Anda di halaman 1dari 8

Extraksi zat warna alam dari Kayu Ulin, Kayu Secang, dan

Kayu Mengkudu « Rizka Karima dan Fatmir Edwar

EKTRAKSI ZAT WARNA ALAM DARI KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri),


KAYU SECANG (Caesalpinia sp) DAN KAYU MENGKUDU (Morinda citrifolia)
UNTUK BAHAN WARNA KAIN SASIRANGAN
Natural Dyes Extraction from Ulin Wood (Eusideroxylon zwageri), Secang Wood
(Caesalpinia sp ) and Noni Wood (Morinda citrifolia ) for Sasirangan
Rinne Nintasari dan Desi Mustika Amaliyah
Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru
Jl. P. Batur Barat No.2. Telp. 0511 - 4772461, 4774861 Banjarbaru
E-mail : rinne_nintasari@yahoo.com
Diterima 18 April 2016 direvisi 06 Juni 2016 disetujui 10 Juni 2016

ABSTRAK
Zat pewarna alami mempunyai warna yang indah dan khas yang sulit ditiru
dengan zat pewarna sintetik. Zat warna alam telah direkomendasikan sebagai pewarna
yang ramah baik bagi lingkungan maupun kesehatan karena kandungan komponen
alaminya mempunyai nilai beban pencemaran yang relatif rendah, mudah terdegradasi
secara biologis dan tidak beracun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penyerapan zat warna alami kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), kayu secang (Caesalpinia
sappan) dan kayu mengkudu (Morinda citrifolia) dengan cara ekstraksi dan perendaman
pada kain katun dan satin. Hasil uji organoleptik menunjukkan pewarnaan pada kain satin
cenderung disukai daripada yang kain katun karena menghasilkan warna yang lebih
terang. Penyerapan zat warna kain satin berkisar antara 1,81 ± 5,68 % untuk kain katun
rata-rata berkisar 1,35 ± 1,93 %. Hasil pengamatan menunjukkan semakin kecil ukuran
serat/benang penyusun kain maka semakin besar persentase serapan warna karena
pewarna lebih mudah terserap oleh kain.
Kata Kunci: ekstraksi, zat warna alami, kain sasirangan

ABSTRACT

Natural dyes have a beautiful and distinctive color that hard to imitate with synthetic
colors. Natural dyes have been recommended as a dyes that safe for the environment
and human health. It contains natural components that relatively low pollution load, easily
biodegradable and non-toxic. The aim of this research is to identify the adsorption of
natural dyes from ulin wood (Eusideroxylon zwageri), secang wood (Caesalpinia sappan)
and mengkudu wood (Morinda citrifolia) to cotton and satin material by extrac and soaking
processes. The results of organoleptic test showed that people prefers dyed satin than
dyed cotton because the dyed colour in satin is brighter than in. The adsorption of dye in
satin ranges from 1.81% to 5.68%, while in cotton ranges from 1.35% to 1.93%. The
results showed that fabric with smaller size of fiber/yarn will have a higher colour
adsorbtion rate because the dyes are easier to adsorb.
Keywords: extraction, natural dyes, fabric, sasirangan

I. PENDAHULUAN sebagai salah satu dari sepuluh


komoditi/produk/jenis usaha (KPJU)
Sasirangan merupakan kerajinan kain
unggulan Kalimantan Selatan (Putra,
khas daerah Kalimantan Selatan dan
2011). Industri kain sasirangan dalam
diproduksi oleh masyarakat Banjar dalam
pembuatannya sebagaimana industri tekstil
skala industri rumah tangga. Sejak tahun
lainnya banyak melibatkan proses
2007, industri sasirangan ditetapkan
pewarnaan dan pencelupan. Dalam

25
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.1, Juni 2016: 25 - 32

pewarnaan, digunakan bahan-bahan kesehatan karena kandungan komponen


pewarna sintetik seperti pewarnaan seperti alaminya mempunyai nilai beban
naphtol, indigosol, reaktif dan indanthreen pencemaran yang relatif rendah, mudah
yang akan menghasilkan limbah cair terdegradasi secara biologis dan tidak
berwarna pekat dalam jumlah yang cukup beracun. Tumbuhan yang digunakan
besar (Hardini et al. 2009). sebagai pewarna dapat diperoleh di sekitar
Pemakaian bahan pewarna sintetis ini lingkungan kita sehingga hemat biaya.
mengakibatkan limbah cair yang dihasilkan Namun dibalik kelebihan tersebut
sebagai buangan mengandung berbagai tersimpan beberapa kelemahan, salah
macam pencemar, seperti fenol; satunya adalah tidak semua zat warna
senyawaan organik sintesis; dan logam alam dapat langsung dipakai sebagai
berat (Irawati et.al, 2009). Logam berat pewarna, oleh karena itu diperlukan zat
bersifat genotoksik karsinogen yang dapat pembantu yang disebut mordan (Atmaja,
terserap dengan mudah oleh tubuh melalui 2011). Mordan disebut juga sebagai zat
sistem pencernaan, saluran pernafasan, khusus yang dapat meningkatkan lekatnya
maupun kontak dengan kulit. (Wang, berbagai pewarna pada kain (Hasanudin,
2012). 2001). Tujuan pemberian mordan adalah
Zat pewarna alami mempunyai untuk memperbesar daya serap produk
warna yang indah dan khas yang sulit yang akan diwarna terhadap zat warna
ditiru dengan zat pewarna sintetik, alam.
sehingga banyak disukai. Sebagian besar Pencarian sumber-sumber pewarna
bahan pewarna alami diambil dari tumbuh- alami sangat diperlukan mengingat
tumbuhan merupakan pewarna yang kebutuhan bahan pewarna seperti
mudah terdegradasi. Bagian- bagian sasirangan sangat bergantung pada
tanaman yang dapat dipergunakan untuk bahan pewarna impor. Padahal sasirangan
pewarna alami adalah kulit, ranting, menggunakan bahan pewarna alami
batang, daun, akar, biji, bunga, dan dapat diperoleh dengan membuat sendiri.
getah. Setiap tanaman dapat merupakan Selama ini serbuk kayu ulin dianggap
sumber zat pewarna alami karena sebagai limbah, tanaman mengkudu
mengandung pigmen alam. Potensi hanya dikonsumsi buahnya sebagai obat
sumber zat pewarna alami ditentukan oleh alami dan kayu secang dapat
intensitas warna yang dihasilkan serta menghasilkan warna merah gading yang
bergantung pada jenis zat warna yang ada telah banyak dimanfaatkan sebagai
dalam tanaman tersebut (Setiawan, 2003). pewarna dalam pengecatan bahan
Tumbuhan-tumbuhan yang dapat anyaman, pewarna makana dan minuman,
menghasilkan warna diantaranya adalah serta tinta.
daun jambu biji (Psidiumguajava) Berdasarkan uraian tersebut, maka
(Susanto,1973), kayu secang (Caesalpinia penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sappan), kesumba (Bixa orellana), putri pengaruh zat warna alami kayu ulin
malu (Mimosa poudica). (Husodo, 1999). (Eusideroxylon zwageri), kayu secang
Selain itu, tanaman penghasil warna alami (Caesalpinia sappan) dan kayu mengkudu
antara lain rambutan (Nephelium (Morinda citrifolia) terhadap bahan kain
lappaceum L), mangga (Mangifera indica katun dan satin.
L), jengkol (Pithecelobium jiringa), alpukat
(Persea americana), mengkudu (Morinda
II. BAHAN DAN METODE
citrifolia), angsana (Pterocarpus indicus),
ketapang (Terminaliacatappa), tingi Bahan alam yang digunakan sebagai
(Ceriops tagal), secang (Caesalpinia pewarna alami adalah serbuk kayu ulin
sappan), dan bixa (Bixa orellana) (Rini et (Eusideroxylon zwageri), serutan kayu
al. 2012). secang (Caesalpinia sappan) dan kayu
Zat warna alam telah mengkudu (Morinda citrifolia). Bahan ini
direkomendasikan sebagai pewarna yang diperoleh di wilayah Banjarbaru. Bahan
ramah baik bagi lingkungan maupun kain yang diwarnai dalam penelitian ini

26
Extraksi zat warna alam dari Kayu Ulin, Kayu Secang, dan
Kayu Mengkudu « Rizka Karima dan Fatmir Edwar

adalah kain katun dan kain satin. Bahan dari bahan yang diwarnai (Masyamah,
mordant yang digunakan adalah TRO 2010) dengan rumus sebagai berikut :
(turkish red oil), sedangkan bahan yang
digunakan dalam proses fiksasi antara lain P = Ba - Bo x 100%
tawas Al2(SO4)3, kapur (CaCO3) dan Bo
tunjung (FeSO4). Sedangkan peralatan P = Penyerapan zat warna (%)
yang digunakan antara lain gelas piala, Ba = Berat contoh uji sesudah
neraca, oven, pemanas, bak perendam, diwarnai (g)
penjepit, dan pisau. Bo = Berat contoh uji sebelum
diwarnai (g)
Tahapan pelaksanaan penelitian ini
adalah:
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Penyiapan bahan baku ekstrak
Berdasarkan hasil penelitian yang
pewarna alami dari serbuk kayu ulin,
telah dilakukan, kayu ulin (Eusideroxylon
serutan kayu secang dan kayu
zwageri), kayu secang (Caesalpinia
mengkudu yang telah dipotong kecil-
sappan) dan kayu mengkudu (Morinda
kecil. Bahan baku diekstrak masing-
citrifolia) dapat digunakan sebagai bahan
masing dengan rasio bahan ekstrak
pewarna tekstil. Warna yang dihasilkan
dan air adalah 1:10 (1 kg dalam 10 L
kayu secang adalah warna merah, kayu
air). Bahan diekstrak dengan dididihkan
ulin menghasilkan warna coklat dan kayu
hingga volume menjadi setengahnya.
mengkudu menghasilkan warna kuning
Hasil penyaringan larutan ini disebut
kemerahan. Hasil pencelupan kain
sebagai larutan ekstrak zat warna alam.
terhadap masing-masing zat warna pada
- Perlakuan awal terhadap kain adalah
gambar 1 dan 2.
perendaman dengan mordant. Kain
Warna coklat pada ekstrak kayu ulin
direndam kedalam larutan TRO dengan
dan warna kuning dari kayu mengkudu
rasio 1:500 (20 g dalam 10 L air)
dihasilkan dari tanin. Sedangkan barzilin
selama 2 jam. Setelah itu kain dibilas
merupakan golongan senyawa yang
menggunakan air dan dikeringkan.
memberikan warna merah dari kayu
- Kain yang telah dimordant, dimasukkan
secang dengan rumus struktur C16H14O5.
dalam larutan ekstrak zat warna selama
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilhat bahwa
±10 menit.
hasil pencelupan kain rata-rata mendekati
- Proses selanjutnya adalah kain
warna kecoklatan. Warna kuning
difiksasi. Masing ± masing larutan
kemerahan dan merah dari kayu
dibuat dengan rasio 1:20 (50 g dalam 1
mengkudu dan secang tidak terlalu
L air). Semua kain direndam selama 15
nampak. Hal ini disebabkan proses
menit dalam larutan fiksasi. Kemudian
ekstraksi dilakukan pada suhu air
masing ± masing kain dibilas dengan
mendidih. Tingginya suhu dan lamanya
air dan dikeringkan (Handika, 2002:
perebusan dapat berpengaruh pada suatu
26).
kandungan senyawa (Fellow, 2002). Dalam
Pengujian yang digunakan pada hal ini suhu yang tinggi dan waktu yang
penelitian ini adalah uji kesukaan pada lama akan mempengaruhi stabilitas
aplikasi zat warna terhadap kain dan % senyawa brazilin (Maharani, 2003).
penyerapan zat warna (retensi). Uji Selain disebabkan karena pengaruh
kesukaan dilakukan terhadap 10 (sepuluh) suhu ekstraksi, proses penyerapan warna
orang responden. Skala yang digunakan jugatergantung pada proses pencelupan
adalah 1-5, yaitu (1)=Tidak suka, dan proses perendaman dengan larutan
(2)=Kurang suka, (3)=Cukup suka, fiksator. Pemilihan 3 (tiga) bahan fiksasi
(4)=Suka, (5)=Sangat suka. Sedangkan pada penelitian ini dikarenakan harganya di
untuk % penyerapan/ retensi dihitung pasaran relatif murah, mudah didapat
berdasarkan berat awal dan berat akhir sehingga ekonomis bila digunakan.

27
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.1, Juni 2016: 25 - 32

Gambar 1. Hasil pencelupan kain terhadap pewarna alami

Gambar 2. Hasil pencelupan kain terhadap pewarna alami kayu secang dan akar
mengkudu (Rini, et al. 2012)

Proses fiksasi yaitu proses besar daripada kain satin. Sehingga untuk
penguncian warna setelah bahan dicelup proses pewarnaan diperlukan waktu yang
dengan perwarna alam agar warna lebih lama. Proses pencelupan juga perlu
memiliki ketahanan luntur yang baik dilakukan berulang-ulang untuk
(Fitrihana, 2007; Rini et al, 2012). Proses mendapatkan warna yang diinginkan (Rini
pencelupan seharusnya tidak hanya sekali, et al. 2012). Perbedaan hasil pewarnaan
tetapi berkali-kali hingga diperoleh warna dapat dibandingkan antara Gambar 1 dan
yang diinginkan (Rini et al. 2012). Oleh Gambar 2. Adanya perbedaan hasil
karena itu penyerapan warna pada pewarnaan disebabkan adanya perbedaan
penelitian ini masih kurang maksimal. konsentrasi fiksator, jumlah pencelupan,
Menurut Rini et al. (2012), untuk serta jenis kain yang digunakan.
penguncian warna muda, dapat digunakan
tawas, sedangkan untuk warna yang lebih 3.1 Uji kesukaan pewarna terhadap
tua dapat digunakan larutan kapur atau 3 jenis kayu
tunjung. Hasil rata-rata uji kesukaan panelis
Pada Gambar 1 juga dapat dilihat pewarnaan pada kain katun dan satin
bahwa penggunaan jenis kain pada dengan menggunakan pewarna alami dari
penelitian ini juga cukup berpengaruh pada bahwa kayu ulin (Eusideroxylon zwageri),
proses penyerapan warna. Penyerapan kayu secang (Caesalpinia sappan) dan
pada kain katun lebih sedikitdaripada kain kayu mengkudu (Morinda citrifolia) dapat
satin, karena ukuran pori pada kain katun dilihat pada Tabel 1.
lebih rapat atau lebih kecil daripada kain Cara pengujian organoleptik adalah
satin serta ukuran serat kain katun lebih pengujian yang didasarkan pada proses

28
Extraksi zat warna alam dari Kayu Ulin, Kayu Secang, dan
Kayu Mengkudu « Rizka Karima dan Fatmir Edwar

penginderaan atau suatu proses fisio- secang dengan fikasasi tawas pada kain
psikologis yaitu kesadaran atau katun memiliki nilai rata-rata tertinggi,
pengenalan alat indera akan sifat-sifat artinya paling disukai. Hasil pengujian
benda karena adanya rangsangan yang kesukaan pewarna pada kain satin berkisar
diterima alat indera yang berasal dari antara 3,4 - 4,8 pada umumnya panelis
benda tersebut. Reaksi atau kesan yang cendrung lebih suka pewarnaan pada kain
ditimbulkan karena adanya rangsangan satin dibanding kain katun karena kain
dapat berupa sikap untuk mendekati atau satin cenderung lebih tipis dari kain katun
menjauhi, menyukai atau tidak menyukai sehingga penyerapan warna lebih kuat.
akan benda penyebab rangsangan Serta warna yang dihasilkan pada kain
tersebut. Penilaian yang diberikan adalah satin lebih terang pada pewarnaan pada
berupa uji mutu hedonick. Panelis kain katun.
mengemukakan tanggapan kesan tentang
baik atau buruk. Data penilaian 3.2 Uji serapan warna dari 3 jenis kayu
ditransformasi dalam skala numerik dan terhadap kain
selanjutnya dianalisis statistik untuk Hasil rata-rata uji pengujian %
interprestasinya. serapan warna pada kain katun dan satin
Pada Tabel 1 rata-rata hasil uji dengan menggunakan pewarna alami dari
kesukaan panelis pewarnaan pada kain bahwa kayu ulin (Eusideroxylon zwageri),
katun dengan pewarna alami dari 3 (tiga) kayu secang (Caesalpinia sappan) dan
jenis kayu dengan 3 (tiga) jenis fiksator kayu mengkudu (Morinda citrifolia) dapat
adalah sebesar 3,0 - 4,7. Aplikasi dilihat pada Tabel 2.
pewarnaan menggunakan ekstrak kayu

Tabel 1. Hasil uji kesukaan warna terhadap 3 jenis kayu


Warna Pewarna
Jenis
Kayu Ulin Kayu Secang Kayu Mengkudu
Kain
Tawas Kapur Tunjung Tawas Kapur Tunjung Tawas Kapur Tunjung
Katun 3,6 3,7 3,9 4,7 4,5 3,5 3,0 3,1 3,7
Satin 3,9 4,3 4,1 4,8 4,6 4,5 4,0 3,4 3,7

Tabel 2. Hasil uji pengujian % serapan warna dari bahan tiga jenis kayu terhadap kain
katun dan satin
Hasil
Jenis kain Pewarna Fiksasi Berat awal (gram) Berat akhir (gram)
(%)
Katun Kayu ulin Tawas 4,1939 4,2730 1,89%
Kapur 4,4276 4,5118 1,90%
Tunjung 4,2243 4,2968 1,72%
Kayu secang Tawas 4,2869 4,3551 1,59%
Kapur 4,2779 4,3575 1,86%
Tunjung 4,3077 4,3907 1,93%
Kayu mengkudu Tawas 4,3036 4,3616 1,35%
Kapur 4,2918 4,3559 1,49%
Tunjung 4,3623 4,4290 1,53%
Satin Kayu ulin Tawas 3,9349 4,0689 3,41%
Kapur 4,0514 4,1499 2,43%
Tunjung 4,3110 4,4040 2,16%
Kayu secang Tawas 3,7818 3,8678 2,27%
Kapur 4,1308 4,2159 2,06%
Tunjung 4,3339 4,4123 1,81%
Kayu mengkudu Tawas 3,9746 4,2005 5,68%
Kapur 3,7471 3,9365 5,05%
Tunjung 3,7539 3,9600 5,49%

29
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.1, Juni 2016: 25 - 32

Hasil pengujian rata-rata persentase 5. Hardini. R., Risnawati, I,, Fauzi, A. &
penyerapan zat warna alami terhadap kain Komari, N. 2009. Pemanfaatan
katun dan kain satin dengan pewarna alami Rumput Alang-Alang (Imperata
dari kayu ulin, kayu secang dan kayu cylindrica) sebagai Biosorben Cr (VI)
mengkudu dapat dilihat pada Tabel 2. pada Limbah Industri Sasirangan
Berdasarkan hasil pengujian penyerapan dengan Metode Teh Celup. Sains dan
warna alami pada kain satin lebih tinggi Terapan Kimia. 5(1):34-44.
dibandingkan penyerapan pada kain katun.
6. Hasanudin, M., Widjiyati., Sumardi.,
Pada kain satin berkisar antara 1,81 ± 5,68
Mudjini., Setioleksono, H. &
% untuk kain katun rata-rata berkisar 1,35
Pamungkas, W. 2001, Penelitian
± 1,93 %. Hasil pengamatan menunjukkan
Penerapan Zat Warna Alam dan
semakin kecil ukuran serat atau benang
Kombinasinya pada produk Batik dan
penyusun kain, maka semakin besar %
Tekstil Kerajinan Yogyakarta,Balai
serapan warna karena pewarna lebih
Besar Penelitian dan Pengembangan
mudah terserap oleh kain.
Industri Kerajinan dan Batik,
Yogyakarta.
IV. KESIMPULAN 7. Husodo, T. 1999. Peluang Zat
Proses pewarnaan menggunakan Pewarna Alami untuk Pengembangan
pewarna alami dipengaruhi oleh proses Produk Industri Kecil dan Menengah
ekstraksi, pencelupan serta proses fiksasi. Kerajinan dan Batik.Yogyakarta.
Aplikasi pewarnaan alami kayu secang, 8. Irawati, U. & Umi, B. L.U. 2011.
kayu ulin dan kayu mengkudu lebih sukai Pengolahan Limbah Cair Sasirangan
pada kain satin karena ukuran pori kain Menggunakan Filter Arang Aktif
yang lebih besar dan ukuran seratnya yang Cangkang Kelapa Sawit Berlapiskan
lebih kecil sehingga persentase Kitosan setelah Koagulasi dengan
penyerapan warna lebih besar. FeSO4. Sains dan Terapan Kimia. 2(1)
: 57-73.
DAFTAR PUSTAKA 9. Maharani, K. 2003. Stabilitas Pigmen
1. Atmaja, W.G.P.W. 2011. Potensi Brazilin Pada Kayu Secang
Pewarna Alam dari Campuran Biji (Caesalpinia Sappan L). Skripsi.
Pinang, Daun Sirih, Gambir dengan Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Mordan KAlSO4 serta Pemanfaatannya Bogor. Bogor.
dalam Pewarnaan Kayu Albasia 10. Masyamah, 2010. Pemanfaatan Zat
(Paraserianthes falcataria). Skripsi. Warna Alami Sebagai Bahan Pewarna
FMIPA. Universitas Udayana. Bukit Pada Sasirangan dan Kerajinan
Jimbaran. Rotan. Laporan Penelitian. Baristand
2. Fellow, P. J. 2002. Food Processing Industri. Banjarbaru.
Technology. Principles and Practice. 11. Putra, M.R.A. 2011. Analisis Peranan
Second Edition. Woodhead Publishing Industri Kain Sasirangan Terhadap
Limited. England. Perekonomian Kota Banjarmasin dan
3. Fitrihana & Noor, ST. 2007. Teknik Strategi Pengembangannya. Tesis.
Eksplorasi Zat Pewarna Alam Dari Departemen Ilmu Ekonomi Institut
Tanaman Di Sekitar Kita Untuk Pertanian Bogor. Bogor.
Pencelupan Bahan Tekstil. Universitas 12. Rini, S., Sugiarti., Riswati & Melani, K.
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 2012. Pesona Warna Alami Indonesia.
4. Handika & Riva. 2002. Ekstraksi Zat Kehati. Jakarta.http://www.kehati.or.id/
Warna dari Daun Acasia images/publikasi/Buku/01_Pesona%20
Auriculuformis sebagai Pewarna Warna%20Alam%20Indonesia_final.p
Tekstil. Skripsi. Universitas Syiah df diakses pada tanggal 16 Juni 2016.
Kuala. Banda Aceh.
30
Extraksi zat warna alam dari Kayu Ulin, Kayu Secang, dan
Kayu Mengkudu « Rizka Karima dan Fatmir Edwar

13. Setiawan, A.P., 2003, Potensi


Tumbuh-Tumbuhan bagi Penciptaan
Ragam Material Finishing untuk
Interior, Dimensi Interior 1: 46-60.
14. Susanto & Sewan SK. (1973). Seni
Kerajinan Batik Indonesia. Balai
Penelitian dan Kerajinan Lembaga
Penelitian Industri. Departemen
Perindustrian RI. Jakarta.
15. Wang, L., Jianchen, L., Qing, J. &
Lijun, Z. 2012. Water-soluble Fe3O4
nanoparticles with high solubility for
removal of heavy-metal ions from
waste water. Dalton trans 41:4544-
4551.

31
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.1, Juni 2016: 25 - 32

32

Anda mungkin juga menyukai