Anda di halaman 1dari 38

Minggu, 06 Mei 2012

Makalah "INTELEGENSI"

Penulis: Kel 1
Muahammad Ady Yusuf
Mahmud Khuzaini
Maslikhatur Rohmah
Semester II

A. Latar belakang
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita bertemu dengan banyak sekali orang-orang. Dari sekian
banyak orang yang kita temui ada begitu banyak perbedaan antara mereka. Sebagian orang
ada yang begitu mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan sebagian lagi tidak
atau kurang begitu mampu dan selalu menyalahkan keadaan. Perbedaan itulah yang kita sebut
dengan kecerdasan intelegensi.
Intelegensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang
amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan
pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah
yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk
menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui
lewat tes intelegensi.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Intelegensi?

2. Apa saja komponen kecerdasan intelegensi?

3. Apa saja factor pendorong peningkatan kecerdasan intelegensi?

4. Bagaiman cara meningkatkan kecerdasan intelegensi?

C. Tujuan pembahasan

1. Mengetahui definisi intelegensi.


2. Mengetahui kompnen-komponen kecerdasan intelegensi.

3. Mengetahui ٛfaktor pendorong kecerdasan intelegensi.

4. Mengetahui cara untuk meningkatkan kecerdasan intelegensi

D. Batasan masalah

Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan


kecerdasan intelegensi seperti definisi intlegensi, komponen kecerdasan intelgensi, ٛfaktor
berkembangya kecerdasan intelegensi, dan cara meningkatkan kecerdasan intelegensi.

A. Pengertian Intelegensi
PEMBAHASAN

Sebagian orang beranggapan bahwa intelegensi merupakan


kemampuan atau kecerdasan otak seseorang. Orang yang ketika di bangku sekolah
maupun kuliah mendapat nialai akademik tinggi dianggap unggul dalam hal intelegensi.
Namun pada hakikatnya, intelegensi tidak
terbatas pada kecerdasan otak saja melainkan juga kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan.

Menurut David Wechsler , intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati
secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan
intelegensi adalah kemampuan berpikir secara rasional. jadi, bukan tingginya nilai akademik
yang menentukan keputusan bahwa seseorang itu tinggi secara
intelegensi melainkan kecakapan seseorang
dalam melakukan berbagai hal serta kemampuannya berpikir secara rasional itulah yang
sebetulnya menentukan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas intelegensi seseorang.diantaranya:

1. Faktor bawaan atau keturunan


Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50.
Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti
lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan
ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya.
Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap
berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
2. Faktor lingkungan

Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak


lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.
Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh
gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-
rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan
yang amat penting.

C. Kecerdasan-kecerdasan yang termasuk intelegensi

Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames of Mind: The Theory of Multiple
Intellegences (1983), bahwa kecerdasan memiliki tujuh komponen. Diantaranya:

1. Kecerdaasan linguistic-verbal

a. Pengertian kecerdasan linguistic-verbal

Kecerdasan ini mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran yang jelas dan mampu
menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-
kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis.
Mereka membawakan dirinya dengan
baik secara verbal dan kelihatannya selalu mengetahui hal yang tepat untuk dikatakan.

Kecerdasan ini sangat dihargai dalam dunia modern karena orang- orang cenderung untuk
menilai orang lain dari cara bicara dan menulis. Kemampuan berbicara sering merupakan
salah satu aspek paling penting yang digunakan ketika seorang sedang membentuk kesan
pertama.

b. Pentingnya mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan membaca.

2. Meningkatkan keterampilan menulis

3. Membangun pembawaan diri dan keterampilan linguistic umum.

4. Meningkatkan keterampilan mendengarkan

c. Kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan verbal

1. Memberi kesempatan bercakap-cakap

2. Meningkatkan minat baca


3. Memperdengarkan musik

4. Bermain permainan kata

2. Kecerdasan matematis-logis

a. Pengertian kecerdasan matematis

Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan,


pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa
keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar.
Seseorang yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola. Slain
itu, orang yang terampil dalam matematika cepat memahami konsep waktu, menjelaskan
konsep-konsep secara logis atau menyimpulkan iformasi menggunakan matematika.

b. Pentingnya kecerdasan berpikir

1. Meningkatkan logika dan keterampilan berpikir

2. Mengembangkan keteampilan memecahkan masalah

3. Memperbaiki kemampuan untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan


4. Meningkatakn daya ingat

c. Kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan matematis


1. Mencari pola

2. Melakukan percobaan dan mengembangkan pengertian mengenai sains


3. Menggunakan computer

4. Bermain logika dan permainan strategi

3. Kecerdasan visual-spesial
a. Pengertian kecerdasan visual-spesial

Kecerdasan visual-spesial adalah kecerdasan yang dimiliki oleh


arsitek, insinyur mesin, seniman, fotografer, pilot, navigator, pemahat, dan penemu.
Orang yang memiliki kecerdasan ini berkemampuan melihat
dengan tepat gambaran visual di sekitar mereka dan memperhatikan rincian kecil yang
kebanyakan orang lain mungkin tidak memperhatikan.

Selain itu, orang-orang ini dapat menciptakan kembali semua aspek dari gambaran di sekitar
mereka dalam mata pikir mereka. Apabila mereka menutup mata mereka, mereka dapat
membayangkan dengan jelas pemandangan di sekitar mereka. Kecerdasan visual-
spesial tidak hanya meliputi kemampuan untuk memahami informasi visual tetapi juga
kemampuan intuk memproses informasi tersebut.

Akhirnya, seseorang yang cerdas dalam hal ini akan dapat menghasilkan informasi visual ini
dengan menciptakan dan memodifikasi gambaran atau objek fisik yang ada.

b. Pentingnya kecerdasan visual-spesial

1. Meningkatkan kreatifitas

2. Meningkatkan daya ingat

3. Mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan keterampilan memecahkan masalah


4. Mencapai puncak kinerja

5. Membantu mengungkapkan perasaan dan emosi c. Aktivitas untuk meningkatkan


kecerdasan visual
1. Belajar mengamati dan menaruh perhatian pada detail

2. Mengembangkan mata dalam

3. Mengeja secara visual

4. Membangun, membuat patung dan keterampilan tangan lainnya

4. Kecerdasan ritmik-musikal

a. Pengertian kecerdasan ritmik-musikal

Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan untuk menyimpan nada dalam benak


seseorang, untuk mengingat irama itu dan secara emosional terpengaruh oleh musik.

b. Pentingnya kecerdasan ritmik-musikal

1. Meningkatkan kreatifitas dan imajinasi

2. Meningkatkan kecerdasan

3. Meningkatkan daya ingat

4. Membantu mengajarkan kecerdasan lainnya

5. Memiliki dampak terapi pada kehidupan


c. Aktifitas untuk meningkatkan kecerdasan musical

1. Memperdengarkan pilihan musik yang beragam

2. Mendorong aktifitas dengan irama dan gerakan

3. Memberi kesempatan untuk memainkan instrument musik

4. Memberi kesempatan vokalisasi

5. Kecerdasan kinestetik

a. Pengertian kecerdasan kinestetik

Kecerdadasan kinestetik adalah kecerdasan yang memungkinkan manusia untuk


membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh. Dengan demikian
memungkinkan tubuh untuk memanipulasi obyek dan menciptakan gerakan.

Bagian dari perkembangan fisik kita mungkin karena pengaruh gen, sementara banyak juga
yang berasal hasil pembinaan perkembangan fisik selama tahun-
tahun masa kecil. Orang tua yang memberikan kepada anak-
anak mereka pembinaan yang cukup dalam perkembangan fisik dapat dikatakan telah
meletakkan dasar yang kuat bagi kecerdasan tubuh yang baik. Anak-anak yang demikian
akan tumbuh dengan kamampuan melakukan aktifitas fisik sesuai potensi terbaik mereka dan
mereka akan menjadi lebih yakin akan kemampuan fisik mereka.
Kecerdasan fisik adalah kemampuan menggunakan dengan baik pikiran dan tubuh secara
serempak untuk mencapai segala segala tujuan yang diinginkan. Ini serupa dengan
keterampilan yang pada umumnya
dirujuk sebagai keterampilan psikomotor, yang menggabungkan interprestasi mental
dengan tanggapan fisik.

b. Pentingnya kecerdasan kinestetik

1. Meningkatkan kemampuan psikomotor

2. Meningkakan keterampilan social

3. Membangun rasa percaya diri dan harga diri

4. Meletakkan fondasi bagi gaya hidup

5. Meningkatakn kesehatan

c. Kegiatan yang meningkatkan kecerdasan kinestetik


1. Menyediakan kesempatan untuk aktifitas fisik di dalam rumah.

2. Menyediakan kesempatan untuk aktifitas fisik di luar

3. Mengikuti kursus

4. Mengembangakan keberanian di air

6. Kecerdasan interpersonal

a. Pengertian kecerdasan interpersonal

Kecerdaasn interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di


sekitar kita. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan
memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hti, maksud dan keinginan orang lain dan
menanggapinya secara layak. Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk membangun
kedekatan, pengaruh, pimpinan dan membangun hubungan dengan masyarakat.
Kecerdasan interpersonal bukan sesuatu yang dilahirkan tetapi
sesuatu yang harus dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran sama seperti
kecerdasan lainnya.

b. Pentingnya kecerdasan interpersonal

1. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara social dan mudah menyesuaikan diri.
2. Menjadi berhasil dalam pekerjaan

3. Demi kesejahteraan emosional dan fisik.

c. Aktifitas yang meningkatkankecerdasan interpersonal

1. Memahami perasaan orang lain.

2. Berteman

3. Bekerja dengan teman-teman

4. Belajar mempercayai

5. Mengungkapkan kasih sayang

6. Belajar menyelesaikan konflik

7. Kecerdasan intrapersonal
a. Pengertian kecerdasan intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri. Kecerdasan ini adalah
kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Orang-orang yang berkecerdasan intrapersonal tinggi cenderung menjadi pemikir yang
tercermin pada apa yang mereka lakukan dan terus-menerus membuat penilaian diri. Mereka
selalu bersentuhan dengan pemikiran, gagasan, dan
impian mereka dan mereka jega memiliki kemampuan untuk mengarahkan emosi mereka
sendiri sedemikian rupa untuk memperkaya dan membimbing kehidupan mereka sendiri.

b. Pentingnya kecerdasan intrapersonal

1. Mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri yang membimbingnya kepada


kestabilan emosional
2. Mengendalikan dan mengarahkan emosi

3. Mengatur dan memotivasi diri

4. Bertanggung jawab atas kehidupan diri sendiri

5. Mengembangkan harga dri yang tinggi yang merupakan dasar bagi keberhasilan

c. Kegiatan yang meningkatkan kecerdasan intrapersonal

1. Ajarkan mengenai keunikan dirinya

2. Menjalin hubungan dan merenung

3. Membangun harga diri

4. Memahami dan mengarahkan emosi

5. Menetapkan dan mencapai tujuan

PENUTUP KESIMPULAN
Intelegensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum
individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yaitu kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara
efektif. Inteligensi tidak dapat diamati
secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.

Intelegensi juga mempunyai faktor yang mempengaruhi perkembangannya yaitu faktor


bawaan dan faktor lingkungan. Selain itu, ada juga kegiatan-
kegiatan khusus yang dapat mengembangkan intelagensi. Sedangkan macam-
macam kecerdasan yang termasuk ke dalam kecerdasan intelegensi adalah:
1. Kecerdaasan linguistic-verbal

2. Kecerdasan matematis-logis

3. Kecerdasan visual-spesial

4. Kecerdasan ritmik-musikal

5. Kecerdaasn kinestetik

6. Kecerdasan interpersonal

7. Kecerdasan intrapersonal

DAFTAR PUSTAKA
Admin. Intelegensi dan IQ. 20 Maret, 2010
Lwin, May dkk. How to Multiply Your Child’s Intelegence Cara

Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. PT. Indeks.


2004

Diposkan oleh EDUCATION di 22.26

Rabu, 26 Juni 2013


INTELEGENSI (KECERDASAN)

Pengertian Intelegensi dan Tipe-Tipe Intelegensi


Intelegensi adalah kemampuan berpikir individu untuk belajar dari pengawasan,
mengeluarkan pendapat dengan baik, dan untuk mengatasi tuntutan hidup sehari-hari.
Menurut Galton, intelegensi adalah sebuah faktor umum yang menjadi dasar untuk suatu
kemampuan spesifik dimana setiap kita memilikinya. Beberapa psikolog lain percaya bahwa
kecerdasan bukanlah faktor tunggal melainkan kumpulan dari beberapa kemampuan spesifik
yang terpisah.
Howard Gardner menyatakan bahwa ada 8 tipe intelegensi, yakni:
✿ Keahlian verbal : kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan
bahasa untuk mengekspresikan makna
✿ Keahlian matematika : kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika
✿ Keahlian spasial : kemampuan untuk berpikir 3 dimensi
✿ Keahlian tubuh-kinestetik : kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas
dalam hal-hal fisik
✿ Keahlian musik : sensitif terhadap nada, melodi, irama dan suara
✿ Keahlian intrapersonal : kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata
kehidupan diri sendiri secara efektif
✿ Keahlian intepersonal : kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara
efektif dengan orang lain
✿ Keahlian naturalis : kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan
memahami sistem alam dan sistem buatan manusia

Dasar Biologis Intelegensi Umum


Akhir-akhir ini banyak sekali bahsan tentang intelegensi umum atau yang sering disebut g.
Sebuah teori menyatakan bahwa seseorang dengan tingkat g yang tinggi memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk membentuk hubungan-hubungan antara akson dan
dendrit di otak, sehingga ketika distimulasi oleh lingkungan, orang-orang yang memiliki
tingkat g yang tinggi akan lebih mudah membentuk hubungan-hubungan saraf yang baru
dibandingkan dengan orang lain.
Kemampuan untuk membentuk hubungan saraf diperkirakan terbentuk dalam dua cara,
yaitu :
1. Kemampuan yang lebih baik untuk membentuk hubungan saraf sehingga seseorang dengan
tingkat g yang tinggi, mempunyai kemampuan belajar lebih baik dari pengalaman
2. Hubungan yang lebih baik antar saraf sehingga otak dapat memproses informasi lebih
cepat

Komponen Kognitif Intelegensi tingkah Laku


Menurut Robert Stenberg dalam percobaannya, langkah-langkah kognitif yang harus
dilalui seseorang dalam menyelesaikan masalah, yaitu :
♣ Mengumpulkan informasi-informasi yang relevan tentang masalah yang akan
dibahas
♣ Menyimpulkan hubungan-hubungan dari faktor penyebab masalah
♣ Membentuk atau mengidentifikasi konsep yang relevan pada setiap elemen
♣ Menerapkan identifikasi hubungan
♣ Membandingkan alternatif jawaban
♣ Merespon dengan jawaban

Fluid Intelegensi dan Crystallized Intelegensi


Fluid Intelegensi adalah kemampuan untuk mempelajari atau menciptakan strategi baru
untuk menyelesaikan masalah baru. Crystallized Intelegensi adalah kemampuan untuk
menggunakan informasi keahlian yang baru dipelajari untuk menyelesaikan masalah yang
sudah ada.

Pengukuran Intelegensi : Test IQ


Pengukuran intelegensi juga menggunakan konsep intelegensi baik dalam penelitian
maupun pelatihan klinis. Orang yang pertama kali mengembangkan pengukuran intelegensi
adalah Alfred Binet. Pada tahun 1904, Menteri Pendidikan Perancis menyuruh psikolog
Alfred Binet menyusun metode guna mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar
di sekolah. Oleh karena itu, Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon, menyusun tes
intelegensi yang disebut skala 1905 yang mana tes tersebut terdiri dari 30 pertanyaan, mulai
dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan untuk menggambar desai
berdasarkan ingatan dan mendefinisikan konsep abstrak. Konsep yang dikembangkannya :
Mental Age (MA) → usia mental : level perkembangan mental individu yang berkaitan
dengan perkembangan lain.
Tes-tes yang sama juga dikembangkan oleh David Wechsler, yang dikenal sebagai
Weschler Intelligence Scale for Children, atau WISC-III, dan Weschler Adult Intelligence
Scale, atau WAIS-R.

Karakteristik Tes Inteligensi Yang Baik


1. Standardisasi
Karena tes inteligensi dibuat untuk membandingkan kemampuan antara orang yang satu
dengan yang lain, maka tes harus diberikan dengan cara yang sama pada setiap
orang.
2. Norma
Standar (dibuat suatu skor dari sekelompok orang) yang digunakan sebagai dasar
perbandingan skor pada sebuah tes.
3. Objektivitas
Tes intelegensi harus terkonstruksi sehingga tidak ada/hanya sedikit kebingungan dalam
memilih jawaban yang benar pada setiap tes.
4. Reliabilitas
Kemampuan seorang testi untuk menghasilkan skor yang sama jika dilakukan pada waktu
yang berbeda atau oleh tester yang berbeda.
5. Validitas
Keberadaan pengukur tes diakui untuk mengukur.

Tacit Intelligence
Tacit Intelligence merupakan kemampuan dan keahlian seseorang untuk menghdapai
masalah sehari-hari yang biasanya tidak dipelajari di sekolah. Contohnya, jika tes inteligensi
diberikan kepada orang dewasa yang ada di kota besar, maka skornya tidak berguna untuk
memprediksi siapa yang pandai memancing, bercocok tanam, menggambar dengan cat air,
mengambil foto, dll.

Perbedaan Kecerdasan Individu : Faktor-Faktor Sumbangan


Kenapa seseorang lebih cerdas daripada orang yang lain? Setelah beberapa tahun diteliti,
sekarang jelas baik hereditas maupun lingkungan berkombinasi untuk menentukan tingkat
inteligensi kita.

Pentingnya Tes Inteligensi Pada Masyarakat Modern


Ada 3 alasan utama kenapa inteligensi dapat memprediksi apa yang dapat kita lakukan
dalam pekerjaan :

1. Beberapa pekerjaan hanya tersedia untuk orang-orang tamatan universitas dan orang-
orang dengan inteligensi yang lebih tinggi dan menyelesaikan program-program yang
diakui.
2. Waktu yang dibutuhkan lebih sedikit untuk melatih orang yang berinteligensi tinggi
daripada orang berinteligensi rendah untuk pekerjaan yang membutuhkan kemampuan
dan keahlian yang tinggi.
3. Orang yang berinteligensi tinggi lebih mampu mengahadapi pekerjaan yang rumit
terutama dalam mengambil keputusan dalam situasi yang berubah dan memerlukan
kemampuan yang terbaru.
Apakah Seseorang Dapat Menjadi Lebih Pintar
Ada 4 penjelasan kenapa inteligensi naik pada generasi-generasi berikutnya, yaitu :

1. Di waktu yang sama ketika inteligensi meningkat, maka nutrisi dan kesehatan juga
mengalami perbaikan.
2. Peningkatan tingkat pendidikan juga meningkatkan tes inteligensi
3. Anak-anak yang lahir pada akhir abad 19 distimulasi dan dipengaruhi oleh lingkungan
yang kompleks yang tidak dikenal pada tahun1930
4. Peningkatan tes inteligensi terjadi selam periode waktu dimana perubahan besa terjadi
dalam kehidupan orang-orang yang lebih beraneka ragam.

Perbedaan Inteligensi dan Keberhasilan menurut Ras-Etnis : Jurang Pemisah


Meningkatnya skor kecerdasan rata-rata dan tes akademik pada suatu etnis mungkin
disebabkan beberapa faktor, antara lain lingkungan , perubahan dalam nutrisi dan kesehatan
menjadi lebih baik, dan jumlah dari anggota keluarga yang menjadi lebih sedikit.

The Bell Curve : Implikasi Kebijakan Perbedaan-Perbedaan Kecerdasan


The Bell Curve dipublikasikan oleh Richard Herrstein dan Charles Murray. Mereka
meneliti kecerdasan dan kesuksesan karir dan mendiskusikan apa yang menjadi implikasinya
tehadap kepentingan umum. Mereka mengatakan kelompok di Amerika Utara sedang
mengarah ke “metro crazy” dimana adanya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
tinggi dan pekerjaan baik yang disesuaikan dengan kemampuan sesorang (dulu hanya di
lingkup orang-orang yang berkuasa atau dari golongan etnis tertentu). Mereka juga
berpendapat apabila masyarakat menciptakan suatu lingkungan dengan kemampuan
intelektual yang sama, maka yang akan memberi pengaruh lain adalah gen yang ada pada
setiap anak. Mereka berpendapat bahwa keluarga dengan status ekonomi rendah (memiliki
gen-gen inteligensi inferior) memiliki lebih banyk anak daripada keluarga-keluarga kaya
(memiliki gen-gen inteligensi superior).

Perbedaan Yang Besar Dalam Inteligensi : Mental Retardation dan Giftedness


Tes Inteligensi merupakan salah satu cara untuk mengetahui mental retardasi. Untuk
dikatakan menderita mental retardasi, maka sesorang harus memiliki IQ yang rendah yang
menyebabkan masalah yang serius di bidang keahlian yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Retardasi dapat dihasilkan dari bermacam-macam kondisi antara lain gangguan
genetik, trauma lahir, infeksi ibu, penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang,dll.

Oleh:
Syukrul Hamdi, S.Pd

Mahasiswa PPS UNY Program Studi Pendidikan Matematika

Abstrak

Kecerdasan merupakan salah satu hal yang bisa diusahakan. Dengan kata lain, kecerdasan
tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik yang hanya bisa dibawa dan dihasilkan sejak lahir
melainkan bisa diusahakan dengan menciptakan kondisi lingkungan dan orang-oang terdekat yang
menjalin komunikasi secara intensif dengan seseorang, baik itu keluarga, guru atau pendidik maupun
masyarakat lainnya yang ada di sekitar lingkungan tempat hidup seseorang.

Di dalam lingkungan pendidikan formal setiap siswa harus diberikan ruang dan waktu seluas-
luasnya agar bisa mengembangakan cipta, rasa dan karsa yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan pula
agar setiap potensi yang dimiliki tidak terpendam hanya dengan penekanan pada satu aspek yang
tidak begitu dominan di dalam membantu seseorang untuk mandiri. Sekolah dengan standar
internasional tentu memiliki keunggulan yang lebih spesifik dibanding dengan sekolah biasa. Hal itu
disebabkan karena semua materi dan sistem pembelajaran yang dilaksanakan telah disesuaikan
dengan kebutuhan dan standar dunia, lengkap dengan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh
sebab itu, setiap materi atau objek yang menjadi sasaran pengembangan peserta didik harus
disesuaikan atau dikondisionalkan dengan semaksimal mungkin. Dalam artian, materi atau objeknya
bersifat dinamis atau tidak terikat pada ruang lingkup definisi tertentu yang bersifat konstan serta
disesuaikan dengan kondisi ril yang berpihak kepada pengembangan masyarakat secara menyeluruh.

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang bersifat primer memiliki tingkat kesukaran
yang cukup tinggi di dalam pelaksanaannya. Untuk itu, setiap guru matematika harus kereatif dan
inovatif agar siswa bisa menangkap semua materi atau konsep yang disampaikan dengan
sepenuhnya dan bisa menjadikannya sebagai sebuah perangsang atau stimulus di dalam proses
penyelesaian setiap permasalahan yang dijumpai di dalam kesehariannya terlebih lagi pada level
pendidikan dengan skala internasional. Setiap guru atau pendidik harus mampu menemukan
metode atau teknik untuk mengembangkan kecerdasan majmuk yang ada pada peserta didik atau
siswa dengan seimbang dan menyeluruh dengan menyesuaikannya dengan karakteristik lingkungan
atau temapat tinggal sekitar berdasarkan potensi yang dimiliki, lengkap dengan nilai-nilai yang ada
guna mempertahankan karakteristik bangsa dan negara.

Kata kunci: Kecerdasan Majemuk, Pembelajaran Metematika, Desain Lokal dan Standar Internasional Pendidikan
A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan manifestasi dan investasi dari nilai-nilai dasar yang dimiliki oleh
bangsa agar tetap bertahan sejalan dengan berbagai perkembangan yang terjadi. Melalui pendidikan,
sebuah bangsa mampu mencetak generasi yang kompeten dan siap bersaing dengan bangsa yang
lain dengan memberikan perhatian dan anggaran dana yang memadai untuk mendukung
pelaksanaan atau proses pendidikan itu sendiri.
Proses pembelajaran sebagai salah satu aspek penentu keberhasilan pendidikan harus
diperhatikan dengan seksama. Hal itu dibutuhkan mengingat adanya beberapa materi yang terkait
dengan disiplin ilmu tertentu mempunyai tingkat kesukaran yang cukup tinggi namun sangat
berperan dalam perkembangan kehidupan secara umum. Salah satunya adalah disiplin ilmu
matematika. Matematika sebagai salah satu materi pokok yang bersifat mendasar harus dikemas
dengan realistis agar siswa bisa mengambil pelajaran dari materi atau konsep yang ditanamkan. Sifat
relistis yang diberikan nantinya bisa dikolaburasikan dengan teknik-teknik yang bersifat umum dan
dinamis berdasarkan karakteristik dan kondisi lokal pada daerah atau wilayah tempat tinggal masing-
masing. Hal itu dibutuhkan agar semua siswa, yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda bisa
menyesuaikan diri dan mengambilnya sebagai sebuah kebutuhan yang bermanfaat. Mengapa hal itu
dibutuhkan? Berikut sebuah gambaran terkait dengan kecerdasan majmuk yang biasa atau umum
ditemukan di setiap jenjang pendidikan yang yang bertaraf internasional. Pada umumnya siswa atau
peserta didik lebih tertantang untuk menemukan dan menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang
baru. Dengan kata lain, nalar para siswa lebih cenderung untuk lebih kreatif dan inovatif agar apa
yang didapatkan bisa dikatakan atau disebut teralisasi dengan baik. Di luar itu, kemampuan
berbahasa asing dengan penguasaan teknologi mutakhir lebih menjadikan peserta didik atau siswa
lebih percaya diri untuk melakukan kominkasi intensif, baik secara langsung atau face to face
maupun melalui pemanfaatan media. Dengan penggunaan desain lokal maka peserta didik atau
siswa lebih mudah menyesuaikan ilmu yang didapatkan dengan menerapkannya secara langsung
dalam praktek kesehariannya. Kesesuai contoh dengan kondisi ril yang ditemukan akan
memudahkan siswa untuk mengambil manfaat dari pengetahuan yang diperoleh.
Desain lokal dalam pembelajaran atau sekolah bertaraf internasional dibutuhkan untuk
menjaga identitas atau karakteristik bangsa dan derah masing-masing. Pemahaman akan konsep-
konsep modrn yang bersifat kekinian tidak akan cukup untuk dijadikan bekal di dalam mengarungi
kehidupan pada era globalisasi. Apalagi ditambah dengan kewajiban sebagai warga negara yang
begitu dalam dan meyeluruh, yakni agar tetap selalu berpihak kepada hasil akhir dari pendidikan itu
sendiri yang pastinya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan bersama. Selain itu, rasa cinta
kepada tanah air dan kebudayaan akan lebih menyentuh hati seseorang untuk mengembangkan
kreativitas yang dimiliki berdasarkan kekayaan dan sumberdaya lokal yang telah ada. Hal itu tentu
saja akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan global. Pelestarian dan
pembiasaan pada konteks lokal yang ada sedikit tidak memvabwa dan mengajarkan siswa atau
peserta didik untuk memahami dan mengenal berbagai khazanah pengetahuan yang dimiliki ileh
bangsanya sendiri. Penyesuaian desain lokal pada penerapannya akan dipadukan berbagai media
dan konsep kekinian dengan pemanfaatan media dan ketajaman analisis peluang lokal yang
mendasar yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan.
Hasil pengembangan dari sebuah konsep berupa materi dalam bentuk rumus atau formula
dianggap berhasil ketika ditemukan teknik atau metode terbaru di dalam proses menemukan
jawabannya. Di luar itu, kendati pun nanti setiap peserta didik atau siswa yang telah lulus atau
menyelesaikan studinya diharapkan mampu bersaing dan mandiri ketika berhadapan dengan
globalisasi yang tanpa batas dan bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa. Dengan maksud
mereka tidak akan tersingkirkan dan menjadi penonton atau konsumen ketika masyarakat dunia
telah bebas melebarkan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki ke seluruh penjuru dunia.
Anak bangsa yang menjadi generasi penerus telah siap dengan bekal pengetahuan yang dimiliki
untuk terus berusha membangun bangsa dan daerah yang dicintai berdasrkan tingkat kualifikasi
pengetahuan yang tidak diragukan lagi.
Setiap kekayaan yang dimiliki oleh bangsa dan daerah yang menjadi tempat tinggal amupun
daerah yang lainnya akan mendapat perhatian yang penuh dari seorang lulusan yang dilahirkan yang
penuh dengan intelegensi dan pemahaman global yang tidak kalah dengan negara-negara maju
lainnya. Salah satu contoh sederhana yang bisa kita lihat yakni, melalui kecakapan penggunaan
media internet serta kemampuan berbahasa inggris membuar seorang petani kangkung di Lombok
menjadi sukses karena berhasil memasarkan kangkung Lombok ke berbagai daerah bahkan ke
beberapa negara. Transaksi dilakukan melalui media internet. Kemampuan tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan matematika yang cukup sehingga bisa memperhitungkan untung
rigi yang akan didapatkan. Dar sana kita bisa melihat betapa desain lokal begitu dibutuhkan dalam
sebuah proses pembelajaran agar pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh siswa bisa
dikembangkan dengan tingkat kendala atau kesukaran yang telah diminimalisir.
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus teliti dan mempertimbangkan
berbagai hal termasuk pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendidik harus mengenali dan
memahami kecerdasan siswa karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Perbedaan yang menjadi bukti kemajemukan tersebut harus dijadikan sebagai acuan untuk
memperluas fokus dan transformasi materi pada siswa sehingga berdampak pada hasil akhir dalam
wujud praktik atau implementasi terhadap apa yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila pendidik sudah menyampaikan dan menularkan pengetahuan yang dimiliki dengan
teknik atau metode yang tepat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kecerdasan
majmuk yang ada pada siswa serta peluang dan sunberdaya lokal yang ada maka semua siswa akan
lebih mudah dan terangsang untuk memperhatikan dari awal pembelajaran sampai akhir dengan
semangat pembangunan yang tinggi.

B. Pembahasan

Berdasarkan pasal 3 undang-undang nomor 20 tahun 2003 (Depdiknas, 2003) yang berbunyi
pendidikan berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi pesrta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab. Dari fungsi pendidikan di atas maka keberadaaan sekolah berstandar
internasional akan lebih terasa dan lebih membumi dengan masyarakat ketika konteks
pengembangannya disesuaikan denagn karekteristik lokal yang terangkum dalam desain lokal yang
dicanangkan.
Terkait dengan proses pembelajaran, Winkel (1999: 59) berpendapat bahwa belajar
merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dan lingkungan
yang mengakibatkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Sejalan dengan itu, desain lokal
dibutuhkan untuk menjaga dan mengarahkan peserta didik kepada tahap yang tidak stagnan
terhadap pengetahuan sekitar tempat tinggal mereka sehingga mereka lebih faham dan mengetahui
sumberdaya daya yang ada di sekeliling mereka yang memiliki potensi untuk diberdayakan.
Berdasarkan pendapat di atas apabila dihubungkan dengan pembelajaran matematika maka
pembelajaran matematika di sekolah harus mampu memberikan perubahan bagi siswa tanpa
terbatas pada tataran konsep dengan standar dunia akan tetapi lebih kepada tataran aplikasi yang
bisa dikembangkan dalam kehidupan mereka dengan memandang secara menyeluruh semua
kekayaan yang dimiliki oleh bangsa, negara dan derah tercinta. Dari pembelajaran matematika
dengan desai lokal siswa akan lebih siap menghadapi arus perubahan yang terjadi dengan
keterampilan matematik yang dimiliki serta siap mengelola berbagai potensi daerah dan bangsa
yang dimiliki berdasrkan keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Disamping itu, mereka bisa
menjadi pemerakarsa tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga bisa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
a. Kecerdasan Majemuk

Intelegensi adalah keterampilan menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk


beradaptasi dan belajar dari pengalaman kehidupan sehari-hari. (Jhon. W. Santrok, 2009: 151). Pada
tahun 1930-an, LL. Thurstone (Jhon. W. Santrok, 2009: 155) mengatakan bahwa orang-orang
mempunyai tujuh kemampuan intlektual khusus, yang ia sebut kemampuan primer, yaitu
pemahaman verbal, kemampuan angka, kelancaran kata, visualisasi ruang, ingatan asosiatif,
penalaran, dan kecepatan perseptual.

Gardner (1993: 15) menyatakan bahwa: An intelligence entails the ability to solve problems
or fashion products that are of consequence in a particular cultural setting or community. The
problem solving skill allows one to approach a situation in which a goal is to be obtained and to
locate the appropriate route to that goal.

Pendapat lain menyatakan bahwa teori kecerdasan majemuk (KM) adalah validasi tertinggi
gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat
tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa
(pelajar) belajar, disamping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat
masing-masing pembelajar. (Julia Jasmine, 2007: 11)

Menurut Gardner (2003: 23) ada tujuh kecerdasan, yaitu:


1. Kecerdasan Linguistik (berkaitan dengan bahasa)
2. Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika)
3. Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar)
4. Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama, dan bunyi/suara)
5. Kecerdasan badani-kinestik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh)
6. Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial)
7. Kecerdasan Intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat mempribadi)
Para guru menyadari bahwa setiap anak memilki semua kecerdasan tersebut, tetapi dengan
tingkat yang berbeda – beda. Mengajarkan keseluruhan kecerdasan itu menjamin bahwa mereka
yang unggul, misalnya pada pada kecerdasan musikal akan mendapat kesempatan untuk belajar
menggunakan kecerdasan tersebut (Elaine B. Johnson, 2007: 67).

b. Penerapan Kecerdasan Majmuk dalam Pembelajaran Matematika

Terkait dengan pembelajaran matematika maka setiap pendidik atau guru harus mampu
mengemas setiap materi pembelajaran dengan menarik yang disertai dan sarati dengan
pengetahuan yang disesuaikan dengan kondisi lokal dan potensi yang ada pada siswa atau peserta
didik. Dengan begitu, pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh siswa berdasarkan tingkat
kecerdasan yang berbeda akan lebih membantu penyesuaian materi dengan melihat kondisi rill yang
ada.

Salah satu sumber ketidakefektifan proses belajar mengajar yang terjadi di kelas adala
h pembelajaran yang bersifat klasikal dengan bertumpu pada konsep pengembangan ala barat
lengkap dengan struktur budaya dan pengetahuan yang dimiliki. Di samping itu, seorang guru
cenderung menyampaiakn materi yang sama lengkap dengan metode dan evaluasi yang sama pula
padahal siswa yang dihadapi lebih dari 20 siswa dengan karakter yang berbeda. Perlakuan seperti ini
menafikan suatu kenyataan bahwa setiap siswa (individu) mempunyai perberbedaan. Seharusnya
pendidik mampu membuat variasi terkait dengan berbagai aspek penunjang dalam pembelajaran agar
semua siswa bisa menegmbangkan cita, rasa dan karsanya secara utuh.

Gambaran umum penerapan kecerdasan majemuk dalam matematika seperti terlihat dalam
Jangkauan Modalitas dikutip dari Workshop Notebook: Portfolios and Other Alternative Assesment,
Teacher created materials (Julia Jasmine, 2007: 122)

Ranah kurikulum : Matematika

al : mintalah anak-anak untuk melakukan refleksi dan tulis kemajuan mereka dalam matematika

al : mulailah tutorial (bimbingan) lintas usia dengan kelas lain

: mintalah anak-anak untuk menulis sebuah cerita dari sudut pandang bilangan atau angka

matis : ajarlah anak-anak bagaimana memainkan “Othello” sebagai latihan dalam logika

ial : buatlah kota/gambar dengan hanya menggunakan persegi, segitiga dan lingkaran

estetik : berdirilah menyerupai sebuah bilangan. Suruhlah anak-anak mendekati bilangan dengan badan mereka
dan mintalah mereka menyentuhnya.

: cari dan tunjukkan sebuah video yang menjelaskan hubungan matematika dengan musik.

Berdasarkan jangkauan modalitas yang ada di atas maka desain lokal sebagai salah satu
karakteristik dalam proses pembelajaran menjadi salah satu aspek yang bisa dikembangkan denagan
mudah di dalam pelasanaannya terlebih lagi masing-masing daerah yang menjadi pusat
pengembangan sekolah berstandar intenasional pada umumnya meiliki korelasi permasalahan dan
sumberdya yang relatif sama sehingga akan lebih mempermudah penyesuain dengan konsep melalui
kegiatan sharing yang dilakukan secara intensif.

Menurut Suparni (2011: 11) dalam pembelajaran matematika disadari atau tidak terdapat
contoh atau soal yang sangat memperhatikan semesta. Bila semesta yang ditetapkan tidak
diperhatikan, maka akan sangat besar kemungkinan arti yang diberikan akan salah. Contohnya pada
basis 2, berapakah 1 + 1 = ?, kita harus menyadari pada semesta berapakah kita bekerja. Di alam
semesta ini, seluruh umat manusia diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berkelompok-
kelompok dengan segala perbedaannya. Setiap kelompok pasti memiliki karakteristik tempat hidup
yang berbeda meskipun pada dasrnya akan mempunyai persamaan pula sesuai dengan konteks iklim,
cuaca, tekstur tanah dan budaya yang berkembang oleh karena itu, sebagai bagian dari masyarakat
semua siswa atau peserta didik harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jadi dengan
selalu menyadari semesta dalam matematika, pendidik dan siswa akan lebih menyadari dan
memahami setiap detail dari potensi yang ada sehingga terbuka jalan untuk pengembangan konsep
yang ditemukan dalam realita yang ada, sesuai dengan tempat atau lokasi di mana mereka
berada berdasarkan apa yang berlaku dalam semesta tersebut.

Menurut Munif Chatib (2011: 155) teori Multiple Intelegences menawarkan perombakan yang
cukup fundamental dalam penilaian sebagai output sebuah proses pembelajaran. Teori ini
menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes yang didasarkan pada nilai formal, tetapi lebih
banyak di dasarkan pada penilaian autentik yang mengacu pada kriteria khusus dengan
menggunakan tes yang memilki titik acuan spesifik dan ipsative (tes yang membandingkan prestasi
siswa saat ini dengan prestasinya yang lalu). Berdasarkan hal tersebut, pengembangan potensi pada
peserta didik atau siswa akan lebih melekat dan menjadikan tingkat kesadaran dan potensi mereka
lebih kebal terhadap segala perubahan yang terjadi.

c. Pembelajaran matematika dengan desain lokal

Desain lokal secara umum merupakan penetapan konsep pembelajaran yang disesuikan
dengan minat, kebutuhan serta potensi yang ada di sekitar lingkungan atau tempat hidup
masyarakat. (Tim KF NTB. 2009).

Apabila kita kaitkan antara desain lokal dengan pembelajaran matematika maka kita akan
menemukan kemudahan di dalam pelaksanaannya. Mengapa hal itu terjadi? Jawabannya adalah
karena desaian lokal memiliki kemiripan dengan penerapan matematika realistik meskipun desain
lokal lebih difokuskan pada konteks minat dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, semua itu tentu
saja merupakan bagian dari realita yang dihadapi oleh siswa secara umum.

Di dalam pelaksanaanya, desain lokal akan menjadi ciri khas pendidikan yang dilaksanakan
sesuai dengan konteks daerah di mana proses pendidikan itu dilaksanakan. Dengan begitu maka
generasi penerus yang diharapkan dapat melanjutkan pembangunan seiring dengan otonomi daerah.
Keadaan tersebut didukung oleh dinamisasi matematika yang bisa dipergunakan dalam berbagai
aspek yang terkait dengan kehidupan manusia.

Spesifikasinya lagi, desain lokal pada pembelajaran matematika di titik pusatkan pada
pengenalan matematika dengan mengaitkan unsur-unsur lingkungan yang ada di sekitar lokasi
belajar. Misalnya dalam konteks atau materi yang terkait dengan bangun ruang maka siswa yang ada
di pulau Lombok akan diajak untuk melihat bentuk lumbung atau berugak yang menjadi ciri khas
masyarakat. Dengan mengamati lumbung, para siswa akan diarahkan untuk menemukan bentuk
dasar lumbung atau berugak itu sendiri, sesuai dengan bangun ruang yang ditemukan dalam
pembelajaran matematika.

Pengungkapan ciri khas yang biasa ditemukan di sekitar lingkungan akan mempermudah siswa
untuk melakukan praktek di lapangan. Apabila kita yang menjadi bagian dari masyarakat Lombok
mengajak siswa untuk meneliti dimensi atau bentuk piramida, itu bisa saja dilakukan. Akan tetapi
siswa atau peserta didik tidak bisa secara langsung menemukan itu di sekitar mereka. Kendati pun
desain yang berasal dari daerah atau negara yang lain masih tetap harus dilaksanakan dengan
pertimbangan mengutamakan kebudayaan atau kebiasaan lokal dalam setiap proses
pembelajarannya.

Di samping siswa telah siap dengan kompetensi yang matang, siswa juga telah siap menjadi
tulang punggung pembangunan di daerah mereka masing-masing tentunya dengan konsep
metematika yang tidak terbatas pada pengembangan rumus semata namun lengkap dengan
penerapan nilai-nilai dan potensi yang ada di sekitar tempat tinggal mereka maupun di sekitar
lingkungan bangsa dan negara secara menyeluruh.

d. Pembelajaran Matematika dalam Satandar Internasional Pendidikan

Pendidikan yang bertaraf internasional adalah pendidikan pendidikan yang diselenggrakan


setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara
maju. Sedangkan satuan pendidikan internasional merupakan satuan pendidikan yang telah
memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju
(Kemdiknas, 2011).

Berperannya standar pendidikan internasional di dalam negeri memberikan angin segar


terhadap peningkatan sumber daya manusia secara umum. Penguasaan materi pembelajaran yang
disertai dengan penguasaan iptek dan teknologi akan semakin memudahkan siswa untuk
mengembangkan sayap pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bidang yang ada. Terlebih lagi
dengan materi yang menjadi pokok pembelajaran, seperti disiplin ilmu matematika.

Satu hal yang menjadi identitas pendidikan internasional yang telah melalui tahap
penyeleksian pendidikan nasional adalah semakin berkembangnya manusia Indonesia serta
bertahannya berbagai budaya yang menjadi identitas negara yang membedakannya dengan bangsa
atau negara lain di dunia.

C. Simpulan

Terpenuhinya kebutuhan masyarakat serta terjaminnya berbagai hal yang menjadi pokok-
pokok kegiatan sehai-hari merupakan permasalahan yang bisa diselesaikan melalui perbaikan dalam
bidang pendidikan. Hal itu disebabkan karena pendidikan merupakan leading sector yang
memberikan andil terbesar di dalam pembangunan sumberdaya yang ada.
Dengan adanya pendidikan berstandar internasional di dalam negeri memberikan angin segar
terhadap peningkatan sumber daya manusia secara umum. Penguasaan materi pembelajaran yang
disertai dengan penguasaan iptek dan teknologi akan semakin memudahkan siswa untuk
mengembangkan sayap pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bidang yang ada. Terlebih lagi
dengan materi yang menjadi pokok pembelajaran, seperti disiplin ilmu matematika.
Desain lokal yang bertumpu pada karakteristik pengetahuan dan kehidupan siswa akan lebih
mempermudah bangsa di dalam menghasilkan generasi penerus yang kompeten serta bisa
diandalkan untuk melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya. Generasi yang
dihasilkan akan memiliki daya saing yang seimbang dengan negara-negara lain di dunia namun tetap
memegang teguh prinsip bangsa dan negara serta menjadikannya sebagai tolak ukur dalam
pengembangan setiap pengetahuan yang dimiliki.
Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences (The Theory in Practice). New York: Basic Books

Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk. (Terjemahan Drs. Alexander Sindoro). Batam
Centre :Interaksara

Johnson, Elaine.B.. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Learning Center

Julia Jasmine (2007). Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk Implementasi Multiple intelligences.
Bandung: Penerbit Nuansa

Kementrian Pendidikan Nasional. Materi Sosialisasi Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional. Jakarta:
Direktorat Jendral mendikdasmen diambil dari http://kemdiknas.go.id/ pada 1 Januari 2012

Munif Chatib. (2011). Sekolahnya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa

Santrok, John W..(2009), Psikologi Pendidikan edisi 3 (Penerjemah Diana Angelica). Jakarta : Salemba
Humanika

Suparni. (2011). Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan dengan Pembelajaran Matematika. Makalah
disajikan dalam Forum Ilmiah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tim Penyusun. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Tutor KF NTB. Mataram

Winkel, W.S.. (1999). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadin

Category: 0 komentar

0 komentar:

Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Kategori
 Bacaan Umum (1)
 Filsafat (2)
 Pendidikan Matematika (2)

Arsip Blog
 ▼ 2012 (1)
o ▼ Januari (1)
 MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLI...

 ► 2011 (5)

Daftar Blog

Phylosophy, Psychology, Math Educ, and English

URGENT-INFORMASI SANGAT MENDADAK

1 minggu yang lalu

Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

Theme designed by Templatelite


Converted into Blogger Template by Anshul Dudeja | Designed For ChethStudios

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah multipel intelegensi atau multiple intelligences sering juga disebut kecerdasan
majemuk, atau kecerdasan ganda. Mengapa topik ini perlu dibahas dalam mata kuliah Belajar
Pembelajaran? Karena setiap kali individu yang belajar pasti melibatkan pemikirannya, dan
di dalam pikiran tersebut terdapat intelegensi atau kecerdasan.
Sejak dahulu sampai sekarang masih banyak pertanyaan muncul berkaitan dengan intelegensi
atau kecerdasan ini, misalnya mengapa anak saya bodoh? Mengapai saya tidak sepandai dia?
Apakah orang itu bodoh karena IQ-nya rendah? dan seterusnya. Sekarang pertanyaan-
pertanyaan tersebut mulai bergeser menjadi: apakah kecerdasan anak saya bisa ditingkatkan?
siapa yang dapat meningkatkan kecerdasan? bagaimana meningkatan kecerdasan? dan
seterusnya. Disamping itu, masih banyak pertanyaan lain yang sering diajukan orang
berkenaan dengan kecerdasan ini. Selain itu, muncul juga keluhan dari para guru bahwa
mereka telah menjelaskan materi pelajaran sejelas-jelasnyatetapi masih saja ada anak didik
yang tidak dapat memahami pelajaran dengan baik. Banyaknya keluhan baik dari diri anak
didik, orang tua, maupun pendidik tentang bagaimana cara agar anak didik dapat menerima
pelajaran dengan baik mendorong dilakukannya penelitian untuk melihat faktor-faktor yang
membuat anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik. Salah satu temuan yang sangat
bermanfaat adalah bahwa setiap individu memiliki tidak hanya satu intelegensi tetapi lebih,
yang disebut multiple intelligences atau kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksudkan dengan pengertian multiple intelegensi / kecerdasan ganda /
kecerdasan majemuk?
2. Apa saja karakteristik dari multipel intelegensi itu dan bagaimana penjabarannya?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan multipel intelegensi?
4. Program pembelajaran apa saja yang mengakomodasi perkembangan multipel intelegensi?

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui pengertian multiple intelegensi/kecerdasan ganda/kecerdasan majemuk.
2. Mengetahui karakteristik dari multipel intelegensi itu juga penjabarannya.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan multipel intelegensi.
4. Mengetahui program pembelajaran apa saja yang mengakomodasi perkembangan multipel
intelegensi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MULTIPEL INTELEGENSI


Istilah intelegensi atau kecerdasan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita. Namun sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang intelegensi pun berkembang. Banyak
ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu melakukan penelitian tentang otak manusia secar fisik
maupun potensinya.
Seorang filsuf, Prof. Robert Ornstein dari Universitas California, meneliti tentang potensi
otak dan sifat-sifat fisiknya. Otak merupakan sekumpulan jaringan saraf yang terdiri dari dua
bagian, yaitu otak besar dan otak kecil. Otak besar terdiri dari 2 belahan kiri dan belahan
kanan, kedua belahan tersebut dihubungakan oleh serabut saraf. Ia menemukan bahwa otak
manusia memiliki kemampuan yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Kedua
belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri mempunyai fungsi masing-masing.
Belahan otak kiri mengendalikan aktivitas-aktivitas mental yang mencakup metematika,
bahasa, logika, analisis, menulis, dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis. Sedangkan otak
sebelah kanan menangani aktivitas-aktivitas yang mencakup imajinasi, warna, musik,
irama/ritme, melamun dan aktivitas-aktifitas lain yang sejenis. Ia mengatakan bahwa semua
manusia memiliki kemampuan tersebut, karena setiap manusia memiliki satu otak yang utuh.
Proses berfikir, menurut Ornstein adalah menyajikan dan menangkap kombinasi informasi
yang kompleks antara kata-kata, gambar, warna, suara, dan lain-lain mendekati operasi
alamiah dan berfikir.
Prof. Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvard, meneliti
tentang intelegensi/kecerdasan manusia. Ia mengatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap
sebagai tinggi atau rendah seperti tekanan darah manusia, dan kecerdasan seseorang tidak
dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu
mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja. Selanjutnya ia
menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan.
Ia menyebutnya dengan intelegensi ganda atau Multiple Inntelegences.
Yang dimaksud dengan multiple intelegensi/intelegensi majemuk adalah kemampuan untuk
memecahakan masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu
latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia
memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan
konteksnya. Sama seperti Ornstein, Gardner menyebutkan bahwa intelegensi seseorang
terdiri dari intelegensi bahasa/linguistic, logis matematis, visual spasial, kinestetik,
interpersonal, intrapersonal, musical, dan naturalis. Perbedaan pendapat antara Ornstein dan
Gardner adalah Gardner tidak memisahkan letak jenis-jenis intelegensi di belahan otak. Ia
lebih mengutamakan bahwa jenis-jenis intelegensi tersebutharus dikembangkan secara
berimbang, agar setiap individu dapat mengembangkan seluruh kemampuannya secara
maksimal.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kedelapan intelegensi tersebut. Hanya saja, sering tidak
semuanya terasah dengan baik oleh orang tua, pendidik di sekolah, atau system pendidikan
(kurikulum) nasional, sehingga kurang berkembang. Padahal dengan mengembangkan
seluruh potensi intelegensi anak sejak dini, berarti kita memberi anak jalan untuk lebih
mudah mencapai puncak sukses kelak di kemudian hari. Kebanyakan anak memiliki sejumlah
intelegensi yang dominan dengan gaya belajar yang berbeda yang diekspresikan dengan cara
yang berbeda. Jika kita melihat anak tidak tertarik pada satu bidang tertentu, dimungkinkan
anak tersebut mempunyai lebih dari satu intelegensi primer. Namun dapat juga berarti
sebaliknya, anak tersebut belum cukup matang untuk mengembangkan satu minat yang kuat.
Ornstein dan Gardner sependapat bahwa seluruh potensi otak tersebut harus diberdayakan
untuk mencapai kompetensi tertentu baik untuk kegiatan pembelajaran di sekolah atau
pendidikan di rumah. Seluruh potensi otak diberi kesempatan yang sama melalui berbagai
aktivitas dan stimulus yang diberikan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
individu. Guru perlu mengembangkan suatu program pembelajaran yang dapat
memberdayakan dan mengembangkan intelegensi-intelegensi tersebut yang dimiliki setiap
anak didik untuk mencapai kompetensi tertentu dalam suatu kurikulum.
Dan pada akhirnya anak didik menjadi cerdas karena seluruh intelegensinya berkembang
secara berimbang. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Pendidikan Nasioal Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif menngembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

B. KARAKTERISTIK MULTIPEL INTELEGENSI


Ada delapan karakteristik intelegensi atau kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard
Gaerdner, yaitu sebagai berikut :
1. Intelegensi Berbahasa (Linguistik) (Cerdas Kata/Word Smart)
Intelegensi berbahasa mencakup kemampuan-kemampuan berpikir dengan kata-kata, seperti
kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tertulis.
Anak dengan intelegensi/kecerdasan ini memiliki kepekaan terhadap makna dan susunan
kata-kata dan mereka sering menggunakan perbendaharaan kata yang luas. Karakteristik
individu yang menunjukan kemampuan dalam intelegensi berbahasa, adalah:
a. Senang membaca buku atau apa saja, bercerita atau mendongeng.
b. Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan senang berbhasa asing.
c. Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tertulis.
Pandai menafsirkan kata-kataatau paragraf baik secara lisan maupun tertulis. Senang
mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
d. Pandai mengingat dan menghafal.
e. Mudah mengungkapkan perasaan baiklisan maupun tulisan.
f. Humoris.

2. Intelegensi Logis – Matematis (CerdasLogika-Mateamatik/Logic Smart)


Intelegensi logis-matematis adalah kemampuan berpikir dalam penalaran atau menghitung,
seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis.
Intelegensi/kecerdasan ini membuat anak memiliki kemampuan mengenali pola-pola suatu
kejadian dan susunannya, mereka senang bekerja dengan angka, ingin mengetahui sejauh
mana cara kerja suatu benda. Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
intelegensi logis-matematis adalah:
a. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki.
b. Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.
c. Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun skenario.
d. Mampu berpikir logis, baik induktif maupun deduktif.
e. Senang silogisme, berpikir abstraksi dan simbolis.
f. Mengoleksi benda-benda dan mencatat koleksinya.

3. Intelegensi Visual Spasial (Cerdas Gambar/Picture Smart)


Intelegensi visual spasial, yaitu kemampuan berpikir dalam citra dan gambar. Seperti
kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu objek. Anak dengan intelegensi/kecerdasan
ini memiliki kemampuan memahami alam secara akurat dan menciptakan ulang aspek-aspek
alam seperti menggambar pemandangan. Karakteristik individu yang menunjukkan
kemampuan dalam intelegensi visual-spasial adalah:
a. Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, tabel.
b. Peka terhadap citra, warna, dan sebagainya.
c. Pandai memvisualisasikan ide serta Imajinasinya aktif.
d. Mudah menemukan jalan dalam ruang.
e. Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut.
f. Senang membuat rumah-rumahan dari balok.
g. Mengenal relasi benda-benda dalam ruang.

4. Intelegensi Musikal (Cerdas Musik/Music Smart)


Intelegensi musikal adalah kemampuan berpikir dengan arah nada, ritme, irama, dan melodi
juga pada suara alam. Anak dengan intelegensi ini memiliki kepekaan terhadap pola titi nada,
melodi, ritme, dan nada. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan
dalam intelegensi musikal :
a. Pandai mengubah atau mencipta musik.
b. Gemar mendengar dan atau memainkan alat musik.
c. Senang dan pandai bernyanyi, bersenandung.
d. Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
e. Mudah menangkap musik dan Peka terhadap suara dan musik.
f. Dapat membedakan bunyi berbagai alat musik.
g. Bergerak sesuai irama, seperti mengetukkan jari sesuai irama.

5. Intelegensi Kinestik tubuh (Cerdas Tubuh/Body Smart)


Yang dimaksud dengan intelegensi ini adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerakan
tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk
mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan. Anak dengan
intelegensi ini mampu menggunakan tubuh secara terampil dan menangani benda-benda
dengan tangkas, umunya mereka lebih mudah mengingat sesuatu dengan melakukan gerakan
dari pada melihat atau mendengar. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan
kemampuan dalam intelegensi kinestik :
a. Senang menari, akting.
b. Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c. Mudah berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu memainkan mimik, Cenderung menggunakan bahasa tubuh.
e. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f. Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari, dan berolah raga.
g. Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
h. Sering bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
i. Senang kegiatan diluar rumah.

6. Intelegensi Intrapersonal (Cerdas Diri/Self Smart)


Initelegensi ini yaitu kemampuan berfikir untuk memahami diri sendiri, melakukan refleksi
diri dan bermetakognisi. Intelegensi ini menjadikan anak memiliki kemampuan menggunakan
kemampuan emosional untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Anak dengan
kecerdasan ini biasanya suka mencatat apapun yang dipikirkan atau dirasakan, mampu
menentukan dan memutuskan sendiri langkah yang akan dipilih, menyadari kelebihan dan
keterbatasannya, gemar menikmati rekreasi sendirian seperti menyendiri di kamar sambil
mendengarkan musik. Berikut ini karakteristik dari individu yang menunjukkan kemampuan
dalam intelegensi intrapersonal :
a. Mampu menilai diri sendiri/instropeksi diri, bermeditasi.
b. Mudah mengelola dan menguasai perasaannya.
c. Sering mengamati dan mendengarkan.
d. Bisa bekerja sendirian dengan baik.
e. Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita-cita dan rencana hidup yang jelas.
f. Berjiwa independent/bebas.
g. Mudah berkonsentrasi dan Keseimbangan diri.
h. Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda.
i. Sadar akan realitas spiritual.

7. Intelegensi Interpersonal (Sosial) (Cerdas Bergaul/People Smart)


Intelegensi interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain. Anak yang mudah memahami orang lain dan mementingkan relasi, memiliki kecerdasan
interpersonal yang baik. Anak dengan kecerdasan ini biasanya memiliki banyak teman,
menyukai permainan yang memiliki banyak teman, cenderung jadi penengah diantara teman-
temannya, menjadi pemain tim yang istimewa karena mampu bekerjasama dengan baik
dengan kata lain terampil berhubungan dengan orang lain. Berikut ini karakteristik individu
yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi interpersonal :
a. Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi.
b. Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok / klub, bekerjasama
dengan tim dan Senang permainan berkelompok dari pada individual.
c. Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
d. Senang berkomunikasi verbal dan non-verbal.
e. Peka terhadap teman.
f. Suka memberi feedback.
g. Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.

8. Intelegensi Naturalis (Cerdas Alam/Nature Smart)


Intelegensi naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala alam. Anak dengan
kecerdasan ini mampu mengenali dan mengelompokkan sejumlah binatang atau tanaman. Ia
biasanya banyak berada diluar ruangan, suka mengumpulkan batu-batuan dan menangkap
serangga, senang berhubungan dengan alam seperti merawat tanaman atau binatang. Berikut
ini karakteristik individu yang dapat tergolonhkan oleh intelegensi naturalis :
a. Senang terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi
dengan binatang, berburu.
b. Pandai melihat perubahan alam, meramal cuaca, meneliti tanaman.
c. Senang kegiatan di alam terbuka.

C. KRITERIA KEABSAHAN MUNCULNYA TEORI KECERDASAN


a. Memiliki dasar biologis.
kecenderungan untuk mengetahui dan memecahkan masalah merupakan sifat dasar biologis
atau fisiologis manusia. Misalnya gerak tubuh, berinteraksi dengan lingkungan, berimajinasi
sendiri, dan lain sebagainya.
b. Bersifat universal bagi spesies manusia.
Setiap cara untuk memahami sesuatu selalu ada pada setiap budaya, tidak peduli dengan
kondisi sosio-ekonomi dan pendidikannya.
c. Nilai budaya suatu ketrampilan.
Cara untuk memahami sesuatu diduung oleh budaya manusia dan merupakan hal yang harus
diteruskan kepada generasi penerus.
d. Memiliki basis neurologi.
Setiap kecerdasan memiliki bagian tertentu pada otak sebagai pusat kerjanya, dan yang dapat
diaktifkan atau dipicu oleh informasi eksternal maupun internal.
e. Dapat dinyatakan dalam bentuk simbol.
Setiap kecerdasan dapat dinyatakan dalam bentuk simbol atau tanda-tanda tertentu, misalnya
kata, gambar, angka, dan lain-lain.

D. STRATEGI DASAR PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA

a. Awakening intelligence (Activating the senses and turning on the brain)


Membangunkan/memicu kecerdasan, yaitu upaya untuk mengaktifkan indera dan
menghidupkan kerja otak.
b. Ampliying intelligence (Exercise & strengtheing awakened capacities)
Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara memberi latihan dan memperkuat kemampuan
membangunkan kecerdasan,
c. Teaching for/with intelligence (Stucturing lessons for multiple intelligences)
Mengajarkan dengan/untuk kecerdasan, yaitu upaya-upaya mengembangkan struktur
pelajaran yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.
d. Transfering intelligences (multiple ways of knowing beyond the classroom)
Mentransfer kecerdasan, yaitu usaha untuk memanfaatkan berbagai cara yang telah dilatihkan
dikelas untuk memahami realitas di luar kelas atau pada lingkungan nyata.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MULTIPEL INTELEGENSI


Gambaran kelas pada umumnya, sering kita melihat bahwa ada anak senang belajar bila guru
menjelaskan sampai sejelas-jelasnya, ada juga anak yang senang belajar jika guru
menjelaskan dengan menggunakan gambar, ada juga anak yang senang belajar jika diberikan
kesempatan untuk bertanya jawab, tetapi ada juga anak yang suka belajar bila ia diberi
kesempatan untuk melakukan sesuatu, dan seterusnya. Menurut Thomas Amstrong, “Kita
tidak tidak dapat memberi label mereka sebagai pembelajar verbal atau pembelajar visual
atau pembelajar kinetetis, dan seterusnya. Karena tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran
adalah untuk memperluas dan mengembangkan intelegensi/kecerdasan anak didik”. Ilustrasi
tersebut memberikan gambaran kepada pendidik bahwa anak didik kita sudah siap belajar.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang
mengembangkan semua intelegensi/kecerdasan, di antaranya :
1. Mengaktifkan seluruh indra anak didik.
2. Melatih intelegensi/kecerdasan secara berimbang.
3. Melatih silang intelegensi yang berbeda.

CARA MENGAKTIFKAN SELURUH INDRA ANAK DIDIK


Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan seluruh indra anak didik, yaitu:
1. Melatih cara mendengar yang efektif
Telinga bagi manusia adalah instrumen yang luar biasa. Melalui telinga, otak menerima bunyi
dan membuat buplikasi bunyi tersebut dan mengulang seluruh bunyi tersebut seperti suatu
simponi. Selain itu, pendengaran juga merupakan salah satu unsur pokok dalam pembentukan
imajinasi dan kreativitas.
2. Melatih mata untuk membaca cepat dan efektif
Mata merupakan bukti keajaiban mekanisme biologis. Melalui mata otak dapat menerima
fakta-fakta yang menakjubkan yang dapat memberikan rangsangan yang lebih kaya sehingga
mata dapat melihat dengan jeli, analitis, dan akurat. Mata sangat erat hubungannya dengan
kemampuan membaca. Kecepatan membaca orang normal rata-rata 300 kata per menit
dengan kemampuan mengingat 40-70% dari seluruh isi bacaan. Bagi seorang yang terampil,
kecepatan membacanya dapat mencapai dua kali lipat atau 600 kata per menit dengan
kemampuan mengingat isi bacaan secara utuh.
3. Melatih ketrampilan menulis atau membuat catatan yang cepat dan tepat
Mengenai ketrampilan menulis dan membuat catatan yang cepat dan tepat ini, penelitian
menunjukkan hasil sebagai berikut :
a. Ada siswa yang tidak mencatat sama sekali.
b. Ada siswa yang diberikan catatan lengkap yang dibuatkan oleh guru.
c. Ada siswa yang membuat catatan lengkap sendiri.
d. Ada siswa yang diberikan catatan yang dibuatkan oleh guru.
e. Ada siswa yang membuat catatan berupa rangkuman sendiri.
f. Ada siswa yang diberikan catatan berupa kata-kata kunci dari guru.
g. Ada siswa yang membuat catatan berupa kata-kata kunci sendiri.
Siswa yang terakhir inilah yang paling bagus hasil belajarnya. Hal ini karena pikiran hanya
dapat mengingat kata-kata inti yang menhubungkan satu pengertian dengan pengertian
berikutnya dalam suatu bacaaan.
Begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh indra manusia sehingga harus dimanfaatkan
seoptimal mungkin. Dengan melatih indra-indra anak didik dalam setiap kegiatan
pembelajaran maka anak didik akan peka terhadap stimulus-stimulus yang merangsang
seluruh indranya. Dengan kata lain, dengan mengaktifkan seluruh indra diharapkan seluruh
potensi kecerdasan dapat bekerja sama secara menyeluruh, untuk merangkap isi pelajaran
mendekati proses alamiah dalam proses berpikir.

MELATIH INTELEGENSI / KECERDASAN YANG BERIMBANG


Dengan teknik-teknik pembelajaran yang tradisional, pasti sulit melatih intelegensi secara
berimbang. Yang dimaksud dengan ‘berimbang’ bukanlah melatih semua intelegensi secara
bersamaan karena hal ini akan membuat pekerjaan kita sia-sia. Tidak juga satu atau dua
intelegensi saja tetapi empat atau enam intelegensi. Kini sudah waktunya kita menerapkan
teknik-teknik pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar secara praktis. Dengan
cara ini anak akan dapat mengalami dan menghayati apa yang dipelajari secara utuh. Langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi intelegensi primer setiap anak didik
Untuk menjajaki intelegensi primer siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah dengan observasi perilaku siswa baik dikelas atau diluar kelas, melakukan studi
dokumentasi terhadap data-data siswa dan dapat juga dengan cara memberikan tes atau
angket kepada siswanya. Observasi dilakukan untuk melihat apa yang dilakukan siswa pada
saat belajar dengan mengetahuinya dapat diketahui gaya belajar setiap siswa. Studi
dokumentasi dapat dilakukan untuk mengetahui latar belakang atau riwayat pribadi siswa
serta hasil karya siswa. Selanjutnya adalah dengan memberikan tes atau pertanyaan-
pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan-pertanyaan itu dibaca dan diisi sendiri oleh siswa
kemudian guru mengolahnya. Dengan ketiga cara tersebut, guru dapat melihat intelegensi
mana yang paling menonjol pada masing-masing siswa.
2. Menyusun rencana pembelajaran / satuan pelajaran / silabus yang dapat mengembangkan
beberapa intelegensi, seperti :
a. Mengorganisasikan isi atau materi pelajaran sedemikian rupa sehingga mungkin menarik
dan dapat merangsang indra semaksimal mungkin;
b. Memilih strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi intelegensi.
Pemilihan strategi pembelajaran tersebut merupakan suatu upaya untuk mengoptimalkan
multiple intelegensi yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang
dituntut oleh suatu kurikilum. Pada pelaksanaannya pemilihan strategi pembelajaran haruslah
yang dapat memacu intelegensi yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan
berupaya mempertahankan intelegensi lainnyapada standar minimal yang dituntut oleh
sekolah;
c. Merancang dan membuat tugas atau penilaian yang dapat menggali seluruh potensi
intelegensi. Penilaian tidak lagi terpaku pada ranah yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu
ranah kognitif, psikomotor dan afektif saja, tetapi penilaian harus dapat mengukur hasil
belajar yang tercakup dalam berbagai intelegensi pada setiap individu siswa.
3. Melaksanakan pembelajaran yg dpt mengembangkan seluruh intelegensi anak didik
Kegiatan yang dilakukan melalui cara ini, diantaranya adalah:
a. Menerapkan rencana pelajaran yang telah dirancang untuk mengembangkan beberapa
intelegensi; atau
b. Menerapkan keterampilan dasar mengajar yang dapat mengembangkan berbagai
intelegensi anak didik.
Setiap individu siswa memiliki derajat intelegensi/kecerdasan yang bervariasi. Tugas guru
adalah mengombinasikan dan memadukan intelegensi tersebut sebanyak mungkin serta
membuat mereka senang belajar sehingga mereka mampu menggunakan intelegensi mereka
dengan baik. Dan akhirnya, mereka menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.
Anak didik seperti inilah yang disebut anak yang cerdas karena seluruh
intelegensi/kecerdasannya berkembang secara berimbang.
MELATIH SILANG INTELEGENSI / KECERDASAN YANG BERBEDA
Yang dimaksud dengan ‘silang’ disini adalah setiap intelegensi anak didik tidak
dikembangkan secara bersamaan, tetapi dikembangkan satu persatu secara terpisah.
Tujuannya adalah agar anak didik dapat mengasah setiap bagian intelegensinya selama waktu
tertentu. Ini dapat dilakukan secara individu dan kelompok atau dapat juga didalam atau
diluar jam pelajaran. Melatih silang intelegensi dapat dilakukan dengan membangun stasiun-
stasiun intelegensiuntuk setiap jenis intelegensi yang berbeda. Yang dimaksud dengan
‘stasiun’ disini bukanlah stasiun pemancar, tetapi semacam display dengan memanfaatkan
sudut-sudut/ruang-ruang yang mudah terlihat oleh anak didik dari segala arah.
Contoh dari pelajaran yang menggunakan 7 stasiun atau pemusatan, dimana contoh ini
diterapkan di sebuah SD. Nama-nama pusat ini diberikan oleh siswa sesuai dengan tujuan
untuk mempelajari ahli-ahli intelegensi.

Pelajaran Utama “Komet”


Guru memberikan pengajaran singkat dengan gambar-gambar dan diagram-diagram yang
menggambarkan komet dalam bentuk ukuran, susunan dan orbit mereka. Termasuk sebuah
kegiatan kinestik, dimana beberapa siswa menggambarkan matahari dan perkiraan lain
tentang perbedaan bagian-bagian dari komet dan perjalanan melalui lintasan yang
mengelilingi matahari.
Pusat Marta Graham
Siswa membuat komet mereka sendiri dengan tongkat-tongkat, manisan (marsmallowa), dan
pita-pita untuk ekor komet. Kemudian sebagai komet mereka berjalan melalaui sebuah
lintasan yang elipsis, menjaga ekor mereka dari matahari.
Pusat Diego Rivera
Menggunakan lem dan giliter, siswa membuat komet di kertas berwasna, menempelkan
semua bagian secara benar.
Pusat Williem Shakespeare
Siswa membaca tentang komet dari buku-buku pengetahuan, buku perpustakaan tentang
astronomi atau ensiklopedia dan menjawab pertanyaan tentang bacaan mereka.
Pusat Kitaro
Menggunakan melodi untuk ‘twinkle little star’ ke dalam kelompok kecil dengan menyusun
lagu tentang komet yang pasti dengan beberapa bukti.
Pusat Emily Dickinson
Secara individu siswa menulis tentang bagaimana mereka dimiripkan atau dibedakan dari
komet.
Pusat Albert Einstein
Menggunakan kertas grafik dan penggaris, siswa menggambarkan sebuah rangkaian komet
untuk membedakan sakla: dengan ekor panjang 10 x kepala, sepanjang 50 x sepanjang 100 x
sepanjang 500 x kepala.
Pusat Bunda Teresa
Di kelompok masing-masing, siswa membuat suatu permainan tentang dunia luar angkasa
dengan memasukkan kartu-kartu yang visual dan nyata. Pertanyaan dipresentasikan bagi
peserta dan kemudian harus menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi dari tingkat
ketrampilan berpikirnya.
Dengan bentuk kegiatan keseharian siswa yang beragam tersebut maka bentuk latihanlah
yang dibutuhkan, bukan mengulang soal-soal yang monoton. Kegiatan yang berbentuk
pemusatan tersebut memungkinkan anak untuk membuat informasi presentasi multimodal
dari sekedar harapan bagi siswa.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun ‘stasiun/pusat’ intelegensi adalah sebagai
berikut:
1. Pilih materi/isi pelajaran yang khusus berdasarkan tingkat kesulitannya.
2. Identifikasi semua kemampuan yang ada dalam setiap intelegensi.
3. Klasifikasi isi/bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada di setiap
intelegensi, sampai menghasilkan satu-satu stasiun intelegensi.
4. Tempatkanlah setiap stasiun intelegensi ini di tempat-tempat yang sering dikunjungi anak
didik atau yang mudah terlihat dari berbagai arah.
Dengan melatih silang intelegensi anak yang berbeda ini berarti guru memberi kesempatan
kepada anak didik untuk melatih setiap bagian intelegensinya sesuai dengan kebutuhannya.

F. PROGRAM PEMBELAJARAN YANG MENGAKOMODASI PERKEM-BANGAN


MULTIPEL INTELEGENSI
Untuk menerapkan teori multipel intelegensi dalam program pembelajaran diperlukan usaha
yang serius dari guru. Guru harus membiasakan diri mengembangkan program pelajaran yang
berorientasi pada siswa bukan pada materi atau dirinya sendiri. Tujuannya adalah untuk
memudahkan guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat
mengembangkan intelegensi siswa secara maksimal. Mengingat multipel intelegensi belum
memasyarakat, maka hal ini akan menjadi penghambat bagi guru untuk memasukkannya
pada saat menyusun program pembelajaran.
Program pembelajaran pengertiannya lebih luas dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran terbatas pada aktivitas guru dan siswa di kelas saja, sedangkan pengertian
program pembelajaran adalah menyeluruh mulai dari rencana pembelajaran, kegiatan
pembelajaran sampai dengan produk hasil dari pengembangan program pembelajaran.
Program pembelajaran berbentuk produk ini dapat berupa kegiatan pembelajaran langsung
atau tatap muka, tetapi dapat juga berbentuk program video, audio, dan sebagainya.
Garner menjelaskan bahwa setiap intelegensi bekerja dalam sistem otak yang relatif otonom.
Artinya setiap intelegensi mengelola informasi secara parsial, namun pada saat
mengeluarkannya memproduksi kembali kedelapan intelegensi yang ada, intelegensi tersebut
bekerja sama secara unik untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Di dekolah, guru
adalah orang yang berkepentingan dalam mengembangkan program-program pembelajaran
dikelasnya. Dalam mengembangkannya guru dimungkinkan untuk mengembangkan strategi
embelajaran yang inovatif dan kreatif dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah dengan
menggunakan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi.
Menurut Amstrong dalam Robinson (2004), strategi pembelajaran berbasis multipel
intelegensi ini merupakan suatu upaya mengoptimalkan berbagai intelegensi yang dimiliki
setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut dalam kurikulum. Pada
prakteknya strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi ini memacu kecerdasan yang
menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan intelegensi
lainnya pada standar minimal yang dituntut sekolah. Dengan kata lain, penerapan strategi
multipel intelegensi dalam pengembangan program-program pembelajaran menguntungkan
bagi siswa. Siswa akan berkembang sesuai dengan jati dirinya yang potensial pada salah satu
atau lebih intelegensi yang dimilikinya.
Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam menerapkan strategi pembelajaran
berbasis multipel intelegensi antara lain:
1. Memberdayakan semua intelegensi yang dimiliki setiap siswa
Memberdayakan semua intelegensi pada setiap mata pelajaran adalah ibarat meng-input
melalui jalur ke dalam otak memori siswa. Contoh perhatikan TIK berikut: siswa dapat
mempelajari proses fotosintesis melalui tujuh cara/intelegensi. Intelegensi yang mencakup
TIK tersebut adalah intelegensi bahasa, logis-matematis, musik, kinestik, interpersonal dan
intrapersonal. Dengan demikian, tingkat belajar siswa akan lebih tinggi dibanding jika siswa
hanya membaca buku atau mendengar penjelasan dari guru saja.
2. Mengoptimalkan pecapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan intelegensi yang menonjol
pada setiap siswa
Langkah ini dapat diterapkan jika guru telah mengidentifikasi inteelegensi apa yang menonjol
pada siswa-siswanya. Dengan demikian strategi pembelajaran yang dipilih lebih bersifat
individual atau personal. Untuk siswa yang lebih menonjol intelegensi bahasanya, maka guru
harus merancang program pembelajaran yang merangsang dan mengembangkan intelegensi
siswa dalam kemampuan berbahas, dan seterusnya.
Pada kenyataannya, pengembangan program-program pembelajaran yang merupakan teori
multipel intelegensi tidaklah mudah, terutama mencakup evaluasinya. Evaluasinya harus
multi asesmen artinya penilaian harus bervariasi dan dapat memberikan banyak motivasi dan
merupakan penilaian yang menarik. Untuk mewujudkan evaluasi yang multipel asesmen
tidaklah mudah. Dalam pembelajaran berbasis multipel intelegensi penilaian membatasi atau
bahkan mengurangi penggunaan skor tes sebagai penilaian tunggal. Penggunaan pola-pola
penilaian alternatif sehingga semua unsur mendapat perhatian yang optimal, baik tentang
hasil belajar siswa maupun tentang pengembangan intelegensi siswa.
Menurut Gardner, pendekatan yang digunakan pada penilaian berbeda pada setiap intelegensi,
dan sebagai berikut:
1. Pendekatan verbal linguistik: penilaian dapat berupa laporan akhir. Laporan akhir dalam
bentuk tertulis dapat dijadikan tolok ukur atau acuan untuk meninjau atau menilai apa yang
sudah dipelajari siswa selama mengikuti pembelajaran. Laporan akhir dapat berupa karangan
yang berisi pengalaman atau gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
2. Pendekatan penilaian logis-matematis: menggunakan lembar penilaian numerik yang dapat
memberikan umpan balik pada kerja siswa. Lembar penilaian dapat digunakan untuk
mengevaluasi penguasaan materi, hasil karya siswa, content, skill, keterampilan, proses skill
serta keterampilan menyelesaikan masalah, pembelajaran kolaboratif serta penetapan target
atau tujuan. Penilaian dengan pendekatan ini menggunakan kriteria, pekerjaan siswa hanya
dinilai dengan kriteria yang telah ditetapkan saja tidak dibandingkan dengan hasil kerja siswa
yang lainnya.
3. Pendekatan penilaian visual-spasial: penilaian berupa peta konsep atau peta pemikiran
yang dapat mengungkapkan apa yang diketahui siswa sebelum, selama atau proses
pembelajaran serta sesudah mengikuti kegiatan pembelajran.
4. Pendekatan penilaian kinestetik: penilaian ini didasarkan pada prestasi, yang mencakup
kemampuan akademis memperlihatkan apa yang telah dipelajari dalam kaitannya dengan
bidang-bidang tertentu.
5. Pendekatan penilaian musikal:
6. Pendekatan penilaian interpersonal: penilaian lebih ditekankan pada kemampuan
menyelesaikan masalah dengan teman sebaya, secara berpasng-pasangan siswa bekerja
memecahkan masalah yang ditentukan oleh guru. Penekanan pada penyelesaian maslah
sebaya adalah pada pola pemikiran terhadap suatu masalah, tidak hanya pada pemberian
jawaban yang benar tetapi bagaimana masalah tersebut diproses dan dipikirkan sehingga
dihasilkan sebuah pemecahan masalah yang paling tepat.
7. Pendekatan penilaian intrapersonal: melalui jurnal reflektif siswa dapat membuat jurnal
untuk memberi jalur pada muatan ilmu yang dipelajari dan bagaimana sikapnya terhadap
ilmu tersebut.
Hambatan yang mungkin dialami guru pada saat pengembangan program pembelajaran yang
menerapkan teori multipel intelegensi, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Guru belum mempunyai wawasan yang cukup tentang multipel intelegensi;
2. Guru butuh dukungan dari pimpinan sekolah atau pengelola sekolah untuk
mengembangkan program-program pembelajaran yang berbasisi multipel intelegensi karena
untuk persiapan pengembangan program pembelajaran memerlukan waktu lama serta
bimbingan narasumber;
3. Dukungan dari sekolah yang belum maksimal, dalam penyediaan sarana belajar seperti alat
peraga atau media pembelajaran dan ruang belajar yang kondusif dan lain-lain tergantung
kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan serta sumber materi apa yang akan digunakan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/8-macam-kecerdasan-untuk-berhasil.html
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-interpersonal.html
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-kinestetik_3534.html
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-linguistik-verbal.html
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-logika-matematika-kecerdasan.html
http://mainankayu.com/pendidikan
http://www.ponpeskarangasem.com/index.php?view=article&catid=67%3Aartikel-
kiriman&id=296%3Astrategi-penerapan-teori-kecerdasan-ganda-dalam-pembelajaran-
pendidikan-agama&format=pdf&option=com_content&Itemid=93
http://www.wyethindonesia.com/$$Toddler%20Games.html?menu_id=66&menu_item_id=3
Malawi, Ibadullah. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Madiun: IKIP PGRI Madiun.
Winataputra, Udin S dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
di 1/07/2012 08:54:00 PM Label: semangad ya kakakk ;)
Reaksi:
Magetan Punya Sumber Dukun, Magetan, Indonesia Diposkan oleh Septian Norma

2 komentar:

iniwebhamdan mengatakan...

trima kasih y mba sangat bermanfaat buat saya :)

8 Mei 2012 00.07

Septian Norma mengatakan...

yuhaaaa :)

22 Juli 2012 13.54

Poskan Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Ada kesalahan di dalam gadget ini
it's me

Septian Norma

Semakin lama saya hidup, semakin saya sadar


Akan pengaruh sikap dalam kehidupan

Sikap lebih penting daripada ilmu,


daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.

Sikap lebih penting


daripada penampilan, karunia, atau keahlian. Share
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan It
sikap yang kita miliki pada hari itu.

Kita tidak dapat mengubah masa lalu


Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah


adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.

Saya semakin yakin bahwa hidup adalah


10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.

Lihat profil lengkapku

Septian Norma | Buat Lencana Anda


Mine :)
 ▼ 12 (21)
o ▼ Jan (7)
 makalah MULTIPLE INTELEGENSI
 Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar IP...
 SOSIOLOGI
 prinsip-prinsip pelaksanaan KTSP
 Resensi Novel "The Da Vinci Code" Oleh: Dan Brown
 SANDI PRAMUKA
 Penerapan Pembelajaran IPS SD di Kelas Rendah
o ► Apr (1)
o ► Mei (1)
o ► Jul (9)
o ► Agu (1)
o ► Des (2)

 ► 13 (2)

Follower

Anda mungkin juga menyukai