Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MULOK

1. Etnis atau suku merujuk pada kelompok manusia yang memiliki kesamaan karakteristik
budaya, bahasa, sejarah, asal usul, dan seringkali ciri fisik tertentu. Konsep etnis atau
suku melibatkan identitas bersama di antara anggotanya dan dapat mencakup berbagai
elemen seperti tradisi, kepercayaan, adat istiadat, dan nilai-nilai yang diwariskan dari
generasi ke generasi.

Secara umum, etnis atau suku bisa terkait dengan keanggotaan kelompok yang lebih
besar dalam masyarakat, dan orang-orang dari suku yang sama seringkali merasa
memiliki ikatan kebersamaan yang kuat. Keanggotaan dalam suku dapat ditentukan
oleh faktor-faktor seperti bahasa yang digunakan, leluhur bersama, wilayah geografis
tertentu, atau aspek-aspek lain dari identitas budaya.

Penting untuk diingat bahwa konsep etnis atau suku bersifat kompleks dan dapat
bervariasi di berbagai konteks dan masyarakat. Identitas etnis seringkali memainkan
peran penting dalam membentuk cara individu dan kelompok mengidentifikasi diri
mereka sendiri dan berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat.

Tenun Ikat Kabupaten Sikka

Salah satu aspek kebudayaan Sikka yang menonjol adalah seni tenun ikat. Bagi para penenun
/ seniwati Sikka, seni tenun adalah sebuah faktor pengembang daya kreasi mereka. Seperti
umumnya wilayah-wilayah di Pulau Flores, seni tenun Sikka memiliki berbagai motif dan
ragam hias geometris. Disamping sebagai sebuah seni, Motif dan ragam hias geometris pada
tenunan ikat memiliki nilai religio magi yang didasarkan pada pola pikir dan tatakepercayaan
serta tata kebiasaan nenek moyang sehingga memiliki kekuatan suci dan sakti dengan dasar
spiritual yang kuat ( P. Sareng Orin Bao ( Pater Piet Petu, SVD ) Dalam Buku “ Seni Tenun
Suatu Segi Kebudayaan Orang Flores ” ). Dengan keyakinan bahwa tenunan ikat adalah
kegiatan religius melalui pemilihan motif dan ragam hias, maka tenunan ikat diyakini memiliki
daya sakti luar biasa walaupun tidak masuk akal.

Motif yang ditonjolkan dalam tenunan pada dasarnya adalah lukisan - lukisan yang serupa
dengan bentuk benda yang dilukiskan, yaitu manusia, binatang, dan tumbuhan yang memiliki
nilai religio magi. Sedangkan ragam rias geometris adalah unsur baru yang memperkaya motif
tenunan, yang merupakan unsur dekoratif yang menonjolkan segi estetis untuk memperindah
tenunan. Ragam geometris yang dipadukan dengan motif tenunan biasanya berupa bentuk
kotak-kotak, gambar matahari atau bintang.

Untuk memperkukuh tanggapan sekitar aspek religio - magi dalam seni tenun, dikemukakan
lagi pendapat ilmiah dari Drs. Mahjunir sebagai berikut :

Semakin jauh kita menalaah sejarah kebudayaan umat manusia, semakin besar pula tingkat
hidup mereka terbungkus oleh religio-magi berupa tanggapan-tanggapan bahwa setiap benda
mempunyai kekuatan magi tertentu. ( Drs. Mahjunir. Antropologi, 1967, hal 182 ). Dengan
demikian jika menyebut alat-alat kebudayaan material seperti kain sarung, gong, kris, maka
sebenarnya alat-alat itu adalah alat - alat religio - magi.

Tenun ikat masyarakat Kabupaten Sikka merupakan tenunan asli yang bermutu tinggi dengan
nilai spiritual yang tinggi. Kain tenunan ( sarung ) dalam masyarakat Sikka Krowe
dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu utang, yang diperuntukan bagi kaum perempuan, dan
lipa, untuk kaum pria. Umumnya tenunan ikat ini dikerjakan oleh kaum perempuan atau para
seniwati yang memiliki keahlian yang tinggi yang diwarisi secara turun temurun. Secara
tradisional tenunan ikat ini terbuat dari benang kapas pohon dengan melewati proses kerja yang
panjang dan membutuhkan waktu yang lama. Proses pengerjaannya menggunakan berbagai
jenis alat kerja tradisional sesuai dengan tahapan dan fungsinya. Alat kerja yang digunakan
dalam pembuatan tenunan ikat ini adalah hasil kreasi seniman lokal yang memiliki unsur dan
nilai artistik yang berkualitas dan menunjukan tingkat peradaban budaya leluhur yang tinggi.
Setiap alat dan tahapan kerja selalu menggunakan istilah khusus dalam bahasa Sikka.

Secara filosofis kultural tenunan ikat sangat menyatu dengan masyarakat Sikka Krowe. Tidak
mengherankan pada saat anak perempuan memasuki rumah tangga selalu ada pesan-pesan
kultural dalam bentuk syair adat seperti ini :

Au du’a ba’a gi’it meti lepo

Du’a deri jata kapa, jata kiok manu koko,

Du’a deri moru lorung, tuang rek wilo-walong,

Moru beli la’ing meng,

Lopa ‘utang biha kletang beta.

terjemahan bebas artinya :

Ibu memintal benang saat ayam berkokok

Menenun sarung dengan alat tenun yang baik

Untuk suami dan anak

Semoga sarung tidak rabik

Lampin tidak putus.

( Syair adat tentang tanggung jawab seorang ibu dalam rumah tangga / keluarga )

Berikut akan diuraikan tahapan dan cara kerja tenunan ikat Sikka beserta ragam motif sarung
yang dominan di Kabupaten Sikka.

A. Mengenal pohon kapas

Pohon kapas sudah dikenal masyarakat dunia Sejak berabad-abad lalu. Sejakpohon kapas
ditanam dan dipelihara oleh masyarakat Kabupaten Sikka dari dahulu kala daripadanya
mulai dikerjakan benang tenun dan tenunan. Masyarakat Sikka Krowe mengenal pohon
kapas dengan sebutan‘ai kapa dan biji kapas disebut kapa werang. Menanam biji kapas
disebut nona kapa. Bila pohon kapas berbuah disebut kapa wuang. Saat buah kapas sudah
tua dan kering disebut kapa du’ur. Memetik kapas disebut pupu kapa. Mengeluarkan putih
kapas dari kulitnya disebut Huwe kapa.
Masyarakat Kabupaten Sikka tidak mengerjakan kebun kapas secara khusus, kapas ditanam
saja di antara tanaman ladang. Pohon kapas hanya menghasilkan selama satu musim, yaitu
musim kemarau. Setelah kehabisan daya berbuah, maka pohon kapas akan kering lalu mati.

B. Tahapan dan cara mengerjakan

Tahap dan cara pengerjaan tenunan ikat adalah sebagai berikut :

1. Namit Kapa dan Ngeung Kapa

Namit kapa dan ngeung kapa adalah proses menggencet biji kapas atau mengeluarkan
biji kapas. Namit kapa adalah proses mengeluarkan biji kapas dengan jari tangan.
Sedangkan Ngeung kapa adalah menggencet atau mengeluarkan biji kapas
menggunakan alat yang disebut Ngeung atau keho.

Ket Foto 1. Namit Kapa dan Ngeung Kapa

2. Wera Kapa / Tutu Kapa

Memukul - mukul dan membolak - balikan kapas agar kapas menjadi lembek sehingga
mudah dibersihkan dari kotoran. Cara kerja ini dilakukan secara gotong - royong oleh
wanita-wanita. Wera kapa dilakukan di tikar yang dialasi dengan daun pisang kering
agar tikar tidak kena tanah dan kotor.

3. Po’ok Kapa

Yaitu memotong dan membagi-bagi kapas yang bersih dalam onggok besar dan kecil.

4. Lepet Kapa

Melipat kapas yang bersih dalam bentuk persegi empat.

5. Ogor Kapa
Membuat gulungan-gulungan kapas yang berukuran sebesar ibu jari orang dewasa.
Panjang gulungan antara 10 -12 cm. Gulungan - gulungan ini digunakan saat memintal

benang.

Ket Foto 5. Ogor Kapa

6. Jata Kapa

Jata kapa adalah proses memintal benang kapas dengan menggunakan alat kerja yang
disebut jata. Pekerjaan memintal dilakukan para seniwati dengan keterampilan dan
dedikasi yang tinggi. Keahlian dan dedikasi mereka ini disanjung dengan ungkapan syair
indah sebagai berikut :

Du’a ata nulung

Jata kiok manu koko

Tawang du’a baimuring

Hogor matang kokong bowo

artinya :

Hebatnya wanita zaman dulu

Menggiatkan jantra kala ayam berkokok

Menyesalkan wanita zaman kini

Bangun tidur mata membengkak


Syair ini tidak saja memuji dedikasi kerja kaum wanita zaman dulu, tapi juga mencela
sikap acuh tak acuh dari wanita zaman sekarang dalam kerja memintal benang,
sertalebih bermental rekreasional dan santai.

7. Plihur Kapa / Wolot Kapa

Yaitu memutar-mutar benang kapas hasil memintal dalam bentuk gelendong atau wolot.
Alat yang digunanakan disebut ‘ai wolot.

8. Go’ang Perung

Adalah proses merentangkan benang secara teratur pada alat perentang yang disebut
daong. Pekerjaan go’ang dilakukan oleh dua orang ibu dengan saling memberi dan
menerima benang gelendong (wolot). Pekerjaan ini diteruskan sampai selesai untuk
dimulai proses ikat.

9. Pete Perung

Ialah menata motif dan ragam hias geometris pada benang yang direntangkan dengan
cara mengikat berdasarkan jenis motif yang dipilih. Bahan ikat yang digunakan adalah
tebuk atau daun gewang yang sudah tua dan kering. Pilihan tebuk sebagai bahan ikat
karena daun ini jenis bahan yang kuat dan awet saat terkena air sehingga tidak merembes
pada saat pewarnaan. Ketrampilan mengikat dilakukan oleh ibu - ibu dengan tingkat
keahliaan yang tinggi serta daya ketelitian dan konsentrasi yang hebat, karena dari ikatan
ini akan melahirkan bentuk, serta motif dan ragam geometris sarung yang indah dan
berkualitas setelah tenun.

10. Koja Gelo

Adalah proses pewarnaan benang dengan cara mencelupkan benang dalam adukan
minyak kenari dan minyak kemiri agar benang tetap awet. Pada tahap koja gelo warna
benang akan menjadi putih pucat. Setelah dikeringkan benang ini akan disimpan lama
dalam tempat khusus dianyam dari daun lontar yang disebut sodu hora.

11. Hewor Bur Loba

Adalah proses pewarnaan lanjutan dimana benang akan dicelupkan pada larutan akar
mengkudu yang dicampur dengan kuning loba, semacam tepung dari jenis semak
berwarna kuning keras dan melarut. Proses pewarnaan dengan larutan mengkudu akan
menghasilkan benang yang berwarna alamiah merah mengkudu.
12. Ebor Tarung

Adalah proses pewarnaan menggunakan larutan nila dengan cara benang dicelupkan
atau direndam dalam periuk tanah yang sudah diisi dengan daun dan ranting muda nila
secukupnya. Proses ini akan menghasilkan benang berwarna hijau atau da’ang linok,
jika dicelupkan pada larutan sari biru nila.Untuk menghasilkan warna hitamdigunakan
zat nila hitam.

13. La’a Waler dan Wiha Perung

Adalah membuka ikatan (la’a waler) dan menguraikan benang (wiha perung) yang
sudah diproses pewarnaannya. Pada tahap ini akan sangat kelihatan warna-warni benang
dengan motif dan ragam hias geometrisnya.
14. Sipe Perung

Selanjutnya sipe perung, yaitu benang yang sudah dibuka dan diurai dipasang pada
daong widong atau bingkai perentang, lalu diklem dengan rautan bambu untuk menjaga
bentuk asli dari motif dan ragam hias geometris.

15. Gahi Ara / Gahi Mage

Adalah campuran nasi dan lumatan asam yang dimasak agak lengket yang dioles pada
benang sesudah diklem atau sipe agar benang tetap tegang dan kuat.

16. Loru Utang

Loru utang adalah proses menenun untuk menghasilkan sebuah tenunan ikat atau sarung.
Tahapan menenun dilakukan secara profesional oleh para penenun dengan tingkat
konsentrasi dan penuh hati-hati. Proses menenun dilakukan dengan seperangkat alat
kerja tradisional yang komplit, terdiri dari ‘ai lorung, pine, pati, ekur, boleng, dan
legung.
C. Jenis sarung / tenunan ikat Kabupaten Sikka

1. Utang Moko

Yaitu tenunan ikat yang memiliki warna dominan hitam nila, dan ditata dengan beberapa
jenis ragam rias geometris.

2. Utang Atabiang

Adalah jenis sarung ikat dengan selang-seling motifskematis manusia laki-laki dan
perempuan sebagai lambang suami istri dan lambang kesuburan.
3. Utang Jarang Atabiang

Jenis sarung hitam nila dengan motif kuda dan manusia, dimana manusia mengendarai
atau berdiri di samping kuda hendak menunggang. Penataan ini sejalan dengan
kepercayaan nenek moyang, dimana kuda dianggap sebagai kendaraan yang menjemput
arwah-arwah untuk membawanya ke alam baka.

4. Utang Korasang Manuwalu

Adalah sarung yang bermotifkan jantung atau hati dan 8 ayam.Kata korasang adalah
sebuah kosa kata Portugis, dari kata coracao, yang artinya jantung atau hati yang
melambangkan cinta. Pada motif ini ditampilkan dua pasang ayam jantan dan betina
tatap muka bertemu kaki, dimana tiap ayam dewasa mencotok sesuatu untuk memberi
makan kepada anak ayam belum dewasa. Disamping itu ada dua anak ayam remaja
berada dibelakang ayam dewasa jantan dan betina, pertanda akan meninggalkan induk
tanda dewasa. Lukisan ini mempunyai nilai pedagogis, dimana ditampilkan dedikasi
yang besar orang tua bagi anak-anak dalam pengawasan dan perlindungan. Sedangkan
bagi anak yang dewasa dibutuhkan sikap bijak dan lunak.
5. Utang Lea Manu Kesik

Adalah sarung bermotif ayam kecil. Motif - motif menggambarkan pasangan ayam, satu
membuahi yang lain. Sarung ini melambangkan kesuburan.

6. Utang Manu Dading

Sarung dengan motif ayam sambung-menyambung. Pola ini dibentuk dari pasangan 12
ayam. Dilukiskan empat pasangan 8 ayam di mana ayam jantan mengulur paru
mencotoki yang betina, sedangkan ayam betina membelakangi. Lukisan ini
melambangkan prinsip hidup suami istri.
7. Utang Korasang Doberadu

Adalah jenis sarung dengan pengaruh portugis. Istilah korasang berasal dari kosa kata
Portugis, coracao, yang artinya jantung atau hati, sedangkan doberadu yang juga istilah
Portugis, yang artinya terpecah atau berlipat-lipat. Pada motif ini terdapat 8 ekor ayam
temu kaki dan hadap muka, memandang ke satu benda berbentuk bela ketupat kecil.
Motif ini mengandung pesan positif dan negatif dalam kehidupan berumah tangga bagi
suami istri. Apabila suami istri saling hidup teratur, mencintai dan menghargai maka
akan mendatangkan kesuburan dan kebahagiaan. Jika sebaliknya maka akan
mendatangkan perpecahan.

8. Utang Kelang Agi Pelikanu

Adalah jenis sarung hitam nila dengan motif lukisan pohon dan burung. Nama burung
agi atau manu agi merupakan jenis burung khas Sikka Krowe yang dianggap angker,
sedangkan pelikanu adalah pengaruh Portugis,Pelicano, yaitu jenis burung suci
pelambang Kristus dan khas kristiani. Lukisan ini menampilkan suatu inkulturasi
Kristiani. Dalam lukisan simbolik kristen, pelikan ditampilkan sementara menyuapi
anak-anaknya yang kelaparan. Jadi pelikanu melambangkan cinta kasih ilahi Kristus
yang berkorban bagi manusia.Pada dasarnya motif figuratif malaekat, burung disebut
kelang surat atau kelang suster, merupakan ciri inkulturasi kristen hasil pekerjaan
tangan seniwati tamatan susteran Lela.
9. Utang Sese We’or

Yaitu sarung bermotif burung murai, berwarna hitam nila. Motif-motif burung
dilukiskan berpasang, dan sili berganti jantan betina berhadap muka. Motif ini
melukiskan tata kehidupan yang rukun dan produktif bagi laki-laki dan perempuan atau
suami istri.

10. Utang Bola

Adalah nama sarung ikat seniwati Bola. Sarung ini kategori sarung hitam nila. Pola
sarung terdiri dari ragam rias geometri bela ketupat bersisi 6 dalam satu persegi empat.
11. Utang rempe Sikka

Rempe Sikka merupakan jenis sarung paling bermutu yang dikerjakan dengan
dedikasi besar oleh seniwati dan dihiasi mewah. Sarung ini menggunakan penataan
warna merah mengkudu. Sarung rempe Sikka terdiri dari beberapa jenis, yaitu Rempe
Sikka kelang medeng, yang menggunakan motif sulur tumbuhan dengan lingkaran
yang dibina oleh empat diagonal yang tidak kena- mengena. Kata medeng adalah
sebutan dari kata Jawa medem, yang artinya kuntum yang hampir merekah.

Utang naga lalang, yaitu sarung dengan ragam hias geometris jejak naga. Terlukis
delapan jari naga. Motif naga ini pada umumnya diturunkan dari lukisan naga pada
keramik Cina. Ceritera Cina lukisan jari-jari naga mengandung pertanda baik.

Utang Rempe Sikka

Rempe Sikka kelang Utang Naga Lalang

12. Utang Mawarani

Adalah sarung motif bintang kejora yang melambangkan harapan dan keberuntungan
bagi keluarga. Filosfis dasarnya adalah bintang kejora selalu menjadi pedoman dan
petunjuk bagi pelaut utuk berlayar saat malam dan bagi petani ketika menjelang pagi
untuk ke kebun.
13. Utang nenan merak

Yaitu jenis sarung dengan penataan warna merah hati ayam yang dominan, hasil karya
seniwati Krowe Tana Ai di bagian timur Kabupaten Sikka.Sarung ini ditatai ragam
hias geometris bela ketupattemu sisi, melambangkan binatang rayap temu sisi,
misalnya kadal, tokek.

14. Nai

Adalah sarung hasil karya seniwati Palue. Penataan sarung ini adalah adalah ragam hias
geometris kecil-kecil tetapi rapi dan segar. Ragam hias utamanya bela ketupat, segi tiga
kecil, sisir, blok-blok. Pada umumnya ragtam hias geometris ini suatu penggayaan
motif binatang yaitu tokek, kadal, buaya.
Sarung Nai Wanita
Sarung Nai Pria

15. Lipa Prenggi

Lipa prenggi merupakan karya tenunan ikat seniwati Sikka untuk kaum pria masyarakat
Sikka Krowe yang bernilai estetika tinggi.Suatu kebanggaan bagi para pemuda dan
kaum tua kala mengenakan lipa prenggi pada moment-moment penting misalnya
pernikahan, upacara adat, penyambutan tamu dan seremoni-seremoni lainnya. Lipa
prenggi di Sikka dipengaruhi oleh budaya india seiring dengan perkembangan kain
patola di wilayah Nusa Tenggara.
D. Alat Kerja Tenunan Ikat

Anda mungkin juga menyukai