Anda di halaman 1dari 10

VII.

Pembahasan
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang
digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Spektrofotometer adalah
alat untuk menukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronika
serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana detektor dapat mengukur intensitas cahaya
yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau
warna yang terbentuk (Underwood, 1998)
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat ion logam melalui
karakterisasi spektrum UV-Vis (Staf Pengajar Kimia Anorganik fisik, 2017).

Prinsip dasar Spektrum uv-vis adalah alat yang digunkan untuk mengukur
transmitansi, reflektansi dan absorbs dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupkan alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer (Skoog, 1996)

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya


oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang. Perbedaan spektrofotometri uv
dengan visible terletak pada panjang gelombang yang digunakan. Pada
spektrofotometri uv menggunakan lampu deuterium dengan rentang panjang
gelombang 200nm-400nm, sedangkan pada spektrofotometri visible menggunakan
lampu tungsten dengan panjang gelombang 400nm-800nm. Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer
UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif (Skoog, 1996).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert-Beer menyatakan
hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding
terbalik dengan transmitan. Untuk mengetahui apakah suatu unsur memenuhi Hukum
Beer atau tidak maka perlu ditentukan grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi.
Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika dalam range (cakupan) konsentrasi hasil
kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita hanya bekerja pada linear range. Seringkali
sampel yang dianalisa akan memiliki absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan
standar. Jika kita berasumsi bahwa kalibrasi tetap linier pada konsentrasi yang lebih
tinggi (Skoog,1996).

Cara kerja spektrum uv-vis sama dengan spektronik 20 pertama-tama


nyalakan alat spektronik 20 dengan menekan on. Biarkan kurang lebih 15 menit
untuk memanaskan alat. Pilih panjang gelombang yang akan digunakan dengan cara
memutar tombol pengatur panjang gelombang. Mengatur meter ke pembacaan 0% T
dengan memutar tombol pengaturannya. Masukan larutan belangko biasanya aquades
dalam tabung khusus ke tempat cuplikan yaitu untuk mengkalibrasikan. Atur meter
ke pembaca 100% T dengan memutar tombolnya. Ganti larutan belangkonya dengan
larutan cuplikan dan baca absorbansi atau persen transmitansi yang ditunjukkan oleh
jarum pada pembaca A/T.(Khopkar, 1990)

Perlakuan pada percobaan ini yang pertama-tama yaitu menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Langkah utama yang dilakukan yaitu mengaktifkan alat
spektronik 20 dan mengatur panjang gelombang yang dikehendaki suatu larutan. Lalu
mengatur posisi jarum penunjuk pada angka 0% T dengan cara memutar zero control.
Hal ini dilakukan agar pada saat pengukuran panjang gelombang suatu larutan, nilai
% T yang diberikan sesuai atau tepat. Kemudian mengkalibrasi alat spektronik 20
dengan cara memasukkan aquades dalam kuvet dan menempatkannya pada sample
compartement. Fungsi dilakukan kalibrasi yaitu untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur  dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar
nasional untuk satuan ukuran atau internasional. Selanjutnya, mengatur lagi posisi
jarum penunjuk pada angka 100% T dengan cara memutar transmitansi atau
absorbansi control. Setelah itu, mengeluarkan kuvet yang berisi aquades dan
memasukkan sampel larutan (Khopkar, 1990)

Perlakuan pada percobaan ini yaitu mengukur nilai absorbansi pada larutan
K2CrO4 0,05 M. Dapat diketahui nilai absorbansinya pada panjang gelombang 420-
500 nm, dengan nilai absorbansi berturut-turut yaitu 0,08, 0,82, 0,67, 0,55, 0,39, 0,26,
0,167, 0,107, 0,07. Hasil yang di peroleh pada larutan K 2CrO40,05 M yaitu berwarna
kuning dengan warna yang diserap berwarna biru. Dengan panjang gelombang
maksimum yaitu 0,88 pada panjang gelombang 420 nm.

Perlakuan selanjutnya yaitu larutan CoCl2 . 6H2O 0,05 M. Dapat diketahui


nilai absorbansinya pada panjang gelombang 470-510 nm, dengan nilai absorbansi
berturut-turut yaitu 0,167, 0,22, 0,24, 0, 25, 0,25. Hasil yang di peroleh pada larutan
CoCl2 . 6H2O yaitu berwarna merah dengan warna yang diserap berwarna hijau.
Dengan panjang gelombang maksimum yaitu 0,25 pada panjang gelombang 500-510
nm.

Perlakuan selanjutnya yaitu larutan CuSO4 0,01 M. Dapat diketahui nilai


absorbansinya pada panjang gelombang 560-620 nm, dengan nilai absorbansi
berturut-turut yaitu 0,107, 0,04, 0,045, 0,096, 0,06, 0,06, 0,08. Hasil yang di peroleh
pada larutan CuSO4 yaitu berwarna biru dengan warna yang diserap berwarna jingga.
Dengan panjang gelombang maksimum yaitu 0,107 pada panjang gelombang 560 nm.

Perlakuan selanjutnya yaitu larutan KMnO4 0,0005 M. Dapat diketahui nilai


absorbansinya pada panjang gelombang 480-580 nm, dengan nilai absorbansi
berturut-turut yaitu 0,95, 1,22, 2, 2, 2, 2, 2, 1,69, 1,39, 1,04, 0,79. Dan hasil yang di
peroleh pada larutan KMnO4 yaitu berwarna ungu dengan warna yang diserap
berwarna kuning dengan panjang maksimum yaitu 2, pada panjang gelombang 500-
540 nm.
Adapun yang mempengaruhi molar absorbsinya ini adalah konsentrasi yang
masing-masing dimiliki oleh keempat larutan dimana makin kecil konsentrasinya
maka daya molar absorbsinya makin besar, begitupula sebaliknya. Selain itu, juga
dipengaruhi oleh atom pusat yang memiliki konfigurasi terluar antara s 1 dan d1 serta
juga dipengaruhi oleh ligan-ligan yang mengikat atom pusat, dimana ligan-ligan ini
mempunyai kekuatan medan yang berbeda-beda. Ketika cahaya dengan panjang
berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya
dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul
yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada
hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul
dapat berpindah (tereksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai
suatu energi (Aeni, 2012).

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini
disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah
maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat
hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada
energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio. Dari percobaan ini
juga dapat diketahui sifat-sifat yang dimiliki oleh logam transisi yaitu antara lain
menghasilkan warna, memiliki bilangan oksidasi yang tinggi, dan dapat membentuk
ion/senyawa kompleks (Aeni,2012).

Sinar (cahaya) dari sebuah frekuensi tertentu menyebabkan eksitasi elekron


diserap, dan kelebihhan cahaya yang ditrasmisikan. Kapanpun suatu cahaya diserap
pada daerah tampak, cahaya yang ditransmsikan adalah berwarna. Peroses ini
berhubungan dengan orbital logam yang menyebabkan terjadinya adsorpsi dalam
senyawa kompleks menurut prinsip transfer muatan. Transfer muatan muncul dari
transisi antara orbital yang secara prinsip kedua logam dan orbital adalah orbital ligan
yang besar. Sinar dari sebuah frekuensi tertentu menyebabkan eksitasi elektron
diserap, dan kelebihan cahaya yan ditransmisikan. Berikut bagan dari
spektrofotometer UV-Vis (Staf Pengajar kimiaAnorganik Fisik, 2017).

Percobaan ini, alat yang digunakan adalah spektronik 20. Spektronik 20


adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang gelombang 340-700 nm. Alat ini
hanya dapat mengukur absorbansi dengan sampel larutan yang berwarna (Visible).

5 6

3 4

1 2

Adapun komponen alat spektronik 20 yaitu, antara lain: 1). Power switch atau
zero control, berfungsi untuk menghidupkan alat (yang ditunjukkan oleh nyala lampu
pilot lamp) dan pengatur posisi jarum penunjuk (meter) pada angka 0% T pada saat
sample compartement kosong dan ditutup. 2). Absorbansi control, berfungsi untuk
mengatur posisi jarum meter pada angka 100% T pada saat kuvet berisi larutan
blanko berada dalam sample compartement dan ditutup. 3). Sample compartement,
berfungsi untuk menempatkan larutan dalam kuvet pada saat pengukuran. Selama
pembacaan, sample compartement harus dalam keadaan tertutup. 4). Wavelength
control, berfungsi untuk mengatur panjang gelombang yang dikehendaki yang terbaca
melalui jendelah sebelahnya. 5). Pilot lamp berfungsi untuk mengetahui kesiapan
instrumen. 6). Meter berfungsi untuk membaca posisi jarum penunjuk absorbansi atau
transmitansi.(Khopkar,1990).
Pada dasarnya, analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis memiliki
dasar hukum. Hukum yang mendasari Spektrofotometer UV/Vis yaitu bila suatu sinar
monokromatis dilewatkan padai suatu media yang transparan, maka bertambah atau
turunnya intensitas sinar yang di teruskan/dipancarkan/ditransmisikan sebanding
dengan bertambah tebal dan kepekatan dari media tersebut (Khopkar, 1990).
Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap
dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi
yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah
tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektra
dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif.
Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan
banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif ( Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2017).

Hukum yang mendasari Spektrofotometer UV-Vis adalah hukum Lambert-


Beer “bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada suatu media yang transparan,
maka bertambah atau turunnya intensitas sinar yang
diteruskan/dipancarkan/ditransmisikan sebanding dengan bertambah tebal dan
kepekatan dari media tersebut”. Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan
linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik
dengan transmitan (Aeni,2012).

Adapun syarat-syarat analisis dalam spektofotometer UV-Vis adalah larutan


yang dianalisis merupakan larutan berwarna, apabila larutan yang akan dianalisis
merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih
dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur dengan menggunakan
lampu UV. Kemudian, panjang gelombang yang digunakan adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panjang
gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang
tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling
besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva
absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila
dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali. Selain itu,
kalibrasi Panjang gelombang dan absorban juga merupakan salah satu syarat analisis
spektofotometer tersebut (Underwood,1998).

Perbedaan antara spektrometer UV dengan spektrofotometer Visible dapat


dilihat dari syarat sampel dan sumber cahaya yang digunakan. Pada spektrofotometer
UV menggunakan sumber cahaya yaitu lampu gas hidrogen atau deuterium.
Sedangkan pada spektrofotometer Visible menggunakan sumber cahaya yaitu lampu
tungsten. Syarat sampel pada spektrofotometer UV yaitu sampel dalam larutan
menyerap sinar UV (180-350 nm), molekul senyawanya memiliki ikatan rangkap atau
elektron nonbonding dan larutan bening dapat tidak berwarna. Sedangkan syarat
sampel pada spektrofotometer Visible yaitu sampel dalam larutan menyerap sinar
tampak (350-770 nm), larutan sampel harus bening dan berwarna dan pelarut tidak
menyerap sinar tampak (Aeni,2012).

Hubungan absorbansi dan transmitansi. Absorbansi merupakan banyaknya


cahaya atau energy yang diserap oleh partikel-partikeldalam larutan, sedangkan
transmitansi merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan.
Hubungan absorbansi dengan transmitansi dapat dinyatakan dengan persamaan: ( A=
-log T ) = ( log P0/P Ket : A = Absorbansi, T = Transmitansi, P0 = Cahaya sebelum
melewati larutan, P = Cahaya sesudah melewati larutan dan hubungan absorbansi
dengan transmitansi berbanding terbalik ( Aeni,2012).
I. Grafik Hubungan Antara Panjang Gelombang dan Absorbansi (A)
1. Larutan K2CrO4 0,005 M.max

1
0.9
0.8
0.7
Absorbansi (A)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510
Panjang gelombang (λ)

2. Larutan CoCl2 . 6H2O 0,05 M

0.3

0.25

0.2
Absorbansi (A)

0.15

0.1

0.05

0
465 470 475 480 485 490 495 500 505 510 515
Panjang gelombang (λ)
3.Larutan CuSO4 0,005 M
0.12

0.1

0.08
Absorbansi (A)

0.06

0.04

0.02

0
550 560 570 580 590 600 610 620 630
Panjang gelombang (λ)

4 Larutan KMnO4 0,0005 M


2.5

2
Absorbansi (A)

1.5

0.5

0
460 480 500 520 540 560 580 600
Panjang gelombang (λ)

Anda mungkin juga menyukai