REKAM JEJAK
KOTA PUSAKA
INDONESIA
Tim Penyusun
Pengarah:
Ir. Dian Irawati, MT
Tim Pelaksana:
Putri Intan Suri, ST., MT.
Andhika Budi Prasetya, ST., M.Sc.
Latifah Sumandari, ST., MT.
Bayu Dwi Rahmatyo, ST., M.Sc.
Lukya Kumala Sita, ST
Tommy Faizal Wahyono, ST
Arni Wahyuningtyas, ST.
Amelia Dewi Safitra, ST
Punto Wijayanto, ST., MT
Aristia Kusuma, ST., MT.
Diterbitkan oleh:
Dicetak di:
Jakarta
Tahun:
2018
©Pemegang Hak Cipta Direktorat Bina Penataan Bangunan
Daftar ISI
kata pengantar iv
Latar Belakang 2
Kawasan Suryakencana
kekuatan komunitas untuk konservasi 36
iv KOTA PUSAKA
Untuk mewujudkan pembangunan kota Melalui buku ‘MEMANTIK INSPIRASI: REKAM
pusaka berkelanjutan, perlu adanya perubahan JEJAK KOTA PUSAKA INDONESIA’ ini diharapkan
paradigma para pemangku kepentingan kota dapat memberikan pembelajaran bagi seluruh
pusaka dalam mewujudkan pelestarian kota pihak dalam upaya bersama melestarikan Kota
pusaka. Pelestarian kota pusaka tidak semata- Pusaka.
mata terjebak pada romantisme masa lalu tetapi
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saat Tim Penyusun
ini serta generasi mendatang. Peran pemangku
kepentingan pada tiap tingkatan menjadi suatu
keniscayaan demi terwujudnya pelestarian Kota
Pusaka di Indonesia.
KOTA PUSAKA v
2 KOTA PUSAKA
BAB
01
DINAMIKA KOTA
PUSAKA
DI INDONESIA
DINAMIKA KOTA PUSAKA
Latar Belakang
Kota di Indonesia semakin bertumbuh Seperti negara lainnya di Asia,
seiring dengan meningkatnya konsentrasi penduduk di wilayah
aktivitas perekonomian. perkotaan Indonesia tidak berimbang
Pertumbuhan ini mengundang dengan jumlah penduduk yang
banyak perubahan dan menciptakan tinggal di wilayah pedesaan.
kebutuhan baru di perkotaan. Pada Urbanisasi penduduk tentunya
tahun 2015 saja, lebih dari 50% mendorong perubahan yang
jumlah populasi penduduk Indonesia dinamis melalui perubahan fungsi
bermukim di perkotaan. Diperkirakan lahan, bangunan dan pengaruh
pada tahun 2035, jumlah ini akan akulturasi budaya yang dilahirkan
terus bertambah hingga 67% oleh urbanisasi. Hal ini menciptakan
dari keseluruhan populasi akan tantangan baru dalam pelestarian
terkonsentrasi di perkotaan. kota, identitas kota dan aset-aset
pusaka yang memiliki nilai sejarah
dan budaya di perkotaan
2 KOTA PUSAKA
DINAMIKA KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA 3
DINAMIKA KOTA PUSAKA
Upaya ini tidak memisahkan upaya Program kota pusaka terus berkembang
pelestarian kota dengan arah dan mengikuti dinamika perubahan
pembangunan ekonomi karena yang berjalan cepat. Pada tahun 2013,
keduanya dapat berjalan bersamaan semangat pelestarian ini berkembang
secara harmonis. Melalui temu pusaka dari objek menjadi urban. Pelestarian
yang diselenggarakan di Bukittinggi tidak lagi dipandang terpisah dan
dan Sawahlunto (2008), pemerintah terbatas pada bangunan atau aset
dan masyarakat mendeklarasikan budaya namun juga termasuk aspek
untuk membentuk Jaringan Kota sosial dan ekosistem pendukungnya,
Pusaka Indonesia yang terdiri dari yaitu kota.
Kota/Kabupaten di Indonesia yang
berkomitmen untuk melestarikan aset
pusaka dan kawasan bersejarahnya.
4 KOTA PUSAKA
DINAMIKA KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA 5
DINAMIKA KOTA PUSAKA
6 KOTA PUSAKA
DINAMIKA KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA 7
DINAMIKA KOTA PUSAKA
8 KOTA PUSAKA
DINAMIKA KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA 9
BAB
02
PELAJARAN
DARI PERJALANAN
KOTA PUSAKA
DI INDONESIA
12 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Jelajah Pusaka
Peradaban Melayu merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang terus
dilestarikan dan bertahan di berbagai Kota di Sumatera, khususnya di provinsi Riau
yang kaya akan peninggalan sejarah Melayu. Salah satunya berada di Kabupaten
Siak yang pada masa lalu merupakan pusat kerajaaan Melayu Islam, Siak Sri
Indrapura. Kerajaan ini memiliki cakupan luas di Sumatera dan semenanjung Malaya
hingga perairan Laut Natuna. Kerajaan ini memiliki peran penting dalam aktivitas
perdagangan karena menguasai jalur perdagangan strategis di abad ke-18. Melalui
Siak, para pedagang dari seluruh dunia dapat mengakses berbagai hasil bumi dari
pedalaman Sumatera seperti lada, timah, emas, dan kayumanis. Kerajaan ini telah
bertahan lebih dari 200 tahun (1723-1946) dan memiliki 12 orang sultan sepanjang
sejarahnya. Pada tahun 1946, Sultan terakhir Siak Sri Indrapura yaitu Sultan Syarif
Kasim II secara resmi menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan menyerahkan kekuasaan dan kekayaannya sebesar 13 Juta
Gulden di Yogyakarta kepada Presiden Republik Indonesia Sukarno. Sejak 12 Oktober
1999, Siak berdiri sebagai kabupaten berdasarkan Undang-Undang No, 53/1999.
Setahun sebelumnya, tepatnya pada tanggal 6 November 1998, melalui Keputusan
Presiden No. 109/TK/1998, yang ditandatangani Presiden BJ Habibie, Sultan Syarif
Kasim II mendapat tanda kehormatan bintang Mahaputra Adipradana sebagai
Pahlawan Nasional dan namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Internasional
Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru.
Kota Siak Sri Indrapura dibelah oleh Sungai Siak yang memiliki
peran geospasial strategis dari dulu hingga saat ini sebagai jalur
keluar masuknya hasil bumi pedalaman Sumatera yang memberikan
kontribusi besar bagi perdagangan dunia di masa kolonial yang
menguasai pelabuhan antar bangsa di Malaka saat itu.
Kota Siak Sri Indrapura di Kabupaten Siak ini memiliki signifikansi sebagai kota pusaka
karena merupakan Kota warisan Kerajaan Melayu Islam yang memiliki peran geospasial
strategis. Morfologi Kota Siak Sri Indrapura juga tidak mengalami banyak perubahan
mulai dari 1898 hingga 2017 perubahan digambarkan pada pengembangan
infrastruktur jalan dan kawasan perkebunan serta pada pinggiran sungai yang terkikis
karena abrasi.
KOTA PUSAKA 13
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Istana Assyeriah Hasyimiah yang dibangun oleh sultan ke-11 merupakan pusat
pengembangan wilayah Kota sedangkan kawasan pemukiman berada di sisi kanan
dan sisi kiri. Penataan Kota juga memposisikan sungai sebagai bagian depan Kota,
konsep ini data ini dikenal dengan konsep waterfront city.
Kawasan cagar budaya pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura telah
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai kawasan cagar budaya
peringkat nasional pada tahun 2018 dengan nomor penetapan 164/M/2018 dengan
luas lahan 167,65 Ha. Kawasan ini terletak di daerah lingkungan pemukiman perkotaan
dengan bentang alam yang melingkupi istana berupa dataran rendah.
Kawasan cagar budaya tersebut meliputi Istana Siak Sri Indrapura, Balai Kerapatan
Tinggi Siak, Masjid Raya Syahabuddin, Makam Sultan Syarif Qasim II, Kompleks Makam
Koto Tinggi, Jembatan Istana Siak, Klenteng Hock Siu Kiong, Gudang Mesiu Kesultanan
Siak dan Tangsi Siak. Penetapan status ini menguatkan visi misi kota pusaka Siak Sri
Indrapura sebagai Kota Warisan Budaya Melayu berbasis Ruang Sungai dan Memiliki
Peran di Asia Tenggara.
14 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Pengembangan Instrumen
Kota Pusaka
Pemerintah Kabupaten Siak memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan kota
pusaka di Kabupaten Siak Sri Indrapura dengan melakukan upaya penyelamatan dan
pelestarian warisan pusaka sejarah Kesultanan Melayu.Komitmen ini diwujudkan
melalu rangkaian peraturan terkait kepusakaan Siak, antara lain; Perda Kabupaten Siak
No. 02/2015 tentang penetapan kampung adat di Kabupaten Siak, Perda Kabupaten
Siak No. 14/2015 tentang berbahasa dan berpakaian melayu, Perda Kabupaten Siak No
01/2016 tentang Rencana Induk Pelestarian Budaya Melayu Kabupaten Siak. Kebijakan
ini juga dilengkapi dengan keputusan yang bersifat teknis melalui Keputusan Bupati
Siak No 263/HK/KPTS/2017 tentang pembentukan Tim Kota Pusaka Daerah Kabupaten
Siak, Keputusan Bupati Siak No. 304/HK/KPTS/2017 tentang pembentukan Tim Teknis
Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Siak Sri Indrapura, dan penetapan
cagar budaya melalui Keputusan Bupati Siak No 436/HK/KPTS/2017.
Gambar : Hasil Revitalisasi Bangunan Tangsi Mempura, Kabupaten Siak Hasil Revitalisasi Bangunan Eks Barak (Gedung F) Tangsi Mempura, Kabupaten
Siak
KOTA PUSAKA 15
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Bupati Siak, Syamsuar, juga sangat antusias dalam rencana program kota pusaka
di Kementerian PUPR dengan menyusun proposal keikutsertaan P3KP. Pemerintah
Kabupaten Siak juga melakukan berbagai kegiatan terkait kepusakaan melalui seminar
dengan mendatangkan Narasumber Praktisi bangunan Cagar Budaya, Balai Pelestarian
Cagar Budaya dan Direktorat Bina Penataan Bangunan yang dipublikasikan di media
melalui pameran agar masyarakat Siak dan Riau mulai mengenal pelestarian kota
pusaka. Pada tahun 2017, sebagai kelanjutan dari komitmen pemerintah Kabupaten
Siak, disusun juga rencana aksi kota pusaka oleh Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten
Siak yang berkonsultasi dengan PBL Riau dan Direktorat Bina Penataan Bangunan.
Hingga pada puncaknya, Bupati Siak menandatangani piagam komitmen Program
Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka pada 15 Desember 2017.
Dalam hal pembiayaan, pemerintah Kabupaten Siak juga dibantu oleh PT Riau Andalan
Pulp and Paper dari perusahaan group APRIL untuk pemugaran Istana Peraduan Siak.
Selain itu upaya konservasi dan perbaikan juga dilakukan di Pasar Lama Kampung
Pecinan yang sempat terbakar, pembangunan kembali ini dijadikan tanggung
jawab oleh Pemerintah Kabupaten Siak yang berkerjasama dengan pihak swasta.
Kerjasama dalam bidang pembiayaan bersama pihak swasta ini mampu memperlancar
agenda pemerintah Kabupaten Siak dalam pelestarian kota pusaka dengan baik dan
terencana.
Stakeholder Kota
Pusaka
Program kota pusaka di Kabupaten Siak merupakan inisiatif besar dari pemerintahan
Kabupaten Siak. Inisiatif ini dilaksanakan dengan membentuk Tim Ahli Cagar Budaya
(TACB) dan Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG). Selain itu, dilibatkan juga peran
swasta dari PT. RAPP dalam model pembiayaan program dan dalam hal aktivitas,
pemerintah juga melibatkan komunitas pelestari dari kalangan masyarakat untuk
mengkampanyekan Warisan Pusaka Budaya Melayu Siak Sri Indrapura. Dalam rangka
mensukseskan program ini, Pemerintah Kabupaten Siak juga secara aktif berkoordinasi
dengan Direktorat Bina Bangunan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya di Kementerian
PUPR. Selain itu, pemerintah kabupaten Siak juga aktif berkonsultasi dengan PBL Riau
dan menggali pengalaman dari kota-kota lain dalam agenda program kota pusaka.
16 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 17
20 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Jelajah Pusaka
Ekspansi kolonialisme ke nusantara membawa banyak perubahan, baik secara sosial,
ekonomi, politik, budaya, maupun tata kota. Penataan kota pada masa penjajahan
cenderung berorientasi pada aktivitas eksploitasi ekonomi baik pada sektor
produksi, distribusi maupun perdagangan. Ketiga pola tersebut dapat kita temukan
peninggalannya di Kota Sawahlunto, Sumatera barat.
Sawahlunto dikenal sebagai salah satu Kota di Indonesia yang merasakan dampak
langsung dari penjajahan Belanda dan merupakan Kota bekas pertambangan
batubara. Pada tahun 1858 geolog asal Belanda, De Groot, yang dilanjutkan oleh WH
De Greve, menemukan potensi batubara sebanyak 200 juta ton yang terkandung di
sekitar cekungan Sungai Batang Ombilin. Penemuan ini menarik perhatian Pemerintah
Hindia Belanda untuk mengeksploitasi potensi tersebut dan merancang proyek
terintegrasi “Tiga Serangkai” Kota Sawahlunto yaitu kota tambang, jalur transportasi
dan pelabuhan. Sejak tahun 1894, kegiatan penambangan mulai berkembang seiring
dengan pembangunan infrastruktur kota sebagai penunjang proses tambang, hingga
lengkap sebagai sebuah kota pertambangan pada tahun 1930.
Nama besar Sawahlunto diwarnai oleh perdagangan batubara dengan jangkauan yang
mendunia karena Sawahlunto merupakan salah satu kota pertambangan sekaligus
perdagangan batubara tertua di dunia dengan infrastruktur yang lengkap dari hulu
ke hilir. Hal ini menjadikan Sawahlunto bukan hanya dapat menjadi kota pusaka di
Indonesia namun juga menjadi pusaka dunia karena kandungan sejarahnya yang
kental. Potensi besar ini disadari oleh pemerintah Kota Sawahlunto dengan visi maju
terhadap pelestarian, mulai dari semangatnya menemukenali aset pusaka Kotanya,
KOTA PUSAKA 19
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Pengembangan
Instrumen Kota Pusaka
Komitmen program kota pusaka dari pemerintah Kota Sawahlunto dimulai sejak
tahun 2001 dengan dirumuskannya Visi Kota: “Sawahlunto Tahun 2020 Menjadi Kota
Wisata Tambang yang Berbudaya” dalam Peraturan Daerah nomor 2 Tahun 2001. Visi
ini diintegrasikan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota
Sawahlunto yang ditindaklanjuti dengan penetapan keputusan teknis seperti SK
Walikota untuk Penetapan Tim Ahli Cagar Budaya, dan kebijakan seperti SK Penetapan
Cagar Budaya Kota Sawahlunto, yang terdiri dari bangunan, situs, dan struktur
bekas pertambangan, yang didukung dengan kegiatan inventarisasi dan pemetaan
seluruh aset pusaka kota, termasuk pusaka alam, budaya dan saujana pada tahun
2013. Pada skala kawasan pun Sawahlunto telah ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 345/M/2014 tentang
Penetapan Satuan Ruang Geografis Kota Lama Tambang Batubara Sawahlunto sebagai
Cagar Budaya Peringkat Nasional, seluas 89,71 ha.
Penetapan cagar budaya Kota yang terdiri dari bangunan, situs dan struktur bekas
pertambangan ini diperkuat dengan kegiatan inventarisasi dan pemetaan seluruh aset
pusaka Kota termasuk pusaka alam, budaya dan saujana pada tahun 2013.
20 KOTA PUSAKA
pelajaran dari
pelajaran perjalanan
dari perjalanankota
kotapusaka
pusakadi
diindonesia
indonesia
Pemerintah mendata dan menetapkan 119 Cagar Budaya Kota Sawahlunto yang terdiri
dari 68 Cagar Budaya ragawi ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota Sawahlunto
Nomor 84 Tahun 2007, sebanyak 6 Cagar Budaya ditetapkan dengan Surat Keputusan
WaliKota Sawahlunto Nomor 189.2/250/WAKO-SWL/2014 Tanggal 29 September 2014.
Sedangkan 45 Cagar Budaya ditetapkan dengan Surat Keputusan WaliKota Sawahlunto
Nomor 188.45/327/WAKO-SWL/2017. Penetapan ini diperkuat dengan kegiatan
inventarisasi dan pemetaan seluruh aset pusaka Kota termasuk pusaka alam, budaya
dan saujana pada tahun 2013. Implementasi lainnya dilakukan dengan pemanfaatan
bangunan Cagar Budaya yang difungsikan sebagai museum adalah Museum Gudang
Ransum (sejak 17 Desember 2005), Museum Kereta Api (sejak 17 Desember 2005),
Museum Situs Lubang Tambang Mbah Soero (23 April 2008), Museum Tambang
Batubara Ombilin: Pusat Dokumentasi dan Arsip PT.BA-UPO (14 Juli 2014), Museum
Budaya Sawahlunto atau Museum Lukis & Etnografi Kayu, Museum Tari dan Museum
Alat Musik (23 Juni 2017), Ruang Sekretariat Sawahlunto Menuju Warisan Dunia yang
menggunakan ruangan di Museum Gudang Ransum. Museum dan Ruang Sekretariat
ini sebagai sarana informasi edukasi promosi Kota Pusaka Sawahlunto.
Kota Sawahlunto menyadari betul bahwa dirinya tidak dapat berdiri sendiri untuk
merangkai menjadi cerita kesuksesan sebuah Kota tambang di masa lampau, namun
perlu mempertimbangkan aset infrastruktur kereta api sampai ke Pelabuhan Teluk
Bayur yang memiliki peran penting dalam kegiatan pertambangan batu bara saat
itu. Area Nominasi Warisan Dunia Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto yang
melilbatkan 7 Kota/kabupaten yaitu: Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar,
Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Solok, dan Kota
Sawahlunto.
KOTA PUSAKA 21
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
22 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Salah satu pencapaian yang diraih Kota Sawahlunto yaitu dengan ditetapkannya
ditetapkannya Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (Ombilin Coal
Mining Heritage) dengan predikat World Heritage Site dalam Pertemuan Komite
Warisan Dunia yang diselenggarakan di Baku, Azerbaijan, pada tanggal 6 juli 2019
yang melibatkan 7 Kota/kabupaten yaitu: Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar,
Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Solok, dan Kota
Sawahlunto. Capaian ini merupakan hasil kerja keras yang
KOTA PUSAKA 23
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
24 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 25
28 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Jelajah Pusaka
Menjelajahi Kawasan Kotatua Jakarta mengembalikan kita pada ingatan sejarah
tumbuh kembangnya masyarakat Jakarta dari masa sebelum penjajahan, masa
penjajahan hingga masa setelah kemerdekaan. Kawasan ini awalnya dikenal sebagai
Pelabuhan Sunda Kelapa atau Dermaga Sunda dan mulai aktif sejak abad ke 14 sebagai
pelabuhan dagang yang menarik perhatian para pedagang dari berbagai negara.
Kawasan yang juga digunakan sebagai jalur keluar masuknya rempah dari pulau Jawa
ini jatuh ke tangan VOC seiring dengan jatuhnya Jayakarta pada tahun 1621 dan
berganti nama menjadi Gemeente Batavia.
Pada tahun 1972, di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, Kawasan kotatua
diarahkan menjadi situs bersejarah melalui penetapan Dekrit Gubernur. Dalam dekrit
tersebut, Ali Sadikin tak hanya bertujuan untuk melindungi sejarah arsitektur kawasan
kotatua dan bangunan-bangunan bersejarahnya, melainkan juga mulai meletakkan
dasar-dasar revitalisasi bangunan dan kawasan yang kita kenal saat ini. Upa ya
revitalisasi masih terus dilajutkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga kini,
mengingat luasnya area penataan dan banyaknya jumlah gedung yang dilestarikan di
kawasan tersebut. Di mata Ali Sadikin, bangunan bersejarah di Jakarta terlihat tidak
terawat dan kurang dimanfaatkan secara optimal. Kebanyakan tidak dikelola dan
bahkan dibongkar untuk pembangunan baru. Kontras dengan pemandangan yang
dilihatnya ketika mengunjungi Warsawa dan Amsterdam.
KOTA PUSAKA 27
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Menyadari potensi bangunan bersejarah terhadap kota yang sedang berkembang, Ali
Sadikin merintis kebijakan untuk meremajakan bangunan bersejarah di Jakarta. Pada
tahun 1968 Ali Sadikin membentuk Dinas Museum dan Sejarah yang bertugas untuk
memugar dan melestarikan bangunan bersejarah.
Yang tidak kalah penting yaitu penetapan kawasan pelestarian dalam perencanaan
tata ruang kota, yaitu RTRW Provinsi DKI Jakarta 2011-2030 dan RDTR DKI Jakarta 2030
mencantumkan kawasan-kawasan tersebut dengan nama Kawasan Kota Tua sebagai
kawasan cagar budaya dengan karakter kawasan pemugaran bangunan dan objek
bersejarah.
28 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Pada tahun 2014, ditetapkan Peraturan Gubernur No. 36/2014 tentang Rencana Induk
Kotatua Jakarta, dengan visi adalah mewujudkan Kawasan Kotatua sebagai kawasan
cagar budaya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai kawasan wisata,
bisnis, jasa dan perdagangan dengan tetap mempertahakan karakter dan nilai-nilai
kesejarahan kawasan. Kawasan yang berada dalam areal di dalam tembok terdiri
dari Kawasan Taman Fatahillah, Kawasan Stasiun Jakarta Kota, Koridor Kali Besar dan
Kawasan Sunda Kelapa, sedangkan area di luar tembok terdiri dari Kampung Luar
Batang, Pecinan, Pekojan dan Pulau Taman Arkeologi Onrust.
Pada perkembangan saat ini, fokus pelestarian berkembang untuk menjadikan Kotatua
sebagai kawasan seni-budaya, pendidikan, kreatif, gaya hidup, kantor, hunian dengan
tema ‘to work, to live, to play’ dengan pendekatan public-private partnership yang
melibatkan pemerintah provinsi, swasta dan BUMN.
KOTA PUSAKA 29
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Gambar : Cafe Batavia, dahulu pernah digunakan sebagai salah satu kantor Pemerintah Hindia
Pembangunan balai Kota pada Belanda
30 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
1. Café Batavia
Gambar : Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta
2. Gedung Kehakiman yang kini
menjadi Museum Keramik dan Fine
Art
3. Gereja Sion
4. Gedung Oud Batavia yang kini
menjadi Museum Sejarah Jakarta
5. Area Chinatown Jakarta di Glodok
dan Pinangsia
6. Mesjid Luar Batang
7. Jembatan Kota Intan
8. Gudang Oud Batavia yang kini
menjadi Museum Maritim dan
Menara Syahbandar
9. Pasar Ikan
10. Dermaga Oud Batavia atau
Dermaga Sunda kelapa
11. Kim Tek Le atau sekarang Vihara
Dharma Bhakti
12. Pasar Petak Sembilan
13. Rumah Gubernur Jenderal Baron
Van Imhoff yang kini menjadi Toko
Merah
14. Kuil Hui Tek Bio
15. Sungai Oud Batavia atau
dikenal sebagai Kali Besar
16. Museum Oud Batavia yang
sekarang menjadi Museum Wayang
Gambar : Toko Merah yang terletak di tepi barat Kali Besar, Kotatua Jakarta
KOTA PUSAKA 31
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Kemudian, terdapat juga cagar budaya dari era awal abad ke 20 sebanyak 5 cagar bu-
daya yaitu;
Selain itu, lay out jalan pada kawasan ini juga tidak mengalami perubahan sejak abad
ke 17. Keberadaan bangunan cagar budaya, adanya perencanaan kawasan dan akti-
vitas yang memiliki nilai sejarah ini menambah signifikansi Kawasan Kotatua Jakarta
dalam kerangka pelestarian kota pusaka.
Pengembangan
Instrumen Kota Pusaka
Perencanaan revitalisasi kawasan Kotatua Jakarta mulai direalisasikan dengan
pendekatan public-private partnership yang membuka keterlibatan sektor swasta
dan masyarakat. Implementasi perencanaan ini dimulai dengan dibentuknya Unit
Pengelola Kawasan (UPK) Kotatua Jakarta dibawah koordinasi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur No 294 Tahun 2014
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Kawasan Kotatua. UPK
Kotatua berfungsi untuk menyusun rencana strategis dan rencana kerja anggaran serta
pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran UPK Kotatua.
32 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
selama 2 tahun. Keputusan inilah yang dijadikan dasar untuk mengembangkan dan
menghidupkan kembali Kawasan Kotatua Jakarta melalui cara inovatif termasuk
dengan menghubungkan sektor swasta dengan pemerintah DKI Jakarta.
JOTRC bekerjasama dengan para pemilik gedung di Kotatua Jakarta untuk melakukan
revitalisasi, termasuk dengan BUMN yang memiliki aset di Kotatua seperti PT.POS
Indonesia. Selain itu, JOTRC juga menyusun rencana pemugaran dan melakukan
kegiatan konstruksi dan bekerjasama dengan biro-biro arsitek. Bangunan yang telah
selesai dipugar kemudian disewakan kepada swasta/masyarakat untuk menghidupkan
kembali aktivitas ekonomi di kawasan. Dalam kegiatannya, JOTRC menerapkan
sistem kuratorial kawasan untuk mendapatkan penyewa yang sesuai dengan konsep
pelestarian Kotatua. sistem kuratorial kawasan untuk mendapatkan penyewa yang
sesuai dengan konsep pelestarian Kotatua.
KOTA PUSAKA 33
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Pengembangan Kota
Pusaka
Sejak perencanaan revitalisasi Kotatua
dilaksanakan, lima gedung telah selesai
diperbaiki oleh JOTRC. Kelima gedung
tersebut antara lain; Gedung Kantor Pos
yang kini sebagian difungsikan sebagai
galeri seni bernama Galeri Fatahillah,
Apotek Chung Hwa, Gedung OLVEH
yang sebagian difungsikan sebagai
kantor redaksi majalah Sarasvati dan
pusat kegiatan komunitas kreatif, dan
Rotterdam Lloyd yang kini difungsikan
menjadi kedai kopi. Hingga saat ini,
revitalisasi Kotatua dapat dikatakan
cukup berhasil mendorong aktivitas
ekonomi masyarakat dan menarik
perhatian wisatawan. Selain itu aktivitas
yang terjadi di Kotatua pun beragam,
dari yang bersifat komersil, edukatif
hingga aktivitas sosial dan
kegiatan-kegiatan kebudayaan.
34 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 35
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Jelajah Pusaka
Kota Bogor memiliki jalinan sejarah yang panjang, sejak zaman Kerajaan Pajajaran
di abad ke 13, era penjajahan di abad ke 16, hingga masa pasca kemerdekaan. Kota
yang mendapat julukan Kota Hujan ini merupakan Kota terbesar ketiga di Provinsi
Jawa Barat. Bogor memiliki kondisi alam dan potensi iklim maupun tanah yang
subur, sehingga Bogor direncanakan sebagai daerah pertanian dan peristirahatan
bagi Gubernur Jenderal. Tidak hanya itu, Bogor ditetapkan sebagai pusat penelitian
tanaman tropis dan pusat kegiatan perkebunan.
Istana Bogor yang kita kenal sekarang ini dibangun pada tahun 1745 atas kuasa
Gubernur Jenderal GW. Baron van Imhoff dan ditetapkan sebagai kedudukan resmi
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Berdirinya bangunan tersebut seiring dengan
pembangunan Jalan Raya Daendels yang menghubungkan Batavia dengan Bogor,
kemudian diikuti oleh pembangunan permukiman warga sekitar. Bogor menjadi
ramai setelahnya, terutama jalur Bogor-Batavia yang seringkali digunakan oleh utusan
pemerintah.
KOTA PUSAKA 37
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Namun, pada masa pendudukan Jepang Kota ini tidak mengalami perkembangan
karena kebijakan Jepang berfokus pada kepentingan perang. Pada masa kemerdekaan
Bogor ditetapkan sebagai Kota Besar Bogor berdasarkan UU No 16/1950. Saat ini,
wilayah Kota Bogor yang semula memiliki luas 21,56 Km telah berkembang menjadi
118,50 Km dengan perkiraan 60% wilayah terbangun. Dalam perkembangan saat ini,
bangunan-bangunan lama di Kota Bogor banyak yang telah mengalami perubahan
bentuk dan fungsi, kecuali untuk bangunan militer, pemerintahan, dan fasilitas
pemerintah yang dipertahankan sebagai kantor. Oleh karena itu, Pemerintahan Kota
Bogor menyusun konsep pengembangan Kota berdasarkan pada prinsip pelestarian
Perencanaan Kota Bogor selaras dengan upaya Kota Bogor mewujudkan Kota yang
cerdas, hijau dengan berwawasan kepusakaan.
38 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Lokasi kawasan Suryakencana yang telah menjadi sentra perdagangan sejak masa
kolonial juga merupakan pemukiman penduduk. Oleh karena itu, pengembangan
kawasan ini juga sangat melibatkan peran serta masyarakat. Masyarakat bertindak
sebagai mitra pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan program
pelestarian. Masyarakat melalui Komunitas Sepakat dan Kampoeng Bogor seringkali
mengadakan dialog dan diskusi dengan pemerintah sebagai bagian dari upaya
penyempurnaan tata kelola Kawasan Suryakencana.
KOTA PUSAKA 39
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
40 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Pelajaran dari
Kota Pusaka
Perjalanan mewujudkan agenda Kota Pusaka Bogor masih dalam perjalanan yang
panjang. Meskipun begitu, pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Kota Pusaka
Bogor dalam konteks pengembangan instrumen kota pusaka adalah kelembagaan
dan tata kelola kota pusaka. RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 memuat misi untuk
menjadikan Bogor sebagai kota jasa yang berorientasi pada kepariwisataan dan
ekonomi kreatif. Visi ini ditujukan untuk menjadikan warisan budaya sebagai aset
Kota melalui peningkatan peran masyarakat dalam hal pengelolaan serta memelihara
warisan budaya sehingga dapat meningkatkan identitas dan citra Kota Bogor.
Kota Bogor juga mulai menyusun rencana kota pusaka berlandaskan masukan dan
paritispasi dari komunitas pelestari baik melalui cara-cara formal seperti FGD dan
diskusi, maupun dengan cara kekinian melalui media sosial dan website.
KOTA PUSAKA 41
42 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
jelajah pusaka
Kota Lama Semarang memiliki sejarah yang panjang dan berliku sejak abad ke 15
hingga sekarang, yang melibatkan kerajaan Mataram, VOC, Pemerintahan Belanda
hingga Pemerintah Daerah Kota Semarang. Seiring dengan penandatanganan
perjanjian Giyanti antara Kerajaan Mataram dengan VOC yang telah membantu
penumpasan perlawanan Trunojoyo, Mataram menyerahkan Semarang pada pihak
VOC pada 15 Januari 1678.
Setelah VOC memiliki kekuasaan penuh atas Semarang, sebuah Benteng bernama
Vijfhoek pun dibangun di Semarang untuk tempat tinggal warga Belanda dan pusat
pertahanan. Sejak saat itu, pemukiman berkembang di sekitar benteng, begitupun
juga gedung pemerintahan dan perkantoran, kawasan pemukiman ini kemudian
dikenal sebagai de Europeschebuurt.
Pada masa ini, penduduk Belanda dan Eropa tinggal di dalam wilayah pemukiman di
sekitar benteng dan di dalam benteng, sementara kaum pribumi berada di kawasan
luar. Perlawanan sering terjadi dan dianggap mengancam keselamatan warga
Belanda di de Europeesche Buurt sehingga benteng pun diperluas. Dampak lainnya
adalah penegasan fungsi Kota Semarang, dan diakuinya dua pemerintahan, yaitu
pemerintahan pribumi di wilayah Hinterland di luar benteng dan pemerintahan
Gubernur Belanda di dalam Kota Benteng. Sejak saat itu, fungsi Kota Smarang menjadi
Kota Administrasi Pemerintahan Gubernur Jenderal Jawa Utara, kota perniagaan dan
kota pertahanan militer.
Benteng Vijhoek yang kini menjadi Kawasan Kotalama Semarang dengan luas 31
hektare ini memiliki 116 bangunan kuno yang bertahan sejak dua abad lalu. Sebanyak
105 bangunan diantaranya telah ditetapkan sebagai bangunan konservasi. Kota lama
Semarang juga masih mempertahankan pola ruang khas kota benteng Belanda yang
masih otentik. Oleh karena itu, revitalisasi Kota lama Semarang sebagai kota pusaka
menjadi agenda penting bagi Kota Semarang dengan visi “Menuju Kota Pusaka Dunia
2020” karena potensinya sebagai aset bersejarah yang bernilai edukasi dan ekonomi,
sehingga potensi “little netherland” dapat menjadi keunggulan Kota Semarang.
KOTA PUSAKA 43
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Setelah badan ini dibentuk, BPK2L mulai bertindah menyelesaikan berbagai masalah
yang terdapat di KKLS. Banyak aset bangunan di KKLS yang berada dalam keadaan
rusak karena sudah ditelantarkan oleh pemiliknya untuk waktu yang lama. Selain itu,
pemanfaatan liar sebagi hunian pada aset bangunan oleh masyarakat dan berbagai
persoalan sosial seperti perjudian dan prostitusi juga terjadi di KKLS. Berbagai
permasalahan inilah yang membuat KKLS menjadi kawasan kumuh dan terlupakan.
44 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Selain Hero Coffee, kedai kopi lain yang ikut meramaikan aktivitas ekonomi di KKLS
adalah Tekodeko yang lahir dari gagasan bisnis sekelompok anak muda. Ronny, Jessie
dan Kriski mengajukan konsep akulturasi budaya modern dengan kesan klasik Belanda
abad 18 di Tekodeko yang terletak dekat Taman Srigunting. Ide bisnis ini disambut baik
oleh investor yang kemudian membiayai bisnis dan melakukan revitalisasi bangunan
dengan konsultasi ahli pelestarian dan perizinan dari BPK2L.
Pemanfaatan lainnya juga dilakukan oleh Monod Diephuis & Co milik Agus S. Winarto
yang juga merupakan anggota BPK2L. Ia merevitalisasi Gedung Monod di KKLS
KOTA PUSAKA 45
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
untuk berbagai kegiatan komunitas seperti diskusi, pameran seni, aktivitas seni
budaya seperti gamelan, pelatihan batik dan kegiatan lainnya secara cuma-cuma.
Agus juga mengharapkan gedung ini dapat dijadikan tempat pelatihan keterampilan
masyarakat kawasan KKLS sehingga masyarakat dapat memeroleh penghasilan sendiri,
dengan begitu permasalahan sosial disekitar KKLS seperti perjudian, prostitusi dan
kekerasan dapat terselesaikan. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang juga
ikut mendorong aktivitas ekonomi KKLS dengan Galeri UMKM yang memanfaatkan
bekas gedung milik PT.Telkom. Galeri ini dibuat untuk memancing minat masyarakat
berkunjung ke KKLS dengan memamerkan dan menjual produk kreatif khas Semarang
hasil karya para pengrajin lokal.
46 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Gambar : Salah satu sudut di Kawasan Kotalama Gambar : Gedung Marba, Kawasan Kotalama Semarang
Semarang
KOTA PUSAKA 47
48 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
jelajah pusaka
Yogyakarta selalu memiliki tempat istimewa di hati para pengunjung dan
penduduknya. Keistimewaannya dapat dirasakan melalui orisinalitas seni budaya,
kuliner dan bangunan, hingga tata kotanya. Berbeda dengan kota pusaka lainnya yang
mengangkat nilai sejarah era penjajahan Belanda, Yogyakarta menjadi pusaka karena
orisinalitasya.
Sejarah mencatat bahwa Yogyakarta dimulai sejak Perjanjian Giyanti pada tahun
1755 yang membagi Mataram menjadi dua wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta. Kota Yogyakarta membagun daerahnya dengan berlandaskan
filsafat Hamemayu Hayuning Bawono yang diperkenalkan oleh Ki Ronggo Warsito.
Falsafah ini memiliki arti bahwa setiap umat manusia harus melakukan hal yang benar
demi keselamatan dan kesejahteraan dunia beserta seluruh isinya.
Dalam penataan Kota, falsafah ini diwujudkan dengan dibangunnya Yogyakarta diatas
sumbu imajiner dan sumbu filosofis. Sumbu imajiner Yogyakarta menghubungkan
antara Pantai Laut Selatan ke Kraton dan dari Kraton ke Gunung Merapi sebagai
manifestasi fisik konsep Tri Hitta Karana (Palemahan-Pawongan-Parahyangan).
Konsep ini kemudian diinterpretasikan ulang dengan konsepsi Islam-Jawa oleh
Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I). Sedangkan sumbu
filosofis menghubungkan antara Pangung Krapyak – Kraton – Tugu Pal Putih. Tugu
melambangkan konsep Lingga dan Panggung Krapyak melambangkan konsep Yoni,
keduanya dimaksudkan untuk melambangkan kesuburan. Konsep ini juga diubah
oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I menjadi filosofi Sangkan Paraning Dumadi yang
dimanifestasikan dengan jalan Malioboro yang menghubungkan ketiga tempat
tersebut.
Sebagai daerah istimewa yang juga menjadi kota pusaka, Yogyakarta menyimpan
ribuan cagar budaya baik ragawi maupun non ragawi. Cagar budaya ragawi telah
ditetapkan melalui Perda D.I Yogyakarta No 11/2005 tentang Pengelolaan Kawasan
KOTA PUSAKA 49
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya. Selain itu ditetapkan juga kawasan cagar
budaya melalui SK Gubernur DIY No 186/2011 yang menetapkan 6 Kawasan Cagar
Budaya di Kota Yogyakarta yaitu; Kawasan Kotabaru, Kawasan Pakualaman, Kawasan
Keraton, Kawasan Kotabaru, kawasan Kotagede dan Kawasan Malioboro ditambah
Kawasan Imogiri di Kabupaten Bantul. Sementara, cagar budaya non ragawi seperti
seni dan budaya juga mulai diinventarisasikan.
Pada tahun 2012, Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyusun rencana aksi kota
pusaka Yogyakarta yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Yogyakarta 2010-2019. Rencana ini memiliki visi Mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai
kota pusaka unggulan dan nyaman huni dengan karakter pariwisata berbasis budaya,
50 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
pendidikan yang berkarakter dan inklusif, pusat pelayanan jasa yang berwawasan
lingkungan serta ekonomi kerakyatan. Untuk mewujudkan misi tersebut, dilakukan
upaya sebagai berikut:
Dalam perencanaan ini, Kawasan Malioboro yang merupakan sumbu filosofis Sangkan
Paraning Dumadi Kota Yogyakarta termasuk kawasan yang mendapat perhatian
khusus dalam hal pelaksanaan event-event pariwisata. Selain itu kawasan ini juga
diagendakan memiliki rencana rinci tata ruang kawasan cagar budaya, termasuk
dilakukannya revitalisasi dan pengembangan fisik kawasan. Agenda ini kemudian
diawali dengan pelaksanaan Sayembara Penataan Kawasan Malioboro, Desain Ruang
Jalan Penggal Pangarukan – Marga Mulya – Marga Utama pada tahun 2014 yang
diprakarsai oleh Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sayembara ini dimenangkan oleh Tim Jogja Limo
yang merupakan tim gabungan mahasiswa dan alumni jurusan MDKB UGM dengan
konsep Teras Budaya.
Konsep ini menawarkan win-win solution dari dualisme fungsi kawasan malioboro
sebagai aset pariwisata dan aset budaya. Konsep ini juga menjawab tantangan dengan
konsep pembangunan kekinian dan konservasi. Konsep teras budaya tidak hanya
menempatkan Malioboro sebagai milik Yogyakarta melainkan juga aset pariwisata
Indonesia bagi wisatawan internasional yang berarti terasnya Yogyakarta sekaligus
terasnya masyarakat Indonesia.
KOTA PUSAKA 51
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Dengan begitu, konsep ini akan Gambar : Ruas Jl. Malioboro, Kota Yogyakarta
52 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Stakeholder
Kota Pusaka
Upaya pelestarian kota pusaka di
Yogyakarta memerlukan sinergi
dari berbagai stakeholder baik dari
pemerintah, masyarakat dan sektor
swasta. Dalam hal ini, pemerintah
telah membentuk DP2WB yang
dapat memberikan saran dan acuan
pengembangan kota pusaka. Selain
itu, dibentuk juga Badan Koordinasi
Pengelolaan Kota Pusaka (BKPKP)
yang mengkoordinasikan partisipasi
masyarakat melalui lembaga swadaya
masyarakat dan organisasi pelestarian
kawasan cagar budaya (OPKCB).
Pembentukan badan-badan tersebut
ditujukan untuk mewujudkan visi dan
misi Kota Yogyakarta sebagai kota
pusaka.
Hasil Pengembangan Kota Pusaka
Sejak rencana Teras Malioboro
diimplementasikan, pada tahun 2015
dibangun bangunan Parkir Abu Bakar
Ali untuk mengurangi permasalahan
parkir di Malioboro dan Alun-alun
utara. Pembangunan ini dilanjutkan
pada tahun 2016 dengan penataan
jalur pejalan kaki di Malioboro yang
dimulai dari sepanjang Hotel Inna
Garuda sampai Pasar Beringharjo untuk
Gambar : Taman Sari, Kota Yogyakarta
meningkatkan kualitas penataan ruang
publik yang inklusif.
KOTA PUSAKA 53
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
54 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 55
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
jelajah pusaka
Pesisir utara Jawa Timur memiliki jalinan sejarah yang panjang sejak abad ke-11
terutama Kota Probolinggo. Daerah yang terletak di kaki Gunung Bromo ini berhadap-
hadapan dengan Pulau Madura dan menghubungkan Surabaya dengan Bali. Lokasinya
yang berada di antara perlintasan dagang membuatnya tidak pernah absen dalam
setiap peristiwa sejarah. Mulai dari masa Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit,
Kerajaan Supit Urang, Kerajaan Blambangan, Kerjaan Surapati, Kerajaan Mataram,
hingga era penjajahan Belanda.
Sebelum masa penjajahan Belanda, Probolinggo bernama Banger, nama ini merujuk
pada Kali Banger yang mengalir di daerah tersebut sedangkan nama Probolinggo
diberi pada masa VOC. Lapisan sejarah panjang Probolinggo ditandai dengan adanya
kombinasi dua struktur kota, yaitu struktur Kota Jawa, dalam wujud Alun-alun, Masjid
Jami’ dan Pendopo Bupati, dengan struktur Kota Kolonial/Stad, berupa penjara, asisten
residen dan pos dagang (Pelabuhan-Heerenstraat-Benteng). Pada masa kolonial,
Probolingo merupakan titik kumpul komoditas serta pelabuhan regional yang penting
untuk produk pertanian daerah pedalaman seperti gula, tembakau dan kopi. Sejak
jaman Daendels (1808-1811) Probolinggo mempunyai hubungan infrastruktur yang
baik dibandingkan dengan Kota-Kota lain di Jawa Timur melalui Grotepostweg atau
jalan raya pos yang menghubungkan Kota-Kota di pantai utara Jawa mulai dari Anyer
di Jawa Barat sampai Panarukan di Jawa Timur.
Pada tahun 1918, Probolinggo ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan belas
Gemeente di Tanah Jawa. Penetapan tersebut memberikan status otonomi khusus
untuk Probolinggo terutama ditinjau letaknya yang strategis, dikelilingi oleh beberapa
pabrik gula, perkebunan tembakau dan lain–lain. Selain itu Kota Probolinggo
merupakan kota pelabuhan yang menampung dan mengekspor hasil produksi dari
perkebunan-perkebunan di wilayah tersebut dan sekitarnya.
KOTA PUSAKA 57
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Peran penting Probolinggo dalam hal distribusi dan perdagangan di masa penjajahan
ini membuat Kota ini menyimpan banyak peninggalan cagar budaya baik dalam
bentuk ragawi maupun non ragawi. Oleh karena itu, pemerintah Kota Probolinggo
berinisiatif untuk melakukan konservasi dan pengembangan potensi kawasan
bersejarah di Probolinggo. Upaya inventarisasi dan dokumentasi dilakukan oleh
Pemerintah Kota dengan dukungan riset dan pembangunan dua museum untuk
meningkatkan kesadaran konservasi melalui edukasi.
Kota Probolinggo memiliki 10 bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya
melalui Keputusan WaliKota Nomor 188.45/198/KEP/425/012/2013. Kesepuluh
bangunan tersebut, antara lain Markas Kodim 0820 Probolinggo, Stasiun Probolinggo,
Gereja Protestan Indonesia Barat, Markas Yon Zipur 10 Divisi 2 Kostrad Probolinggo,
Tandon Air Randupangger, Alun-alun, Rumah dr Moh. Saleh dan Makam dr Moh.
Saleh. Selain cagar budaya ragawi, Probolinggo juga memiliki banyak warisan
budaya non ragawi yang lahir dari interaksi perdagangan selama ratusan tahun dan
telah menghasilkan berbagai akulturasi. Oleh karena itu agenda konservasi dan
pengembangan potensi dalam kerangka program kota pusaka menjadi penting bagi
Kota Probolinggo.
Pengembangan Instrumen
Kota Pusaka
58 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 59
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
60 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 61
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
jelajah pusaka
Kepahlawanan adalah istilah yang melekat pada Kota Surabaya. Bukan hanya karena
peristiwa ultimatum 10 November 1945, tapi juga karena sejarah mencatat bahwa
Kota ini memang menginternalisasi simbol perjuangan yang dapat kita identifikasi
dari namanya. Kata Surabaya berasal dari suro atau ikan hiu dan boyo. Simbolisasi ini
memperlihatkan pertempuran antara suro dan boyo yang melahirkan nama Surabaya
yang diyakini merupakan alegori dari pertempuran antara Adipati Jayengrono dengan
Sawunggaling. Nama Surabaya sendiri dikukuhkan oleh Lembu Sora, penguasa Ujung
Galuh pada abad ke 14.
Pada era penjajahan Belanda, Surabaya diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC
pada tahun 1746, sebagai akibat dari perjanjian antara Gubernur Jenderal Van Imhoff
dengan Pakubuwono II. Ketika Dirk Van Hogendorp menjabat sebagai penguasa atas
Jawa bagian timur, Ia menjadikan Surabaya sebagai basis pertahanan maritim di Jawa.
Herman Willem Dendels yang berkuasa sebagai Gubernur Jenderal pada 1808-1811
juga berpendapat Surabaya lebih aman untuk dijadikan sebagi pusat pemerintahan
dibandingkan Batavia atau Semarang yang letaknya lebih terbuka dan rentan terhadap
serangan musuh. Sejak saat itu, seiring dengan ramainya aktivitas ekonomi dan
dibangunnya infrastruktur Kota, Surabaya juga berkembang menjadi Kota dagang dan
industri dan dibanjiri banyak pendatang khususnya dari luar Hindia Belanda.
KOTA PUSAKA 63
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
antara kesehatan masyarakat dengan perencanaan Kota yang baik. Kondisi kampung-
kampung yang dianggapnya kumuh dan jorok kemudian memberikan dampak bagi
kesehatan masyarakat Kota secara umum. Tillema kemudian mengemukakan perlunya
pemerintah Belanda khususnya pemerintah Kota memperhatikan masalah-masalah
yang ada di kampung.
64 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Olah desain kampung dengan pendekatan konservasi ini dapat dilihat dari beberapa
kampung lawas berikut;
Kampung Maspati, berada di tengah Kota Surabaya, 500 meter dari Monumen Tugu
Pahlawan. Kampung ini dikelilingi bangunan modern namun budaya, kearifan lokal
dan tradisi-tradisi kampung tetap terjaga. Bangunan-bangunan dan barang-barang
peninggalan Kerajaan Mataram pun masih terawat hingga saat ini.
KOTA PUSAKA 65
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Kampung Ketandan terletak di pusat perdagangan Kota Surabaya, salah satu sisinya
berada di Jl. Tunjungan dan sisi lainnya berada di Jl. Embong Malang. Walau tidak
terdapat bangunan bersejarah di kampung ini namun masih ditemui jejak-jejak
permukiman lama berupa bangunan masjid, pendopo dan rumah-rumah tua yang
masih dimanfaatkan dan terawat dengan baik.
Gambar : Salah satu gang yang dihias mural di Kampung lawas Kota Surabaya
66 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 67
66 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
jelajah pusaka
Pada mulanya adalah rempah, tumbuhan mistis dari ujung timur dunia yang mampu
menghangatkan tubuh dari dalam di tengah dinginnya alam sub-tropis Eropa.
Pencarian rempah inilah yang memulai penjelajahan Bangsa Eropa ke seluruh dunia
sekaligus mengawali kolonialisme. Setelah rempah ditemukan di kepulauan Maluku,
silih berganti pedagang eropa dan para conquistador berdatangan bahkan saling
berperang, hingga akhirnya Belanda lah yang berhasil menancapkan kekuasaannya di
kepulauan ini.
Pada tahun 1607 laksamana VOC Cornelis Matelief de Jonge mendapat izin dari
Sultan Ternate untuk mendirikan sebuah benteng di permukiman Melayu yang
lokasinya berdiri di atas reruntuhan benteng Melayu, milik Kesultanan Ternate yang
didirikan oleh Portugis. Benteng ini kemudian diberi nama oleh penguasa Belanda
pertama di Maluku, Paulus Carden, sebagai Benteng Oranje yang dibangun di atas
lahan seluas 22.000 meter persegi dan luas bangunan 7.352 meter persegi. Selama
masa jabatan tiga Gubernur Jenderal Pertama yaitu Pieter Both (1610-1614), Gerard
Reynst (1614-1615) dan Dr. Laurens Reael (1615-1619), Benteng Oranje menjadi “ibu
kota” dan markas pemerintah Belanda di Nusantara. Selanjutnya baru pada tahun
1620, Gubernur Jenderal keempat Jan Pieterzoon Coen memindahkan pusat VOC
ke Batavia. Benteng Oranje merupakan saksi bisu persaingan dagang rempah dan
peraduan kekuatan militer antara Belanda dan Spanyol di timur Nusantara, juga ketika
penyerangan Inggris terhadap Pertahanan Belanda pada tahun 1801.
Guna memecahkan permasalahan tersebut, sejak tahun 1996 Pemerintah Kota Ternate
berupaya melakukan pembenahan dengan membuat perencanaan pemugaran
Benteng Oranje. Namun perencanaan tersebut belum dapat segera direalisasi akibat
permasalahan yang terlalu kompleks.
KOTA PUSAKA 69
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
70 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 71
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
Pada Tahun 2014 penataan dan revitalisasi mulai dilakukan pembenahan kawasan
Benteng Oranje dengan penanganan lintas sektor, yang pendanaannya berasal dari
anggaran pemerintah daerah dan pusat, dalam hal ini oleh Kementerian Pekerjaan
Umum. Penanganan area dalam benteng oleh Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan, Ditjen Cipta Karya. Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh di
sekitar kawasan Benteng Oranje oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, Ditjen
Cipta Karya. Sedangkan Penataan area di depan Benteng Oranje oleh Ditjen Penataan
Ruang.
72 KOTA PUSAKA
pelajaran dari perjalanan kota pusaka di indonesia
KOTA PUSAKA 73
BAB
03
SIGNIFIKANSI
DAN INSTRUMEN
PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
signifikansidan
signifikansi daninstrument
instrumentpengelolaan
pengelolaan kota
kota pusaka
pusaka
76 KOTA PUSAKA
signifikansi dan
signifikansi instrument
dan instrumentpengelolaan
pengelolaankota
kota pusaka
pusaka
Gambar : Bupati Siak didampingi jajaran Pemkab dan TACB meninjau hasil pemugaran Tangsi Belanda Mempura
KOTA PUSAKA 77
signifikansi dan instrument pengelolaan kota pusaka
Keterkaitan konsep kota pusaka dengan Namun juga untuk dijadikan acuan
agenda global tentang perkotaan dalam pengembangan dan praktek
sangatlah diperlukan, bukan hanya Program Penataan dan Pelestarian Kota
untuk menunjukkan partisipasi Pusaka yang dilaksanakan di berbagai
Indonesia dalam agenda global. daerah di Indonesia.
78 KOTA PUSAKA
signifikansi dan
signifikansi instrument
dan instrumentpengelolaan
pengelolaankota
kota pusaka
pusaka
KOTA PUSAKA 79
signifikansi dan instrument pengelolaan kota pusaka
Gambar : Sudut jalan didepan Gedung Merdeka, Jl. Asia Afrika, Bandung
80 KOTA PUSAKA
signifikansi dan instrument pengelolaan kota pusaka
KOTA PUSAKA 81
signifikansi dan instrument pengelolaan kota pusaka
Kategori dan
Instrumen Kota
Pusaka
Berdasarkan pemahaman mengenai konsep kota pusaka tersebut, jika dijabarkan
sebuah kota dapat diidentifikasi sebagai kota pusaka jika memenuhi empat kriteria
berikut:
82 KOTA PUSAKA
signifikansi dan instrument pengelolaan kota pusaka
KOTA PUSAKA 83
signifikansi dan instrument pengelolaan kota pusaka
Bagian yang sangat penting dalam pemenuhan kriteria kota pusaka terletak pada
kriteria kedua yaitu dengan memiliki keutuhan atribut yang mendukung nilai
signifikansi Kota Pusaka. Atribut Kota Pusaka sendiri merupakan instrumen dalam
pengelolaan Kota Pusaka yang dijabarkan dalam Piagam Pelestarian Kota Pusaka pada
tahun 2013. Kedelapan instruen tersebut merupakan unsur utama yang membentuk
kota pusaka secara detail dari identifikasi hingga perencanaan, yaitu;
84 KOTA PUSAKA
signifikansi dan instrument pengelolaan kota pusaka
Perencanaan Ruang
Kota Pusaka dan Sarana Prasarana Kota Pusaka perlu memiliki kebijakan
penataan ruang, seperti RTRW, RDTR, PZ, RTBL dan dukungan sarana-
prasarana yang mengamankan pusaka dari ancaman dan gangguan,
serta menyediakan ruang kehidupan yang mendukung penguatan
keunggulan nilai pusaka yang dimiliki.
KOTA PUSAKA 85
BAB
04
EPILOG
Kota Pusaka
Berkelanjutan
dengan Signifikansi
dan Dinamika
Indonesia
86 KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA 87
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
Kota Pusaka:
sebuah perjalanan konseptual
Kota pusaka bukan sekedar persoalan Dalam perjalanannya, berbagai
slogan ataupun definisi namun kota yang terlibat dalam P3KP
juga konsepsi dan penerapannya mengembangkan fokus dan capaian
di Indonesia. Konsep kota pusaka yang beragam dalam mewujudkan
sendiri merupakan perjalanan panjang agenda pelestarian dan pembangunan
perumusan konsep yang diadaptasi dari berkelanjutan.
konsep global tentang heritage city dan
disesuaikan dengan konteks Indonesia. Seperti, Kota Lama (Semarang) yang
berfokus pada kemandirian ekonomi
Konsep kota pusaka tidak lahir dalam berbasis pelestarian. Kawasan Benteng
waktu singkat, berbagai studi telah Oranje (Ternate) yang melestarikan
dilakukan untuk mengembangkan jejak sejarah rempah di nusantara.
konsep ini, begitupun juga dengan Kawasan Kota Lama (Sawahlunto)
istilah alternatif yang mencoba yang bertransformasi dari kota
merangkum konsep kota pusaka dalam tambang menjadi kota wisata dengan
konteks Indonesia. memanfaatkan peninggalan sejarah.
Oleh karena itu, perjalanan Program Selain itu, terdapat juga kota yang
Penataan dan Pelestarian Kota belum menjadi anggota Program
Pusaka (P3KP) telah diselenggarakan Penataan dan Pelestarian kota Pusaka
di berbagai kota di Indonesia tidak (P3KP) namun sudah berupaya
hanya dijadikan sebagai manifestasi mengimplementasikan namun sudah
capaian program tapi juga sebagai mempraktekkan agenda pelestarian
kumpulan pengetahuan yang mampu kota pusaka, seperti di Kawasan
membekali pengembangan konsep dan Kotatua (Jakarta), yang berfokus pada
penerapannya di masa depan. kerjasama pemerintah dan swasta untuk
pelestarian dan pengelolaan kawasan
88 KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
kota pusaka dan Kampung Lawas Konsep pelestarian kota ini pada
(Surabaya) yang melestarikan konsep awalnya merupakan gerakan untuk
kampung sebagai identitas kota. menyelamatkan dan melindungi
Capaian ini menunjukkan peningkatan monumen nasional yang memiliki nilai
kesadaran mengenai pentingnya estetik dan bersejarah.
pelestarian kawasan bersejarah dan
konsep Kota Pusaka yang semakin Langkah awal yang dilakukan oleh
meluas dan berkembang menjadi gerakan ini adalah melakukan
gagasan mengenai pembentukan inventarisasi aset-aset pusaka
identitas kota yang tidak hanya meliputi yang dimulai sekitar tahun 1875
objek-objek monumental, namun juga dan diselesaikan pada tahun 1908.
aset lain dari lansekap alam hingga Sementara, peraturan perundang-
budaya dan sejarah. undangan yang efektif di Belanda,
yaitu “Monumentenwet” baru hadir
pada tahun 1961, seiring diterima
dan diberlakukannya regulasi yang
mengatur mengenai rencana guna lahan
(Ashworth, 1991: 18).
Model Pelestarian
Kota Pusaka: Di Belanda, cagar budaya dibedakan
Belajar dari menjadi dua, yakni monumen yang
nilai pentingnya bersifat intrinsik
Belanda
serta bangunan ikonik atau tetenger
(beeldbepalend pand) yang nilai
Dalam pencarian model pelestarian kota pentingnya terletak pada kontribusinya
pusaka, Salah satu studi yang digunakan terhadap suatu lansekap kota atau
dalam pengembangan konsep ini adalah penggal jalan. Selanjutnya, muncul
pengembangan konsep pelestarian kota gagasan untuk mempertimbangkan
di Amsterdam, Belanda. konteks morfologis yang lebih luas dari
suatu bangunan melalui aturan
KOTA PUSAKA 89
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
90 KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
KOTA PUSAKA 91
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
Area
Uses Strategies
Heritage
Planning
Built
Environment
Kisah sukses Belanda tidak serta merta dapat diterjemahkan dan diadopsi di sini.
Negara-negara Eropa Barat, termasuk Belanda punya konteks regulasi yang berbeda
dengan Indonesia. Cerita di atas hanya menunjukkan bahwa di Belanda sekalipun,
pelestarian tidak terjadi begitu saja, tetapi hasil dari proses pencarian model
pelestarian yang berkelanjutan.
92 KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA
KOTA KITA,
PUSAKA KOTA
KITA, KOTAPUSAKA
PUSAKABERKELANJUTAN
BERKELANJUTAN DENGAN
DENGAN
SIGNIFIKANSI
SIGNIFIKANSIDAN
DANDINAMIKA
DINAMIKAINDONESIA
INDONESIA
KOTA PUSAKA 93
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
94 KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
KOTA PUSAKA 95
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
96 KOTA PUSAKA
KOTA PUSAKA KITA, KOTA PUSAKA BERKELANJUTAN DENGAN
SIGNIFIKANSI DAN DINAMIKA INDONESIA
KOTA PUSAKA 97
MEMANTIK INSPIRASI
REKAM JEJAK
KOTA PUSAKA
INDONESIA
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia