Abstract. The tradition called Minggon Jatinan is a tradition that held every Sunday by the
citizens of Batang Regency in the place named Hutan Kota Rajawali. This tradition is a
development of local culture that had a such way modification to interest the internal or
external tourists. The tourists that come to Minggon Jatinan tradition will be treated of so many
variants culinary and the caracteristic culture from Batang. The purpose of this research is to
reveal the viewpoint from the community about the Minggon Jatinan tradition in Batang
Regency. This research uses descriptive qualitative method with terminology method and
content analysis. The result of the research and the study show that minggon Jatinan tradition
can increase the economy of Batang’s citizens that participate into the tradition. Moreover,
Minggon Jatinan is an effort to conserve dan show off the local culture of Batang Regency into
beyond the world. This research can be a knowledge for the citizens that the Minggon Jatinan
tradition is a big prospect to develop the economy of Batang Regency and persuade the citizens
to develop the tradition.
1. Pendahuluan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan (Ngafifi, 2014).
Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang sedang gencar-gencarnya kadang membuat masyarakat
Indonesia lupa bahwa ada satu tanggung jawab untuk tetap melestarikan budaya yang ada. Budaya
atau kebudayaan diartikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi (Novandya, Kartika, Wibowo, &
Libriadiany, 2012). Budaya-budaya telah diwarisan kini mulai luntur dan memudar. Budaya warisan
tersebut tertutup dengan budaya yang kita dapatkan dari dunia luar. Masyarakat milenial masa kini
kadang lebih memilih untuk menikmati bahkan mengembangkan budaya yang dari luar. Hal ini yang
tentu saja akan membuat budaya warisan Indonesia akan semakin punah dari negara Indonesia sendiri.
Kabupaten Batang merupakan suatu kabupaten yang berada di pesisir pantai utara. Kabupaten
Batang sendiri mempunyai banyak sekali budaya yang belum diketahui oleh banyak orang. Kurangnya
media pengenalan budaya membuat hal tersebut bisa terjadi. Media pengenalan budaya menjadi faktor
penting untuk pengembangan suatu budaya. Semakin banyak orang yang mengenal tentang suatu
budaya, semakin banyak orang juga yang berpotensi dan tertarik untuk ikut mengembangkan budaya
tersebut.
Beberapa masyarakat kini mulai sadar akan pentingnya melestarikan budaya yang sudah
diwariskan Indonesia. Mereka membuat inovasi baru untuk mengemas budaya tersebut menjadi
sesuatu yang fresh dan baru. Salah satunya yaitu dengan membuat suatu tradisi yang dapat
mengenalkan budaya lokal yang ada di daerah tersebut. Kabupaten Batang memiliki satu tradisi yang
bernama Minggon Jatinan yang menjadi salah satu media pengenalan budaya tradisional yang ada di
Indonesia. Minggon Jatinan dilaksanakan di Hutan Kota Rajawali yang berada di samping jalan
pantura. Minggon Jatinan memiliki daya tarik yang besar untuk wisatawan dari dalam maupun luar
Batang.
Strategi yang ada di Tradisi Minggon Jatinan dapat menguntungkan banyak sekali pihak. Selain
meningkatkan pembangunan melalui oleh beberapa kelompok masyarakat, tradisi ini juga merekatkan
hubungan antarmasyarakat yang ada di Kabupaten Batang. Atas dasar permasalahan dan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan pandangan masyarakat tentang tradisi di atas
dalam bentuk artikel yang berjudul “Budaya Minggon Jatinan Sebagai Tradisi Ikonik Kabupaten
Batang, Jawa tengah”
2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
menggunakan data berupa kata-kata dan menghasilkan deskripsi berupa kata-kata. Metode kualitatif
berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam (Gunawan, 2013). Peneliti ingin
menggambarkan fakta-fakta yang ada pada tradisi Minggon Jatinan. Dalam penelitian ini, penulis
mengambil sample data dari reponden untuk menjadi sumber data.
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu teknik wawancara. Wawancara ialah
proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara
peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini,
wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi (Rahardjo,
2011). Data yang didapatkan peneliti berasal dari responden yang melakukan wawancara dengan
peneliti melalui alat media telekomunikasi dan juga tangkapan gambar yang berasal dari akun
Instagram @minggonjatinan. Data tersebut yang nantinya akan diolah untuk menjadi isi pembahasan
yang dijelaskan secara deskriptif dan mendetail
4. Kesimpulan
1. Era globalisasi mengharuskan kita untuk memilah budaya yang masuk. Sebagai warga Indonesia
yang baik, kita harus terus memiliki kesadaran untuk tetap melestarikan budaya-budaya yang kita
miliki.
2. Minggon Jatinan merupakan satu inovasi untuk melestarikan budaya Indonesia sebagai tempat
memamerkan kuliner tradisional, permainan tradisional, event kebudayaan, dan pakaian adat khas
Jawa tengah yang dikenakan pedagang pada tradisi Minggon Jatinan.
3. Berbeda dengan Kliwonan yang termasuk foklor dari Kabupaten Batang, Minggon Jatinan secara
murni didirikan untuk memamerkan budaya dan kuliner khas Jawa Tengah yang mulai punah.
4. Peningkatan perekonomian Kabupaten Batang dapat terlaksana karena adanya inovasi-inovasi
baru yang terkait dengan program Visit Batang 2022 layaknya tradisi Minggon Jatinan ini.
Omset yang dapat dihasilkan berkisar Rp. 50.000.000,00 hingga lebih dari Rp. 100.000.000,00 untu
satu kali gelaran Tradisi Minggon Jatinan
5. Daftar Pustaka
Betari Avinda, C., Sudiarta, I. N., & Oka Karini, N. M. (2016). Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi
Wisata (Studi Kasus Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata). Jurnal IPTA, 4(1), 55.
https://doi.org/10.24843/ipta.2016.v04.i01.p10
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Kunci, K. (2013). Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Anak Tradisional. Jurnal Pendidikan Karakter,
(1), 87–94. https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.1290
Musthofa, B. M., & Gunawijaya, J. (2015). Strategi keberhasilan Proses Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pengembangan Kreativitas Seni Tradisi: Studi Kasus Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat. Sosio
Konsepsia, 5(1), 325–339.
Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif Sosial Budaya. Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1), 33–47. https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616
Novandya, A., Kartika, A., Wibowo, A., & Libriadiany, Y. (2012). Aplikasi Pengenalan Budaya Dari 33 Provinsi
Indonesia Berbasis Android. Komputer Dan Sistem Intelijen, 7, 508–513. Retrieved from
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/kommit/article/view/576/499
Rahardjo, M. (2011). Metode pengumpulan data penelitian kualitatif.
Satrio, D. (2019). Visit Batang Heaven of Asia: Tourism Marketing Communication. https://doi.org/10.4108/eai.7-
12-2018.2281762
Widyatwati, K. (2014). Ritual “Kliwonan” Bagi Masyarakat Batang. Humanika, 20(2), 51–61.
Zunaidi, M. (2013). Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Tradisional Pasca Relokasi Dan Pembangunan
Pasar Modern. Jurnal Sosiologi Islam, 3(1), 51–64. Retrieved from http://jsi.uinsby.ac.id/index.php/jsi/article/
view/33