Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENELITIAN KARYA ILMIAH

PENGARUH MORDAN JERUK NIPIS TERHADAP PEWARNA


TEKSTIL DARI LIMBAH KULIT BAWANG MERAH

Disusun oleh :
Kelompok 1 XI IPA
Isidora Paskalia (11)
Bernardinus Rosari (03)
Dendy Sitorus (07)
Nelson Valentino (19)
Valleria Inge Prakusya (27)

GURU MATA PELAJARAN


Drs. Kasdi Haryanta

SMA XAVERIUS 2 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
ABSTRAK

Pewarna alami merupakan zat warna dari bahan-bahan alami yang umumnya berasal
dari ekstrak tumbuhan dan hewan. Kulit bawang merah dapat diekstraksi untuk mengambil
pigmen warna pada kulitnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengoptimalkan proses
pembuatan pewarna alami kulit bawang merah dan mengetahui perbedaan warna antara
kain yang menggunakan zat warna kulit bawang merah dengan mordan dan tanpa mordan.
Kulit bawang merah diekstraksi untuk memperoleh pigmen warna dengan menggunakan
proses ekstraksi panas. Variasi yang digunakan yaitu jenis kain (katun); massa kulit
(200 gr); volume air ( 2 liter ); proses mordanting (tanpa mordan, dengan mordan); waktu
perendaman mordan (1 jam ); waktu perendaman zat warna kulit bawang merah
(1 jam). Mordan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jeruk nipis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan mordan menyebabkan
perbedaan warna. Warna kain yang menggunakan mordan jeruk nipis lebih tua
dibandingkan dengan kain yang tidak menggunkan mordan karena jeruk nipis memiliki
kandungan asam sitrat yang sangat tinggi untuk mengikat zat warna.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat-Nya, kami
bisa menyelesaikan penelitian yang berjudul "Pengaruh Mordan Jeruk Nipis Terhadap
Pewarna Tekstil dari imbah Kulit Bawang Merah." Meski mendapatkan kendala, namun
kai bisa melaluinya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu. Tak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran dan pembimbing yang
telah membantu dalam mengerjakan karya ilmiah ini dan senantiasa memberi masukan.
Karya ilmiah ini memberikan informasi dan mengedukasi masyarakat tentang
bagaimana cara memanfaatkan limbah organik kulit bawang merah sebagai pewarna alami
pada kain. Selain itu, penelitian ini juga mengajak masyarakat untuk mengurangi
penggunaan pewarna sintetis yang dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan dan
berbahaya untuk kesehatan manusia.
Kami menyadari ada banyak kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya ilmiah ini. Kami juga berharap
semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca.
Demikian sepatah dua patah kata dari kami, Terima kasih.
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat........................................................................................................... 2
1.4 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.5 Hipotesis......................................................................................................... 2
II. KAJIAN TEORI ................................................................................................. 3
2.1 Kajian Teori.......................................................................................................... 3
2.2 Metode Penelitian................................................................................................. 3
2.2.1 Rancangan Penelitian...................................................................................... 3
2.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................... 4
2.2.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................. 4
2.2.4 Alat dan Bahan................................................................................................ 4
2.2.5 Langkah - Langkah......................................................................................... 5
II. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................ 6
3.1 Harapan dan Saran............................................................................................. 6
III PENUTUP............................................................................................................ 6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam
cukup melimpah. Sumber daya alam banyak dimanfaatkan manusia baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk keperluan di bidang industri pada industri tekstil yang
menggunakan zat pewarna sintetis dan zat pewarna alami.
Zat pewarna alami berasal dari tumbuh-tumbuhan. Beberapa pigmen alami yang
banyak terdapat di sekitar kita antara lain, klorofil, kartenoid, tannin dan antosianin
(Santosa dan Kusumastuti, 2008). Salah satu sumber daya alam yang dapat dipakai untuk
zat warna alami adalah bawang merah (Allium ascalonium L) sebagai zat warna alternatif.
Bawang merah mengandung flavonoid, asam fenol, saponin, gliserol, pektin, serta kaya
akan vitamin B1, B2 dan C. Bagian bawang yang dipakai sebagai zat warna alami adalah
bagian kulit bawang merah.
Kulit bawang merah mengandung zat pewarna alami yaitu senyawa antosianin dan
flavonoida. Zat pewarna alami banyak digunakan untuk mewarnai bahan tradisional seperti
jumputan, batik, dan tenunan yang dilakukan dengan proses pencelupan. Agar zat warna
yang dipakai untuk mencelup memilki kekuatan/ketuaan warna yang baik maka perlu
dilakukan proses fiksasi atau mordating yaitu untuk mengunci zat warna yang masuk ke
dalam serat kain sehingga dapat menimbulkan daya tahan luntur warna. Zat yang dapat
membangkitkan warna setelah bahan dicelup dengan zat warna kulit bawang merah adalaf
zat fiksasi jeruk nipis karena memiliki kandungan asam yang dapat mengikat zat warna.
Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk memanfaatkan kulit bawang merah
kering sebagai pewarna pada kaos jumputan dengan menggunakan mordan jeruk nipis
sehingga dicari: (1) warna yang dihasilkan pada pewarnaan kaos jumputan menggunakan
zat warna kulit bawang merah tanpa proses mordatin, (2) warna yang dihasilkan pada
pencelupan kaos jumputan menggunakan zat warna kulit bawang merah menggunakan
mordan jeruk nipis.
1.2 Tujuan
1. Mengedukasi masyarakat untuk menggunakan limbah organik sehari-hari.
2. Mengetahui cara mendaur ulang sampah organik berupa kulit bawang merah untuk
digunakan sebagai pewarna tekstil.
3. Mengetahui perbedaan warna antara kain yang menggunakan zat warna kulit
bawang merah dengan mordan jeruk nipis dan tanpa mordan.

1.3 Manfaat
1. Menghemat biaya dengan menggunakan pewarna alami dibanding menggunakan
bahan kimia.
2. Mengetahui potensi kulit bawang merah sebagai zat alami yang memberikan warna
pada katun.
3. Menemukan inovasi pewarna tekstil yang lebih sehat untuk masyarakat.
4. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan zat pewarna sintetis.

1.4 Rumusan Masalah


1. Mengapa lebih baik menggunakan pewarna alami dari kulit bawang merah
dibandingkan pewarna sintetis?
2. Bagaimana perbedaan warna antara kain yang menggunakan zat warna kulit
bawang merah dengan mordan jeruk nipis dan tanpa mordan?

1.5 Hipotesis
Ada perbedaan antara kain yang menggunakan zat warna kulit bawang merah dengan
mordan jeruk nipis dan tanpa mordan.

1.6 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini ialah limbah organik. Sampel yang digunakan adalah
limbah kulit bawang merah (Allium cepa). Pada penelitian ini, sampel dipilih secara
random, dengan metode randomisasi sederhana (simple random sampling) karena
pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memeperhatikan ukuran,
bentuk, dan warna. Namun, sampel kulit bawang merah akan dibersihkan terlebih dahulu
sebelum diproses menjadi pewarna tekstil.
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori


Zat pewarna terbagi menjadi dua yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Zat warna
alami adalah zat warna yang diperoleh dari alam seperti tumbuh-tumbuhan baik secara
langsung maupun tidak langsung, sedangkan zat warna sintetis adalah zat warna buatan
(Laksono, 2012)1. Zat warna sintetis tekstil dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan
dan berbahaya untuk kesehatan manusia karena merupakan salah satu pencemar organik
yang bersifat non-biodegradable (Christina, 2007)2. Dampak yang ditimbulkan oleh
pewarna sintetis ini menyadarkan masyarakat untuk kembali menggunakan zat warna
alami. Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan menjadikan pewarna
alami sebagai pewarna yang dianjurkan.
Salah satu sumber pewarna alami yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih
lanjut adalah kulit bawang merah karena mengandung antosianin dan flavonoida yang
dapat diperoleh dengan ekstraksi panas dan kemudian menjadi larutan (Zumarni, 2020) 3.
Penggunaan bawang merah akan lebih optimal hasil pewarnaannya ketika sebelum proses
ekstraksi dilakukan tahapan menjemur hingga kulit bawang merah tersebut kering. Agar
kulit bawang merah dapat dijadikan pewarna alami tekstil maka dibutuhkan proses
ekstraksi panas dengan tujuan untuk mengambil pigmen atau zat warna yang terkandung
dalam pewarna alami. Dalam tahapan ini, berat bahan yang akan diproses perlu
disesuaikan dengan larutan zat alam yang akan dibuat, sehingga larutan warna yang
dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan pewarnaan tekstil yang akan dilakukan.
Daya lekat warna pada pewarnaan alami memiliki potensi untuk dikembangkan dengan
proses mordanting. Dengan variasi jenis mordan dan lama waktu pewarnaan dapat
menghasilkan warna dengan intensitas hue atau tone yang beragam. Setelah dilakukan
proses ekstraksi kulit bawang merah, perlu dipastikan agar ampas dari kulit bawang merah
sudah dipisahkan terlebih dahulu agar saat proses pencelupan tidak membuat kain kotor.

1
https://eprints.uny.ac.id, diakses 2 Maret 2023, pukul 07.00 WIB.

2
https://eprints.ubnes.ac.id, diakses 2 Maret 2023, pukul 07.15 WIB.

3
https://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=71014, diakses 2 Maret 2023, pukul 07.37 WIB.
2.2. Metode Penelitian

2.2.1 Rancangan Penelitian


Penelitian merupakan eksperimen pencelupan kain katun menggunakan mordan
jeruk nipis kedalam rebusan kulit bawang merah. Desain eksperimen adalah suatu
rancangan percobaan dengan tiap langkah yang benar-benar terdefinisikan sedemikian rupa
sehingga informasi yang berhubungan atau diperlakukan untuk permasalahan yang sedang
diteliti dapat dikumpulkan.

2.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


jPenelitian ini akan dilaksanakan di laboratorium biologi SMA Xaverius 2 Palembang
pada Rabu, 29 Maret 2023.

2.2.3 Teknik Pengumpulan Data


jDalam studi eksperimen pewarnaan kain dengan mordan jeruk nipis menggunakan
uji kualitas meliputi penilaian ketuaan warna antara kain yang meggunakan mordan dan
tidak menggunakan mordan. Selain itu, untuk melihat tingkat keasaman jeruk nipis
dilakukan pengecekan pH menggunakan pH meter.

2.2.4 Alat dan Bahan


A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pewarnaan pewarnaan adalah: kain kaos putih
polos, kulit bawang merah, air 2 liter, dan jeruk nipis.

B. Alat-alat
Beberapa alat yang digunakan untuk proses pewarnaan adalah: karet, gunting,gelas
ukur,timbangan/neraca, kompor,panci, sendok kayu, kasa penyaring, dan baskom.
2.2.5 Langkah- Langkah

1. Siapkan 2 kaos putih polos yang akan diberi motif dengan teknik jumputan
menggunakan bahan pengikat (karet) pada proses pencelupan warna.

2. Buat larutan mordan menggunakan jeruk nipis.


Jeruk nipis yang telah dibersihkan selanjutnya diperas hingga memperoleh perasan
jeruk nipis dengan volume yang diinginkan. Kemudian, masukkan 1 kaos putih
polos yang belum diberi motif dengan teknik jumputan dan diamkan selama 1 jam.
Setelah itu, kain diangkat lalu dikeringkan.

3. Buatlah ekstraksi kulit bawang merah.

4. Bersihkan kulit bawang merah dari kotoran-kotorang yang tercampur pada kulit
bawang merah.

5. Keringkan kulit bawang merah yang sudah bersih di oven selama 10 menit sampai
kadar air berkurang.
6. Timbang kulit bawang merah seberat 200 gr.

7. j Masukkan kulit bawang merah tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan
perbandingan 1:10 yaitu 2 liter untuk 200 gr kulit bawang merah.
8. i Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (1 liter). Sebagai indikasi
bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air
setelah perebusan menjadi berwarna.

9. iSaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut menggunakan kasa penyaring untuk
memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil
penyaringan ini disebut larutan zat warna alami. Setelah dingin larutan siap
digunakan.

10. Kaos putih yang telah dimordan dan tidak dimordan diberi motif dengan teknik
jumputan menggunakan pengikat (karet).

11. Siapkan larutan zat warna alam hasil proses ekstraksi dalam tempat pencelupan.

12. Masukkan bahan tekstil yang telah dijumput ke dalam larutan zat warna kulit
bawang merah dan diamkan selama 1 jam.
13. Angkat dan buka ikatan karet, lalu dibilas dengan air bersih dan dikeringkan di
tempat teduh. Kaos jumputan dari zat warna kulit bawang merah dengan mordan
jeruk nipis dan tanpa mordan pun jadi. Dari hasil pewarnaan ini kita dapat
membedakan tingkat warna antara kedua kaos tersebut.

BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai