Anda di halaman 1dari 3

Tanjak merupakan topi khas Melayu Siak, Riau.

Dahulunya,topi ini dipakai oleh para


bangsawan Melayu, dan seiring berjalannya waktu tanjak dapat dipakai  oleh seluruh
masyarakat, terutama masyarakat Sungai Mempura agar  membangkitkan kembali kecintaan
masyarakat pada tradisi lama . Tanjak terbuat dari kain songket dan kain tenun, yang
merupakan kain ciri khas melayu. Tanjak dibuat oleh masyarakat kampung melayu untuk
dipakai oleh masyarakat dan dijual sebagai oleh oleh untuk pengunjung dengan harga kisaran
50.000-155.000 tergantung model dan bahan yang digunakan. Kampung melayu juga
menyediakan paket wisata pembuatan tanjak dengan berbagai model sehingga bisa menjadi
kreatifitas pengunjung dan memberi pengalaman terbaru.

Kampung Wisata di kawasan Pontianak Timur ini merupakan icon wisata


rintisan yang menyuguhkan kegiatan produktif warga kota berupa kerajinan
Tanjak khas Melayu Pontianak. Adalah Bapak Suherman yang akrab biasa di
sapa Pak Herman, yang menggagas keberadaan Kampung Tanjak ini.
Karena kreatifitas dan keuletannya dalam membuat Tanjak inilah kemudian
beliau berinisiatif menularkan keterampilan pembuatan tanjak kepada
masyarakat yang ada dilingkungannya.

Kreasi Tanjak milik Pak Herman kemudian di beri nama “Budaye Tanjak”
yang juga dijadikan “brand” dari usaha yang digelutinya ini. Pak Herman
kemudian turut memberdayakan warga di kampungnya untuk memproduksi
tanjak untuk membantu memenuhi kebutuhan pesanan pelanggannya. Dari
sinilah kemudian Pak Herman ingin menjadikan kegiatan pembuatan tanjak di
kampungnya ini menjadi sentra penghasil tanjak khas melayu Pontianak.

Dengan dukungan Lurah beserta perangkat-perangkatnya kemudian


bermusyawarah dan menetapkan kampung tersebut sebagai Kampung
Wisata Tanjak. Keputusan ini kemudian dituangkan secara resmi dalam Surat
Keputusan Lurah Siantan Hulu No 9 Tahun 2021 tentang Pembentukan
Kampung Tanjak Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara.
Berbekal legalitas inilah Pak Herman beserta warga terus berbenah untuk
mewujudkan Kampung Wisata Tanjak.

Dukungan juga terus mengalir dari berbagai instansi Pemerintah maupun


swasta, Walikota Pontianak Bapak Edi Rusdi Kamtono bersama Ibu Yeni
yang juga ketua Dekranasda Kota Pontianak menyambut baik gagasan
dibentuknya Kampung Tanjak di Siantan Hulu. Hal ini menunjukkan bahwa
warga kota sangat antusias melestarikan khasanah budaya asli daerah yang
memiliki nilai jual yang tinggi. Ibu Yeni sapaan akrab beliau juga
menyampaikan dukungannya untuk mempromosikan keberadaan Kampung
Tanjak kepada setiap tamu yang akan berkunjung ke Kota Pontianak.

Disamping itu Dinas Terkait seperti ATR/BPN Kota Pontianak, DKUMP Kota
Pontianak dan Disporapar Kota Pontianak juga memberikan dukungan serius
agar keberadaan kampung ini perhatian dari semua pihak. Tujuannya adalah
tentu saja memperkenalkan icon wisata budaya asli kota Pontianak sekaligus
mendongkrak perekonomian warga sekitarnya.
Pak Herman menaruh harapan besar Kampung Tanjak dapat ditunjang
dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti peralatan dan
perlengakapan jahit yang modern dan gerai pajang yang unik dan mampu
memajang aneka kreasi warga masyarakat disana. Wajah kampung ini juga
perlu di tata sedimikian rupa sehingga memberikan kesan eksotisme wisata
budaya khas Pontianak, termasuk ketersediaan lahan parkir kendaraan roda
empat serta kualitas jalan gang yang layak untuk menerima kunjungan
wisatawan dan tamu yang berkunjung.
Edi Suprianto selaku Founder Borneo Istimewa yang turut mendampingi
kegiatan usaha Budaye Tanjak ini juga memberikan saran agar gerbang
kampung dapat dibangun senada dengan tujuan di bentuknya kampung
tanjak sehingga daerah ini benar-benar menjadi icon wisata khas kota
Pontianak nantinya. Ia bersama para relawan TIK Kota Pontianak berencana
membantu generasi muda di daerah ini untuk dapat memanfaatkan kemajuan
teknologi digital dalam upaya memperkenalkan dan mempromosikan
Kampung Tanjak ke mata dunia.

Fenomena semakin banyaknya para pengguna Tanjak Melayu Pontianak yang eksis di
halaman media sosialnya menunjukkan bahwa salah satu aksesoris khas
Negeri Khatulistiwa ini makin diminati oleh semua kalangan terutama kaum milenial.

Secara definisi, yang dimaksud dengan Tanjak adalah kain yang dililitkan di kepala khas
budaya Melayu. Tanjak ini ibarat blangkon bagi orang jawa. Tanjak dibuat dengan
menggunakan kain songket atau kain tenun yang dilipat lipat dan diikat dengan gaya
tertentu.

Menurut informasi dilansir dari laman https://kebudayaan.kemdikbud.go.id, Sabtu


(01/12/2018), pada proses voting yang dilakukan melalui pesan singkat (SMS) dari tanggal 1
Juni hingga 31 Oktober 2018, Tanjak yang merupakan penutup kepala khas Melayu akhirnya
terpilih sebagai Cinderamata Terpopuler versi Anugerah Pesona Indonesia (API).
Tanjak ini dasar utamanya ada dua yaitu pertama Dilipat dan Kedua Disimpul. Dari selembar
kain segi 4 berukuran 1 meter per segi, dilipat menjadi bujur sangkar, atau dibagi 2 menjadi
segi tiga kemudian barulah digunakan seni melipat dan menyimpul sehingga nampaklah
wujud sebuah tanjak.

Pada jaman dahulu, ikat kepala ini biasa digunakan para oleh bangsawan atau raja-raja
Melayu. Akan tetapi, seiring hadirnya tren fashion barat yang menjadi kiblat masyarakat
Indonesia,  maka penggunaan Tanjak Melayu Pontianak ini semakin dilupakan.

Nah, semakin majunya teknologi informasi saat sekarang ini sudah seharusnya dapat menjadi
faktor pendukung bangkitnya kembali peradaban budaya yang dulu pernah dijunjung tinggi.
Keberadaan marketplace dimana-mana sebagai salah satu dampak perkembangan tersebut
dapat menjadi pemantik munculnya kembali Tanjak Melayu Pontianak.

Peluang Bisnis Baru


Selain itu, semakin banyaknya event-event baik itu sifatnya formal maupun non formal yang
diselenggarakan di kota Pontianak juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung
berkembangnya industri kreatif bidang Kerajinan Tangan atau Kriya dimana produk-produk
khas daerah bisa dijadikan sebagai cinderamata atau suvenir yang diberikan kepada para
tamu undangan yang hadir.

Jika diperhatikan, sebenarnya untuk produk-produk unik dan khas seperti Tanjak Melayu
Pontianak, memiliki potensi pasar yang cukup tinggi terutama keluar negeri. Dan dari sudut
pandang bisnis, seharusnya bidang usaha kriya ini dapat menjadi peluang bisnis
Pontianak baru bagi para generasi Zaman Now.

Di satu sisi, unsur unik dan kreatifnya terpenuhi. Sedangkan di sisi lain, teknologi digital
sudah semakin mempermudah akses dan jejaring pemasaran. Sekarang tinggal bagaimana
mengkoneksikan semua unsur yang memiliki keterkaitan dan saling mendukung, dan juga
tetap dibutuhkan dukungan khusus dari Pemerintah Daerah setempat.

Mempertahankan Tradisi
Dalam budaya nusantara sangat banyak pakaian adat yang menggunakan ikat atau penutup
kepala pada pakaian prianya. Seperti Suku Jawa dengan “Blangkon”. Lalu pada suku sunda
biasa disebut “Toopong, sudeng atau iket”. Begitu juga pada masyarakat bali. Pada suku
sasak di lombok juga mengenal ikat kepala ini dengan nama ” capuk “. Begitu juga dengan
suku baduy yang sering kita lihat juga menggunakan ikat kepala sejenisnya.

Tanjak ini membuktikan identitas suatu budaya, begitu banyak suku di nusantara ini
menggunakanya dengan bentuk dan nama yang berbeda beda. Itu semua untuk menunjukan
identitas budaya dan adat mereka sendiri. Sebagai warga negara yang berbangsa dan
berbudaya, mari kita lestarikan Tanjak ini dengan menunjukan pembuatan dan penggunaan
tanjak yang benar sesuai kaidah budaya serta adat-istiadat kita masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai