Anda di halaman 1dari 5

Budaya Minggon Jatinan Sebagai Tradisi Ikonik Kabupaten

Batang, Jawa Tengah

Lintang Astri Widowati


Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
E-mail: lintangastri10@gmail.com

Abstract. The tradition called Minggon Jatinan is a tradition that held every Sunday by the
citizens of Batang Regency in the place named Hutan Kota Rajawali. This tradition is a
development of local culture that had a such way modification to interest the internal or
external tourists. The tourists that come to Minggon Jatinan tradition will be treated of so many
variants culinary and the caracteristic culture from Batang. The purpose of this research is to
reveal the viewpoint from the community about the Minggon Jatinan tradition in Batang
Regency. This research uses descriptive qualitative method with terminology method and
content analysis. The result of the research and the study show that minggon Jatinan tradition
can increase the economy of Batang’s citizens that participate into the tradition. Moreover,
Minggon Jatinan is an effort to conserve dan show off the local culture of Batang Regency into
beyond the world. This research can be a knowledge for the citizens that the Minggon Jatinan
tradition is a big prospect to develop the economy of Batang Regency and persuade the citizens
to develop the tradition.

Keywords: Minggon Jatinan, tradition, Batang Regency, prospect, develop.

1. Pendahuluan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan (Ngafifi, 2014).
Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang sedang gencar-gencarnya kadang membuat masyarakat
Indonesia lupa bahwa ada satu tanggung jawab untuk tetap melestarikan budaya yang ada. Budaya
atau kebudayaan diartikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi (Novandya, Kartika, Wibowo, &
Libriadiany, 2012). Budaya-budaya telah diwarisan kini mulai luntur dan memudar. Budaya warisan
tersebut tertutup dengan budaya yang kita dapatkan dari dunia luar. Masyarakat milenial masa kini
kadang lebih memilih untuk menikmati bahkan mengembangkan budaya yang dari luar. Hal ini yang
tentu saja akan membuat budaya warisan Indonesia akan semakin punah dari negara Indonesia sendiri.
Kabupaten Batang merupakan suatu kabupaten yang berada di pesisir pantai utara. Kabupaten
Batang sendiri mempunyai banyak sekali budaya yang belum diketahui oleh banyak orang. Kurangnya
media pengenalan budaya membuat hal tersebut bisa terjadi. Media pengenalan budaya menjadi faktor
penting untuk pengembangan suatu budaya. Semakin banyak orang yang mengenal tentang suatu
budaya, semakin banyak orang juga yang berpotensi dan tertarik untuk ikut mengembangkan budaya
tersebut.
Beberapa masyarakat kini mulai sadar akan pentingnya melestarikan budaya yang sudah
diwariskan Indonesia. Mereka membuat inovasi baru untuk mengemas budaya tersebut menjadi
sesuatu yang fresh dan baru. Salah satunya yaitu dengan membuat suatu tradisi yang dapat
mengenalkan budaya lokal yang ada di daerah tersebut. Kabupaten Batang memiliki satu tradisi yang
bernama Minggon Jatinan yang menjadi salah satu media pengenalan budaya tradisional yang ada di
Indonesia. Minggon Jatinan dilaksanakan di Hutan Kota Rajawali yang berada di samping jalan
pantura. Minggon Jatinan memiliki daya tarik yang besar untuk wisatawan dari dalam maupun luar
Batang.
Strategi yang ada di Tradisi Minggon Jatinan dapat menguntungkan banyak sekali pihak. Selain
meningkatkan pembangunan melalui oleh beberapa kelompok masyarakat, tradisi ini juga merekatkan
hubungan antarmasyarakat yang ada di Kabupaten Batang. Atas dasar permasalahan dan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan pandangan masyarakat tentang tradisi di atas
dalam bentuk artikel yang berjudul “Budaya Minggon Jatinan Sebagai Tradisi Ikonik Kabupaten
Batang, Jawa tengah”

2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
menggunakan data berupa kata-kata dan menghasilkan deskripsi berupa kata-kata. Metode kualitatif
berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam (Gunawan, 2013). Peneliti ingin
menggambarkan fakta-fakta yang ada pada tradisi Minggon Jatinan. Dalam penelitian ini, penulis
mengambil sample data dari reponden untuk menjadi sumber data.
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu teknik wawancara. Wawancara ialah
proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara
peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini,
wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi (Rahardjo,
2011). Data yang didapatkan peneliti berasal dari responden yang melakukan wawancara dengan
peneliti melalui alat media telekomunikasi dan juga tangkapan gambar yang berasal dari akun
Instagram @minggonjatinan. Data tersebut yang nantinya akan diolah untuk menjadi isi pembahasan
yang dijelaskan secara deskriptif dan mendetail

3. Hasil dan Pembahasan


Data yang dapat diambil dari narasumber tentang penelitian mengenai tradisi Minggon Jatinan,
antara lain sebagai berikut :
 Didirikan oleh organisasi yang bernama
Madrasah Bisnis
Awal didirikannya Tradisi Minggon Jatinan  Diresmikan pada tanggal 22 April 2018
 Tujuan : - Pemberdayaan UMKM
- Kampanye lingkungan
Perbedaan dengan Tradisi lain yang ada di Kabupaten Tradisi Minggon Jatinan murni sebagai event
Batang pengembangan budaya sedangkan tradisi Kliwonan
mengandung unsur foklor di dalamnya.
 Meningkatkan perekonomian UMKM di
Kabupaten Batang
 Membuka lapangan pekerjaan yang berguna
Pengaruh Positif Bagi Masyarakat Kabupaten untuk pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Batang
Batang
 Menjadi sarana ilmu pengetahuan tentang
kuliner dan mainan tradisional
 Menjadi sarana untuk mengasah kreativitas
karena sering diadakan event berhadiah
Tradisi-tradisi yang sejak lama diwariskan oleh masyarakat Indonesia kini mulai memudar.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Faktor utama yaitu karena adanya globalisasi.
Globalisasi inilah yang membuat banyak sekali budaya luar yang dengan mudahnya masuk ke
Indonesia. Apabila kita sebagai masyarakat tidak bisa memilah budaya tersebut dengan baik tentunya
akan merugikan masyarakat Indonesia sendiri. Budaya dan tradisi Indonesia pun akan punah seiring
berjalannya waktu. Dibutuhkan inovasi-inovasi baru untuk mengembangkan budaya Indonesia yang
mulai punah ini.
Perkembangan era ekonomi kreatif memberikan peluang sekaligus menjadi tantangan bagi
individu dan masyarakat untuk melahirkan berbagai kreativitas di berbagai bidang (Musthofa &
Gunawijaya, 2015). Kabupaten Batang membuat satu inovasi untuk membuat suatu tradisi yang akan
diselenggarakan secara terus-menerus. Tradisi tersebut bernama tradisi Minggon Jatinan. Tradisi ini
diberina nama Minggon Jatinan yaitu karena diselenggarakan pada hari Minggu dan bertempat di Hutan
Kota Rajawali yang mayoritas vegetasinya yaitu berupa pohon jati. Minggon Jatinan secara resmi
dibuka pada tanggal 22 april 2018. Tradisi ini diselenggarakan setiap Minggu pukul 06.00 pagi hingga
pukul 11.00 siang dan bertempat di Hutan Kota Rajawali Batang. Tradisi Minggon Jatinan
diselenggarakan dengan tujuan agar wisatawan lebih mengenal tentang kuliner dan budaya-budaya yang
ada mulai punah. Minggon Jatinan merupakan destinasi wisata halal tourism dimana kuliner yang ada
di Minggon Jatinan merupakan kuliner yang 100% halal. Kuliner yang ditawarkan pada tradisi ini yaitu
jajanan tradisonal yang mulai sulit untuk ditemukan pada zaman sekarang ini. Jajanan tersebut
disediakan di sebuah lincak-lincak dan variasinya yaitu putu, pecel, dawet, aneka macam bubur dan
sate-satean, setup, wedang ronde, dan tentunya serabi kalibeluk khas Batang.

Gambar 1.1 Aneka macam kuliner tradisional


Pemkab Batang mengajak pengusaha-pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk
menyemarakkan program ini. Tradisi ini diselenggarakan dan digalakkan oleh Madrasah Bisnis yang
didirikan oleh Nurrohman Assayyidi. Madrasah Bisnis merupakan suatu management yang mendirikan
sekolah bisnis untuk UMKM sekitar wilayah Kabupaten Batang. Madrasah Bisnis sendiri menangani
beberapa usaha khususnya di bidang kuliner. Mekanisme persiapannya dilakukan oleh anggota
Madrasah Bisnis dari mulai penataan meja dan lincak untuk tempat berjualan pedagang-pedagang
hingga persiapan koin kreweng untuk alat pembayaran di 3 kasir yang sudah disediakan. Minggon
jatinan sendiri memiliki suatu gudang untuk menyimpan barang-barang yang digunakan pada tradisi ini
sehingga Hutan Kota Rajawali sudah dipastikan rapih dan bersih sebelum dan sesudah tradisi Minggon
Jatinan dilaksanakan. Tujuan awal didirikannya tradisi Minggon Jatinan yaitu untuk pemberdayaan
UKM dan kampanye lingkungan. Dalam perkembangan dunia pariwisata saat ini, salah satu jenis
pariwisata di Indonesia yang disukai adalah pariwisata berdasarkan lingkungan (Satrio, 2019).
Kampanye lingkungan yang dijelaskan di sini bermaksud bahwa Minggon Jatinan menjadi pelopor
untuk penyelenggaraan pameran kuliner yang berada di hutan kota sesuai dengan dasar tema Visit
Batang 2022 yaitu back to nature. Tradisi Minggon Jatinan juga sebagai alat pemberdayaan Hutan Kota
Rajawali yang tadinya sepi akan pengunjung kini ramai karena diselenggarakannya Tradisi Minggon
Jatinan.
Kalangan masyarakat Jawa yang masih kental dengan budaya yang berbau mistik dan
supranatural terdapat banyak upacara ritual yang diselenggarakan, salah satu contohnya adalah upacara
ritual ”Kliwonan” (Widyatwati, 2014). Berbeda dengan tradisi kliwonan yang berbentuk foklor, tradisi
Minggon Jatinan pure untuk mengangkat tradisi pada jaman dulu. Kegiatan Minggon Jatinan sebagai
upaya pemerintah daerah memamerkan usaha makanan tradisonal yang selama ini sudah mulai punah.
Tradisi Minggon Jatinan juga upaya pengembangan program Visit Batang 2022 yang merupakan salah
satu program kunjungan dengan tema Heaven of Asia untuk back to nature sehingga Minggon Jatinan
merupakan pameran makanan tradisional yang dikemas tanpa meninggalkan nuansa alamnya. Tradisi
Minggon Jatinan memiliki nilai sosial ekonomi di dalamnya. Istilah sosial ekonomi di sini membawa
kita kepada persoalan yang saling berkaitan. Pertama, manusia mahluk bersahabat atau mahluk sosial
tidak bisa hidup menyendiri, seperti dalam ungkapan klasik inggris yang terkenal ‘No Men Is An
Island’ artinya; tidak ada manusia seperti sebuah pulau yang hidup menyendiri. Kedua, manusia adalah
mahluk ekonomi yang mana manusia tidak mungkin hidup tanpa mekan dan minuman secara
gambalangnya sosio ekonomi bertujuan untuk menggali persoalan ekonomi dan sosial pada masyarakat
(Zunaidi, 2013).
Keunikan dari tradisi ini yaitu pada alat pembayaran yang berupa koin kreweng yang terbuat dari
tanah liat. Satu koin kreweng senilai dengan uang Rp.2000,00. Para wisatawan yang hendak membeli
jajanan tradisional yang ada di Minggon Jatinan harus menukarkan uangnya dengan koin kreweng yang
sudah disediakan pada tiga kasir yang berada di depan pintu masuk pasar Minggon Jatinan. Selain
keunikan tadi, para penjual yang ada di pasar Minggon Jatinan mengenakan caping dan pakaian adat
tradisional khas Jawa Tengah. Pedagang laki-laki mengenakan surjan dan untuk pedagang wanita
mengenakan pakaian batik. Tradisi Minggon Jatinan juga mengemas budaya Indonesia lainnya, yaitu
edukasi kampung dolanan dimana terdapat beberapa mainan tradisional yang terdiri atas bakiak,
enggrang, gangsing, dan mainan tradisional lainnya. Keuntungan dari permainan tradisional yaitu
memerlukan daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi dan melibatkan pemain yang relatif banyak
sehingga perlu adanya kerja sama yang dapat merekatkan interaksi sosial antar pengunjung di tradisi
Minggon Jatinan (Kunci, 2013). Suasana keunikan inilah yang dapat menarik wisatawan lokal maupun
luar Kabupaten Batang.

Gambar 1.2 Para penjual di Pasar Gambar 1.3 Koin Kreweng


Gambar 1.4 Permainan Minggon Jatinan
tradisional
Kegiatan promosi yang efektif merupakan hal yang sangat esensial dalam pengembangan
pariwisata di suatu daerah (Betari Avinda, Sudiarta, & Oka Karini, 2016). Kemajuan teknologi yang
sedang marak saat inipun membantu penyebaran info tentang Minggon Jatinan. Hal ini yang tentu saja
dapat membuat masyarakat luas mengenal dan tertarik untuk datang pada kegiatan Minggon Jatinan
sehingga dapat mendongkrak wisatawan yang berkunjung pada tradisi Minggon Jatinan. Minggon
Jatinan sendiri memiliki akun pada salah satu media sosial Instagram dengan nama akun
@minggonjatinan. Terlihat terdapat beberapa komentar pada status, cerita, ataupun kiriman yang
disebarkan lewat aplikasi media sosial menunjukkan bahwa banyak sekali masyarakat yang tertarik
untuk hadir pada tradisi ini. Tidak hanya menjajakan kuliner tradisional, Minggon Jatinan juga
membuat program-program inovasi atau event kebudayaan lainnya, salah satu program tersebut yaitu
perlombaan pembuatan vlog berhadiah dengan hashtag #5krewengdapetapa. Program ini diinginkan
dapat menambah penyebaran info terkait Minggon Jatinan dan promosi program Visit Batang 2022.
Responden yang sudah melakukan wawancara dengan peneliti juga mengatakan bahwa Minggon
Jatinan merupakan awal permulaan yang baik untuk peningkatan perekonomian Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Batang. Wisatawan yang hadir pada tradisi Minggon
Jatinan tidak dapat dihitung sedikit. Perbandingan yang didapatkan dari wisatawan lokal dan wisatawan
dari luar Kabupaten Batang yaitu 80:20 untuk Minggu-Minggu biasa dan untuk masa-masa liburan
didapatkan perbandingan 50:50 untuk wisatawan lokal dan wisatawan dari luar Kabupaten Batang.
Terlaksanakanya tradisi ini dapat dipastikan program Visit Batang yang menjadi dasar inovasi ini
berjalan dengan sukses. Diperkirakan omset yang masuk bisa mencapai Rp. 50.000.000,00 hingga Rp.
100.000.000,00 lebih dalam satu kali gelaran tradisi Minggon Jatinan. Omset tersebut merupakan
pencapaian yang luar biasa yang bisa diraih oleh tradisi ini. Minggon Jatinan menjadi salah satu
peluang untuk peningkatan perekonomian Kabupaten Batang karena adanya pemasukan yang begitu
besarnya. Nasib pengusaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) di Kabupaten Batang juga tentu akan
tersejahterakan dengan ikut serta dalam tradisi Minggon Jatinan.

4. Kesimpulan
1. Era globalisasi mengharuskan kita untuk memilah budaya yang masuk. Sebagai warga Indonesia
yang baik, kita harus terus memiliki kesadaran untuk tetap melestarikan budaya-budaya yang kita
miliki.
2. Minggon Jatinan merupakan satu inovasi untuk melestarikan budaya Indonesia sebagai tempat
memamerkan kuliner tradisional, permainan tradisional, event kebudayaan, dan pakaian adat khas
Jawa tengah yang dikenakan pedagang pada tradisi Minggon Jatinan.
3. Berbeda dengan Kliwonan yang termasuk foklor dari Kabupaten Batang, Minggon Jatinan secara
murni didirikan untuk memamerkan budaya dan kuliner khas Jawa Tengah yang mulai punah.
4. Peningkatan perekonomian Kabupaten Batang dapat terlaksana karena adanya inovasi-inovasi
baru yang terkait dengan program Visit Batang 2022 layaknya tradisi Minggon Jatinan ini.
Omset yang dapat dihasilkan berkisar Rp. 50.000.000,00 hingga lebih dari Rp. 100.000.000,00 untu
satu kali gelaran Tradisi Minggon Jatinan

5. Daftar Pustaka
Betari Avinda, C., Sudiarta, I. N., & Oka Karini, N. M. (2016). Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai Destinasi
Wisata (Studi Kasus Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata). Jurnal IPTA, 4(1), 55.
https://doi.org/10.24843/ipta.2016.v04.i01.p10
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Kunci, K. (2013). Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Anak Tradisional. Jurnal Pendidikan Karakter,
(1), 87–94. https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.1290
Musthofa, B. M., & Gunawijaya, J. (2015). Strategi keberhasilan Proses Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pengembangan Kreativitas Seni Tradisi: Studi Kasus Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat. Sosio
Konsepsia, 5(1), 325–339.
Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif Sosial Budaya. Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1), 33–47. https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616
Novandya, A., Kartika, A., Wibowo, A., & Libriadiany, Y. (2012). Aplikasi Pengenalan Budaya Dari 33 Provinsi
Indonesia Berbasis Android. Komputer Dan Sistem Intelijen, 7, 508–513. Retrieved from
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/kommit/article/view/576/499
Rahardjo, M. (2011). Metode pengumpulan data penelitian kualitatif.
Satrio, D. (2019). Visit Batang Heaven of Asia: Tourism Marketing Communication. https://doi.org/10.4108/eai.7-
12-2018.2281762
Widyatwati, K. (2014). Ritual “Kliwonan” Bagi Masyarakat Batang. Humanika, 20(2), 51–61.
Zunaidi, M. (2013). Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Tradisional Pasca Relokasi Dan Pembangunan
Pasar Modern. Jurnal Sosiologi Islam, 3(1), 51–64. Retrieved from http://jsi.uinsby.ac.id/index.php/jsi/article/
view/33

Anda mungkin juga menyukai