Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KERIYA ANYAN

DISUSUN OLEH

NAMA/NIM/KELAS : RIDWAN / 2182151010 / C

DOSEN PENGAMPU : Adek Cerah Kurnia Azis, S.Pd. M.Pd

MATA KULIAH : KERIYA ANYAM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENI RUPA

JURUSAN SENI RUPA – FBS

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


Page0

2020

0
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, yang memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup
yang kita jalani akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, terlebih
lagi pada kehidupan akhirat kelak. Sehingga saya dapat membuat dan menyelesaikan Makalah
mata kuliah KERIYA ANYAM , yang berjudul “PENGERTIAN KERYA ANYAM”.

saya menyadari bahwa banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami.Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun untuk saya.

Harapan saya yang paling besar dari penyusunan Makalah KERIYA ANYAM ini adalah
sebagai pembelajaran mata kuliah, mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat baik
untuk pribadi, teman-teman, dan orang banyak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Medan, September 2020


Page1

1
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Seni anyam sudah ada sejak dahulu kala, hingga sekarangpun masih akrab dalam kehidupan
masyarakat. Bahkan hampir di seluruh nusantara terdapat home industri pengrajin barang anyam-
anyaman. Maka bisa dikatakan seni anyam termasuk kategori warisan budaya yang harus
dilestarikan.
Hal demikian, sangatlah bertolak belakang dengan kondisi keberadaan di desa Jepang Pakis.
Akhir-akhir ini perkembangan di desa tersebut mengalami penurunan dari tahun ke tahun,
sehingga hal tersebut tentu sangat mempengaruhi baik dari segi budaya maupun dari
perekonomian masyarakat, akibatnya berbagai barang kerajinan anyaman semakin tergeser
kedudukannya dari pasaran.
Fenomena tersebut banyak menimbulkan pertanyaan yang akhirnya mendorong penulis
untuk melakukan observasi. Penulis berharap dengan tindakan tersebut dapat menemukan
jawaban yang sesuai dengan data-data dari lapangan. Selain itu penulis juga ingin mengetahui
lebih jauh mengenai seni budaya yang ada di kota Kudus, karena sudah menjadi kewajiban bagi
generasi penerus bangsa untuk mempertahankan berbagai kebudayaan yang telah ada tetap
dilestarikan dan berusaha menghidupkan kembali kebudayaan yang hampir punah.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apa Pengertian Seni Anyam ?
2.      Bagaiman Sejarah Seni Anyam ?
3.      Sebutkan Macam-macam Seni Anyam Bambu Serta Teknik ?
4.      Bagaimana Perkembangan Seni Anyam ?
5.      Apa Pengaruh Seni Anyam Bambu Terhadap Perekonomian Masyarakat di Desa Jepang Pakis ?
6.      Apa Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ?

C.    Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui dan mempelajari segala tentang menganyam
Page2

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Seni Anyam


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu
dengan keahlian yang luar biasa, kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai
tinggi. (Hasan Alwi : 2002)
Adapun anyam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengatur, tindih menindih
dan silang menyilang, melakukan pekerjaan menganyam. Sedangkan pengertian seni anyam
merupakan kerajinan yang telah menyatu dengan kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaaan.
(Didi Wiraatmaja : 2006 )
B.     Sejarah Seni Anyam
Pada awalnya, seni anyam dipercayai sebagai seni kerajinan tangan yang muncul dan
berkembang tanpa adanya pengaruh dari luar. Pada zaman dahulu, kegiatan menganyam ini
dilakukan oleh kaum perempuan untuk mengisi waktu senggang dan bukan sebagai mata
pencaharian utama. Pekerjaan kaum perempuan ini menghasilkan kerajinan tangan yang
dijadikan alat untuk kebutuhan sendiri atau sebagai hadiah untuk anak, saudara dan kerabat dekat
sebagai tanda terima ksasih atau kenang – kenangan. Seorang perempuan dianggap tidak
mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika ia tidak mahir dalam seni anyaman. (Muhammad
Yayung : 2010)
Proses menganyam biasanya dijalankan oleh kaum perempuan, sedangkan kaum pria hanya
membantu mencari dan mengumpulkan bahan anyam. Dahulu kegiatan produksi anyam biasanya
dilakukan secara individu atau secara kecil-kecilan yang merupakan suatu usaha ekonomi bagi
orang – orang desa.
Setiap daerah menggunakan bagan dan pola khasnya masing-masing. Misalnya, karena di
pulau Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi banyak rotan, maka rotan dianyam menjadi tikar, topi,
keranjang dan bermacam-macam perabot rumah tangga. Di Jawa, Madura dan Bali bambu
dianyam menjadi keranjang. Supaya dapat digunakan sebagai tempat penampungan air,
Page3

keranjang itu dilumuri dengan aspal.


Saat ini seni anyam bambu semakin berkembang. Bentuk anyaman dan polanya semakin
menarik denganhiasan dan warna yang beragam. Banyak warga perkotaan yang tertarik dengan
kerajinan anyam ini. Sekarang ini, seni anyam tidak sekedar memenuhi kebutuhan rumah tangga
saja. Tetapi juga sudah menjadi barang seni yang bernilai tinggi.

3
C.    Macam-macam Seni Anyam Bambu Serta Teknik
1.      Pembuatannya
Di Kudus terdapat macam-macam seni anyam bambu yang terdapat di desa Jepang Pakis,
diantaranya besek, ekrak, kepang, tumbu gula, kronjot serta anyaman bambu lainnya. Cara
pembuatan besek yaitu ambil bambu yang utuh, lalu potong menjadi beberapa bagian, kurang
lebih 40 cm, dari bambu yang terbagi kecil-kecil itu ditipiskan menjadi kurang lebih 15 buah,
lalu bambu yang sudah ditipiskan itu dijemur biar tidak berjamur. Kemudian bambu dianyam
dengan cara 8 di horisontal lalu dianyam dengan diambil 2 tinggal 2 terus menerus. Dari
lembaran anyaman tersebut dibekuk atau dinaikkan keatas sehingga membentuk
anyamanberbentuk cekung dan sisa-sisa bambu tipis yang belum rapi atau masih tidak teratur,
dipotongi agar menjadi rapi dan hasilnya membentuk anyaman cekung yang telah siap dipakai.
(Subadi, 10 Oktober 2010, Jepang Pakis)
D.    Perkembangan Seni Anyam
Akhir-akhir ini, warta tentang lenyapnya benda-benda bersejarah memadati dalam ruang
informasi. Karena penjualan barang-barang antik ini memang laku keras, sebab nilai artistik serta
sejarah yang tinggi turut menentukan nilai jualnya. Minimnya penghargaan terhadap nilai sejarah
bangsa ini semakin terlihat ketika benda-benda tersebut mulai lenyap. Bahkan di Kudus,
misalnya benda-benda hasil kerajinan anyam bambu sekarang satu persatu mulai punah seiring
dasarnya arus zaman.
Caping Kudus misalnya, simbol kebudayaan masyarakat kota Kudus ini memang sudah
sangat jarang ditemui di tempat-tempat umum, karena benda ini secara fungsional dapat
digantikan dengan benda yang lebih modern seperti hlnya topi. Sekarang benda ini dapat kita
jumpai hanya ketika ada acara resmi, seperti perayaan 17 Agustus, Upacara kehormatan dan
acara kreasi seni di kota Kudus. Padahal, dulunya benda ini sering terlihat di sawah ataupun
kebun karena mayoritas masyarakat Kudus dulunya berprofesi sebagai petani. Maka caping
adalah satu-satunya alat bagi masyarakat yang dipakai untuk melindungi diri dari sengatan
matahari. Akibatnya, banyak masyarakat Kudus khususnya di desa Jepang Pakis yang sebagian
besar memanfaatkan peluang bisnis tersebut. Akan tetapi seiring berjalannya waktu menuju arus
modernisasi, benda tersebut mulai lenyap dari peredarannya.
Demikian pula dengan barang kerajinan anyam bambu lainnya yang juga bernasib sama yaitu
Page4

tempat nasi telah digantikan oleh ceting, ekrak telah digantikan dengan sampah plastik, tampah
telah digantikan oleh nampan dan masih banyak barang kerajinan anyam bambu yang lainnya.
Sehingga sekarang keberadaan para pengrajin anyam bambu di Kudus turut berkurang bahkan
menghilang. Jika masih ada pasti para lansia yang masih sabar menekuni kerajinan ini.
Keterbatasan kemampuan karena bertambahnya umur juga menjadi alasan semakin menurunnya
produktifitas mereka sebagai pengrajin.
Bukan karena perubahan zaman saja yang menyebabkan barang kerajinan anyam kurang
diminati, namun jika dilihat dari harganya, mahalnya barang kerajinan anyam yang mencapai

4
puluhan bahkan ratusan ribu perbuah, mungkin jadi alasan bagi masyarakat untuk mengganti
barang kerajinan tersebut dengan barang-barang yang lebih modis dan murah. Selain dari
harganya yang cukup tinggi, waktu yang cukup lama untuk pembuatan barang kerajinan ini juga
turut mempengaruhi antusiasme para pengrajin untuk memproduksinya.
Upaya pemerintah kota Kudus, untuk mencoba melestarikan seni anyam inipun pernah
dilakukan juga. Sempat pernah disalah satu sekolah mengadakan pelatihan seni anyam bambu
ini, yang diampu langsung oleh salah satu pengrajin anyam dari desa Jepang Pakis, Mejobo
Kudus. Namun para siswa yang mengikuti pelatihan tersebut mengaku menyerah karena mereka
tidak ada yang berhasil dengan baik, rata-rata mereka mengeluh capek karena prosesnya terlalu
lama. Dengan demikian, bagaimanapun usaha pemerintah untuk kembali nguri-nguri budaya
bangsa, sementara anak bangsanya sendiri tidak ada yang berminat sama halnya melakukan
pekerjaan sia-sia.
Jika ditanya mengenai keberadaan seni kerajinan di Kudus, sudah pasti tumpukan benda-
benda tak bernyawa ini juga memiliki beribu arti yang luar biasa. Namun ironisnya, kekayaan ini
lama kelamaan mulai menghilang seiring perkembangan zaman.
E.     Pengaruh Seni Anyam Bambu Terhadap Perekonomian Masyarakat di Desa Jepang Pakis
Dahulu kerajinan seni anyam bambu di desa Jepang Pakis menjadi sumber mata pencaharian
utama dalam kehidupan masyarakat tersebut. Sebelum adanya globalisasi, masyarakat di kota
Kudus hidup secara tradisional. Semua peralatan penunjang aktivitasnya sehari-hari
menggunakan peralatan yang berbahan dari alam, salah satunya bambu yang tumbuh subur di
kota Kudus. Sehingga keadaan tersebut memberikan dampakpositif terhadap kelangsungan
kerajinan anyam bambu terutama di desa Jepang Pakis.
Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat. Karena banyaknya
masyarakat yang membutuhkan barang kerajinan anyam, maka banyak masyarakat Jepang Pakis
yang memanfaatkan keahliannya untuk membuat barang kerajinan tersebut. Rata-rata penduduk
Jepang Pakis mahir membuat kerajinan anyam bambu, baik tua maupun muda, karena tradisi
seni tersebut diwariskan secara turun temurun.
Sejak saat itu desa Jepang Pakis menjadi sentral kerajinan seni anyam di Kudus. Dan
perekonomian masyarakat setempat mengalami perubahan drastis. Sehingga dapat dinyatakan
kehidupan masyarakat meningkat saat itu. Masyarakat merasa mendapat pemasukan tambahan
Page5

karena barang kerajinan yang mereka hasilkan banyak yang membutuhkan, sehingga mereka
berlomba-lomba memproduksi barang kerajinan tersebut.
Namun, keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah adanya globalisasi, sejalan dengan
itu pula peralatan teknologi hadir dengan menawarkan multi fungsi yang akhirnya membuat
orang cenderung untuk hidup instan dan murah. Mulai saat itulah barang-barang produk modern
yang berbahan plastik yang mempunyai fungsi sejenis beredar di pasaran. Sehingga kerajinan
bambu produksi masyarakat semakin kalah bersaing dengan produk modern yang diklaim lebih
murah dan menyediakan berbagai modelpilihan.

5
Akibatnya, pabrik yang semula kegiatannya memproduksi kerajinan anyam bambu itu harus
gulung tikar. Sebab barang yang diproduksi tidak laku. Maka sudah dipastikan kerajinan seni
anyam yang sempat menjadi sumber penghidupan utama itu sekarang luntur dan secara otomatis
perekonomian masyarakat menurun.
F.     Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
1.      Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung yang dapat membantu kelestarian seni anyam yang
menjadi salah satu budaya di kota Kudus, diantaranya :
1.         Seni anyam di desa Jepang Pakis diwariskan secara turun temurun
2.         Adanya konsumen yang masih tetap setia dengan barang kerajinan anyam bambu meskipun
sedikit
3.         Adanya kesabaran dan keuletan dalam membuat berbagai barang kerajinan anyam bambu
4.         Adanya beberapa pengrajin yang bersedia membuka lapangan pekerjaan. Sehingga memberi
peluang bagi masyarakat di sekitar untuk bekerja. (Subadi, 10 Oktober, Jepang Pakis)
2.      Faktor Penghambat
Ada beberapa faktor penghambat yang dapat memberikan dampak negatif dalam proses
produksi kerajinan seni anyam bambu ini, diantaranya:
1.      Harga bambu yang menjadi bahan baku naik tajam sehingga membuat harga jual kerajinan seni
anyam bambu menjadi mahal.
2.      Munculnya produk modern yang menarik perhatian konsumen.
3.      Terhambatnya proses produksi karena pengrajin anyam bambu mengalami keterlambatan modal.
4.      Banyak pengrajin anyam bambu yang beralih profesi.
5.      Barang-barang kerajinan tergeser kedudukannya sehingga dikhawatirkan kerajinan tersebut akan
punah.
6.      tidak hanya generasi yang nguri-nguri (menghidupkan) dan meneruskan kerajinan tradisional ini.
(Subadi, 10 Oktober, Jepang Pakis)
Page6

6
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kemajuan IPTEK membawa dampak negatif bagi keberadaan seni anyam bambu di desa Jepang
Pakis
2.      Sejak munculnya barang-barang produk modern, barang hasil kerajinan anyam bambu tergeser
dari pasaran sehingga menyebabkan pendapatan masyarakat mengalami penurunan
3.      Harga bahan baku yang kian melambung tinggi menjadi kendala utama dalam penyediaan bahan
baku.
B.     Saran
Dalam uraian ini penulis ingin mengemukakan beberapa saran. Adapun saran yang ingin
penulis sampaikan antara lain :
1.      Untuk tetap melestarikan seni anyam bambu hendaknya dibentuk sebuah lembaga desa yang bisa
memasarkan hasil produksi anyaman bambu.
2.      Bagi para pengrajin hendaknya berusaha lebih kreatif lagi dalam membuat anyaman bambu.
Page7

Anda mungkin juga menyukai