Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

KERAJINAN TANGAN DI EMPAT NEGARA


Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah pembelajaran kerajinan tangan

Dosen Pengampu : M. Andis Hidayatullah, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :
DIANA CAHYANI PUTRI
NIM. 213020212040

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2024
A. Pengertian Kerajinan Tangan
Kriya merupakan seni terapan. Seni terapan berbeda dengan seni ekspresi.
Keindahan seni kriya atau estetika seni kriya mengikuti tujuannya yaitu terapannya.
Itulah sebabnya maka seni kriya mempunyai sebutan praktis sifatnya. Oleh karena itu
pulalah yang menyebabkan estetika seni kriya menjadi nomor dua kedudukannya
sedangkan estetika pada seni ekspresi tergantung pada ekspresinya dan tidak
tergantung pada terapannya (Bastomi, 2003). Seni kriya secara harfiah diartikan
sebagai seni kerajinan atau dalam Bahasa inggris adalah craftmanship. Seni kriya
menekankan keterampilan tangan dalam proses berkarya yang memberikan karakter
tersendiri pada karya-karya seni kriya. Keunggulan pada beberapa produk seni
kerajinan adalah mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai hiasan sekaligus berfungsi
secara fisik, sehingga peserta didik tidak sekedar mengetahui dan memperoleh
keindahannya, tetapi juga memperoleh manfaat fisik seperti produk-produk yang
dihasilkan dalam penciptaan seni (Raharjo, 2011).
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, kata "kriya" masih belum sepenuhnya
menghadirkan pemahaman yang sesuai. Kriya atau kerajinan dalam bahasa Inggris
disebut "craft". Kata "kriya" atau "craft" merujuk pada pemahaman seputar seni
"kerajinan" atau suatu kegiatan yang terkait penggunaan tangan dalam pembuatannya.
Secara resmi, lembaga pemerintah menamai lembaga yang menaungi kegiatan terkait
kriya dengan "Kerajinan Indonesia"; yang diatur dalam Keputusan Bersama Menteri
Perindustrian dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 85/M/SK/3/1980 dan
Nomor 072b/P/1980 tanggal 3 Maret 1980 tentang Pembentukan Dewan Kerajinan
Nasional (Dekaranas). Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekaranasda) kemudian
dibentuk atas dasar Surat Keputusan Bersama tersebut. Pengertian "Kerajinan
memiliki implikasi makna (Gunawan, 2019).
Kerajinan merupakan cabang seni yang menekankan pada keterampilan tangan
yang lebih tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kerajinan atau seni kriya ini
dianggap sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh craft
yang tinggi. Seni kerajinan terus berkembang dengan pesat dan juga munculnya
berbagai karya baru. Seni kerajinan tumbuh atas desakan kebutuhan praktis dengan
menggunakan bahan-bahan yang tersedia berdasarkan pengalaman yang diperoleh
disetiap harinya. Masyarakat Indonesia biasanya setelah membuat kerajinan tangan
khas dari daerahnya, menjualnya ke pasar terdekat atau mengekspor ke luar kota atau
ke luar negeri untuk mendapatkan uang dan menjadikan kerajinan tangan ini sebagai
mata pencarian (Pangestuu & Fitriati, 2018).
Seni kriya sebagai hasil kreasi budaya manusia dalam bentuk material
mencerminkan tingkat peradaban pada zamannya. Nilai fungsional sebagai penunjang
aktivitas sehari-hari menjadi ciri khusus yang utama. Visualisasi seni cenderung pada
ekspresi estetik, ekspresif dan simbolik dari jiwa pencipta sebagai pengaruh
transformasi seni rupa secara umum. Craftmanship erat kaitannya dengan bahan,
teknik dan proses yang menekankan kesabaran yang tinggi, ketelitian dan sikap yang
teliti karena kerajinan tangan, selain dipahami sebagai seni yang erat kaitannya
dengan kerajinan tangan sebagai salah satu ciri khasnya. Kriya merupakan hasil nyata
dari kemampuan antara keterampilan mencipta dan penciptanya (Kusmadi, 2010).
Berbagai karya kriya yang berwujud motif ragam hias dari berbagai etnis Nusantara
telah memunculkan gaya yang mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri
(Prabowo, 2019).
B. Macam-Macam Kerajinan Tangan di Berbagai Negara
1. Kerajinan Tangan di Negara Indonesia
a. Lawung
Lawung adalah sebutan bagi orang dayak yang
artinya ikat kepala suku Dayak di Kalimantan. Lawung
biasanya dipakai oleh laki-laki suku Dayak, sedangkan
untuk Perempuan biasanya disebut Sumping.
Lawung atau sumping ini dapat di istilahkan mahkota yang pada
zaman dahulu terbuat dari kain yang mempunyai ukuran tersendiri sesuai
kegunaannya oleh para tokoh atau masyarakat adat Dayak. Lawung dan
sumping saat ini telah memiliki banyak variasi, ada yang hanya terbuat dari
kain polos sampai dihiasi dengan manik-manik.
b. Fungsi dan estetika kerajinan lawung
Fungsi dari pembuatan lawung sendiri adalah agar Masyarakat dapat
mendalami dan melestarikan budaya tentang adat Dayak dan corak khas
Kalimantan. Lawung biasanya akan dipakai pada saat upacara adat dan acara-
acara yang berkaitan dengan budaya Dayak, tak hanya itu lawung juga
digunakan untuk menyambut tamu-tamu dari luar daerah Kalimantan sebagai
tanda ucapan selamat datang.
Keindahan Lawung ini terdapat pada bentuknya yang unik serta
coraknya yang terbuat dari lukisan dan juga manik-manik yang dipayet pada
pola lawung.
c. Proses Pembuatan
 Menyiapkan alat dan bahan
 Membuat pola dan menggunting kain sesuai bentuk pola.
 Menjahit kain sampai terbentuk menjadi sebuah lawung, setelah itu agar
lawung terlihat kokoh maka bagian dalam lawung dapat diisi dengan
potongan kertas karton.
 Rekatkan perekat pada masing masing ujung kain lawung yang telah
terjahit.
 Kemudian hiasi lawung dengan manik-manik atau gambar corak motif
dayak yang Anda inginkan.
2. Kerajinan Tangan di Negara Jepang
a. Kerajinan Kertas Ogawa Washi
Washi atau wagami adalah kertas yang dibuat
dengan metode tradisional di Jepang. Dibandingkan
kertas produksi mesin, serat dalam washi lebih panjang
sehingga washi bisa dibuat lebih tipis, namun tahan
lama (tidak lekas lusuh atau robek).
Washi sebagai barang langka digunakan sebagai tanda rasa hormat atau
ucapan terima kasih. Menurut buku harian Midōkanpakuki, washi dipakai
sebagai hadiah untuk perayaan hari ulang tahun Buddha. Pejabat setingkat
menteri mendapat kertas selebar 5 jō, penasihat mendapat 4 jō, dan anggota
dewan perwakilan rakyat mendapat 3 jō (1 jō sama dengan 48 lembar). Di
kalangan samurai, hadiah dalam bentuk washi biasanya dijadikan satu set
dengan kipas lipat atau kain tenunan yang diikat dengan mizuhiki.
b. Fungsi dan Estetika kertas washi
Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan
seni seperti origami, shodō dan ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan
dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas
sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti
kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong. Washi
digunakan sebagai bahan uang kertas sehingga uang kertas yen terkenal kuat
dan tidak mudah lusuh.
Selain sederhana dan tahan lama, washi tradisional juga memiliki
kilauan yang cantik, sangat indah, dan praktis digunakan.
c. Proses Pembuatan Kertas Ogawa Washi
Proses pembuatan washi adalah kombinasi antara keahlian tangan,
pengetahuan tentang bahan baku, dan penggunaan teknik tradisional. Hasilnya
adalah kertas yang ringan, tahan lama, dan memiliki berbagai tekstur dan
karakteristik yang membuatnya sangat dihargai dalam dunia seni dan kerajinan
tangan tradisional Jepang.
Berikut adalah tahapan-tahapan umum dalam pembuatan washi :
 Pemilihan bahan Baku
Proses dimulai dengan pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk
membuat washi, bahan yang paling umum adalah serat pohon gampi,
pohon mori (kozo), atau pohon mitsumata.
 Pencucian dan Perendaman
Serat-serat dari bahan baku dipotong-potong dan dicuci dengan air untuk
menghilangkan kotoran. Kemudian, serat-serat tersebut direndam dalam
air selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari untuk mengendurkan
ikatan antar serat.
 Pemutihan
Serat-serat yang sudah direndam kemudian diputihkan dengan cara
tradisional menggunakan air kapur, abu kayu, atau bahan pemutih alami
lainnya. Ini membantu menghilangkan warna-warna lain dan menyisakan
serat yang lebih putih.
 Pencampuran serat
Serat-serat yang sudah diputihkan dari berbagai bahan baku (gampi, kozo,
atau mitsumata) kemudian dicampur dalam proporsi yang sesuai untuk
menghasilkan kualitas kertas yang diinginkan. Campuran ini juga bisa
menciptakan karakteristik kertas yang unik.
 Pencampuran dengan air
Serat-serat yang telah dicampur dengan air dan pelembut (nigori)
dicampur bersama dalam bak besar dan dicampur dengan hati-hati untuk
membuat larutan serat. Proses ini adalah dasar untuk pembentukan kertas.
 Pembentukan Kertas (Nagashizuki)
Proses selanjutnya adalah menciptakan lembaran kertas. Pada tahap ini,
sejumlah larutan serat dituangkan ke atas layar kertas khusus (sugeta) yang
terbuat dari bambu atau kawat. Serat-serat ini dibiarkan mengendap hingga
menggumpal membentuk lembaran kertas.
 Penjepit dan pengeringan
Setelah terbentuk, lembaran kertas dipress dan disaring untuk
menghilangkan kelebihan air. Kemudian, mereka dikeringkan di bawah
sinar matahari atau dengan bantuan pemanas untuk menghilangkan sisa
air. Proses pengeringan adalah bagian penting dalam menciptakan kualitas
kertas yang baik.
 Pemotongan dan pemerosesan tambahan
Setelah kering, lembaran washi baru bisa dipotong, dilaminasi, atau dihias
sesuai kebutuhan. Beberapa jenis washi kemudian dicetak dengan motif
atau corak tertentu yang khas.
 Pengemasan
Setelah lembaran kertas selesai diproses, washi yang sudah jadi kemudian
dikemas untuk dijual dan didistribusikan.
3. Kerajinan Tangan Negara Korea
a. Kain Tradisional Korea (Mosi)
Kain mosi termasuk ke dalam jenis kain yang
tipis, biasanya berwarna putih atau biru muda. Karena
karakteristik kainnya cenderung sangat tipis, biasanya
kain ini sering dipakai sebagai bahan pembuatan
pakaian pada musim panas. Orang dapat melihat
perbedaan mosi dan kain biasa dengan mencoba
pakaian mosi yang dibuat para pengrajin.
Sejarah membuat pakaian dari kain mosi telah ada sejak zaman Dinasti
Bakje, sementara pada masa dinasti Joseon kain ini juga sering dijadikan
persembahan bagi sang raja. Selain digunakan sebagai persembahan, Kain
mosi juga dijadikan sebagai lambang dari tradisi estetika korea Selatan yang
unik.

b. Proses Pembuatan Kain Tradisional (Mosi)


 Memanen
Sebelum diolah menjadi benang dan bahan kain tanaman rami yang
memiliki nama latin Boehmeria nivea harus dipanen terlebih dahulu.
 Dekortikasi
Dekortikasi merupakan proses pemisahan kulit rami dengan batangnya
Cara paling mudah yang dapat dilkukan untuk melakukan dekortikasi yaitu
dengan menggaris batang rami secara memanjang menggunakan pisau,
membuka kulit rami dan menariknya dari batang tersebut.
 Degumming
Degumming merupakan tahap pengolahan serat rami yang dilakukan
dengan menghilangkan sisa-sisa gum dan pektin yang menempel pada
serat Proses degumming dilakukan dengan memasak larutan alkali dengan
china grass antara 25 sampai 30% selama beberapa jam.
 Pemutihan
Setelah gum dihilangkan selanjutnya serat rami diproses lebih lanjut
dengan pemutihan agar serat tersebut dapat diolah lebih lanjut dengan
warna-warna lainnya Proses pemutihan sendiri dilakukan dengan
merendam serat menggunakan bahan pemutih, setelah itu serat
dicuci dan dikeringkan.
 Pelurusan serat
Tahapan pengolahan serat rami berikutnya yaitu penghalusan dan juga
pelurusan serat Pada tahap ini serat diproses dengan cara diluruskan
supaya pengolahannya jadi lebih mudah dan kualitasnya juga jadi lebih
baik.
 Pemotongan Serat
Setelah diluruskan selanjutnya dilakukan pemotongan serat rami sesuai
kebutuhan untuk memisah serat rami menjadi dua macam Serat
panjangnya disebut rami top sementara serat pendeknya disebut staple
fibre.
 Penguraian Bundel
Tahapan pengolahan serat rami berikutnya yaitu dengan penguraian
bundel. Penguraian bundel d ilakukan agar serat rami menjadi seperti serat
kapas sehingga dapat dipintal dan dicampur dengan serat yang lain.
Sebagaimana material yang diciptakan dari bahan organik, rami
sebenarnya juga rentan rusak karena serangan jamur, rayap, kutu, semut
dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu sebelum serat rami diolah menjadi
beragam jenis produk dibutuhkan treatment pencegahan hama yang bisa
disatukan dengan pengawetan.
 Menenun Kain
Menenun biasanya menjadi pekerjaan rumah tangga, tetapi di beberapa
tempat seluruh penduduknya melakukan pekerjaan ini. Untuk menciptakan
kain mosi yang berkualitas proses penenunan biasanya dilakukan dengan
alat tradisional. Pada proses ini terdapat kelompok benang lungsin yang
membujur dan kelompok benang pakan yang melintang. Untuk
menghasikan lembaran kain, benang pakan dimasukkan berselang-seling,
ke atas dan ke bawah benang lungsin.
4. Kerajinan Tangan Negara Thailand
a. Benjarong
Benjarong merupakan sejenis keramik Thailand
yang di cat. Benjarong adalah sebuah proses yang hanya
diketahui oleh komunitas kecil seniman Thailand yang
telah mewariskan pengetahuannya dari generasi ke
generasi. Pengrajin yang membuat Benjarong harus
sangat terampil dan hati-hati.
Proses produksinya membutuhkan tenaga kerja terampil. Bagaimana
Benjarong dibuat dan bagaimana polanya dilukis, menjadikan barang-barang
glamor semuanya dianggap sebagai mahakarya. Dalam pemilihan porselen,
hanya porselen putih (Bone China dan Royal Porcelain) yang telah dibakar
pada suhu yang sesuai (1150-1280 derajat Celsius) selama berjam-jam, yang
dipilih. Peralatan putih tidak boleh memiliki kekurangan. Setelah kita
mendapatkan barang-barang putih yang dibutuhkan, proses selanjutnya adalah
pembersihan. Selama proses ini, perlu untuk menghindari permukaan
berminyak akibat tangan yang berkeringat dan kotor.
Dalam proses menggambar, kami menggunakan jarum suntik atau kuas
cat untuk menggambar garis. Prosesnya dimulai dengan menggambar garis
panduan melingkar pada porselen Thailand pada roda putar yang dikontrol
secara manual. Saat menggambar desain, seniman akan menyimpan contoh
pola di depannya sehingga ia dapat menggambar pola tersebut dengan benar.
Penggambaran pola awal sangat menentukan hasil desain, sehingga harus
dilakukan oleh seniman yang berpengalaman (biasanya digambar oleh
pengrajin ahli). Inilah alasan mengapa pola tersebut digambar dengan garis-
garis yang sangat halus pada setiap Benjarong.
Dalam proses pengecatan terdapat berbagai macam warna cat namun
pada dasarnya kami menggunakan lima warna utama (hitam, hijau, kuning,
merah dan putih). Cat khusus untuk Benjarong membutuhkan pelukis yang
terampil. Cat terbuat dari pewarna mineral dan harus dihancurkan dengan baik
serta dicampur dengan air dalam perbandingan yang tepat. Peralatan
penghancurnya adalah mortar keramik (atau bahan sejenisnya). Catnya tidak
boleh terlalu tebal atau tipis. Jika cat terlalu kental maka cat tidak akan
terbakar seluruhnya dan warna yang ditampilkan tidak sesuai harapan. Jika
catnya terlalu tipis, warnanya akan memudar. Selain itu, cat tidak boleh
tumpang tindih dengan garis warna lain. Pada tahap akhir pengecatan,
mungkin akan ditambahkan emas 18 karat pada bagian peleknya agar terlihat
glamor. Langkah selanjutnya setelah pengecatan adalah pembakaran. Barang-
barang yang dicat akan dimasukkan ke dalam tempat pembakaran. Jarak
antara keduanya adalah 0,5 – 1,0 cm; jika tidak, barang yang dicat mungkin
akan bersentuhan satu sama lain dan dapat merusak pola yang dicat setelah
ditembakkan. Suhu di dalam tanur dikontrol antara 800 dan 1000◦C dan
memerlukan waktu pembakaran sekitar 10 jam. Benjarong harus dimasukkan
ke dalam tungku pembakaran sebanyak lima kali.
Setelah pembakaran selesai, Benjarong akan didinginkan, kemudian
dikeluarkan dari tempat pembakaran. Benjarong yang dibakar akan terlihat
gelembung cat tiga dimensi di permukaannya, itulah yang menjadi alasan
Benjarong menjadi unik.
Di akhir produksi, akan ada kontrol kualitas. Kesalahan sekecil apapun
dalam proses apapun akan merusak desain dan ketenaran Benjarong.
Kesalahan apa pun tidak dapat diterima. Benjarong seharusnya sempurna
dalam segala hal. Jika ditemukan kesalahan,itu akan dikirim kembali ke studio
atau mungkin dibuang. Faktanya, hal ini sangat jarang terjadi karena dalam
setiap pementasan para seniman merawat setiap karya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bd/
Benjarong_Thai_19th_cent_Ayuthaya_porcelain_Jim_Thompson_Museum_IMG_
7100.jpg

https://www.japanexperience.com/sites/default/files/images/content_images/
ogawawashi7.jpg

https://pin.it/P6rbinRY5

Anda mungkin juga menyukai