik
yang khas untuk masing-masing kation tertentu.

Bahan
 Larutan contoh yang mengandung kation golongan I - V

Peralatan
 Tabung reaksi, tabung pemusing, pipet tetes, piala gelas, pengaduk
 Pemusing, gegep kayu, pembakar bunsen, labu semprot
 Labu takar, pipet volumetric, piala gelas, erlenmeyer, pipet tetes, buret
 Statif, pH meter, bulb, label, kertas saring

12
Prosedur

Satu mL larutan contoh dalam tabung pemusing ditambahkan pereaksi selektif,


diaduk, dipusingkan
1. Pisahkan filtrat dari endapannya
2. Endapan diuji lebih lanjut dengan pereaksi selektif untuk golongan
3. Filtrat ditambahkan pereaksi selektif untuk pemisahan sistematis golongan
selanjutnya
4. Kation-kation yang sudah dipisahkan diidentifikasi dengan pereaksi selektif
dan spesifik kation tersebut sesuai skema !

13
Hasil Percobaan

Tabel 2.1. Hasil Pemisahan Unsur-unsur dalam Golongan ( I-V)

Ion Pereaksi Reaksi Pengamatan

14
15
16
17
C. PERTANYAAN

1. Apa tujuan dan prinsip pemisahan unsur-unsur dalam satu golongan?


2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemisahan unsur-unsur
dalam sampel?
3. Bagaimana Anda mempreparasi sampel untuk pemisahan unsur-unsur
dalam sampel

Jawaban Pertanyaan

D. KESIMPULAN

18
TITRIMETRI

Analisis titrimetri adalah analisis berdasarkan pengukuran volume larutan


yang diketahui konsentrasinya, untuk menentukan zat/larutan lain yang belum
diketahui konsentrasinya. Proses pengukuran volume suatu larutan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan suatu pereaksi lain disebut titrasi.
Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standar atau larutan
baku.
Pada percobaan analisis kimia kuantitatif secara titrimetri ini dibagi
menjadi beberapa percobaan berdasarkan jenis reaksi kimia yang terjadi antara
lain :

 Titrasi Asidimetri – Alkalimetri

 Titrasi Redoks (Reduksi – Oksidasi)

 Titrasi Argentometri

 Titrasi Kompleksiometri

Reaksi umum: aA + bB hasil reaksi

A adalah zat yang dititrasi (Titrat)


B adalah zat yang mentitrasi (Titran)
a dan b adalah jumLah mol dari masing-masing zat

Prinsip berdasarkan reaksi umum :


V A x N A = V B x NB

Vtirat x Ntitrat = Vtitran x Ntitran

mgrek Titrat = mgrek TitranT

19
TIU : Mahasiswa mampu menentukan kadar analit dalam suatu sampel
menggunakan metode kimia analisis kuantitatif cara konvensional
dengan metode volumetri dengan ketelitian tingkat sedang dan tinggi.

Pokok Bahasan :

Teknik Volumetri (khusus Titrimetri) :

 Titrasi Asidimetri – Alkalimetri

 Titrasi Redoks (Reduksi – Oksidasi)

 Titrasi Argentometri

 Titrasi Kompleksiometri

20
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

Asidimetri merupakan titrasi terhadap larutan basa bebas atau larutan


garam terhidrolisis (yang berasal dari asam lemah) dengan larutan standar
asam kuat. Alkalimetri merupakan titrasi terhadap larutan asam bebas atau
larutan garam terhidrolisis (yang berasal dari basa lemah) dengan larutan
standar basa kuat.
Konsep reaksi asam-basa yang terjadi merupakan reaksi asam
(Arrhenius), suatu zat disebut asam bila zat itu dilarutkan dalam air
menghasilkan ion H+ dan suatu zat disebut basa bila zat itu dilarutkan dalam air
menghasilkan ion OH-.

21
PERCOBAAN 3
STANDARDISASI LARUTAN NaOH 0,1 N

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi larutan NaOH dengan baku primer asam oksalat
2. Penentuan konsentrasi NaOH dalam Normalitas ( grek/L)

B. CARA UJI

Tujuan
Menstandardisasi larutan NaOH 0,1 N dengan baku primer asam oksalat

Prinsip
Larutan NaOH merupakan larutan standar/baku sekunder yang
dibakukan dengan larutan asam oksalat dengan indikator pp
(fenoftalein).

Bahan
 Larutan : NaOH 0,1 N; kristal asam oksalat
 Indikator : PP

Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, bulb hitam/merah, labu semprot
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.

Prosedur
Ditimbang teliti 630 mg asam oksalat dengan kaca arloji, larutkan ke
dalam labu takar 100 mL dan tepatkan sampai tanda garis, lalu
22
homogenkan. Larutan dipipet sebanyak 25 mL ke dalam erlenmeyer 250
mL, tambahkan 2 tetes indikator PP kemudian dititar dengan larutan
NaOH 0,1 N sampai larutan berubah warna menjadi merah muda.
Dicatat volume serta perubahan saat titik akhir tirasi. Percobaan ini
dilakukan 3 kali dan hitung normalitas NaOH tiap-tiap ulangan, sesuai
rumus sebagai berikut :
mg asam oksalat
N NaOH =
100/25 x mL NaOH x BE oksalat

Keterangan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE asam oksalat = BM/2
Fp : Faktor pengali (100/25)

Tabel 3.1. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan NaOH 0,1N

Bobot Perubahan Selama Volume


asam Titrasi Titran Konsentrasi
Ulangan
oksalat (perubahan warna NaOH NaOH (N)
(mg) indikator pp) (mL)
1.
2.
3.

C.PERTANYAAN
1. Berapa mg asam oksalat yang dibutuhkan untuk membuat 10 mL larutan
asam oksalat 0.1 N?
2. Berapa mL NaOH yang diambil dari NaOH 4 N bila kita ingin membuat
NaOH 0.1 N 250 mL?

23
3. Bila kita menimbang asam oksalat 315 mg untuk membuat larutan 0,025 N .
Berapa mL volume larutan tersebut dapat kita buat?
4. Berapa pH nya pada titik setara penitaran NaOH dengan baku asam
oksalat?
5. Bila kita menimbang asam oksalat 500 mg untuk membuat larutan 0,05 N .
Berapa mL volume larutan tersebut dapat kita buat?

Jawaban pertanyaan

D.KESIMPULAN

24
PERCOBAAN 4
PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA MAKAN

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kadar asam asetat dalam cuka makan secara alkalimetri
2. Kadar asam asetat dinyatakan dalam satuan persen (%)

B. CARA UJI

Tujuan
Menentukan kadar asam asetat dalam sampel cuka dengan titrasi asam-
basa.

Prinsip
Komponen utama cuka adalah asam asetat. Kadar total asam dalam cuka
dinyatakan dengan kadar asam asetat. Kadar asam asetat dalam cuka
makan ditetapkan dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan natrium
hidroksida yang sudah distandardisasi dengan indikator pp.

Reaksi
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Bahan
 Larutan : NaOH 0,1 N; sampel cuka 25 %b/b
 Indikator : pp

Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot

25
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.
Prosedur
Dipipet 5 mL contoh cuka makan ke dalam labu takar 250 mL kemudian
ditepatkan dengan air suling sampai tanda tera. Dipipet 25 mL larutan
tersebut ke dalam erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 2 sampai 3 tetes
indikator PP lalu dititar dengan NaOH 0,1 N. Hitung kadar asam asetat
dalam cuka makan.

Perhitungan

Kadar asam asetat :


(VNaOH x NNaOH x BECH3COOH)
% (b/v) CH3COOH = x 10-3 x Fp x 100 %
VTitrat (mL)

Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE CH3COOH = BM CH3COOH
Fp : Faktor pengenceran (250/5)

Hasil Percobaan

Tabel 4.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat (sampel cuka)

2. Warna

3. Bau

26
Tabel 4.2. Data Hasil Percobaan Penetapan Asam Asetat

Volume Perubahan Selama Volume Titran


Kadar
Titrat Titrasi NaOH
Ulangan CH3COOH
(mL) (perubahan warna (………..)
(%b/v)
indikator PP) (mL)
1.
2.
3.

C. PERTANYAAN

1. Berapa ml NaOH 0,1234 N yang dibutuhkan bila hasil akhir kadar asam
asetat didalam cuka makan 3,25 %?
2. Pada penetapan cuka bolehkah Anda menggunakan penunjuk MM? Berikan
alasannya.
3. Berapa pH nya pada titik setara penitaran NaOH dengan contoh asam cuka.

Jawaban Pertanyaan:

27
D. KESIMPULAN

28
PERCOBAAN 5
STANDARDISASI LARUTAN HCl 0,1 N

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi larutan HCl dengan baku primer boraks
2. Penentuan konsentrasi HCl dalam Normalitas ( grek/L)

B. CARA UJI

Tujuan
Menstandardisasi larutan HCl 0,1 N dengan baku primer boraks
Prinsip
Larutan HCl merupakan larutan standar/baku sekunder yang dibakukan
dengan larutan boraks dengan indikator SM (Sindur Metil).
Bahan
 Larutan : HCl 0,1 N; kristal boraks
 Indikator : SM

Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, bulb hitam/merah, labu semprot
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.

Prosedur
Ditimbang teliti 1500 mg boraks dengan kaca arloji, larutkan ke dalam labu
takar 100 mL dan tepatkan sampai tanda garis, lalu homogenkan. Larutan
dipipet sebanyak 25 mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2 tetes
indikator MM kemudian dititar dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan
berubah warna menjadi merah jingga (sindur). Dicatat volume serta
29
perubahan saat titik akhir tirasi. Percobaan ini dilakukan 3 kali dan hitung
normalitas HCl tiap-tiap ulangan, sesuai rumus sebagai berikut :
mg boraks
N HCl =
100/25 x mL HCl x BE boraks
Keterangan:
BE boraks = BM/2

Fp : Faktor pengali (100/25)

Tabel 5.1. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan HCl 0,1N

Bobot Perubahan Selama Volume


boraks Titrasi Titran Konsentrasi
Ulangan
(mg) (perubahan warna HCl HCl (N)
indikator sm) (mL)
1.
2.
3.

C.PERTANYAAN
1. Mengapa boraks dapat dijadikan sebagai bahan baku primer untuk
standardisasi HCl ?
2. Berapa mg boraks yang dibutuhkan untuk membuat 25 mL larutan boraks
0.25 N?
3. Berapa pH nya pada titik setara penitaran HCl 0.1 N dengan bahan baku
baku boraks.

30
Jawaban Pertanyaan

D.KESIMPULAN

31
PERCOBAAN 6
PENETAPAN KADAR NaOH dan Na2CO3 DALAM CAMPURAN
SECARA (WARDER)

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam campuran secara asidimetri.
2. Kadar dinyatakan dalam persen (%)

B. CARA UJI

Tujuan
Menentukan kadar karbonat dan natrium hidroksida dalam campuran
dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan standar HCl.

Prinsip
Karbonat dan natrium hidroksida dalam sampel campuran dapat
ditentukan kadar masing-masing dengan titrasi asam-basa
menggunakan larutan standar HCl dengan 2 indikator (PP dan SM).
Pada titrasi tahap (1) digunakan indikator PP, HCl akan bereaksi terlebih
dahulu dengan natrium hidroksida. Dilanjutkan dengan reaksi Ion
karbonat dengan HCl pada tahap (1) ini menjadi hidrogen karbonat.
Kemudian titrasi berlanjut ke tahap (2) ditambahkan indikator SM, HCl
bereaksi dengan ion hidroden karbonat.

Reaksi :
NaOH + HCl NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3

32
Bahan
 Larutan : HCl 0,1 N; larutan sampel
 Indikator : PP, SM

Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.

Prosedur
Dipipet 25 mL contoh ke dalam Erlenmeyer 250 mL diencerkan dengan
sedikit air suling, dibubuhi 2-3 tetes PP, lalu dititar dengan HCl 0,1 N
sehingga tercapai titik akhir hilangnya warna merah muda. Banyaknya HCl
yang dipakai dicatat, misalnya a mL. Larutan dibubuhi 2-3 tetes indikator
SM, titar dengan HCl sampai titik akhir dari buret tadi tanpa buret dinolkan
lagi. Panaskan hingga hampir mendidih (jika warna larutan berubah warna
maka dititar lagi dengan HCl). Catat mL HCl yang dipakai, misalnya b mL.
Penetapan dilakukan duplo. Hitung kadar masing-masing dalam contoh.

Perhitungan

(2 (b-a) ) x N HCl x BENa2CO3


% Na2CO3 = x 10-3 x 100 % (b/v)
Vcontoh (mL)

(2a - b) x N HCl x BENaOH


% NaOH = x 10-3 x 100 % (b/v)
Vcontoh (mL)

33
Tabel 6.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat / sampel warder

2. Warna

3. Bau

Tabel 6.2. Data Hasil Percobaan Penetapan NaOH dan Na2CO3

Vol HCl
Vol
Perubahan warna (………….) NaOH Na2CO3
No contoh Indikator
yang terjadi a b % b/v % b/v
(mL)
(mL) (mL)

1 Pp

SM

C. PERTANYAAN
1. Mengapa pada penetapan campuran ini digunakan 2 indikator?
Jelaskan!
2. Mengapa indikator PP ditambahkan lebih dulu, dan dilanjutkan
penggunaan indikator SM? Jelaskan!
3. Buktikan rumus perhitungan untuk mencari kadar NaOH dan Na 2CO3
dalam campuran tersebut!

34
Jawaban Pertanyaan

D.KESIMPULAN

35
PERMANGANOMETRI

Tujuan titrasi secara permanganometri adalah untuk menetapkan kadar


analit yang bersifat reduktor dalam sampel karena titrannya (larutan penitar)
bersifat oksidator.
Kalium permanganat merupakan salah satu bahan baku yang sering
digunakan dalam titrasi oksidimetri. Dalam proses pembuatan dan
penyimpanan larutannya ada sebagian dari KMnO4 itu mengalami reduksi
menjadi MnO2. MnO2 ini merupakan katalis untuk penguraian KMnO4,
selanjutnya titar KMnO4 tidak dapat ditentukan langsung dari
penimbangan..Asam oksalat dapat dipergunakan sebagai bahan baku primer
untuk menetapkan titar larutan KMnO4. Penitaran dilakukan dalam suasana
asam (dengan penambahan asam sulfat encer ) dan suhu diatur 70oC. Dalam
penitaran ini tidak dipakai indikator, karena kelebihan larutan KMnO4 sedikit
saja sudah memberikan warna merah muda pada larutan.

36
PERCOBAAN 7
STANDARDISASI LARUTAN KMnO4 0,1N

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi KMnO4 0,1N dengan asam oksalat sebagai bahan baku
primer
2. Satuan konsentrasi dinyatakan sebagai normalitas (grek/L atau mgrek/L)

B. CARA UJI

Tujuan
Menstandardisasi larutan KMnO4 0,1N dengan asam oksalat sebagai bahan
baku primer secara permanganometri.

Prinsip
Dalam reaksi KMnO4 dalam suasana asam mengalami reduksi menjadi
Mn2+, .sedangkan asam oksalat mengalami oksidasi menjadi CO2, dan suhu
diatur sampai 70oC. Dalam penitaran ini tidak dipakai indikator, karena
kelebihan larutan KMnO4 sedikit saja sudah memberikan warna merah
muda pada titik akhir titrasi.

Reaksi:
2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

Bahan
 Hablur asam oksalat; dan air suling
 Larutan : KMnO4 0,1 N ; H2SO4 4N

Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem; pembakar bunsen
37
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, gelas
ukur 50 mL, piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL

Prosedur
Timbang dengan teliti  630 mg hablur asam oksalat, dimasukkan ke dalam
labu takar 100 mL dilarutkan dengan air suling lalu ditepatkan sampai tanda
tera. Kemudian pipet 25 mL larutan asam oksalat tadi, tambahkan 25 mL
H2SO4 4 N panaskan sampai 70oC, lalu titar dengan larutan KMnO4 sampai
timbul warna merah muda . Lakukan duplo. Hitung normalitas KMnO4.

Perhitungan
mg asam oksalat
N KMnO4 =
100/25 x mL KMnO4 x BE asam oksalat

Keterangan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE oksalat = BM/2
Fp : Faktor pengali (100/25)

Hasil Pengamatan

Tabel 7.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat


No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat asam oksalat

2. Warna

3. Bau

38
Tabel 7.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan KMnO4 0,1N
Bobot Volume
oksalat Perubahan Selama Titrasi Titran Konsentrasi
Ulangan
(mg) KMnO4 KMnO4 (N)
(mL)
1.
2.
3.

C. PERTANYAAN
1. Pada standardisasi larutan permanganat dengan asam oksalat mengapa
dilakukan pemanasan 70oC? jika tanpa pemanasan, apa pengaruhnya
terhadap titik akhir titrasi tersebut?
2. Apakah yang dimaksud dengan “auto katalis”
3. Pada titrasi permangonometri ini digunakan asam sulfat, bagaimana jika
diganti dengan HCl atau HNO3?

Jawaban Pertanyaan

39
D. KESIMPULAN

40
PERCOBAAN 8
PENETAPAN KADAR BESI DALAM SAMPEL GARAM BESI
SECARA PERMANGANOMETRI

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
Penentuan kadar besi dalam garam besi secara permanganometri. Kadar
besi ditetapkan sebagai persen (%)

B. CARA UJI

Tujuan
Menetapkan kadar besi dalam sampel garam besi secara
permanganometri dalam suasana asam.

Prinsip
Garam-garam besi II dapat dioksidasikan menjadi garam besi III dalam
suasana asam. Sebagai bahan baku sekunder digunakan KMnO4 yang
juga berfungsi sebagai indikator. Berdasarkan jumLah KMnO4 yang
dipakai dapat dihitung kadar besi dalam contoh.

Reaksi:
MnO4- + 5 Fe2+ + 8 H+ Mn2+ + 5 Fe3+ + 4 H2O

Bahan
 Larutan sampel garam besi; dan air suling
 Larutan : KMnO4 0,1 N (yang sudah distandardisasi) ; H2SO4 4N

Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
41
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, gelas
ukur 50 mL, piala gelas 250 mL.

Prosedur
Dipipet 25 mL larutan conto, masukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
tambahkan 25 mL H2SO4 4 N kemudian dititar dengan larutan KMnO4 0,1 N
yang sudah distandardisasi. Hitung kadar besi dalam contoh.

Perhitungan
( VKMnO4 x NKMnO4 x BE Fe)
% Fe = x 10-3 x 100 % (b/v)
Volume contoh (mL)

Hasil Pengamatan

Tabel 8.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat garam besi

2. Warna

3. Bau

Tabel 8.2. Data Hasil Percobaan Penetapan Fe Cara Permanganometri

Volume Volume Titran Kadar


Perubahan Selama Titrasi
Ulangan Contoh KMnO4 (………….) Fe

(mL) (mL) (%b/v)

1.

42
2.

3.

C. PERTANYAAN
1. Mengapa pada penetapan Fe (II), larutan contoh dititar dengan KMnO4
tidak dipanaskan? Jelaskan
2. Bila diketahui kadar besi (II) dalam contoh 1 % pengerjaan sama seperti
diatas berapa mL KMnO4 0.1 N yang dibutuhkan?
3. Apakah asam sulfat dapat digantikan dengan HNO 3 atau asam lainnya
berikan alasannya!

Jawaban Pertanyaan

D. KESIMPULAN

43
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Iodometri (titrasi tidak langsung) adalah penetapan suatu oksidator


dalam sampel dengan larutan standar tio yang sudah terstandardisasi,
sedangkan Iodimetri (titrasi langsung) adalah penetapan suatu reduktor dalam
sampel dengan iodium sebagai larutan standar.

PERCOBAAN 9
STANDARDISASI TiO 0,1 N

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi natrium tiosulfat secara iodometri.
2. Satuan dinyatakan sebagai normalitas tio (grek/L)

B. CARA UJI

Tujuan
Menstandardisasi larutan tio 0,1N dengan potasium dikromat sebagai
bahan baku primer secara Iodometri.

Prinsip
Natrium tiosulfat distandardasi dengan bahan baku primer K2Cr2O7 . Reaksi
K2Cr2O7 dengan KI berlebih dalam suasana asam akan menghasilkan iod.
Iod yang dibebaskan dititar dengan larutan tio yang normalitasnya telah
diketahui, mendekati titik akhir penambahan indikator kanji akan
memperjelas warna titik akhir titrasi sampai larutan hijau terang. JumLah
ekivalen K2Cr2O7 setara dengan jumLah ekivalen tio. Kalium dikromat yang
digunakan harus murni (baku primer) dan KI yang dipakai harus bebas
iodat.
44
Reaksi:
K2Cr2O7 + 6 KI + 14 HCl 8 KCl + 2 CrCl3 + 7 H2O +3I2
Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2 NaI

Bahan
 Hablur K2Cr2O7; dan air suling
 Larutan : Tio 0,1 N; HCl 4N; KI 20%; Kanji 10%
Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, gelas ukur 50
mL, piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL, tabung reaksi.

Prosedur
Ditimbang dengan teliti  500 mg K2Cr2O7 masukkan ke dalam labu takar
100 mL lalu dilarutkan dan ditepatkan sampai tanda tera kemudian
homogenkan. Dipipet 25 mL larutan K2Cr2O7 tersebut masukkan ke dalam
Erlenmeyer ditambahkan 7,5 mL KI 20% dan 25 mL HCl 4 N, kemudian
dititrasi dengan larutan tio 0,1 N sampai mendekati titik akhir titrasi (
larutan berwarna kuning kehijauan) tambahkan indikator kanji dan titar
kembali dengan larutan tio 0,1 N sampai titik akhir titrasi ( perubahan warna
dari biru tua menjadi hijau muda). Penetapan dilakukan duplo. Hitung
normalitas tio!

Perhitungan
mg K2Cr2O7
N Na2S2O3 =
100/25 x mL tio x BE K2Cr2O7

Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE K2Cr2O7 = BM K2Cr2O7 /6
100/25 = Faktor pengali (Fp)
45
Hasil Pengamatan

Tabel 9.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat K2Cr2O7

2. Warna

3. Bau

Tabel 9.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan Tio 0,1N

Bobot Volume
Konsentrasi
K2Cr2O7 Perubahan Selama Titrasi Titran
No Na2S2O3
(mg) Tio
(N)
(mL)
1.
2.

C. PERTANYAAN
1. Apakah HCl dapat diganti dengan asam yang lain? Jika ”tidak”,
mengapa? Dan Jika ”Ya”, berikan contonya?
2. Mengapa penambahan KI harus berlebih? Perlukah penambahan KI
secara kuantitatif? Berikan alasannya !
3. Sebutkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada
standardisasi larutan tio!

46
Jawaban Pertanyaan

D. KESIMPULAN

47
PERCOBAAN 10
PENETAPAN KADAR KLOR DALAM BAHAN PEMUTIH

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kadar klor dalam bahan pemutih secara titrasi iodometri.
2. Kadar klor dinyatakan sebagai persen (%)

B. CARA UJI

Tujuan
Untuk menetukan kadar Cl dalam pemutih secara iodometri

Prinsip
Kadar Cl ditetapkan berdasarkan titrasi iodometri dengan natrium tiosulfat
sebagai titran. Ke dalam sampel ditambahkan KI sehingga I2 yang
dibebaskan dititrasi dengan tio menggunakan indikator kanji.

Reaksi:
Ca(OCl)2 + 2H2SO4 + 4 KI CaSO4 + 2 KCl + 2H2O + 2I2 + K2SO4
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6

Bahan
 Larutan sampel pemutih; dan air suling
 Larutan : Tio 0,1 N (yang telah distandardisasi); H2SO4 4N; KI 20%; Kanji
10%

Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot

48
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, gelas ukur 50 mL,
piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL, tabung reaksi.

Prosedur
Dipipet 5 mL contoh pemutih ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan
sampai tanda tera. Larutan tersebut dipipet sebanyak 25 mL ke dalam
Erlenmeyer di tambah10 mL H2SO4 4 N dan 10 mL KI 20 % kemudian dititar
dengan larutan tio 0,1 N yang sudah distandardisasi hingga mendekati titik
akhir (larutan kuning muda), tambahkan indikator kanji kemudian dititar
kembali dengan larutan tio 0,1 N hingga tercapai titik akhir titrasi (
perubahan warna dari biru tua menjadi tak berwarna). Hitung kadar Cl
dalam contoh!

Perhitungan
( Vtio x Ntio x BE Cl)
% Cl = x 10-3 x 100/5 x 100 % (b/v)
Volume titrat (mL)

Keterangan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE Cl = Ar Cl/2 = BA Cl/2
100/5 = Faktor Pengenceran (FP)

Hasil Pengamatan

Tabel 10.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat


No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel pemutih

2. Warna

3. Bau

49
Tabel 10.2. Data Hasil Percobaan Penetapan Cl Cara Iodometri

1.

2.

3.

C. PERTANYAAN
1. Tuliskan tujuan dan prinsip pada penetapan klor dalam pemutih!
2. Mengapa penambahan indikator kanji mendekati titik akhir titrasi?
3. Apakah asam sulfat dalam titrasi penetapan klorin dapat diganti
dengan asam nitrat dan asam klorida?
Jawaban Pertanyaan

KESIMPULAN

50
ARGENTOMETRI

Argentometri merupakan titrasi dengan mengetahui jumLah larutan


standar peraknitrat yang digunakan titrasi berdasarkan pembentukkan
endapan. Perak nitrat merupakan salah satu bahan baku yang digunakan
dalam titrasi secara argentometri. Perak nitrat mempunyai kemurnian yang
cukup tinggi yaitu sekitar (99,9 – 100)%, oleh karena itu titar larutannya dapat
ditentukan secara langsung dari penimbangan. Selama penyimpanan, larutan
AgNO3 harus disimpan dalam botol pereaksi berwarna gelap, karena jika
terkena sinar peraknitrat dapat tereduksi menjadi Ag berwarna hitam.
Berdasarkan jenis indikator yang digunakan dalam penetapan klor
secara argentometri, ada tiga cara penetapan yaitu: cara Mohr; Fayans;
Volhard

51
PERCOBAAN 11
PENETAPAN KADAR KLOR SECARA ARGENTOMETRI

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penentuan kadar klor secara argentometri dengan cara mohr dan
fayans.
2. Kadar dinyatakan dalam persen (%)

B. CARA UJI

Tujuan
Menetapkan kadar klor dalam sampel dengan cara Mohr dan Fayans

Prinsip
 Titrasi cara mohr: Ion klorida dalam sampel bereaksi dengan larutan
perak nitrat, kelebihan perak nitrat bereaksi dengan indicator kromat
membentuk endapan merah bata
 Titrasi cara Fayans: Ion klorida dalam sampel bereaksi dengan perak
nitrat, endapan koloid AgCl menyerap ion indicator fluoresein
membentuk warna pink

Reaksi :
Ag+ + Cl- AgCl

Bahan
 Sampel mengandung Cl
 K2CrO4, AgNO3, indikator fluorecein

52
Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 10 mL, pipet tetes.

Prosedur

Penetapan Kadar Klor dalam Sampel Cara Mohr


Dipipet 10 mL larutan conto ke dalam Erlenmeyer dibubuhi 5 tetes larutan
K2CrO4 lalu dititar dengan larutan AgNO3 0,0100 N hingga titik akhir
tercapai. Penetapan dilakukan duplo. Hitung kadar Cl dalam contoh!

Penetapan Kadar Klor dalam Sampel Cara Fayans


Dipipet 10 mL larutan conto ke dalam Erlenmeyer dan dibubuhi 1-3 tetes
indikator fluorescein. Dititar dengan AgNO3 0,01 N sehingga warna endapan
yang terbentuk berubah dari putih menjadi merah muda. Penetapan
dilakukan duplo. Hitung kadar klor dalam contoh!

Perhitungan

( VAgNO3 x NAgNO3 x BE Cl)


% Cl = x 10-3 x 100 % (b/v)
Volume contoh (mL)

Keterangan : BE Cl =Ar Cl

53
Hasil Pengamatan

Tabel 11.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel

2. Warna

3. Bau

Tabel 11.2 Data Hasil Percobaan Penetapan Klor Cara Mohr

Volume Volume Titran Kadar


Perubahan Selama Titrasi
Ulangan Titrat AgNO3 (………...) Cl

(mL) (mL) (%b/v)

1.

2.

3.

Tabel 11.3 Data Hasil Percobaan Penetapan Klor Cara Fayans

Volume Volume Titran


Kadar
Titrat Perubahan Selama Titrasi AgNO3
Ulangan Cl
(mL) (………...)
(%b/v)
(mL)

54
1.

2.

3.

C. PERTANYAAN
1. Jelaskan prinsip penetapan klor cara Mohr dan Fayans dengan lengkap
disertai reaksinya!
2. Buktikan dengan perhitungan bahwa kelarutan AgCl lebih kecil daripada
kelarutan Ag2CrO4 ( gunakan hasil kali kelarutan )
3. Apa perbedaan titrasi Argentometri cara Mohr dan Fayans?

Jawaban Pertanyaan

D. KESIMPULAN

55
KOMPLEKSOMETRI

Kompleksiometri merupakan salah satu jenis titrasi yang didasarkan


pada pembentukan senyawa kompleks. Suatu kompleks dapat dibentuk oleh
reaksi antara suatu ion logam (kation) yang disebut atom pusat (memiliki orbital
kosong), dengan suatu anion atau molekul netral yang terikat pada atom pusat
disebut ligan (yang mempunyai pasangan elektron bebas). Banyaknya ikatan
yang terbentuk oleh atom logam pusat tersebut disebut bilangan koordinasi.
Ligan yang mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, misalnya NH3
disebut unidentat. Ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk
dua ikatan dengan atom sentral disebut bidentat, misalnya etilena diamin
NH2CH2CH2NH2. Cincin heterosiklik yang dibentuk oleh antaraksi sebuah ion
logam dengan dua gugus fungsional dalam ligan yang sama disebut cincin sepit
(chelate ring), molekul organiknya adalah zat penjepit, dan kompleks itu disebut
senyawa sepit atau kelat (Chelates). Jenis titrasi kompleksiometri yang sering
digunakan adalah titrasi dengan EDTA (kelatometri) dan titrasi Merkurimetri.
Penerapan jenis titrasi yang sering digunakan adalah titrasi kelatometri
dengan pengompleks adalah EDTA (etilendiamintetraasetat), karena EDTA
membentuk kompleks yang stabil dengan banyak ion logam dab reaksinya
selalu terjadi dalam perbandingan molar 1 : 1.
Reaksi antara ion-ion logam dengan garam dinatrium-EDTA (disingkat
H2Y2-) adalah sebagai berikut :
Mn+ + H2Y2- MY(n-4) + 2H+
Selama titrasi dibebaskan ion H+ , untuk mencegah terjadinya perubahan pH
yang besar, maka ke dalam larutan harus ditambahkan buffer.
Pengaruh pH pada titrasi dengan EDTA sebagai berikut :
Asam etilena diamin tetra asetat (HY) mempunyai tetapan disosiasi sebagai
berikut:
H4Y + H2O H3O+ + H3Y- Ka1 = 1,02 x 10-2
H3Y- + H2O H3O+ + H2Y2- Ka2 = 2,14 x 10-3

56
H2Y2- + H2O H3O+ + HY3- Ka3 = 6,92 x 10-7
HY3- + H2O H3O+ + Y4- Ka1 = 5,50 x 10-11

Disosiasi H4Y dipengaruhi oleh pH, pada pH >12 kebanyakan H4Y akan
terdapat dalam bentuk Y. Pada pH yang lebih rendah spesies terprotonkan
seperti HY dan sebagainya akan lebih melimpah, sehingga dapat dianggap
bahwa H3O+ bersaing dengan ion logam untuk memperebutkan H4Y pada pH
itu. Dengan alasan tersebut maka titrasi ion logam dengan EDTA pada
umumnya dilakukan pada pH tinggi.

57
PERCOBAAN 12
STANDARDISASI LARUTAN EDTA 0,01M

Disodium Etylene Diamine Tetra Acetic (EDTA), diperdagangkan dalam


keadaan murni, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan baku primer. Hal
ini dapat dilakukan apabila air yang dipergunakan untuk melarutkan tidak
mengandung ion-ion logam polivalen. Karena keadaan ini sukar diperoleh,
maka standardisasi EDTA perlu dilakukan, yaitu dengan menitar larutan baku
kalium karbonat dengan EDTA.

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi larutan EDTA dengan baku primer CaCO3.
2. Konsentrasi EDTA dinyatakan sebagai Molaritas (mol/L)

B. CARA UJI

Tujuan
Untuk menstandardisasi larutan EDTA dengan baku primer CaCO3

Prinsip
Sebelum ion Ca2+ direaksikan dengan EDTA ditambah sejumLah buffer pH
10 yang mengandung ion Mg2+ dan indicator Erio-T (HIn2-) berwarna biru
menjadi larutan yang berwarna merah, kemudian direaksikan oleh EDTA
setelah ion Ca2+ bereaksi semua dengan EDTA, kelebihan setetes EDTA
larutan menjadi berwarna biru sebagai titik akhir.

Reaksi :
Sebelum titrasi:
Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+
Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+
58
Selama titrasi :
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
Saat titik akhir titrasi :
MgIn- + H2Y2- MgY2- + HIn2- + H+
Bahan
 CaCO3
 HCl
 Buffer pH 10
 Indikator erio T

Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, labu takar 100 mL,
corong, pipet tetes.

Prosedur
Ditimbang 0,1 g CaCO3 ke dalam piala gelas kecil, dilarutkan dengan HCl 4
N lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL diencerkan dengan air
suling sampai tanda tera . Dipipet 25 mL larutan tersebut ke dalam
Erlenmeyer lalu tambahkan 10 mL buffer pH 10, 1 mL Mg-EDTA dan
indikator Erio-T. Selanjutnya dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai
titik akhir titrasi. Perubahan warna dari merah anggur menjadi biru.
Penetapan dilakukan duplo. Hitung molaritas EDTA!

Perhitungan
mg CaCO3
M EDTA =
100/25 x mL EDTA x BM CaCO3
Keterangan :
BM : bobot molekul (mg/mmol atau g/mol)
100/25 = Faktor pengali (Fp)
59
Hasil Pengamatan

Tabel 12.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat


No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel CaCO3

2. Warna

3. Bau

Tabel 12.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi EDTA

Bobot Volume Titran Kadar


Perubahan Selama Titrasi
Ulangan CaCO3 EDTA EDTA

(mg) (mL) (M)

1.

2.

3.

C. PERTANYAAN
1. Jelaskan prinsip standardisasi EDTA dan tuliskan reaksinya dengan
benar?
2. Apa fungsi penambahan buffer?
3. Apa fungsi penambahan 1 mL Mg-EDTA?

60
Jawaban Pertanyaan

D. KESIMPULAN

61
PERCOBAAN 13
PENETAPAN KESADAHAN JUMLAH DALAM SAMPEL AIR

Kesadahan jumLah dalam air umumnya disebabkan oleh garam-garam


Ca dan Mg yang larut, dan dapat ditetapkan sekaligus dalam satu titrasi.
Kecuali Ca dan Mg, dalam air kran ion-ion logam yang lain bereaksi dengan
EDTA sehingga mengganggu titrasi. Oleh karena itu ion-ion tersebut harus
disingkirkan . Pada pH tinggi ion-ion itu akan mengendap sehingga dapat
disaring.

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kesadahan jumLah sebagai dalam air secara
kompleksometri.
2. Kesadahan jumLah dinyatakan sebagai mg/L CaCO3 ( ppm)

B. CARA UJI

Tujuan
Untuk menentukan kesadahan jumLah dalam air secara kompleksiometri

Prinsip
Sampel yang mengandung ion kalsium dan magnesium dititrasi dengan
EDTA ditambah sejumLah buffer pH 10 yang dan indicator Erio-T (HIn2-)
berwarna biru menjadi larutan yang berwarna merah, kelebihan setetes
EDTA larutan menjadi berwarna biru sebagai titik akhir

Bahan
 Sampel air
 Buffer pH 10, EDTA, indikator erio T

62
Peralatan
 Buret makro; statip; dan klem
 Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
 Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, labu takar 100 mL, corong,
pipet tetes.

Prosedur
Dipipet 50 mL conto air masukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian
tambahkan 1 mL buffer pH 10, + 3-4 tetes indikator Erio-T, kemudian dititar
dengan larutan EDTA 0,01 M yang sudah distandardisasi sehingga warna
larutan berubah dari merah anggur menjadi biru. Penetapan dilakukan
duplo. Hitung kesadahan total dalam ppm (mg/L)!

Perhitungan

( VEDTA x MEDTA x BM CaCO3)


CaCO3 (mg/L) =
Volume contoh (L)

Hasil Pengamatan

Tabel 13.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel

2. Warna

3. Bau

63
Tabel 13.2 Data Hasil Percobaan Kesadahan

Volume Volume Titran


Perubahan Selama Kadar
Titrat EDTA
Ulangan Titrasi Kesadahan
(mL) (………...)
(ppm)
(mL)

1.

2.

3.

C. PERTANYAAN
1. Tuliskan prinsip dan reaksi yang terjadi pada penetapan kesadahan
dalam air secara kompleksiometri ini!
2. Apa yang dimaksud dengan kesadahan sementara dan kesadahan
tetap?
3. Bagaimana caranya menetapkan kesadahan tetap dan kesadahan
sementara?

Jawaban Pertanyaan

64
D. KESIMPULAN

65
GRAVIMETRI

Prinsip penetapan suatu unsur/zat secara gravimetri ialah bahwa


unsur/zat itu diendapkan dengan suatu pereaksi sebagai oksida/garam dari
unsur itu yang sukar larut. Endapan itu kemudian disaring, dicuci,
dipanaskan/dipijarkan lalu ditimbang sehingga diketahui bobotnya. bobot
endapan yang dihasilkan dapat dihitung kadar unsur/zat itu. Endapan tersebut
dapat dipanaskan ± 105°C atau dipijarkan ± 800°C tergantung pada jenis
endapan yang bersangkutan, didinginkan lalu ditimbang. Penggunaan kertas
saring ataupun cawan gooch tergantung pada sifat endapan itu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada teknik analisisi gravinetri:


 Air suling, alat-alat yang digunakan pada penetapan gravimetri/volumetri
harus dibilas dengan air suling/aquadestilat, sedangkan air kran hanya
dipakai untuk mencuci alat-alat.
 Cara menyaring, mencuci endapan dan pemijaran.
Endapan sebelum dipijarkan harus disaring dan dicuci supaya bebas dari
kotoran. Untuk menyaring suatu endapan dipergunakan kertas saring
yang sesuai dan diletakkan pada corong sedemikian rupa. Endapan
dienapkan lalu cairan jernih disaring melalui suatu pengaduk sampai
sebagian besar tersaring lalu endapan yang masih dalam piala gelas
dicuci dengan air pencuci, diaduk, dienapkan lalu disaring. Pencucian
endapan dapat dilakukan 3-4 kali atau sampai endapan bebas dari
pengotor. Setelah bersih endapan dapat dimasukkan ke dalam kertas
saring. Endapan dapat pula dicuci didalam kertas saring dengan
penambahan air pencuci sehingga bersih dari kotoran (uji air saringan
terakhir). Perlu dicatat mengisi cairan ± 0,5 cm di bawah tepi kertas
saring. Endapan yang telah bersih dalam corong dapat dikeringkan
dalam pengering, dan setelah agak kering, siap untuk dipijarkan dalam
cawan porselen. Endapan beserta kertas saring dengan hati-hati
dipindahkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya,

66
kemudian diletakkan di atas segitiga dan dipanaskan dengan api kecil.
Setelah kertas saring habis terbakar,api dibesarkan sampai warna hitam
baik pada pinggan maupun pada endapan habis terbakar. Cawan
beserta endapan kemudian dimasukkan ke dalam eksikator (dengan
menggunakan gegep besi) dan setelah dingin baru ditimbang. Pemijaran
dan penimbangan endapan ini diulangi beberapa kali sampai bobot
tetap.
 Kertas saring
Kertas saring ada dua (2) jenis :
1. Kertas saring kualitatif : kertas saring yang digunakan untuk
menyaring larutan atau pereaksi.
2. Kertas saring kuantitatif: kertas saring yang digunakan untuk
menyaring endapan secara kuantitatif, kertas saring ini bila
diabukan tidak meninggalkan sisa atau sedikit sekali tidak lebih
dari 0,0001 gram kertas saring.

Kertas saring kuantitatif ada beberapa macam diantaranya:

a. Untuk menyaring endapan jenis gelatin dengan penyaringan yang


cepat, terutama untuk endapan hidroksida-hidroksida
Seperti : Fe(OH)3, Al(OH)3, SiO2. X H2O dsb.
Conto : kertas saring “whatman” no 41.
b. Untuk menyaring endapan kristalin yang sangat halus (fine
crystalin) dengan penyaringan lambat,
Seperti penyaringan : endapan BaSO4, NiS dan sebagainya.
Conto : kertas saring “Whatman” no 42.
c. Untuk menyaring endapan yang ukuran partikelnya sedang
Seperti : MgNH4PO4, PbSO4, Ca-oksalat dan sebagainya, dengan
kecepatan penyaringan sedang.
Conto : kertas saring “Whatman” no 40.

67
PERCOBAAN 14
PENETAPAN KADAR Fe DALAM GARAM BESI (II) SECARA
GRAVIMETRI

A. RUANG LINGKUP
1. Kadar besi ditetapkan dengan pengendapan menggunakan ammonia
sebagai besi (III) hidroksida dan dipijarkan sebagai Fe2O3.
2. Kadar besi ditetapkan dalam satuan persen (%).

B. CARA UJI

Prinsip
Besi (II) dalam larutan dioksidasikan dengan HNO3 pekat sehingga
menjadi besi (III), kemudian diendapkan sebagai besi (III) hidroksida
dengan penambahan ammonia. Endapan dicuci, dipijarkan lalu
ditimbang sebagai besi (III) oksida.

Reaksi
3 Fe2+ + NO3- + 4 H+ 3 Fe3+ + NO + 2 H2O
Fe3+ + 3 NH4OH Fe(OH)3 + 3 NH4+
2 Fe(OH)3 Fe2O3 + 3 H2O

Bahan
 Contoh garam besi (II)
 AgNO3 0,1N
 Aquadest
 HCl 4N
 HNO3 pekat
 BaCl2 10%
 Ammonia
68
 NH4NO3 1 %
 HNO3 4 N

Peralatan
 Neraca
 Tabung reaksi
 Piala gelas 400 mL
 Batang pengaduk
 Pipet tetes
 Bunsen
 Tanur
 Kaki tiga
 Kertas saring Whatman no 41
 Kasa
 Desikator
 Corong
 Cawan Porselen
 Penyangga corong

Prosedur
Ditimbang dengan teliti ± 0,25 gram contoh, dimasukkan ke dalam piala
gelas 400 mL, lalu dilarutkan dengan ± 100 mL air suling, ditambahkan 10
tetes HNO3 pekat lalu dipanaskan sampai mendidih. Larutan tersebut diuji
dengan setetes ammonia untuk mengetahui apakah Fe(II) sudah
teroksidasi dengan sempurna menjadi Fe(III). Bila oksidasi sudah
sempurna, larutan diencerkan dengan air suling sampai dengan  100 mL.
Larutan dipanaskan sampai hampir mendidih, lalu diendapkan dengan
ammonia hingga pengendapan sempurna, diuji dengan meneteskan
ammonia, jika tidak ada terbentuk endapan baru berarti pengendapan
sudah sempurna.

69
Setelah itu endapan dibiarkan selama 30 - 40 menit diatas nyala api kecil,
lalu cairan jernihnya disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman
no 41 dan endapan dicuci dengan 50 - 100 mL larutan NH4NO3 1% panas.
Pencucian dilakukan 3 - 4 kali atau sampai endapan bersih.
Kertas saring dan endapan dimasukkan ke dalam cawan porselen yang
sudah diketahui bobot tetapnya kemudian dipanaskan diatas nyala api kecil
untuk pengeringan, karbonisasi dan pengarangan kertas saring.
Selanjutnya nyala api diperbesar untuk pengabuan dan pemijaran
endapan. Setelah dipijarkan, endapan didinginkan dan ditimbang.
Pemijaran endapan diulangi sehingga diperoleh bobot tetap. Hitung kadar
besi dalam contoh.

Catatan :
 Uji klorida : ke dalam 2-3 mL air cucian terakhir yang
ditampung dalam tabung reaksi yang bersih, diteteskan 2-3
tetes larutan HNO3 4 N dan 1-2 tetes larutan AgNO3 0,1 N,
bila tidak terjadi kekeruhan, berarti bebas klorida.
 Uji sulfat : ke dalam 2-3 mL air cucian terakhir yang
ditampung dalam tabung reaksi yang bersih, diteteskan 2-3
tetes larutan HCl 4 N dan 1-2 tetes larutan 1 BaCl2 10 %,
bila tidak terjadi kekeruhan, berarti bebas sulfat.

Perhitungan

Kadar Fe (% ) = 2BA Fe x bobot endapan yang diperoleh (g) x 100 %


BM Fe2O3 bobot contoh (g)

70
Hasil pengamatan Kualitatif identifikasi sifat-sifat fisik zat
Tabel 14.1. Hasil Pengamatan Sifat-Sifat Fisik Zat

Sifat fisik zat


No Uraian/Zat Keterangan
Wujud Warna Bau

1.

2.

3.

Hasil Pengamatan Data Kuantitatif


Tabel 14.2 Data Pengamatan Kuantitatif

No Uraian Bobot(g)

1. Sampel

2 Cawan porselen kosong (A)

3. Cawan porselen + endapan (B)

4 Endapan yang diperoleh = (B – A)

C. PERTANYAAN

1. Apa fungsi HNO3 didalam penetapan besi ini ?


2. Mengapa didalam penetapan Fe ini mesti dirubah menjadi Fe(III)
tidak langsung saja! Berikan alasannya.
3. Dapatkah pada penetapan Fe ini HNO3 diganti dengan K2Cr2O7 !
Berikan alasannya.
4. Sebutkan fungsi amoniak pada penetapan besi ini?
71
5. Mengapa menggunakan amoniak dan tidak menggunakan NaOH,
berikan alasannya!

Jawaban Pertanyaan

D. KESIMPULAN

72
DAFTAR PUSTAKA

1. R. A. Day/ A.L. Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi keempat,


Erlangga, Jakarta, 1990.
2. Skoog D.A., West D.M., Holler F.J., 1996, Fundamental of Analytical
Chemistry, 7 th Edition.
3. Vogel, Kimia Analisis Kualitatif Anorganik, edisi 4, penerbit buku
kedokteran, egc, Jakarta, 1990
4. Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, edisi 4, penerbit buku
kedokteran, egc, Jakarta, 1990
5. W. Harjadi, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta,1993.
.

73
LAMPIRAN

PEMBUATAN PEREAKSI

1. Pembuatan larutan EDTA 0,01 N

Timbang teliti 3,72 g hablur titriplex III, lalu larutkan dengan air suling panas
(titriplex sukar larut dalam air dingin)

2. Pembuatan larutan Ca2+

Timbang dengan teliti  0,10 g CaCO3 kemudian pindahkan ke dalam labu takar
100 mL dengan sedikit air dan tambahkan sedikit HCl 4 N setetes demi setetes
hingga melarut sempurna. Netralkan dengan larutan NaOH 4 N dan tepatkan
sampai tanda tera.
3. Pembuatan larutan buffer pH 10
a. Tambahkan 572 mL ammonia pekat ke dalam 67,6 g NH4Cl
b. 4,716 g EDTA dilarutkan menjadi 100 mL
c. 3,12 MgSO4. 7 H2O dilarutkan menjadi 100 mL
Setelah larutan a, b, c larut semua, masukkan larutan b ke dalam larutan a
aduk sampai homogen kemudian larutan c dimasukkan ke dalam campuran a,
b, aduk kemudian encerkan dengan air suling sampai 1000 mL.

74
PEMBUATAN INDIKATOR

1. Sindur Metil (SM)

Indikator ini terdapat sebagai asam bebas atau garam Na. Jika terdapat
sebagai asam bebas, maka larutkan 0,5 g indikator dalam 1 L air suling dan
saring. Jika terdapat sebagai garam Na, maka larutkan 0,5 g garam ini ke
dalam 1 L air suling, tambahkan 15,2 mL HCl 0,1 N dan saring bila perlu.

2. Merah Metil (MM)

Indikator ini terdapat sebagai asam bebas. Larutkan 1 g indikator ini ke dalam 1
L air panas atau dilarutkan dalam 600 mL alkohol 70-90 %. Kemudian encerkan
sampai 1 L dengan air suling.

3. Phenolphtalein (PP)

Ada 2 cara pembuatannya:


a. Larutkan 5 g indikator dalam 500 mL alkohol 70 – 90 % dan tambahkan
900 mL air suling, selama melarutkan harus diaduk terus menerus,
saring bila endapan keruh.
b. Larutkan 1 g indikator dalam 60 mL etilen glikol mono etil eter ( titik
didih135o C) dan encerkan sampai 100 mL dengan air suling. Dengan
cara ini berkurangnya larutan indikator karena penguapan dapat
dikurangi.

4. Bromo Thimol Blue (BTB)

Jika indikator ini terdapat sebagai asam, larutkan 1 g indikator dalam 1 L


alkohol 70 – 90 %, dan jika sebagai garam natrium larutkan 1 g indikator dalam
1 L air suling.
75
5. Mureksid

Suspensikan 0,5 g mureksid dalam air, kocok dan biarkan padatan yang tidak
larut mengendap. Gunakan larutan jernih sebagai indikator.

6. Kanji 1 %

1 g kanji dibuat pasta degan sedikit air, dituangkan ke dalam 100 mL air
mendidih kemudian dididihkan lagi selama 1 menit. Setelah dingin ditambahkan
2-3 g KI. Simpan dalam botol berwarna yang tertutup.

7. Pembuatan indikator Eriochrom Black-T (Erio-T)


Larutkan 0,1 g indikator dalam 15 mL trietanol amin dan 5 mL etanol absolut

76
ASAM PEKAT DAN BASA PEKAT
%
ZAT BOBOT BJ
Asam Klorida 37 1,19
Asam Nitrat 65 1,39
Asam Sulfat 96 1,84
Asam Asetat 99,5-100 1,05
Amonia (NH3) 25 0,91
Lindi Minyak 50 1,52

DAFTAR BOBOT SETARA


BOBOT
ZAT CARA SETARA SETARA
RASIONAL
Amonia A NH3 17,0
Amonium Rodadida Ag NH4CNS 76,2
Arsen Trioksida O ¼ As2O3 49,5
Asam Asetat A C2H4O2 60
Asam Benzoat A C7H6O2 122

Asam Klorida A HCl 36,45


Asam Format A CH2O2 46
O ½ CH2O2 23
Asam Nitrat A HNO3 63
Asam Oksalat A,O ½ C2H2O4 . 2 H2O 63
Asam Salisilat A C7H6O7 138
Asam Sitrat A 1/3 C6H8O7 64
Asam Suksinat A ½ C4H6O4 59
Asam Sulfat A ½ H2SO4 49
Asam Tartarat A ½ C4H4O6 75

77
Barium Hidroksida A ½ Ba(OH)2 . 2 H2O 157,7
Besi III Klorida O FeCl3 162,2
Besi II Sulfat O FeSO4 . 7 H2O 251,9
Boraks A ½ Na2B4O7. 10 H2O 190,6
Klor O Cl 35,45
Phenol O 1/3 C6H6O 32,3
Formaldehida O ½ H2CO 15
(NH4)2Fe(SO4)2. 6
Garam Mohr O H2O 391,9
Hidrogen Peroksida O ½ H2O2 17
Iodium O I 126,9
Kalium Bromat O 1/6 KBrO3 127,8
Kalium Bromida Ag KBr 119
Kalium Dikromat O 1/6 K2Cr2O7 49
Kalium Klorida Ag KCl 74,5
Kalium Ferri Sianida O K3Fe(CN)6 329,1
Kalium Hidrogen
Tartarat A KC4H5O6 188,1
Kalium Hidroksida A KOH 56,1
Kalium Iodat O 1/6 KIO3 35,7
Kalium Iodida Ag KI 166
Kalium Permanganat O 1/5 KMnO4 31,6
Kalium Rodadida Ag KCNS 37,1
Kalsium Hidroksida A ½ Ca(OH)2 37,2
Kalsium karbonat A,O ½ CaCO3 50
Kalsium oksida A ½ CaO 28
Mangan Dioksida O ½ MnO2 43,5
Natrium Bromida Ag NaBr 102,9
Natrium Klorida Ag NaCl 58,4
Natrium Hidrogen A NaHCO3 84

78
Karbonat
Natrium Hidroksida A NaOH 40
Natrium Karbonat A ½ Na2CO3 53
½ Na2CO3 10 H2O 143
Natrium Nitrit O ½ NaNO2 34,5
Natrium Oksalat A,O ½ NaC2O4 67
Natrium Sulfit O ½ NaSO3 63
Natrium Tio Sulfat O Na2S2O3.5 H2O 248,1
Perak Nitrat Ag AgNO3 169,9
Tembaga II Sulfat O CuSO4. 5 H2O 249,9
Timbal IV Oksida O ½ PbO2 119,6

Keterangan:
A = Asidi/ alkalimetri
Ag = Argentometri
O = Oksidimetri

79

Anda mungkin juga menyukai