FILSAFAT NUSANTARA
DiajukanOleh:
Afri Novia Nanda
NIM: 04401820
Dosen Pengampu:
Hamdan akromullah
Kerinci berada di ujung paling barat Provinsi Jambi. Daerah ini berupa
daratan tinggi yang berada di antara 500 s/d 1.500 meter di atas permukaan laut,
dengan luas wilayah 380.000 Ha, dearah ini memiliki berbagai macam
kebudayaan,salah satunya adalah Aksara Incung. Aksara Incung atau Rencong
adalah aksara yang digunakan untuk menulis Kerinci. Aksara ini digunakan oleh
suku Kerinci yang menghuni dataran tinggi Jambi, Provinsi Jambi.Aksara Incung
merupakan salah satu aksara di Indonesia yang digunakan oleh Suku Kerinci
yang mendiami dataran tinggi Jambi, Provinsi Jambi. Kerinci berjarak sekitar 430
KM dari pusat Kota Jambi. Daerah ini memiliki dua daerah administrasi, yaitu
Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.
Secara bahasa, aksara Incung berarti miring atau terpancung (dari bahasa
kerinci). Aksara Incung sendiri dibentuk oleh garis-lurus, patah terpancung, dan
melengkung. Aksara Incung adalah peninggalan nenek moyang Kerinci Kuno.
Incung ini digunakan oleh leluhur Kerinci untuk mendokumentasikan tentang
sejarah, sastra, hukum adat, dan mantra-mantra.
Konon ada yang mengatakan, aksara ini telah ada sejak abad ke-4 Masehi,
tapi belum ada kepastian mengenai asal-mulanya. Setiap daerah yang memiliki
aksara sendiri, sudah tentu memiliki peradaban yang bagus di zaman dulu. Baik
dalam segi pendidikan, hukum, dan sebagainya.
Aksara Incung yang merupakan warisan tak benda yang dimiliki oleh
Provinsi Jambi ditetapkan pada 17 Oktober 2014 oleh Kemdikbud. Sayangnya,
aksara Incung ini tergolong hampir punah di masyarakat. Ini bisa dilihat dengan
sedikitnya masyarakai yang bisa membaca atau menuliskan aksara ini di media
tulisan.
Produk batik incung ladi merupokan benfuk Aksara incung yang dijadikan
motif. Karakter Aksara Incung tetop ferdapat pada kain batik. Aksara yang
dijadikar motif telah dilakukan sfilisas ferlebin danulu agar ferlihat indah. Selain
ifu pol penyusunan motif dibuat simetris disusun secara diagonal. Aksara incung
padi kain batik di atas berbunyi "Batik incung. Batik incung merupakan identitas
dal ciri khas dari produk batik Kerinci.
Produk batik di atas merupakan batik Kerinci dengan motif Aksara Incung
dengan kombinasi motif ragam hias Kerinci, Motif yang digunakan pada produk
batik di atas budaya manyengka. Manyengka yaitu suatu tradisi masyarakat
Kerinci yakni, memasak menggunakan kayu bakar dan bertungkukan batu. Warna
yang digunakan yaitu warna sintetis.
C. DESKRIPSI
Di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi, batik Kerinci kini mulai banyak
diproduksi karena permintaan cukup besar. Salah satu yang paling kondang saat
ini adalah batik dengan motif tulisan Incung, yakni aksara kuno Kerinci. Tentu
saja masih ada motif lain yang menunjukkan kekhasan budaya dan alam Kerinci.
Namun, pada batik produksi Erni Yusnita, pemilik rumah produksi Batik Incung,
selalu disertakan aksara Incung disamping motif utama.
Mari kita sambangi kediaman Erni di Kota Sungai Penuh. Saat Tempo
sampai di kediamannya, belum lama ini, terdapat beragam batik yang dipajang di
seantero sudut rumah. Ada juga batik yang tengah menjalani proses produksi.
Lembaran-lembaran batik itu ditopangkan pada tiang-tiang kayu yang kokoh.Ada
selembar kain batik dengan motif daun sirih. Ini adalah tumbuhan yang punya arti
penting dalam budaya Kerinci. Daun sirih adalah suguhan untuk untuk tetamu
sebagai tanda penghormatan.Motif lainnya masih banyak lagi, antara lain, jangki
(keranjang anyaman rotan yang biasa disandang petani saat ke ladangnya), lapek
rawang (tikar dari anyaman tumbuhan air), rumah larik (rumah adat), dan rumah
panggung.
Salah satu yang istimewa adalah batik berwarna hitam dengan motif
karamentang berwarna orange. Karamentang adalah bendera penanda kenduri
pusaka (sko), yakni kenduri paling sacral dalam adat Kerinci.Di semua batik tadi
terdapat aksara Incung, aksara kuno yang dipercayai sudah digunakan bahkan
sebelum Islam masuk.Aksara Incung ini ditemukan pada naskah kuno Kerinci
yang ditulis pada tanduk kerbau, bambu, kulit kayu dan daun lontar. Oleh
masyarakat Kerinci ini dijadikan benda pusakan yang dijaga turun-temurun
selama berabad-abad.
Simbol-simbol budaya yang ia adopsi untuk batik, antara lain, keris, carano
(tempat sirih), rumah larik, jangki, bendera Karamentang. Juga ia menyerap motif
dari tumbuh-tumbuhan, seperti bunga teratai, bunga kopi, kantung semar, keluk
paku dan pucuk rebung. Erni menjelaskan karakter pembeli di Jambi adalah tidak
ingin mengenakan batik dengan motif dan warna sama yang dipakai orang lain.
“Jadi saya harus rajin membuat motif baru.”