0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan sejarah seni anyam bambu, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberlangsungan seni anyam bambu di desa Jepang Pakis, Kudus. Secara khusus dibahas tentang teknik pembuatan besek dari anyaman bambu dan contoh faktor pendukung seperti warisan turun-temurun, sedangkan faktor penghambatnya adalah kenaikan harga bahan baku dan beralihny
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan sejarah seni anyam bambu, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberlangsungan seni anyam bambu di desa Jepang Pakis, Kudus. Secara khusus dibahas tentang teknik pembuatan besek dari anyaman bambu dan contoh faktor pendukung seperti warisan turun-temurun, sedangkan faktor penghambatnya adalah kenaikan harga bahan baku dan beralihny
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan sejarah seni anyam bambu, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberlangsungan seni anyam bambu di desa Jepang Pakis, Kudus. Secara khusus dibahas tentang teknik pembuatan besek dari anyaman bambu dan contoh faktor pendukung seperti warisan turun-temurun, sedangkan faktor penghambatnya adalah kenaikan harga bahan baku dan beralihny
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu dengan keahlian yang luar biasa, kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. (Hasan Alwi : 2002) Adapun anyam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengatur, tindih menindih dan silang menyilang, melakukan pekerjaan menganyam. Sedangkan pengertian seni anyam merupakan kerajinan yang telah menyatu dengan kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaaan. (Didi Wiraatmaja : 2006 ) B. Sejarah Seni Anyam Pada awalnya, seni anyam dipercayai sebagai seni kerajinan tangan yang muncul dan berkembang tanpa adanya pengaruh dari luar. Pada zaman dahulu, kegiatan menganyam ini dilakukan oleh kaum perempuan untuk mengisi waktu senggang dan bukan sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan kaum perempuan ini menghasilkan kerajinan tangan yang dijadikan alat untuk kebutuhan sendiri atau sebagai hadiah untuk anak, saudara dan kerabat dekat sebagai tanda terima ksasih atau kenang kenangan. Seorang perempuan dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika ia tidak mahir dalam seni anyaman. (Muhammad Yayung : 2010) Proses menganyam biasanya dijalankan oleh kaum perempuan, sedangkan kaum pria hanya membantu mencari dan mengumpulkan bahan anyam. Dahulu kegiatan produksi anyam biasanya dilakukan secara individu atau secara kecil-kecilan yang merupakan suatu usaha ekonomi bagi orang orang desa.
Setiap daerah menggunakan bagan dan pola
khasnya masing-masing. Misalnya, karena di pulau Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi banyak rotan, maka rotan dianyam menjadi tikar, topi, keranjang dan bermacam-macam perabot rumah tangga. Di Jawa, Madura dan Bali bambu dianyam menjadi keranjang. Supaya dapat digunakan sebagai tempat penampungan air, keranjang itu dilumuri dengan aspal. Saat ini seni anyam bambu semakin berkembang. Bentuk anyaman dan polanya semakin menarik denganhiasan dan warna yang beragam. Banyak warga perkotaan yang tertarik dengan kerajinan anyam ini. Sekarang ini, seni anyam tidak sekedar memenuhi kebutuhan rumah tangga saja. Tetapi juga sudah menjadi barang seni yang bernilai tinggi. C. Macam-macam Seni Anyam Bambu Serta Teknik 1. Pembuatannya Di Kudus terdapat macam-macam seni anyam bambu yang terdapat di desa Jepang Pakis, diantaranya besek, ekrak, kepang, tumbu gula, kronjot serta anyaman bambu lainnya. Cara pembuatan besek yaitu ambil bambu yang utuh, lalu potong menjadi beberapa bagian, kurang lebih 40 cm, dari bambu yang terbagi kecil-kecil itu ditipiskan menjadi kurang lebih 15 buah, lalu bambu yang sudah ditipiskan itu dijemur biar tidak berjamur. Kemudian bambu dianyam dengan cara 8 di horisontal lalu dianyam dengan diambil 2 tinggal 2 terus menerus. Dari lembaran anyaman tersebut dibekuk atau dinaikkan keatas sehingga membentuk anyamanberbentuk cekung dan sisasisa bambu tipis yang belum rapi atau masih tidak teratur, dipotongi agar menjadi rapi dan hasilnya
membentuk anyaman cekung yang telah siap
dipakai. (Subadi, 10 Oktober 2010, Jepang Pakis) F. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat 1. Faktor Pendukung Ada beberapa faktor pendukung yang dapat membantu kelestarian seni anyam yang menjadi salah satu budaya di kota Kudus, diantaranya : 1. Seni anyam di desa Jepang Pakis diwariskan secara turun temurun 2. Adanya konsumen yang masih tetap setia dengan barang kerajinan anyam bambu meskipun sedikit 3. Adanya kesabaran dan keuletan dalam membuat berbagai barang kerajinan anyam bambu 4. Adanya beberapa pengrajin yang bersedia membuka lapangan pekerjaan. Sehingga memberi peluang bagi masyarakat di sekitar untuk bekerja. (Subadi, 10 Oktober, Jepang Pakis) 2. Faktor Penghambat Ada beberapa faktor penghambat yang dapat memberikan dampak negatif dalam proses produksi kerajinan seni anyam bambu ini, diantaranya: 1. Harga bambu yang menjadi bahan baku naik tajam sehingga membuat harga jual kerajinan seni anyam bambu menjadi mahal. 2. Munculnya produk modern yang menarik perhatian konsumen. 3. Terhambatnya proses produksi karena pengrajin anyam bambu mengalami keterlambatan modal. 4. Banyak pengrajin anyam bambu yang beralih profesi.
5. Barang-barang kerajinan tergeser
kedudukannya sehingga dikhawatirkan kerajinan tersebut akan punah. 6. tidak hanya generasi yang nguri-nguri (menghidupkan) dan meneruskan kerajinan tradisional ini. (Subadi, 10 Oktober, Jepang Pakis)