Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

FILSAFAT NUSANTARA

DiajukanOleh:
Afri Novia Nanda
NIM: 04401820

Dosen Pengampu:
Hamdan akromullah

Program Studi Kriya Seni


KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI KRIYA SENI
TAHUN 2022
A. PENDAHULUAN

Kerinci berada di ujung paling barat Provinsi Jambi. Daerah ini berupa
daratan tinggi yang berada di antara 500 s/d 1.500 meter di atas permukaan laut,
dengan luas wilayah 380.000 Ha, dearah ini memiliki berbagai macam
kebudayaan,salah satunya adalah Aksara Incung. Aksara Incung atau Rencong
adalah aksara yang digunakan untuk menulis Kerinci. Aksara ini digunakan oleh
suku Kerinci yang menghuni dataran tinggi Jambi, Provinsi Jambi.Aksara Incung
merupakan salah satu aksara di Indonesia yang digunakan oleh Suku Kerinci
yang mendiami dataran tinggi Jambi, Provinsi Jambi. Kerinci berjarak sekitar 430
KM dari pusat Kota Jambi. Daerah ini memiliki dua daerah administrasi, yaitu
Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Secara bahasa, aksara Incung berarti miring atau terpancung (dari bahasa
kerinci). Aksara Incung sendiri dibentuk oleh garis-lurus, patah terpancung, dan
melengkung. Aksara Incung adalah peninggalan nenek moyang Kerinci Kuno.
Incung ini digunakan oleh leluhur Kerinci untuk mendokumentasikan tentang
sejarah, sastra, hukum adat, dan mantra-mantra.

Konon ada yang mengatakan, aksara ini telah ada sejak abad ke-4 Masehi,
tapi belum ada kepastian mengenai asal-mulanya. Setiap daerah yang memiliki
aksara sendiri, sudah tentu memiliki peradaban yang bagus di zaman dulu. Baik
dalam segi pendidikan, hukum, dan sebagainya.

Aksara Incung yang merupakan warisan tak benda yang dimiliki oleh
Provinsi Jambi ditetapkan pada 17 Oktober 2014 oleh Kemdikbud. Sayangnya,
aksara Incung ini tergolong hampir punah di masyarakat. Ini bisa dilihat dengan
sedikitnya masyarakai yang bisa membaca atau menuliskan aksara ini di media
tulisan.

Batik incung adalah batik khas Kota Sungaipenuh dengan menjadikan


aksara incung (aksara Kerinci kuno) sebagai motifbatiknya. Adanya penggunaan
motif aksara incung menjadikan batik incung di Kota Sungaipenuh memiliki
keunikan dengan mengembangkan kearifan lokal masyarakat setempat. Batik
incung di Kota Sungaipenuh digunakan oleh masyarakat sebagai aset ekonomi
dan identitas budaya..

Hal ini dikarenakan masyarakat Kota Sungaipenuh memiliki rasa bangga


terhadap batik sebagai sesuatu yang indah untuk dijadikan sebagal karya seni.
Sehingga, mereka memilki kewajiban unfuk membangkitkan serta
mengembangkan batik incung. Selain itu, motif tulisan Kota Sungaipenuh yang
difuliskan dalam aksara incung juga dijadikan sebagai motif batik di daerah ini.
Hal ini juga disebabkan karena Kota Sungaipenuh menjadi sentral atau pusat
pengembangan batik incung. Pengembangan motif pada batik incung di Kota
Sungaipenuh juga berkaitan dengan adanya budaya setempat, karena generasi
muda belum mengenal aksara incung secara keseluruhan, maka dijadikan
sebagai motif batik untuk memperkenalkan kembali aksara incung kepada
masyarakat setempat terkhususnya kepada generasi muda.

Padahal pada zaman dulu, aksara Incung in meniadi pemersatu


masyarakat Kerinci melawan penjajah (Belanda). Aksara ini hampir punah
diakibatkan oleh Belanda juga, mereka melarang masyarakat menggunakan
aksara ini karena mereka tidak mengerti dan mengakibatkan sulitnya menjajah
kekayaan alam kerinci.

Produk batik incung ladi merupokan benfuk Aksara incung yang dijadikan
motif. Karakter Aksara Incung tetop ferdapat pada kain batik. Aksara yang
dijadikar motif telah dilakukan sfilisas ferlebin danulu agar ferlihat indah. Selain
ifu pol penyusunan motif dibuat simetris disusun secara diagonal. Aksara incung
padi kain batik di atas berbunyi "Batik incung. Batik incung merupakan identitas
dal ciri khas dari produk batik Kerinci.

Produk batik di atas merupakan batik Kerinci dengan motif Aksara Incung
dengan kombinasi motif ragam hias Kerinci, Motif yang digunakan pada produk
batik di atas budaya manyengka. Manyengka yaitu suatu tradisi masyarakat
Kerinci yakni, memasak menggunakan kayu bakar dan bertungkukan batu. Warna
yang digunakan yaitu warna sintetis.

B. KEBUDAYAAN MENURUT PARA AHLI

Menurut Tilaar (1999) Definisi kebudayaan adalah suatu pemaparan tidak


langsung kepada tingkah laku manusia, meskipun diakui kepentingannya dalam
sistem kepribadian dan sosial. Sietem budaya memberikan pengaruh kepada
sistem sosial dalam patokan nilai budaya sebagai inti dari peribadian sosial,
sehingga hal ini dapat dirumuskan bahwa manusia yang berpendidikan adalah
sekaligus manusiayang berbudaya.

Menurut Taylor (1897) Arti Kebudayaan adalah suatu pemahaman


mengenai perasaan bangsa yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, moral, seni,
hukum, dan adat-istiadat yang diperoleh dari anggota masyarakat satu dengan
yang lainnya.

Menurut Bakker (1984) Pengertian kebudayaan secara umum adalah


suatu hal yang baik atau berharga.

A.L. Kroeber dan C.Kluckhohn (1952) Menurutnya, kebudayaan adalah


suatu bentuk penjelmaan terhadap kerja jiwa manusia.

Menurut Malinowski Makna kebudayaan adalah suatu prinsip yang


didasarkan pada sistem kehidupan dan kebutuhan manusia. Sehingga hal itu
mampu menghadirkan ciri khasnya.

Menurut Koentjaraningrat bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang


berkaitan dengan gagasan dan karya sehingga harus dibiasakannya oleh seluruh
masyarakat.

Ki Hajar Dewantara Tokoh pendidikan nasional ini mengatakan jika


budaya adalah berarti hasil perjuangan setiap insane terhadap dua pengaruh kuat,
yakni pengaruh alam dan zaman.

Dari pendapat diatas, bahwa kebudayaan merupakan segala hasil karya


cipta manusia yang tumbuh dan berkembang pada suatu masyarakat.Unsur-
unsur kebudayaan yang dimiliki oleh setiap suku bangsa diseluruh Nusantara
merupakan tradisi dari masing masing daerah dijadikan sumber kebudayaan
Nasional.

Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yangtumbuh dan


berkembang ditengah-tengah masyarakat, dan memiliki sejarah yang berbeda
tergantung pada letak dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat tersebut.

C. DESKRIPSI

Kerinci adalah salah satu kabupaten yang berada dibagian paling barat


provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten ini merupakan daerah wisata di provinsi
Jambi, yang dikenal dengan sebutan sekepal tanah dari surga. Kabupaten Kerinci
ditetapkan sebagai kabupaten sejak awal berdirinya provinsi Jambi dengan pusat
pemerintahan di kecamatan Siulak.

batik incung dengan Kota Sungaipenuh. Kota Sungaipenuh merupakan


salah satu kota penghasil batik di Indonesia. Kota Sungaipenuh sebagai pusat
pengembangan kerajinan batik incung. Batik incung di Kota Sungaipenuh
digunakan oleh masyarakat sebagai aset ekonomi dan identitas budaya. Batik
incung adalah batik khas Kota Sungaipenuh dengan menjadikan aksara incung
(aksara Kerinci kuno) sebagai motif batiknya. Adanya penggunaan motif aksara
incung menjadikan batik incung di Kota Sungaipenuh memiliki keunikan dengan
mengembangkan kearifan lokal masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan
masyarakat Kota Sungaipenuh memiliki rasa bangga terhadap batik sebagai
sesuatu yang indah untuk dijadikan sebagai karya seni. Sehingga, mereka
memiliki kewajiban untuk membangkitkan serta mengembangkan batik incung.
Selain itu, motif tulisan Kota Sungaipenuh yang dituliskan dalam aksara incung
juga dijadikan sebagai motif batik di daerah ini. Hal ini juga disebabkan karena
Kota Sungaipenuh menjadi sentral atau pusat pengembangan batik incung.
Pengembangan motif pada batik incung di Kota Sungaipenuh juga berkaitan
dengan adanya budaya setempat, karena generasi muda belum mengenal aksara
incung secara keseluruhan, maka dijadikan sebagai motif batik untuk
memperkenalkan kembali aksara incung kepada masyarakat setempat
terkhususnya kepada generasi muda.

Di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi, batik Kerinci kini mulai banyak
diproduksi karena permintaan cukup besar. Salah satu yang paling kondang saat
ini adalah batik dengan motif tulisan Incung, yakni aksara kuno Kerinci. Tentu
saja masih ada motif lain yang menunjukkan kekhasan budaya dan alam Kerinci.
Namun, pada batik produksi Erni Yusnita, pemilik rumah produksi Batik Incung,
selalu disertakan aksara Incung disamping motif utama.

Mari kita sambangi kediaman Erni di Kota Sungai Penuh. Saat Tempo
sampai di kediamannya, belum lama ini, terdapat beragam batik yang dipajang di
seantero sudut rumah. Ada juga batik yang tengah menjalani proses produksi.
Lembaran-lembaran batik itu ditopangkan pada tiang-tiang kayu yang kokoh.Ada
selembar kain batik dengan motif daun sirih. Ini adalah tumbuhan yang punya arti
penting dalam budaya Kerinci. Daun sirih adalah suguhan untuk untuk tetamu
sebagai tanda penghormatan.Motif lainnya masih banyak lagi, antara lain, jangki
(keranjang anyaman rotan yang biasa disandang petani saat ke ladangnya), lapek
rawang (tikar dari anyaman tumbuhan air), rumah larik (rumah adat), dan rumah
panggung.

Salah satu yang istimewa adalah batik berwarna hitam dengan motif
karamentang berwarna orange. Karamentang adalah bendera penanda kenduri
pusaka (sko), yakni kenduri paling sacral dalam adat Kerinci.Di semua batik tadi
terdapat aksara Incung, aksara kuno yang dipercayai sudah digunakan bahkan
sebelum Islam masuk.Aksara Incung ini ditemukan pada naskah kuno Kerinci
yang ditulis pada tanduk kerbau, bambu, kulit kayu dan daun lontar. Oleh
masyarakat Kerinci ini dijadikan benda pusakan yang dijaga turun-temurun
selama berabad-abad.

Erni sengaja menerakan Incung pada karyanya mungkin karena ingin


menjaga kekayaan budaya itu. Dia lalu menunjukkan selembar kain batik
berwarna ungu, yang sebagiannya tertera Incung dan sebagian lagi motif dun
sirih.“Makna tulisan Incung di situ sesuai dengan motif. Misalnya pada motif
batik bunga kopi, maka ada tulisan Incung berbunyi bunga kopi, begitu juga pada
motif yang lainnya,” Kata Erni Yusnita. “Akasa Incung-nya saya percantik, tanpa
mengubah makna.”Tiap bulan rumah batiknya memproduksi sekitar 100-200 kain
batik cap dengan motif aksara Incung. Ia menciptakan sendiri pola motifnya
berdasar kekayaan budaya Kerinci.

Simbol-simbol budaya yang ia adopsi untuk batik, antara lain, keris, carano
(tempat sirih), rumah larik, jangki, bendera Karamentang. Juga ia menyerap motif
dari tumbuh-tumbuhan, seperti bunga teratai, bunga kopi, kantung semar, keluk
paku dan pucuk rebung. Erni menjelaskan karakter pembeli di Jambi adalah tidak
ingin mengenakan batik dengan motif dan warna sama yang dipakai orang lain.
“Jadi saya harus rajin membuat motif baru.”

Selembar kain batik itu dijual dengan harga beragam, tergantung


pengerjaannya. Satu set kain batik dengan selendang lebar untuk tengkuluk
(selendang penutup kepala khas Kerinci) dijual antara Rp300 ribu hingga Rp1
juta.Untuk kain berukuran 2 meter x 115 cm dengan pewarnaan sintetis, harganya
Rp150-300 ribu. Sedangkan batik dengan pewarnaan alam harganya berkisar
Rp300-700 ribu perlembar. “Batik tulis dengan pewarnaan alamlah yang lebih
banyak dibeli turis asing. Kalau orang kita lebih suka yang warnanya cerah,” kata
Erni.

Anda mungkin juga menyukai