Anda di halaman 1dari 13

JUDUL ESAI

WIKA-TANGGUI (WISATA EDUKASI KAMPUNG TANGGUI) BERBASIS


APLIKASI “HI TANGGUI” UNTUK MENDUKUNG PARIWISATA
BERDAYA SAING ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Karya ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Kepenulisan PPI Malaysia

Pendidikan

Penulis:
Ria Marzella
WIKA-TANGGUI (WISATA EDUKASI KAMPUNG TANGGUI) BERBASIS
APLIKASI “HI TANGGUI” UNTUK MENDUKUNG PARIWISATA
BERDAYA SAING ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Oleh: Ria Marzella

PENDAHULUAN
Banjarmasin merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan yang disebut
sebagai Kota BAIMAN (Bertakwa, Aman, Indah, Maju, Amanah dan Nyaman)
sebagaimana visi Walikota Banjarmasin Bapak Ibnu Sina dan terkenal sebagai Kota
Seribu Sungai yang menjadi menjadi daya tarik tersendiri di Kota Metropolitan ini.
Berbagai macam keindahan yang ditawarkan melalui pariwisata salah satunya wisata
Pasar Terapung (Floating Market) yang merupakan objek wisata unggulan yang
tersebar di tiga lokasi yaitu Pasar Terapung Lok Baintan, Pasar Terapung Muara Kuin
dan Pasar Terapung Siring Menara Pandang yang menjadi ikon Kota Banjarmasin
sekaligus primadona bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pasar Terapung
yang terletak di tiga lokasi ini tidak jauh berbeda dalam segi karakteristik kegiatan
pasar yang dilaksanakan.
Pasar Terapung adalah sebuah pasar tradisional yang letaknya di atas Sungai
Barito dan pasar ini beroperasi mulai pukul 06.30 sampai dengan pukul 08.00 WITA.
Ada berbagai macam pangan lokal seperti hasil produksi perkebunan dan pertanian
yang ditawarkan di pasar ini diantaranya, Pisang, Kasturi, Rambutan, Sayur mayur
sampai dengan kuliner khas lokal yaitu Soto Banjar. Tidak hanya itu para pengunjung
datang yang akan disajikan sensasi turun langsung menggunakan jukung, sebutan
perahu dalam bahasa Banjar untuk menikmati berbelanja di Pasar Terapung (Wahyu,
2015). Akses untuk dapat berkunjung ketiga lokasi pasar terapung ini ada beberapa
rute berbeda yang akan dilewati, terutama rute perjalanan ke Pasar Terapung Lok
Baintan dan Muara Kuin.

2|
Akses menuju Pasar Terapung Lok Baintan menggunakan klotok, sejenis
sampan bermesin dan rute perjalanan bisa dijumpai dari Siring Menara Pandang
sebagai pusat kota atau bisa berangkat dari tepian sungai Soto Banjar Bang Amat
menuju Pasar Terapung membutuhkan waktu sekitar 40 menit (Yustiana, 2017).
Sepanjang perjalanan akan dijumpai hamparan hijau kawasan mangrove Rambai
(Sonneratia caseolaris) yang memanjakan mata di pagi hari dan aktivitas masyarakat
di bantaran sungai yang melambangkan kehidupan tradisional masyarakat Banjar.
Berbeda dengan Pasar Terapung Lok Baintan, Pasar Terapung Muara Kuin yang
terletak di Muara Sungai Kuin dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan jalur darat
maupun sungai dari pusat kota dan merupakan Pasar Terapung tertua yang berlokasi
dekat permukiman masyarakat di bantaran sungai (Yustiana, 2017).

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Antara News Kalsel Pasar


Terapung Muara Kuin yang merupakan primadona kota Banjarmasin mengalami
penurunan kuantitas pengunjung. Data laporan jumlah kunjungan tamu Pasar
Terapung Muara Kuin di Banjarmasin yang dihimpun oleh Organisasi Kelotok Wisata
“Karya Bersama” bahwa tahun 2016 mencapai 3155 pengunjung, sedangkan tahun
2017 hanya mencapai 1221 pengunjung dan sekitar 56.689 pengunjung untuk tujuan
Pasar Terapung Siring Menara Pandang. Dikatakan oleh Hairun Nisa anggota komisi
II DPRD Banjarmasin Pasar Terapung mulai sepi pengunjung sehingga sebagian
penggiat Pasar Terapung Muara Kuin mulai berpindah ke Pasar Terapung buatan di
Siring Menara Pandang. Padahal seharusnya ikon wisata tahun 90 ini tetap mendapat
perhatian Pemerintah Kota sehingga tidak terancam musnah. Hal ini dibenarkan,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2016 pasal 2 tentang trategi
pengembangan pariwisata yang salah satu implementasinya menciptakan Pasar
Terapung buatan yang letaknya berada di tengah kota dengan waktu akses pada siang
hari menjelang malam, yaitu Pasar Terapung Siring Menara Pandang. Hal tersebut
mengakibatkan Pasar Terapung Muara Kuin kehilangan peran dan fungsi sekaligus
terhadap kampung produksi tanggui.

3|
ISI

Tanggui merupakan aksesoris topi khas Banjar yang dianyam dengan daun
nipah yang sarat akan nilai budaya dan kearifan lokal. Tanggui sering digunakan oleh
penggiat Pasar Terapung ketika sedang berjualan. Produksi tanggui terletak di
Kampung Kuin, Sungai Pandan. Padahal kampung ini selalu dipadati oleh wisatawan
yang mampir selepas menikmati pesona Pasar Terapung Muara kuin dikarenakan
ingin melihat secara langsung produksi tanggui dan sekaligus membeli sebagai
koleksi, selain itu merasakan suasana asli khas Banjar serta kearifan lokal yang masih
sangat kental. Ada berbagai kerajinan khas Banjar yang mudah ditemui dikampung
tanggui ini. Rumah Panggung khas Banjar dan menjulang tinggi masih sangat mudah
ditemui (Abbas dkk, 2010). Namun, seiring ditetapkan peraturan pemerintah Nomor
25 Tahun 2016 pasal 2, tingkat kunjungan wisatawan sangat berkurang, hal ini
didukung dengan permasalahan diantaranya kurangnya pengetahuan sumber daya
masyarakat untuk berinovasi seperti desain tanggui yang monoton, regenerasi
penggiat tanggui yang tidak diberdayakan, sampah dan banyaknya fasilitas umum
yang mendukung ketertarikan wisatawan datang tidak memadai serta kurangnya
media promosi dalam bentuk digital yang mendukung eksistensi kampung tanggui
(Syafaruddin, 2018).

Gambar. 1 Pengiat Tanggui


Sumber :Radar Banjarmasin Prokal.co
Berdasarkan permasalahan tersebut solusi yang dikemukakan penulis adalah
dengan pengadaan program Wika-Tanggui (Wisata Edukasi Kampung Tanggui) yang

4|
dikemas dalam teknologi digital berupa aplikasi “Hi Tanggui”. Wika-Tanggui
merupakan wisata edukasi kampung tanggui yang sengaja dirancang untuk mengatasi
permasalahan yang ada di Kampung Tanggui, dalam hal ini masyarakat akan
diedukasi bagaimana cara mengelola warisan budaya sehingga dapat menarik minat
wisatawan kembali dan wisatawan yang berkunjung juga mendapat edukasi tentang
budaya Banjar. Semua program ini dirancang hingga dikemas menggunakan aplikasi
Hi Tanggui sebagai inovasi kreatif , sehingga tidak menghilangkan peran digital yang
semakin merajai untuk mendukung Revolusi industri 4.0.
Wika-Tanggui ditinjau dari konsep merupakan model eduwisata (wisata
edukasi) yang inovatif, dimana memadukan wisata bernilai pendidikan dengan
mengoptimalkan peran efektivitas digital. Inovasi yang ditonjolkan adalah
pengembangan sumber daya manusia sebagai penggerak dalam langkah eksistensi
Kampung Tanggui sebagai warisan kearifan lokal yang harus dilestarikan.
Karakteristik eduwisata meliputi pengembangan skill penggiat tanggui seperti
pelatihan inovasi dan kreativitas kepada POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata),
kelompok masyarakat yang telah dibentuk sebagai bekal pengembangan diri dalam
hal ini desain tanggui dengan paduan motif sasirangan sehingga tidak terkesan
monoton dan menambah daya tarik jual. Pengembangan dilakukan dengan konsep
simple talkshow secara rutin yaitu dengan mengkreasikan softskill dengan inovasi
kearifan lokal bernuansa modern dan menjadi strategi dalam menarik minat muda
Kampung Tanggui untuk regenerasi penggiat tanggui. Tidak hanya itu,
pengembangan fasilitas publik semakin lengkap dengan strategi penataan ruang yang
sesuai.

Pada tampilan depan wisatawan akan disambut gapura Wika-Tanggui dan


disusul dengan vertical garden yang tersususun mengikuti jalur masuk wisatawan
sesuai dengan nuansa Kota Banjarmasin dan salah satu upaya mempertahankan rekor
muri vertical garden terbanyak dengan total 1162 pot dan 18 jenis tanaman
(Rohayanti, 2018). Berikutnya wisatawan akan dijumpai dengan Pondok Cerdas
sebutan untuk beranda terbuka yang dipersiapkan untuk wisatawan, yang dilengkapi

5|
dengan ornamen dinding, seperti koleksi lukisan banjar dan macam-macam motif
sasirangan sehingga dapat langsung mengenal budaya Banjar sekaligus belajar dalam
pembuatan tanggui yang lebih inovatif dan kreatif. Tidak hanya itu, fasilitas spot foto
dibeberapa titik tertentu juga disediakan sehingga wisatawan dapat mengabadikan
momen dari beberapa spot serta penyediaan tempat sampah untuk tetap menjaga
kebersihan Wika-Tanggui.

Setiap wisatawan yang berkunjung dihimbau untuk menggunakan aplikasi


dan mengajak orang-orang untuk menggunakan aplikasi “Hi Tanggui” sebagai bentuk
pengembangan wisata dengan memanfaatkan teknologi di era revolusi industri 4.0
dimana teknologi begitu menyentuh ranah pribadi meliputi pengatur kesehatan,
mengelola investasi,mengatur keuangan melalui mobile banking, memanggil Go-Jek,
dalam hal ini peran manusia dapat digantikan oleh teknologi di era ini (Ganto, 2018).
Sehingga melalui digital android mempunyai potensi besar untuk mengembangkan
Wika-Tanggui melalui aplikasi dengan pengelolaan terbaik.

Gambar 2. Logo aplikasi “Hi Tanggui”

Cara mendownload aplikasi “Hi Tanggui” addalah dengan masuk ke halaman


bit.ly/HiTanggui, kemudian klik download aplikasi sampai, ikuti arahannya sampai
dijumpai pemberitahuan pemasangan aplikasi. Setelah itu download dan install,
aplikasi “Hi Tanggui” sudah terpasang di handphone. Cara menggunakan aplikasi
“Hi Tanggui” dimulai dengan mendaftarkan akun menggunakan email atau login
account, setelah membuat akun “Hi Tanggui” baru lanjut sign in account dan
menikmati fitur yang telah tersedia, diantaranya ada :

6|
1. Wawasan, yang didalamnya berisi tentang potensi wisata dan tempat-
tempat wisata yang ada di Kalimantan Selatan,

2. Forum diskusi, berisi user yang telah login di “Hi Tanggui” yang ingin
berdiskusi tentang topik yang disediakan admin aplikasi terkait potensi
pariwisata lokal,

3. Order Tanggui, berisi tentang produk-produk UMKM hasil kreativitas di


Wika-Tanggui dan tata cara membeli secara online

4. Game, berisi fitur hiburan yang menyajikan permainan yang bisa


digunakan bersama user lain beberapa diantaranya, balap tanggui, cepat
tanggap merwarna tanggui dan puzzle corner

Potensi dan pengelolaan Wika-Tanggui sangat besar untuk dikembangkan


dengan baik maka akan meningkatkan perekonomian masyarakat masyarakat dengan
pengembangan pariwisata lokal yang sekaligus melestarikan budaya di Kampung
Tanggui dengan strategi pemanfaatan teknologi digital melalui aplikasi “Hi Tanggui’’
yang didesain lebih inovatif dengan menyediakan informasi tentang wawasan yang
berisi akses berwisata ke Kampung Tanggui, pentingnya potensi pariwisata lokal
melalui forum diskusi, order tanggui yang sangat memudahkan sehingga menjadi
alternatif jika belum ada waktu untuk berwisata. Dengan hadirnya Wika-Tanggui
yang dikolaborasikan dalam aplikasi ”Hi Tanggui” dapat meningkatkan eksistensi
dan peningkatan perekonomian berbasis aplikasi sebagai media promosi yang efektif.

PENUTUP

Wika-Tanggui berbasis aplikasi “Hi Tanggui” dapat menjadi solusi


alternatif yang inovatif untuk melestarikan wisata kampung tanggui yang hampir
tergerus dalam peran dan fungsinya sebagai wisata budaya, meningkatkan
perekonomian masyarakat dengan hadirnya wisata edukasi yang dilengkapi dengan
fasilitas yang dikonsep secara modern namun tetap melekat pada nilai-nilai budaya
lokal, sehingga dapat menarik wisatawan untuk terus berkunjung. Wika-Tanggui

7|
yang dikemas dalam aplikasi “Hi Tanggui” memanfaatkan peran teknologi yang terus
berkembang sebagai media promosi efektif yang sangat memudahkan dan tak terbatas
oleh ruang dan waktu sehingga dapat menjadi pariwisata berdaya saing berkelanjutan
untuk mendukung era Revolusi Industri 4.0 yang semakin bermain peran dalam setiap
aspek kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

8|
_____. 2016. Peraturan Pemerintah Nomor 25 pasal 2 Tentang Strategi
Pengembangan Pariwisata Tahun 2016
Abbas, Ersis Warmansyah. 2010. ETHNOPEDAGOGY. The Proceeding of
International Seminar on Ethnopedagogy
Ganto, Adnan, 2018. Peluang dan Tantangan Era Revolusi Industri 4.0 diakses dalam
http://aceh.tribunnews.com/2018/11/27/peluang-dan-tantangan-era-revolusi-
industri-40 (22 Februari 2019)
Rohayanti, Isti. 2018. Mantap! Banjarmasin Raih Rekor MURI Taman Vertikal
Terbanyak diakses dalam
http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/03/09/mantap-banjarmasin-raih-
rekor-muri-tamanan-taman-vertikal-terbanyak?page=3 (22 Februari 2019)
Sukarli. 2018. Pasar Terapung Kuin Terancam Punah diakses dalam
https://kalsel.antaranews.com/berita/71010/pasar-terapung-kuin-banjarmasin-
terancam-musnah (20 Februari 2019)
Syarafuddin, 2018. Kisah Arbainah Pengrajin Tanggui di Sungai Pandan diakses
dalam http://kalsel.prokal.co/read/news/17795-kisah-arbainah-perajin-tanggui-
di-sungai-pandai.html (19 Februari 2019)
Wahyu, Arini Dwi. 2015. Objek Wisata Pasar Terapung Tempat Andalan di
Banjarmasin diakses dalam ttps://www.twisata.com/objek-wisata-pasar-
terapung-tempat-andalan-di-banjarmasin/ (20 Februari 2019)
Yustiana, Kurnia.2017. Tips Jalan-Jalan ke Pasar Terapung Ikonik di Banjarmasin
diakses dalam https://travel.detik.com/travel-tips/d-3504443/tips-jalan-jalan-
ke-pasar-terapung-ikonik-di-banjarmasin (21 Februari 2019)

LAMPIRAN. Gambaran “Wika-Tanggui” dan Desain Aplikasi “Hi Tanggui”

9|
Gambar 1. Gerbang pintu masuk Wika-Tanggui

Gambar 2. Pondok Cerdas Wika-Tanggui

10 |
Gambar 3. Tampilan Login Aplikasi HI TANGGUI

Gambar 4. Tampilan Halaman Depan Aplikasi HI TANGGUI

11 |
Gambar 4. Tampilan Fitur “Wawasan” Aplikasi HI TANGGUI

Gambar 5. Tampilan Fitur “Forum Diskusi” Aplikasi HI TANGGUI

12 |
Gambar 6. Tampilan Fitur “Games” Aplikasi HI TANGGUI

Gambar 7. Tampilan Fitur “Games” Aplikasi HI TANGGUI

13 |

Anda mungkin juga menyukai