Anda di halaman 1dari 20

1

APLIKASI EKSTRAK BIJI BINAHONG MERAH

SEBAGAI PEWARNA ALAM RAMAH LINGKUNGAN

Proposal disusun untuk Mengikuti Lomba KRENOVA 2018

Kreativitas dan Inovasi Masyarakat

Disusun oleh:
Nama : Sriatun

SMK CORDOVA MARGOYOSO


TAHUN AJARAN
2018
2

APLIKASI EKSTRAK BIJI BINAHONG MERAH


SEBAGAI PEWARNA ALAM RAMAH
LINGKUNGAN
Sriatuna1,2), Sulhadib,1), Teguh Darsonoc,1), Riagan Bagus. Pd,2)

1Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Pasca sarjana


Universitas Negeri Semarang
Jl. Kelud Utara III Semarang 50237
2SMk Cordova margoyoso-Pati. Jl. Polgarut Selatan kajen 50954

E-mail : a)uchi.bhie@gmail.com, b)sulhadipati@yahoo.com, c),


teguh_darsono@yahoo.com, d)riaganbagus@gmail.com,

Abstrak

Telah dimanfaatkan pewarna ekstrak alami biji binahong merah dengan pengikat
FeSO4, Kal(SO4)2, CaCO3, Na2CO3. Proses pembuatan larutan zat warna alami
dilakukan dengan menumbuk biji binahong merah yang sudah masak. Hasil
penumbukan direbus hingga mendidih dan disaring. Hasil larutan warna alami ini
diaplikasikan pada dua jenis kain yaitu kain katun jepang dan sutra sifon. Pada
kain katun jepang diperoleh warna yang mudah luntur apabila dicuci. Pada kain
sutra, warna kain lebih tahan lama dan perubahan warna yang dihasilkan lebih
jelas. Terjadi perubahan warna merah menjadi coklat dengan pengikat
FeSO4.Warna kain menjadi hijau dengan pengikatNa 2CO3.Warna kain menuju
orange dengan pengikatKAl(SO4)2.Pada pengikat CaCO3diperoleh warna kain lebih
pudar. Analisis menggunakan aplikasi RGB, diperoleh hasil nilai
RGB:164;193;227(FeSO4), 144;148;147 (Na 2CO3), 135;137;132 (KAl(SO4)2),
dan43,37,23 (CaCO3).

Kata-kata kunci: pewarna alami, biji binahong, RGB

Abstract
Ekstrak of red binahong seeds can be used as a dye with a binder FeSO4, KAl(SO4)2,
CaCO3, Na2CO3. The making proses of natural dye is by pounding the red binahong,
seeds that have been ripe. Then the pounding result is boiled until boil, then filter it.
The result of natural dye can be applied in two types of fabric, they are japan cotton
and chiffon silk. If japanise cotton washed, will fade the color easily. While at the silk
fabric. The color of the silk is more durable and clear. It will be change from red to
brown with a binder FeSO4. The result of CaCO3 the cotton color will be pale. Rgb
Nalysis produce RGB:164;193;227(FeSO4), 144;148;147 (Na2CO3), 135;137;132
(KAl(SO4)2), and 43,37,23 (CaCO3).

Keywords: natural dye, binahong seed, RGB


3

C. Latar Belakang

Sebagai daerah yang beriklim tropis, Indonesia sangat kaya akan


tumbuh-tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber pewarna alami [1].
Dari beberapa makhluk hidup yang ada baik hewan dan tumbuhan
membawa warna indah dalam tubuhnya. Dapat dikatakan sebagai
pigmen pada makhluk hidup. Pigmen adalah zat yang mengubah warna
cahaya tampak sebagai akibat proses absorpsi selektif terhadap panjang
gelombang pada ukuran tertentu. Pigmen atau zat warna ini merupakan
bahan tambahan pangan atau tekstil yang dapat memperbaiki warna pada
bahan [2]. Zat warna alami yang aman jika dikonsumsi bila memiliki
kandungan seperti klorofil, antosianin, brazilein, karetenoid, tanin, dan
lain-lain.

Tanaman binahong dengan nama ilmiah Andreadera cordifolia (TEN)


stenanis dari famili Basellaceae [3]. Banyak digunakan sebagai bahan obat
memiliki daun tunggal, bertangkai sangat pendek, pertulangan
menyirip[4]. Biji berwarna hitam bila di haluskan akan mengeluarkan
warna alami. Tanaman bukan asli Indonesia ini masih belum memiliki
acuan informasi yang lengkap, baik secara farmakologi untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap untuk sebagai zat pewarna
alami. Namun tanaman tersebut dapat tumbuh baik dan cepat berbiji
hitam di daerah wilayah Pati. Warna alami ini dapat diaplikasikan sebagai
pewarna alami alam, karena sekarang banyak penggunaan pewarna kimia
yang dapat merusak alam sekitar bila limbahnya dibuang sembarangan.

Untuk menjadikan pewarna alam lebih kuat dan tajam dapat dipilih
fiksator yang membantu pengunci warna karena berfungsi sebagai
pengikat warna pada tekstil [5]. Kesadaran akan pentingnya pewarna
alami di kalangan pembatik semakin meningkat, akan tetapi pada
umumnya masih terbatas karena kurangnya pengetahuan akan hal
4

tersebut. Sebagian besar pengrajin batik banyak yang belum mengetahui


bahwa tanaman yang tumbuh di sekeliling kita memiliki dan menghasilkan
pewarna kain yang alami.

Banyak pewarna alam yang digunakan untuk pewarna tekstil rata-rata


mempunyai kelemahan pada kualitas warna, maka perlunya pemilihan
bahan yang baik untuk pewarna. Kualitas warna sendiri perlu adanya
fiksasi agar tidak luntur. Fiksasi merupakan proses untuk memperkuat
warna agar tidak mudah luntur [6]. Fiksasi dapat dilakukan dengan
beberapa bahan seperti tawas, kapur, jeruk, atau tunjung. Masing-masing
memiliki karakteristik berbeda-beda terhadap warna.

Fiksasi atau pembangkit adalah proses yang dilakukan setelah


pencelupan zat pewarna, tujuannya dalah untuk penetralan dan
membangkitkan zat pewarna yang telah masuk ke salam serat tekstil,
dengan fiksasi warna akan susah kembali setelah pewarna alami masuk
kedalam serat kain. Zat pewarna yang dicelup secara langsung pada
umunya daya warnanya rendah, tetapi tidak tahan pada saat pencucian.
Kelemahan tersebut dapat diperbaiki dengan fiksasi.

Penggunan pengikat FeSO4, KAl(SO4)2, CaCO3, Na2CO3 dalam pengikat


warna agar tidak mudah luntur ini pun tergolong bahan sintetis yang
berasal dari bahan-bahan yang mengalami proses sintesa dan campur
dengan unsur-unsur senyawa kimia. Dari pengikat tersebut kita
mendapatkan warna-warna pada kain yang berbeda-beda dan memiliki
ketahanan yang baik.

Industri batik sangant potensial dikembangkan karena kemajuan


teknologi. Namun perkembangan dunia industri tersebut kadang kurang
didukungnya akan kesadaran akan efek dari kegiatan industri tersebut
seperti limbah cair dari hasil pewarnaan kain menurut [7]. Limbah cair
5

yang dihasilkan dari hasil pewarnaan di lingkungan juana cukup melimpah


dan dibuang ke sungai.

Industri batik menimbulkan dampak air limbah organik dalam jumlah


yang besar, warna yang pekat, berbau menyengat dan memiliki suhu,
keasaman (pH), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
Demand (COD) serta Total Suspended Solid (TSS) yang tinggi [8]. Desa
Bakaran Kecamatan Juwana Kabupaten Pati merupakan sentra industri
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) batik yang potensial dalam
mendukung perekonomian lokal namun bermasalah tentang limbah

Pengurangan bahan kimia yang di pakai sebagai warna sintesis di


perlukan, karena daerah juana banyak sentra industry pembuatan batik,
dan di takutkan dengan penggunaan dari bahan kimia sintesis yang
berbahaya pada saat pewarnaan mengakibatkan dapat merusak atau
mencemari lingkungan sekitar. Pewarnaan sintesis yang berbahan kimia
berbahaya ini bila dibuang sembarangan di sungai mengakibatkan biota
alam sekitar menjadi mati. Banyak ikan sungai yang tidak dapat
berkembang biak dengan baik disertai bau yang kurang sedap.

Penggunaan bahan pengikat yang di gunakan dapat dikatakan masih


ramah .lingkungan, akan tetapi bila kita menggunakan bahan pewarna
bukan alami dari bahan sintesis dapat membahayakan alam sekitar.
Penggunaaan dari pewarna ini di harapkan dapat membantu sebagai
pewarna alami kain sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan
disekitar. Selain itu juga menjadikan tambahan warna yang dapat
digunakan untuk mewarnai kain secara alami dan ramah lingkungan.

D. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Maksud yang menjadi focus kajian utama dalam penelitian ini
antara lain:
6

1. Bagaimana cara mengekstrak biji binahong merah yang benar


agar dapat diperoleh beragam pigmen
2. Bagaimana cara mengaplikasikan pada beberapa jenis kain agar
diperoleh pewarna kain yang tidak mudah luntur dan warnanya
stabil.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pigmen warna
alami yang terdapat pada biji binahong merah dan mengamati
perubahan yang terjadi jika diberi perlakuan dengan penambahan
polyvynil asetat, FeSO4 (tunjung), tawas, Na2CO3 (natrium
karbonat/soda abu), CaCO3 (kapur tohor), serta
mengaplikasikannya pada kain. Pemanfaatan pewarna alami yang
ramah lingkungan untuk menanggulangi rusaknya lingkungan
akibat penggunaan pewarna sintetik yang limbahnya berbahaya
untuk biota di sungai.
E. Manfaat penelitian
Penelitian tentang pigmen warna alami menggunakan biji
binahong merah ini memiliki beberapa manfaat penting bila
ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
1. Pertama, pigmen hasil ekstrak biji binahong merah
berpotensi menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
2. Kedua, pemakaian pigmen biji binahong merah ini
mendorong digunakannya pigmen alam yang lain, yang
bermanfaat lebih lanjut sebagai langkah penjagaan alam
sekitar dari bahan industri yang bersifat beracun dan
mencemari lingkungan.
Demikian besarnya manfaat kandungan pigmen dalam biji
binahong merah , tetapi masyarakat kini lebih cenderung
menggunakan pewarna buatan. Hal ini sangat disayangkan karena
masih banyak pewarna alami yang lebih terjangkau dan ramah
lingkungan. Sementara itu harga pewarna buatan relatif mahal.
7

Oleh karena itu dalam penelitian ini penggunaan bahan-bahan yang


sudah tersedia di alam menjadi prioritas agar mudah dijangkau
masyarakat dan bersifat alamiah
F. Spesifikasi Teknik
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan
April 2017 di SMK Cordova Margoyoso-Pati
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu, gelas ukur, gelas kimia,timbangan,
spatula, cawan petri, gunting, camera, thermometer, timbangan
digital, kertas label,dan alat tulis menulis
Bahan yang digunakan yaitu biji binahong merah, tawas, tunjung,
kapur tohor, natrium karbonat, kain katun jepang, kain sutra
velvet, air,
3. Prosedur penelitian
Prosedur dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan bahan pewarna:
a. Menumbuk bahan biji binahong merah menjadi ukuran agak
halus
b. Menambahkan air ke dalam wadah yang berisi tumbukan biji
binahong dengan perbandingan air dengan biji binahong 3:1
c. Merebus bahan tersebut sampai dengan mendidih
d. Mendiamkan larutan hsil proses ekstraksi sampai dingin
e. Menyaring larutan hasil proses ekstraksi menggunakan kain
kasa untuk memisahkan dengan bahan yang di ekstrak
2. Proses mordating
a. Memotong kain dengan ukuran 10x10 cm
b. Menyiapkan larutan tawas yang dilarutkan dengan air 200
ml
c. Memaskan larutan tersebut dengan suhu 60oC
8

d. Merendam kain yang telah dipotong ke dalam larutan tawas


selama satu malam
e. Mengeringkan kain dengan dengan kering udara
f. Menyetrika kain apabila sudah kering
3. Proses pewarnaan
a. Memasukkan kain yang telah di mordating ke dalam tempat
pencelupan yang berisi larutan pewarna secara perlahan dan
merata
b. Mengaduk kain dalam larutan sampai merata dan meresap
dan menunggu sampai mendidih
c. Menjemur kain hasil pewarnaan di dalam ruangan sampai
kering
4. Proses penguncian warna/fiksasi
a. Menyiapkan larutan fiksasi dengan ukuran yang telah
ditentukan dalam setiap liter air kemudian endapan kain
dan mengambil larutan beningnya
b. Menyelupkan kain yang sudah di warnai ke dalam larutan
fiksasi yang telah dibuat selama 10 menit
c. Mengangkat dan mengeringkan kain dalam ruangan
d. Kain siap diuji berapakah kandungan warna yang terserap
dalam kain
5. Proses pengujian
a. Menyiapkan kain yang telah di warnai
b. Memfoto kain dengan kamera HP
c. Menguji kain dalam aplikasi RGB
d. Mencatat hasil serapan nilai warna kain
4. Biji Binahong
Anredera cordifolia (Sepuluh) Steenis tumbuhan (Binahong)
dari keluarga Basellaceae adalah salah satu tumbuhan untuk
obat yang tumbuh dengan baik sejak lama [9]. Tanaman ini
9

berasal dari dataran cina dengan nama asalnya adalah


dhengshanchi dan di negara inggris di sebut madeira vine.
Sinomim baussingau ltia gracilismiers, baussingaultia
cordicofolia, baussingaultia basselloides [10].
Tidak kalah dengan daunnya, biji binahong juga mempunyai
beberapa zat alias kandungan yang juga bisa menanggulangi
beberapa tipe penyakit. Beberapa kandungan yang tersedia pada
biji binahong diantaranya, zat antioksidan, flavonoid, alkaloid,
saponin dan beberapa senyawa lainnya. beberapa kandungan
dalam biji binahong hitam tersebut bisa dipakai untuk
menanggulangi beberapa persoalan kesehatan.
5. Tawas (KAl(SO4)2)
Tawas atau alum adalah termasuk kelompok garam rangkap
berhidrat berupa kristal dan isomorf [6]. Kristal tawas mudah
larut dalam air, dan kelarutannya tergantung pada jenis logam
dan temperatur. Alum merupakan salah satu senyawa kimia
yang dibuat dari Al2(SO4)3. Alum kalium, mempunyai nama
dagang dengan nama alum, mempunyai rumus yaitu
K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O. Alum kalium merupakan salah satu alum
yang sangat penting. Alum kalium adalah senyawa yang tidak
berwarna dan mempunyai bentuk Kristal oktahedral atau kubus
ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan
dan didinginkan.
Selain sebagai pembening air yang keruh tawas juga
memiliki manfaat sebagai pengikat dalam pewarnaan batik.
Menjadikan batik warnanya lebih melekat di kain sehingga tidak
mudah luntur dalam pencucian. Sebelum sebagai pengunci
warna alami pada batik tawas juga digunakan sebagai bahan
untuk membersihkan kain dari kotoran yang menempel sebelum
di celup dengan pewarna. Dengan merebus air dan tawas
10

kemudian kain di masukkan dalam larutan tersebut semalaman


baru keesokannya di angkat dan di jemur.
6. Tunjung (FeSO4)
Besi(II) sulfat (ferro sulfat) ialah senyawa kimia dengan
rumus FeSO4. Besi(II) sulfat digunakan secara medis untuk
mengobati kekurangan zat besi, dan juga untuk aplikasi industri.
Terkenal sejak zaman dahulu kala sebagai copperas dan
sebagai vitriol hijau, heptahidrat biru-hijau adalah bentuk paling
umum dari bahan ini. Semua besi sulfat larut dalam air yang
menghasilkan kompleks aquo yang sama [Fe(H 2O)6]2+, yang
memiliki geometri molekul oktahedral dan bersifat paramagnetik.
Nama lainnya adalah Ferro sulfat, vitriol hijau,
besi vitriol, copperas, melanterite, dan szomolnokite.
Secara industri, besi sulfat terutama digunakan sebagai
prekursor untuk senyawa besi lainnya. Ini adalah bahan
pereduksi, sebagian besar untuk reduksi kromat dalam semen.
Bersama dengan senyawa besi lainnya, besi sulfat digunakan
untuk membentengi makanan dan untuk mengobati anemia
defisiensi besi. Sembelit merupakan efek samping yang sering
dan tidak nyaman terkait dengan pemberian suplemen zat besi
oral. Pelunak fesessering diresepkan untuk mencegah sembelit.
Ferro sulfat digunakan dalam pembuatan tinta, terutama
besi tinta empedu, yang digunakan dari abad pertengahan
sampai akhir abad kedelapan belas. Uji kimia yang dibuat pada
surat Lakhis [sekitar tahun 588/6 SM] menunjukkan adanya
kemungkinan … besi (Torczyner, Lakhis Letters, hlm. 188-95).
Diperkirakan bahwa gall ekdan copperas mungkin telah
digunakan dalam pembuatan tinta pada surat-surat tersebut. Hal
ini juga menemukan penggunaan dalam pencelupan wol
11

sebagai mordan. Harewood, bahan yang digunakan


sebagai marquetry dan parquetry sejak abad ke-17, juga dibuat
menggunakan ferro sulfat.
Ferro sulfat dapat juga digunakan untuk mewarnai beton
dan beberapa batu kapur dan batu pasir berwarna karat
kekuningan. Tukang kayu menggunakan larutan ferro sulfat
untuk mewarnai kayu maple dengan rona keperakan. Dalam
pertanian besi(II) sulfat digunakan untuk mengobati klorosis
besi. Meskipun tidak secepat aksi besi kelat, efeknya tahan lama.
Besi(II) sulfat dapat dicampur dengan kompos dan rabuk ke
dalam tanah untuk membentuk simpanan yang dapat bertahan
selama bertahun-tahun. Besi(II) sulfat juga digunakan sebagai
kondisioner rumput, dan pembasmi lumut.
Besi(II) sulfat telah diaplikasikan untuk pemurnian air
melalui folukasi dan untuk menyingkirkan fosfat di pabrik
pengolahan limbah kota dan industri untuk mencegah eutrofikasi
badan air permukaan. Besi(II) sulfat digunakan sebagai metoda
pengolahan panel kayu tradisional di rumah, baik sendiri,
dilarutkan dalam air, atau sebagai komponen cat berbasis air.
Vitriol hijau juga merupakan reagen yang berguna dalam
identifikasi jamur.

7. Kapur tohor (CaCO3)


Meskipun penggunaan Kapur Pertanian (KAPTAN) atau
Calciium Carbonate dapat meningkatkan kesuburan serta
mengurangi keasaman tanah juga efisiensi penggunaan pupuk.
Namun sejauh ini masih banyak petani-petani di Indonesia yang
masih belum mengetahui serta mengaplikasikan untuk lahan
pertaniannya. Tidak hanya untuk lahan pertanian saja Kapur
Pertanian (KAPTAN) atau Calciium Carbonate yang mengandung
12

CaCo3 90 – 95 % dan Ca0 50 – 52% memiliki manfaat yang


besar, pada lahan tambak juga dapat merasakan keuntungan
dari penggunaan kapur dolomit ini.
Selain itu, beberapa nutrisi seperti fosfor dan perubahan
sulfur ke bentuk yang lebih baik tersedia bagi tanaman dengan
aplikasi Kapur pertanian yang tepat. Bahkan, menurut berbagai
penelitian penggunaan kapur pertanian pada pH tanah bisa
mendekati netral antara 5,8 dan 7,0 memaksimalkan
ketersediaan berbagai nutrisi dan mineral tanaman penting.
Banyak manfaat yang dapat diambil bila kita menggunakan
kapur tohor selain dalam dunia pertanian yaitu sebagai bahan
untuk pengikat dalam pencelupan warna pada saat pewarnaan
kain. Bahan fiksasi dan preparasi ini dapat dimanfaatkan untuk
fiksasi warna muda pada kain. Sehingga warna yang dihasilkan
lebih muda dari pada warna sebelumnya. Menjadikan warna kain
lebih tahan lama menempel pada kain dan pada saat di cuci kain
tidak mudah luntur.

8. Natrium Karbonat (Na2CO3)


Natrium karbonat (juga dikenal sebagai soda cuci dan soda abu),
Na2CO3, adalah garam natrium dari asam karbonat yang mudah larut
dalam air. Natrium karbonat murni berwarna putih, bubuk tanpa warna
yang menyerap embun dari udara, punya rasa alkalin/pahit, dan
membentuk larutan alkali yang kuat. Pembuatan kaca adalah salah
satu kegunaan penting dalam natrium karbonat. Dapat menjadi fluks
untuk silika, dengan menurunkan titik cair campuran ke sesuatu yang
dapat diterima tanpa material khusus. "Soda kaca" ini mudah larut
dalam air, jadi kalsium karbonat ditambah pada campuran yang belum
mencair untuk menghasilkan kaca yang diproduksi tidak mudah larut
dalam air. Jenis kaca ini disebut kaca soda kapur, "soda" untuk
natrium karbonat dan "kapur" untuk kalsium karbonat. Biasa
13

digunakan sebagai tambahan untuk kolam renang untuk menetralkan


efek korosi dari klorin dan menaikkan pH.
Pada senyawa ini lebih cenderung untuk menaikkan pH dalam
larutan sehinggga dalam pemanfaatan dalam pengikat warna pada
kain pada saat selesai pencelupan di perlukan. Natrium karbonat ini
dapat dimanfaatkan sebagai pengunci warna setelah pencelupan
sehingga dapat menjadikan warna yang menempel lebih tahan lama
dan tidak mudah luntur apabila pada saat di cuci.
G. Keunggulan dan perbedaan bila di Bandingkan dengan
Penemuan Sebelumnya Sejenis

Berikut tabel warna kain dan nilai RGB kain sutera yang dihasilkan
dari penggunaan larutan pengunci FeSO4, KAl(SO4)2, CaCO3, Na2CO3:

N Pengunci Hasil Warna Nilai RGB


o
1.

FeSO4 164;193;227

2.

KAl(SO4)2 135;137;132
14

3.

144;148;147
CaCO3

4.

43,37,23
Na2CO3

Nilai RGB dengan menggunakan pengunci yang kedua yaitu Kal(SO4)2


dalam Tabel 2 dan menggunakan bahan pewarna alam buah bit Sriatun
(2017).

Tabel 2 Nilai RGB dari Pengunci Tawas

No Pengunci dan Nilai RGB


perbandingan
1. Kal(SO4)2 350 gr 162;147;126
2. Kal(SO4)2 300 gr 164;158;142
3. Kal(SO4)2 250 gr 165;150;121
4. Kal(SO4)2 200 gr 156;147;132
5. Kal(SO4)2 150 gr 156;148;129
6. Kal(SO4)2 100 gr 151;109;84
Daftar tabel 2 diatas menunjukkan nilai RGB dengan pengunci
Kal(SO4)2 dari buah bit lebih tinggi dari rentang 151;109;84 sampai
dengan 165;150;121, sedangkan apabila dengan menggunakan pewarna
alami biji binahong menghasilkan nilai RGB lebih rendah yaitu
144;148;147 dan warna yang dihasilkan dari pewarna buah bit mudah
pudar bila di simpan dengan waktu yang lama, lebih awet warna yang
menempel menggunakan biji binahong. Harganya pun lebih terjangkau biji
binahong karena dapat ditanam sendiri.
15

H. Penerapan pada Masyarakat dan Dunia Industri


Penerapan yang dapat dilakukan dalam masyarakat skala kecil
pewarna batik secara alami ini dapat diaplikasikan dalam pembuatan
batik skala sekolah terlebih dahulu. Kemudian apabila pemberdayaan
pembuatan pewarna kain sudah mulai cukup bahan untuk pembuatan
pewarna kemudian menjalin kerjasama dengan para pengrajin batik di
daerah juwana untuk mitra bisnis. Pemberdayaan masyarakat sekitar
agar dapat menanam pohon biji binahong kemudian hasil biji yang
sudah matang dapat di jual kepada pengrajin pewarna alami yang
ramah lingkungan dan tidak mencemari lingkungan dengan
pewarnaan batik menggunakan bahan pewarna sintesis.
I. Penghitungan Biaya produksi Temuan/ Inovasi
Rancangan dan Realisasi Biaya
No. Rincian pembelian Kredit
1. Na2CO3 5 kg Rp 50.000
2. CaCO3 5 kg Rp 95.400
3. Tawas 5 kg Rp 35.000
4. Tunjung 5 kg Rp 34.000
5. Kain katun jepang @20.000/m Rp 40.000
6. Sifon saten sutera @100.000/m Rp. 2.0.000
7. Kassa steril 10buah Rp 10.300
8. Termometer 2buah Rp 65.000
9. Cawan 1set Rp 275.000
10. Gunting Rp 6.500
11. Gelas ukur 6buah Rp 54.000
12. Membeli kotak tempat kain Rp 41.000
13. Membeli kotak tempat kain Rp 24.000

J. Prospes Bisnis/Komersialisasi

Prospek bisnis apabila di komersialkan menuju kearah produksi


pembuatan pewarna kain yang ramah lingkungan bekerja sama
dengan pengrajin batik. Karena untuk daerah pati khususnya Juwana
dan Bakaran masih banyak menggunakan pewarna kain yang sintetik
sehingga dapat merusak lingkungan biota sungai yang mati apabila
pembuangan limbah di sungai.

Pewarna kain yang menggunakan pewarna alami dapat menjadi


alternatif untuk pembuatan kain yang ramah lingkungan dan dapat
menjadikan lingkungan lebih lestari dan terjaga kebersihannya.
16

DAFTAR PUSTAKA

[1] Darmono, Martono, Tiwan, Endarto. 2009. Kualitas Hasil


Pewarnaan Alami pada Kerajinan Berbasis Serat dalam
Pelaksanaan Program IbPE. Yogyakarta. UNY
[2] Lismawenning, Deska. 2011. Aplikasi Ekstrak Daun Jati sebagai
Pewarna Alami yang Ramah Lingkungan. Semarang: Unnes
[3] Rachmawati,S. 2007. Studi Makroskopi, Dan Skrining Fitokimia
Daun Binahong (Andrederacordifolia (Ten). Skripsi tidak
diterbitkan di Surabaya: Fakultas Farmasi UNAIR Surabaya.
[4] Umar, Ani. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Binahong
S(Andrederacordifolia (TEN) stenis) terhadap Kesembuhan Luka
Infeksi Staphylococcus aureus pada mencit. Surabaya. “in J. Analis
Kesehatan Sains. Vol 01 No 022012.
[5] Kartikasari, Enggar. 2016. Pengaruh Fiksator pada Ekstrak Daun
Mangga dalam Pewarnaan Tekstil Batik Ditinjau dari Ketahanan
Luntur Warna Terhadap Keringat. “ In J. Sciencetech. Vol 2 No 1
April 2016
[6] Syaiful, M.2014. efektivitas Alum dari Kaleng Minuman Bekas
Sebagai Koagulan Untuk Penjernih Air. “ In J. teknik Kimia No.4
Vol. 20, Desember 2014.
[6] Rini, Sancaya dkk. 2011. Pesona Warna Alam Indonesia. Jakarta:
Kehati
[7] Sasongko, Dwi P. 2010. Identivikasi Unsur dan Kadar Logam berat
dapa Limbah Pewarna Batik dengan Metode Analisis Pengaktifan
Neutron. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Vol 27 (22-27)
[8] Kurniawan,dkk. 2013. Strategi Pengolahan Air Limbah Sentra
UMKM Batik yang Berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal
Ilmu Lingkungan. Vol. 11 Issue 2: 62-72 (2013)
17

[9] Astuti, Sri Murni. 2011. Determination of Saponim Compound from


Anredera Cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential
Treatment for Several Deseases. Journal of Agricultural Science.
Vol.3 No.4 (224-232)
[10] Fitriyah, Nikmatul. Dkk. 2013. Obat Herbal Antibakteria Ala
Tanaman Binahong. Jurnal KesMaDaSka (117-122).
[11] Pohan dkk. 2016. Penambahan Bit (Beta Vulgaris L.) Sebagai
Pewarna Alami Terhadap Daya Terima Dan Kandungan Zat Gizi
Kerupuk Merah. Jurnal Gizi Vol1, No1 (1-7)

[12] Sriatun, dkk. 2017 Pengaruh Jenis Fiksasi terhadap Kualitas


Warna Kain Batik dengan Pewarna Alami Buah Bit. Prosiding
Seminar SNMF. Unnes Semarang
[13] Andang, Muhammad. 2009. Alat Pendeteksi Warna Berdasarkan
Warna Dasar Penyusun RGB dengan Sensor TCS230. “ In J ISBN:
978-979-96964-6-5

Lampiran
18

Gambar 1. Biji Binahong Merah

Gambar 2. Proses Mordating

Gambar 3. Proses pembuatan bahan warna


19

Gambar 4. Warna Kain Dengan Pengunci Tawas

Gambar 5. Warna Kain Dengan Pengunci Tunjung

Gambar 6. Warna Kain Dengan Pengunci Natrium Klorida


20

Gambar 7. Warna Kain Dengan Pengunci Kapur Tohor

Anda mungkin juga menyukai