Anda di halaman 1dari 11

TEKNOBUGA Volume 1 No.

1 – Juni 2014

PEMANFAATAN DAUN TEMBAKAU UNTUK


PEWARNAAN KAIN SUTERA DENGAN MORDAN
JERUK NIPIS

Ester Kusumawati Santosa


Adhi Kusumastuti
TJP, Fakultas Teknik UNNES

Abstract: Natural dyes are cheaper, easy to get, and environmentally save. One of it
is: tobacco leaves (nicotiana tabacum). The experiment is held to know the differences
of color quality of silk fabric dyed with addition of lemon extract (citrus aurantifolia
swingle). Independent variable is lemon extract with variation of concentration: 25g/l,
50g/l, 75g/l, dan 100g/l, and quality of color as dependent variable. Control variables
are: tobacco leaves concentration 750g/l, dyeing times 1 hour, mordant ing times 30
minutes, and dyeing frequences 5 times. Data collecting use laboratory test. Variance
analysis proof that hypothesis is accepted, means that the color quality of silk dyed with
tobacco leaves difference significantly according to concentration lemon extract. The
higher mordant concentration, washing fastness becomes better, and color is deeper.
The optimal result is in the used of 100g/l lemon mordant.
Keyword : tobacco leaves, silk fabric, lemon.
Abstrak: Zat warna alam digunakan untuk pewarnaan tekstil, karena lebih murah,
mudah diperoleh, dan ramah lingkungan. Salah satu di antaranya adalah daun
tembakau (nicotiana tabacum). Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui
perbedaan kualitas warna kain sutera yang dicelup dengan konsentrasi mordan jeruk
nipis (citrus aurantifolia swingle). Variasi konsentrasi jeruk nipis 25g/l, 50g/l, 75g/l, dan
100g/l menjadi variabel bebas, kualitas warna kain sutera adalah variabel terikat.
Variabel kontrolnya: konsentrasi daun tembakau 750g/l, waktu pencelupan 1 jam,
waktu mordanting 30 menit, dan frekuensi pencelupan sebanyak 5 kali. Pengumpulan
data dilakukan melalui uji laboratorium. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa
hipotesis diterima, artinya kualitas warna kain sutera berbeda secara signifikan pada
setiap variasi konsentrasi mordan jeruk nipis. Makin tinggi konsentrasi mordan yang
digunakan, ketahanan luntur warna terhadap pencucian makin baik, dan warna makin
tua. Kesimpulan dari penelitian ini adalah daun tembakau dapat dipakai sebagai
pewarna kain sutera dengan bantuan mordan jeruk nipis, dengan kualitas warna
optimum pada pemakaian konsentrasi mordan 100g/l.
Kata kunci : daun tembakau, kain sutera, jeruk nipis.

LATAR BELAKANG
Indonesia kaya akan tanaman kain sutera yang dicelup dengan ekstrak
penghasil pewarna alam, di antaranya daun tembakau, dan apakah perbedaan
daun tembakau (nicotiana tabacum). konsentrasi jeruk nipis menyebabkan
Daun tembakau dapat menghasilkan perbedaan kualitas warnanya?
warna coklat. Percobaan awal menun- Penelitian ini diharapkan dapat
jukkan bahwa daun tembakau dapat mendorong pemanfaatan zat warna
digunakan sebagai pewarna kain, alam, memberi informasi tentang
khususnya sutera. Penambahan jeruk manfaat daun tembakau sebagai bahan
nipis (citrus aurantifolia swingle) pada alternatif bahan pewarna alami pada
ekstrak tembakau menghasilkan warna pencelupan kain sutera, serta mengatasi
coklat muda pada sutera. Permasa- masalah pencemaran yang disebabkan
lahannya, bagaimanakah kualitas warna limbah pewarna sintetik.
15
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014

KAJIAN TEORI
Daun Tembakau sebagai Pewarna tembakau, khususnya bagian daun
Tekstil tanaman, seperti yang ditunjukkan pada
Salah satu tanaman yang dapat
gambar berikut.
menghasilkan zat warna alam adalah

Gambar 1. Tanaman dan Daun Tembakau

Tembakau termasuk famili solanaceae tembakau yaitu daun, karena bagian


dan banyak digunakan untuk rokok dan inilah yang nantinya akan dipanen. Daun
cerutu. Tembakau pertama kali tembakau bentuknya bulat panjang,
ditemukan di benua Amerika oleh orang bertulang sirip, dengan ujung meruncing,
Indian, namun tanaman ini dapat serta tepi daun licin. Setiap tanaman
beradaptasi di daerah tropis seperti biasanya memiliki daun sekitar 24 helai.
Indonesia. Ukuran daun tembakau cukup bervariasi
Berdasarkan waktu tanam dan menurut keadaan tempat tumbuh dan
penggunaannya, tembakau digolongkan jenis tembakau yang ditanam. Ketebalan
menjadi dua golongan, yaitu tembakau dan kehalusan daun antara lain
musim hujan (NO), termasuk di dalam- dipengaruhi oleh cuaca (Penebar
nya tembakau cerutu dan tembakau Swadaya, 1992:19).
pipa, serta tembakau musim kering (VO)
Ekstraksi Daun Tembakau
termasuk di dalamnya tembakau sigaret
Ekstrak memiliki arti pati, sari,
(putih), tembakau asapan, dan temba-
kekentalan. Ekstraksi adalah proses
kau rakyat.
pemisahan suatu bahan cair dari
Secara morfologis tanaman
campurannya, penarikan keluar
tembakau umumnya memiliki batang
kandungan yang ada di dalamnya (Tim
yang tegak dengan tinggi sekitar 2,5
Bahasa Pustaka Agung Harapan
meter. Bagian terpenting dari tanaman
2003:168)

16
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014

Kain Sutera mordan kimia seperti krom, timah,


Kain adalah segala sesuatu tembaga, seng, dan besi (Dekranas
yang dipakai bahan pakaian, barang 1999:4), dan mordan alam seperti jeruk
tenunan (Tim Pustaka Agung Harapan citrun, jeruk nipis, cuka, sendawa
2003:287). Sutera adalah serat alam (salpenter), pijer (borax), tawas (alunin),
yang berbentuk filamen, berasal dari gula batu, gula jawa (aren), tunjung
kepompong ulat sutera jenis “Bombyx (ijzer-vitriool), prusi (coper sulfat), tetes
Mori” (Enny Zuhni K., 1998:21). Sutera (stroop tebu atau melasse), air kapur,
mentah tidak berkilau, kaku dan sukar tape (tape ketela, tape ketan), pisang
menyerap zat warna karena klutuk, daun jambu klutuk (Sewan
mengandung serisin. Menghilangkan Susanto 1980:71).
serisin pada filamen sutera dilakukan Jeruk nipis termasuk salah satu
dengan memasaknya dalam air sabun jenis mordan alam yang yang
agar didapatkan sutera yang halus dan mengandung asam sitrat, hesperidin dan
berkilau. aurantiamarin, berasal dari tanaman
Karakteristik kain sutera antara jenis citrus genuk. Buah jeruk nipis yang
lain: (1) berbunyi gemerisik bila sudah tua rasanya asam. (www.iptek
bergesekan; (2) memiliki kilau yang net.id/ind/pd_tanobat/gamb/jrkn).
tinggi; (3) sangat higroskopis, dapat
menyerap kelembapan 11,0%; (4)
memiliki kandungan listrik statis yang
tinggi; (5) mulur dengan elastic recovery
rendah; (6) mudah kusut, namun
kekusutan dilicinkan kembali melalui
proses penyetrikaan; (7) kurang tahan Gambar 2. Jeruk
terhadap penyetrikaan, sinar matahari, Nipis Proses Mordanting
jamur dan bakteri; (8) bersifat amfoter Mordanting adalah pengerjaan
(tidak tahan alkali ataupun asam); dan bahan dalam larutan mordan. Menurut
(9) berbau rambut terbakar bila dibakar. Rasyid Djufri (1976:137), proses
Mordan Jeruk Nipis mordanting dapat dilakukan dengan 3
Mordan disebut juga sebagai zat cara, yaitu : (1) cara mordan
khusus yang dapat meningkatkan pendahuluan (pre-mordanting), dilaku-
lekatnya berbagai pewarna pada kain. kan sebelum pencelupan; (2) mordan
(Hasanudin 2001:15). Tujuan pemberian simultan (meta-chrom, mono-chrom),
mordan adalah untuk memperbesar dilakukan bersamaan dengan pencelup-
daya serap kain terhadap zat warna an; dan (3) mordan akhir (after chrom),
alam. Ada dua macam mordan, yaitu dilakukan setelah pencelupan.

17
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014

Pencelupan Kain Sutera dengan adsorpsi, yaitu tahap menempelnya


Ekstrak Daun Tembakau molekul zat warna pada permukaan
Pencelupan adalah pemberian
serat; (c) penetrasi, yaitu tahap
warna pada bahan tekstil atau benang
masuknya zat warna ke dalam serat.
secara merata dengan tujuan agar
Pencelupan dapat memberikan
bahan berwarna rata yang permanen
hasil yang baik karena adanya gaya ikat
(Enny Zuhni K 1998:158). Sementara itu,
antara zat warna dengan serat lebih
Jumaeri (1977:270), mengatakan bahwa
besar daripada gaya yang bekerja antara
pencelupan adalah proses pemasukkan
zat warna dengan air. Rasyid Djufri
zat warna dari permukaan ke dalam
1976:92 menyebutkan ada 4 jenis ikatan
serat, secara merata dengan bantuan
antara zat warna dengan serat, yaitu:
air, uap air atau pemanasan kering.
Pencelupan juga diartikan sebagai
1. Ikatan Hidrogen
proses penggabungan antara serat dan
Ikatan sekunder yang terbentuk
zat warna (Hasanudin, dkk., 2001:14).
karena atom hidrogen pada zat warna
mengadakan ikatan yang lemah dengan
Zat warna adalah bahan pewar-
gugus anhidroksi (-OH) yang terdapat
na yang mudah larut dalam air, atau
dilarutkan dalam air, serta mempunyai pada serat selulosa atau amina (-NH)

daya tarik terhadap serat. Zat warna pada serat sutera.

dipilih menurut jenis bahan yang akan 2. Ikatan Elektrovalen


dicelup, ketahanan, dan warna yang Ikatan yang timbul karena gaya
diingini (Shigeru W. dan Sugiarto H., tarik-menarik antara ion-ion atau muatan
2003:163). Enny Zuhni K (1998:158) yang berlawanan. Serat bermuatan ne-
mengatakan bahwa zat warna dapat gatif (kation), sedangkan zat warna
dipakai untuk pencelupan jika memenuhi mempunyai gugus anion yang
syarat-syarat pokok berikut: bermuatan positif. Kedua muatan yang
(1) mudah larut dalam zat pelarutnya berlawanan ini saling tarik menarik
(pada umumnya air); (2) mudah masuk ke dalam dengan gaya tarik listrik yang kuat.
bahan; dan (3) stabil berada di dalam bahan.
3. Gaya-gaya Van der Walls
Menurut Vikerstaff dalam Rasyid
Gaya tarik menarik antara zat
Djufri (1976:92) menyimpulkan bahwa
warna dengan serat yang terjadi karena
dalam pencelupan terjadi 3 tahap, yaitu :
molekul-molekul zat warna memiliki
(1) difusi, yaitu tahap di mana zat warna
gugus hidrokarbon yang sesuai dengan
berada dalam larutan dan mendekati
serat, sehingga pada waktu pencelupan
permukaan serat; (b)
zat warna ingin terlepas dari air dan
bergabung dengan serat.

18
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014

4. Ikatan Kovalen 2. Ketahanan Luntur Warna


Zat warna berikatan dengan Luntur dapat diartikan sebagai
serat dengan ikatan kimia, atau seolah- peristiwa berkurangnya zat warna atau
olah bereaksi dengan serat. Ikatan hilangnya warna (Tim Bahasa Pustaka
kovalen adalah ikatan yang sangat kuat, Agung Harapan 2003:374). Terlepasnya
sehingga menghasilkan ketahanan zat warna dalam pencucian mengaki-
luntur yang tinggi. batkan kapasitas warna kain maupun
Menurut Hasanudin (2001: 15), motif berkurang. Kain yang tahan luntur
pencelupan dengan zat warna alam adalah kain yang awet warnanya, dan
terdiri dari beberapa tahapan sebagai untuk menentukan kualitas warna di-
berikut: (1) pelarutan zat warna; (2) pre- lakukan pengujian ketahanan luntur
mordanting; (3) pencelupan; dan (4) (colour fatness).
pembilasan atau pencucian. Ada beberapa macam
Syarat-syarat pencelupan yang ketahanan luntur, yaitu ketahanan luntur
baik, adalah: (1) ada keserasian antara terhadap sinar, pencucian, gosokan,
serat dengan zat warna; (2) serat dalam penyetrikaan. Nilai ketahanan luntur ini
keadaan murni; (3) perlu suasana tergantung sifat dari serat, zat warna,
larutan yang sesuai; (4) khususnya zat dan end use dari bahan tekstilnya
warna alam, warna perlu dibangkitkan. (Wibowo Moerdoko 1975:151).
Pengujian tahan luntur warna
Indikator Kualitas Hasil dilakukan dengan mengamati adanya

Pencelupan 1. Ketuaan Warna perubahan warna asli dari contoh uji,


menggunakan Standar Skala Abu-abu
Ketuaan warna hasil celup akan
(grey scale untuk menilai perubahan
diperoleh jika pada saat proses pen-
warna contoh uji, dan Standar Skala
celupan zat warna masuk ke dalam
Penodaan (staining scale) untuk menilai
bahan secara maksimal. Oleh karena itu,
penodaan warna pada kain putih
ketuaan warna dipengaruhi oleh daya
(Wibowo Moerdoko 1975:152).
serap kain, kasesuaian jenis zat warna
Pengamatan dilakukan untuk
dengan jenis kain.
membandingkan perubahan warna
Ketuaan warna dipengaruhi oleh
dengan grey scale dan staining scale,
perbandingan larutan (Rasyid Djufri
dengan kriteria: tidak berubah (5), ada
1976:121), yaitu perbandingan antara
sedikit perubahan(4), cukup (3); berubah
jumlah larutan dengan bahan tekstil
(2), dan berubah sama sekali
yang dicelup. Warna tua diperoleh pada
(1). Standar pengujian mengacu kepada
perbandingan larutan yang rendah, di
International Standards Organization
mana zat warna yang terserap lebih
(I.S.O).
besar dari yang terlepas dalam larutan.
19
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014

Dalam pengujian ketahanan tanaman yang dapat berpotensi untuk


luntur ini bahan tekstil direndam dijadikan pewarna alam adalah daun
larutan sabun dan dikenai gerakan- tembakau, yang juga digunakan dalam
gerakan mekanik. Warna pada pembuatan rokok. Ekstrak daun temba-
bahan tekstil diserang oleh zat kimia kau berwarna coklat.
dan gerak mekanik. Bila ikatan Di antara jenis serat, serat
antara zat warna dan serat kuat, sutera merupakan yang paling unik.
warna pada bahan tidak luntur. Serat yang berstruktur molekul protein
Setelah pencucian, air cucian ini memiliki daya ikat yang baik dengan
menjadi berwarna. Hal ini karena zat warna alam. Oleh karena itu, serat ini
selama proses penyabunan berjalan juga dapat dicelup dengan ekstrak daun
zat warna yang hanya menempel tembakau.
pada permukaan serat atau yang Ekstrak daun tembakau meru-
masuk ke dalam serat dengan tidak pakan ”zat warna bangkit”, dengan
sempurna akan lepas dari bahan ketahanan luntur yang rendah. Pada
tekstil. Zat warna yang lepas ini bila pencelupannya diperlukan mordan
masih aktif akan melunturi bahan sebagai zat pembangkit warna dan zat
tekstil lain yang ada dalam larutan pembantu pengikatan zat warna pada
pencuci. Banyak sedikitnya zat serat. Pada pencelupan kain sutera
warna yang mampu melunturi dengan ekstrak daun tembakau, digu-
ditunjukkan oleh staining scale (SS, nakan mordan jeruk nipis, mordan alam
skala penodaan) sedangkan yang aman bagi lingkungan.
perubahan warna sebelum dan
Hipotesis
sesudah pencucian ditunjukkan oleh
Hipotesis penelitian ini adalah:
grey scale (GS, skala abu-abu). Kuat
1. Hipotesis Kerja (Ha)
lemahnya warna pada bahan atau
Ada perbedaan kualitas warna
ikatan antara serat dan zat warna
pada kain sutera yang dicelup dengan
dipengaruhi oleh ketetapan suasana
ekstrak daun tembakau menggunakan
fixasi dan posisi molekul zat warna
yang ada dalam serat. (Hasanudin, konsentrasi mordan jeruk nipis yang

dkk 2001 : 53). berbeda.

Kerangka Pikir 2. Hipotesis Nol (Ho)

Keanekaragaman tanaman di Tidak ada perbedaan kualitas

Indonesia memiliki potensi yang besar warna pada kain sutera yang dicelup

untuk dimanfaatkan sebagai pewarna dengan ekstrak daun tembakau


menggunakan konsentrasi mordan jeruk
alam. Zat warna alam ramah lingkungan
nipis yang berbeda.
dan mudah didapatkan. Salah satu
20
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014

METODE PENELITIAN Kain Sutera, dengan jalan mencuci kain


Penelitian merupakan ekspe- sutera dengan sabun, kemudian
rimen pencelupan kain sutera dengan membilas dengan air hangat; (3)
daun tembakau menggunakan jeruk Pembuatan larutan jeruk nipis, kemudian
nipis sebagai mordan. memeras jeruk nipis dan melarutkan
dalam air panas sesuai dengan
Obyek Penelitian
konsentrasi yang diinginkan.
Obyek penelitian ini meliputi: (1)
Tahap eksperimen terdiri dari:
daun tembakau, yaitu daun tembakau
(1) Proses Mordanting, yang dilakukan
yang berwarna hijau dan berkerut-kerut,
dengan membasahi kain sutera dengan air
yang banyak mengandung nikotin; (2)
dingin, kemudian merendam kain
Kain Sutera; dan (3) Jeruk Nipis
tersebut dalam larutan mordan jeruk
Variabel Penelitian
nipis selama 30 menit, kemudian
Variabel penelitian ini adalah:
dikeringkan; (2) Proses Pencelupan,
1. Variabel Bebas memasukkan kain sutera tersebut ke
Variabel bebas adalah mordan jeruk dalam ekstrak daun tembakau selama 1
nipis dengan variasi konsentrasi jam, dibilas, kemudian diangin-anginkan
25g/l, 50g/l, 75g/l, dan 100g/l hingga kering.
Tahap pengujian dilakukan un-
2. Variabel Terikat
tuk mengetahui kualitas hasil celup,
Variabel terikat adalah kualitas
terdiri dari pengujian ketuaan warna dan
warna kain sutera (ketahanan luntur
ketahanan luntur terhadap pencucian.
warna terhadap pencucian dan
ketuaan warna). Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
3. Variabel Kontrol
digunakan adalah uji laboratorium, untuk
Variabel kontrol adalah: konsentrasi
menguji ketuaan warna dan ketahanan
ekstrak daun tembakau sebesar
luntur warna kain sutera yang telah
750g/l , waktu pencelupan 1 jam,
dicelup dengan ekstrak daun tembakau
waktu mordanting 30 menit,
menggunakan mordan jeruk nipis.
frekuensi pencelupan 5 kali.
1. Pengujian Ketuaan Warna
Langkah-Langkah Eksperimen
Pelaksanaan uji ketuaan warna
Tahap persiapan esperimen,
dilakukan dengan alat Spectrophoto-
meliputi: (1) Pembuatan Ekstrak Daun
meter (UV-PC), dengan menentukan
Tembakau, dengan prosedur: memilih,
panjang gelombang sinar yang dipan-
menimbang, menumbuk, memeras, dan
tulkan (reflektansi = %R) menggunakan
menyaring hingga diperoleh larutan
program UV-PC Model IRS.
ekstrak daun tembakau; (2) Pemasakan

21
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014

2. Pengujian Ketahanan Luntur Warna normal atau tidak. Bila berdistribusi


terhadap Pencucian normal, pengujian hipotesis mengguna-
Alat yang digunakan untuk
kan statistika parametrik, sebaliknya bila
menguji ketahanan luntur warna
tidak, digunakan statistik non para-
terhadap pencucian adalah Launder-o-
metrik. Menurut Iman Ghozali (2002:17),
meter. Alat ini terdiri dari bejana-bejana
kenormalan data dapat dilihat dari nilai
tertutup berisi kelereng-kelereng dari
kolmogorov smirnov yang lebih besar
baja tahan karat. Alat ini dapat berputar
dari taraf kesalahan (α = 0.05), melalui
dengan kecepatan 42 putaran per menit
SPSS release 11.5.
di dalam pemanas air yang suhunya
terkendali secara termostatik. Contoh uji HASIL PENELITIAN

dengan ukuran 5x10 cm diapit dengan 2 Hasil Analisis Deskriptif

helai kain putih masing-masing 1. Ketahanan Luntur Warna terhadap


berukuran 5x10 cm di mana yang se- Pencucian
helai adalah kain sutera dan yang Hasil analisis deskriptif menun-

sehelai lagi dari serat kapas. Contoh uji jukkan bahwa makin tinggi konsentrasi

dicuci dalam 100 ml larutan asam asetat jeruk nipis, nilai perubahan warnanya

0,014%, selama 1 menit, suhu 27°C, lalu (grey scale) makin berkurang, yang

diperas dengan hidroekstraktor atau berarti ketahanan lunturnya makin tinggi.

mangel. Contoh uji dikeringkan dengan Tanpa jeruk nipis, nilai ketahanan luntur

menyetrika pada suhu 135°-150°C. dalam kategori jelek. Pada konsentrasi

Selanjutnya contoh uji dilepas- jeruk nipis 25g/l, 50g/l, 75g/l, dan 100g/l,

kan dari kain pengapitnya, untuk dinilai nilai ketahanan luntur dalam kategori

perubahan warnanya dengan Grey cukup.

Scale, sementara kain putih pengapit, Makin tinggi konsentrasi jeruk

dinilai penodaan warnanya dengan nipis, nilai penodaan warnanya pada

Staining Scale. kain putih (staining scale) berkurang,


yang berarti warna kain tidak menodai
Metode Analisis Data
kain lain, atau dengan perkataan lain
Analisis deskriptif digunakan
ketahanan luntur makin tinggi. Pada
untuk menunjukkan nilai-nilai kuantitatif
konsentrasi jeruk nipis 0g/l dan 25g/l
dari kualitas warna, dan untuk menguji
kualitas penodaan warnanya dalam
hipotesis digunakan Anava atau Analisis
kategori cukup. Pada konsentrasi jeruk
varian dengan menguji kesama-an dua
nipis 50g/l dan 75g/l kualitas penodaan
rata-rata populasi, didahului dengan uji
warnanya dalam kategori cukup baik,
prasyarat, yaitu uji normali-tas dan
dan pada konsentrasi jeruk nipis 100g/l
homogenitas. Uji normalitas untuk
kualitas penodaan warnanya dalam
mengetahui data berdistribusi
kategori baik.
22
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
Dengan demikian, ketahanan

nya adalah pada penggunaan jeruk


nipis 100g/l. 10,0

8,0 8,0 8,0


2. Ketuaan Warna

Perubahan Warna(CD)
Hasil analisis menunjukkan 5,6

5,1
bahwa pada konsentrasi jeruk nipis 0g 4,0 4,0

nilai R sebesar 33,68% (R adalah


2,0
reflektansi sinar putih pada pengujian

Nilai
dengan alat Spectrophotometer), pada 0,0

penambahan jeruk nipis 25g/l sampai 0 25 50 75 100


Variasi Jeruk Nipis (g)
100g/l nilai R terus menurun hingga
mencapai 12,47%. Secara umum dapat Gambar 3. Nilai Ketahanan Luntur Tiap
Sampel (Grey Scale)
dijelaskan bahwa seiring dengan ber-
tambahnya konsentrasi jeruk nipis, Hasil uji Mann Whitney menun-
ketuaan warna kain sutera meningkat, jukkan bahwa variasi konsentrasi jeruk
ditunjukkan oleh nilai %R yang makin nipis, menghasilkan nilai penodaan
kecil. warna yang berbeda secara signifikan
(p< 0,05), namun pada konsentrasi 75g/l
Hasil Analisis Varian
sampai 100 g/l tidak signifikan (p>0,05).
Perbedaan nilai penodaan warna antar
Luntur Warna terhadap Pencucian
sampel tersebut dapat dilihat pada
Hasil analisis varian ketahanan
gambar 4 berikut ini:
luntur tehadap pencucian menunjukkan
ada perbedaan ketahanan luntur yang 10,0

signifikan pada setiap variasi mordan.


Warna(CD)

8,0 8,0 8,0

Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji Kruskal 5,1

2
Wallis yang memperoleh nilai X = 5,6
Penodaan

hitung

14,00 untuk hasil uji perubahan warna 4,0 4,0

dengan signifikasi 0,07 < α = 0,05 dan


Nilai

13,236 untuk hasil penodaan warna 2,0

dengan signifikasi 0,010 < α = 0,05.


0,0
Hasil uji Mann Whitney menun-
0 25 50 75 100

jukkan bahwa variasi konsentrasi jeruk Variasi Jeruk Nipis (g)

nipis menghasilkan ketahanan luntur


Gambar 4. Penodaan Warna Tiap
yang berbeda signifikan (p<0,05), seperti Sampel (Staining Scale)
pada gambar 3.
2. Analisis Varian Ketuaan Warna Hasil
analisis menunjukkan ada
perbedaan ketuaan warna kain sutera
yang dicelup dengan daun tembakau
menggunakan variasi konsentrasi jeruk
nipis, terlihat dari Fhitung sebesar 987,160
dengan p=0,000 < α = 0,05.
23
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014

Makin tinggi konsentrasi jeruk Hasanudin, dkk. 2001. Penelitian


penerapan zat warna alam dan
nipis yang digunakan, warna kain makin
kombinasinya pada produk batik
tua. Hal ini disebabkan karena makin dan tekstil kerajinan Yogyakarta:
Balai Besar Pene-litian dan
tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis,
Pengembangan In-dustri
makin banyak molekul-molekul zat Kerajinan dan Batik.
warna terserap ke dalam kain. Jumaeri. 1977. Pengetahuan barang
tekstil. Bandung : Institut
SIMPULAN Teknologi Tekstil.
Moerdoko Wibowo, dkk. 1975. Evaluasi
Simpulan penelitian ini adalah
tekstil bagian kimia. Bandung:
ekstrak daun tembakau dapat diguna- Institut Teknologi Tekstil.
kan sebagai pewarna kain sutera. Jeruk Rasyid Djufri. 1976. Teknologi penge-
lantangan, pencelupan dan pen-
nipis dapat dimanfaatkan sebagai
capan. Bandung: Institut
mordan dalam proses pencelupan kain Teknologi Tekstil.
sutera dengan ekstrak daun tembakau. SK Sewan Susanto. 1980. Seni kera-
jinan batik Indonesia. Balai
Ada perbedaan kualitas warna
Penelitian Batik dan Kerajinan:
kain sutera yang dicelup dengan ekstrak Departemen Perindustrian.
daun tembakau, pada penggunaan jeruk Sudjana. 2002. Desain dan analisis
nipis dengan konsentrasi yang berbeda. eksperimen. Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2002. Metode statistika.
Makin tinggi konsentrasi jeruk nipis,
Ban-dung: Tarsito.
makin baik ketahanan luntur terhadap
Sugiarto dan Shigeru Watanabe.
pencucian, dan warna makin tua. 2003. Teknologi tekstil. Jakarta :
Hasil pewarnaan yang optimum PT. Pradnya Paramita
Penebar Swadaya. 1992. Pembudidaya-
diperoleh pada penggunaan jeruk nipis
an, pengolahan dan pemasaran
dengan konsentrasi 100g/l. tembakau. Temanggung: PS Swa-
daya

DAFTAR PUSTAKA Wahid Sulaiman. 2002. Statistik non


parametrik. Contoh kasus dan pe-
Departemen Perindustrian.1975. Uji mecahannya dengan SPSS. Yog-
tahan luntur warna terhadap yakarta : Andi.
pencucian. SH 0115. 75.
Dewan Kerajinan Nasional.1999. Stra-
tegi penggunaan kembali warna-
warna alam di arena internasional.
Yogyakarta: DE-KRANAS.
Anonim. 2006. Jeruk nipis. http:/
www. iptek. net. Id / ind /
pd_tanobat / gambar /
jeruknipis.jpg. Tanggal Akses 26
September 2006.
Enny Zuhni K. 1998. Bahan
perkuliahan ilmu tekstil.
Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai