Anda di halaman 1dari 12

BUDAYA MELAYU

“SENI BUDAYA ANYAMAN BAMBU”

Di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah budaya melayu

Di Susun Oleh:
MUHAMAD SAFFRIZAL (182319557)

Dosen Pembimbing:

AHMAD ILHAM M.PD

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


BENGKALIS JURUSAN SYARIAH DAN
EKONOMI ISLAM PRODI PERBANKAN
SYARIAH
TP.2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat serta nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Seni Budaya Anyaman Bambu”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata Kuliah Budaya Melayu.
 Kami sangat sadar, makalah ini tidaklah sempurna, kami minta maaf
apabila terdapat kesalahan pada setiap bagiannya, karena kami masih dalam
proses pembelajaran.
Saya  berharap dengan adanya makalah ini, tersimpan manfaat atau pun
hikmah yang dapat dipetik untuk dijadikan pembelajaran hidup bagi penulis dan
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang Masalah

            Seni anyam sudah ada sejak dahulu kala, hingga sekarangpun masih akrab
dalam kehidupan masyarakat. Bahkan hampir di seluruh nusantara terdapat home
industri pengrajin barang anyam-anyaman. Maka bisa dikatakan seni anyam termasuk
kategori warisan budaya yang harus dilestarikan.
Hal demikian, sangatlah bertolak belakang dengan kondisi keberadaan di desa Jepang
Pakis. Akhir-akhir ini perkembangan di desa tersebut mengalami penurunan dari
tahun ke tahun, sehingga hal tersebut tentu sangat mempengaruhi baik dari segi
budaya maupun dari perekonomian masyarakat, akibatnya berbagai barang kerajinan
anyaman semakin tergeser kedudukannya dari pasaran.
            Kebudayaan yang timbul merupakan kebudayaan yang diturunkan secara
turun temurun, yang dapat dikatakan sebagai kearifan  lokal, kebudayaan yang
terdapat di Indonesia memiliki karakter yang berbeda sesuai adat dan aturan yang
berlaku di masyarakat, Salah satu tradisi budaya yang telah berkembang secara
turunntemurun yaitu adalah kerajinan anyaman, anyaman merupakan suatu produk
yang dihasilkan dari kegiatan mengatur bilah-bilah seperti pandan, bambu, dan bahan
lainnya tindih menindih atau silang  menyilang.
Dalam perkembangan anyaman, tidak adanya pewarisan formal ilmu
menganyam dan kurangnya dokumentasi mengenai pola anyaman di Rajapolah
merupakan salah satu bukti kurangnya pelestarian dan kecintaan kita terhadap budaya
Indonesia. Banyak pengrajin membuat motif anyaman hanya karena mengejar
keuntungan, banyak sekali motif anyaman Rajapolah yang tata cara penamaannya
didapat dari mengarang nama saja, sehingga banyak motif anyaman Rajapolah
dengan bentuk yang sama, beredar dalam satu tempat, tapi memiliki nama yang
berbeda. Jika hal ini dibiarkan maka anyaman Rajapolah tidak memiliki karakteristik
dan ciri khas, sehingga tidak menutup kemungkinan anyaman Rajapolah hanya akan
menjadi sesuatu yang biasa, dan hal ini mungkin akan menjadi suatu masalah di
kemudian hari seperti batik yang diklaim oleh negara lain karena menjadi sesuatu
yang biasa bagi kita.

2 Rumusan Masalah
1.       Apa pengertian seni anyaman bambu
2.       Bagaimana sejarah anyaman bambu
3.      Bagaimana proses pembuatan anyaman bambu
4.       Apa jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
5.      Mengapa bambu digunakan dalam anyaman
6.      Apa contoh contoh anyaman bambu
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian anyaman bambu
2.      Mengetahui sejarah anyaman bambu
3.      Mengetahui proses pembuatan anyaman bambu
4.      Mengetahu jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
5.      Mengetahui alasan bambu digunakan dalam menganyam
6.      Mengetahui contoh contoh anyaman bambu
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Seni Anyaman Bambu                   


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia seni adalah keahlian membuat karya
yang bermutu dengan keahlian yang luar biasa, kesanggupan akal untuk menciptakan
sesuatu yang bernilai tinggi. (Hasan Alwi : 2002).
Adapun anyam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengatur,
tindih menindih dan silang menyilang, melakukan pekerjaan menganyam. Sedangkan
pengertian seni anyam merupakan kerajinan yang telah menyatu dengan kegiatan
sehari-hari masyarakat pedesaaan. (Didi Wiraatmaja : 2006 )

2. Sejarah Seni Anyaman Bambu


ada awalnya, seni anyam dipercayai sebagai seni kerajinan tangan yang
muncul dan berkembang tanpa adanya pengaruh dari luar. Pada zaman dahulu,
kegiatan menganyam ini dilakukan oleh kaum perempuan untuk mengisi waktu
senggang dan bukan sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan kaum perempuan ini
menghasilkan kerajinan tangan yang dijadikan alat untuk kebutuhan sendiri atau
sebagai hadiah untuk anak, saudara dan kerabat dekat sebagai tanda terima ksasih
atau kenang – kenangan.Motif anyaman adalah bukti kekayaan tradisi Indonesia.
Motif anyamn muncul karena adanya seni menganyam bamboo akan menjadi
barang-barang kerajinan. Kerajinan anyaman bamboo akan menghasilkan yang
berbeda. Semua motif yang muncul tergantung dari bentuk anyaman bamboo
yang dibuat.
Keahlian menganyam disebut sebagai keahlian asli orang melayu. Pendapat ini
diperkuat dengan ditemukannya tembikar dan tempat tinggal yang terbuat dari
anyaman.
Sejarah anyaman di Indonesia, merupakan masalah yang masih diperdebatkan sampai
sekarang. Ada 2 teori mengenai awal mula masuknya keahlian menganyam di
Nusantara. Teori pertama adalah menganyam merupakan keahlian asli dari orang
melayu termasuk Indonesia, teori ini diperkuat dengan ditemukannya tempat tinggal
dan tembikar yang terbuat dari anyaman. Hal ini tidak dimiliki di daerah lainnya, ada
beberapa fakta mengenai.
1.    Pada jaman dahulu anyaman merupakan pekerjaan para wanita, dan bukan sebagai
mata pencarian, namun sebagai pengisi waktu senggang.
2.    Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia
tidak mahir dalam seni anyaman.
3.    Anyaman dahulu hanya alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai hadiah, dan sebagai
kemasan sebagai hantaran saat berkunjung pada sahabat atau keluarga.
4.    Beberapa anyaman dibuat dengan bentuk yang sangat besar, yang digunakan sebagai
alat saat bepergian untuk menyimpan pakaian barang dagangan, serta pada jaman
penjajahan digunakan untuk menyimpan senjata yang akan diselundupkan.
Menurut sejarah, para pengikut Sunan Gunung Jati mengajarkan berbagai kerajinan
tangan untuk  menarik minat masyarakat untuk memeluk Islam, ternyata dengan cara
ini perkembangan Islam sangat pesat hingga tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Ki Tegalmantra (murid Sunan Gunung Jati) yang telah mengajarkan teknik anyam-
anyaman kepada masyarakat Cirebon.
Bahkan Desa Tegalmantra dan Tegalwangi tempat dimana Ki Tegalmantra
menyebarkan agama Islam, dikenal sebagai sentra industri kerajinan anyaman
terbesar di Jawa. Di daerah Jawa Barat daerah Rajapolah, Tasikmalaya, dan Garut
merupakan penghasil dari kerajinan anyaman yang dikenal oleh wisatawan domestik
dan internasional.

3. Proses Pembuatan Anyaman Bambu


Pengolahan bambu untuk anyaman adalah dengan menebang pohon bambu,
kemudian diraut dan dihaluskan baik kulit maupun isi, lalu dikerigkan dan kemudian
dianyam. Bambu yang sudah diolah dapat dipergunakan untuk membuat apa yang
diinginkan perajin,seperti pembuat raga dan peralatan menangkap ikan seperti lukah,
belat, sangkar/sangkar ayam,sangkar burung, penampi bersa dan sebagainya.
Disamping itu, cara pembuatan anyama bambu yang lain, yang merupakan inovasi
produksi perajin adalah
·    Bambu yang dipergunakan adalah bambu dewasa berukuran besar dan sama
panjang ruasnya.
·    Dilakukan pembekahan atau dibelah dan diserut hingga tipis lalu dijemur hingga
kering
·    Bambu yag tipis dibetuk dengan meganyam dan diikat dengan rotan yang sudah
diraut halus
·    Pekerjaan akhir adalah memberi zat pengkilat dengan meggunakan vernis atau
pelitur
Di Kabupaten Kuantan Singigi anyaman bambu ini sudah dikembagkan
sebagai suatu usaha kerajinan membuat barang-barang yang bersifat aksesoris yang
dekoratif. Produknya antara lain tempat buah, tempat tisu, kap lampu, dan sebgainya.
Di Desa Petapahan, Kabupaten Kampar, cara mengolah bambu untuk
pembuatan tudung saji mempunyai cara tersediri yaitu :
·    Batang bambu yang diperluka adalah yang masih muda, berdiameter besar dan
beruas panjag.
·    Pohon di tebang dan di kerat-kerat sesuai ukura ruasya.
·    Bagian luar da daging bambu dibuang sehingga tinggal dibagian dalam yag telah
tipis.
·    Bagian yang tipis ini di panaskan di perapian sehingga sebagian dalam bambu
yang lain licin menjadi paring dan terkelupas dengan sendirinya.
·    Kemudian bambu dibelah sehingga menjadi lembaran yag tipis.
·    Lembaran yang tipis/paring itu dicuci dan dijemur degan panas matahari sampai
kerig agar menghasilka bentuk melengkung.
·    Setelah kering, paring tersebut dikerat-kerat sesuai dengan ukura tudung sajai
yang diinginka.
·    Paring disususun bertinding atau berlapis dan dijahit satu sama lainnya dengan
menggunakan kolindang benang hingga terbentuk bulatan cekung.
·    Pada bagian dalam dilapis dengan daun sangai mengikuti bentuk dari susunan
pahing yag sudah diikat dan di jahit.
·    Pada ujung sekeliling lingkaran diberi bingkai dari rotan yang sudah dikupas
kulitanya, da terbentuklah sebuah tudung saji.
·    Proses seterusnya adalah membuat lukisan dasar ornamet denga menggunkan alat
tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari lidi pohon enau. Sedangkan
bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan jelaga atau arag lampu
teplok/pelita.
·    Selesai diwarnai, maka jadilah tudung saji.

4 .Jenis Bambu yang Digunakan Untuk Anyaman


1.  Bambu Tali
Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya
mencapai tinggi 10-20 m, berwarna hijau terang sampai kekuning-kuningan.
Percabangan tidak besar. Panjang ruas bambu tali 45 cm – 65 cm dengan diameter
batang 5 cm – 8 cm. Batang bambu yang berumur 3 – 5 tahun memiliki tebal daging
dan kulit 3 mm – 15 mm(Morisco, 2005). Cabang primer tumbuh dengan baik yang
kemudian diikuti oleh cabang-cabang berikutnya. Pada buku-bukunya tampak adanya
penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang coklat kehitam hitaman yang
melekat. Pelepah buluhnya tidak mudah lepas dari buluhnya meskipun buluh sudah
tua (Sastrapraja et
cara pengolahan :
1.    Bambu dipotong-potong, dibuang bagian ruasnya .
2.    Buluh bambu kemudian dibelah belah dengan ukuran 1,5 cm dan dijemur dibawah
sinar matahari langsung selama kurang lebih satu hari. (Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan bambu yang mudah untuk disayat tipis)
3.    Setelah dijemur satu hari, bambu disayat tipis-tipis dengan ketebalan 1-2 mm.
4.    Sayatan tipis yang diperoleh, dijemur dibawah sinar matahri
5.    langsung sehingga diperoleh sayatan bambu yang cukup kering dan mudah untuk
dianyam tanpa menimbulkan kerusakan pada sayatan bambu (diperoleh kestabilan
dimensi sayatan bambu).
6.    Bambu yang telah disayat tipis, kemudian dianyam sehingga diperoleh dua jenis pola
anyaman bambu, yaitu pola anyaman kajang dan kepang yang umum digunakan
dimasyarakat. Anyaman dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan variasi dua
jenis bagian bambu yaitu kulit dan daging bambu.
5 Alasan Bambu Digunakan Untuk Anyaman
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di
batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur,
dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan
paling cepat karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, (Wikipedia). Beberapa
keunggulan bambu :
1.      Mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus.
2.      Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah
tanaman          sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa
menanam lagi.
3.      Secara fisik memiliki kelebihan yaitu serat panjang dan rapat, lentur tidak mudah
patah, dinding keras dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan bambu dalam
menyelesaikan masa pertumbuhan vegetatifnya merupakan tercepat dan tidak ada
tanaman lain yang sanggup menyamainya. Dari beberapa hasil penelitian, kecepatan
pertumbuhan vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm per 24 jam,
tergantung dari jenisnya. Sebuah keajaiban pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan
pada tanaman lain.
4.      Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan
tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.
5.      Memiliki ketahanan yang luar biasa, Sebagai contoh : rumpun bambu yang telah
dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom
sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih
bertahan hidup.

6 Contoh Contoh Anyaman Bambu


1. Bingga/tonda.
Dalam bahasa Indonesia disebut 'Bakul', Adalah anyaman ini terbuat dari batang
bambu yang sudah di potong, dibelah dan di iris sesuai ukurannya kemudian dianyam
sedemikian rupa hingga membentuk sebuah bakul.
Secara teknis, bakul bisa dibuat baik dalam ukuran yang besar ataupun kecil
sesuai keinginan pembuatnya. Manfaat dari bakul ini adalah bisa mengisi/menyimpan
benda - benda apa saja, seperti hasil komoditi dan lain sebagainya. Selain itu, dalam
tradisi adat seperti ‘posusa’ (partisipasi dan sumbangsi untuk keluarga besar), bakul
juga kerap digunahkan sebagai tempat menyimpan gabah atau beras untuk diantarkan
kepada penyelenggara acara misalnya perkawinan, kematian dan sebagainya. Salah
satu keunikan yang tidak akan pernah bisa ditiruh oleh masyarakat manapun didunia
adalah mana kala Para masyarakat menjunjung bakul dikepalanya meskipun tidak
dipegang, bakul itu seolah tidak mau beringsut dan tidak terjatuh dari kepala orang
yang sedang menjunjungnya. Suatu keunikan yang tidak terduga oleh siapapun,
memang hal ini terkesan enteng namun jika belum biasa, siapapun tidak akan bisa
meniruhnya.
2. Tapi 
Kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya Nyiru. Alat ini juga
terbuat dari Bambu yang dianyam dan bermanfaat untuk menampi/menyaring beras
supaya bisa dimasak. Kidhe juga sering dijumpai di daerah lainnya seperti pulau
Jawa, Sumatera, Bali dan lain - lain. Meski demikian, tentunya semua memiliki
bentuk dan kualitas yang sedikit berbeda tergantung pembuatannya. Beberapa dekade
terakhir, alat ini sudah berkembang dan dimodifikasi serta dibuat dengan plastik.
3. Toru
Dalam bahasa Indonesia disebut 'Topi'. Biasanya dibuat dari daun lontar yang
sudah dikeringkan. Masyarakat Sulawesi tengah kerap memanfaatkan topi untuk
melindungi kepala dari terik matahari. Model Topi yang dibuat bersayap lebar adalah
contoh yang dibawahkan bangsa Portugis di tanah Flores. Pada mulanya, jenis topi
yang bersayap lebar ini adalah terbuat dari kulit binatang oleh para Koboi Amerika
Latin beberapa abad yang lalu, hingga akhirnya dibuat dari daun Lontar oleh
masyarakat Sulawesi tengah sesuai dengan ciri khas masyarakat setempat. Dalam
kurun waktu beberapa dekade belakangan ini, Topi menjadi Icon dan Trend pergaulan
anak muda masa kini dengan model yang sangat variatif.
4. Ompa atau 'Tikar'. 
            Ini adalah anyaman yang terbuat dari semacam Daun Rami yang biasa tumbuh
di pinggiran kali. Tentu tikar bermanfaat untuk alas tidur didalam rumah ataupun
diluar rumah. Tikar dibuat sangat bervariasi karena dapat juga diwarnai menggunakan
pewarna pakaian. Sama seperti 'Bakul', Tikar juga dibawah oleh bangsa Melayu
ketanah kaili beberapa abad silam.
            Selain benda - benda kerajinan tangan yang disebutkan diatas, beberapa tahun
terakhir ini para masyarakat Sulawesi tengah juga sudah mengembangkan hasil
karyanya seperti; Dompet, Tas dan Souvenir - souvenir lainnya untuk dijual. Hanya
saja semua itu masih terkendala masalah kekurangan dana untuk bisa bersaing
dikanca Nasional maupun Internasional. Jika saja pemerintah setempat dapat melihat
dan melirik peluang ini, bukan tidak mungkin, ini bisa menjadi andalan untuk
menunjang daerah Sulawesi tengah sebagai Icon Wisata nasional.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Seni anyaman bambu adalah proses menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-
tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan.
2.      Jenis bambu yang paling baiuk digunakan untuk menganyam adalah bambu tali.
3.       Untuk membuat anyaman bambu, diperlukan teknik teknik seperti teknik
anyaman tunggal, teknik anyaman bilik, teknik anyaman teratai, teknik anyaman
bunga cengkih.
4.      Sejak munculnya barang-barang produk modern, barang hasil kerajinan anyam
bambu   tergeser dari pasaran sehingga menyebabkan pendapatan masyarakat
mengalami penurunan.
5.      Harga bahan baku yang kian melambung tinggi menjadi kendala utama dalam
penyediaan bahan baku.

B. Saran
Dalam uraian ini penulis ingin mengemukakan beberapa saran. Adapun saran
yang ingin penulis sampaikan antara lain :

1.      Untuk tetap melestarikan seni anyam bambu hendaknya dibentuk sebuah lembaga
desa yang bisa memasarkan hasil produksi anyaman bambu.
2.      Bagi para pengrajin hendaknya berusaha lebih kreatif lagi dalam membuat anyaman
bambu.   

Anda mungkin juga menyukai