Anda di halaman 1dari 7

PENGENALAN KERAJINAN ULAT ATA DI DESA SERAYA,KECAMATAN

KARANGASEM,KABUPATEN KARANGASEM DALAM UPAYA


MELESTARIKAN BRAND LOKAL MELALUI SUMBER PEMBELAJARAN IPS
SD

OLEH
I MADE YOGA WIJAYA ( 224108 )
I WAYAN EDY MUSTIANTARA ( 224098 )
I KOMANG JUNIARSANA ( 224197 )
I KOMANG AGUS ARIANTA ( 224171 )
BAYU AGUNG TOH JIWA ( 224093 )
NI KADEK ALYA MARTYANI ( 224232 )

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA HINDU


AMLAPURA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEMESTER III RUANG 4 TAHUN 2023/2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apakah anda kenal kerajinan ate dari Bali. Mungkin ate jarang dikenal secara
umum oleh masyarakat Indonesia. Jika diamati sepintas, kerajinan anyaman ate
tersebut mirip dengan rotan. Ate ini memiliki batang yang panjang mirip dengan
rotan, dan tumbuhnya bisa ditemukan di hutan-hutan di Bali. Namun selama ini,
ate yang digunakan oleh pengrajin Bali adalah ate yang berasal dari luar Bali
seperti ate dari Jawa, Sumatera dan Flores. Hal tersebut disebabkan oleh ate
yang tumbuh di Bali, batangnya kecil-kecil sehingga kurang baik untuk dipakai
sebagai bahan kerajinan. Kerajinan Ata ini dikenal pertama kali di Desa
Tenganan Pegringsingan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem dalam
bentuk perisai untuk tradisi Megeret Pandan atau Perang Pandan (tradisi
Mekare-Kare). Tradisi ini diperkirakan telah ada sejak Desa Tenganan
Pegringsingan berdiri, yaitu sekitar abad X dan XI Masehi. Tradisi ini lahir
dalam upaya untuk penghormatan terhadap Dewa Indra sebagai Dewa Perang,
yang merupakan satu kepercayaan masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan.
Dalam peperangan akan selalu membawa perisai atau tameng (istilah lokal
disebut dengan tamiang), dengan menggunakan bahan yang kuat dan lentur
untuk menahan serangan yaitu dari anyaman paku ata. Kebetulan bahan paku ata
ini banyak tumbuh liar di kebun-kebun dan hutan Desa Tenganan Pegringsingan.
Selain tamiang, masih ada beberapa kerajinan Ata yang memang juga telah ada
pada saat itu yaitu berupa Ingke Ati Ata (sebagai tempat canang atau
persembahan) dan Wanci (sebagai tempat sedah atau sirih pinang). Inilah bentuk
kerajinan Ata pertama yang memang keberadaannya telah ada sejak sekitar abad
X dan XI masehi di Desa Tenganan Pegringsingan Kecamatan Manggis
Kabupaten Karangasem.Tiga bentuk kerajinan Ata inilah yang menjadi cikal-
bakal kerajinan Ata yang sekarang berkembang di Bali pada umumnya dan di
Karangasem pada khususnya. Di Kabupaten Karangasem, kerajinan anyaman ate
telah mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Kegiatan anyam-
menganyam ini umumnya, dikerjakan oleh ibu-ibu, yang sudah menjadi budaya
turun-temurun sejak jaman dahulu kala. Kerajinan anyaman ate tersebut antara
lain dikerjakan oleh masyarakat di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, di
Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, dan di Desa Seraya, Kecamatan
Karangasem. Selain itu kerajinan anyaman ate tersebut juga berkembang di
beberapa tempat seperti Kecamatan Selat dan Abang. Maka tidak heran kalau
kerajinan anyaman ate ini telah menyerap ribuan tenaga kerja di Kabupaten
Karangasem.

Kerajinan anyaman ate ini juga menjadi produk unggulan Kabupaten


Karangasem, yang dikerjakan secara handmade tidak menggunakan mesin dan
memiliki sifat bahan yang awet tahan lama. Selain itu, produk ini ramah
lingkungan karena limbah dari anyaman ate ini mudah mengalami proses daur
ulang secara alami sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Untuk Desa Seraya sendiri, umumnya kerajinan anyaman ate dikerjakan hanya
untuk mengisi waktu luang atau selingan, karena sebagian besar profesi utama
mereka adalah sebagai petani dan peternak. Masyarakat di Desa Seraya sebagian
besar merupakan pengrajin ate yang telah tergabung dalam beberapa kelompok
pengrajin. Kelompok-kelompok tersebut mendapat tugas masing-masing, yaitu
ada beberapa kelompok yang membuat barang dasar yang belum di modifikasi,
kelompok membuat aksesoris seperti tali dan lapisan kain dalam kerajinan ate
yang berbentuk tas maupun kelompok pengrajin yang memodifikasi hasil barang
dasar sehingga memiliki bentuk yang artisstik sehingga memiliki nilai jual yang
lebih. Pengrajin di Desa Seraya hampir dapat ditemui di setiap rumah penduduk.
Di Desa Seraya dapat ditemui dari proses menganyam, memodifikasi bentuk,
melakukan pewarnaan, pengovenan serta finishing dan pengemasan. Adapun
produk-produk kerajinan anyaman ate yang dihasilkan antara lain seperti
berbagai macam bentuk tas, kotak tisu, basket (bakul besar dari ate), tempat
buah dan banyak lagi yang lainnya.

B. Rumusan masalah

Dari pemaparan pendahuluan diatas, peneliti menemukan beberapa masalah


yang akan di selesaikan oleh peneliti sebagai berikut;
1. Apa saja kerajinan yang dihasilkan dari ulat ata di desa Seraya, kecamatan
Karangasem, kabupaten Karangasem
2. Bagaimana memperkenalkan kerajinan ulat ata di desa Seraya, kecamatan
Karangasem, kabupaten Karangasem untuk melestarikan brand lokal dalam
pembelajaran IPS SD

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan brand lokal
berupa kerajinan ulat ata kepada siswa SD agar mereka mengetahui keunikan
brand lokal yang ada di desa Seraya

D. Metode

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi literatur dan
wawancara. Langkah yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data dari
berbagai sumber digital seperti Google Schoolar, Wikipedia, situs-situs
pemerintah dan narasumber dari masyarakat setempat yang ada di desa Seraya
yaiu bapak I Komang Kirta dan ibuk Ni Nengah Yuliasmi, denan nama usaha
Ata Aksana Raya merupakan salah satu pengerajin sekaligus sebagai pengepul
kerajinan ulat ata di desa Seraya. yang dibutuhkan sebagai dasar dalam
mengeksplorasi kerajinan Ulat Ata masyarakat desa Seraya. Kata Kunci yang
digunakan dalam pencarian yaitu “kerajinan Ulat Ata di desa Seraya” dan
perkembangan “brand local ”. Sumber dikumpulkan, dibandingkan, dan
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

E. Solusi

Adapun solusi yang peneliti harapkan adalah pemerintah menambahkan materi


tentang kerajinan Ulat Ata ke dalam materi-materi pembelajaran IPS di
kurikulum merdeka sebagai kurikulum baru di tahun 2023,dengan menonjolkan
kearifan kerajinan brand lokal khususnya di daerah Bali. Memperkenalkan
kerajinan Ulat Ata yang dilihat dari nilai-nilai prosesnya, yang proses
pembuatan kerajinan tersebut cukup rumit dan membutuhkan waktu yang cukup
lama, sehingga kerajinan Ulat Ata dapat dikenal sejak dini dan tidak tergerus
oleh arus perkembangan zaman

PEMBAHASAN
1. Penjelasan

Ulat ata adalah kerajinan buatan tangan dengan bahan yang mirip rotan.
Pohon/bahan ata bisa ditemukan diperbukitan dan hutan-hutan di Bali,
tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan sejenis rumput yang merambat
pada pohon, namun sekarang ini bahan ata didatangkan dari Pulau Jawa,
Flores dan Sumatera. Pada jaman dahulu, bahan ata bagi orang Tenganan
dipergunakan sebagai pengikat atap pada suatu bangunan tradisional yang
bisa bertahan sampai ratusan tahun. Pada awalnya anyaman ata dibuat untuk
dipergunakan perlengkapan sarana upacara, seperti tamiang (perisai untuk
upacara mekare/perang pandan), tempat sesajen, tempat alat-alat upacara,
dan lain-lain. Seiring perkembangan pariwisata, permintaan terhadap
kerajinan ata ini terus meningkat. Karena tampilannya yang cantik, berbahan
alami, handmade serta memiliki kekuatan yang awet, anyaman ata selain
diproduksi karena fungsinya terdahulu sebagai perlengkapan sarana upacara,
anyaman ata juga telah dikembangkan menjadi produk-produk komersil
seperti : tas, tatakan piring dan gelas, kotak tissue, gentong, cinderamata
pernikahan, pot bunga, dan lain-lain yang sangat digemari wisatawan.

2. Proses Pembuatan Ata

a. Bahan

Dalam menganyam kerajinan Ata, hal yang diperlukan adalah pengelintihan


atau dii (batang pohon Ata), pisau kecil (pengutik) untuk membelah batang
pohon Ata, sitsitan (tali yang terbuat dari batang pohon ata yang di belah
menjadi 4 atau 5 belahan), pengepresan (terbuat dari plat seng untuk
membentuk ukuran sitsitan sama besarnya), penusukan (alat untuk membuat
lubang kecil), pengangsudan (alat penghalus sisitan), gunting kuku (dipakai
untuk memotong sisitan yang tajam agar tidak melukai jika anyaman
dipakai), benang tasi (dipakai untuk mengikatkan engsel). Dalam pembuatan
kerajinan tangan ata tidak ada teknik yang harus diterapkan secara pasti.
Semuanya itu dilakukan tergantung dari kreativitas serta desain dari
penganyam itu sendiri. Untuk pemilihan bahan kerajinan Ata sendiri tidak
boleh sembarangan, karena harus memenuhi syarat bahan tertentu agar lentur
dan mudah dianyam. Adapun tata cara pemilihan bahan ata sebagai anyaman
di antaranya sebagai berikut: bahan Ata yang dipilih adalah yang masih
muda, agak lurus sehingga mudah untuk dianyam atau sifatnya lentur
(diistilahkan dalam bahasa lokal dengan sebutan lambes); bahan Ata yang
batangnya besar dikumpulkan sebagai bahan tulangannya atau rangkanya,
biasanya ukuran batangnya berdiameter 5 mm dengan panjang minimal 3
meter; dan bahan Ata yang kecil dikumpulkan sebagai bahan untuk
menjalinnya, biasanya ukuran batangnya berdiameter 3 mm dengan panjang
minimal 2 meter.

b. Cara Pembuatan

Setelah bahan Ata didapat biasanya diproses terlebih dahulu dengan jalan
dijemur di bawah terik matahari selama sehari agar bahan menjadi lebih
lentur, kemudian keesokan harinya seorang pengerajin akan melakukan
beberapa langkah.

a. Pertama, melakukan pemecahan terhadap Ata dengan pisau kecil


(pengutik) yang akan dijadikan sitsitan (bahan menjalin) yang disebut
dengan istilah Nyebit.
b. Kedua adalah menghaluskan pecahan (sitsitan) dari bekas cabang daun
dengan pisau kecil (pengutik) agar tidak mudah putus, yang disebut
dengan istilah Ngerot.
c. Ketiga membentuk sitsitan (bahan menjalin) agar berukuran sama
besarnya yang dilakukan dengan plat yang dilubangi sesuai ukuran yang
dikehendaki, yang disebut dengan istilah Ngepres.
d. Keempat melakukan penganyaman yang disebut dengan istilah Ngulat.
e. Kelima, setelah anyaman jadi maka perlu dilakukan penganyaman pada
pinggirannya agar rapi dan kuat serta pemasangan tali untuk pegangan
atau gantungan yang disebut dengan istilah Nutus.
f. Langkah terakhir yaitu memberi warna alami dengan cara diasapi, atau
warna sintetik dengan cara direbus, yang disebut dengan istilah Ngunun.

3. Barang Yang Dihasilkan


a. Bokor ( tempat bunga untuk persembahyangan )
b. Tempat Tisu

c. Tas Tempat Banten

Dan masih banyak lagi kerajinan lainnya.

PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya dalam kerajinan tangan ata tidak menggunakan tehnik khusus
karena hanya tergantung dari kreativitas serta desain dari penganyam itu
sendiri. Namun menurut narasumber hanya diberikan salah satu tehnik
pembuatan alas dudukan gelas ( coaster) yaitu:
(1) Menggulung sehelai sisitan dalam bentuk lingkaran dengan ukuran
kurang lebih 1-1,5cm, (2) Mengikat bentuk lingkaran tersebut dengan
sisitan lain agar tidak lepas dan (3) Melanjutkan pebuatan lingkaran tersebut
dengan menggunakan pengelintihan yang kemudian diikat dengan sisitan,
demikian seterusnya hingga memenuhi ukuran yang diinginkan. Dengan
adanya kerajinan tangan ata sangat berpengaruh terhadap perekonomian
masyarakat karangasem
terutama masyarakat seraya karena telah memberikan peluang pekerjaan
yang cukup membantu menambah penghasilan. Selain itu hasil penjualan
kerajinan tangan ata juga cukup besar dan keuntungan yang diperoleh cukup
memuaskan. Sehingga kerajinan tangan ata sangat membantu perekonomian
masyarakat seraya.

Daftar Pustaka

https://www.coursehero.com/file/58740171/MAKALAH-USAHA-
KERAJINAN-ROTAN-DI-INDONESIAdocx/

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=2487

Pengepul dan pengerajin ATA AKSANA RAYA

Anda mungkin juga menyukai