TOPENG BARONG
Asal Daerah : Bali
Jenis Bahan : Kayu, cat, tali sebagai rambut
Topeng di Bali bukan hanya sekadar
sebagai ornamen pada kesenian saja. Lebih
dari itu, topeng pun tidak jarang menjadi
pelengkap dalam ritual keagamaan serta
disakralkan oleh masyarakat pendukungnya.
Topeng berarti penutup muka. Bahan topeng bisa dari kain, kayu, kertas atau
bahan lainnya. Bentuknya topeng sangat beragam, ada yang berbentuk wajah dewa-
dewi, manusia, binatang, makhluk mengerikan dan lain-lainnya. Topeng biasanya
menjadi bagian dari suatu pertunjukan atau kesenian.
Jenis kesenian, atau lazim disebut dramatari topeng, antara lain:
- Topeng Panca
- Topeng Pajegan
- Topeng Prembon
Kedekatan masyarakat dengan kesenian tersebut, terlihat dengan ditemukannya
beberapa prasasti yang memuat tentang kesenian topeng. Salah satunya adalah prasasti
Bebetin (896 Masehi), yang menyebutkan pertunjukan topeng sebagai atapukan. Di
samping itu, keberadaan topeng juga disebutkan dalam prasasti Blantih sekitar tahun
1059 Masehi.
Sedang keberadaan topeng sakral bisa ditemukan di daerah Ketewel, Sukawati,
yang disebut topeng Sang Hyang atau Sang Hyang Topeng. Topeng ini bermuka wanita,
sehingga disebut Topeng Widyadari atau Bidadari, dan terdiri atas tujuh buah, yaitu
topeng Widyadari Kendran, Nilotama, Gagar Mayang, Sulasih, Gudita, Supraba dan
Aminaka.
Tak hanya di Ketewel, topeng sakral juga terdapat di Desa Trunyan, di mana
terdapat Topeng Brutuk yang sering disebut Batara Brutuk. Di Desa Trunyan terdapat
sebuah pura bernama Pura Pancering Jagat. Di pura itu terdapat sebuah patung besar
tanpa busana setinggi empat meter yang bernama Bhatara Datonta atau Batara Ratu
Pancering Jagat. Batara Ratu Pancering Jagat memiliki sebanyak 21 orang ‘unen-unen’
dalam bentuk topeng yang dinamakan topeng Brutuk.
Sementara, salah satu pembuat topeng Bali yang sangat terkenal adalah I Wayan
Tangguh, berasal dari Desa Singapadu, Gianyar. Sebelum menjadi seniman, Wayan
Tangguh berguru pada Tjokorda Oka Tublan. Ketika ia merasa pengalaman belajarnya
sudah cukup, baru Wayan belajar membuat topeng sendiri yang dimulai pada tahun
1947.
Selain mengukir topeng, Wayan Tangguh juga membuat berbagai ukiran dan
hiasan, termasuk barong. Hasil karyanya terbuat dari kayu pule dan menggunakan
bahan pewarna alam khas Bali. Bahan alami yang digunakan misalnya, kincu untuk
warna merah tua, tulang untuk warna putih, atal untuk warna kuning, muruh leked
untuk warna biru, pere dan deluga untuk warna cokelat. Topeng-topeng karya Wayan
Tangguh banyak diminati kolektor karena terkenal dengan nilai artistik dan memiliki
taksu tersendiri.
Seniman topeng lainnya adalah Anak Agung Gede Dharma Agung (60), kelahiran
Bangli, 12 Agustus 1952. Dia dikenal sebagai seniman serba bisa. Selain piawai menari
patung juga sanggup membuat topeng atau tapel.
Salah satu jenis keterampilan yang sangat langka dimiliki itu berawal dari
ketekunan, keuletan, ketelitian dan kesabaran tanpa mengenal putus asa menjadi modal
baginya dalam menghasilkan karya seni.
Berbagai jenis rancang bangun topeng pernah dibuatnya, termasuk yang
disakralkan atau dikeramatkan dengan menggunakan bahan kayu pilihan yang
tumbuhnya di suatu tempat tertentu. Berbekal dari topeng warisan leluhurnya, Ia
mencoba membuat berbagai jenis topeng Bali sambil mengabdikan diri kepada
masyarakat untuk membuat topeng atau pratime yang diksakralkan masyarakat. Hal itu
didasari atas prinsip hidupnya "Berkarya sebagai yadnya". Banyak hasil karyanya yang
disakralkan masyarakat setempat seperti arca, patung dewa-dewi dan topeng yang
dikeramatkan.
GERABAH
Asal Daerah : Kasongan Bantul Yogyakarta
Jenis Bahan : Tanah liat
Macam-macam Batik Indonesia sangat bervariasi dan berasal dari berbagai daerah
yang tersebar di Indonesia. Batik memang identik dengan Kota Solo, Jogja dan juga
Pekalongan, akan tetapi saat ini sudah dikenal batik yang berasal dari selain kota-kota
tersebut. Dewasa ini dikenal pula batik yang berasal dari luar Pulau Jawa, seperti Batik
Bali dan Minangkabau, bahkan ada pula Batik dari luar Indonesia seperti Batik Jepang
dan Belanda. Untuk lebih mendekatkan kita kepada Batik Indonesia, mari mengenal
macam-macam Batik Indonesia dari berbagai daerah:
1. Batik Solo
Kota Solo merupakan daerah yang dikenal dengan kerajinannya, salah satunya
adalah batik. Batik Solo sudah dikenal masyarakat umum bahkan hingga
mancanegara. Batik Solo setidaknya memiliki lima motif yang paling populer, yaitu
motif sido asih, motif ratu ratih, motif parang kusuma, motif bokor kencana, dan
motif sekar jagad. Daerah sentral batik di Kota Solo berada di kampung Laweyan.
2. Batik Jogja
Tidak hanya Kota Solo, Kota Jogja juga dikenal juga dikenal dengan kerajinan
batiknya. Dahulu batik ini hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja di
Yogyakarta, seperti keluarga keraton, akan tetapi saat ini siapa saja bisa
menggunakan Batik Jogja. Ada lima motof Batik Jogja yang paling populer yaitu
motif kawung, motif parang kusumo, motif truntum, motif tambal, dan motif
pamiluto.
3. Batik Pekalongan
Salah satu kota di Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan batiknya selain
Kota Solo, Ya Kota Pekalongan dengan Batik Pekalongannya. Batik Pekalongan ini
tipikal batik dari daerah pesisir yang kaya akan warna, bahkan kita bisa menjumpai
satu Batik Pekalongan dengan kombinasi sekitar 10 warna sehingga terkesan atraktif
namun tetap dinamis.
4. Batik Madura
Mungkin anda mengenal Madura dengan perlombaan karapan sapinya? Atau
mungkin karena Madura merupakan sentra penghasil garam di Indonesia? Tahukan
anda kalau Madura juga terkenal dengan batiknya yang bercita rasa dan bernilai
tinggi? Ya, Batik Madura. Batik Madura terlihat lebih cerah dibandingkan dengan
batik kebanyak, sehingga nampak lebih berani dan tegas.
5. Batik Cirebon
Batik Cirebon atau yang biasa disebut Batik Megamendung merupakan karya
seni batik dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Batik ini unik sekali dan berbeda dengan
batik kebanyakan, untuk itu Pemerintah Indonesia berusaha agar Batik Cirebon
mendapatkan pengakuan sebagai salah satu World Heritage dari Indonesia dengan
mendaftarkannya ke lembaga PPB, UNESCO.
6. Batik Jakarta
Mungkin sebagian dari anda belum tahu Batik Jakarta, tapi batik asli Betawi
ini memang benar-benar ada. Memang saat ini eksistensi sudah jarang kita temui,
akan tetapi dulu batik ini pernah jadi idola dikalangan masyarakat ibukota. Saat ini,
pamor Batik Betawi kalah jauh dengan Batik Solo dan Pekalongan, mungkin sudah
saatnya kita mengembalikan kembali eksistensi Batik Jakarta.
7. Batik Bali
Bali tidak hanya dikenal dengan Sarung Bali yang sudah mahsyur dan
mendunia, akan tetapi Bali juga mempunya kerajinan batik. Ini membuktikan bahwa
Batik Indonesia tidak hanya berada di Pulau Jawa saja, melainkan juga dipulau-
pulau lainnya di Indonesia. Batik Bali sangat indah karena terinspirasi oleh pesona
keindahan alam Pulau Dewata tersebut.
8. Batik Tasik
Selain Kota Cirebon, Jawa Barat juga memiliki daerah sentra produksi batik
lainnya, yaitu Kota Tasikmalaya. Batik ini dikenal dengan Batik Tasik, batik ini
memiliki daya tarik tersendiri dan cukup digemari dikalangan masyarakat. Kekhasan
Batik Tasik adalah warna-warnanya yang cerah dengan gambar flora-fauna yang ada
disekitar Tasikmalaya seperti burung, bunga, dan lain-lain.
9. Batik Banten
Provinsi Banten juga memiliki batik yang sudah dikenal masyarakat luas,
khususnya dikalangan masyarakat Banten, yaitu Batik Banten. Batik Banten
merupakan salah satu batik terbaik didunia dan telah mendapatakan pengakuan
internasional. Salah satu keunikan Batik Banten yang tidak dijumpai pada batik-
batik lainnya adalah Batik Banten ini sebagai media tell the story (menceritakan
sejarah).
10. Batik Minangkabau
Siapa bilang batik cuma ada di Pulau Jawa dan Bali? Pulau Sumatera juga
memiliki batik tersendiri yaitu Batik Minangkabau yang berasal dari Padang,
Sumatera Barat. Batik Minangkabau biasa disebut Batik Tanah Liek atau dalam
bahasa Indonesia Batik Tanah liat, hal ini dikarenakan salah satu pewarna dalam
batik tersebut adalah tanah liat. Batik ini sangat indah sekali sayangnya akan sulit
untuk kita temui.
Selain kesepuluh macam-macam batik Indonesia tersebut, masih banyak lagi
kerajinan batik dari berbagai daerah di Indonesia seperti Batik Malang, Batik Aceh,
Batik Jombang, Batik Pekalongan, Batik Tulungagung, Batik Kediri, Batik Kudus,
Batik Jepara, Batik Brebes, dan batik-batik lainnya. Ini merupakan kekayaan Bangsa
Indonesia yang bernilai luhur, sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikan
budaya bangsa yang mendunia ini.
KERAJINAN PERAK
Asal Daerah : Kota Gede Yogyakarta
Jenis Bahan : Perak
Salah satu kerajinan tradisional khas masyarakat Palembang adalah kain songket.
Biasanya masyarakat wong kito menggunakan kain songket untuk acara besar maupun
upacara adat. Kain ini sudah terkenal baik di Indonesia maupun di penjuru dunia. Proses
pembuatannya yang sangat detail dan memakan waktu lama menyebabkan songket bisa
bernilai jutaan rupiah.
Songket merupakan kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang
pakan sebagai hiasan. Caranya dengan menyisipkan benang perak, emas atau warna lain
di atas benang lungsin. Warnanya yang elegan membuat songket diberi julukan “Ratu
Segala Kain”. Bahkan songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik
diukur dari segi kualitasnya. Awalnya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai
destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian kaum perempuan Melayu mulai mengenakan
songket sarung dengan baju kurung.
Proses pembuatan kain songket yang teliti dan makan waktu lama membuat kain
ini bisa berharga jutaan.
Motif tenun songket ada beberapa macam seperti lepus, jando beraes, bunga inten,
tretes midar, pulir biru, kembang suku hijau, bungo cino, bunga pacik dan lain-lain.
Bahkan untuk menjaga warisan budaya ini pemerintah daerah mengajukan 71 motif
tradisional sebagai warisan budaya masyarakat. Sebanyak 22 motif sudah mendapat
pengakuan dari Kementerian Hukum dan HAM dan 49 motif masih menunggu.
Beberapa motif yang diakui adalah motif bungo intan, lepus pulir, paku berkait, limar
berantai dan nampan emas.
Butuh kecermatan dan waktu sekitar 3-6 bulan untuk membuat satu kain songket.
Uniknya desainnya tidak selalu sama antara satu pengrajin dengan pengrajin lainnya,
tergantung selera mereka masing-masing. Harga kain songket biasanya dipengaruhi
bahan dan motif. Yang paling mahal menggunakan benang sutra.
KAIN TAPIS
Asal Daerah : Lampung
Jenis Bahan : Benang kaas, benang perak,
benang emas
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung
terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau
benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun
benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas
suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah
berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora
dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan
dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan
oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-
gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan
untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini
diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang
komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung
dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang
Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-
tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara
memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.
Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang Lampung telah menenun kain
brokat yang disebut nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2 Sebelum
Masehi. Motif kain ini ialah kait dan kunci (key and rhomboid shape), pohon hayat, dan
bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif
binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang
bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.
Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur
yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh
taradisi Neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.
Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan
kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap
dipertahankan.
Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat
memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia
kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak zaman
kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan
perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 - 1700.
Sejarah tapis juga didapat dari Muhammad Ridho Pratama Putra (Dido
Zulkarnaein). Muhammad Ridho Pratama Putra, berpendapat bahwa: Sejarah Tapis
Sejak Masa Pra-Sejarah
Sejarah mencatat bahwa masyarakat Lampung telah mengenal tenun Pelepai dan
Nampan sejak abad ke-2 SM. (menurut Van der Hoop = sejarawan asal Belanda).
Sejarah juga mencatat bahwa Tapis Lampung telah disebutkan dalam prasasti Raja
Balitung (Abad ke-9 M.) sebagai barang yang dihadiahkan. Dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa Tapis sejak zaman dahulu merupakan barang mahal, karena pada
dasarnya barang yang dihadiahkan adalah barang yg memiliki nilai-nilai tertentu.
Bersamaan pada abad tersebut kain songket telah berkembang di lingkungan Kerajaan
Sriwijaya, dimana kain songket telah ada sejak zaman Kerajaan Malayu (Abad ke-5 M).
Penggunaan benang emas dalam budaya tenun Indonesia merupakan hasil kontak
dagang dengan bangsa China sebagai penemu benang emas sejak Masa Sebelum
Masehi.
Sejarah mencatat pula, bahwa Bangsa Lampung telah melakukan kontak dagang
dengan Bangsa China sejak Abad ke-5 M, ketika Kerajaan P'o-Huang (dapat dieja
"Bawang" yang berarti Rawa dalam Bahasa Lampung) mengirimkan utusannya ke
Negeri China pada Tahun 449 M. dengan membawa Upeti dan 41 jenis barang dari P'o-
Huang yang diperdagangkan ke China (kitab Liu Sung Shu, 420-479 M.). Bahkan
berdasarkan temuan keramik China masa Dinasti Han (203-220 M), mengindikasikan
bahwa perdagangan antara Bangsa Lampung Kuno dengan China telah berlangsung
sejak awal Abad Ke-3 M.
Penggunaan benang emas dan kapas dalam tradisi tenun Lampung merupakan
kelanjutan dari teradisi menenun sejak jaman Perunggu atau Perundagian (antara 3000 -
1500 SM). Ini dapat dilihat dari ragam motif pada kain-kain tapis kuno, kain inuh dan
kain bidak yang bergaya Neolitikum, seperti: pucuk rebung, meander, manusia, pohon
hayat, sulur, binatang dll. Yang juga terdapat pada nekara dan bejana perunggu, serta
pecahan-pecahan gerabah Neolitikum.
Sebelum mengenal kapas dari bangsa China dan India, masyarakat Lampung
seperti juga masyarakat purba lainnya di dunia telah memanfaatkan kulit kayu (kulit
kayu halim dan tangkil), serat pisang, serat pandan, dll. untuk dipintal menjadi benang
sebagai bahan dasar kain tenun.
Untuk masyarakat Lampung, penggunaan benang emas, benang perak dan kaca
merupakan kelanjutan dari tradisi prasejarah, dimana pada masa itu masyarakat
Lampung purba menghiasi kain tenun mereka dengan menempelkan atau menyulam
benda-benda yang dianggap berharga atau memilki kekuatan magis seperti manik-
manik, kulit kerang, kepingan logam (perunggu), maupun sulaman benang / serat-serat
berwarna terang, hal ini mungkin berkaitan dengan status sosial masyarakat pada masa
itu, dimana semakin semarak ragam hias pakaian atau kain tenun tersebut, maka
semakin tinggi pula status sosialnya. Sisa-sisa tradisi ini masih dapat kita temui dalam
kain tapis kuno, kain inuh, kain bidak, maupun pada tradisi manik-manik Lampung
seperti pada lakkai (wadah seserahan, terbuat dari anyaman bambu atau rotan) dan
peleppai manik-manik maupun pada benda-benda peniggalan budaya lainnya.
Setelah kontak dagang dengan Bangsa China dan India terjadi, maka mulailah
mereka mengenal penggunaan kapas dan menghiasinya dengan barang-barang impor
seperti benang emas, benang perak, benang sutera alam, dan kaca. Dan banyak
mengalami perkembangan motif seiring dengan perubahan zaman sampai masuknya
pengaruh Islam yang sangat besar, dan semakin menambah kekayaan ragam hias dan
jenis dari kain tapis Lampung itu sendiri.
Namun kini, dari dua ratusan motif dan jenis kain tapis yang dahulu pernah ada,
saat ini tidak lebih dari tiga puluh motif dan jenis saja yang masih dikenal dan
diproduksi, bahkan diantaranya kini terancam hilang dan nyaris punah. Hal ini
dikarenakan rumitnya pengerjaan dan lamanya waktu proses pembuatan yang
dibutuhkan untuk memproduksi satu jenis kain. Mengingat jenis kain ini tidak bisa
diproduksi dengan mesin.
Selain dari kurangnya kepedulian masyarakat pada keberadaan tapis-tapis kuno,
juga akibat dari perburuan besar-besaran terhadap kain-kain langka tersebut oleh orang-
orang asing.
KERAJINAN ANYAMAN
Asal Daerah : Kalimantan Tengah
Jenis Bahan : Getah Kayu Nyatu
Kepulauan Nusantara dikenal dunia karena didiami oleh bermacam ragam suku
bangsa asli yang cukup heterogen. Kepulauan Nusantara dihuni oleh ratusan suku
bangsa asli Indonesia. Keragaman suku bangsa itu telah menjadikan Indonesia sebagai
salah satu negara di dunia yang kaya akan budaya. Ketersediaan sumber daya alam yang
cukup melimpah di tanah air dipadukan dengan seni budaya yang sangat beragam telah
menghasilkan berbagai produk kerajinan bernuansa etnik yang sangat kaya nilai seni.
Salah satu kekayaan budaya itu adalah kerajinan getah kayu nyatu yang berasal
dari pohon kayu nyatu. Pohon nyatu sendiri merupakan tanaman eksotis Kalimantan
Tengah yang hanya tumbuh di dua wilayah tertentu di provinsi tersebut, yaitu di
Kabupaten Pangkalan Bun dan di Kecamatan Bukit Tangkiling, Kota Palangkaraya.
Getah kayu nyatu selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat adat suku Dayak di wilayah
tersebut sebagai bahan baku untuk pembuatan kerajinan khas suku Dayak, seperti
berbagai bentuk perayu, patung masyarakat adat suku Dayak dan berbagai bentuk
kerajinan lainnya.
Kini kerajinan getah nyatu telah menjadi salah satu ciri khas provinsi Kalimantan
Tengah yang dikembangkan oleh masyarakat dengan dukungan Pemda setempat
menjadi barang souvenir yang sangat unik dan menarik dari wilayah tersebut. Sejumlah
kelompok usaha masyarakat adat suku Dayak setempat kini mengusahakan kerajinan
kayu nyatu tersebut dan telah berkembang menjadi salah satu sektor usaha yang cukup
menjanjikan bagi perkembangan ekonomi daerah.
Salah seorang pengusaha kerajinan getah nyatu dari Palangkaraya yang sudah
berhasil mengembangkan kerajinan tersebut menjadi salah satu produk kerajinan yang
cukup dikenal masyarakat di tanah air hingga mancanegara adalah Katutu Tulus Galing
dengan kelompok usahanya yang diberi nama Kahayan Jawed (Kahayan diambil dari
nama salah satu sungai di Kalteng, yaitu sungai Kahayan, sedangkan Jawed dalam
bahasa Indonesia berarti anyaman).
Menurut Katutu, pohon nyatu selama ini hanya ditemukan tumbuh di areal berawa
di Kabupaten Pangkalan Bun dan di Kecamatan Bukit Tangkiling, Kalimantan Tengah.
Tanaman yang memiliki pertumbuhan relatif cepat tersebut selama ini tidak ditemukan
di wilayah lain di Indonesia. Dalam kurun waktu hanya enam bulan tanaman nyatu bisa
tumbuh hingga mencapai 8 meter. Umur enam bulan tersebut biasanya menjadi patokan
bagi para perajin getah kayu nyatu untuk memanen pohon dengan cara mengambil
getahnya.
Dalam proses untuk mendapatkan getah, kata Katutu, para perajin getah nyatu
biasanya menebang pohon nyatu. Kemudian batang pohon nyatu di kuliti untuk diambil
bagian kulitnya. Selanjutnya, kulit kayu nyatu itu direbus di dalam air mendidih yang
sebelumnya telah dicampur dengan minyak tanah. Proses perebusan tersebut dilakukan
untuk memisahkan (mengekstrak) getah dari kulit kayu nyatu.
Dalam keadaan air rebusan yang masih mendidih, getah pohon nyatu yang sudah
terpisah dari kulit pohon itu kemudian diambil untuk selanjutnya direbus kembali untuk
memisahkan getah dari sisa-sisa minyak tanah. Getah pohon nyatu yang sudah terpisah
dari minyak tanah itu kemudian dipilah-pilah untuk proses pewarnaan. Untuk
memberikan warna warni pada getah, Katutu dan para perajin getah nyatu di Kalteng
biasanya menggunakan bahan pewarna alami yang diambil dari tanaman asli di Kalteng.
Proses pewarnaan dilakukan dengan cara merebus getah nyatu itu bersama-sama dengan
bahan tanaman sumber pewarnaan alam. Biasanya pewarna alami yang dipakai terdiri
dari empat jenis warna, yaitu hitam, kuning, merah dan hijau.
Getah nyatu yang sudah diberi bahan pewarna alam itu kemudian diambil dan
dalam keadaan masih panas (dalam rebusan air mendidih) langsung dibentuk dan
dianyam menjadi berbagai bentuk kerajinan getah nyatu. Proses pembentukan getah
nyatu harus dilakukan dalam keadaan masih panas karena dalam kondisi tersebut getah
nyatu masih dalam keadaan meleleh sehingga mudah dibentuk. Sedangkan kalau sudah
dingin, getah nyatu sulit dibentuk karena sudah berada dalam keadaan beku.
Menurut Katutu, kerajinan anyaman getah nyatu umumnya mengambil bentuk
perahu tradisional Dayak yang dilengkapi dengan awak dan berbagai asesorisnya.
Bentuk perahu tersebut menggambarkan cerita tersendiri yang diambil dari cerita asli
masyarakat suku Dayak di Kalteng. Sebagaimana diketahui di Kalteng sendiri terdapat
sejumlah suku Dayak, diantara-nya Dayak Manyan, Kapuas, Bakumpai, Katingan,
Kahayan dan Siak atau Ngaju.
Bentuk perahu yang biasanya dipergunakan dalam kerajinan anyaman getah nyatu
umumnya dicirikan dengan bentuk kepala naga dan kepala burung antang (elang) yang
terletak di bagian depan perahu. Perahu yang mengambil bentuk kepala naga biasanya
dipakai untuk menunjukkan perahu perang dan perahu untuk upacara adat Tiwah
(memindahkan kepala leluhur dalam agama Hindu Kaharingan), namun bentuk kepala
naga pada perahu perang dan perahu untuk upacara adat Tiwah sedikit berbeda.
Sementara perahu yang mengambil bentuk kepala elang biasanya menggambarkan
perahu berburu.
Perahu perang berkepala naga juga memiliki posisi kepala naga yang berbeda.
Posisi kepala naga yang mendongak ke atas menggambarkan bahwa perahu tersebut
telah berhasil memenangkan peperangan. Posisi kepala naga lurus menggambarkan
perahu sedang menuju ke arah peperangan. Sedangkan posisi kepala naga menunduk ke
bawah menggambarkan perahu sedang dalam perang.
Selama ini Katutu memproduksi kerajinan anyaman getah nyatu hanya
berdasarkan pesanan. Namun demikian setiap bulannya Katutu tidak pernah sepi dari
pesanan. Rata-rata setiap bulannya Katutu bersama kelompok usaha kerajinannya yang
terdiri dari 12 orang sanak keluarganya mampu memproduksi 200-300 unit kerajinan
anyaman nyatu berbagai ukuran.
Katutu biasanya menjual kerajinan anyaman getah nyatu itu dengan harga yang
bervariasi tergantung kepada ukuran dan bentuk/model kerajinannya. Harga kerajinan
anyaman getah nyatu itu berkisar mulai dari Rp 60.000 hingga jutaan rupiah per
unitnya.
KERAJINAN PATUNG
Asal Daerah : Lombok Timur
Jenis Bahan : Kayu Jati, Mahoni, Atau Jenis
Kayu Lainnya.
ANYAMAN
Asal Daerah : Lembang Jawa Barat
Jenis Bahan : Kayu, Bambu, Plastik.
Daerah Lembang selain terkenal karena keindahan alam dan kesejukan udaranya,
juga terkenal dengan seni kerajinan tangannya. Kerajinan tangan yang dihasilkan para
pengrajin kawasan wisata ini memiliki keunikan dan ciri khasnya yang tersendiri, yang
sukar disamai oleh kerajinan tangan dari daerah lainnya. Makanya ketika Anda
berkunjung ke daerah ini bisa dikatakan rugi jika tak mengunjungi lokasi tempat
berbagai seni kerajinan tangan tersebut dibuat.
Ada banyak sekali benda-benda kerajinan tangan hasil tangan-tangan kreatif para
pengrajin Lembang yang bisa dilihat dan dimiliki. Rata-rata berbagai benda kerajinan
tersebut terbuat dari bahan-bahan yang sederhana seperti kayu, bambu, plastik, dsb,
namun karena diolah oleh tangan-tangan yang terampil dan teruji maka menghasilkan
output kerajinan yang luar biasa indahnya.
Barang kerajinan itu misalnya replika burung hantu, cendrawasih, ular kobra,
ayam jago, kelinci, macan tutul, soang atau bebek, dan masih banyak lagi replika hewan
lainnya yang memiliki nilai jual tinggi. Juga ada tas, keranjang, ataupun gentong yang
terbuat dari tanah. Mereka biasanya mengolah benda-benda sampai menjadi benda
kerajinan tersebut hanya menggunakan peralatan yang sederhana dan tradisional. Jadi,
bisa dibayangkan kalau saja mereka diberikan kesempatan untuk membuat benda-benda
kerajinan dengan peralatan modern dengan standar industri.
Dengan datang langsung ke galeri kerajinan benda-benda kerajinan tersebut Anda
bisa dengan leluasa melihat, memilih benda mana saja yang dianggap menarik dan ingin
dimiliki. Selain itu, Anda juga bisa melihat prosesi pembuatan berbagai benda kerajinan
tersebut tentunya jika Anda memiliki banyak luangan waktu. Intinya, dengan
berkunjung ke galeri seni kerajinan berbahan dasar bambu ini Anda dijamin akan
mendapatkan banyak hal; benda yang atraktif, teknik pembuatan benda kerajinan yang
rumit, dsb.
UKIRAN KAYU
Asal Daerah : Papua
Jenis Bahan : Kayu
Secara harfiah bentuk ondel-ondel aslinya adalah berupa boneka besar yang
tingginya sekitar +/- 2,5 m dengan garis tengah +/- 80 cm, terbuat dari anyaman bambu
yang dibentuk begitu rupa sehingga mudah dipikul karena ondel-ondel digerakan oleh
orang yang berada didalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut
kepala terbuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki di cat warna merah, sementara
ondel-ondel perempuan dicat dengan warna putih.
Di arena Jakarta Fair Kemayoran 2009 anda pun akan dapat melihat bahkan
membeli ondel-ondel itu. Namun ondel-ondel ini berbentuk mini karena terbuat dari
kayu. Berada di hall B stand dari Dinas Sosial DKI Jakarta ini menampilkan berbagai
kerajinan tangan hand made yang dikerjakan oleh saudara kita yang memiliki
keterbatasan. Berupa ondel-ondel mini dengan berbagai gaya dijual dengan harga @ Rp
5.000 sampai @ Rp 135.000.
TUGAS SBK
SD NEGERI 5 TANGERANG
2014
Gelang sederhana…
Kali ini saya ingin menampilkan beberapa gelang sederhana yang pernah saya buat.
Gambar disamping adalah gelang kristal pelangi yang saya ronce menggunakan karet
elastik, sehingga tidak memerlukan pengait untuk memasangkannya di pergelangan
tangan. Saya tambahi aplikasi kristal dengan ukuran yang lebih kecil di lima bagian,
untuk mempercantik tampilannya secara keseluruhan :D
Kalau untuk gelang yang satu ini, saya memakai “bantuan” paku+ring untuk
menyatukan kristal menjadi gelang cantik. Proses pembuatannya sangat mudah dan
sederhana, tinggal pasang kristal pada paku, bentuk loop, rangkaikan dengan ring
hingga mencapai lingkar pergelangan tangan (panjang gelang) yang diinginkan…jadi
deh!
Si cokelat manis ini, cara merangkainya sama dengan cara merangkai gelang merah,
namun kali ini saya mengkombinasikan dua ukuran kristal, yaitu ukuran 8mm (cokelat
tua) dan 6mm (cokelat muda kekuningan/amber).
Kalau gelang dibawah ini, saya menggunakan manik kristal ukuran 6mm berwarna
amber, dengan bentuk roncean yang sedikit berbeda. Pada bagian paku panjang, saya
melakukan lilitan sehingga ada variasi yang lain pada gelang kristal ini :D
Gaya variasi lilitan juga saya lakukan pada gelang sederhana berwarna ungu pelangi
ini…
Berikut cara membuat kerajinan meronce
Alat dan Bahan :
- Manik – manik aneka bentuk
- Benang
- Jarum
- Pengait kalung
Cara Membuat :
- Masukkan benang ke dalam jarum lalu ikatkan pengait dengan benang. Selanjutnya,
dengan bantuan jarum masukkan manik – manik satu per satu.
- Isi benang tersebut dengan manik – manik sampai penuh, kemudian akhiri rangkaian
dengan pengait. Sekarang, kalung atau gelang indah roncean pun telah jadi.