Anda di halaman 1dari 8

Tugas individu:

EKONOMI BISNIS

“MEREVIEW JURNAL”

Disusun Oleh:

Nama : IkaFitriaMawarni

Nim : S1B119005

Kelas : IIIA

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

2021
Review Jurnal 1

Judul Pengembangan ekonomi desa penghasil kopi melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi di kabupaten Balu
Jurnal Riau Journal of Empowerment
Volume & vol 2 (2),Hal 81-91
halaman
Tahun 2019
Penulis Rachmini Saparita, Elok Wahju Hidajat, & Eki Karsani Apriliyadi
Reviewer Ika Fitria Mawarni
Tanggal 28 January 2021
Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan ekonomi desa penghasil kopi
di kabupaten Balu melalui pemanfaatan IPTEK ke masyarakat
Metode penelitian Metode yang digunakan yaitu PAR (Participatory Action Research).PAR digunakan
dalam penelitian ini karena bertujuan melakukan perubahan ekonomi masyarakat desa
melalui intervensi pemanfaatan IPTEK di masyarakat. selain itu,juga digunakan
metode FGD (Fucus Group Disscussion)
Hasil Penelitian Rendahnya pemanfaatan iptek diduga karena kapasitas SDM yang rendah. Jika
mengacu pada laporan Badan Pusat Statistik (2017), sebagian besar masyarakat
berpendidikan rendah, yaitu 32% hanya lulus SD, 20% tidak tamat SD, bahkan 9%
tidak bersekolah (Badan Pusat Statistik, 2017), sehingga kapasitas SDM di desa
khususnya perlu ditingkatkan.
Kesimpulan Pengembangan ekonomi desa penghasil kopi di Kabupaten Belu telah diupayakan
berbagai pihak. LIPI dan Puslit Koka sebagai Lembaga Riset menjalankan tindak aksi
melalui pengenalan pemanfaatan iptek di masyarakat dan peningkatan kapasitas
kelembagaan desa, sementara Pemerintah Daerah Kabupaten Belu melalui pembinaan
dan pembimbingan serta fasilitas produksi dan pemasaran. Pemerintah Pusat
(Kementerian Desa PDTT) melakukan intervensi melalui penyediaan peralatan
(teknologi) pengolahan komoditas kopi (hulu dan hilir), Kementerian PUPR melalui
penyediaan sarana dan prasarana jalan, jembatan, embung, sumur bor untuk
memudahkan akses dan penunjang produki pertanian. Sinergitas ini sangat
diperlukan untuk menyelesaikan persoalan pembangunan desa agar dapat mendorong
desa tertinggal menjadi desa berkembang atau maju. Berbagai intervensi yang telah
dilaksanakantersebut tidak akan berdampak jika tidak ada kemauan masyarakat pada
transformasi kesejahteraan.
Review Jurnal 2

Judul Pengembanagn Ekonomi Pedesaan dalam Rangka Mengentas Kemiskinan di


Pedesaan
Jurnal Jurnal El-Riyasah,
Volume & Volume 11, Hal 56-66
halaman
Tahun 2019
Penulis Nasfi
Reviewer Ika Fitria Mawarni
Tanggal 28 January 2021
Tujuan Mengadakan Program pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan dalam rangka
Penelitian menurunkan kemisikinan dipedesaan dilakukan dengan pengembangan industri yang
seimbang, memperbaiki struktur pertanian dan program peningkatan pendidikan
masyarakat pedesaan, sehingga mampu mempertahankan urbanisasi
Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian secara kualitatif, dimana penelitian kualitifatif
penelitian menurut A.M Yusuf (2016) dengan mecakup 1) Mendiskripsikan kegiatan, fenomena
yang menyangkut hubungan dengan manusia, 2) Pendapat/pemikirin/pandangan dari
orang yang berpengalaman, 3) Cuplikan berupa dokumen, laporan, arsip dan sejarah,
dan 4) deskripsi tingkah laku seseorang (Yusuf, 2016). Sumber data penelitian
menggunakan data sekunder dan primer berupa buku-buku dengan teknik yang
digunakan penelitian pustaka (library research) (Simanjuntak & Sosrodiharjo, 2014).
Penelitian dengan teknik analisa data bagaimana menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari lapangan baik berupa catatan maupun dokumen dan data tersebut
dipelajari dan dibuatkan kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh penulis sendri
maupun orang lain yang membacanya, ini sesuai dengan penelitian Nasfi dkk (2019)
(Nasfi, Sabri, & Moni, 2019)
Hasil Penelitian Perkembangan ekonomi berkembang pesat, maka terjadi urbanisasi secara cepat,
masyarakat meninggalkan desa, meninggalkan pertanian, akibatnya terjadi transfer
tanah ke penggunaan lain, sehingga terjadi kerusakkan lingkungan dan ekosisitem di
pedesaan, sehingga tercipta kemiskinan-kemiskinan baru di pedesaan, akibatnya
masyarakat pedesaan mentransfer penggunaan lahan pertanian untuk menutupi
kebutuhan hidup dengan merusak lingkungan
Kesimpulan Program-program pengembangan ekonomi pedesaan dalam rangka menurunkan
tingkat kemiskinan di pedesaan secara garis besar dapat dilakukan oleh pemerintah
terkait maupun masyarakat pedesaan diantaranya dengan program pembangunan
masyarakat pedesaan dan meningkatkan program proyek percontohan di pedesaan.
Program pembangunan masyarakat pedesaan dalam rangka menurunkan kemisikinan
di pedesaan dilakukan dengan pengembangan industri yang seimbang, memperbaiki
struktur pertanian dan program peningkatan pendidikan masyarakat pedesaan,
sehingga mampu mempertahankan urbanisasi. Program selanjutnya peningkatan
program pemberdayaan masyarakat pedesaan dengan cara program pelestarian
lingkunan dan penguatan lembaga-lembaga dipedesaan maupun sarana dan prasaran.
Dengan merealiasasi melakukan kebijakan top-down secara horizontal yang
mengikut sertakan masyarakat pedesaan, pemerintah hanya pemegang kebijakan
umum. Program proyek percontohan dengan mendukung produksi pedesaan dalam
tingkat persaingan, dengan memperkuat kelambagaan dipedesaan dan peningkatan
informasi dan manajemen untuk masyarakat pedesaan.
Review Jurnal 3

Judul Implementasi Konsep Penta Helix dalam Pengembangan Potensi Desa


melalui Model Lumbung Ekonomi Desa di Provinsi Jawa Timur
Jurnal MATRA PEMBARUAN Jurnal Inovasi Kebijakan
Volume & Halaman Volume 3, Halaman 37-46
Tahun 2019
Penulis Novy Setia Yunas
Reviewer Ika Fitria Mawarni
Tujuan Penelitian Jurnal ini bertujuan menjelaskan model inovasi bagi pengembangan potensi
desa sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa di Provinsi
Jawa Timur berupa Lumbung Ekonomi Desa dengan konsep penta helix,
mulai dari pemetaan dan pelatihan pengelolaan potensi desa hingga
digitalisasi ekonomi perdesaan bagi generasi muda dalam pemasaran potensi
yang telah dikelola (e-nomakaryo dibaca: enom makaryo).
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian
deskriptif. Penggunaan metode tersebut diharapkan mampu menghasilkan
uraian secara mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat
diamati dari individu, kelompok, masyarakat maupun organisasi tertentu.
Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan instrumen berupa wawancara
mendalam (indepth interview) dan observasi lapangan serta dianalisis dengan
cara non statistik sesuai dengan sifat metode penelitian deskriptif dimana
peneliti akan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta dari lokasi penelitian yang ada di Desa Panglungan,
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang; Desa Made, Kecamatan Kudu,
Kabupaten Jombang dan Desa Kebonagung, Kecamatan Sawahan,
Kabupaten Nganjuk. Penentuan lokasi tersebut didasarkan pada lokasi yang
memiliki potensi cukup besar dan telah memulai untuk dikembangkan.
Hasil Penelitian Dalam upaya membangun desa maka hal yang
perlu dilakukan adalah melakukan pembangunan
dengan mempertimbangkan link and macth
merupakan kunci utama tercapainya pembangunan
yang baik. Artinya keterkaitan/sinergisitas
kebijakan pembangunan dari pemerintah
pusat (top down planing) dan pemerintah desa
(bottom up Planing) sangat diperlukan. Adapun
dasar strategi pembangunan nasional adalah
sebagai berikut, Pertama, membangun tanpa
meningkatkan ketimpangan wilayah. Kedua,
Memanfaatkan sumberdaya alam untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Ketiga, Membangun
dari pinggiran dan dari desa. Keempat, Ekonomi
harus berorientasi dan berbasiskan pada sektor
dan jenis usaha yang memasukkan nilai tambah
sebesar-besarnya dangan SDM berkualitas, inovasi,
kreatifitas dan penerapan teknologi yang tepat.
Dan kelima, Pembangunan nasional sebagian
besar adalah hasil agregasi dari pembangunan
daerah yang berkualitas. Dengan berdasarkan
pembangunan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah pusat maka hal yang perlu dilakukan
dalam mencapai sinergisitas pembangunan adalah
dengan pembangunan dari daerah/desa dari bawah
(Bottom up Planing) atau yang dikenal dengan
membangun dari pembangunan, dan kondisi sosial
ekonomi yang terjadi
Kesimpulan Disahkannya undang- undang nomor 6 tahun 2014 memberikan angin segar
bagi pembangunan masyarakat di pedesaan. Desa didorong untuk mampu
mengembangkan berbagai inovasi dalam pengelolaan potensi desa guna
meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian masyarakat. Sebagaimana
hasil penelitian di tiga desa yakni Desa Panglungan, Wonosalam, Jombang
dengan potensi kopi excelsa dan wisata; Desa Kebonagung, Sawahan,
Nganjuk dengan potensi kacang mente dan Desa Made, Kudu, Jombang
dengan potensi Gadung. Untuk mengembangkan potensi desa secara ideal,
diperlukan sebuah model inovatif berupa Lumbung Ekonomi Desa. Lumbung
Ekonomi Desa akan menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat
pedesaan berbasis potensi desa, mulai dari pemetaan potensi desa, pelatihan
pengelolaan potensi desa hingga digitalisasi ekonomi pedesaan bagi generasi
muda dalam pemasaran potensi yang telah dikelola (e-nomakaryo dibaca:
enom makaryo). Lumbung Ekonomi desa tersebut dikembangkan melalui
peran aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan secara
terbuka, demokratis dan bertanggung jawab (bottom up planning). Setelah
itu, diperlukan asessmen terhadap potensi yang ada dan melakukan
pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi yang ada, seperti melakukan
pelatihan dan sebagainya. Setelah produk hasil pengembangan potensi
tersebut dibuat maka langkah selanjutnya adalah menjalankan sebuah
formulasi berbasis digital untuk digitalisasi ekonomi pedesaan bagi generasi
muda dalam rangka melibatkan sumber daya pemuda untuk aktif dalam
pengembangan potensi desa melalui wadah/ platform digital yaitu e-
nomkaryo. Untuk mewujudkan model pengembangan tersebut tentunya harus
diwujudkan secara sinergis dengan seluruh pihak, khususnya dalam bentuk
kolaborasi Penta Helix, baik pemerintah, Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) terkait, masyarakat (komunitas), pihak swasta hingga perguruan
tinggi maupun media. Kemitraan tersebut dibangun sesuai tupoksi yang ada
dengan menghilangkan ego sektoral diantara masing-masing sektor. Selain
itu, diperlukan political will dan karakter kepemimpinan yang kuat di tingkat
desa untuk bersama-sama menggerakkan masyarakat maupun
mengembangkan potensi yang ada melalui kebijakan inovatif seperti
Lumbung Ekonomi desa tersebut.
Review Jurnal 4

Judul Pengembangan Potensi Ekonomi Desa dalam Upaya Meningkatkan Ekonomi


Masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa
Volume & Halaman Vol. 18 (1), Halaman 129-142, Mei 2018
Tahun 2018
Penulis Tarmidzi dan Ifka Arismiyati

Reviewer Ika Fitria Mawarni


Tanggal 28 January 2021
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi desa untuk dikelola Badan
Usaha Milik Desa d alam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Community Based Research, di mana
penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: in-depth interview dengan
partisipan yang menjadi aktor kunci dalam BUMDes, tahap selanjutnya
melakukan Diskusi Kelompok berdasarkan kelompok kepentingan yang ada
di desa tersebut, dan pada tahap akhiir dilakukan Focus Group Discussion
dimana diskusi dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Hasil Penelitian Menunjukkan potensi desa yang dapat dikelola BUMDes yang diharapkan
dapat membawa perubahan di bidang ekonomi dan sosial.
Kesimpulan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan ekonomi di pedesaan. BUMDes lahir sebagai suatu
pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan
kebutuhan dan potensi desa. Dari hasil analisis bahwa Desa Babalan Lor
memliki banyak potensi yang dapat dikembangkan melalui unit usaha
BUMDes, diantaranya pusat oleh-oleh khas Kampung Tahu yang menjual
banyak produk kreasi olahan tahu, hasil kerajinan dari Bank Sampah, Pupuk
dari TPS 3R, usaha simpan pinjam, dan usaha pemenuhan kebutuhan
masyarakat lainnya.
BUMDes diharapkan dapat mewujudkan perekonomian desa yang Mandiri,
serta melalui BUMDes diharapkan antar lembaga yang ada di masyarakat
saling bersinergi untuk lebih maksimal menciptakan kesejahteraan
masyarakat yang setara.
Review Jurnal 5

Judul Construction Of The Village As A Development Shaft In The Island Buru


Jurnal INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH
Volume & Volume 8, Halaman 2139-2143
Halaman
Tahun 2019
Penulis Sjaid S Fais Assagaf, Sukainap Pulhehe, Ikbal Zakariah, Nurhaya Yusuf, M Faisal
Sangaji, Esther Kembauw, M Chairul Basrun Umanailo
Reviewer Ika Fitria Mawarni
Tanggal 28 January 2021
Tujuan Artikel ini bertujuan untuk membedah pemikiran terkait pembangunan desa tempat
Penelitian desain pembangunan dirancang secara kolektif tetapi implementasinya sangat
menunjukkan perbedaan operasional. Poros menjadi objek krusial dalam
penyelesaian permasalahan pembangunan desa saat kami menempatkan desa sebagai
pusat pembangunan. Pendekatan efektivitas organisasi sebagai alat ukur hubungan
suatu organisasi dengan lingkungannya meliputi pemanfaatan sumber daya manusia
dan alam untuk pengembangan masyarakat pedesaan
Metode Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan pendekatan studi sastra. Studi sastra
Penelitian adalah penelitian yang digunakan untuk menumpulkan informasi dan data dengan
bantuan berbagai bahan di perpustakaan dan Internet seperti dokumen, buku, jurnal,
majalah, kisah-kisah sejarah [10]. Sementara itu, menurut para pakar penelitian
kesusastraan adalah penelitian teoretis, referensi dan literatur ilmiah lainnya yang
berkaitan dengan kebudayaan, nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang dalam
situasi sosial yang dipelajari [11]. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisa konten. Analisis ini digunakan untuk
memperoleh inferensi yang sah dan dapat diteliti berdasarkan konteksnya [12].
Dalam analisis ini akan ada proses pemilihan, membandingkan, mengkombinasikan
dan memilah-milah berbagai informasi dan data sampai menemukan yang relevan
[13].
Hasil Penelitian Pembangunan adalah sebuah esensi yang tumbuh dari memenuhi kebutuhan hidup
orang-orang [14]. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan,
strukturisasi daerah pedesaan, pengembangan ekonomi daerah pedesaan untuk
mendorong hubungan desa kota, kapasitas bangunan dan bimbingan pemerintah desa
pelaksanaan hukum desa secara sistematis dan konsisten. Secara umum, konsep
poros desa membuat hubungan yang lebih dekat antara unsur lingkungan hidup,
ekonomi dan sosial yang berarti harus ada sinkronisasi untuk menumbuhkan model
pembangunan yang lebih komprehensif.
Kesimpulan Pemerintah setempat menjamin pelaksanaan distribusi lahan terproses ke desa-desa
dan kemudian mendistribusikan hak tanah untuk pemuda desa yang beralih profesi
sebagai petani, yang berarti bahwa tidak ada fungsi tanah yang setidaknya sebagai
penduduk desa muda ingin berpartisipasi dan diaktualisasikan dengan potensi tanah
yang ada. Selain itu, pemerintah setempat juga menyiapkan dan menerapkan
kebijakan dan peraturan baru untuk minbai antara pemerintah, investor, dan desa
dalam pengelolaan sumber daya alam untuk membangun hubungan pembangunan
yang baik dengan fungsi lahan. Untuk meningkatkan daya tarik lain, program
investasi dalam pembangunan pedesaan dengan pola Minbai melibatkan desa dan
penduduk desa sebagai pemegang saham harus terus dikembangkan dan dimediasi
oleh pemerintah lokal dari Regency Regency. Perlu perencanaan yang terstruktur
untuk mewujudkan dan mengembangkan pusat produksi, industri pemrosesan
pertanian dan perikanan, dan tujuan wisata di desa. Setidaknya hampir semua desa
pesisir di Buru Regency memiliki potensi tetapi hidup bagaimana pola manajemen
mampu meningkatkan kehidupan penduduk desa setempat. Dan juga perlu
dikembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, termasuk kerjasama pengelola
BUMDesa. Hal penting lainnya untuk membangun agribisnis desa melalui
pengembangan bank khusus pertanian, UKM, dan koperasi serta membangun sarana
usaha / business center di pedesaan. Untuk mendukung secara keseluruhan perlu
dikembangkan pula teknologi informasi dan komunikasi masyarakat bagi para petani
dan nelayan untuk berinteraksi dengan pelaku ekonomi lainnya dalam produksi hasil
panen, penjualan, distribusi, dan lain-lain guna mendukung daya investasi yang
diharapkan. Pembangunan yang direncanakan hendaknya ditujukan untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa melalui
Fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan pembangunan desa, pengelolaan aset dan keuangan Desa, penyusunan
peta desa dan penetapan batas desa, pelaksanaan penataan desa dan pengembangan
pusat informasi desa. Pengembangan kapasitas secara keseluruhan mengacu pada
persiapan sumber daya lokal.

Anda mungkin juga menyukai