Anda di halaman 1dari 23

Miniatur Wayang Wong Sebagai Suvenir Khas Pariwisata Desa Tejakula

Buleleng Bali

Oleh

I Nyoman rediasa

ABSTRAK

Miniature wayang wong Tejakula merupakann perwujudan wayang wong dalam wujud kecil

menyerupai boneka yang berukuran tinggi 30 cm. Miniature wayang wong Tejakula diciptakan

untuk menjaga eksistensi sekaligus sebagai souvenir bagi wisatawan yang datang ke Desa

Tejakula. Desa Tejakula ini merupakan salah satu tempat berkembangnya kesenian wayang

wong. Eksistensi wayang wong sebagai kekayaan seni pertunjukkan yang melekat kuat dengan

tradisi masyarakat Tejakula telah menstimulasi salah seorang warga masyarakat Tejakula yang

sebelumnya bergerak dalam bidang seni ukir, menjadikan Wayang Wong sebagai sumber

inspirasi pembuatan souvenir khas daerah tujuan wisata Tejakula.

Kata kunci: miniatur, wayang wong


BAB I PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Menjaga warisan tradisi Bali adalah harga mati bagi masyarakat Bali, tradisi, seni budaya

sebagai aset utama tumbuh kembangnya priwisata di Bali, tidak terkecuali Wayang Wong Desa

Tejakula yang telah ada sejak abad ke XVII

Miniature wayang wong Tejakula merupakann perwujudan wayang wong dalam wujud kecil

menyerupai boneka yang berukuran tinggi 30 cm. Miniature wayang wong Tejakula diciptakan

untuk menjaga eksistensi sekaligus sebagai suvenir bagi wisatawan yang datang ke Desa

Tejakula. Desa Tejakula adalah sebuah desa di pesisir Buleleng timur. Pernah sangat terkenal

sebagai penghasil Jeruk sampai akhir era 1980-an. Sebagai desa pesisir sebagian masyarakatnya

juga berprofesi sebagai nelayan dan petani garam. Setelah masa kejayaan semua pendudukng

kesejahteraan masyarakat Tejakula mengalami kemunduran akibat srabgan hama CVPD yang

menghabiskan secara total populasi pohon jeruk Tejakula maka pada masa peralihan sekaligus

pemulihan kondisi social ekonomi berbagai upaya dilakukan oelh masyarakat Tejakula. Salah

satu yang menojol adalah upaya mengembangkan potensi pariwisata dengan memanfaatkan

potensi wilayah pantai serta potensi seni budaya yang hidup dan mengakar kuat di Desa

Tejakula.

Sebagai tempat wisata Tejakula mempunyai daya Tarik tersendiri baik dari sector kerajinan

tangan; ingka, emas, perak, home industri pembuatan Jaja Gina, Dodol, minyak kelapa. Tejakula

juga memiliki Wisata alam dan budaya yang sangat menarik; Pantai Penyumbahan Les, Air

Terjun Yeh Mempeh, Desa Les, Pantai Sembiran, Bahari Prawara, Surya Indigo, dan Situs Batu
Gambi. Sebagai tempat yang eksotik, Desa Tejakula ini merupakan salah satu tempat

berkembangnya kesenian wayang wong.

Munculnya kesenian wayang wong di Desa Tejakula berawal sekitar abad XVII – XVIII, yaitu

ketika datang keluarga Sangging, Pande Sangsi Jelantik, Arya Wang Bang Pinatih dan Pasek ke

Desa. Tejakula yang mengawali pembangunan Pura. Kemudian datang pula para seniman yang

bernama I Dewa Batan dari Desa Bunutin (Bangli), membawa tari parwa dan I Gusti Ngurah

Made Jelantik dari Desa Blahbatuh (Gianyar) membawa tari gambuh. Kedua tokoh inilah yang

berinisiatif untuk membentuk sekaa (perkumpulan, kelompok organisasi masyarakat Desa)

wayang wong di Desa Tejakula

Berdasarkan hasil sidang ke-10 di Windhoek, Namibia, Komite Warisan Budaya Tak Benda

UNESCO menetapkan sembilan tari asal Bali, Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda

UNESCO, salah satunya yaitu Wayang Wong Tejakula. Wayang Wong Tejakula sudah

dinyatakan sebagai Warisan Budaya dunia oleh UNESCO sejak tahun 2015, namun sertifikatnya

baru diserahkan oleh Arief Budiman selaku Staff Ahli Kemendikbud kepada Putu Agus

Suradnyana selaku Bupati Buleleng dalam acara Buleleng Festifal 2016 (02/08/2016).

Keberadaan wayang wong di Tejakula saat ini masih sangat eksis, dibuktikan banyaknya warga,

khususnya warga Desa Tejakula baik anak kecil, remaja, maupun orang tua, berminat untuk

menonton tarian sakral ini. Secara keseluruhan wayang wong termasuk dalam kategori seni

pertunjukan, akan tetapi pertunjukan kesenian wayang wong tidak terlepas dari unsur-unsur

kesenirupaan. Setiap tokoh dalam pertunjukan wayang wong mengenakan topeng sesuai lakon

yang diperankan. Topeng, busana, dan mahkota yang dikenakan memiliki jenis yang bervariasi

tergantung dari masing-masing karakter tokoh dan status sosialnya


Eksistensi wayang wong sebagai kekayaan seni pertunjukkan yang melekat kuat dengan tradisi

masyarakat Tejakula telah menstimulasi salah seorang warga masyarakat Tejakula yang

sebelumnya bergerak dalam bidang seni ukir, menjadikan Wayang Wong sebagai sumber

inspirasi pembuatan souvenir khas daerah tujuan wisata Tejakula. Telah dibuat miniature wayang

wong khas Tejakula dalam bentuk serupa boneka dengan ukuran tinggi sekitar 30 cm dengan

pendekatan gaya realistic. Figure yang di-miniaturisasi barulah 2 figur yaitu figure Sugriwa dan

Hanuman yang merupakan tokoh dari kelompok wanara (kera) di dalam cerita epos Ramayana

yang merupakan sumber tema pementasan wayang wong Tejakula baik sebagai tontonan biasa

maupun pementasan sebagai bagian dari ritual keagamaan . semenjak 3 tahun silam pembuatan

souvenir ini terhenti lantaran pelakunya lebih memilih sebagai seniman Tatto. Hal itu sangat

disayangkan pada saat Tejakula berupaya memperkaya daya Tarik pariwisata dimana peran serta

berbagai sector yang bias menjadi kekuatan social budaya dan alam Tejakula semakin bersinar

sehingga menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke wilayah Desa Tejakula sekaligus

memperoleh kenangan yang unik dank has pariwisata desaTejakula.


1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Berdasarkan situasi tersebut maka sangat perlu dilakukan upaya membangkitkan kembali

produksi souvenir berupa miniature Wayang Wong dengan melakukan berbagai perbaikan

kualitas estetik serta pengayaan karakter yang divisualkan ke dalam bentuk boneka miniature.

Berdasarkan kondisi itulah maka program kegiatan Pengabdian kepada masyarakat oleh prodi

seni Rupa Undiksha ini direncanakan untuk dilaksanakan.

2. Menurut I Putu Ari Widana selaku pengerajin miniature wayang wong, peralatan penunjang

yang digunakan untuk menghasilkan produk yang berkualitas sangat terbatas, Selama ini

dikerjakan secara terdisional sangat terbatas. Selain itu, monotonnya jenis produk yang

dihasilkan membuat pangsa pasar menjadi sedikit lesu karena konsumen merasa bosan dengan

produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan hanya berupa miniature wayang wong berupa

wujud Sugriwa bahan yang digunakan berbahan dasar kayu (topeng, tangan dan kaki)

dibentuk/diukir secara manual dan minim kreatifitas pakaian dan hiasan dijarit secara manual

oleh satu orang Untuk itu, diperlukan suatu upaya pengenalan bahan lain, pengadaan peralatan

penunjang yang lebih lengkap, modern, dan berkualitas dan juga pengembangan produk yang

lebih bervariasi sehingga konsumen akan merasa lebih tertarik untuk menggunakan produk

mereka. dari identifikasi permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan masalah ;

bagaimanakah cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengerajin dalam

mengembangkan/pengayaan disain miniature wanang wong, sehingga nantinya bisa diproduksi

masal dan meningkatkan kreativitas estetik dengan alat dan bahan yang lebih memadai.
1.3. Tujuan Kegiatan

Melatih para pemuda/pengerajin agar menguasai teknik dan tahapan proses kegiatan, pengenalan

alat bahan, membuat disain dan perwujudan master miniature wayang wong untuk nantinya siap

diproduksi . Sehingga khalayak yang menjadi sasaran dalam pengabdian ini adalah pengrajin di

desa Tejakula terutama pengerajin generasi muda yang produktif .

1.4. Manfaat Kegiatan

Para pemuda yang ikut dalam pelatihan ini diharapkan termotivasi untuk mengembangkan

kegiatan pembuatan miniature wayang wong sebagai salah satu kegiatan berwirausaha untuk

pengembangan kebutuhan wisatawan Desa Tejakula


BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Wayang Wong

Wayang wong adalah nama sebuah drama tari yang terdapat dibeberapa daerah di Indonesia

salah satunya adalah di Bali. Di Bali, Wayang Wong merupakan drama tari bertopeng yang

menggunakan dialog Bahasa Kawi yang selalu menampilkan wiracarita Ramayana (Soedarsono ,

2002 : 140). wayang wong termasuk dalam kategori seni pertunjukan, akan tetapi pertunjukan

kesenian wayang wong tidak terlepas dari unsur-unsur kesenirupaan. Setiap tokoh dalam

pertunjukan wayang wong mengenakan topeng sesuai lakon yang diperankan. Topeng, busana,

dan mahkota yang dikenakan memiliki jenis yang bervariasi tergantung dari masing-masing

karakter tokoh dan status sosialnya.

2.2. Miniatur

Miniatur adalah suatu tiruan sebuah objek seperti tempat, bangunan, makanan, dan objek lainnya

yang dapat dilihat dari segala arah atau biasa disebut benda 3 dimensi. Miniatur biasanya dibuat

untuk suatu pameran atau acara kesenian yang membutuhkan sebuah peragaan

(https://id.wikipedia.org/wiki/Miniatur) Miniatur adalah suatu objek dimana skala dari pada

objek itu sendiri diperkecil, tiruan objek yang lebih kecil dari benda yang ditirunya. Atau bisa

juga miniatur adalah karya seni berbentuk mini, bersifat estetis, serta memiliki suatu fungsi

selain dari aspek keindahan


2.3. Kerajinan

Kerajinan Adalah suatu karya seni yang proses pembuatanya menggunakan keterampilan tangan

manusia dan biasanya hasil dari sebuah kerajinan dapat menghasilkan sesuatu yang cantik dan

indah, dengan sentuhan seni tinggat tinggi serta benda siap pakai.

Kerajinan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh semangat

ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas dalam

melakukan suatu karya (Kadjim 2011:10).


BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kerajianan Miniatur Wayang wong ini dilakukan dengan

pelatihan terstruktur, diawali dengan kegiatan sosialisasi dan pelatihan selama 2 bulan dengan

metode demonstrasi, tutorial dan eksperimen.

Adapun detail rancangan tahapan dari kegiatan pelatihan ini adalah ;

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini diawali dengan perancangan modul atau tutorial pelatihan yang dibuat

dengan video agar lebih komunikatif dan memungkinkan dilakukan dalam bentuk daring

mengingat kondisi saat ini yang sedang dalam masa pandemi covid 19 yang

mengharuskan kita untuk mengikuti anjuran standar penanggulangan covid 19 yakni

penjarakan sosial dan bekerja dari rumah .

2. Tahap Sosialisasi

Dengan mengumpulkan dan mensosialisasikan program pelatihan pembuatan miniature

Wayang Wong pada para pengrajin di Desa Tejakula. Dengan bertimbang pada kondisi

masa pandemi covid 19 yang mengharuskan kita untuk mengikuti anjuran standar

penanggulangan covid 19 yakni penjarakan sosial dan bekerja dari rumah, maka tahapan

inipun akan dilangsungkan secara daring .


3. Tahap Pelatihan

Dalam tahapan ini masing masing peserta (pengrajin) akan diberikan berbagai tutorial

berupa video proses dan akan diberikan kesempatan untuk bereksperimen dan berpraktik

langsung membuat miniatur sesuai dengan tahapan tahapan yang telkah disiapkan dan

dijelaskan dalam tutorial. Proses ini akan direvew secara berkala dengan mekanisme

pertemuan daring .Proses revew ini adalah proses untuk mengevaluasi hasil dari proses

pembuatan miniatur dan mendiskusikan dan mencari solusi jika ada berbagai masalah

dilapangan.

3.2 Sasaran

Adapun sasaran dari pelatihan ini adalah para perajin terutama generasi muda di Desa

Tejakula, sebagai bentuk pengembangan potensi sumber daya manusia berbasis seni dan

budaya serta mendorong bertumbuhnya sektor ekonomi kreatif untuk klesejahteraan

warga masyarakat.

3.3 Luaran

Adapun luaran kegiatan pengabdian ini adalah ;

1. Video tutorial proses pembuatan miniatur wayang wong

Video ini dapat digunakan secara berkelanjutan dengan mekanisme daring

2. Sampel /model/desain miniatur wayang wong yang dapat dikembangkan lebih jauh

oleh para pengrajin


BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Rancangan Desain Miniatur Wayang Wong

Minimnya kreatifitas, demi meningkatkan kualitas estetika visual miniatur wayang wong

yang pernah dikerjakan pengerajin di Desa Tejakula. Kami dari tim mencoba memberikan

pendampingan dalam pembuatan master miniatur wayang wong Teja Kula, nantinya bisa dicetak

untuk meningkatkan produksi.

Gambar 4.1.1

Miniatur wayang wong Teja Kula karakter Sugriwa

Gambar di atas adalah satu satunya karakter sovenir wayang wong yang pernah dibuat

oleh pengerajin di Desa Tejakula. Untuk peningkatan kualitas estetika dan produksi nantinya,
kami tim pengabdi mencoba menawarkan bentuk desain tubuh wayang yang bisa dibongkar

pasang, dimana mengadopsi bentuk gerak model mini mannequin kayu. Untuk mengatur

gerakannya memakai kawat bonsai ukuran 3 mm, selain kuat kawat ini juga bersifat lentur

sehingga mudah mengatur gerakan miniatur wayang.

Sebagai tahap awal pembuatan miniatur, kerangka tubuh miniatur yang berukuran tinggi

20 cm dibagi menjadi beberapa potongan kayu kecil menyerupai bentuk bagian-bagian tubuh,

diselingi bentuk bulat sebagai penekuk gerak. Kayu yang dipakai memiliki serat halus, tidak

terlalu keras sehingga gampang dibentuk (kayu albesia), adapun pembagianya; satu bagian

kepala, dua bagian badan, tiga bagian tangan, tiga bagian kaki masing-masing satu pasang.

Untuk proses pengerjakan pada umumya dibuat bentuk global kecuali bagian kepala, telapak

tangan dan kaki dikerjakan secara mendetail, karena bagian ini yang terekspos langsung, bagian

lain terbungkus aksesoris/pakaian.

Gambar 4.1.2

proses membentuk bagian-bagian badan miniatur

Dapat dipastikan semua bagian bisa ditekuk atau digerakan, tahap selanjutnya membuat

penopang dengan besi lurus yang ditancapkan ke pustek tempat displai miniatur, pustek juga
terbuat dari kayu dengan ukuran dua kali lipat lingkaran diameter miniatur, kenapa lebih besar,

selain sebagai pemberat juga meminimalisir kemungkinan jatuh ketika didisplai.

Gambar 4.1.3

Wujud gerak miniatur wayang wong

4.2. Karakter visual miniatur wayang wong

Dalam pembuatan karakter miniatur wayang wong, bentuk kepala menjadi bagian yang

paling penting, bentuk kepala (muka,gelungan) menjadi ciri utama dalam perwujudan tokoh

disamping pakaian dan aksesoris lainya. Dalam membentuk wajah dan gelungan diusahakan

sedetail mungkin, media kecil menjadi tantangan tersendiri dalam membentuk terutma didetail

ukiranya. Dalam prosesnya ketika mengerjakan ukiran tidak terkejar dengan hanya memakai

pahat manual seperti apa yang dipakai selama ini oleh pengerajin di Desa Tejakula. Pada proses
ini kami menyarankan memakai bor gantung yang memiliki berbagai jenis mata bor berukuran

kecil, bor seperti ini biasa dipakai pengerajin ukiran tulang di Desa Tampak Siring Gianyar.

Proses pembentukan gelungan maupun gerak jemari wayang diusahakan tidak ada lubang

yang tembus, ini bertujuan agar nantinya lebih mudah dalam membuat acuan cetak ketika harus

diproduksi.

Gambar 4.2.1
detail ukiran gelungan
Untuk memperkaya variasi wujud visual miniatur wayang wong kami mencoba

menawarkan untuk membuat karakter tokoh selain Sugriwa (tokoh yang pernah dibuat

pengerajin) seperti Hanoman, Rama maupun tokoh pewayangan lainya.


Gambar 4.2.2
Tokoh Rama dan Subali
Selain karakter wajah, gerak tangan pakaian aksesoris dan warna juga menentukan

perbedaan masing-masing karakter tokoh, pakaian yang digunakan pada miniatur memanfaatkan

potongan kain yang sudah tidak terpakai, ini banyak ditemukan dibeberapa tukang jarit di daerah

Tejakula. Pakaian yang dimaksud juga dibuat oleh tukang jarit didaerah setempat (Ni Made

Sudiani dkk) dibentuk sesuai karakter tokoh tertentu, untuk lebih detail dan memperkuat karakter

nantianya akan ditambahkan warna.

Gambar 4.2.3
Proses membentuk dan memasang pakaian
4.3 Pembuatan busana miniatur wayang wong
Busana atau kostum yang digunakan dalam Tari Wayang wong atau tari topeng pada

umumnya di Bali pada mulanya mengambil dasar dari wayang kulit. Akan tetapi, seiring dengan

majunya jaman, kostum Tari Topeng Bali mengalami perkembangan dan modifikasi, seperti

kerah kostum, hiasan kepala yang kompleks, dan jubah tidak lagi sama seperti wayang kulit.

Kostum dari Tari Topeng Bali menurut kualitasnya dibagi menjadi tiga, yaitu: Sengkelat

(memiliki kualitas tinggi dan tahan lama), Laken (kualitas bagus dan sering digunakan), dan

Bludru (kualitas rendah dan mampu dimiliki semua kalangan)

proses pembuatan/perakitan busana dan aksesoris miniatur wayang wong mengunakan

beberapa jenis kain: blacu, bludru dan parasut, ditambah bahan lain seperti mute, cat, prada,lem

dan benang untuk mengikat. Tahapannya menyesuaikan dengan karakter tokoh ukuran perbagian

tubuh masing-masing miniatur. antara lain, pemotongan kain sesuai pola busana (badong, baju,

celana, gelang dan sabuk) proses menjarit, memasang asksesoris seperti mute, dan membuat

motif ukiran pada kain. Adapun bagian busana/aksesoris yang dibuat terdiri dari; saput (jubah),

kancut (sarung putih dengan pleats pada bagian depan), jaler (celana panjang putih),

bapang/badong (kerah tambahan), baju (kemeja lengan panjang), keris, setewel (pelindung kaki),

gelang kana, awiran (kain pendek penutup keris), dan sabuk (ikat pinggang)

1. Saput (jubah), saput terbuat dari kain parasut dengan lukisan motif pepatraan dengan

meggunakan warna prada(gold), dengan tambahan susunan mote gold pada bagian bawah. Kain

saput menutupi hampir sebagian tubuh miniatur (dada sampai diatas lutut)
Gambar 4.3.1
2. Jaler dan Kancut hanya untuk miniatur berjenis kelamin laki-laki dibuat dari kain

blacu berwarna putih untuk menutupi badan miniatur, kancut ( lelancingan) yang ujungnya

runcing kebawah dalam keepercayaan masyarakat Bali sebagai simbul penghormatan terhadap

ibu pertiwi

Gambar 4.3.2
3. Badong dan angkeb tundu merupakan mahkota hias yang dikenakan di leher seperti

kalung. Oleh sebab itu, saat dikenakan badong akan menutupi bagian leher bawah hingga dada

bagian atas, angkeb tundu menutupi leher bawah punggung. Umumnya, badong dan angkeb

tundu dibuat dari kulit hewan, namuan badong dalam miniatur wayang wong Tejakula memakai

bahan kain bludru warna merah marun dengan hiasan mote berwarna emas.

Gambar 4.3.3
4. Gelang tangan dan kaki, gelang yang digunakan oleh penari terbuat dari logam,

kertas atau kain yang berwarna keemasan, gelang berfungsi untuk penambah keindahan penari.

Seperti halnya badong gelang pada miniatur wayang wong Tejakula memakai bahan kain bludru

warna merah marun dengan hiasan mote berwarna emas.


Gambar 4.3.4

5. Baju, sabuk dan keris Baju didesain yang longgar pada lubang lengan-tangan, dada

dan terbuka di bagian perut. Sabuk (Ikat pinggang) Ikat pinggang yang digunakan adalah berupa

kain yang dilingkarkan dipinggang. Tujuan penggunaan ikat pinggang adalah sebagai penahan

pakaian yang digunakan Selain itu dapat sebagai penambah keindahan kostum pada miniatur

wayang wong Tejakula baju dan sabuk memakai bahan kain bludru warna hitam dengan sedikit

hiasan warna emas sedangkan keris terbuat dari kayu dengan ornamen motif ragam hias.
Gambar 4.3.5

4.4 Peoses pengecatan dan finising

Pengecatan atau pemberian aksen warana untuk mempertajam karakter tokoh wayang wong yang

diinginkan baik itu dibagian muka, mahkota kepala, tangan dan kaki. Pada bagian wajah

menggunakan warna berbasis minyak sedangkan untuk aksen kesan emas memakai cat prada

pada gelungan maupun gambar motif hias pada jubah. Tahap akhir dalam pengerjaan miniatur

wayang wong, mengecek kemungkinan cat, jaritan atau rakitan yang kurang maksimal sebelum

dipernis pada bagian yang tidak terbungkus pakaian agar awet.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Miniature wayang wong Tejakula merupakann perwujudan wayang wong dalam wujud

kecil menyerupai boneka yang berukuran mini/kecil Miniature wayang wong Tejakula

diciptakan untuk menjaga eksistensi sekaligus sebagai souvenir bagi wisatawan. Kehadiran

miniatur wayang wong Tejakula juaga mengsah kreaativitas anak muda di desa Tejakula.

Dengan kwalitas yang baik dan dengan harga bahan yang tidak terlalu tinggi semoga miniatur ini

bisa terus ada dan berkembang di desa Tejakula.

5.2. Saran

Semoga pengabdian masyarakat tentang wayang wong/miniatur wayang wong Tejakula

bisa berlanjut atau ada yang melanjutkan agar miniatur ini bisa diproduksi secara masal dan

desainnya lebih berkembang lagi. Kerajinan bisa terus ada dan eksis hendaknya ada pasar yang

mendukungnya oleh sebab itu besar harapan pengabdi agar pemerintah daerah dan pelaku wisata

bisa terlibat langsung dalam mempromosikan sovenir wayang wong tejakula.


DAFTAR PUSTAKA

Bostami, Sujawi. 2003. Seni Kriya Seni. Semarang: UPT UNNES PRESS

Kadjim. 2011. Kerajinan Tangan dan Kesenian. Semarang: Adiswara.

Soedarsono, R.M. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta: PPTA.

Sumber dari Internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Miniatur)

https://www.youtube.com/watch?v=D1sPq6 Rir_A

https://sekolahnesia.com/properti-tari-topeng/

Anda mungkin juga menyukai