Dosen Pembimbing :
1. M. Ichwan, AT, MS.Eng., Ph.D
2. Hartami D., S.TP., M.Si
3. Andri S.,Amd.
Kelas : 2K2
Kelompok : 1
Disusun Oleh :
Mochammad Reyhand
1. 20420049
Alfarisiy
2. Nenden Dewi Srirahayu 21420028
3. Luthfiyah Nur Syifa 21420030
4. Devi Apriani Putri 21420033
5. Arini Mayan Fauni 21420041
PENDAHULUAN
Zat warna merupakan komponen utama dalam proses pembuatan tekstil. Zat
warna yang digunakan dalam proses pembuatan tekstil dimaksudkan untuk
menambah nilai estetika produk. Pewarna bukan kata yang asing pada dunia
tekstil. Hal ini dikarenakan pada zaman dulu manusia memakai pewarna di baju
yang mereka kenakan sebagai akibatnya seiring perkembangan teknologi,
masyarakat mulai mendirikan pabrik tekstil untuk memproduksi pakaian
menggunakan berbagai macam pewarna. Akibat pewarnaan di bidang tekstil
diharapkan bisa membentuk warna kain yang bervariasi, sehingga bisa membuat
warna kain yang menarik.
Penggunaan zat warna sangat diperlukan untuk membentuk suatu produk agar
lebih bervariasi dan indah. Harus diakui banyak industri menggunakan pewarna
kimia karena lebih praktis. Namun, sering kali penggunaan zat warna kimia yang
digunakan dalam penggunaan tekstil menghasilkan limbah yang berbahaya karena
terbuat dari bahan - bahan yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu,
penggunaan zat warna alam dalam proses pembuatan tekstil sangat diperlukan.
Salah satu bahan alam yang menghasilkan zat pewarna tekstil yaitu tanaman
tarum. Tanaman tarum dengan nama ilmiah Indigofera sp. merupakan jenis
tanaman yang biasa dikenal sebagai pakan ternak. Namun, di balik itu tanaman ini
memiliki kegunaan yang istimewa yaitu dapat digunakan sebagia zat pewarna
tekstil. Tarum atau tom merupakan tanaman khas dari Indonesia bagian barat.
Warna alami yang dihasilkan oleh tarum adalah warna biru, warna tersebut
diperoleh dari rendaman daun tarum dalam jumlah yang banyak selama semalam.
Air rendamannya kemudian direbus dan dikeringkan setelah itu barulah pewarna
alami ini dapat digunakan sebagai pewarna kain. Tanaman ini dibudidayakan
dengan cara stek. Bila stek telah mencapai 14-18 hari akan tumbuh tunas, dan
pada usia empat bulan mulai dapat dipetik daunnya dan dapat langsung dijual
kepada pengolah tarum untuk dibuat zat pewarna.
- Mengetahui proses pembuatan zat warna biru alami dari tanaman tarum.
Tanaman tarum berisi glukosida indican atau isatan B atau Indigotin sehingga
menghasilkan zat warna biru. Daun tarum mengandung tanin, flavonoid, alkaloid,
gliklosida, dan fenol. Daunnya pun mengandung zat warna yang disebut dengan
indigo, dimana merupakan senyawa indoksil yang larut dalam air dan mudah
teroksidasi menjadi indigo yang bewarna biru. Zat pewarna nila yang dikeluarkan
dalam tanaman ini telah menjadi komoditi dagang yang penting. Selain sebagai
penghasil warna biru dan nila, tarum juga digunakan sebagai penghasil warna hijau
dengan mengkombinasikan pewarna alam kuning lainnya. Penggunaan pewarna
alami selain aman bagi manusia juga aman bagi lingkungan.
Diantara pewarna alami yang telah banyak digunakan dan diakui di seluruh
dunia adalah pewarna alami dari tanaman tarum yang merupakan bahan
pewarna alami tertua yang telah dikenal. Menurut Ensley et al (1983), bahan
pewarna yang dihasilkan oleh tarum merupakan derivat dari glukosida tidak
berwarna dalam bentuk enol dari indoxyl, misalnya indican( indoxyl-- D- glucoside).
BAB 2
PERCOBAAN
- Alat
1. Timbangan
2. Gunting
3. Panci 10 liter
5. Corong
6. Gelas
7. Saringan
- Bahan
3. Kain Penyaring
Persiapan Bahan
(Bahan alam dicuci bersih, larutan ekstrak)
Penambahan Kapur
Pengendapan Pasta
Penyaringan Pasta
2.1.3 Skema Proses
a. Skema Proses Ekstraksi
Air
Suhu (°C)Daun Tarum
Kapur
30 (°C)
0
15 jam Waktu
30 menit 8-10 jam
- Alat
1. Gelas Kimia
2. Pengaduk
3. Pipet volume
4. Kompor
5. Gelas Ukur
6. Termometer
7. Baki
- Bahan
2. Zat warna
4. Sabun
7. Air
Pengeringan
Evaluasi kain :
Ketuaan warna
Kerataan warna
30 °C
10’ 40’ 70’ 90’
Suhu Ruang
60oC
Leuko zw
bejana Kain NaCl
Pen
cuci
30oC an
5’ 5’ 45’ 10’
2.2.4
Langkah Kerja
Alat :
1. Beaker Glass
2. Gelas Ukur
3. Batang Pengaduk
4. Kompor
Bahan :
3. Sabun
6. Air
Pencelupan
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi kain :
Ketuaan warna
Kerataan warna
Tanpa NaCl
- Waktu 30 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain
Pen
cuci
30oC an
5’ 30’ 10’
- Waktu 45 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain
Pen
cuci
30oC an
5’ 45’ 10’
- Waktu 60 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain
Pen
cuci
30oC an
5’ 60’ 10’
NaCl 15 g/L
- Waktu 30 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain NaCl
Pen
cuci
30oC an
5’ 5’ 30’ 10’
- Waktu 45 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain NaCl
Pen
cuci
30oC an
5’ 5’ 45’ 10’
- Waktu 60 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain NaCl
Pen
cuci
30oC an
5’ 5’ 60’ 10’
NaCl 30 g/L
- Waktu 30 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain NaCl
Pen
cuci
30oC an
5’ 5’ 30’ 10’
- Waktu 45 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain NaCl
Pen
cuci
30oC an
5’ 5’ 45’ 10’
- Waktu 60 menit
60oC
Leuko zw
bejana Kain NaCl
Pen
cuci
30oC an
5’ 5’ 60’ 10’
2.4 Pengujian Ketuaan dan Kerataan Warna
Alat :
1. Spektofotometri
Bahan :
1. Kain nilon yang sudah dicelup dengan variasi NaCl dan waktu
Ketuaan warna :
Kerataan Warna :
Alat :
1. Oven
2. Cawan
3. Bunsen/kompor
Bahan :
5’ 5’ 30’
2.6 Aplikasi Pencelupan pada Kain Nilon dengan Kondisi Optimum dan Produk
Alat :
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
4. Termometer
5. Kompor
6. Baki
Bahan :
3. Sabun
6. Air
7. Kain nilon
2.6.2 Diagram Alir
Pencelupan
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi kain :
Ketuaan warna
Kerataan warna
Leuko zw
bejana Kain NaCl
Pen
cuci
30oC an
5’ 5’ 45’ 10’
2.6.4 Langkah Kerja (Kondisi Optimum dan Produk)
Alat :
2. Grey scale
3. Stainning scale
4. Kelereng Mutiara
Bahan :
3. Kain yang sudah dipotong tadi, diberi kain pelapis kapas dan nilon
lalu dijahit salah satu sisinya.
Alat :
1. Crockmeter
2. Grey scale
3. Stainning scale
Bahan
1. Air suling
BAB III
DATA PENGUJIAN
120 gram
Kandungan zat warna dan kapur = x 2,955 gram=11,82 gram
30 gram
Penggunaan kapur = 2%
11,5836 gram
Yield terhadap daun = x 100 %=0,38 %
30 00 gram
11,82 gram
Yield terhadap pasta = x 100 %=9,85 %
12 0 gram
Pada percobaan ini dilakukan pencelupan pada kain kapas, kain sutera, kain
nilon, dan kain poliester untuk mengetahui kain hasil celupan optimal. Keempat kain
masing – masing mengalami dua perlakuan yaitu dicelup pada suhu kamar dan
dicelup dengan dipanaskan. Kain ditimbang terlebih dahulu dan didapatkan data
sebagai berikut :
Setelah itu, dilakukan perhitungan resep larutan induk untuk kain – kain yang akan
diuji :
Jumlah larutan = 2,48 gram x 100 mL
= 248 mL
1 gram
Na2S2O4 = x 248 mL
1000 mL
= 0,248 gram
2 gram
NaOH = x 248 mL
1000 mL
= 0,496 gram
20 gram
NaCl = x 248 mL
1000 mL
= 4,96 gram
Kain masing – masing dicelup dengan perbandingan berat bahan dan 100 mL
air dengan variasi kain yang dicelup pada suhu kamar dan suhu panas. Pada zat
warna Indigofera Tinctoria yang merupakan zat warna bejana, kain tidak langsung
dicelup dikarenakan zat warna tidak larut dalam air. Sehingga, dibuat garam leuko
dengan reduktor Na2S2O4 dan NaOH sebagai pemberi suasana basa.
Setelah proses oksidasi selesai, didapatkan hasil celupan warna sebagai berikut:
Suhu Kain
Suhu
Kamar
Suhu
Panas
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil celupan warna yang memiliki warna
biru adalah kain kapas dengan suhu kamar, kain nilon suhu kamar dan kain nilon suhu
panas.
= 1,35 gram
NaCl = 15 gr/l
Jumlah larutan = 15,26 x 50 = 663 ml
20 g /l
Zat warna = x 663 ml
1000 ml
= 13,26 gram
¿
Na2S2O4 = 1 g /l1000 ml ¿ x 663 ml
1000 ml
= 0,663 gram
¿
NaOH = 2 g /l1000 ml ¿ x 663 ml
1000 ml
= 1,326 gram
¿
NaCl = 15 g/l1000 ml ¿ x 663 ml
1000 ml
= 9,945 gram
NaCl = 30 gr/l
Jumlah larutan= 15,32 x 50 = 666 ml
20 g /l
Zat warna = x 666 ml
1000 ml
= 13,32 gram
¿
Na2S2O4 = 1 g /l1000 ml ¿ 1000 ml x 666 ml
= 0,666 gram
¿
NaOH = 2 g /l1000 ml ¿ 1000 ml x 666 ml
= 1,332 gram
¿
NaCl = 30 g/l1000 ml ¿ x 666 ml
1000 ml
= 19,98 gram
Setelah itu, dilakukan proses oksidasi dan didapatkan hasil celupan warna sebagai berikut :
30’
45’
60’
1. Ketuaan Warna
30' (T) 30' 15 30' 30 45' (T) 45' 15 45' 30 60' (T) 60' 15 60' 30
waktu & NaCl
2. Kerataan Warna
Grafi k Kerataan
0.04 0.03343383995251
0.03159797693983 93
0.035 24
0.03 0.02275078907357 0.02242929264737
0.025 57
0.01920407555249 28
0.01761687405599
Kerataan
45 12
0.02 0.01320981295754 0.01369996178301
0.015 17 05
0.00882602458573
0.01 117
0.005
0
30 45 60
Waktu
Nilai
Ketahanan Luntur
Grey Scale Staining Scale
1 5 5
2 5 5
Nilai
Kondisi gosok
Grey Scale Staining Scale
Basah 4 4
Kering 4/5 3/4
BAB IV
Proses ekstraksi pada pembuatan zat warna bejana warna biru dari tanaman
Indigofera tinctoria dilakukan dengan menyiapkan bahan terlebih dahulu daun dan
batang Indigofera tinctoria sebanyak 2 kg baru kemudian dilakukan fermentasi
dengan cara direndam dalam 10 liter air (vlot 1:5) selama kurang lebih 24 jam.
Proses fermentasi ini dimaksudkan untuk mengambil indikan yang terdapat pada
batang dan daun indigo. Indikan tergolong zat indigoida, bersifat larut dalam air,
yang karena pengaruh enzim indimulase berubah menjadi indoksil dan gula.
Indoksil ini dalam suasana alkali mudah teroksidasi oleh udara menjadi pigmen
indigo yang berwarna biru. Untuk mendukung proses pengolahan tersebut
diperlukan peralatan yang dapat memberikan fasilitas teroksidasinya indoksil oleh
udara sehingga diperoleh pigmen indigo yang baik.
4.5 Produk
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan penelitian yang telah kami lakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Ekstraksi dari daun indigo fera menghasilkan 120 gram pasta didapatkan dari
15 liter air.
2. Perhitungan yield zat warna Zat warna yang sudah berbentuk pasta.kemudian di
oven sehingga dihasilkan zat wama bubuk. Kemudian dilakukan perhitungan
yield zat wama dan didapatkan hasil yield zat warna 9,85%.
3. Uji pendahuluan | Uji pendahuluan dilakukan dengan pencelupan pada kain nylon
dengan campuran poliester pada suhu panas dan ruang. Dan didapatkan hasil
pencelupan yang kurang optimum pada kain nyion yang menghasilkan warna
biru sangat muda dikarenakan ada campuran polyester pada kain nylon tersebut.
4. Pencelupan kain nylon dengan variasi waktu dan NaCl Pada pencelupan kain
nylon dengan zat warna alam daun indigo fera dilakukan variasi waktu (30
menit,45 menit.60 menit),dan variasi NaCl (0 g/l, 15 g/l, 30 g/l). Didapatkan hasil
optimum ketuaan pada waktu 30 menit dan NaCl 30 gram. Untuk kerataan hasil
optimun didapatkan dari waku 45 menit dan NaCl 15 gram karena menghasilkan
warna biru yang diinginkan dan kerataan warna yang cukup baik.
Dilakukan pada kondisi kering dan kondisi basah. Pada kondisi kering pengujian
gosok didapat nilai Grey scale 4/5 staining scale 3/4 dan pada kondisi basah
didapat nilai Grey scale 4 staining scale 4.
Untuk pengujian ketahanan luntur pada kondisi kering dan basah didapat nilai
Grey scale 5 staining scale 5
7. Produk
Produk yang dibuat berupa pouch serut produk dicelup menggunakan kondisi
optimum dengan kondisi suhu ruangan dan dilakukan pencelupan dengan
variasi NaCl (0 g/l - 15g/l - 30 g/l) dengan waktu 45 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, K., & Riyanto, R. (2016). Pembuatan Pewarna Biru Dari Tanaman
Indigofera tinctoria. Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah, (21), 7-15.
Hakiim, A., & Sari, D. A. (2018). Karakteristik Ekstraksi Dan Fermentasi Daun
Indigofera Sebagai Pewarna Alami Pada Tekstil. Chimica et Natura Acta, 6(3),
122-126.
Ariyanti, M., & Asbur, Y. (2018). Tanaman tarum (Indigofera tinctoria Linn.) sebagai
penghasil zat pewarna. Jurnal Hutan Pulau-Pulau Kecil, 2(1), 109-122.
Darmawati, E., Sudarmarji., & Santoso, U. (2017). Penerapan Pewarna Indigo dari
Daun Indigofera L Pada Kulit Crust Suede Domba dengan Teknik Ikat Motif
Jumputan. Politeknik ATK dan Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Gultom, J., dkk. (2017). Ekstrak Daun Salaon (Indigofera tinctoria L) sebagai
Pewarna Alami Ulos dalam Upaya Pelestarian Kearifan Lokal Budaya Batak.
Jurnal Pendidikan Kimia, 9(2), 293-298.