Pengaturan kegiatan di wilayah sempadan pantai di Kota Denpasar saat ini
adalah berdasarkan kebijakan dari Peraturan Daerah No. 27 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Denpasar Pasal 83 ayat 3 yaitu; a. pengelolaan pengaturan sempadan pantai terdiri atas daratan sepanjang tepian laut b. dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi kearah darat. c. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; d. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi; pengaturan bangunan di kawasan sempadan pantai terdiri atas: 1) kawasan sempadan pantai terdiri atas ruang terbuka untuk umum dan bangunanyang diperkenankan terdiri atas bangunan-bangunan fasilitas penunjang wisata non permanen dan temporer, bangunan umum terkait keagamaan, bangunan untuk pengawasan dan pengamanan umum (pengunjung), bangunan untukmenunjang kegiatan rekreasi pantai, pengamanan pesisir, kegiatan nelayan,kegiatan pelabuhan, permukiman penduduk setempat dan bangunan terkaitpertahanan dan keamanan; dan 2) Bangunan-bangunan yang telah ada serta tidak sesuai dengan ketentuansebagaimana dimaksud angka 1, ditata kembali untuk menyesuaikan denganketentuan yang berlaku. e. pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Berdasarkan kebijakan diatas maka diharapkan terjadi kondisi ideal
sempadan pantai di Kota Denpasar yaitu terselenggaranya pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, menyeluruh dan terintegrasi serta berwawasan global sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat. Untuk dalam pekerjaan penyusunan kajian teknis sempadan pantai Kota Denpasar untuk mengetahui kondisi eksisting, potensi masalah, konflik atau deviasi yang terjadi di wilayah perencanaan dilakukan dengan metode survei primer pemanfaatan lahan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Pengumpulan Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi. a. Metode survei pemanfaatan lahan sempadan pantai Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan stakeholder untuk memperoleh data potensi permasalahan di lapangan serta mencarai hal-hal yang melatarbelakangi pembangunan fasum –fasos yang sudah terbangun di sempadan pantai Kota denpasar . Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, akan tatapi pengumpulan data dapat dirancang untuk menjelesakan sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide. Umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang sama dari banyak subjek. Teknik yang digunakan adalah (1) wawancara, dan (2) kuesioner b. Metode observasi pemanfaatan lahan Metode observasi adalah peroses pencatatan pola perilaku masyarakat (aktivitas), objek (bangunan yang sudah terbangun), kejadian yang sistematik atau aksidental terhadap pengaturan, aktivitas, dan input yang dilakukan masyarakat pada tanah (pemanfaatan lahan) di wilayah sempadan pantai tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan metode ini dibandingkan metode survei adalah data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari response bias. Metode ini menghasilkan data yang lebih rinci mengenai perilaku (subjek), benda atau kejadian (objek).