Anda di halaman 1dari 252

18-jejak.

indd 1 12/19/2019 5:43:23 AM


Judul : Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019
Tim Penulis : Ketut Sukiyono
Septri Widiono
Musriyadi Nabiu
M. Zulkarnain Yuliarso
Basuki Sigit Priyono
Yessilia Osira
Nyayu Neti Arianti
Ridha Rizki Novanda
Rani Revina Putri
Miftahuljanah
Penyunting : Ketut Sukiyono
Denny Noviansyah
Penata Letak : Agus Susanto
Desain Sampul : Webagus

ISBN. ----

Cetakan Pertama Tahun 2019

Buku ini diterbitkan atas kerja sama Pusat Data dan Informasi, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Latihan, dan Informasi
(BALILATFO) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia dengan Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Bengkulu

© Copyright PUSDATIN BALILATFO Kementerian Desa, Pembangunan


Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia

18-jejak.indd 2 12/19/2019 5:43:23 AM


TIM KERJA PENYUSUNAN BUKU DATA DAN INFORMASI INOVASI
PEMBANGUNAN DESA

Pengarah dan Penanggung Jawab : Anwar Sanusi, Ph.D



Ir. Eko Sri Haryanto, M.Si

Kepala Project Implementing Unit (PIU) : Dr. Ivanovich Agusta, SP.M.Si


Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) : Jajang Abdullah, S.Pd, M. Si
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK Loan) : Alfandi Pramandaru, ST, M.Si
Bendahara Pembantu Pengeluaran
(Bendahara Loan) : Zainul Askar, ST

Tim Teknis
Jasnety Umar, Sudanar Budyo, Wuwuh Sarwoaji, Denny Noviansyah, Anton
Trisusilo, Agus Hidayatullah, Andy Arifianto, Dian Ayu Permatasari, Evi Gusriyanti,
Ichsan Nur Ahadi, Hasanah, Hesti Karunia Wijayanti, Muhammad Adi Saputra,
Irda Hayati, Istiqomah, Anugrah Sulistyo, Steffany Harwella, Perwira Kasmir, Tya
Nadira, Salman Fatahillah, Yoshua Adolf Nauli Sinaga, Indra Catur Prasetyo, Adip
Riyadi, , Asriweni Matongan, Riyanto, Dicky Novriadi, Nanang Fajar Untoro, Widya
Amalia, Cipto Santoso, Mega Trisantika.

Tim Administratif
Cindy Dantie Ladya, Septian Rahmadi, Haris Susilo Efendi, Rudi Ruhyadi, Ayu
Pratiwi, Lukman Raharjo, Angga Conni Saputra, Firda Shintia Dewi, Nugraha
Alfani Natsir, Mega Nabila Ardiana, Dina R Listya Utami, Aulia Putri Andana, Dwi
Setiawan, Ifan Hani Triono, Shinta Sabilla, Trianka Priya Utama, Adam Baharidwan,
Ibnu Munandar, Inggil Rinekso, Herry Triyanto, Mohammad Arief Putranto, Errie
Nurdian Kurnia, Kanigoro, Suryo Pramono, Asriadita Larasati, Martino Yusuf
Prasetyo, Andi Nurbianto, Yulianto, Heri Agung Pratomo, Nella Novia Hermawati,
Adlan Pribadi, Agus Supriono, Sunaryo, Olivia Ray S, Rico Jusnaiko, Hasanudin, M.
Irham, Budi Hermansyah, M Irfan Firmana.

18-jejak.indd 3 12/19/2019 5:43:23 AM


Tim Sekretariat
Arief Setyadi, Bayu Budiandrian, Yudi Zainal Mustopa, Panji Narotama, Ickhsanto
Wahyudi , Rinto Himawan, Elfira Rosa Purba

18-jejak.indd 4 12/19/2019 5:43:23 AM


Ringkasan Eksekutif

Desa merupakan tempat tinggal, asal, atau tempat leluhur


yang dibentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat di daerah
sesuai budaya. Ada suatu fenomena yang melekat identik
dengan desa yaitu kesejahteraan. Kesejahteraan masyarakat
desa masih terbilang rendah dengan tingkat kesulitan baik
untuk mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan.
Untuk mewujudkan pembangunan desa dilakukan mulai
dari peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
miskin di desa menjadi desa yang modern. Selain itu
pembangunan desa berfokus pada isu kemandirian, kearifan
lokal, modal sosial, demokrasi, partisipasi, kewenangan,
alokasi dana, gerakan lokal serta pemberdayaan. Ada dua
jenis model dalam membangun desa yaitu pembangunan
government driven development yang berfokus pada
partisipasi komunitas dalam merencanakan dan mendesain
inisiatif pengembangan. Model pembangunan desa baru
yaitu bertujuan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan
masalah pembangunan desa, mendorong partisipasi aktif
dan pemanfaatan sumber daya lokal.

Menurut peraturan pemerintah no 72 tahun 2005 pasal


1, desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang mengatur kepentingan
masyarakat setempat. Pembentukan desa telah diatur
dalam pasal 8 UU No 6 tahun 2014 dengan syarat desa telah

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 v

18-jejak.indd 5 12/19/2019 5:43:23 AM


berdiri kurang lebih 5 tahun, memiliki akses transportasi,
kehidupan sosial budaya yang rukun, dan memiliki potensi
sumber daya yang mendukung. Dalam membangun desa
pentingnya memperhatikan beberapa aspek desa dalam
desa membangun ada 3 aspek. Ketiga aspek tersebut
diantaranya adalah village database yaitu memiliki data dan
informasi terkini, getting participation yaitu berkaitan dengan
informasi dan planning executing yaitu partisipasi dalam
perencaan, pelaksanaan, dan pengolahan.

IDM atau indek desa membangun merupakan suatu indikator


yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembangunan desa. Pentingnya indikator tersebut adalah
untuk memantau perilaku perekonomian, kepentingan
analisis ekonomi, dasar pengambilan keputusan dan
perencanaan, dan sebagai dasar perbandingan antar
wilayah. Indikator untuk mengukur kemajuan desa dapat
diukur dengan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Regional Development Index (RDI), Rural Development
Indekx (RDI), Indeks Pembanguna Desa (IPD), dan Indeks
Desa Membangun (IDM). Dalam penjelasan permendesa
02 tahun 2016 tentang indeks desa membangun, ada 3
dimensi utama yang sangat penting yaitu Dimensi Ketahan
Sosial, Dimensi Ketahanan Ekonomi dan Dimensi Ketahanan
Ekologi.

Mewujudkan pembangunan pedesaan tentu akan sangat


erat kaitannya baik antara masyarakat desa dan juga
pemerintah. Secara umum keberhasilan suatu desa dlihat
dari apakah pembangunan desa tersebut menyejahterakan
masyarakatnya atau tidak. Berdasarkan proses dimensi
sosial, kinerja IKS ada tingkat provinsi menunjukkan data

vi Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 6 12/19/2019 5:43:23 AM


bahwa tahun 2015 , sebagian besar wilayah indonesia
memiliki nilai di bawah nilai IKS yaitu 0.5928 (wilayah
Indonesia Bagian Tengah dan Timur). Perkembangan status
berdasarkan dimensi ekonomi tahun 2015 memiliki nilai
IKE di bawah rata-rata yaitu Provinsi Sumatera, Kalimantan,
Maluku dan Papua dengan indeks rerata nasional 0.4593.
sedangkan untuk nilai Indeks Ketahanan Lingkungan rata-
rata setiap desa memiliki nilai di bawah nilai IKL nasional
khusus wilayah Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan dengan
nilai IKL 0,6466. Namun, Bali dan Yogakarta memiliki nilai
kategori maju. Hal ini diduga disebabkan karena darah
istimewa ini mempunyai cakupan wilayah yang relatif tidak
luas dan kecenderungan penduduknya yang homogen.
Kondisi ini menyebabkan setiap masyarakat desa dengan
mudah mengkases sarana dan prasana yang terkait dengan
variabel-variabel pada dimensi sosial.

Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu cara atau


metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara
tepat, efisien dan terarah. Secara umum perencanaan
pembangunan merupakan suatu cara untuk mencapai
tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan efisiensi
dalam suatu negara dengan kondisi negara, wilayah,
atau daerah yang bersangkutan. Kabupaten Sambas
merupakan kabupaten yang ada di Kalimantan Barat,
dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017
mengalami penurunan di bawah pertumbuhan ekonomi
provinsi Kalimantan Barat. Pemanfaatan data IDM dalam
tahapan perencanaan pembangunan sangat penting
menjadi tolak ukur untuk kawasan pedesaan. Penggunaan
Indikator IDM akan memudahkan untuk melakukan
penyusunan intervensi pembangunan, mencakup aspek

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 vii

18-jejak.indd 7 12/19/2019 5:43:23 AM


infrastruktur, kelembagaan, dan lingkungan, pengisian data
sederhana sehingga mudah dipraktekkan. Sebagai contoh
pemanfaatan dana desa Kabupaten Sambas tahun 2015 –
2018 menunjukkan informasi data dari segi pemerintahan,
pembangunan, pembinaan serta pemberdayaan dari data
yang telah ada.

Pembangunan Desa di Kaupaten Sambas dengan Basis Data


193 Desa dikelola berdasarkan IDM terdiri dari 19 Kecamatan
berdasarkan data IKL, IKE dan IKS. Status IDM tahun 2017
termasuk ke dalam Indeks Tertinggal. Berdasarkan data
IKE termasuk ke dalam desa sangat tertinggal dengan nilai
IDM 0,466, IKS termasuk ke dalam desa berkembang 0,696,
dan data IKL termasuk masuk dalam desa tertingga dengan
nilai 0,588. Salah satu strategi untuk mencapai percepatan
kemajuan dan kemandirian Kabupaten Sambas yaitu
dengan melakukan intervensi lintas sektor serta mengawal
perencanaan desa dan bersinergi dengan semua program
dan kegiatan desa untuk setiap indikator IKS, IKE, dan IKL.

viii Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 8 12/19/2019 5:43:23 AM


Sambutan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Om Swastiastu, Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Visi Indonesia 2045 adalah Indonesia yang Berdaulat, Maju, Adil,


dan Makmur yang akan dicapai melalui transformasi ekonomi
yang didukung oleh hilirisasi industri dengan memanfaatkan
sumber daya manusia, infrastruktur, penyederhanaan
regulasi, dan reformasi birokrasi. Dalam hal ini, prioritas utama
pembangunan dalam lima tahun ke depan adalah pembangunan
SDM yang mana menjadi pekerja keras, dinamis, terampil, dan
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini dapat disebut
Visi SDM Unggul, yang tidak bisa diraih dengan cara-cara lama.
Cara-cara baru harus dikembangkan. Mengundang talenta-
talenta global untuk bekerja sama, perlu endowment fund yang
besar untuk manajemen SDM. Kerja sama dengan industri juga
penting dioptimalkan, dan juga penggunaan teknologi yang
mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri.

Alinea diatas merupakan Visi Presiden dan Wakil Presiden


Republik Indonesia periode 2019-2024 yang perlu menjadi
pedoman arah pembangunan ke depan. Demikian pula
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi menjadikan Visi tersebut sebagai pedoman arah
pembangunan desa dan kawasan untuk lima tahun ke depan.
Prioritas terhadap pembangunan SDM Perdesaan dimaksudkan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 ix

18-jejak.indd 9 12/19/2019 5:43:23 AM


agar tersedia SDM Unggul di wilayah perdesaan Indonesia yang
mampu mengelola sumber-sumber daya pembangunan desa
secara berkualitas, termasuk Dana Desa. Dengan demikian
akan mendorong pencapaian target percepatan pembangunan
desa 2019-2024, dimana 10.000 desa tertinggal menjadi
berkembang dan 5000 desa berkembang menjadi mandiri.
Disisi lain, SDM Unggul di perdesaan juga akan berkontribusi
besar terhadap terentaskannya 25 Kabupaten Tertinggal dari
62 Kabupaten Tertinggal pada tahun 2024. Adapun profil pokok
SDM Perdesaan (2017) adalah: jumlah angkatan kerja perdesaan
sebesar 59 juta jiwa yang hanya 6% yang berpendidikan tinggi
dan 19% berpendidikan sekolah menengah. Jadi, terdapat 70%
angkatan kerja di perdesaan yang pendidikannya sekolah dasar
dan 5% angkatan kerja di perdesaan yang tidak sekolah.

Cara-cara baru atau inovasi adalah kata kunci bagi Badan


Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan
Informasi untuk mengembangkan SDM Unggul Perdesaan
agar mampu mengelola pembangunan desa lebih berkualitas.
Pengelolaan praktek-praktek inovatif pembangunan desa
dalam bentuk buku praktis dapat disebut cara baru karena
lebih banyak memanfaatkan proses pembelajaran berbasis
studi kasus.

Dengan demikian, langkah Pusdatin untuk menerbitkan 60


Buku Inovasi Pembangunan Desa yang memuat pengalaman
atau praktek-praktek inovasi pembangunan desa menemukan
momentum tepat. Pelaku pembangunan desa, khususnya di
perdesaan akan belajar berbagai kasus atau praktek-praktek
inovasi yang mudah ditiru atau dikembangkan lebih lanjut
sesuai dengan konteks desa masing-masing. 60 buku tidaklah
banyak, namun perkembangan teknologi saat ini menjanjikan
jangkauan luas terhadap akses buku-buku tersebut, seperti

x Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 10 12/19/2019 5:43:23 AM


juga menjanjikannya manfaat yang luas dari buku-buku
tersebut bagi pelaku-pelaku pembangunan perdesaan. Hidup
SDM Unggul Perdesaan!!!!!.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Semoga Tuhan Memberkati,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Jakarta, November 2019


Kepala BALILATFO

Ir. Eko Sriharyanto, M.Si

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xi

18-jejak.indd 11 12/19/2019 5:43:23 AM


Sambutan Kepala Pusat Data dan Informasi
Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan
dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan TransmigrasiSa

Assalamu’alaikum Wr Wb

Segala Puji Syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Esa,


yang atas karunia dan hidayah-Nya maka penyusunan 60 Buku
Inovasi Pembangunan Desa dapat diselesaikan.

Buku Inovasi Pembangunan Desa berisi pengalaman


atau praktek-praktek pembangunan desa yang inovatif
dalam memberikan solusi permasalahan-permasalahan di
desa. Ruang lingkup inovasi pembangunan desa tersebut
berkenaan dengan inovasi pembangunan infrastruktur,
inovasi pengembangan Sumber daya Manusia, dan inovasi
pengembangan kewirausahaan desa atau Pengembangan
Ekonomi Lokal, termasuk BUMDES.

Inovasi-inovasi pembangunan desa yang dikompilasi menjadi 60


buku ini merupakan inisiasi-inisiasi yang dilaksanakan oleh Unit-
Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Desa, PDDT, dan
Transmigrasi, yakni: Sekretariat Jenderal, Balilatfo, Direktorat
Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PPMD), Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Perdesaan
(PKP), Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT),
Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (PDTU),
Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan
Pemukiman Transmigrasi (PKP2Trans), dan Direktorat Jenderal
Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PKTrans).

Untuk menyusun buku-buku tersebut Pusat Data dan Informasi

xii Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 12 12/19/2019 5:43:23 AM


(Pusdatin) bekerjasama dengan 3 anggota Perguruan Tinggi
Desa (Pertides), yaitu: Universitas Bengkulu, Universitas
Gajah Mada, dan Universitas Mataram, dimana masing-
masing Universitas menyusun 20 judul buku.  Adapun Unit
Kerja Eselon I yang menyediakan data, laporan, dan informasi
pendukung lainnya berkenaan dengan kegiatan inovatif
terpilih untuk disampaikan kepada masing-masing Universitas.
Tim Universitas juga melakukan kunjungan lapangan di lokasi
terpilih untuk validasi dan melihat perkembangan terakhir dari
kegiatan inovatif yang disusun menjadi menjadi buku tersebut.
Tentu, banyak pihak yang berkontribusi dalam penyusunan
buku ini, sehingga ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada para pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Buku yang saat ini berada ditangan pembaca ini diharapkan


dapat memberikan inspirasi dan pembelajaran untuk ditiru atau
dikembangkan di desa masing-masing dalam menyelesaikan
masalah dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian,
pembangunan desa di Indonesia ke depan, termasuk pemanfaatan
Dana Desa akan  semakin berkualitas.

Tak ada gading yang tak retak, kekurangan-kekurangan yang


ada dari buku ini diharapkan dapat masukan dan pendorong
buku-buku inovasi pembangunan desa lainnya yang lebih luas.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Jakarta, November 2019


Kepala Pusdatin

Dr. Ivanovich Agusta, SP., M.Si

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xiii

18-jejak.indd 13 12/19/2019 5:43:23 AM


18-jejak.indd 14 12/19/2019 5:43:23 AM
Kata Pengantar

Indeks Desa Membangun (IDM) merupakan Indeks


Komposit yang dibentuk berdasarkan tiga indeks, yaitu
Indeks Ketahanan Sosial (IKS), Indeks Ketahanan Ekonomi
(IKE), Indeks Ketahanan Ekologi/Lingkungan (IKL). Landasan
hukum IDM diantaranya Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa; Peraturan Menteri Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun;
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016
tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun
2017; dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa No.30 Tahun 2016
tentang Status Kemajuan dan Kemandirian Desa.

IDM mengklasifikasi Desa menjadi lima status, yaitu: (1) Desa


Sangat Tertinggal; (2) Desa Tertinggal; (3) Desa Berkembang;
(4) Desa maju; dan (5) Desa Mandiri. Tujuan klasifikasi
desa adalah: (1) untuk menunjukkan keragaman karakter
setiap desa; (2) untuk menajamkan penetapan status
perkembangan desa dan sekaligus rekomendasi intervensi
kebijakan yang diperlukan; dan (3) untuk memperkuat
upaya memfasilitasi dukungan pemajuan Desa menuju
Desa Mandiri.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xv

18-jejak.indd 15 12/19/2019 5:43:23 AM


Buku Telaah Indeks Desa Membangun 2015 – 2019
mencoba untuk mengkaji kinerja desa membangun dengan
menelaah 3 (tiga) Dimensi IDM, yaitu Dimensi ketahanan
Sosial, Dimensi Ketahanan Ekonomi dan Dimensi Ketahanan
Lingkungan atau Ekologi. Dengan menelaah IDM 2015 – 2019
ini, perkembangan dan sebaran desa yang didasarkan pada
status desa dapat dikaji dimensi-dimensi yang harus menjadi
fokus pengembangan desa ke depan. Intervensi yang
afirmatif juga dapat dirancang dan diimplementasi dengan
melihat telaah ini sehingga upaya menuju kemandirian desa
dapat diakselerasi.

Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan terima


kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam memberikan data atau informasi sehingga
terselesaikannya buku ini. Terimakasih juga disampaikan
kepada teman-teman di Kemendesa dan Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi atas dukungan
semangat dan moril, selain data dan informasi, yang luar
biasa hingga terselesaikannya buku ini.

Akhirnya, terlepas dari berbagai kekurangan dan


kelemahan yang ada, semoga buku ini dapat bermanfaat
dalam pengayaan kepustakaan buku-buku dan bacaan
sekitar implementasi UU Desa khususnya serta memperkaya
perspektif pembaca dalam melakukan upaya Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Bengkulu, November 2019

TIM PENULIS

xvi Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 16 12/19/2019 5:43:23 AM


Daftar Isi

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xiii


xv
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xv
xvii
Daftar Tabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xvii
xix
Daftar Gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xxiii
xxi

BAB 1 KILAS BALIK PEMBANGUNAN DESA . . . . . . . . . . 1


Karakteristik Desa: Desa Lama, Desa Baru,
dan Desa Tradisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Teori Pembangunan Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
Model Pembangunan Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB 2 DESA DAN PEMBANGUNAN DESA DI
INDONESIA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
Desa di Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
Sejarah Pembangunan Desa di Indonesia . . . . . 19
Program Pembangunan Desa yang Pernah Ada . 22
Aspek Pembangunan Desa dalam Desa
Membangun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
BAB 3 IDM DAN STATUS PERKEMBANGAN DESA . . . . . 33
Perlunya dan Jenis Indikator Pembangunan
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
Penyusunan IDM dan Klasifikasi Desa . . . . . . . . 42

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xvii

18-jejak.indd 17 12/19/2019 5:43:23 AM


BAB 4 KINERJA PEMBANGUNAN DESA . . . . . . . . . . . . . . 57
Dimensi Sosial 2015 – 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
Dimensi Ekonomi 2015 – 2019. . . . . . . . . . . . . . . 72
Dimensi Lingkungan 2015 – 2019 . . . . . . . . . . . . 86
Kinerja Indeks Desa Membangun 2015 - 2019 . 97
BAB 5 PETA SEBARAN PERKEMBANGAN
STATUS DESA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111
Sebaran Status Desa Tahun 2015 . . . . . . . . . . . . 112
Sebaran Status Desa 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . 135
Sebaran Status Desa 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . 157
BAB 6 PEMBANGUNAN DESA BERBASIS IDM:
BAGAIMANA KABUPATEN SAMBAS
MERENCANAKAN PERCEPATAN
KEMANDIRIAN DESA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 183
Keadaan Sosial Ekonomi Kabupatan Sambas . . 185
Perkembangan Status Desa Di Kabupaten
Sambas: Telaah Terhadap IDM 2014-2018 . . . . 189
Dana Desa dan Pemanfaatannya di
Kabupaten Sambas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 196
Percepatan Peningkatan Status Desa dan
Kemandirian Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 200
BAB 7 IDM UNTUK MENGARAHKAN
PEMBANGUNAN DESA: PENUTUP . . . . . . . . . . . . 215

Bahan Bacaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 219


BAB 8

xviii Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 18 12/19/2019 5:43:24 AM


Daftar Tabel

Tabel 1. Dimensi, Variabel dan Indikator Pada


Indeks Dimensi Membangun (IDM) . . . . . . . . 46
Tabel 2. Klasifikasi Desa Berdasarkan IDM . . . . . . . . . 53
Tabel 3. Klasifikasi Provinsi, Kabupaten,
Kecamatan dan Desa Berdasarkan IKS,
IKE, IKL dan IDM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
Tabel 3. Rerata Nilai Indeks Ketahanan Sosial
Antar Pulau antar provinsi, 2015 - 2019 . . . . 63
Tabel 4. Sebaran Jumlah Kecamatan Berdasarkan
IDM dan Status pada masing-masing
Provinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
Tabel 5. Rerata Nilai Indeks Ketahanan Ekonomi
Antar Pulau antar Provinsi, 2015 – 2019 . . . . 77
Tabel 5. Sebaran Jumlah Kecamatan Berdasarkan
Status Ketahanan Ekonomi Pada Masing-
Masing Provinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
Tabel 6. Rerata Nilai Indeks Ketahanan
Lingkungan Antar Pulau antar Provinsi,
2015 – 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
Tabel 7. Sebaran Provinsi berdasarkan Kinerja
Dimensi Lingkungan, 2015 - 2019 . . . . . . . . . 93
Tabel 8. Rerata Nilai Indeks Membangun Desa
Antar Pulau antar Provinsi, 2015 – 2019 . . . . 102

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xix

18-jejak.indd 19 12/19/2019 5:43:24 AM


Tabel 9. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Indonesia Tahun 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 114
Tabel 10. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Sumatera, 2015 . . . . 118
Tabel 11. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Jawa Tahun 2015 . . . 121
Tabel 12. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Bali dan Nusa
Tenggara, 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 124
Tabel 13. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Kalimantan
Tahun 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 127
Tabel 14. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Sulawesi, 2015 . . . . . 131
Tabel 15. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Maluku dan
Papua Tahun 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134
Tabel 16. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa
dan Wilayah di Indonesia, 2018 . . . . . . . . . . . 137
Tabel 17. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Sumatera Tahun 2018 . . . . . . . . . . . . 141
Tabel 18. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Jawa, 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143
Tabel 19. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2018 146
Tabel 20. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Kalimantan, 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . 150
Tabel 21. Sebaran Desa berdasarkan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Sulawesi, 2018 . . . . . 152

xx Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 20 12/19/2019 5:43:24 AM


Tabel 22. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Maluku dan Papua, 2018 . . . . . . . . . 156
Tabel 23. Sebaran Status Desa per Wilayah di
Indonesia, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 160
Tabel 24. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Sumatera, 2019 . . . . 164
Tabel 25. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Jawa, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 166
Tabel 26. Sebaran Desa Berdasarakan Status Desa
per Provinsi di Wilayah Bali dan Nusa
Tenggara, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 171
Tabel 27. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Kalimantan, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . 173
Tabel 28. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Sulawesi, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . 177
Tabel 29. Sebaran Status Desa per Provinsi di
Wilayah Maluku dan Papua, 2019 . . . . . . . . . 181
Tabel 30. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan Tahun 2014 –
2018 (%) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 189
Tabel 31. Kabupaten, Luas Wilayah dan Jumlah
Desa per Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Barat, 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . 190
Tabel 32. Rerata Nilai Indeks Membangun Desa
Antar Kabupaten di Provinsi Kalimantan
Barat, 2015 – 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 192
Tabel 33. Sebaran Desa Berdasarkan Status per
kecamatan di Kabupaten Sambas, 2015
dan 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 195

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xxi

18-jejak.indd 21 12/19/2019 5:43:24 AM


Tabel 34. Delapan Belas Target Desa Mandiri
Tahun 2020 di Kabupaten Sambas . . . . . . . . 207

xxii Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 22 12/19/2019 5:43:24 AM


Daftar Gambar

Gambar 1. Dimensi Pembentuk Indeks Desa


Membangun (IDM) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
Gambar 2. Distribusi Provinsi Berdasarkan Status
IKS 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
Gambar 3. Distribusi Provinsi Berdasarkan Status
IKS 2018 dan 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
Gambar 4. Sebaran Provinsi Berdasarkan Status
Kinerja Dimensi Sosial, 2015 - 2019 . . . . . 67
Gambar 5. Sebaran Kecamatan Berdasarkan
Kawasan dan Status Kinerja Dimensi
Sosial, 2015 - 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
Gambar 6. Distribusi Provinsi berdasarkan status
IKE 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
Gambar 7. Distribusi Provinsi bersarkan Status
IKE 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
Gambar 8. Distribusi Provinsi Berdasarkan Status
IKE 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
Gambar 9. Sebaran Kecamantan berdasarkan
Pulau dan Status Dimesi ketahanan
Ekonomi, 2015 – 2019. . . . . . . . . . . . . . . . . 80
Gambar 10. Sebaran Kecamatan Berdasarkan Status
Dimensi Ketahanan Ekonomi 2015 – 2019 . 85

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xxiii

18-jejak.indd 23 12/19/2019 5:43:24 AM


Gambar 11. Distribusi Provinsi berdasarkan IKL 2015 . 90
Gambar 12. Distribusi Provinsi berdasarkan Status
IKL 2018 dan 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91
Gambar 13. Sebaran Provinsi Berdasarkan Status
IKL 2015 – 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 94
Gambar 14. Sebaran Kecamatan Berdasarkan
Status IKL, 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 95
Gambar 15. Sebaran Kecamatan berdasarkan
Status IKL, 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96
Gambar 16. Sebaran Kecamatan Berdasarankan
Status IKL, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 97
Gambar 17. Distribusi Provinsi berdasarkan Status
IDM 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 99
Gambar 18. Distribusi Provinsi berdasarkan Status
IDM 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
Gambar 19. Distribusi Provinsi berdasarkan Status
IDM 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
Gambar 20. Grafik Radar Kontribusi IKL, IKE dan
IKS Terhadap Pembentukan IDM
Untuk Setiap Kawasan, 2015 – 2019 . . . . . 105
Gambar 21. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL,
IKE, dan IKS terhadap Pembentuk IDM
secara Nasional, 2015 – 2019 . . . . . . . . . . . 105
Gambar 22. Sebaran Kecamatan Berdasarkan
Status IDM, 2015 – 2019 . . . . . . . . . . . . . . . 107
Gambar 23. Sebaran Kecamatan Berdasarkan
Status IDM dan Kawasan, 2015 – 2019 . . . 110
Gambar 24. Sebaran Desa di Indonesia
Berdasarkan Status Desa, 2015 . . . . . . . . . 113

xxiv Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 24 12/19/2019 5:43:24 AM


Gambar 25. Distribusi Penduduk Menurut Jenis
Kelamin dan Provinsi di Sumatera, 2019 . 115
Gambar 26. Distribusi Desa berdasarkan
Statusnya di Kawasan Sumatera, 2015 . . . 117
Gambar 27. Distribusi Penduduk Menurut Jenis
Kelamin dan Provinsi di Jawa, 2019 . . . . . . 119
Gambar 28. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Jawa, 2015 . . . . . . . . . . . . 120
Gambar 29. Distribusi Penduduk Menurut Jenis
Kelamin dan Provinsi di Bali dan Nusa
Tenggara, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 123
Gambar 30. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Bali dan Nusa
Tenggara Tahun 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . 123
Gambar 30. Distribusi Penduduk Menurut Jenis
Kelamin dan Provinsi di Bali dan Nusa
Tenggara, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 126
Gambar 31. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Kalimantan, 2015 . . . . . . 128
Gambar 32. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Sulawesi, 2015 . . . . . . . . . 130
Gambar 33. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Maluku dan Papua,
2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 133
Gambar 34. Distribusi Desa Berdasarkan Status
Desa di Indonesia, 2018 . . . . . . . . . . . . . . . 136
Gambar 35. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Sumatera, 2018 . . . . . . . . 139
Gambar 36. Perkembangan Status Desa di Wilayah

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xxv

18-jejak.indd 25 12/19/2019 5:43:24 AM


Jawa Tahun 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 142
Gambar 37. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Bali dan Nusa
Tenggara, 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 145
Gambar 38. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL,
IKE, dan IKS terhadap Pembentuk IDM
Kalimantan, 2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 148
Gambar 39. Perkembangan Status Desa di Wilayah
Kalimantan Tahun 2018 . . . . . . . . . . . . . . . 149
Gambar 40. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Sulawesi, 2018 . . . . . . . . . 151
Gambar 41. Sebaran Desa berdasarkan Status
Desa di Wilayah Maluku dan Papua,
2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 154
Gambar 42. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL,
IKE, dan IKS terhadap Pembentuk IDM
2018 di Maluku dan Papua . . . . . . . . . . . . . 155
Gambar 43. Perkembangan Status Desa di
Indonesia Tahun 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . 159
Gambar 44. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL,
IKE, dan IKS terhadap Pembentuk IDM
2015, 2018 dan 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . 162
Gambar 45. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Sumatera, 2019 . . . . . . . . 163
Gambar 46. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Jawa, 2019 . . . . . . . . . . . . 165
Gambar 47. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Bali dan Nusa
Tenggara, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 169

xxvi Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 26 12/19/2019 5:43:24 AM


Gambar 48. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL,
IKE, dan IKS terhadap Pembentuk IDM
2019 di Provinsi Nusa Tenggara Timur . . . 170
Gambar 49. Perkembangan Status Desa di Wilayah
Kalimantan, 2019 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172
Gambar 50. Perkembangan dan Sebaran Desa
berdasarkan Status Desa di Wilayah
Sulawesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 175
Gambar 51. Sebaran Desa Berdasarkan Status
Desa di Wilayah Sulawesi, 2019 . . . . . . . . . 176
Gambar 52. Perkembangan Status Desa di Wilayah
Maluku dan Papua Tahun 2019 . . . . . . . . . 179
Gambar 53. Grafik Radar Kontribusi IKS, IKE, dan
IKL Terhadap Pembentukan IDM di
Maluku dan Papua, 2015 - 2019 . . . . . . . . 180
Gambar 54. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Sambas dan Kalimantan Barat, 2014-
2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 186
Gambar 55. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Sambas Menurut Sektor, Tahun 2018 (%) 187
Gambar 56. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL,
IKE, dan IKS terhadap Pembentuk IDM
Kalimantan Barat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 191
Gambar 57. Sebaran desa berdasarkan Status
Desa di Kabupaten Sambas,
Kalimantan Barat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 194
Gambar 58. Kebijakan Dana Desa. . . . . . . . . . . . . . . . . . 198
Gambar 59. Pemanfaatan Dana Desa Kabupaten
Sambas 2015-2018 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 200

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 xxvii

18-jejak.indd 27 12/19/2019 5:43:24 AM


Gambar 60. Peran Lembaga/OPD Pada
Peningkatan Dimensi Sosial . . . . . . . . . . . . 205
Gambar 61. Peran Lembaga/OPD Pada
Peningkatan Dimensi Ekonomi . . . . . . . . . 205
Gambar 62. Peran Lembaga/OPD Pada
Peningkatan Dimensi Lingkungan . . . . . . . 206

xxviii Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 28 12/19/2019 5:43:24 AM


BAB

1
KILAS BALIK PEMBANGUNAN
DESA

Desa telah ada sejak zaman dahulu dengan silih bergantinya


kepemimpinan, peraturan, dan masyarakatnya. Desa
mengalami perkembangan dan perubahan dimana semakin
besar perubahan yang dengan kondisi yang ada di desa,
pembangunan yang terjadi akan semakin berkembang.
Hakikaktnya dalam membangun desa dengan mengetahui
karakterisitik desa, dengan teori pembangunan maka akan
mencari model terapan yang cocok dalam pembangunan
desa.

Terbitnya UU No. 6 tahun 2014 memunculkan model baru


dalam pembangunan desa yakni dengan menempatkan
desa sebagai pemerintahan berbasis masyarakat sehingga
desa tidak hanya mengandung pemerintah daerah
tetapi mencakup masyarakat sehingga membentuk
kesatuan hukum. Pembangunan desa sangat penting

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 1

18-jejak.indd 1 12/19/2019 5:43:24 AM


untuk pengembangan desa. Kedudukan desa sebagai
pemerintahan masyarakat yang berhubungan secara
langsung dan menyatu dengan kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi masyarakat sehari-hari. Bab ini akan
membahas mengenai desa dan pengertiannya serta kilas
model pembangunan desa di Indonesia.

Karakteristik Desa: Desa Lama, Desa Baru,


dan Desa Tradisi

Desa berasal dari bahasa India yaitu swadesi yang memiliki


arti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah
leluhur. Desa dibentuk bedasarkan kebutuhan masyarakat
di daerah yang disesuaikan dengan budayanya.

Kehidupan masyarakat desa secara umum memiliki ciri;


terletak dekat dengan wilayah pertanian, petani adalah
profesi utama masyarakat desa, memiliki corak kehidupan
yang didominasi oleh penguasaan lahan, memiliki
tingkat homogenitas tinggi dan ikatan sosial yang tinggi
karena interaksi atar warga lebih dalam bentuk tatap
muka, hubungan antar sesama anggota keluarga lebih
erat. Meskipun begitu ciri ciri ini bisa saja salah satu atau
beberapa ciri sudah tidak ditemukan di desa karena telah
terjadi perkembang dalam masyarakat.

Adanya fenomena yang masih sangat melekat erat


dalam kehidupan masyarakat desa yakni kesejahteraan.
Kesejahteraan masyarakat desa masih rendah yang ditandai
dengan kesulitan masyarakat desa dalam mendapat akses
pendidikan dan kesehatan.

2 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 2 12/19/2019 5:43:24 AM


Desa Lama

Konstruksi awal desa memiliki asas sentralisasi pada zaman


orde baru yang berlandaskan UU No 5 tahun 1979 dan
setelah zaman orde baru dengan landasan UU No 32 tahun
2004 Desa menjadi daerah desentralisasi- residualitas.
Dimana desentralisasi berhenti di kabupaten/kota sehingga
desa hanya menerima pelimpahan sebagian kewenangan
dari kabupaten/kota. Sejalan dengan pendapat Sutoro Eko
bahwa kabupaten memiliki kewenangan yang besar dalam
mengurus dan mengatur desa.

Sedangkan perkembangan urbanisasi terus mengalir dan


pembangunan banyak terjadi diperkotaan, desa tidak
mampu memberikan kehidupan dan penghidupan sehingga
desa hanya dianggap sebagai kampung halaman tempat
untuk bernostalgia. Dikuti dengan cara pandang pemerintah
yang menganggap desa hanya sebagai wilayah administrasi
dan organisasi paling kecil dalam hirarki pemerintah di
Indonesia. Menempatkan desa sebagai unit administrasi
pemerintah terendah dibawah kabupaten, yang hanya
bertugas mengeluarkan surat rekomendasi izin usaha yang
dibutuhkan oleh investor.

Sedangkan invesator yang membawa izin dari menteri


ataupun kepala daerah yang lebih tinggi dari desa dapat
langsung mengerjakan proyeknya tanpa memerlukan izin
dari desa terlebih dahulu. Ada beberapa kasus dimana
investor memperoleh rekomendasi dari kepala desa
tetapi tidak melibatkan warga dan investor yang hanya
bernegoisasi terhadap sekelompok warga berkepentingan
tanpa menghiraukan institusi yang ada di desa. Sehingga

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 3

18-jejak.indd 3 12/19/2019 5:43:24 AM


terciptalah cara pandang perusahaan bahwa desa sebagai
wilayah unit administrasi pemerintahan, komunitas lokal,
dan desa sebagai lokasi proyek pembangunan.

Posisi desa selama itu tidak jelas sebagai pemerintahan atau


sebagai komunitas. Pemerintah dalam desa hanya menjadi
organisasi pemerintah yang menjalankan tugas pemerintah
dibandingkan membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi masyarakat desa.

Desa Baru

Desa memiliki hubungan yang sangat dekat dengan


masyarakat. Survei Bank Dunia (2007) memperlihatkan
bahwa warga desa lebih banyak memilih kepala desa
sebagai penyelesai masalah dan pemberi keadilan
terhadap permasalahan yang mereka hadapi.Sehingga
desa diharapkan dapat meingkatkan pelayanan publik dan
partisipasi masyarakat di desa

Dengan munculnya UU No. 06 tahun 2014 yang


mengedepankan asas rekognisi-subsidiarti. Dengan adanya
asas Rekognisi negara dan semua lapisannya mengakui dan
menghormati desa sebagai kesatuan masyarakat hukum.
Menghormati keragaman, kedudukan, kewenangan,
dan hak asal usul maupun susunan pemerintah. Asas
Subsidiarti menekankan bahwa tidak ada organisasi yang
mendominasi organisasi lain dan menggantikan dalam
menjalankan fungsinya. Melainkan organisasi yang kuat
dapat memberikan bantuan kepada organisasi yang lebih
lemah darinya. Dengan kata lain subsiduariti memberikan

4 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 4 12/19/2019 5:43:24 AM


kewenangan kepada desa untuk mengambil keputusan
mengenai kepentingan masyarakat desa. Dalam perubahan
ini kabupaten/ kota memiliki kewenangan yang terbatas
dan strategis dalam mengatur dan mengurus desa, memiliki
sedikit akses dalam bidang urusan desa tidak memerlukan
campur tangan dari pusat. Desa menjadi pemerintahan
masyarakat desa, percampuran antara kesatuan masyarakat
hukum dan pemerintah lokal daerah.

Berubahnya cara pandang masyarakat desa bahwa sekarang


desa merupakan kawasan untuk menyelenggarakan
pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan dan
kemasyarakatan. Desa kini bukanlah objek bagi pemerintah
tetapi sudah menjadi subjek yang dapat memberikan
kontribusi langsung untuk desa.

UU No. 6 tahun 2014 menempatkan desa sebagai


pemerintahan berbasis masyarakat sehingga desa tidak
hanya mengandung pemerintah daerah tetapi mencakup
masyarakat sehingga membentuk kesatuan hukum.
Kedudukan desa sebagai pemerintahan masyarakat yang
berhubungan secara langsung dan menyatu dengan
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat
dasehari-hari. Sehingga masyarakat desa memiliki hak
untuk melaporkan atau memperoleh pelayanan maupun
penyelesaian berbagai masalah sosial.

Tradisi Desa

Tradisi berdesa merupakan konsep baru yang mencangkup


unsur bermasyarakat dan bernegara di lingkup desa. Desa

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 5

18-jejak.indd 5 12/19/2019 5:43:24 AM


menjadi wadah dalam bernegara dan bermasyarakat. Desa
menjadi pengembang modal sosial, tradisi solidaritas,
kerjasama, gotong royong tanpa memandang kekerabatan,
suku, agama dan lain-lain.

Desa yang memiliki kekuasaan yang mengandung


kewenangan dan akuntabilitas untuk mengatur kepentingan
masyarakat selain itu desa mampu menjalankan fungsinya
sebagai pelindung dan pelayanan dasar terhadap
masyarakatanya

Teori Pembangunan Desa

Menurut Gilaninia (2015), Pembangunan desa adalah proses


peningkatan kualitas hidup di kota dan desa. Pembangunan
desa menjadi pembangunan yang berkelanjutan dan
berdayasaing selalu menjadi perhatian utama untuk
perkembangan tiap Negara. Hal tersebut juga dianggap
langkah penting untuk menyediakan kebutuhan dasar dan
pengoptimalan penyebaran yang menguntungkan bagi
negara, langkah tersebut juga mencangkup peningkatan
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat miskin di desa
sehingga menjadi desa yang modern. Pembangunan desa
akan mengubah desa dari tertinggal menjadi kawasan
turunan dari ekonomi nasional.

Pembangunan menurut Ward dan James 1998 memiliki


3 bagian tahapan dalam beberapa tahun terakhir, bagian
pertama teknologi pembangunan yang memiliki dampak
besar bagi ekonomi, (2) komunitas dan sikap yang berasal dari
“New Growth Teory” pengaruh terbaik melalui pembelajaran

6 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 6 12/19/2019 5:43:24 AM


dibandingkan pemisahan, dan (3) Hasil dari pembangunan
akan terlihat dari cepatnya reaksi pasar (ekonomi) yang
terjadi.

Dampak untuk daerah pedesaan adanya kemungkinan


untuk eksplotasi sumber daya lokal yang akan meningkat
akibat pengurangan biaya karena adanya pembangunan.
Seperti model pasar yang di teliti oleh Webb et al (1995) yang
mengkonsepkan bahwa penyesuaian biaya dan waktu akan
bertambah dengan jarak (transport). Oleh karena itu penting
dalam pembangunan untuk memudahkan masyarakat
dalam efisiensi waktu dan biaya yang mereka miliki.

Daerah pedesaan cenderung membanggakan diri mereka


sendiri berdasarkan nilai adat, tingkat tenggang rasa dan
kepercayaan yang tinggi terhadap sesama atau terhadap
komunitas yang ada. Menggambungkan konsep konsep
baru dari luar pedesanaan, mengakibatkan percampuran
dan perubahan ketergantungan dari komunitas ke
pemerintahan atau organisasi yang resmi.

Adanya harapan untuk terciptanya kekokohan sosial dengan


lembaga resmi atau lembaga tidak resmi yang dimiliki
desa, menjadi salah satu visi dari pembangunan yang
berkelanjutan dan terpadu.

Pembangunan desa atau yang disebut dengan desa


membangun berfokus pada isu kemandirian, kearifan lokal,
modal sosial, demokrasi, partisipasi, kewenangan, alokasi
dana, gerakan lokal, pemberdayaan, dll. Yang menjadikan
desa sebagai ujung tombak dengan masyarakat desa.

Pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kualitas

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 7

18-jejak.indd 7 12/19/2019 5:43:24 AM


sumber daya manusia, meningkatkan kualitas hidup di desa
sebagai pengentasan kemiskinan. Tersedianya lingkungan
sehat dan berkelanjutan yang memainkan peran penting
dalam pembangunan nasional. Pembangunan pedesaan
untuk meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi desa,
Yang secara langsung meningkatkan produksi dan daya
produksi, meratakan fasilitas umum sehingga terjadi
kesetaraan.

Terdapat kelemahan pelaksanaan dalam pembangunan


desa seperti program pembangunan desa yang tidak sesuai
dan tidak merata di pedesaan. Ada kebijakan yang tidak
berkesinambungan sehingga terjadi tumpang tindih dalam
beberapa program pembangunan.

Secara normatif pembanguan desa harus memberdayakan


masyarakat desa dan mengembangkan institusi yang ada
di desa. Hal ini ditujukan agar masyarakat desa dapat
bergantung pada institusi tersebut. Institusi desa sebagai
ujung tombak dari desa harus mengutamakan kepentingan
dan kebutuhan masyarakat desa.

Dalam tataran konseptual pembangunan pedesaan


dipandang sebagai perubahan ganda dimana perubahan
ini tidak menguamakan target tetapi mengutamakan proses
adaptasi yang terus terjadi selama ada perubahan dari
pembangunan. Dalam proses ini terdapat hubungan yang
kuat antara masyarakat, pemerintah, investor, organisasi
keagamaan, dan lembaga swadaya masyarakat.

Pada tataran empirik pembangunan desa mempunyai


kondisi dan situasi desa yang berbeda-beda, kompleks, dan
menantang. Karena kebutuhan masyarakat desa bukan

8 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 8 12/19/2019 5:43:24 AM


hanya kebutuhan dasar tetapi juga kebutuhan aspirasi, hak,
dan keadilan.

Pada tataran praktis kegiatan pembangunan bukan untuk


mendikte atau mengajari melainkan untuk memberdayakan
masyarakat desa. Masyarakat desa dibantu, didampingi,
dan difasilitasi untuk memusyawarahkan permasalahan
yang mereka hadapi dan solusi untuk menanggulanginya.
Masyarakat desa diberi peluang dalam memutuskan apa
yang dikehendaki dan hal ini yang akan menjadi dasar
program pembangunan di pedesaan.

Tercapainya kemandirian desa dimana masyarakat desa


bisa bebas mengelolah dan memberlanjutkan dirinya sendiri
tanpa tergantung pada bantuan pihak lain. Kemandirian ini
dapat tercapai apabila adanya perubahan prilaku kolektif
masyarakat desa. perilaku kolektif ini dapat tercipta dengan
campur tangan pemerintah yang mensyaratkan adanya
partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sehingga
jika pemerintah memberikan dana bantuan kepada desa,
masyarakat dapat menjadi lebih mandiri dengan dasar
inisitif berperan.

Partisipasi masyarakat dapat menghasilkan kondisi


kemandirian memiliki beberapa karakteristik (Bell and
Morse, 2008). Karakteristik ini natara lain adalah: (1)
masyarakat memiliki sikap tidak bergantung, dan dapat
memenuhi kebutuhannya dengan potensi yang ada, (2)
memiliki tanggung jawab, adanya kemitraan antar warga
dalam penyelesaian masalah, dan terbuka dengan peluang
yang ada, (3) memiliki kemampuan untuk menaggapi secara
berkelanjutan dalam memelihara sumber daya lokal secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 9

18-jejak.indd 9 12/19/2019 5:43:25 AM


Model Pembangunan Desa

Model pengembangan desa di Indonesia terdapat 2 model


pembangunan model pembangun dalam desa lama yakni;

1. Model Pembangunan Government Driven De-


velopment atau Community Driven Develop-
ment (CDD)

CDD berfokus pada partisipasi komunitas dalam


merencanakan dan mendesain inisiatif pengembangan,
dan adanya control masyarakat terhadap sumber
daya dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaa,
pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat desa.

CDD pertama kali digunakan untuk mengentas


kemiskinan di desa tertinggal. Pendekatannya dengan
diberikannya dana hibah kepada kelompok masyarakat
yang terkategori miskin atau tertinggal. Kelompok
ini kemudian dibebaskan menggunakan uang hibah
tersebut untuk inisiatif apa pun yang dianggap
penting untuk pembangunan desa, atau untuk solusi
pengentasan kemiskinan yang sedang mereka hadapi.

Pendekatan CDD ini yang berupa Bantuan Langsung


Masyarakat (BLM) yang diberikan langsung ke
masyarakat tanpa melalui instansi desa. BLM
bersumber dari (1) Kementrian yang mengalir dalam
bentuk dana secara vertikal kelembaga-lembaga
pemerintah, (2) Kementrian/ lembaga untuk program

10 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 10 12/19/2019 5:43:25 AM


PNPM, Bos, dan Jamkesmas, (3) Subsidi untuk komoditi.
Berbagai BLM yang masuk menjadikan desa sebagai
objek berbagai pihak. Beberapa proyek yang datang
melalui BLM dianggap kurang sesuai dengan kondisi
desa. Sedangkan perencanaan yang ada di RPJM desa
menjadi terabaikan.

Pengolahan dana BLM yang diserahkan ke desa


diserahkan kepada kelompok baru sebagai Tim
Pengelola Kegiatan Desa(TPKD) hingga tim penyalur
dana. Oleh karena itu pembentukan tim ini dianggap
tampak dipaksakan, karena pembentukannya tidak
berdasarkan emansipasi lokal tetapi karena tuntutan
untuk memperoleh dana BLM.

Oleh karena itu terdapat program ataupun proyek


pembangunan yang ada di desa tidak sesuai dengan
kebutuhan warganya. Karena dengan adanya
pembangunan yang asalnya dari luar akan menimbulkan
masalah dalam inisiatif pembangunan lokal.

2. Model pembangunan desa baru yakni Village


Driven Development

Model pembangunan ini bertujuan untuk


mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah
pembangunan desa, mendorong partisipasi aktif
masyarakat desa, dan pemanfaatan sumber daya lokal
secara efektif sehingga dapat menyelesaikan masalah
pembangunan dalam perspektif jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 11

18-jejak.indd 11 12/19/2019 5:43:25 AM


Pendekatan menggunakan model ini didasarkan pada
kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan mata pencaharian
dari masyarakat desa, hal ini berguna dalam
mengidentifikasi prioritas masalah pembangunan
dan untuk memepersiapkan rencana pembangunan
berbasisi desa.

Model ini mendorong lembaga masyarakat untuk


mewadahi pelayanan pembangunan yang efisien di
tingkat rumah tangga, lingkungan, dan desa. Sehingga
memberikan kesempatan untuk masyarakat untuk
menanggapi ataupun bernegoisasi terhadap lembaga
pemerintah daerah (Village Development Plan (VDP), 2014)

Partisipasi tidak boleh terbatas hanya untuk kepala


kepala desa atau sesorang yang sering mengikuti rapat
komunitas. Rapat perencanaan harus menyediakan
kesempatan kepada grup yang berbeda untuk dapat
hadiri dalam perencanaan pembangunan sehingga
partisipasi tiap masyarakat terpenuhi.

Partisipasi aktif masyarakat amatlah penting karena


masyarakat merupak subyek yang mengetahui potensi
dan permasalahan yang ada di desa. sehingga dengan
adanya perencanaan dari desa, desa dapat melakukan
pembangunan sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi oleh desa.

Dasar dari perencanaan secara garis besar disetujui


oleh komunitas dan perencanaan tersebut harus saling
dipimpin sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pendekatan ini juga memerlukan stakeholder yang
diikutsertakan dalam proses perencanaan. Stakeholder

12 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 12 12/19/2019 5:43:25 AM


yang terdampak akan hasil dari proses perencanaan
nantinya.

Penting juga menjalin kerjasama dengan pemerintah


yang berhubungan dengan pembangunan desa
dengan level pemerintahan yang lebih tinggi. Sehingga
adanya keseimbangan menyediakan campur tangan
mereka dalam proses pengerjaannya.

Dalam proses perencanaan yang pemfasilitas atau


pemerintah desa harus membuka isu-isu pembangunan
yang berkaitan dengan:

a. Semua sektor yakni ekonomi, sosial, sumber daya alam,


kesehatan, dan sarana prasarana

b. Isu hangat yang mempengaruhi masyarakat untuk


berkembang dampak dari penyakit mematikan,
lingkungan, dan sumber daya alam yang menopang
pembangunan.

c. Soft issue yang beredar bagaimana organisasi dari


masyarakat, keberlanjutan, manajemen dan komunitas
yang berasal dari institusi (kepemimpinan, pencatatan,
pemesanan, dan pemecahan masalah)

d. Cara mudah pencegahan solusi infrastruktur. Permasalah-


an mungkin tidak akan banyak terselesaikan hanya dengan
membangun puskesmas atau jalan sehingga dibutuhkan
pandangan dan tujuan yang harus di jalankan.

Rencana yang dijalankan harus berasal dari desa, dan


tentang permasalahan lokal dan keutamaannya. Tugas
para fasilitastor yang mendampingi masyarakat untuk

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 13

18-jejak.indd 13 12/19/2019 5:43:25 AM


mengungkapkan apa yang mereka inginkan terjadi di
lingkungan mereka bukan untuk terlihat baik dari luar.
Yang terpenting rencana tersebut dapat menghasilkan
dan berkaitan dengan rencana pembangunan yang lain.
Proses pengembangan rencana ini juga penting dimana
harus memberi inspirasi dan harapan untuk mereka yang
terlipabt dan memimpin pelaksananaan dari perencanaan
ini. Secara objektif untuk mengembangkan sumber daya
yang dimiliki dan diproses, pemfasilitator harus memiliki
keseimbangan antara proses dan objektifitas hasil nantinya.
Fasilitator ini sebaiknya berasal dari petugas pemerintah
yang biasanya pekerja lapangan yang memiliki pengalaman
dalam perencanaan, atau konsultan agar meningkatkan dan
mendukung keberadaan pelayanan pemerintah.

Dalam menentukan vision (tujuan) penting mengetahui


bahwa sumbernya tersedia. Dan penting untuk
memikirkannya terlebih dahulu ketika memperkenalkan
sumber yang terlalu cepat untuk masyarakat yang akan
terlihat dipaksakan, dan akhirnya rencana tersebut tidak
dapat dijalankan. Oleh karena itu visi harus ditentukan
dengan melihat dimana masyarakat ingin berada dalam
10 tahun atau hal penting yang ingin dicapai. Tujuan harus
dibuat spesifik dengan jangka waktu sehingga masyarakat
dapat berkonsentrasi untuk pencapaiannya.

Model pembangunan ini diharapkan dapat meningkatkan


taraf kesejahteran masyarakat, dan berkesinambungan
dengan adat istiadat di desa sehingga pembanguanan di
desa dapat berjalan dengan terkoordinasi, terintegrasi dan
berkelanjutan dalam perencanaan hingga pelaksanaan
program pembangunan desa.

14 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 14 12/19/2019 5:43:25 AM


BAB

2
DESA DAN PEMBANGUNAN
DESA DI INDONESIA

Pembangunan desa di Indonesia sudah ada sejak zaman


dahulu bahkan sebelum Indonesia merdeka. Peraturan
melalui perundang-undangan dan kebijakan kepemimpinan
yang berbeda-beda memperlihatkan sejarah panjang
pembangunan desa. Banyaknya peraturan dan kebijakan
pemerintah yang berubah pada tiap masa kepemimpinan
ikut mempengaruhi program-program pemerintah daerah.
Perubahan peraturan dan kebijakan yang beriringan
dengan program-program yang ada di desa bertujuan untuk
membangun dan memajukan desa di Indonesia.

Melalui program bantuan desa untuk masyarakat/kelompok


maupun desa diharapkan dapat meningkatkan status desa
di Indonesia. Banyak program pembangunan di Indonesia
yang memfasilitasi perkembangan masyarakat desa yang
mayoritas berprofesi sebagai petani.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 15

18-jejak.indd 15 12/19/2019 5:43:25 AM


Mengukur kebijakan erat kaitannya dengan sejarah
pembangunan desa, program-program yang pernah
berjalan di Indonesia hingga hasil akhirnya untuk desa.
Peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang telah
ada di Indonesia untuk membangun konsep pembangunan
yang erat kaitannya dengan membangun aspek ekonomi,
lingkungan, serta sosial budaya. Oleh karena itu bab ini akan
membahas mengenai Desa, sejarah pembangunan, dan
aspek pembangunan yang ada di desa.

Desa di Indonesia

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki


kewenangan untuk mengurusnya berdasarkan hak dan adat
istiadat yang diakui oleh pemerintah nasional.

Menurut Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2005 Pasal 1


Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati sistem
pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2014 mengenai peraturan


pelaksanaan undang-undang No 6 tahun 2014 pasal 1.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut nama
lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal-usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati

16 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 16 12/19/2019 5:43:25 AM


dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Desa merupakan daerah otonomi tertua di Indonesia yang


lahir sebelum adanya negara memiliki otonomi yang penuh
dan asli. Sebelum Indonesia masuk ke zaman kolonalisasi
struktur politik dan fungsi pemerintahan desa sudah dikenal
luas di setiap elemen masyarakat. Munculnya desa mandiri
oleh pemerintah merubah system karakteristik desa yang
mengedepankan komunalisme (mengedapankan suku/
etnis) menjadi menjadi lebih individual. Desa dengan masing-
masing keanekaragaman kebudayaan lokalnya menjadi
ciri khas tiap-tiap daerah. Perbedaan ini ditandai dengan
berbedanya nama desa atau desa adat di Indonesia seperti;
Gampong di Aceh, Nagari di Sumatera Barat, Kampung di
Papua, Udik di Betawi dan sebagainya.

Keanekaragaman ini memang menyusun desa yang


mempertimbangkan yang prakarsa masyarakat di Desa,
Asal usul dan adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat
desa, dan kemampuan potensi desa. Keanekaragaman
inilah yang dihargai dan dihormati oleh pemerintahan
Negara Indonesia. Hal ini merupakan kewenangan desa
berdasarkan hak asal usulnya

Pemerintah Indonesia mengeluarkan syarat dalam


pembentukan desa yang dicantumkan pada pasal 8 UU No.
6 tahun 2014 yakni; Desa Induk sudah sudah berdiri kurang
lebih 5 tahun, wilayah desa memiliki akses transportasi
antar wilayah, adanya dukungan sosial budaya menjadi
kerukunan hidup masyarakat, dan memiliki potensi sumber
daya yang mendukung.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 17

18-jejak.indd 17 12/19/2019 5:43:25 AM


Pemerintahan desa berkedudukan di wilayah kabupaten/
kota yang terdiri dari desa dan desa adat. Penataan di
desa berdasarkan evaluasi terhadap Pemerintahan Desa;
Pembentukan, penghapusan, penggabungan, perubahan
status, dan penetapan suatu desa.

UU desa pasal 3 menyebutkan bahwa asas pengaturan desa


meliputi; (1) rekognisi, (2) subsidiarti, (3) keberagaman, (4)
kebersamaan, (5) kegotongroyongan,(6) kekeluargaan, (7)
musyawarah, (8) demokrasi, (9) kemandirian, (10) partisipasi,
(11) kesetaraan, (12) pemberdayaan, dan (13) keberlanjutan.

Berdasarkan hasil pendataan desa pada tahun 2018


Indonesia memiliki 83.931 wilayah administrasi setingkat
desa meliputi 75.436 Desa (74.517 desa dan 919 nagari
di sumatera barat, terdapat) 8.444 kelurahan dan 51 unit
permukiman transmigrasi, serta terdapat sebanyak 7.232
kecamatan dan 514 kabupaten/ kota.

Wujud pengakuan Negara terhadap desa dalam memperjelas


fungsi dan kewenangan desa, dan memperkuat kedudukan
desa sebagai subjek pembangunan, yang melahirkan UU no
6 tahun 2014 mengenai desa. Peraturan desa diperlukan
untuk memperkuat posisi desa dalam kerangka NKRI dan
memperjelas tugas, peran, dan fungsi desa.

Kewenangan desa yang berskala lokal meliputi bidang


pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan
pemberdayaan desa berlandaskan pada pasal 20 UU Desa.
Kewenangan lokal berskala desa memiliki kewenangan
yang muncul dari prakasa masyarakat yang sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan kondisi lokal desa.

18 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 18 12/19/2019 5:43:25 AM


Berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan ke desa, desa
dapat menggerakan pembangunan dan meningkatkan
kualitas hidup, serta kesejahteraan masyarakat desa. Desa
memiliki peran yang begitu besar dalam upaya menentukan
arah tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat desa.

Sejarah Pembangunan Desa di Indonesia

Pembangunan desa di Indonesia dari 2001-2014 menurut


Australian National University memiliki kesenjangan antara
desa dan daerah perkotaan. Hal ini terjadi karena (a)
Lemahnya kualitas SDM, (b) Ketidaksetaraan Infrasturktu
dan kepemilikan modal, (c) Keterbatasan akses untuk
kesempatan pekerja produktif, (d) Kebijakan yang tidak
tepat dalam keamanan sosial, (e) Rendahnya efektifitas
dan efisiensi yang dihabiskan oleh pemerintah daerah, (f)
Kebijakan pemerintah yang bias, (g) Keterpencilan, dan (h)
Konflik.

Peraturan perundang-undangan desa di Indonesia sudah


ada sejak zaman pemerintah kolonial Belanda sebelum
masa kemerdekaan hingga sekarang. Peraturan pertama
perundang-undangan desa adalah Regeringsreglemente
(RR) pada tahun 1854 di pasal 71 yang mengatur mengenai
Kepala Desa dan Pemerintahan Desa.

Pada tahun 1906 kolonial Belanda mengeluarkan Inlandse


Gemeente Ordonantie (IGO) yang membuat peraturan
dasar mengenai desa khusus di Jawa dan Madura yakni
memberikan dasar pengkuan desa sebelumnya. Peraturan
perundang-undangan ini mengalami perubahan sebanyak 3

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 19

18-jejak.indd 19 12/19/2019 5:43:25 AM


kali. Pada tahun 1925 pasal 71 diganti dengan pasal 128 IS
dan banyak peraturan IGO untuk daerah di luar Jawa dan
Madura yang disebut dengan Inlandse Gemeente Ordonantie
Buitengewesteen (IGOB) yakni IGO untuk daerah luar Jawa
dan Madura di tahun 1938.

Pada kedudukan pemerintahan Jepang munculnya peraturan


No. 1 tahun 1942 yang mana peraturan perundang-undangan
desa tidak memiliki banyak perubahan peraturan yang tidak
bertentangan dengan pemerintahan militer jepang. Pada
tahun 1944 pemerintah jepang mengeluarkan peraturan
Osamu Seirei No. 7 yang mengatur dan mengubah pemilihan
Kepala Desa yang menetapkan masa jabatan Kepala Desa
selama 4 tahun.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 terbentuklah


peraturan pemerintah terhadap desa pasal 18 UUD 1945
nomor II, yaitu desa di Jawa dan yang memiliki susunan asli
dihormati oleh pemerintah sebagai daerah istimewa. Yakni
UUD pasal 18 UUD 1945 amandemen yang ke IV secara
tersirat menyatakan bahwa desa berada dalam wilayah
kabupaten/kota.

e. UU No 22 tahun 1948 mengarahkan desa sebagai


daerah otonom yang berhak mengatur urusan rumah
tangganya sendiri. Desa sebagai daerah otonom terbawa
dianggap sebagai sendi negara yang harus diperbaiki
dan diperluas supaya dengan demikian negara bisa
mengalami kemajuan.

f. UU No 1 Tahun 1957 mengatur tentang Pokok-pokok


Pemerintahan di daerah ini memungkinkan terbentuknya
daerah otonom III tetapi kurang terperinci mengenai hal

20 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 20 12/19/2019 5:43:25 AM


tersebut.

g. UU No 19 tahun 1965 mengenai Desapraja yang ikut


dikeluarkan pada UU No 18 Tahun 1965 tentang
Pemerintahan daerah. UU No 19 tahun 1965 merupakan
UU pertama yang khusus mengatur tentang desa,
namun dalam prakteknya belum sempat dilaksanakan
dan kemudian dicabut dengan alasan politis.

h. Pengaturan UU No 5 tahun 1979 mengatur tentang


regulasi pemerintahan desa. Pada pemerinah orde baru
yang dipandang menghambat demokrasi masyarakat
desa. Karena desa diatur secara seragam dan terpusat.
Hal ini dianggap menghambat tumbuhnya kreativitas
dan partisipasi masyarakat secara mandiri.

i. Dalam UU No 22 tahun 1999 yang menyangkut


penyerahan kekuasaan ke pemerintahan daerah
sehingga tercabutnya peraturanUU No 5 tahun 1979
yang menyeragambkan desa. Dengan ini muncullah
keinginan untuk mengembalikan desa dalam kekuasaan
daerah. Pada tahapan ini desa diberikan bantuan dana
melalui kabupaten/kota yang penyerahan dana tersebut
bergantung pada keputusan Kabupaten/kota.

j. Dan pada UU No 32 tahun 2004 mengenai pemerintah


daerah yang menyajikan sistem pengaturan desa. dan
pada tahun 2006/2007 adanya inisiatif pemerintah
memecah UU No 32 tahun 2004 menjadi 3 bagian,
salah satu bagiannya adalah UU desa. Pada tahapan
ini pemerintah mengalami perpindahan masa transisi
dari mendapat hak pengakuan menjadi hak pemberian.
Hal ini terkait dengan pemberian sumber keuangan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 21

18-jejak.indd 21 12/19/2019 5:43:25 AM


desa yang disalurkan melalui Alokasi Dana Desa (ADD)
yang berurusan dengan pemerintahan kabupaten/
kota diserahkan pengaturannya kepada desa. Hal ini
berarti desa memiliki hak untuk menntut bagian dana
pendanaan dari pemerintahan kabupaten/ kota.

k. Munculnya UU No 6 tahun 2014 dimana desa diberikan


kewenangan untuk mengurus tata pemerintahan dan
pelaksanaanannya secara mandiri. Dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.
Meskipun begitu kewenangan dari pemerintah desa
harus mengikutsertakan masyarakat desa dan diberikan
fasilitas untuk ikut dalam musyawarah desa oleh
pemerintah. Masyarakat desa berpartisipasi dalam
rencana program pembangunan desa, pelaksanaan
pembangunan, pengawasan dan evaluasi dimana
pemerintah menyampaikan laporan kerja kepada
masyarakat desa, setelah itu dalam pemanfaatan dan
pemeliharaan yang dilakukan bersama pemerintah
desa. agar pembangunan ini berkelanjutan.

Program Pembangunan Desa yang Pernah


Ada

Program pembangunan desa yang telah dilaksanakan di


Indonesia hingga sekarang yakni dengan

1. Program pembangunan dengan memberikan


(microcredits) kredit langsung ke petani;

Padi Sentra (1959-1965) yang bertujuan untuk

22 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 22 12/19/2019 5:43:25 AM


swasembada beras dengan mengembangkan varietas
unggul nasional yang dianggap memiliki produktivitas
unggul. Tetapi program ini dianggap kurang berhasil
karena lemahnya infrastrukur dan kondisi politik yang
kurang mendukung pelaksanaan program.

Bimbingan Masal (BIMAS) pada tahun 1965-1985


pemerintahan orde baru menyadari pentingnya
penyediaan beras sehingga petani diharapkan dapat
menerapkan panca usaha tani. Dengan memperbaiki
kelembagaan yakni irigasi, penyuluhan, penelitian,
industry pupuk, pembenihan dan Koperasi Unit
Desa (KUD) tetapi program ini mengalami masalah
pendanaan karena fasilitas kredit kurang memadai
sehingga munculnya Bimas Gotong Royong pada
tahun 1969.

Bimas Gotong Royong bekerjasama dengan beberapa


perusahaan multinasional yang membantu dalam
pengadaan saprodi yang dibutuhkan petani. Tetapi
varietas unggulan yang belum sesuai dengan budaya
masyarakat karena kurang sosialisasi dari dan masalah
bibit dan dana yang masih terbatas.

Pada PELITA III tahun 1979 mampu mendongkrak usaha


tani pada tahun 1980 hingga pada 1984 tercapainya
swasembada beras. Tetapi sayangnya tidak dapat
diimplemenasi di seluruh wilayah Indonesia.

Munculnya Kredit Usaha Tani (KUT) pada tahun


1985-1999 merupakan turunan dari Kredit Bimas
yang melaksanakan kredit program pertanian dalam
peningkatan produksi padi. Program ini disediakan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 23

18-jejak.indd 23 12/19/2019 5:43:25 AM


untuk petani yang belum mampu menyediakana
kebutuhan usahatani sendiri. KUT didistribusikan
pada kelompok tani dengan tingkatan bunga 12%
yang didistribusikan pada petani anggota KUD.
Tetapi permasalahan yang dihadapu yajni tingkat
pengembalin dari petani hanya 25%.

Terjadinya pembaruan KUT menjadi Kredit Ketahanan


Pangan (KKP) pada tahun 2000-2014 yang ditujukan
untuk mengidentifikasi tanaman pangan dan
pengadaan pangan. Targetnya adalah kelompok tani
dan koperasi. Adanya kehati-hatian dari pihak bank
karena kasus KUT sehingga pencairan dana relatif
lambat, dan terbatasnya dana.

2. Program Peminjaman modal di desa untuk masyarakat


melalui

Inpres Desa Tertinggal (IDT) pada tahun 1993/1994-


1996/1997 yang bertujuan untuk penanggulangan
kemiskinan di Indonesia. Sebelum IDT juga banyak
program yang berfokus pada desa tertinggal tetapi
program tersebut tidak terkoordinasi dengan baik.
IDT diarahkan untuk pengembangan kegiatan
sosial-ekonomi untuk mewujudkan kemandirian
penduduk miskin di desa tertinggal yang menerapkan
keswadayaan dan partsipasi masyarakatnya.

3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)


Mandiri

Kecamatan Development Program (KDP) pada


tahun 1998-2006 yakni Hibah dari kecamatan untuk

24 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 24 12/19/2019 5:43:25 AM


insiatif desa-desa di kecamatan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerah pedesaan.
Kemisikinan dan daerah tertinggal, infrastuktur
pedesaan, dan sosial ekonomi pedesaan. Tetapi tidak
semua desa mendapatkan hibah tersebut hanya 75%
wilayah pedesaan yang medapatkannya, dan 20% ke
daerah perkotaan.

Daerah perkotaan dengan Program Penanggulangan


Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sejak 1999, untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di
kelurahaan perkotaan. Pemberdayaan ini melibatkan
masyarakat sebagai subjek pembangunan agar
menjadi pembangunan yang berkelanjutan.

Tujuan dari PNPM untuk mendukung kesehatan dan


pendidikan, pemanfaatan sumber daya alam, dan
perkembangan pertanian dsb.

Adanya strategi pengembangan program di pedesaan


pada tahun 2008 melalui Program Rencana Strategis
Pembangunan Kampung (RESPEK) atau PNPM RESPEK
yang bertujuan dalam memberikan hibah ke seluruh
desa Papua untuk pembangunan sehingga menjadi
daerah perkotaan; dana hibah yang diberikan Rp.
100 juta keseluruh daerah papua dan papua barat.
Dengan memberikan kebebasan untuk masyarakat
desa melakukan musyawarah desa untuk membuat
keputusan mereka sendiri mengenai daerah yang
ingin dikembangkan. Memenuhi harapan pemerintah
bahwa daerah tersebut akan menjadi pusat pangan,
pendidikan, kesehatan, mudah dijangkau oleh setiap
desa, dan ekonomi yang sejahtera.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 25

18-jejak.indd 25 12/19/2019 5:43:26 AM


4. Program Desa Membangun

Program desa membangun seriring dengan


keluanya UU No 6/2014 tentang desa. Undang-
Undang ini menempatkan Desa sebagai subyek
pelaku pembangunan. Undang-Undang ini juga yang
menjadi spirit paradigma Desa Membangun dimana
Desa diposisikan sebagai subyek pembangunan.
Dalam UU No 6/2016 ini juga menyebutkan bahwa
institusi pemberdayaan masyarakat yakni kepala
desa bertanggung jawab dengan BPD dan masyarakat
desa dimana seluruh desa di Indonesia tiap tahun
menerima bantuan dana-desa sebesar Rp. 1 M per
tahunnya. Program ini mulai berjalan pada tahun 2015.
Pada tahun 2016 Kementrian Desa membuat program
pembangunan desa tertinggal dan transmigrasi
mencoba membangun fasilitas desa.

Aspek Pembangunan Desa dalam Desa


Membangun

Dalam desa membangunan, perencanaan merupakan


hasil proses yakni mengenali permasalahan, kebutuhan
dan keinginan desa kedepannya. Secara sistematis, cara
yang paling cepat dalam mengidentifikasi menyelesaikan
permasalahan yang ada di desa dengan melibatkan
masyarakat desa dalam pengambilan keputusan,
perencanaan dan pengelolaan desa. Ada 3 aspek yang dalam
keterlibatan yakni; informasi dan partisipasi, yang diikuti
dengan keikutsertaan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengolahan.

26 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 26 12/19/2019 5:43:26 AM


1. Village Database yakni, memiliki data dan informasi
terkini di segala aspek dari pedesaan

Memperoleh informasi desa sangat penting dalam


pembangunan, karena menyelesaikan permasalahan
yang ada, juga untuk mengetahui hasrat yang
diinginkan oleh desa. langkah-langkah dalam
mendapat informasi secara cepat dan mengumpulkan
informasi yang lengkap yakni dengan,

a. Memutuskan seberapa cepat pengumpulan data


desa

b. Mengumpulkan dengan cepat dan menganalisis


informasi dasar desa.

c. Mengembangkan daftar dengan cakupan yang luas

d. Menyusun sistem dan masyarakat untuk


mengumpulkan data secara lengkap

e. Mengembangkan data dimana data direkam,


disusun, dikumpulkan dan mengambil data saat
dibutuhkan.

2. Getting Participation menyatukan seluruh masyarakat


desa, untuk dapat tertarik dan ikut serta dalam
perencanaan dan proses pembangunan dan aktivitas
selanjutnya.

Adanya masyarakat yang tertarik dan ingin turut


campur dalam perencanaan dan pengembangan desa
menjadi kunci penting perubahan desa. Oleh karena
itu, langkah untuk mempertahankan dan memperluas
partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan cara:

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 27

18-jejak.indd 27 12/19/2019 5:43:26 AM


a. Mengidentifikasi permasalahan inti atau
permasalahan yang mendesak

b. Penyusunan dengan mengadakan rapat


bersama masyarakat desa untuk menemukan
penyelesaian secara luas.

c. Memastikan akan adanya keterlibatan yang luas


dalam penerapan dan pengolahanya

d. Membangun sistem untuk fungsi yang transparan


dan akuntabel secara tersusun.

e. Mempertahankan dan membangun sistem


perencanaan partisipasi.

3. Planning, Executing, dan Managing yaitu secara


sistematis merencanakan untuk beberapa aktivitas
pembangunan, pelaksanaan, dan pengolahan sistem
dan proyek pembangunan.

Perencanaan merupakan inti dari setiap langkah dan


sangat penting untuk partisipasi pembangunan desa,

a. Mengidentifikasi permasalahan yang meliputi


kebutuhan dan hasrat keinginan dari masyrarakat

b. Mengidentifikasi beberapa pemecahan masalah,


dan menentukan solusi yang paling tepat

c. Merincikan solusi yang didapat seperti rincian


solusi, langkah-langkah dan pendanaannya.
Solusi ini arus dapat dilaksanakan dan program
ataupun proyek tersebut dapat terlaksana

d. Mempersiapkan pelaksanaan rencana

28 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 28 12/19/2019 5:43:26 AM


bagaimana program dapat diselesaikan, siapa
yang berkerja, siapa yang mengawasi, yang
mengkoordinasi dsb. Hal ini menentukan diskusi
dengan masyarakat.

e. Melaksanakan perencanaan yakni dengan


mengawasi, cepat tanggapnya pemimpin
tentunya akan sangat diperlukan dalam
pelaksanaannya.

f. Memutuskan dalam pengelolaan sistem dan


aturan dengan mencari siapa yang menjalankan
proyek, penyusunan, pelaporan, hal ini dapat
ditentukan dengan melakukan musyawarah
dengan masyarakat.

g. Penyusunan tempat memilih sistem dalam


pengolahan proyek atau program setelah
penyelesaian manajemen yang berkembang
secara transparan dalam pengoperasiannya.

Adanya monitoring dan evaluasi program kinerja yang


telah diterapkan oleh desa maka dibuatlah klasifikasi
status desa sebagai target pencapaian desa. Ada 5
klasifikasi perkembangan dan pembangunan desa.
Klasifikasi ini didasari dari indikator yang ditetapkan untuk
memberikan kerangka berpikir tentang pencapaian sasaran
pembangunan desa yakni menggunakan penyusunan Indeks
Desa Membangun (IDM) untuk menyajikan ukuran yang
mampu melihat posisi dan status desa serta arah tingkat
kemajuan dan kemandirian desa. IDM bertujuan untuk;

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 29

18-jejak.indd 29 12/19/2019 5:43:26 AM


1. Menjadi alat dalam menempatkan status desa yang
dinilai dari tingkat kemajuan dan kemandirian desa.

2. Menjadi penyusunan target untuk desa

3. Menjadi alat untuk koordinasi dengan kecamatan,


pemerintah daerah dengan desa, serta lembaga desa.

Dari pengukuran menggunakan IDM sehingga status


kemajuan desa dapat tergambar dalam beberapa status
yakni

1. Desa mandiri sebagai desa Sembada dengan


pengertian sebagai desa yang mampu melaksanakan
pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan kesejahteraan masyarakatnya. Desa ini diyakini
mampu mengatasi permasalahan yang ada dengan
menggunakan sumber daya yang mereka miliki
sehingga tidak bergantung kepada pihak lain.

2. Desa Maju desa Pra-Sembada yakni desa yang memiliki


sumber daya lokal dan mampu mengelolah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

3. Desa Berkembang desa Madya yaitu desa yang memiliki


potensi sumber daya lokal tetapi belum optimal
dalam pengolahan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa.

4. Desa Tertinggal atau Desa Pra-Madya desa yang


memiliki potensi sumber daya lokal tetapi belum
atau belum mengelolah sumber daya tersebut untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

5. Desa Sangat Tertinggal atau Desa Pratama merupakan

30 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 30 12/19/2019 5:43:26 AM


desa yang mengalami kerentanan karena bencana
alam, konflik, dan ekonomi yang rendah sehingga tidak
mampu dalam mengolah potensi sumber daya lokal
yang ada. Mengalami kemiskinan dalam bentuknya.

Berdasarkan hasil pendataan desa pada tahun 2018, status


desa yang di kelompokkan menjadi desa mandiri, desa
berkembang dan desa tertinggal. Desa mandiri di seluruh
Indonesia berjumlah 5.606 desa (7,43%), desa berkembang
berjumlah 55.369 desa (73, 40 %), desa tertinggal berjumlah
14.461 desa (19, 17 %).

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 31

18-jejak.indd 31 12/19/2019 5:43:26 AM


18-jejak.indd 32 12/19/2019 5:43:26 AM
BAB

3
IDM DAN STATUS
PERKEMBANGAN DESA

Konsep pembangunan saat ini tidak saja hanya dirumuskan


melalui kebijakan ekonomi, tetapi juga penting melibatkan
aspek sosial lingkungan serta yang didukung oleh
mekanisme politik yang bertanggung jawab. Dalam
aspek sosial, pembangunan selain melibatkan aspirasi
masyarakat, eksistensi lembaga-lembaga sosial  juga ikut
memainkan fungsi dan perannya untuk pencapaian tujuan
pembangunan. Dalam aspek lingkungan, pembangunan
juga harus memperhatikan aspek keberlanjutan dalam
pengelolaan sumber daya alam yang ada. Meskipun
demikian, implementasi kebijakan pembangunan ini tidak
selalu membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Disparitas
daerah terkait dengan fenomena kesenjangan, kemiskinan,
pengelolaan sumber daya alam yang tidak tepat, lemahnya
mekanisme kelembagaan menjadi penyebab hambatan
terhadap gerakan maupun aliran penduduk, barang dan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 33

18-jejak.indd 33 12/19/2019 5:43:26 AM


jasa, prestasi, dan keuntungan dan kerugian  dari dan ke
dalam wilayah yang menjadi objek pembangunan. Sering
kebijakan pembangunan yang sama memberikan output
dan outcome yang sama pada setiap setiap wilayah. Kondisi
ini semakin menjadi tantangan tersendiri dengan semakin
terbuka dan terkoneksinya antar wilayah. Pembangunan
desa tampaknya tidak tidak bisa dilakukan dengan seragam,
perlu memperhatikan kondisi sosial ekonomi serta sumber
daya yang tersedia secara lokal. Hal inilah salah satu
alasan yang melatarbelakangi lahirnya UU 6/2014 tentang
Desa yang intinya terkait dengan Pembangunan Desa dan
Pembangunan Kawasan Perdesaan

Pembangunan desa merupakan usaha atau aktifitas


pembangunan di lingkungan desa dan oleh masyarakat
desa itu sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Dalam konsep
pembangunan desa ini, perencanaan yang dibuat atas dasar
musyawarah masyarakat desa. Sebagai struktur terkecil
dalam pemerintahan, pembangunan desa yang berhasil
akan memiliki dampak langsung terhadap keberhasllan
pembangunan negara. Namun demikian, permasalahannya
adalah bagaimana mengukur tingkat pembangunan suatu
desa sehingga dapat digunakan sebagai indikator untuk
menentukan status perkembangan suatu desa. Informasi
tentang status suatu desa akan mencerminkan tingkat
perkembangan suatu desa dan kinerja dari masing-masing
dimensi dari suatu pembangunan desa dimana pada
gilirannya akan dapat digunakan untuk merancang dan
mengimplementasikan kebijakan permbangunan yang lebih
tepat sasaran dan bersifat lokal.

34 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 34 12/19/2019 5:43:26 AM


Perlunya dan Jenis Indikator Pembangunan
Desa

Pengukuran tingkat keberhasilan suatu pembangunan


termasuk pembangunan desa di suatu negara diperlukan
tolak ukur dengan indikator sesuai dengan definisi dari
pembangunan desa itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar
pembangunan desa yang direncanakan dapat berjalan sesuai
yang diharapkan. Untuk itu, suatu indikator pembangunan
desa yang tepat perlu dilakukan. Ada beberapa alasan
pentingnya ada indikator pembangunan termasuk
pembangunan desa, yaitu untuk (a) memantau perilaku
perekonomian; (b) kepentingan analisis ekonomi; (c) dasar
pengambilan keputusan dan perencanaan; dan (d) sebagai
dasar perbandingan antar wilayah. Lebih lanjut, indikator
juga berfungsi sebagai penjelasan tentang pola, gejala, dan
pengaruh yang sedang terjadi, berfungsi untuk menentukan
hingga taraf mana pembangunan dianggap berhasil, dimulai
dari mengukur, menganalisis hingga mengevaluasi sebuah
perencanaan sampai pelaksanaan agar terbentuk suatu
kebijakan. Karena keberhasilan suatu pembangunan dapat
dilihat apabila suatu pembangunan mencapai indikator atau
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Kajian pustaka yang menjelaskan indikator yang dapat


digunakan untuk mengukur kinerja atau kemajuan
pembangunan suatu wilayah termasuk pedesaaan. Di
samping itu, suatu perencanaan yang lebih baik dapat
dirancang perlu dukungan sistem informasi yang relevan,
serta dibutuhkan pengetahuan tentang indikator-indikator
pembangunan dari hasil pembangunan itu sendiri.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 35

18-jejak.indd 35 12/19/2019 5:43:26 AM


Penggunaan indikator maupun variabel untuk mengukur
kinerja pembangunan bisa berbeda untuk setiap negara.
Seperti yang dijelaskan oleh Tikson (2005), bagi negara
yang miskin dan berkembang kinerja pembangunan
mungkin masih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan
dasar masyarakat seperti listrik, layanan kesehatan, dan
ketersediaan pangan. Hal yang berbeda bagi negara
yang sudah maju, kinerja pembangunan mungkin diukur
terpenuhinya kebutuhan sekunder atau bahkan kebutuhan
tersier penduduknya. Artinya, Penyusunan indikator
pembangunan dapat dilakukan dari berbagai pendekatan
dan kepentingan, yang antara lain berupa pendekatan
menurut bidang pembangunan, menurut sektor-sektor
pembangunan dan juga menurut kepentingan yang lain
disamping menurut perkembangan suatu negara.

Sejumlah indikator ekonomi sering digunakan antara lain


pendapatan perkapita, struktur perekonomian, urbanisasi,
dan jumlah tabungan. Indikator pembangunanpun dapat
dikategorikan secara parsial ke dalam indikator bidang
ekonomi, indikator sosial, dan indikator fisik prasarana.
Indikator parsial ini sangat tidak memadai untuk mengukur
tingkat kemajuan suatu desa yang multidimensi. Oleh sebab
itu, beberapa peneliti mencoba membangun indikator
komposit yang mengakomodasi dimensi-dimensi yang ada
dalam pembangunan termasuk pembangunan desa. Yang
perlu dicatat, indikator-indikator yang dikembangkan ini juga
memiliki kelemahan disamping kelebihan untuk mengukur dan
membedakan tingkat kemajuan pembangunan antar desa.

Berikut ini, beberapa indikator yang dapat digunakan untuk


mengukur kemajuan desa adalah:

36 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 36 12/19/2019 5:43:26 AM


1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan


pengukuran perbandingan dari harapan hidup,
pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara.
IPM digunakan sebagai indikator untuk menilai
aspek kualitas dari pembangunan dan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk
negara maju, negara berkembang, atau negara
terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari
kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup (BPS, 2015).
Schrott, Gachter & Theurl, (2015) mengatkan bahwa
HDI merupakan indikator yang paling komprehensif
yang digunakan untuk menangkap kemajuan regional
dan teritorial.

IPM pertama kali dipublikasikan UNDP (2006) melalui


Human Development Report tahun 1996. Secara
spesifik UNDP menetapkan empat elemen utama
dalam pembangunan manusia, yaitu produktivitas
(productivity), pemerataan (equity), keberlanjutan
(sustainability), dan pemberdayaan (empowerment).
Ada beberapa manfaat penggunaan IPM, yaitu
(a) mengukur keberhasilan upaya membangun
kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk);
(b) Menentukan peringkat atau level pembangunan
suatu wilayah/negara; dan (c) IPM merupakan data
strategis yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja
Pemerintah.

Dalam perkembangannya, IPM juga pernah digunakan


untuk mengukur kinerja pembangunan desa seperti

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 37

18-jejak.indd 37 12/19/2019 5:43:26 AM


yang dilakukan oleh Mulyanto dan Magsi (2014). Dalam
hal ini, IPM untuk tingkat desa terdiri atas indikator
kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Setiap indikator
terdiri dari beberapa variabel yang berasal dari data
sekunder, di mana metode rata-rata sederhana
diterapkan untuk membangun model. Mereka
menyimpulkan bahwa upaya membangun model
untuk mengukur kemajuan pembangunan manusia
dalam konteks desa memiliki peran besar di Indonesia
untuk mencapai kondisi yang baik di masa mendatang.
Penting untuk dipahami karena di desa-desa, layanan
publik dimulai dan tidak pernah berakhir hingga
sekarang.

2. Regional Development Index (RDI)

Pembangunan regional antara lain mencakup aspek


ekonomi, sosial, lingkungan dan lainnya. Untuk
menilai kinerja hasil pembangunan secara regional,
banyak indikator yang telah dikembangkan salah
satunya adalah yang dikembangkan Wang (2007).
Wang dalam kertas kerjanya berjudul Who’s in First? A
Regional Development Index for the People’s Republic of
China’s Provinces. Wang mengembangkan RDI dengan
dengan memasukkan sekitar 70 indikator dasar,
yang dikelompokkan ke dalam 11 (sebelas) aspek. Ke
11 aspek ini adalah Tingkat pertumbuhan ekonomi;
Produktivitas; Pertumbuhan Manusia; Pendidikan;
Persamaan Sosial; Pelayanan umum; Keamanan
masyarakat; Infrastruktur; Perlindungan alam sekitar/
lingkungan; Perkembangan kelembagaan; Sumber
daya alam; dan lokasi geografis. Menurut BPS (2010),

38 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 38 12/19/2019 5:43:26 AM


RDI yang dikembangkan oleh Wang memiliki beberapa
kelemahan, yaitu ukuran yang dihasilkan hanya mampu
membandingkan secara relatif tingkat kemajuan suatu
wilayah dengan wilayah lain tetapi tidak mampu
mengukur kemajuan suatu wilayah antar waktu.

RDI dalam konteks Indonesia pernah dikembangkan


dan diterapkan oleh Bappenas (2001). RDI yang
dikembangkan Bappenas menggunakan 3 (tiga)
indikator utama, yaitu: (a) Kapabilitas Pemerintah,
(b) Perkembangan Wilayah, dan (b) Keberdayaan
Masyarakat. RDI ini digunakan untuk mengukur tingkat
kemajuan 26 provinsi yang ada di Indonesia dengan
menggunakan data sekunder pada tahun 1994, 1996
dan 1998. Kajian dengan menggunakan RDI tingkat
wilayah yang lebih kecil, misalnya desa, belum ada
satupun ditemukan.

3. Rural Development Index (RDI)

Rural Development Index (RDI) dikembangkan oleh


Michalek dan Zarnekow (2012) untuk Polandia. Dalam
merancang RDI, Michalek dan Zarnekow menggunakan
data statistik regional yang terkait dengan berbagai
aspek kualitas hidup dan yang tersedia di suatu
negara sehingga indikator yang digunakan dapat
diverifikasi secara objektif. Pendekatan ini juga tidak
menggunakan indikator subyektif yang diperoleh
berdasarkan wawancara dengan masyarakat desa.

Indikator ini menggunakan 6 (enam) ranah atau domain.


Keenam ranah ini adalah ekonomi; sosial; demografik;
infrastruktur; administrasi; dan lingkungan. Ini berarti

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 39

18-jejak.indd 39 12/19/2019 5:43:26 AM


indikator yang dikembangkan merupakan indikator
komposit yang menyangkut ke enam ranah tersebut.,
bukan menggunakan pendekatan parsial. Keuntungan
utama dari pendekatan ini adalah semua aspek
pembangunan daerah/pedesaan ini tersedia dari data
statistik sekunder pada basis regional.

4. Indeks Pembangunan Desa (IPD)

Indeks Pembangunan Desa (IPD) merupakan


suatu ukuran yang disusun untuk menilai tingkat
kemajuan atau perkembangan desa di Indonesia. IPD
dikembangkan oleh BPS bersama Bappenas dengan
tujuan untuk menggambarkan tingkat kemajuan
desa pada suatu waktu dan dibangun dari data hasil
Pendataan Potensi Desa (Podes) yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data Podes ini
digunakan sebagai rujukan indikator-indikator utama
penyusun indeks.

Indeks Pembangunan Desa (IPD) adalah indeks


komposit yang menggambarkan tingkat kemajuan
atau perkembangan desa dengan skala 0-100. IPD
menggunakan  dengan 5 dimensi yaitu pelayanan
dasar, kondisi infrastruktur, aksesibilitas/ transportasi,
pelayanan umum dan penyelenggaraan pemerintahan
yang dijabarkan dalam   42 indikator12 variabel dan
42 indikator. Adapun, skala kurang dari sama dengan
50 mengambarkan desa tertinggal, 50-75 merupakan
desa berkembang, dan lebih dari 75 termasuk kategori
desa mandiri. Selanjutnya, dengan memperhatikan
berbagai kondisi yang digambarkan pada setiap

40 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 40 12/19/2019 5:43:26 AM


indikator, maka pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan pemerintah desa dapat melaksanakan
pembangunan, yaitu dengan memberikan prioritas dan
seleksi pada upaya peningkatan pelayanan masyarakat
terkait indikator yang masih rendah kualitasnya serta
yang dianggap perlu.

5. Indeks Desa Membangun (IDM)

Indeks Desa Membangun (IDM) meletakkan prakarsa


dan kuatnya kapasitas masyarakat sebagai basis
utama dalam proses kemajuan dan keberdayaan
Desa. Indeks ini difokuskan pada upaya penguatan
otonomi Desa melalui pemberdayaan masyarakat.
IDM merupakan Indeks Komposit yang dibentuk
berdasarkan tiga indeks, yaitu Indeks Ketahanan Sosial
(IKS), Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) dan Indeks
Ketahanan Ekologi/Lingkungan (IKL).

Indikator IDM dikembangkan berdasarkan konsepsi


bahwa untuk menuju Desa maju dan mandiri perlu
kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di mana
aspek sosial, ekonomi, dan ekologi menjadi kekuatan
yang saling mengisi dan menjaga potensi serta
kemampuan Desa untuk menyejahterakan kehidupan
Desa. Kebijakan dan aktivitas pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa harus menghasilkan
pemerataan dan keadilan, didasarkan dan memperkuat
nilai-nilai lokal dan budaya, serta ramah lingkungan
dengan mengelola potensi sumber daya alam secara
baik dan berkelanjutan. Dalam konteks ini ketahanan
sosial, ekonomi, dan ekologi bekerja sebagai dimensi
yang memperkuat gerak proses dan pencapaian tujuan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 41

18-jejak.indd 41 12/19/2019 5:43:27 AM


pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.

IDM ini disusun untuk memberikan panduan kepada


pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pemerintah
desa sebagai salah satu basis data dan informasi dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi pembangunan desa. IDM juga digunakan
sebagai basis data dalam merumuskan isu-isu strategis
serta berguna untuk mengatasi masalah utama desa
terkait dengan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa.

Penyusunan IDM dan Klasifikasi Desa

Landasan hukum IDM diantaranya Undang-Undang


No.6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa
Membangun; Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana
Desa tahun 2017; dan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa No. 30
Tahun 2016 tentang Status Kemajuan dan Kemandirian Desa.

IDM merupakan indikator pembangunan desa yang


dikembangkan berdasar pada konsepsi bahwa desa untuk
maju dan mandiri perlu kerangka kerja pembangunan
berkelanjutan dimana dimensi sosial, ekonomi, dan ekologi
menjadi kekuatan yang saling mengisi dan menjaga potensi
serta kemampuan desa untuk menyejahterakan kehidupan

42 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 42 12/19/2019 5:43:27 AM


desa. Perkembangan atau penurunan satu dimensi dalam
pembangunan tidak dapat dilepaskan dari dimesi yang lain.
Pertumbuhan atau penurunan jumlah penduduk, misalnya,
tidak semata-mata terkait dengan dimensi ekonomi, tetapi
dapat juga disebabkan oleh dimensi lingkungan dan ataupun
melibatkan dimensi sosial yang ada di wilayah desa. Dengan
demikian, IDM disusun tidak dengan pendekatan parsial
tetapi merupakan Indeks Komposit yang terdiri dari tiga
indeks, yaitu Indeks Ketahanan Sosial (IKS), Indeks Ketahanan
Ekonomi (IKE), Indeks Ketahanan Ekologi/Lingkungan (IKL).

Sumber: http://idm.kemendesa.go.id/

Gambar 1. Dimensi Pembentuk Indeks Desa Membangun


(IDM)

Masing–masing dimensi dalam IDM dibentuk subdimensi


atau variabel dan indikator. Dalam penjelasan Permendesa
02 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun, masing-
masing dimensi memiliki subdimesi sebagai berikut:

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 43

18-jejak.indd 43 12/19/2019 5:43:27 AM


a. Dimensi Ketahanan Sosial mencakup 4 (empat)
subdimensi atau variabel, yaitu pendidikan, kesehatan,
modal sosial dan pemukiman.

b. Dimensi Ketahanan Ekonomi dibentuk dari 4 (empat)


subdimensi atau variabel, yaitu keragaman ekonomi produksi
masyarakat, ketersediaan dan akses terhadap kredit dan
perbankan, transportasi (prasarana dan moda transportasi),
akses terhadap pusat perdagangan (pasar) dan jasa.

c. Dimensi Ketahanan Ekologi terdiri dari 2 (dua)


subdimensi atau variabel, yaitu Kualitas Lingkungan dan
Potensi Rawan bencana.

Ketiga dimensi tersebut di atas tidak dapat berdiri sendiri


untuk dapat mencapai status desa mandiri. Artinya, nilai
tinggi pada salah satu indeks ketahanan tidak serta merta
akan memperoleh status desa mandiri, demikian juga
sebaliknya. Kinerja satu dimensi akan mempengarhui
kinerja dimensi yang lain. Dengan demikian, interaksi kinerja
ke tiga dimensi desa membangun akan menghasilkan
keberlanjutan pembangunan yang dilaksanakan di desa.

44 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 44 12/19/2019 5:43:27 AM


Selanjutnya, masing-masing aspek subdimensi tersebut
dalam Permendesa 02 Tahun 2016 memiliki beberapa
indikator variabel yang bertujuan untuk memberikan
informasi detail tentang kondisi desa. Sub dimensi modal
sosial, misalnya, meliputi varibel solidaritas sosial, memiliki
toleransi, rasa aman penduduk, dan kesejahteraan sosial.
Solidaritas sosial terdiri dari indikator kebiasaan gotong
royong di desa, keberadaan ruang publik terbuka bagi
warga yang tidak berbayar, ketersediaan fasilitas atau
lapangan olahraga, dan terdapat kelompok kegiatan
olahraga. Toleransi meliputi indikator warga desa terdiri dari
beberapa suku atau etnis, warga desa berkomunikasi sehari-
hari menggunakan bahasa yang berbeda, dan terdapat
keragaman agama di desa. Rasa aman penduduk meliputi
indikator warga desa membangun pemeliharan poskamling
lingkungan, partisipasi warga mengadakan siskamling,
tingkat kriminalitas yang terjadi di desa, tingkat konflik yang
terjadi di desa.

Secara rinci, subdimensi dan indikator variabel pada masing-


masing dimensi disajikan pada Tabel 1.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 45

18-jejak.indd 45 12/19/2019 5:43:27 AM


Tabel 1. Dimensi, Variabel dan Indikator Pada Indeks
Dimensi Membangun (IDM)

DIMENSI VARIABEL INDIKATOR


1 Pelayanan 1 Waktu Tempuh ke
Kesehatan prasarana kesehatan < 30
menit
2 Tersedia tenaga kesehatan
bidan
KESEHATAN

3 Tersedia tenaga kesehatan


dokter
4 Tersedia tenaga kesehatan
lain
2 Keberdayaan 5 Akses ke poskesdes,
Masyarakat polindes dan posyandu
KETAHANAN SOSIAL

untuk kesehatan 6 Tingkat aktivitas posyandu


3 Jaminan 7 Tingkat kepesertaan BPJS
Kesehatan
4 Akses 8 Akses ke Pendidikan Dasar
Pendidikan SD/MI <3 KM
Dasar dan 9 Akses ke SMP/MTS < 6 km
Menengah 10 Akses ke SMU/SMK < 6 km
PENDIDIKAN

5 Akses 11 Kegiatanpemberantasan
Pendidikan Non buta aksara
Formal 12 kegiatan PAUD
13 Kegiatan PKBM/Paket ABC
14 Akses ke pusat
keterampilan/kursus
6 Akses ke 15 Taman Bacaan Masyarakat
Pengetahuan atau Perpustakaan Desa

46 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 46 12/19/2019 5:43:27 AM


DIMENSI VARIABEL INDIKATOR
7 16 Kebiasaan gotong royong
di desa
17 Keberadaan ruang publik
terbuka bagi warga yang
Memiliki
tidak berbayar
Solidaritas Sosial
18 Ketersediaan fasilitas atau
MODAL SOSIAL

lapangan olahraga
19 Terdapat kelompok
kegiatan olahraga
8 20 Warga desa terdiri dari
beberapa suku atau etnis
Memiliki 21 Warga desa berkomunikasi
Toleransi
sehari-hari menggunakan
  bahasa yang berbeda
22 Terdapat keragaman
agama di Desa
9 23 Warga desa membangun
pemeliharaan poskamling
lingkungan
24 Partisipasi warga
mengadakan siskamling
Rasa Aman
25 Tingkat kriminalitas yang
Penduduk
terjadi di Desa
26 Tingkat konflik yang terjadi
di Desa
27 Upaya penyelesaian konflik
yang terjadi di Desa

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 47

18-jejak.indd 47 12/19/2019 5:43:27 AM


DIMENSI VARIABEL INDIKATOR
10 28 Terdapat akses ke Sekolah
Luar Biasa
29 Terdapat Penyandang
  Kesejahteraan Kesejahteraan Sosial (Anak
  Sosial Jalanan, Pekerja Seks
Komersial dan Pengemis)
30 Terdapat Penduduk yang
bunuh diri
11 31 Mayoritas penduduk
desa memiliki sumber air
Akses ke Air
minum yang layak.
Bersih dan Air
32 Akses Penduduk desa
Minum Layak
memiliki air untuk mandi
dan mencuci
12 33 Mayoritas penduduk desa
PERMUKIMAN

memiliki Jamban.
Akses ke Sanitasi
34 Terdapat tempat
pembuangan sampah.
13 35 Jumlah keluarga yang telah
Akses ke Listrik
memiliki aliran listrik.
14 36 Penduduk desa memiliki
telepon selular dan sinyal
Akses Informasi yang kuat.
dan Komunikasi 37 Terdapat siaran televisi
lokal, nasional dan asing
38 Terdapat akses internet

48 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 48 12/19/2019 5:43:27 AM


DIMENSI VARIABEL INDIKATOR
15 Keragaman 39 Terdapat lebih dari satu jenis
Produksi kegiatan ekonomi penduduk
16 Tersedia Pusat 40 Akses penduduk ke pusat
Pelayanan perdagangan (pertokoan,
Perdagangan pasar permanen dan semi
permanen)
41 Terdapat sektor
perdagangan di permukiman
(warung dan minimarket)
42 Terdapat usaha kedai
makanan, restoran, hotel
dan penginapan
17 Akses 43 Terdapat kantor pos dan
Distribusi/ jasa logistik
KETAHANAN EKONOMI

Logistik
18 Akses ke 44 Tersedianya lembaga
EKONOMI

Lembaga perbankan umum


Keuangan dan (Pemerintah dan Swasta)
Perkreditan 45 Tersedianya BPR
46 Akses penduduk ke kredit
19 Lembaga 47 Tersedianya lembaga
Ekonomi ekonomi rakyat (koperasi
20 Keterbukaan 48 Terdapat moda transportasi
Wilayah umum (Transportasi
Angkutan Umum, trayek
reguler dan jam operasi
Angkutan Umum)
49 Jalan yang dapat dilalui oleh
kendaraan bermotor roda
empat atau lebih (sepanjang
tahun kecuali musim hujan,
kecuali saat tertentu)
50 Kualitas Jalan Desa (Jalan
terluas di desa dengan aspal,
kerikil, dan tanah)

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 49

18-jejak.indd 49 12/19/2019 5:43:27 AM


DIMENSI VARIABEL INDIKATOR
21 Kualitas 51 Ada atau tidak adanya
Lingkungan pencemaran air, tanah dan
udara
52 Terdapat sungai yg terkena
KETAHANAN EKOLOGI

limbah
22 Potensi rawan 53 Kejadian Bencana Alam
EKOLOGI

bencana (banjir, tanah longsong,


dan tanggap kebakaran hutan)
bencana 54 Upaya/Tindakan terhadap
potensi bencana alam
(Tanggap bencana, jalur
evakuasi, peringatan dini
dan
ketersediaan peralatan
penanganan bencana)

IDM disusun dengan memperhatikan ketersediaan data


yang bersumber dari Potensi Desa, yang diterbitkan
oleh Badan Pusat Statistik. Untuk perhitungan IDM 2015
digunakan sumber data Potensi Desa tahun 2014, dan
seterusnya menggunakan Survai Kemendesa PDTT. Secara
rinci, sumber data yang digunakan untuk penyusunan IDM
sejak tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1. 2014: Berdasarkan Potensi Desa oleh BPS

2. 2015-2018: Survai Kemendesa PDTT

3. 2018: Registrasi semi elektronik dari desa, kecamatan,


kabupaten, provinsi, pusat

4. 2019: Registrasi online dari desa, kecamatan,


kabupaten, provinsi, pusat

50 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 50 12/19/2019 5:43:27 AM


5. 2020: Registrasi berbasis mobile yang terutama
updating data dari desa, kecamatan, kabupaten,
provinsi, pusat

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, IDM merupakan indeks


komposit yang dibangun dari dimensi sosial, ekonomi dan
budaya. Ketiga dimensi terdiri dari variabel, dan setiap
variabel diturunkan menjadi indikator operasional. Prosedur
untuk menghasilkan IDM adalah sebagai berikut:

1. Setiap indikator memiliki skor antara 0 – 5; semakin


tinggi skor mencerminkan tingkat keberartian.

Misalnya, skor untuk indikator akses terhadap


pendidikan sekolah dasar; bila Desa A memiliki akses
fisik <= 3 Km, maka Desa A memiliki skor 5, dan Desa
B memiliki akses fisik > 10 Km, maka memiliki skor 1.
Ini berarti penduduk Desa A memiliki akses yang lebih
baik dibandingkan dengan penduduk Desa B.

2. Setiap skor indikator dikelompokkan ke dalam variabel,


sehingga menghasilkan skor variabel.

Misalnya variabel kesehatan terdiri dari indikator (1)


waktu tempuh ke pelayanan kesehatan < 30 menit,
(2) ketersediaan tenaga kesehatan dokter, bidan dan
tenaga kesehatan lain, (3) akses ke poskesdes, polindes
dan posyandu, (4) tingkat aktifitas posyandu dan (5)
kepesertaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(BPJS).

Total skor variabel selanjutnya dirumuskan menjadi

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 51

18-jejak.indd 51 12/19/2019 5:43:27 AM


Indeks Variabel =
∑ Indikator X
Nilai Maksimum (X)

IDM diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai


dimensi (IKS, IKE, dan IKL) dibagi dengan 3. Ini berarti,
IDM dihasilkan dari rata-rata Indeks Ketahanan Sosial,
Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan
Lingkungan

IKS + IKE + IKL


IDM =
3
3. Untuk menetapkan status setiap Desa dilakukan
klasifikasi dengan menghitung rentang yang diperoleh
dari nilai maksimum dan minimum. Nilai rentang yang
diperoleh digunakan sebagai pembatas status setiap
Desa. Dari metode ini, desa diklasifikasikan menjadi
5 (lima) klasifikasi status Desa, yaitu: (1) Desa Sangat
Tertinggal; (2) Desa Tertinggal; (3) Desa Berkembang;
(4) Desa maju; dan (5) Desa Mandiri.

Klasifikasi Desa tersebut untuk menunjukkan


keragaman karakter setiap Desa dalam rentang nilai
range yang diperoleh menjadi pembatas status setiap
Desa. Dengan nilai rata-rata nasional Indeks Desa
Membangun 0,566 klasifikasi status Desa ditetapkan
dengan ambang batas sebagai berikut:

52 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 52 12/19/2019 5:43:27 AM


Tabel 2 Klasifikasi Desa Berdasarkan IDM
No. Status Desa Nilai Batas
1. Sangat Tertinggal ≤ 0,4907
2. Tertinggal >0,4907 dan ≤ 0,5989
3. Berkembang >0, 5989 dan ≤ 0,7072
4. Maju >0,7072 dan ≤ 0,8155
5. Mandiri >0,8155

Berangkat dari Tabel 2, klasifikasi Status Desa yang diatur


dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (Permendes PDTT)   Nomor 2
Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Pertama. Desa Mandiri atau yang disebut Desa Sembada


adalah Desa Maju yang memiliki kemampuan melaksanakan
pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa dengan ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, dan
ketahanan ekologi secara berkelanjutan. Desa Mandiri
atau Desa Madya adalah Desa yang memiliki Indeks Desa
Membangun lebih besar (>) dari 0,8155.

Kedua.  Desa Maju atau yang disebut Desa Pra-Sembada


adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial,
ekonomi dan ekologi, serta kemampuan mengelolanya
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas
hidup manusia, dan menanggulangi kemiskinan. Desa Maju
atau Desa Pra-Madya adalah Desa yang memiliki Indeks
Desa Membangun kurang dan sama dengan (≤) 0,8155 dan
lebih besar (>) dari 0,7072.

Ketiga.  Desa Berkembang atau yang disebut Desa Madya

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 53

18-jejak.indd 53 12/19/2019 5:43:28 AM


adalah Desa potensial menjadi Desa Maju, yang memiliki
potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi
belum mengelolanya secara optimal untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia dan
menanggulangi kemiskinan. Desa Berkembang atau Desa
Madya adalah Desa yang memiliki Indeks Desa Membangun
kurang dan sama dengan (≤) 0,7072 dan lebih besar (>) dari
0,5989.

Keempat.  Desa Tertinggal atau yang disebut Desa Pra-


Madya adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya
sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang
mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat Desa, kualitas hidup manusia serta mengalami
kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Desa Tertinggal atau
Desa Pra-Madya adalah Desa yang memiliki Indeks Desa
Membangun kurang dan sama dengan (≤) 0,5989 dan lebih
besar (>) dari 0,4907.

Kelima. Desa Sangat Tertinggal atau yang disebut Desa


Pratama adalah Desa yang mengalami kerentanan karena
masalah bencana alam, goncangan ekonomi, dan konflik
sosial sehingga tidak berkemampuan mengelola potensi
sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi, serta mengalami
kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Desa Sangat
Tertinggal atau Desa Pratama adalah Desa yang memiliki
Indeks Desa Membangun kurang dan lebih kecil (≤) dari
0,4907

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penyusunan IDM


dimaksudkan untuk menyediakan ukuran yang dapat
digunakan untuk menentukan posisi dan status desa serta
arah tingkat kemajuan dan kemandirian Desa. Penyusunan

54 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 54 12/19/2019 5:43:28 AM


Indeks Desa Membangun (IDM), seperti yang dijelaskan
dalam Permendesa 02 Tahun 2016 tentang Indeks Desa
Membangun, dimaksudkan untuk (a) menjadi intrumen
dalam menempatkan status/posisi desa dan menilai tingkat
kemajuan dan kemandirian Desa; (b) menjadi bahan
penyusunan target lokasi (lokus) berbasis desa, (c) menjadi
instrumen koordinasi dengan K/L, Pemerintah Daerah dan
Desa, serta lembaga lain.

IDM memotret perkembangan kemandirian Desa dan


mengarahkan ketepatan dalam intervensi kebijakan
pembangunan Pemerintah. Intervensi ini disesuaikan
dengan partisipasi masyarakat desa yang berkorelasi
dengan karakteristik wilayah desa, yaitu tipologi dan
Modal Sosial. Lebih lanjut, klasifikasi desa tersebut untuk
menunjukkan keragaman karakter setiap Desa. Klasifikasi
status Desa tersebut juga untuk menajamkan penetapan
status perkembangan Desa dan sekaligus rekomendasi
intervensi kebijakan yang diperlukan.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 55

18-jejak.indd 55 12/19/2019 5:43:28 AM


18-jejak.indd 56 12/19/2019 5:43:28 AM
BAB

4
KINERJA PEMBANGUNAN DESA

Implementasi Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa


memberikan sebuah harapan baru terhadap desa,
khususnya dalam kaitannya dengan pembangunan desa.
Aturan perundangan ini memungkinkan masyarakat desa
untuk memprakarsai, menggerakan dan berpartisipasi
dalam pengembangan potensi dan aset desa guna
kesejahteraan bersama. Lebih lanjut, aturan perundangan
ini lebih memposisikan masyarakat desa sebagai
subjek pembangunan dan bukan lagi sebagai objek dari
pembangunan desa itu sendiri.

Implementasi Undang-Undang Desa juga telah menempat-


kan desa sebagai ujung tombak pembangunan dan pening-
katan kesejahteraan masyarakat. UU Nomor 6 Tahun 2014
ini juga memberikan mandat kepada Pemerintah untuk
mengalokasikan Dana Desa. Dana Desa tersebut dianggar-
kan setiap tahun dalam APBN yang diberikan kepada setiap
desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa. Kebija-

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 57

18-jejak.indd 57 12/19/2019 5:43:28 AM


kan ini sekaligus mengintegrasikan dan mengoptimalkan
seluruh skema pengalokasian anggaran dari Pemerintah ke-
pada desa yang selama ini sudah ada. Dengan dana desa
ini, desa diberikan kewenangan mengelola dan meman-
faatkan dana desa ini untuk mengembangkan potensi dan
aset desa yang ada untuk meningkatkan ekonomi dan kes-
ejahtaraan masyarakat desa. Pemberian dana desa atau
modal pemerintah diakui oleh peneliti, diantaranya Yudha,
dkk (2018) dan Aschauer (1989), akan memberikan berbagai
dampak pertumbuhan ekonomi maupun dampak turunan-
nya di perdesaan.

Secara umum, keberhasilan suatu desa itu dilihat dari


bagaimana pembangunan di desa, apakah sudah
menyejahterakan masyarakatnya atau tidak. Pembangunan
desa bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat desa yang dilakukan dalam
bentuk berbagai bentuk dan program untuk mendorong
percepatan pembangunan kawasan pedesaan. Namun
demikian, sejauhmana pembangunan desa dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
perlu ditelaah. Kementrian desa melalui permendesa no
2 tahun 2016, telah menetapkan 3 (tiga) indikator yang
memberikan kemudahan bagi desa untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kemandirian desa. Desa yang mandiri
adalah desa maju yang memiliki kemampuan melaksanakan
pembangunan desa untuk peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
desa dengan ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, dan
ketahanan ekologi secara berkelanjutan. Kemandirian
desa akan dapat ditemukenali dengan menggunakan IDM.

58 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 58 12/19/2019 5:43:28 AM


IDM ini terdiri dari 3 (tiga) dimensi yang menjadi dasar
penilaian status desa, yaitu, Indeks ketahanan sosial, indeks
ketahanan ekonomi, indeks ketahanan lingkungan.Ketiganya
menjadi mata rantai yang saling memperkuat yang mampu
menjamin keberlanjutan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Pembangunan desa dimaknai sebagai
proses untuk meningkatkan kapabilitas penduduk dalam
mengelola dan memanfaatkan potensi yang terdapat di desa.

Dalam analisa kinerja untuk setiap dimensi dalam IDM,


status provinsi, kabupaten, kecamatan, maupun desa
digunakan klasifikasi status sama seperti yang digunakan
untuk mengklasifikasikan desa berdasarkan IDM. Artinya,
Jika suatu provinsi, kebupaten, kecamatan dan desa memiliki
indeks IKS atau IKE atau IKL >0, 5989 dan ≤ 0,7072, maka
mereka digolongkan pada status berkembang. Klasifikasi
Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa berdasarkan nilai
IKS, IKE, IKL dan IDM disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Provinsi, Kabupaten, Kecamatan


dan Desa Berdasarkan IKS, IKE, IKL dan IDM
Nilai Batas IKS, IKE, Status Provinsi, Kabupaten,
No.
IKL dan IDM Kecamatan dan Desa
1. ≤ 0,4907 Sangat Tertinggal
2. >0,4907 dan ≤ 0,5989 Tertinggal
3. >0, 5989 dan ≤ 0,7072 Berkembang
4. >0,7072 dan ≤ 0,8155 Maju
5. >0,8155 Mandiri

Pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk mempermudah


pembahasan dalam kajian ini.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 59

18-jejak.indd 59 12/19/2019 5:43:28 AM


Dimensi Sosial 2015 – 2019

Pembangunan sering didefinisikan sebagai suatu proses


perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial yang
ada dalam msyarakat. Dalam konteks ini, Alexander
(1994) menjelaskan bahwa perubahan yang dihasilkan
dari pembangunan dapat mencakup perubahan politik,
ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan
teknologi, kelembagaan, dan budaya. Definisi yang lain
dikemukakan oleh Portes (1976) dimana pembangunan
didefinisikan sebagai sebagai transformasi ekonomi, sosial
dan budaya. Dalam perkembangnnya, pembangunan juga
dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan yang
direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat tanpai mengabaikan aspek
kelestarian lingkungan.

Dalam konteks desa membangun, salah satu indikator


perubahan yang diharapkan adalah adanya perubahan pada
dimensi sosial. Perubahan sosial ini diukur berdasarkan Indeks
Ketahanan Sosial (IKS). Seperti yang telah diuraikan di atas,
IKS terdiri dari:

a. Variabel Modal Sosial (indikator solidaritas sosial, memiliki


toleransi, rasa aman penduduk, kesejahteraan Sosial);

b. Variabel Kesehatan (indikator pelayanan kesehatan,


keberdayaan masyarakat, dan jaminan kesehatan);

c. Variabel Pendidikan (indikator akses ke pendidikan dasar


dan menengah, akses ke pendidikan non formal dan
akses ke pengetahuan); dan

60 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 60 12/19/2019 5:43:28 AM


d. Variabel Permukiman (indikator akses ke air bersih, akses
ke sanitasi, akses ke listrik, dan akses ke informasi dan
komunikasi).

Kinerja IKS pada tingkat provinsi (diperoleh dari rata-rata IKS


setiap desa) menunjukkan bahwa pada tahun 2015, sebagian
besar desa memiliki nilai di bawah nilai rata-rata IKS nasional,
khususnya untuk wilayah Indonesia Bagian Tengah dan
Timur (lihat Tabel 3). Jika dikategorikan berdasarkan pulau,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua adalah pulau-
pulau yang memiliki nilai IKS yang kurang dari nilai rerata
IKS nasional pada tahun 2015, yaitu 0,5928. Ketiga wilayah
ini memiliki rerata nilai IKS masing-masing sebesar 0,5481;
0,5926; dan 0,4446. Maluku dan Papua miliki nilai IKS yang
paling kecil adalah temuan yang paling kecil diantara pulau-
pulau yang ada di Indonesia. Banyak faktor yang diduga
menjadi penyebab rendahnya IKS ini, salah satunya adalah
kurang memadainya sarana dan prasarana kesehatan,
pendidikan dan pemukiman. Kondisi ini juga tercermin
dari kecilnya nilai Indeks pembangunan Manusia di pulau
Papua dan maluku dimana data tahun 2015 menunjukkan
nilai IPM sebesar 57,25 (BPS, 2016). IPM di Provinsi Papua
masih berstatus rendah yang ditunjukkan dengan angka
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih di bawah
60. Kecilnya nilai IPM baik langsung maupun tidak terkait
dengan sarana kesehatan dan pendidikan karena salah satu
unsur pembentuknya adalah bayi yang baru lahir memiliki
peluang hidup dan Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang
untuk bersekolah.

Sebaran provinsi berdasarkan status perkembangan nilai


IKSnya disajikan pada Gambar 1. Gambar ini jelas bahwa jika

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 61

18-jejak.indd 61 12/19/2019 5:43:28 AM


dilihat dari nilai IKS tidak ada satupun provinsi yang masuk
pada kategori Maju dan Mandiri, meskipun itu provinsi yang
ada di Jawa dan Sumatera dimana asumsi yang berkembang
adalah ketersediaan semua sarana dan prasana kesehatan,
pendidikan dan pemukiman yang sangat memadai. Data
yang ada menunjukkan bahwa hanya DI Yogyakarta yang
masuk pada kategori Maju (Lihat Tabel 3). Hal ini diduga
disebabkan karena daerah istimewa ini mempunyai
cakupan wilayah yang relatif tidak luas dan kecenderungan
penduduknya yang homogen. Kondisi ini menyebabkan
setiap masyarakat desa dengan mudah mengakases sarana
dan prasana yang terkait dengan variabel-variabel pada
dimensi sosial.

Gambar 2. Distribusi Provinsi Berdasarkan Status IKS


2015

62 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 62 12/19/2019 5:43:28 AM


Tabel 3. Rerata Nilai Indeks Ketahanan Sosial Antar
Pulau antar provinsi, 2015 - 2019
No Provinsi 2015 2018 2019
SUMATERA
1 Aceh 0.5734 0.6210 0.6872
2 Sumatera Utara 0.5609 0.5927 0.6581
3 Riau 0.6014 0.6803 0.7401
4 Kepulauan Riau 0.6155 0.6584 0.7268
5 Kepuluaun Bangka Belitung 0.6584 0.7427 0.7778
6 Jambi 0.6072 0.6631 0.7368
7 Sumatera Barat 0.6553 0.6996 0.7479
8 Bengkulu 0.5885 0.6399 0.6983
9 Sumatera Selatan 0.5867 0.6463 0.7122
10 Lampung 0.6402 0.6557 0.7485
Rerata Sumatera 0.6088 0.6600 0.7234
JAWA
11 Banten 0.6311 0.6780 0.7464
12 D I Yogyakarta 0.7473 0.7606 0.8125
13 Jawa Barat 0.6927 0.7095 0.7752
14 Jawa Tengah 0.6692 0.7170 0.7525
15 Jawa Timur 0.6896 0.7064 0.7632
Rerata Jawa 0.6707 0.7143 0.7700
BALI DAN NUSA TENGGARA
16 Bali 0.6813 0.7555 0.8161
17 Nusa Tenggara Barat 0.6718 0.7050 0.7561
18 Nusa Tenggara Timur 0.5375 0.6135 0.6428
 Rerata Bali dan Nusa Tenggara 0.6302 0.6913 0.7383
KALIMANTAN
19 Kalimantan Barat 0.5374 0.6008 0.7124
20 Kalimantan Tengah 0.5424 0.6333 0.6994
21 Kalimantan Selatan 0.6019 0.6460 0.7279
22 Kalimantan Timur 0.5734 0.6410 0.7209
23 Kalimantan Utara 0.4856 0.6339 0.6655
Rerata Kalimantan 0.5481 0.6310 0.7052

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 63

18-jejak.indd 63 12/19/2019 5:43:28 AM


SULAWESI
24
Gorontalo 0.6201 0.6488 0.7103
25
Sulawesi Barat 0.5756 0.6078 0.6750
26
Sulawesi Selatan 0.6142 0.6447 0.7174
27
Sulawesi Tengah 0.6007 0.6574 0.7210
28
Sulawesi Tenggara 0.5565 0.6049 0.6868
29
Sulawesi Utara 0.5883 0.6318 0.7149
Rerata Sulawesi 0.5926 0.6326 0.7042
MALUKU DAN PAPUA
23 Maluku 0.5021 0.5899 0.6291
24 Maluku Utara 0.5180 0.6065 0.6547
25 Papua 0.3433 0.4902 0.5167
26 Papua Barat 0.4150 0.4717 0.5103
 Rerata Maluku dan Papua 0.4446 0.5396 0.5777
Rerata Indonesia 0.5928 0.6462 0.7011

Dampak desa membangun dimana setiap desa memperoleh


modal pembangunan untuk mengelola dan mengembangkan
sumber daya yang dimiliki telah menampakkan hasilnya.
Hal ini tercermin dari rata-rata nilai IKS baik pada tataran
nasional maupun provinsi. Jika pada tahun 2015 nilai rata-
rata IKS 0,5928 nilai ini meningkat menjadi 0,6462 pada
tahun 2018 serta 0,7011 pada tahun 2019. Berdasarkan
nilai rata-rata IKS ini, status IKS berubah dari tertinggal pada
tahun 2015 menjadi berkembang pada tahun 2018 dan 2019.
Meskipun tidak terdapat perubahan dalam status, nilai rata-
rata IKS menunjukkan kenaikan yang cukup baik yaitu 0,06.
Hasil ini juga menunjukkan adanya peningkatan kinerja,
khususnya pada kinerja dimensi ketahanan sosial. Data
kenaikan ini juga mengindikasikan adanya peningkatan akses
masyarakat ke sarana dan prasana kesehatan, pendidikan
dan fasilitas sosial lainnya. Namun jika dilihat dari tingkat

64 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 64 12/19/2019 5:43:28 AM


kenaikan IKS, Kawasan Maluku dan Papua memiliki kenaikan
nilai IKS tertinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya.
Nilai rata-rata IKS kawasan papua naik 0.095 dari 0,4446
pada tahun 2015 menjadi 0,5296 pada than 2018. Indeks
ketahanan sosial pada kawasan ini juga kembali mengalami
kenaikan sebesar 0,0381 menjadi 0,5777 pada tahun 2019.
Hasil ini tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah
yang lebih memprioritaskan kawasan Indonesia Timur
dibandingkan dengan kawasan lainnya. Pembangunan dan
penyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan dan pemukiman
di kawasan ini telah memberikan dampak pada peningkatan
ketersedaian dan akses kesehatan, pendidikan dan fasilitas
sosial lainnya yang dicerminkan oleh meningkatnya nilai IKS
pada kawasan ini.

Jika ditelaah per kawasan pada tahun 2018 dan 2019,


Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara tetap memiliki nilai
rata-rata IKS di atas nilai rata-rata tingkat nasional. Artinya,
ketiga kawasan ini memiliki kinerja dimensi sosial di atas
rata-rata atau lebih baik dari tiga kawasan lainnya. Hasil ini
wajar karena ketiga kawasan ini dianggap memiliki fasilitas
kesehatan, pendidikan dan sosial lain yang lebih baik
dibandingkan dengan tiga kawasan yang lain. Dari ketiga
kawasan ini, Jawa tetap miliki nilai IKS yang tertinggi baik
pada tahun 2018 maupun 2019, yaitu 0,7143, yang diikuti
oleh Bali dan Nusa Tenggara.

Gambar 3 menyajikan distribusi jumlah provinsi berdasarkan


kinerja IKS pada tahun 2018 dan 2019. Gambar 3 ini
menginformasikan bahwa jumlah provinsi dengan status
berkembang dan maju setiap kawasan meningkat dengan
signifikan dibandingkan dengan tahun 2015 (lihat Gambar 1).

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 65

18-jejak.indd 65 12/19/2019 5:43:28 AM


Jika pada tahun 2015, banyak provinsi yang masih berstatus
tertinggal. Provinsi dengan status ini hampir tidak ada pada
tahun 2019, kecuali di kawasan Maluku dan Papua, yaitu
Papua dan Papua Barat.

Gambar 3. Distribusi Provinsi Berdasarkan Status IKS


2018 dan 2019

Secara umum, jumlah provinsi pada kategori sangat tertinggal


menurun dari 9% pada tahun 2015, menjadi 0% pada thaun
2019 dari sebelumnya 6% pada tahun 2018. Terjadi banyak
pergeseran status provinsi dari yang tertinggal menjadi
status yang lebih baik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar

66 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 66 12/19/2019 5:43:29 AM


4. Jumlah provinsi dengan status Mandiri berdasarkan nilai
IKS dicapai oleh provinsi Bali. Hasil iini menunjukkan bahwa
upaya untuk mengubah status desa tertinggal menjadi desa
mandiri sudah menampakan hasilnya, meskipun hanya
dilihat dari dimensi sosialnya.

Gambar 4. Sebaran Provinsi Berdasarkan Status Kinerja


Dimensi Sosial, 2015 - 2019

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 67

18-jejak.indd 67 12/19/2019 5:43:29 AM


Sebaran kecamatan menurut status IKS-nya disajikan pada
Gambar 5. Gambar ini menginformasikan bahwa pada
tahun 2015 jumlah kecamatan yang memiliki klasifikasi
sangat tertinggal dan tertinggal mencapai lebih dari 72%
untuk semua kawasan, tidak termasauk kawasan Jawa. Di
Kawasan Maluku dan Papua, jumlah kecamatan yang masuk
pada kategori sangat tertinggal dan tertinggal bahkan
mencapai 96.70% dari total 931 kecamatan yang ada.
Informasi ini semakin menguatkan bahwa ketersedian dan
akses masyarakat pada sarana dan prasarana kesehatan,
pendidikan dan pemukiman sangat minim. Oleh sebab
itu, kebijakan pemerintah yang membangun dari pinggiran
adalah suatu kebijakan yang tepat untuk mengejar
ketertinggalan kawasan ini. Tampaknya, kebijakan ini telah
memperlihatkan hasilnya seperti mulai bergesernya status
kecamatan ke yang lebih baik pada tahun 2018 dan 2019.

Pada tahun 2018, jumlah kecamatan yang masuk pada


kategori sangat tertinggal dan tertinggal berkurang menjadi
49%. Kawasan Kalimantan mengalami penurunan yang
paling siginifikan, yaitu 21%, sementara Kawasan Maluku dan
Papua hanya mengalami penurunan sebesar 4%. Jika pada
tahun 2015 persentase kecamatan yang masuk kategori ini
mencapai 96.70%, jumlah ini turun menjadi 92 %, sementara
untuk kawasan Kalimantan turun dari 91% pada tahun 2015
menjadi 70% pada tahun 2018 dengan jumlah sebanyak 565
kecamatan.

Perkembangan status kecamatan semakin terlihat nyata


pada tahun 2019. Pada tahun ini, kecamatan yang masuk
pada klasifikasi kecamatan maju dan mandiri meningkat
cukup signifikan. Pada tahun 2015, hanya 2,53% dari total

68 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 68 12/19/2019 5:43:29 AM


kecamatan yang ada di Indonesia yang masuk kategori maju
dan mandiri. Jumlah ini naik menjadi 9,24% pada tahun
2019 dari sebelumnya sebesar 3,21% pada tahun 2018.
Baiknya ketersediaan sarana dan prasarana yang terkait
dimensi sosial di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara berimplikasi
pada tingginya kecamatan pada kategori maju dan mandiri
dibandingkan kawasan lain seperti Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan Papua. Sebaran kecamatan untuk
setiap kategori status pada setiap provinsi disajikan pada
Tabel 4.

2015
100.00
90.00
72.35

70.54
70.28

68.25
80.00
65.04

63.01

70.00
60.00
50.00
28.32

40.00
26.42

26.07
23.45
21.34

20.57

30.00
20.00
8.50
7.03

6.80

6.42

5.33
4.87

3.40
1.35

10.00
0.22

0.22

0.18
0.05
0.00

0.00

0.00
0.00

0.00
0.00
0.00
Sumatera Jawa Bali dan Nusa Kalimantan Sulawesi Maluku dan
Tenggara Papua

Sangat Tert in ggal Tertingg al Berkembang Maju Man dir i

2018
100.00
80.33

90.00
80.00
60.38
59.43

70.00
51.77
50.58

49.50

60.00
42.64
42.41

50.00
35.80
31.42

29.00

40.00
30.00
12.03

10.68

20.00
8.85

7.61
7.30
7.21
4.63

3.48
2.32

0.89

10.00
0.66

0.34

0.25
0.22

0.22
0.06

0.00

0.00

0.00

0.00
Sumatera Jawa Bali dan Nusa Kalimantan Sulawesi Maluku dan
Tenggara Papua

Sangat Tert in ggal Tertingg al Berkembang Maju Man dir i

2019 69
Jejak100.00
Indeks Desa Membangun 2015-2019
90.00
77.31

70.13

80.00
64.89
61.03

70.00
54.42

48.30

60.00
41.90

18-jejak.indd 69 50.00 12/19/2019 5:43:29 AM


6.57

4
4
40.00

2
30.00

12.03

10.68
20.00

8.85

7.61
7.30
7.21
4.63

3.48
2.32

0.89
10.00

0.66

0.34

0.25
0.22

0.22
0.06

0.00

0.00

0.00
0.00
Sumatera Jawa Bali dan Nusa Kalimantan Sulawesi Maluku dan
Tenggara Papua

Sangat Tert in ggal Tertingg al Berkembang Maju Man dir i

2019
100.00
90.00

77.31

70.13
80.00

64.89
70.00 61.03

54.42

48.30
60.00

41.90
50.00

36.57

30.44
29.94

40.00

19.06

18.45
30.00
20.00

9.83

9.00
6.43

6.01
3.15

2.78
2.47
2.37

1.89
10.00

0.92

0.80
0.68

0.53
0.48
0.23

0.00

0.00

0.00
0.00
Sumatera Jawa Bali dan Nusa Kalimantan Sulawesi Maluku dan
Tenggara Papua

Sangat Tertinggal Tertinggal Berkembang Maju Mandiri

Gambar 5. Sebaran Kecamatan Berdasarkan Kawasan


dan Status Kinerja Dimensi Sosial, 2015 -
2019

70 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 70 12/19/2019 5:43:29 AM


71
Sebaran Jumlah Kecamatan Berdasarkan IDM dan Status pada masing-masing

Jumlah Kecamatan
Tabel Berdasarkan
4 Sebaran IDM
Jumlah
danKecamatan
Status pada
Berdasarkan
masing-masing
IDM dan Status p
Provinsi

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019


Provinsi
Tabel 4

bangun 2015-2019 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 71

18-jejak.indd 71 12/19/2019 5:43:29 AM


Dimensi Ekonomi 2015 – 2019

Pemberdayaan ekonomi masyarakat mengandung makna


bahwa pembangunan ekonomi bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia sebagai agenda utama pembangunan.
Pembangunan melalui pemberdayaan dan pengembangan
ekonomi masyarakat sangat efektif untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa, terutama dengan
memunculkan potensi ekonomi berbasis masyarakat.
Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan ekonomi rakyat
berlangsung dengan cepat. Dukungan pemerintah terhadap
peningkatan ekonomi di masyarakat desa pun sudah
diwujudkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.

Ekonomi masyarakat desa akan dapat tumbuh dan


berkembang jika masyarakat desa dapat dengan mudah
mengakses sarana dan prasarana untuk pengembangan
perekonomian mereka. Untuk itulah, salah satu dimensi
dalam pembangunan desa yang cukup penting adalah
dimensi ekonomi. Dimensi ekonomi ini juga merupakan
dimensi ke dua setelah dimensi sosial yang membentuk
Indeks Desa Membangun (IDM). Dimensi ini akan
membentuk Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) yang dibentuk
dari 4 (empat) variabel, yaitu:

a. Keragaman ekonomi produksi masyarakat,

b. Ketersediaan dan akses terhadap kredit dan perbankan,

c. Transportasi (prasarana dan moda transportasi), dan

d. Akses terhadap pusat perdagangan (pasar) dan jasa.

72 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 72 12/19/2019 5:43:29 AM


Selama periode 2015, kinerja dimensi ekonomi telah
mengalami perubahan meskipun tidak secepat perubahan
pada ketahanan sosial pada perode yang sama. Pada tingkat
provinsi, kinerja IKE pada tahun 2015 yang diperoleh dari
rata-rata Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) di setiap desa
di tiap provinsi bahwa rata-rata nilai IKE setengah dari
keseluruhan wilayah Indonesia memiliki nilai IKE di bawah
rata-rata yakni di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Maluku
Papua pada tahun 2015 memiliki nilai IKE kurang dari nilai
rerata IKE Nasional, yaitu 0,4593. Wilayah tersebut rerata nilai
IKE masing-masing secara berurutan yakni 0,4571; 0,3670;
dan 0,3240. Nilai IKE ini dapat dikategorikan dengan kategori
daerah sangat tertinggal. Wilayah Sumatera memiliki nilai
IKE yang mendekati rerata IKE nasional. Pada tahun 2018
dan 2019, nilai rerata IKE Indonesia semakin naik dan nilai
IKE di Pulau Sumatera di atas nilai rerata IKE Nasional. Hal
ini dipengaruhi beberapa kebijakan pemerintah dalam
memberikan bantuan pembangunan daerah hingga
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2018
hingga 2019 peningkatan nilai IKE di Indonesia dipengaruhi
oleh kebijakan RPJM pada tahun 2015-2019 yang mendorong
peningkatkan investasi dan ekspor, menjaga pengeluaran
masyarakat, dan mengefisienkan pengeluaran dari
pemerintah (Bappenas, 2017) banyak daerah yang bergerak
dari daerah sangat tertinggal menjadi daerah tertinggal
pada tahun tersebut. Sedangkan di wilayah Indonesia timur
nilai IKE-nya masih dibawah nilai rerata IKE Nasional dengan
kategori daerah sangat tertinggal. Berdasarkan laporan
perekonomian Provinsi Papua pada tahun 2019 oleh Bank
Indonesia, terjadinya penurunan produksi tambang di Papua
yang telah memasuki fase akhir. Selain itu ikut dipengaruhi

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 73

18-jejak.indd 73 12/19/2019 5:43:29 AM


oleh kesenjangan wilayah dimana konsentrasi kekayaan
dan aktivitas ekonomi terfokus di wilayah Indonesia Barat
(BPIW Kementrian PUPR, 2017). Oleh karena itu wilayah
Indonesia Timur pengembangan ekonominya sangat
bergantung terhadap wilayah Jawa yang menjadi pusat
aktifitas ekonomi banyak hambatan untuk daerah tersebut
yang menyulitkan masyarakat dalam aktivitas ekonominya,
akses pembangunan daerah yang kurang menyebabkan
sulitnya keterbukaan wilayah timur ini dalam perdagangan
dan logalistik.

Sebaran provinsi berdasarkan status perkembangan nilai


IKE-nya menunjukkan bahwa seluruh provinsi di Indonesia
tidak ada yang masuk dalam kategori daerah maju dan
mandiri. Terlihat pada Gambar 7 pada tahun 2018 setiap
provinsi di wilayah Indonesia memiliki wilayah dengan
kategori sangat tertinggal. Pulau Jawa mengalami penurunan
kategori pada Provinsi Banten dengan menurunnya nilai IKE
menyebabkan turunnya grafik IKE pada wilayah Jawa. Pada
gambar distribusi wilayah memperlihatkan semakin jauh
suatu daerah dari Pulau Jawa maka semakin menurunnya
nilai IKE. Hal ini terlihat di wilayah timur Indonesia mengalami
penurunan kategori nilai IKE. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa daerah jawa menjadi pusat dari perkembangan
ekonomi karena banyak wilayah yang bergantung pada
pertumbuhan ekonomi di Jawa.

74 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 74 12/19/2019 5:43:30 AM


Gambar 6. Distribusi Provinsi berdasarkan status IKE
2015

Gambar 7. Distribusi Provinsi bersarkan Status IKE


2018

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 75

18-jejak.indd 75 12/19/2019 5:43:30 AM


Gambar 8. Distribusi Provinsi Berdasarkan Status IKE
2019

Perkembangan status berdasarkan dimensi Ekonomi


lebih lambat dibandingkan dengan kinerja Dimensi sosial
dengan laju pertumbuhan ekonomi 0,03. Wilayah Bali dan
Nusa Tenggara yang dari tahun 2015 hingga 2019 tidak
mengalami perubahan status IKE. Pada tahun 2019, Provinsi
Bali mewakili kategori Berkembang, Provinsi Nusa Tenggara
Barat dengan kategori Tertinggal, dan Provinsi Nusa Tenggara
Timur memiliki kategori sangat tertinggal. Provinsi Bali dan
Nusa Tengara Barat memiliki pertumbuhan ekonomi yang
meningkat pada tahun 2015 hingga 2019, sedangkan pada
tahun 2019 Nusa Tenggara Timur mengalami penurunan tiap
tahunnya memperlihatkan adanya kesenjangan ekonomi di
daerah ini (Tabel 5). Secara keseluruhan terjadi peningkatan
IKE tiap tahunnya yang peningkatan wilayah paling pesat

76 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 76 12/19/2019 5:43:30 AM


berada di Pulau Kalimantan yakni mengalami peningkatan
0.0433 pada tahun 2018 menuju tahun 2019. Sedangkan di
wilayah Papua dan Papua Barat mengalami fluktuasi nilai
IKE. Menunjukkan fluktuasi nilai ekonomi daerah ini akibat
kurang terfokusnya pengembangan ekonomi pada daerah
tersebut dan masih kurang konsistennya arah pemanfaatan
dana desanya.

Tabel 5 Rerata Nilai Indeks Ketahanan Ekonomi Antar


Pulau antar Provinsi, 2015 – 2019
No Provinsi 2015 2018 2019
SUMATERA
1 Aceh 0.4295 0.4703 0.4874
2 Sumatera Utara 0.4279 0.4388 0.4639
3 Riau 0.4257 0.4903 0.5321
4 Kepulauan Riau 0.4105 0.5066 0.5069
5 Kepuluaun Bangka Belitung 0.5147 0.6092 0.6166
6 Jambi 0.4591 0.5296 0.5517
7 Sumatera Barat 0.5569 0.5923 0.6132
8 Bengkulu 0.4402 0.4936 0.5052
9 Sumatera Selatan 0.4481 0.4706 0.5201
10 Lampung 0.4587 0.4952 0.5275
Rerata Sumatera 0.4571 0.5097 0.5325
JAWA
11 Banten 0.4938 0.4905 0.5425
12 D I Yogyakarta 0.6315 0.6773 0.6914
13 Jawa Barat 0.5799 0.5777 0.6108
14 Jawa Tengah 0.5504 0.5741 0.5946
15 Jawa Timur 0.5518 0.5742 0.6083
Rerata Jawa 0.5615 0.5788 0.6095
BALI DAN NUSA TENGGARA
16 Bali 0.6128 0.6609 0.6994

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 77

18-jejak.indd 77 12/19/2019 5:43:30 AM


No Provinsi 2015 2018 2019
17 Nusa Tenggara Barat 0.5375 0.5569 0.5743
18 Nusa Tenggara Timur 0.4234 0.4208 0.4187
 Rerata Bali dan Nusa Tenggara 0.5246 0.5462 0.5641
KALIMANTAN
19 Kalimantan Barat 0.3546 0.4213 0.4856
20 Kalimantan Tengah 0.3509 0.4336 0.4568
21 Kalimantan Selatan 0.4531 0.5018 0.5367
22 Kalimantan Timur 0.3795 0.4837 0.5247
23 Kalimantan Utara 0.2969 0.3808 0.4339
Rerata Kalimantan 0.3670 0.4442 0.4875
SULAWESI
24 Gorontalo 0.5214 0.5108 0.5319
25 Sulawesi Barat 0.4380 0.4188 0.4428
26 Sulawesi Selatan 0.4916 0.5152 0.5344
27 Sulawesi Tengah 0.4596 0.4658 0.4849
28 Sulawesi Tenggara 0.4447 0.4416 0.4630
29 Sulawesi Utara 0.4837 0.5061 0.5399
Rerata Sulawesi 0.4732 0.4764 0.4995
MALUKU DAN PAPUA
23 Maluku 0.3634 0.3837 0.3972
24 Maluku Utara 0.3984 0.4106 0.4285
25 Papua 0.2405 0.3013 0.2956
26 Papua Barat 0.2936 0.2870 0.3012
 Rerata Maluku dan Papua 0.3240 0.3457 0.3556
Rerata Indonesia 0.4593 0.4900 0.5095

Kenaikan ekonomi pada tahun 2018 hingga 2019


menunjukkan wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara memiliki nilai IKE diatas nilai Rerata Nasional.
Hal ini wajar karena 3 kawasan ini sudah memiliki akses
keragaman produksi, tersedia pusat pelayanan perdagangan,

78 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 78 12/19/2019 5:43:30 AM


akses distribusi/logistic, akses ke lembaga keuangan dan
perkreditan, lembaga ekonomi dan keterbukaan wilayah.
Dari ketiga kawasan ini Jawa tetap memiliki nilai IKE terbesar
yakni 0,5788 pada tahun 2018, dan pada tahun 2019 nilai
IKEnya sebesar 0,6095 dan diikuti oleh Provinsi Bali dan
Nusa Tenggara.

Jika dilihat jumlah kecamatan pada setiap pulau, adanya


peningkatan ketahanan ekonomi tiap tahunnya di setiap
kecamatan di wilayah Indonesia terlihat pada Gambar 9
bahwa pada tahun 2015 hingga tahun 2019. Pada tabel
terlihat pada 2015 indonesia didominasi oleh kecamatan
yang berstatus IKE sangat tertinggal sebesar 55,81%
didominasi oleh wilayah Maluku dan Papua, dan Kalimantan.
Hal ini menunjukkan pada tahun ini wilayah Indonesia
Timur masih mengalami kerentanan pada ketahanan
ekonominya. Terutama di wilayah Papua dan Maluku yang
94% kecamatannya berada di status IKE sangat tertinggal,
sedangkan kecamatan di wilayah Jawa sudah mencapai
status berkembang dan maju.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 79

18-jejak.indd 79 12/19/2019 5:43:30 AM


Gambar 9. Sebaran Kecamantan berdasarkan Pulau
dan Status Dimesi ketahanan Ekonomi, 2015
– 2019.

80 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 80 12/19/2019 5:43:30 AM


Di Pulau Sumatera, proporsi kecamatan dengan kategori
sangat tertinggal dan tertinggal pada Dimensi Ekonomi
masih cukup besar pada tahun pengamatan, yaitu 2015;
2018 dan 2019. Proporsi kecamatan dengan kategori ini
masih mendominasi di Pulau ini, yaitu 93% pada tahun 2015
menjadi 87 % pada tahun 2018 yang senjutnya menjadi 86%
pada tahun 2019. Kondisi ini hampir sama dengan yang
terjadi pada kawasan Bali dan Nusa tenggara; serta Sulawesi.
Hasil ini juga mengindikasikan bahwa secara ekonomi
masih banyak kecamatan di kawasan ini belum berkembang
dengan baik atau mengalami perkembangan yang lambat.

Perkembangan IKE yang cukup baik terjadi di pulau Jawa.


Hal ini terlihat dari banyaknya kecamatan yang bergeser dari
tertinggal ke berkembang atau maju pada tahun 2018 dan
2019. Proporsi kecamatan dengan status IKE berkembang
naik menjadi 46% pada tahun 2019 dari 28% pada tahun
2015. Hal yang sama terjadi di Kalimantan, namun
untuk kecamatan yang masuk kategori sangat tertinggal.
Proporsi kecamatan dengan status IKE Sangat Tertinggal
turun dari 84% pada tahun 2015 menjadi 43% pada tahun
2019. Kecamatan-kecamatan ini naik statusnya menjadi
berkembang (selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5).

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 81

18-jejak.indd 81 12/19/2019 5:43:30 AM


Sebaran Jumlah Kecamatan Berdasarkan Status Ketahanan Ekonomi Pada

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019


0.29
1.82

0
1.56

1.11

1.11

0.97
1.06

1.31

1.84

1.96

0.71

0.00

0.54
12.07

11.32
Mandiri

5
3
2

1
7
6

6
20

0
35
Jml

2.42
0.35

1.97
1.37
16.97
1.47
4.69

3.70

6.67
39.66
7.20
2.90
6.60
6.59

35.85
2.88

4.79

1.84

1.96
8.33
1.41

1.13

0.36

2.56
0.88

0.40
3.14
%
Maju

42
1
1
6

3
2
28

6
23
39
15
41
124

203
19
3

22

1
4
8

3
1

4
Jml

17

5.14
14.49
38.18
12.32
7.61

18.42
16.18
17.97

96.30

15.38

28.89
48.28
46.13
48.16
50.89
46.20

52.83
29.81
1.67
13.94

13.50
18.18
6.11
33.33
16.67
14.31

4.27
0.88
0.89
0.48
1.20
21.61
14.93
2.94
27.17
7.36
1.52
15.00
14.49
Berkemban

%
2019

251
20
8

25

25
22

28

63

1397
11
23

26

26
28
250
249
316
869

28
31

64

22
26
8
17
8
81

10
2
72

5
1
5
1
12

21
120

12
Jml

55.17
41.90
47.00
41.87
82.35
55.47

44.44

46.15
79.61
55.48
32.12

63.33
10.34
43.36
48.94
38.49
42.00

5.66

37.21
55.77
12.71
21.57

37.42
60.84
31.30
62.75

57
18.75
40.64

45.66
35.29

43.56
30.96
60.71
48.31

16.24
22.21
4.80
0.97
7.30
Tertinggal

81
53
112
163
814
24
121
56
71

12

121

57
6

2406
235
253
239
790

3
58
38
99

61
87
41
32
9

38
230

24
121
71
61
85

19
25
27
2
73
400
Jml

35.80
26.03
10.91
32.51
52.96
50.17
72.06
2.31

3.70

38.46
33.55

31.11

2.21
2.51
4.03
4.15

37.50
11.54
85.62
58.39

45.40
20.98
62.60
58.82
56.25
42.93

28.36
61.76
26.04
49.08
67.51
24.29
36.84

76.92
76.11
94.32
98.55
91.10
Tertinggal

%
Sangat

620
38
18
66
206
145
49
26

20
51

28

12
13
25
78

12
256
268

74
30
82
30
27
243

19

2425
42
69
8
133
34
305

90
86
531
204
911
Jml

0.30
2.42
0.78

6.25
0.37

0.33
0.43

0.26
5.36

0.66

0.00

0.00
Mandiri

5
4
1

4
2

2
8

16
3

0
Jml

1.58
12.12

1.97
3.13

5.00

3.39
28.13
3.53
2.68
3.48
4.12

23.21

2.88

1.23
4.44
0.53

0.38

0.11

1.71

0.27

0.37
%
Maju

Jumlah Kecamatan
Tabel 5. Berdasarkan StatusKecamatan
Sebaran Jumlah KetahananBerdasarkan
Ekonomi Pada
Status Ketahana
20

26

122
4

4
18
19
14
21
76

13

13

1
2
3

3
Jml

Masing Provinsi Masing-Masing Provinsi


13.51
38.79

3.12
11.34
7.27

5.91

15.78
6.90

11.54
14.06

65.00

6.78
53.13
32.71
33.91
35.32
32.95

62.50
25.96
1.37
14.60

3.07
7.00
3.08
7.41
13.33
5.52

8.96

18.56
3.05
0.52
6.57
7.86

4.27
0.94
2.67
0.48
2.11
Berkemban

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara


g
2018

Wilayah Maluku dan Papua


20
64

12
21

6
12

187
8
18

26

3.00

8
34

35
27
4
66

5
10
4
6
6
31

49
5
1
9
70

5
1
10
1
17
979
176
177
213
608
Jml

Walayah Kalimantan
Wilayah Kalimantan

2015 2018 2015 2019 2018


Wilayah Sumatera

6
39.86
32.12

30.39
35.05
31.83

42.31
50.25

8.93

4.55
0.97
6.72
36.24
49.14
50.00

30.00

38.14
10.94
54.83
58.81
50.25
51.87

58.65
14.04

Berkemban Sangat Berkemban Sangat


23.67

24.54
47.55
26.92
39.51
22.22

Sangat Berkemban
32.92

56.72
17.65
49.24
43.29
20.42
56.20
41.19

17.09
14.15
Sangat Berkemban Berkemban Sangat
Wilayah Jawa

gal Maju Mandiri Provinsi Tertinggal Tertinggal Maju Mandiri


Maju Mandiri Tertinggal Tertinggal Maju Mandiri
Maju Mandiri Tertin
Tertinggal

g Tertinggal Tertinggal g g Tertinggal Tertinggal g g Tertinggal


%

% Jml % Jml % Jml % Jml % Jml


Jml %
% Jml
Jml % % Jml
Jml %
% Jml
Jml % %Jml Jml % % Jml
Jml % % Jml
Jml % % JmlJml % % JmlJml % % Jml % Jml % Jml
Wilayah Sumatera Wilayah Sumatera
117
578
59
53
92

22
102

2248
57
64

12

35.50

45
7
295
307
303
957

5
61
41
107

40
68
35
32
10
185

38
12
130
71
39
77
367

20
15
17
2
54
17.65 10 3.46 1 0.35 Aceh 176 60.90 92
227 31.83
78.55 2151 7.27
17.65 10 3.46 1 145
0.35 50.17 121
17641.87
60.90 22 92 7.61
31.83 1 210.35
7.27 145 50.17 121
Jml

28.70 2 1.74 Bengkulu 51 43.97 57


79 49.14
68.70 833 6.90
28.70 2 1.74 49 72.06 56 5182.35
43.97 11 57
16.18
49.14 1 81.47
6.90 49 72.06 56
32.81 3 2.34 1 0.78 Jambi 41 32.03 64
82 50.00
64.06 1842 14.06
32.81 4 3 3.13
2.34 1 0.780.78 26
1 2.31 71 4155.47
32.03 23 64
17.97
50.00 6 184.69
14.06 2 41.56
3.13 1 0.78 26 2.31 71
71
46.62
14.55

66.49
51.73
60.90

46.15
43.84

1.56
8.55
4.60

45.75
43.97
32.03

51.69

10.61
10.62

15.38
84.59
58.19

72.39
45.45
70.00
51.85
60.00
61.03

34.33
82.35
31.82
53.66
79.06
37.23
50.84

76.92
84.91
92.51
98.55
90.80
Tertinggal

Kepuluaun Bangka
%

72.50 1 2.50 12 30.00 2629 65.00 2 1 5.00 1 3.70 12 44.44 26 12


96.30 1 263.70
Sangat

10 25.00 72.50 2.50 30.00 65.00 2 5.00 1 3.70 12


Belitung
16.67 3 6.25 24
Kepulauan Riau 46.15 22
37 42.31
77.08 6 8 11.54
16.67 3 6.25 20 38.46 24 2446.15
46.15 8 22
15.38
42.31 6 11.54 20 38.46 24
853
69
24
123
256
176

24
89
51
41

61
1
46
24
64
196

2838
16
247
263

118
65
91
42
27
343

23
56
84
88
151
51
453

90
90
346
204
730
27.50 6 3.00 Lampung 89 43.84 102
139 50.25
69.50 1255 5.91
27.50 6 3.00 51 33.55 121 8979.61
43.84 28102
18.42
50.25 3 121.97
5.91 51 33.55 121
Jml

21.53 2 1.39 Riau 69 46.62 59


111 39.86
77.08 2031 13.51
21.53 2 1.39 38 26.03 81 6955.48
46.62 25 59 17
39.86 2 201.37
13.51 38 26.03 81
35.29 59 38.56 7 4.58 3 1.96 Barat
Sumatera 24 14.55 53
33 32.12
21.57 6454 38.79
35.29 20 5912.12
38.56 4 2.424.58 18
7 10.91
3 1.96 53 2432.12
14.55 63 53
38.18
32.12 28 64
16.97
38.79 3 201.82
12.12 4 2.42 18 10.91 53
1.96

3.13
0.37

0.17
0.27

0.22

1.23

0.18

0.00

0.00
0.16
0.18

22.50 3 1.50 123 71 35.50 6 3.0045 66 32.51 112


12355.17 71 25 12.32
Mandiri

Sumatera Selatan 152 76.00 22.50 3 1.50 35.50 6 3.00 66 32.51 112
%

24.42 7 1.82 256


Sumatera Utara 66.49 117
284 30.39
73.77 1294 3.12
24.42 7 1.82 206 52.96 163
25641.90
66.49 20117 5.14
30.39 12 3.12 206 52.96 163
Masing-Masing Provinsi

5.94 96 5.63 9 0.53 3 0.18


Jumlah 853 51.73 578
1154 35.05
67.72 187
442 11.34
25.94 26 96 1.58
5.63 5 0.300.53620
9 35.80
3 0.18 814
85347.00
51.73 251578
14.49
35.05 421872.42
11.34 5 260.29
1.58 5 0.30 620 35.80 814
3
3

2
2

1
5

10
1

0
Jml

Wilayah Jawa Wilayah Jawa


44.92 11 9.32 1 0.85 Banten 61 51.69 45
53 38.14
44.92 853 6.78
44.92 4 11 3.39
9.32 1 0.85 28 31.11 57 6163.33
51.69 26 45
28.89
38.14 6 86.67
6.78 1 41.11
3.39 28 31.11 57
4.58
0.35

0
0.78

0.85

1.55

0.00

0.89

0.11
0.97
23.44
3.53
0.76
1.00
2.43

12.50
0.53

25.00 28 43.75 15 23.44 D2I Yogyakarta


3.13 1 1.56 7
3 10.94
4.69 3416 53.13
25.00 18 2828.13
43.75 4 15
6.25
23.44 2 3.13 6 110.34
1.56 28 48.28
7 10.94 23 34
39.66
53.13 7 18
12.07
28.13 4 6.25 6
%
Maju

46.65 207 38.48 19 3.53 2


Jawa 0.37
Barat 46 8.55 295
59 54.83
10.97 176
251 32.71
46.65 19
207 3.53
38.48 2 19
0.373.53 12 2 2.21
0.37 235 4643.36
8.55 250295
46.13
54.83 391767.20
32.71 6 191.11
3.53 2 0.37 12 2.21 235
62.05 120 22.77 4 0.76 Jawa Tengah 24 4.60 307
76 58.81
14.42 177
327 33.91
62.05 14
120 2.68
22.77 4 0.76 13 2.51 253 2448.94
4.60 249307
48.16
58.81 151772.90
33.91 14 2.68 13 2.51 253
9
7
1

4
6

1
15
19

45

62

56.15 152 25.25 6 1.00 1


Jawa 0.17
Timur 64 10.61 303
105 50.25
17.44 213
338 35.32
56.15 21
152 3.48
25.25 2 0.331.00 25
6 1 4.03
0.17 239 6438.49
10.61 316303
50.89
50.25 412136.60
35.32 6 210.97
3.48 2 0.33 25 4.03 239
Jml

53.27 518 28.02 45 2.43 5 0.27


Jumlah 196 10.62 957
296 51.87
16.01 608
985 32.95
53.27 76
518 4.12
28.02 8 45
0.432.43 78 5 4.15
0.27 790
19642.00
10.62 869957
46.20 1246086.59
51.87 32.95 20 761.06
4.12 8 0.43 78 4.15 790
1.39
38.56
1.50
1.82
3.46

6.25
3.00
1.74
2.34

2.50

9.32
43.75
38.48
22.77
25.25
28.02

53.57
16.35

10.40

3.64

0.76

6.67
1.77

2.99
1.47
3.41
0.63

2.94
1.93

4.46
1.89

0.76
10.92
Berkemban

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Wilayah Bali dan Nusa Tenggara
5.63

30.36 30 53.57 7 12.50 1


Bali 5
1 8.93
1.79 3517 62.50
30.36 13 3023.21
53.57 3 5.36
7 12.50 1 3 5.66 28 52.83
5 8.93 19 35
35.85
62.50 6 13
11.32
23.21 3 5.36 3
%

57.69 17 16.35 16
Nusa Tenggara 15.38
Barat 61
27 58.65
25.96 2760 25.96
57.69 17 16.35 12 11.54 58 1655.77
15.38 31 61
29.81
58.65 3 272.88
25.96 12 11.54 58
g
2015

10.27 247 84.59 41 14.04 430 1.37 256 85.62 38


24712.71 5 41 1.67
7
96
2
59
3
10
2
3

3
6

11
28
207
120
152
518

30
17

47

3
10

695
1
9
1

4
17

5
2

Nusa Tenggara Timur 262 89.73 10.27 84.59 14.04 4 1.37 256 85.62 38
Jml

23.67 47 10.40 7 1.55 1 0.22


Jumlah 263 58.19 107
290 23.67
64.16 66
107 14.60
23.67 13 47 2.88
10.40 3 0.661.55
7 268 58.39
1 0.22 99
26321.57
58.19 64107
13.94
23.67 22 664.79
14.60 6 131.31
2.88 3 0.66 268 58.39 99
Wilayah Kalimantan Wilayah Kalimantan
17.65

21.53
35.29
22.50
24.42
28.70
32.81

72.50

16.67
27.50

44.92
25.00
46.65
62.05
56.15
53.27

30.36
57.69
10.27
23.67

9.70
28.17
6.87
12.35
11.11
14.18

70.15
33.42
54.92
40.00
24.06
45.59
43.76

11.61
11.32
3.22
2.38
5.02
32.13
25.94

9.70 6 3.64 118


Kalimantan Barat 72.39 40
143 24.54
86.67 516 3.07
9.70 6 3.64 74 45.40 61
11837.42
72.39 22 40
13.50
24.54 3 51.84
3.07 3 1.84 74 45.40 61
Tertinggal

28.17 65 45.45
Kalimantan Selatan 68
102 47.55
71.83 1040 7.00
28.17 30 20.98 87 6560.84
45.45 26 68
18.18
47.55 10 7.00 30 20.98 87
6.87 1 0.76 91 70.00
Kalimantan Tengah 35
121 26.92
92.37 4 9 3.08
6.87 1 0.76 82 62.60 41 9131.30
70.00 8 35 6.11
26.92 4 3.08 82 62.60 41
45
94
442
51

31
54
33
42

29

8
55

53
16
251
327
338
985

17
60
30
107

16
40
9
10
5
80

47
23
145
64
45
62
386

13
12
17
4
46
2046

12.35 1 1.23
Kalimantan 42
Timur 51.85 32
70 39.51
86.42 610 7.41
12.35 1 1.23 30 58.82
1 1.23 32 4262.75
51.85 17 32
33.33
39.51 1 61.96
7.41 1 11.96
1.23 30 58.82 32
Jml

11.11 3 6.67 27
Kalimantan Utara 60.00 10
37 22.22
82.22 6 5 13.33
11.11 2 3 4.44
6.67 27 56.25 9 2718.75
60.00 8 10
16.67
22.22 4 68.33
13.33 2 4.44 27 56.25 9
14.18 10 1.77 0 0 1 0.18
Jumlah 343 61.03 185
473 32.92
83.87 3180 5.52
14.18 3 10 0.53
1.77 0 243
0 42.93
1 0.18 230
34340.64
61.03 81185
14.31
32.92 8 311.41
5.52 4 30.71
0.53 243 42.93 230
73.77
78.55

77.08
21.57
76.00
68.70
64.06

25.00

77.08
69.50

44.92
4.69
10.97
14.42
17.44
16.01

1.79
25.96
89.73
64.16

86.67
71.83
92.37
86.42
82.22
83.87

26.87
64.71
41.67
59.38
75.94
51.47
54.31

83.04
88.68
96.78
97.62
94.10
55.82
67.72

Walayah Kalimantan Walayah Kalimantan


Tertinggal

70.15 2 2.99 23 34.33 38 56.72 647 8.96 19 28.36 38 23 57 10 38


14.93
Sangat

Gorontalo 18 26.87 70.15 2 2.99 34.33 56.72 6 8.96 19 28.36 38


33.42 1 1.47 Sulawesi Barat56 82.35 12
44 17.65
64.71 23 33.42 1 1.47 42 61.76 24 5635.29
82.35 2 12 2.94
17.65 42 61.76 24
284
1154
227

111
33
152
79
82

10

37
139

53
3
59
76
105
296

1
27
262
290

143
102
121
70
37
473

18

94
511
164
862
3554
44
110
95
142
70
479

93

54.92 9 3.41 84
Sulawesi Selatan 31.82 130
110 49.24
41.67 49
145 18.56
54.92 1 9 0.38
3.41 69 26.04 121 8445.66
31.82 72130
27.17
49.24 3 491.13
18.56 1 0.38 69 26.04 121
Jml

40.00 1 0.63 88
Sulawesi Tengah 53.66 71
95 43.29
59.38 564 3.05
40.00 1 0.63 8 49.08 71 8843.56
53.66 12 71 7.36
43.29 5 3.05 8 49.08 71
24.06 151
Sulawesi Tenggara 79.06 39
142 20.42
75.94 145 0.52
24.06 133 67.51 61
15130.96
79.06 3 39 1.52
20.42 1 0.52 133 67.51 61
Bangka

45.59 4 2.94 51
Sulawesi Utara 37.23 77
70 56.20
51.47 962 6.57
45.59 4 2.94 34 24.29 85 5160.71
37.23 21 77
15.00
56.20 9 6.57 34 24.29 85
43.76 17 1.93 0.00 0.00
Jumlah 453 50.84 367
479 41.19
54.31 70
386 7.86
43.76 1 17 0.11
1.93 0 0.000.00
305 36.84
0.00 400
45348.31
50.84 120367
14.49
41.19 3 700.36
7.86 0 10.00
0.11 0 0.00 305 36.84 400
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Tabel 5.

Wilayah Maluku dan Papua


Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah

Wilayah Maluku dan Papua


Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur

Jumlah Nasional
Kalimantan Utara
Sumatera Selatan

Kalimantan Barat

11.61 5 4.46 1 0.89 Maluku 90 76.92 20


93 17.09
83.04 513 4.27
11.61 2 5 1.71
4.46 1 0.89 90 76.92 19 9016.24
76.92 5 20 4.27
17.09 3 52.56
4.27 2 1.71 90 76.92 19
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Provinsi

Kepulauan Riau

Sumatera Utara
Sumatera Barat

Sulawesi Utara

11.32 2 1.89 Maluku Utara 90 84.91 15 14.15 112 0.94 86 76.11 25 9022.21 1 15 0.88 1 10.88
Sulawesi Barat

94 88.68 11.32 2 1.89 84.91 14.15 0.94 86 76.11 25


D I Yogyakarta

Maluku Utara
Jawa Tengah

Papua Barat

3.22 Papua 346 92.51 17


511 4.55
96.78 1017 2.67
3.22 1 0.27 531 94.32 27
346 4.80
92.51 5 17 0.89
4.55 10 2.67 1 0.27 531 94.32 27
Jawa Timur
Kepuluaun

Jawa Barat

Gorontalo

2.38 Papua Barat 204 98.55 2


164 0.97
97.62 1 4 0.48
2.38 204 98.55 2
204 0.97
98.55 1 2 0.48
0.97 1 0.48 204 98.55 2
Lampung
Bengkulu

Belitung

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah
Maluku

5.02 7 0.76 1 0.11 0 0.00


Jumlah 730 90.80 54
862 6.72
94.10 1746 2.11
5.02 3 7 0.37
0.76 0.000.11
1 911 91.10
0 0.00 73
730 7.30
90.80 12 54 1.20
6.72 4 170.40
2.11 0 3 0
0.37 0.00 911 91.10 73
Banten

Papua
Jambi

32.13 695 10.92 62 0.97 10 0.16 2838 45.75 2248 36.24 979
2046 15.78
32.13122
695 1.97
10.92 16 62
0.260.97
2425 10
37.50
0.162406
283837.21
45.751397 21.61 2039793.14
15.78 351220.54
Aceh

Jumlah Nasional 3554 55.82 2248 36.24 1.97 16 0.26 2425 37.50 2406
Riau

Bali

82

82 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019Jejak Indeks Desa M

18-jejak.indd 82 12/19/2019 5:43:32 AM


Secara keseluruhan, Gambar 10 menunjukkan adanya
pergeseran kecamatan dimana pada tahun 2015 didominasi
oleh daerah sangat tertinggal. Jumlah kecamatan dengan
status IKE sangat tertinggal telah berubah dengan pesat
dari 67% pada tahun 2015 menjadi 39% pada tahun 2019.
Dengan kata lain, jumlah kecamatan dengan status IKE
sangat tertinggal mulai berkurang sebanyak 15 % pada tahun
2018 dan berubah pesat selama tahun 2019 berkurang
sebanyak 39%. Mulai bergeraknya perbedaan daerah
tersebut menunjukan naiknya nilai IKE tiap-tiap kecamatan
yang secara otomatis juga mencerminkan naiknya nilai
IKE di desa-desa di Indonesia. Angka-angka ini juga
mengindikasikan bahwa ketahanan ekonomi di Indonesia
bergerak kearah yang lebih baik disamping menunjukkan
bergairahnya perekonomian pada kecamatan-kecamatan
yang ada di Indonesia. Meskipun demikian, perekembangan
ini tidak secepat perubahan sosial yang dicerminkan oleh
nilai IKS seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Pada tahun 2019 ini pula, jumlah kecamatan seluruh


Indonesia yang berada pada status berkembang
berdasarkan IKE juga naik dengan signifikan yaitu dari 6
% pada tahun 2015 menjadi 18 % pada tahun 2019 dari
sebelumnya sebesar 9% pada tahun 2018. Angka kenaikan
yang sangat besar jika dilihat dari status kecamatan sebagai
daerah sangat tertinggal menjadi tertinggal, dari status
tertinggal menjadi berkembang. Perubahan-perubahan ini
sesuai dengan kebijakan RPJM 2015-2019 yang disusun oleh
pemerintah Indonesia.

Jika ditelaah, perkembangan IKE ini lebih lambat


dibandingkan dengan perkembangan IKS. Pembangunan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 83

18-jejak.indd 83 12/19/2019 5:43:33 AM


infrastruktur yang menjadi konsentrasi pada tahap awal
membangun desa ini belum menampakkan pengaruh yang
nyata. Oleh sebab itu, dampak pembangunan infrastruktur
ini secara langsung mudah dinikmati dari sisi Dimensi Sosial
dibandingkan dari sisi Dimensi Ekonomi. Sementara itu,
pengembangan BUMDes di banyak kawasan baru dimulai
sehingga tidak mengherankan IKE juga tidak menunjukkan
kenaikan yang nyata. Hal ini tercermin dari masih banyaknya
kecamatan yang masuk pada kategori tertinggal dan sangat
tertinggal pada status IKEnya dibandingkan dengan status
lainnya dan juga pada status IKS.

84 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 84 12/19/2019 5:43:33 AM


Gambar 10. Sebaran Kecamatan Berdasarkan Status
Dimensi Ketahanan Ekonomi 2015 – 2019

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 85

18-jejak.indd 85 12/19/2019 5:43:33 AM


Dimensi Lingkungan 2015 – 2019

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang


memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Salah satu aspek penting dalam
pembangunan berkelanjutan ini adalah aspek atau dimensi
Lingkungan selain Dimensi Sosial dan Budaya serta Dimensi
Ekonomi. Pembangunan memiliki hubungan erat dengan
lingkungan dan sering dikatakan bahwa pembangunan yang
memberi manfaat merupakan pembangunan yang di dalam
prosesnya memperhatikan konsep kelestarian lingkungan.
Dalam konteks desa membangun, aspek lingkungan ini
menjadi unsur penting dalam

Dalam Indeks Desa Membangun (IDM), aspek lingkungan


atau ekologi juga menjadi komponen penting dalam
pembentukannya. Dimensi lingkungan ini sama pentingnya
dengan dengan Dimensi Sosial dan Dimensi Ekonomi
dimana ketiga dimensi ini mempunyai bobot yang sama
untuk membentuk nilai komposit IDM. Dimensi Lingkungan
atau Ekologi ini membentuk Indeks Ketahanan Lingkungan
(IKL) yang terdiri dari:

a. Kualitas Lingkungan, yakni: pencemaran (air, udara,


tanah, limbah sungai) di desa,

b. Rawan Bencana, berupa jenis bencana (longsor, banjir,


kebakaran hutan) di desa, dan

c. Tanggap Bencana, yakni: fasilitas mitigasi/tanggap


bencana (peringatan dini bencana alam, peringatan dini
tsunami, perlengkapan keselamatan, jalur evakuasi).

86 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 86 12/19/2019 5:43:33 AM


Kinerja IKL pada tingkat provinsi (diperoleh dari rata-rata IKL
setiap desa) menunjukkan bahwa pada tahun 2015, sebagian
besar desa memiliki nilai dibawah nilai rata-rata IKL nasional,
khususnya wilayah Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan (lihat
Tabel 6). Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab yaitu
kualitas lingkungan dan potensi rawan bencana dan tanggap
bencana. Kualitas lingkungan berdasarkan indikator ada
atau tidak pencemaran air, tanah dan udara serta terdapat
sungai yang terkena limbah. Untuk potensi rawan bencana
dan tanggap bencana dapat dilihat dari bencana alam yang
terjadi dan upaya atau tindakan terhadap potensi bencana
alam seperti tanggap bencana, jalur evakuasi, peringatan
dini dan ketersediaan pelataran penenganan bencana.

Tabel 6. Rerata Nilai Indeks Ketahanan Lingkungan


Antar Pulau antar Provinsi, 2015 – 2019
No Provinsi 2015 2018 2019
SUMATERA
1 Aceh 0.6519 0.6306 0.6254
2 Sumatera Utara 0.6301 0.6210 0.6373
3 Riau 0.5738 0.6120 0.6120
4 Kepulauan Riau 0.6507 0.6626 0.6592
5 Kepuluaun Bangka Belitung 0.6067 0.6397 0.6632
6 Jambi 0.6075 0.6281 0.6474
7 Sumatera Barat 0.6436 0.6646 0.6773
8 Bengkulu 0.6641 0.6673 0.6703
9 Sumatera Selatan 0.6394 0.6179 0.6273
10 Lampung 0.6564 0.6434 0.6375
Rerata Sumatera 0.6324 0.6387 0.6457
JAWA
11 Banten 0.6192 0.6151 0.5929

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 87

18-jejak.indd 87 12/19/2019 5:43:33 AM


No Provinsi 2015 2018 2019
12 D I Yogyakarta 0.7029 0.7413 0.7469
13 Jawa Barat 0.6432 0.6462 0.6431
14 Jawa Tengah 0.6679 0.6516 0.6573
15 Jawa Timur 0.6607 0.6489 0.6653
Rerata Jawa 0.6588 0.6606 0.6611
BALI DAN NUSA TENGGARA
16 Bali 0.7751 0.7261 0.7767
17 Nusa Tenggara Barat 0.6448 0.6508 0.6661
18 Nusa Tenggara Timur 0.6527 0.5830 0.6173
 Rerata Bali dan Nusa Tenggara 0.6908 0.6533 0.6867
KALIMANTAN
19 Kalimantan Barat 0.6046 0.5667 0.6081
20 Kalimantan Tengah 0.6030 0.5955 0.6063
21 Kalimantan Selatan 0.6152 0.6210 0.6274
22 Kalimantan Timur 0.6222 0.5860 0.6162
23 Kalimantan Utara 0.6341 0.6087 0.6426
Rerata Kalimantan 0.6158 0.5956 0.6201
SULAWESI
24 Gorontalo 0.6205 0.6254 0.6615
25 Sulawesi Barat 0.6289 0.6013 0.5999
26 Sulawesi Selatan 0.6400 0.6254 0.6240
27 Sulawesi Tengah 0.6379 0.6209 0.6468
28 Sulawesi Tenggara 0.6402 0.6195 0.6220
29 Sulawesi Utara 0.6730 0.6595 0.6756
Rerata Sulawesi 0.6401 0.6253 0.6383
MALUKU DAN PAPUA
23 Maluku 0.6564 0.6578 0.6764
24 Maluku Utara 0.6658 0.6367 0.6611
25 Papua 0.6592 0.5838 0.5758
26 Papua Barat 0.6704 0.6163 0.6343
 Rerata Maluku dan Papua 0.6630 0.6237 0.6369
Rerata Indonesia 0.6466 0.6296 0.6376

88 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 88 12/19/2019 5:43:33 AM


Jika dikategori berdasarkan pulau Sumatera, Sulawesi dan
Kalimantan adalah pulau-pulau yang memiliki nilai IKL yang
kurang dari nilai rerata IKL nasional pada tahun 2015 yaitu
0,6466. Dua wilayah ini memiliki rerata nilai IKL masing-
masing sebesar 0,6324, 6401dan 0,6158. Ketiga pulau
itu memiliki IKL rendah karena seperti Pulau Sumatera
merupakan pulau rawan terjadi gempa dan tsunami, hal ini
terjadi karena posisi Sumatera yang berada dipertemuan
dua lempeng bumi yakni lempeng Indonesia-Australia yang
aktif menunjam ke bawah Lempeng Eurasia (http://lipi.go.id
24/09/2007). Pulau Sulawesi juga memiliki daftar bencana
alam seperti banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi
di Sulawesi Selatan (2019). Terakhir pulau Kalimantan
memiliki bencana seperti kebakaran hutan, banjir, tanah
longsor dan puting beliung di Kalimantan Timur (https://
databoks.katadata.co.id 23/08/2019).

Sebaran provinsi berdasarkan status perkembangan nilai


IKLnya disajikan pada Gambar 11. Gambar ini jelas bahwa
jika dilihat dari nilai IKL tidak ada satupun provinsi yang
masuk pada kategori Mandiri, hanya sebatas kategori maju
pada tahun 2015 sampai 2018 yaitu daerah D.I Yogyakarta
dan Bali yang memiliki kategori maju (Lihat Tabel 6). Daerah
D.I Yogjakarta dan Bali memiliki kategori maju dikarena
dua daerah ini terus melakukan perkembangan di bidang
tanggap bencana, seperti membuat desa tanggap bencana.
Daerah D.I Yogjakarta Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) ikut dalam pembuatan desa tanggap bencana
dengan berlatih dan memahami bencana (https://www.
gatra.com 23/07/2019). Sedangkan di Provinsi Bali, BAZNAS
membentuk kampung tanggap bencana dengan adanya
sosialisasi dan pendampingan serta adanya pengenalan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 89

18-jejak.indd 89 12/19/2019 5:43:34 AM


jenis ancaman bencana dan aksi yang harus dilakukan
(https://pendistribusian.baznas.go.id 18/09/2019).

Gambar 11. Distribusi Provinsi berdasarkan IKL 2015

Dari grafik tersebut menampilkan bahwa banyak pulau di


Indonesia yang memiliki provinsi berkategori berkembang.
Tahun 2015 terlihat Jawa, Bali dan Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku serta Papua masuk
kategori berkembang. Sedangkan tahun 2018 semua pulau
memasuki status berkembang, begitu pula dengan Sumatra
telah memasuki tahap berkembang namun Jawa mulai
sedikit merosot. Tahun 2019 semua pulau masuk ke tahap
berkembang walaupun ada pulau yang memiliki kategori
maju dan tertinggal juga. Klasifikasi desa berdasarkan
IDM ini yang membuat pulau-pulau di Indonesia rata-rata
berkembang dengan kisaran nilai >0, 5989 dan ≤ 0,7072.

90 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 90 12/19/2019 5:43:34 AM


Gambar 12. Distribusi Provinsi berdasarkan Status IKL
2018 dan 2019

Alasan pulau-pulau Indonesia belum berstatus maju bahkan


berkembang karena Indonesia merupakan negara yang
berada di area Ring of Fire atau negara yang dikelilingi oleh

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 91

18-jejak.indd 91 12/19/2019 5:43:34 AM


gunung berapi. Bencana alam tersebut belum maksimal
dalam hal mitigasi bencana dari pemerintah karena
pemerintah belum bisa mengurangi jumlah korban dan
tingkat kerugian. Penyebab pemerintah belum maksimal
menanggulangi bencana yaitu minimnya anggaran,
rendahnya kualitas teknologi, dan minimnya pendidikan
kesiapsiagaan bencana (pinterpolitik.com 30-11-2017).

Setiap desa memperoleh modal pembangunan agar


mengelola dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki
telah menampakkan hasil. Hasil tersebut telihat dari rata-
rata nilai IKL baik rerata nasional dan provinsi. Pada tahun
2015 nilai rata-rata IKL 0.6466 lalu menurun pada tahun
2018 0.6296 dan naik kembali pada tahun 2019 0.6376. Pada
tahun 2019 meningkat tetapi tetap saja tidak melampaui
tahun 2015. Status IKL 2015 sampai 2019 tetap berstatus
berkembang.Data tersebut mengambarkan adanya
penurunan terhadap indikator ketahanan lingkungan
berupa kualitas lingkungan dan potensi rawan dan tanggap
bencana pada tahun 2018.

jika dilihat perkawasan tahun 2018 dan 2019, kawasan


paling besar rata-rata IKS nya adalah Jawa dan Bali dan
Nusa Tenggara yang memiliki rata-rata IKS diatas nilai rata-
rata tingkat nasional. Artinya kawasan tersebut memiliki
dimensi lingkungan labih baik dari kawasan lainnya. Hasil
ini wajar karena kedua kawasan ini memiliki konsep-konsep
pembangunan desa tanggap bencana serta pelatihan
antisipasi bencana.

92 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 92 12/19/2019 5:43:34 AM


Tabel 7. Sebaran Provinsi berdasarkan Kinerja
Dimensi Lingkungan, 2015 - 2019
2015 2018 2019
STATUS
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sangat Tertinggal 0 0.00 0 0.00 0 0.00
Tertinggal 1 3.03 5 15.15 2 6.06
Berkembang 31 93.94 26 78.79 29 87.88
Maju 1 3.03 2 6.06 2 6.06
Mandiri 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 93

18-jejak.indd 93 12/19/2019 5:43:34 AM


Gambar 13. Sebaran Provinsi Berdasarkan Status IKL
2015 – 2019

Sebaran kecamatan menurut status IKL yang dapat dilihat


pada Gambar 14, 15, dan 16. Gambar 15 ini menginformasikan
bahwa pada tahun 2015, banyak kecamatan pada status
IKL kategori berkembang. Lebih 60% dari total kecamatan
di semua kawasan masuk pada kategori berkembang, dan
sebagian kecil saja kecamatan yang masuk pada kategori
tertinggal dan sangat tertinggal. Jika dilihat dari data ini,
dari Dimensi Lingkungan yang dinilai dari 3 (tiga) variabel
yaitu Kualitas Lingkungan, Rawan Bencana, dan Tanggap
Bencana, kecamatan di seluruh kawasan relatif masih cukup
berkualitas dari aspek lingkungan. Tidak banyak terjadi
polusi udara, air dan tanah serta pada sebagai daerah
sudah tanggap dari bencana. Kawasan Jawa sendiri telah
mulai melakukan pelatihan dan pembentukan desa tanggap
bencana.

94 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 94 12/19/2019 5:43:34 AM


Gambar 14. Sebaran Kecamatan Berdasarkan Status
IKL, 2015

Pada tahun 2015, kawasan yang paling banyak kategori


sangat tertinggal dan tertinggal yaitu masing-masing
Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Hal ini dikarenakan
kualitas lingkungan dan potensi rawan bencana dan
tanggap bencana yang berada di Kalimantan dan Jawa relatif
lebih besar dibandingkan dengan daerah atau kawasan
lainnya. Kebakaran hutan di Kalimanta dan Suamtera
yang berimplikasi pada meningkatnya pencemaran udara
menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan pada
kawasan ini sementar di Jawa lebih banyak disebabkan oleh
banyaknya bencana alam, seperti longsor.

Kondisi ini tidak banyak berubah pada tahun 2018. Tiga


kawasan ini masih juga memiliki jumlah kecamatan terbesar

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 95

18-jejak.indd 95 12/19/2019 5:43:34 AM


pada kateori IKL sangat tertinggal dan tertinggal. Meskipun
demikian, jumlah kecamatan yang telah naik status IKLnya
juga tampak tetapi tidak signifikan perubahannya.

Gambar 15. Sebaran Kecamatan berdasarkan Status


IKL, 2018

Gambar 16 menjelaskan distribusi atau sebaran kecamatan


berdasarkan status IKLnya pada tahun 2019. Grafik ini
menunjukkan adanya pergeseran ke kondisi lingkungan
yang lebih baik jika dilihat IKL nya. Relatif sudah cukup
banyak kecamatan yang masuk pada kategori maju dan
mandiri pada tahun 2019. Rata-rata 7% yang masuk pada
kategori maju dan mandiri. Jumlah ini naik dari rata-rata
4% pada tahun 2015 kemudian menjadi 5% pada tahun
2018. Angka ini naik menjadi 7% pada tahun 2019. Angka
ini menunjukkan lambatnya perkembangan kecamatan dari
status IKL-nya. Kondisi alam yang “given” dengan segala

96 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 96 12/19/2019 5:43:34 AM


kondisinya harus dapat diterima apa-adanya juga menjadi
penyebab lambatnya perubahan status ini. Disamping itu,
pemberdayaan masyarakat agar sadar akan lingkungan
memerlukan upaya yang cukup keras, termasuk diantaranya
sadar akan bencana.

Gambar 16. Sebaran Kecamatan Berdasarankan Status


IKL, 2019

Kinerja Indeks Desa Membangun 2015 - 2019

Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan


Indeks Ketahanan Ekologi seperti yang dibahas di atas
secara komposit akan membentuk Indeks Desa Membangun
(IDM). Seperti juga telah didiskusikan, penyusunan IDM

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 97

18-jejak.indd 97 12/19/2019 5:43:34 AM


dimaksudkan untuk menetapkan status kemajuan dan
kemandirian Desa serta menyediakan data dan informasi
dasar bagi pembangunan Desa. Klasifikasi Status Desa ini
disusun berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Permendes PDTT)
Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun.

Penghitungan kinerja IDM ini akan memberikan gambaran


kinerja desa yang dikompilasi menjadi kinerja kecamatan,
kabupaten dan provinsi. Kinerja IDM untuk tingkat provinsi
disajikan pada Gambar 17, 18, dan 19.. Kinerja IDM ditingkat
provinsi (data dari IDM setiap Desa) memperlihatkan bahwa
pada tahun 2015, sebagian besar provinsi memiliki nilai di
bawah nilai rata-rata IDM nasional, khususnya untuk wilayah
Indonesia bagian timur. Nilai rata-rata IDM rendah di wilayah
Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nilai IDM ini dipengaruhi
oleh nilai IKS, IKE, dan IKL yang dimiliki wilayah tersebut.

Mengamati Gambar 17, 18, dan 19, terdapat perubahan


yang terjadi mengenai status IDM setiap wilayah provinsi.
Perubahan status IDM paling banyak dialami oleh wilayah
Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi
dan Kalimantan. Wilayah-wilayah tersebut mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Wilayah Kalimantan
dan Sulawesi, pada tahun 2015, misalnya, hampir seluruh
desanya merupakan desa sangat tertinggal dan tertinggal.
Pada tahun 2015, wilayah Kalimantan memiliki 20% desa
sangat tertinggal dan 80 % desa tertinggal. Sedangkan di
Sulawesi, 100% desa di kawasan inimasuk pada kategori
tertinggal. Namun, Oleh sebab itu, data yang menunjukkan
bahwa dua kawasan ini tertinggal adalah wajar.

98 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 98 12/19/2019 5:43:34 AM


Gambar 17. Distribusi Provinsi berdasarkan Status IDM
2015

Pada tahun 2019, distribusi provinsi berdasarkan status


IDM untuk wilayah Kalimantan dan Sulawesi mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Dapat di lihat pada tahun
2018 wilayah Sulawesi dan Kalimantan 100% desa tertinggal,
namun pada tahun 2019 wilayah Kalimantan dan Sulawesi
memiliki 60% desa berkembang di wilayah mereka. Ini
artinya telah terjadi kenaikan status IDM di wilayah tersebut.
Hal tersebut dapat di pengaruhi oleh peningkatan dimensi
ketahanan sosial, dimensi ketahanan ekonomi, dan dimensi
ketahanan ekologi yang merupakan indikator Indeks Desa
Membangun. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada
wilayah Papua, dimana di wilayah papua tidak mengalami
peningkatan IDM dari tahun 2015 hingga 2019. Hal tersebut
bisa saja dipengaruhi oleh subdimensi IDM yaitu masih
belum meningkatnya IKS, IKL, dan IKE di wilayah papua.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 99

18-jejak.indd 99 12/19/2019 5:43:34 AM


Gambar 18. Distribusi Provinsi berdasarkan Status IDM
2018

Gambar 19. Distribusi Provinsi berdasarkan Status IDM


2019

100 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 100 12/19/2019 5:43:34 AM


Indeks Desa Membangun (IDM) merupakan salah satu cara
melihat bagaimana perkembangan suatu wilayah yang
terkait dengan kemajuan suatu wilayah. Di Indonesia, rata-
rata IDM setiap tahunnya selalu meningkat, yang berarti
bahwa kualitas di Indonesia semakin meningkat. Dapat di
lihat pada gambar di atas, dari tahun ke tahun rata-rata IDM
Indonesia selalu meningkat, pada tahun 2015 IDM Indonesia
sebesar 0,5623 lalu pada tahun 2018 meningkat menjadi
0,5891 dan terus meningkat pada tahun 2019 meningkat
menjadi 0,6220 (lihat Tabel 8).

Jika dilihat melalui sebaran wilayah di Indonesia, hampir


seluruh wilayah di Indonesia mengalami peningkatan IDM.
Peningkatan status IDM yang signifikan dapat terlihat pada
wilayah Jawa, Bali dan nusa tenggara dimana rata-rata
iDM pada tahun 2019 pada kedua wilayah tersebut di atas
rata- rata IDM nasional yaitu sebesar 0,6802 untuk wilayah
jawa serta 0,6631 untuk wilayah bali dan nusa tenggara.
Hal tersebut bisa saja dipengaruhi karena wilayah jawa
merupakan pusat perekonomian di Indonesia, sehingga
mudah untuk mengakses segala sesuatu yang dibutuhkan
sehingga status IDM wilayah tersebut lebih cepat berubah.
Namun, hal sebaliknya justru terjadi terbalik pada wilayah
Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada kedua wilayah tersebut
memang mengalami peningkatan nilai IDM, namun nilai
tersebut masih berada dibawah nilai rata-rata IDM Indonesia.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa rata-
rata pada tahun 2015 untuk wilayah Maluku dan papua
hanya 0,4772 sedangkan pada tahun tersebut rata- rata IDM
Indonesia sebesar 0,5623.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 101

18-jejak.indd 101 12/19/2019 5:43:35 AM


Tabel 8 Rerata Nilai Indeks Membangun Desa Antar
Pulau antar Provinsi, 2015 – 2019
No Provinsi 2015 2018 2019
SUMATERA
1
Aceh 0,5516 0,5740 0,6002
2
Sumatera Utara 0,5642 0,6003 0,6246
3
Riau 0,5579 0,6070 0,6453
4
Kepulauan Riau 0,5933 0,6638 0,6859
5
Kepuluaun Bangka Belitung 0,5589 0,6092 0,6310
6
Jambi 0,5851 0,5981 0,6378
7
Sumatera Barat 0,5336 0,5942 0,6281
8
Bengkulu 0,6186 0,6522 0,6795
9
Sumatera Selatan 0,5581 0,5783 0,6199
10
Lampung 0,5397 0,5508 0,5864
Rerata Sumatera 0,5661 0,6028 0,6339
JAWA
11 Banten 0,5814 0,5945 0,6273
12 D I Yogyakarta 0,6939 0,7264 0,7503
13 Jawa Barat 0,6386 0,6445 0,6764
14 Jawa Tengah 0,6292 0,6476 0,6682
15 Jawa Timur 0,6341 0,6432 0,6790
Rerata Jawa 0,6354 0,6512 0,6802
BALI DAN NUSA TENGGARA
16 Bali 0,6897 0,7142 0,7641
17 Nusa Tenggara Barat 0,6181 0,6376 0,6655
18 Nusa Tenggara Timur 0,5378 0,5391 0,5596
 Rerata Bali dan Nusa Tenggara 0,6152 0,6303 0,6631
KALIMANTAN
19 Kalimantan Barat 0,4989 0,5296 0,6020
20 Kalimantan Tengah 0,5568 0,5896 0,6307
21 Kalimantan Selatan 0,4988 0,5541 0,5871
22 Kalimantan Timur 0,5250 0,5702 0,6206
23 Kalimantan Utara 0,4722 0,5411 0,5807

102 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 102 12/19/2019 5:43:35 AM


No Provinsi 2015 2018 2019
Rerata Kalimantan 0,5103 0,5569 0,6042
SULAWESI
24 Gorontalo 0,5873 0,5950 0,6346
25 Sulawesi Barat 0,5475 0,5426 0,5726
26 Sulawesi Selatan 0,5819 0,5951 0,6253
27 Sulawesi Tengah 0,5661 0,5814 0,6176
28 Sulawesi Tenggara 0,5471 0,5553 0,5906
29 Sulawesi Utara 0,5817 0,5991 0,6435
Rerata Sulawesi 0,5686 0,5781 0,6140
MALUKU DAN PAPUA
23 Maluku 0,5073 0,5438 0,5676
24 Maluku Utara 0,5274 0,5513 0,5814
25 Papua 0,4143 0,4585 0,4626
26 Papua Barat 0,4597 0,4583 0,4819
 Rerata Maluku dan Papua 0,4772 0,5030 0,5234
Rerata Indonesia 0,5623 0,5891 0,6220

Pada tahun 2018, IDM Wilayah Maluku dan Papua meningkat


menjadi 0,5030, namun meskipun mengalami peningkatan
IDM wilayah Maluku dan Papua masih saja lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata IDM Indonesia yaitu sebesar
0,5891. Hal tersebut bisa saja di pengaruhi oleh beberapa
variabel pembentuk IKS, IKE dan IKL. Banyak faktor yang
menjadi penyebab lambatnya peningkatan IDM di Wilayah
Maluku dan Papua. Faktor-faktor tersebut diantaranya masih
terbatasnya akses transportasi serta sarana dan prasarana
di wilayah Maluku dan papua, pendidikan yang masih minim
di wilayah tersebut. Hal ini juga dapat dilihat pada tahun
2019 IDM wilayah Papua dan Maluku memang mengalami
peningkatan yakni 0,5324 namun nilai tersebut masih jauh di
bawah rata-rata IDM Indonesia yaitu sebesar 0,6220. Kalau

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 103

18-jejak.indd 103 12/19/2019 5:43:35 AM


ditelaah dari dimensi pembentuk IDM, tampaknya masalah
dimensi ekonomi menjadi kendala tersendiri bagi wilayah ini
untuk dapat meningkatkan statusmya.

Jika ditelaah dimensi pembentuk IDM, maka terlihat bahwa


dimensi Lingkungan dan Sosial memiliki kinerja yang cukup
baik dari tahun 2015 – 2019. Grafik Radar (Radar Chart)
pada Gambar 20 menunjukkan bahwa kontribusi IKS dan
IKL dalam pembentukan IDM Sumatera sangat dominan,
baik pada tahun 2015, 2018, maupun 2019. Kondisi
ini sangat berbeda dengan di Jawa dimana kontribusi
masing-masing dalam membentuk IDM relatif sama
untuk 3 (tiga) tahun pengamatan. Hal yang relatif sama
ketika mengamati kinerja masing-masing dimensi, IKS,
IKE dan IKL, pada pembentukan IDM tingkat nasional juga
memberikan informasi dominannya kinerja Dimensi Sosial
dan Lingkungan dibandingkan dengan kinerja Dimensi
Ekonominya, seperti terlihat pada Gambar 21. Dimensi
Ekonomi yang diukur dengan IKE menunjukkan kontribusi
yang paling kecil dibandingkan dengan Dimensi Sosial dan
Dimensi Lingkungan. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
kinerja dimensi ekonomi masih belum memberikan hasil
yang optimum dalam menuju desa yang mandiri.

104 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 104 12/19/2019 5:43:35 AM


Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara

Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua

Gambar 20. Grafik Radar Kontribusi IKL, IKE dan IKS


Terhadap Pembentukan IDM Untuk Setiap
Kawasan, 2015 – 2019

Gambar 21. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL, IKE,


dan IKS terhadap Pembentuk IDM secara
Nasional, 2015 – 2019

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 105

18-jejak.indd 105 12/19/2019 5:43:35 AM


Hampir disetiap kawasan memiliki kontribusi IKE yang
rendah terhadap pembentukan IDM. Hasil ini juga
mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi belum atau tidak
secepat kinerja dimensi sosial dan lingkungan. Seperti yang
dijelaskan di atas, dana desa yang peruntukan alokasinya
diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur desa
belum memberikan dampak pada percepatan kinerja
dimensi ekonomi di setiap desa. Kualitas dan kuantitas
infrastruktur yang dibangun tampaknya belum memberikan
percepatan pertumbuhan ekonomi secara cepat. Perlu
waktu yang cukup pembangunan infrastruktur untuk
memberikan dampak ekonomi pada masyarakat. Banyak
penelitian juga membuktikan bahwa pembangunan
infrastruktur, infrastruktur jalan misalnya, memberikan
dampak dan pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi
(lihat penelitian Lestari dan Suhadak (2019); Prasetyo dan
Firdaus (2009)). Yang perlu dicermati bahwa sifat dan jenis
infrastruktur yang dibutuhkan dan dibangun di suatu daerah
dipengaruhi oleh karakteristik alam dan pola persebaran
penduduk pada daerah tersebut sehingga dampaknya pada
kinerja IKE juga akan berbeda-beda meskipun dana yang
dilokasikan untuk infrastruktur sama. Meskipun demikian,
pembangunan infrastruktur ditingkat desa diperlukan
untuk meningkatkan daya saing, produksi dan perdagangan
sekaligus untuk mempercepat pemerataan pembangunan
dan penurunan tingkat kemiskinan.

Lebih jauh, kinerja pembangunan desa dapat dilihat dari


berapakah jumlah peningkatan status provinsi di Indonesia
yang didasarkan pada rata-rata IDM pada provinsi yang
bersangkutan, seperti yang disajikan pada Gambar 22.

106 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 106 12/19/2019 5:43:35 AM


Gambar 22. Sebaran Kecamatan Berdasarkan Status
IDM, 2015 – 2019

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 107

18-jejak.indd 107 12/19/2019 5:43:35 AM


Pada Gambar 22 dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 masih
terdapat provinsi yang memiliki status sangat tertinggal dan
desa tertinggal. Pada tahun 2015 ini provinsi yang masuk
pada kategori sangat tertinggal dan tertinggal mencapai 9%
dan 70%. Namun, pada tahun 2019 terjadi penurunan jumlah
provinsi yang masuk pada dua kategori ini. Hal ini disebabkan
oleh semakin banyaknya jumlah desa yang masuk pada
kategori desa maju dan desa berkembang sehingga secara
komulatif menyebabkan naiknya status provinsi. Perubahan
tersebut disebabkan oleh pembangunan infrastruktur
sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas sumber
daya manusia di Indonesia.

Sebaran Kecamatan menurut status IDM pada tahun


2015 dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar ini
menginformasikan bahwa berdasarkan IDM pada tahun
2015 memiliki kecamatan yang memiliki status sangat
tertinggal dan tertinggal yakni sebesar 63% untuk seluruh
wilayah Indonesia. Dari angka ini, wilayah Maluku dan Papua
yang mendominasi jumlah kecamatan dengan status sangat
tertinggal dan tertinggal, yaitu 70% dari total kecamatan yang
ada di Kawasan ini. Salah sebab utama adalah lemahnya
kinerja ekonomi disamping sangat minimnya pembangunan
lingkungan, dan sosial pada wilayah tersebut. Oleh sebab
itu, pentingnya pembangunan pada sektor ekonomi,
lingkungan, dan sosial agar meratanya pembangunan di
Indonesia. Program pembangunan Nawacita membangun
daerah melalui pinggiran menghasilkan dampak positif
pada wilayah tersebut dari mulai berkurangnya desa sangat
tertiggal dan tertinggal pada wilayah tersebut.

Pada tahun 2018 jumlah kecamatan yang memiliki desa

108 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 108 12/19/2019 5:43:35 AM


dengan status sangat tertinggal dan tertinggal sudah
berkurang hingga mencapai angka 49%. Pada wilayah
Maluku dan Papua mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, yakni sebesar 21% dari kecamatan sangat
tertinggal menjadi kecamatan tertinggal. Hal tersebut berarti
bahwa pembangunan di wilayah Maluku dan Papua sudah
mulai berjalan dan dampaknya sudah dapat dirasakan oleh
wilayah tersebut yang dibuktikan dengan bergesernya nilai
IDM ke arah status kecamatan yang lebih baik.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 109

18-jejak.indd 109 12/19/2019 5:43:35 AM


Gambar 23. Sebaran Kecamatan Berdasarkan Status
IDM dan Kawasan, 2015 – 2019

110 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 110 12/19/2019 5:43:36 AM


BAB

5
PETA SEBARAN
PERKEMBANGAN STATUS DESA

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal


dan Transmigrasi (Permendes PDTT) Nomor 2 Tahun 2016
tentang Indeks Desa Membangun selain menjelaskan
tentang adanya pengukuran dan klasifikasi status desa juga
menginstruksikan adanya regularitas dalam pelaksanaan
pengukuran IDM. Dalam permendesa ini dijelaskan bahwa
setiap tahun dilakukan pengukuran Indeks Desa Membangun
(IDM) terhadap suatu desa dengan tujuan untuk mengetahui
status desa. Pengukuran Indeks Desa Membangun ini akan
menentukan 5 (lima) status kemajuan dan kemandirian
Desa, yang disebut dengan Klasifikasi Status Desa.  Kelima
status desa yang dihasilkan dari pengukuran ini adalah Desa
Mandiri, Desa Maju, Desa Berkembang, Desa Tertinggal,
dan Desa Sangat Tertinggal. Cara klasifikasi ini dilakukan
dengan mempertimbangkan karakteristik Desa yang sangat
beragam, baik dari segi fisik geografis dan juga nilai-nilai

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 111

18-jejak.indd 111 12/19/2019 5:43:36 AM


yang berlaku, budaya dan tingkat prakarsa masyarakat Desa

Berdasar Indeks Desa Membangun (IDM), status kemajuan


dan kemandirian Desa dijelaskan dengan klasifikasi yang
diharapkan dapat memfasilitasi pemahaman tentang situasi
dan kondisi Desa saat ini. Data IDM ini juga digunakan
sebagai dasar dalam menentukan langkah kebijakan yang
harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan
kehidupan Desa menjadi lebih maju dan mandiri. Oleh sebab
itu, memahami satus desa dan perkembangannya sangat
penting untuk dapat mempercepat kemandirian suatu
desa yang pada gilirannya akan dapat menyejahterakan
masyarakat desa sebagai subjek pembangunan desa.

Secara umum perkembangan status pembangunan desa


di Indonesia masih belum merata. Meskipun demikian,
sejak Tahun 2015 hingga 2019 menunjukkan pergerakan
ke arah yang positif. Dengan kata lain, terjadi pergeseran
status desa di setiap provinsi. Dari awalnya berstatus sangat
tertinggal, meningkat menjadi desa tertinggal, berkembang
atau bahkan tidak jarang mampu menjadi desa mandiri.
Perkembangan dan Peningkatan status desa dapat dilihat
dari perubahan sebaran jumlah desa yang lebih mengarah
pada semakin terwujudnya desa mandiri yang terjadi sejak
tahun 2015-2019.

Sebaran Status Desa Tahun 2015

Pada tahun 2015 status perdesaan di Indonesia masih


sangat memprihatinkan. Hampir separuh desa di Indonesia
berstatus sebagai desa tertinggal. Itu artinya bahwa sekitar

112 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 112 12/19/2019 5:43:36 AM


33.592 desa atau 45,574% yang tersebar di seluruh wilayah
di Indonesia memiliki status desa tertinggal. Jumlah ini akan
semakin memprihatinkan jika ditambahkan dengan desa
Sangat Tertinggal yang mencapai 18,252% dari total desa
yang ada di Indonesia atau mencapai 13453 desa masuk
kategori desa sangat tertinggal. Jika ada desa dengan status
mandiri, desa-desa ini sebagian besar ada di pulau Jawa dan
sebagian kecil di Bali dan Nusa Tenggara, yang mencapai
0,22% dari total desa yang ada di Indonesia pada tahun
2015. Sementara itu, jumlah desa mandiri secara nasional
hanya mencapai 0,24% atau 174 desa dari total 73709 desa.

Mandiri;
Maju; 4,895% 0,236%
Sangat
Tertinggal;
Berkembang; 18,252%
31,044%

Tertinggal;
45,574%

Gambar 24. Sebaran Desa di Indonesia Berdasarkan


Status Desa, 2015

Tabel 9 menyajikan sebaran jumlah desa dengan statusnya


pada setiap kawasan atau pulau pada tahun 2015. Tampak
bahwa hampir semua pulau didominasi oleh desa dengan
status tertinggal dan sangat tertinggal. Desa dengan status
ini memiliki ciri-ciri sebagai desa yang mengalami kerentanan
karena masalah bencana alam, goncangan ekonomi, dan
konflik sosial sehingga tidak berkemampuan mengelola

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 113

18-jejak.indd 113 12/19/2019 5:43:36 AM


potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi, serta
mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya.

Tabel 9. Sebaran Status Desa per Provinsi di Indonesia


Tahun 2015
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Kawasan Tertinggal
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sumatera 3571 15,52 13705 59,57 5321 23,13 395 1,72 13 0,06
Jawa 259 37,95 6875 46,95 12505 14,09 2712 1,00 129 0,02
Bali dan Nusa
480 1,15 2648 30,58 1106 55,63 318 12,06 30 0,57
Tenggara
Kalimantan 2497 10,48 3089 57,79 927 24,14 66 6,94 1 0,65
Sulawesi 854 9,84 5161 59,48 2582 29,76 79 0,91 1 0,01
Maluku dan
5792 69,08 2114 25,21 441 5,26 38 0,45 0 0,00
Papua
Indonesia 13453 18,25 33592 45,57 22882 31,04 3608 4,89 174 0,24

Wilayah Sumatera

Sumatera adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia


dan pulau keenam terbesar di dunia yang memiliki luas
473.481 km². Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu
Suwarnadwipa atau Swarnnabhūmi, dari bahasa Sanskerta
yang berarti pulau emas. Pulau ini juga sering disebut bhūmi
mālayu atau Tanah Melayu.

Di pulau Sumatera terdapat 10 provinsi yang terdiri dari 8


Provinsi di Pulau Sumatera dan 2 Provinsi yang berada di
kepulauan sekitar pulau Sumatera. Provinsi yang tergabung
di wilayah ini adalah Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau,
Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan,
Lampung, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung.
Di wilayah ini terdapat 23.005 desa.

114 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 114 12/19/2019 5:43:36 AM


Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045
jumlah penduduk di wilayah Sumatera pada 2019 sekitar
57.940.351 Jiwa (BPS 2019) yang terdiri atas 29,28 juta laki-
laki dan 28,67 juta jiwa perempuan. Dengan demikian,
rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan sebesar
102,15% yang secara rinci ditunjukkan oleh Gambar 24.
Data ini menunjukkan provinsi Sumatera Utara merupakan
provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak yang diikuti
oleh Sumatera Selatan dan Lampung. Sementara itu,
Bengkulu dan Bangka Belitung adalah provinsi dengan
jumlah penduduk paling sedikit. Kepadatan penduduk
sering dikaitkan dengan potensi sumber daya manusia
yang tentunya akan berkaitan dengan ketersediaan tenaga
kerja sebagai komponen utama pembangunan, termasuk
pembangunan desa.

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/10/jumlah-penduduk-
di-sumatera-pada-2019-mencapai-58-juta

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 115

18-jejak.indd 115 12/19/2019 5:43:36 AM


Gambar 25. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
dan Provinsi di Sumatera, 2019

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, IDM 2015 disusun


dengan memperhatikan ketersediaan data yang bersumber
dari Potensi Desa (PODES) 2014, yang diterbitkan Badan
Pusat Statistik. IDM merupakan indeks komposit yang
dibangun dari dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Ketiga dimensi terdiri dari variabel, dan setiap variabel
diturunkan menjadi indikator operasional untuk membentuk
IDM. Hasil telaah IDM 2015, menunjukkan bahwa 75% desa
di wilayah Sumatera masuk dalam kategori tertinggal dan
sangat tertinggal, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 26.

Di wilayah Pulau Sumatera dan sekitarnya terdapat desa


yang sedang berkembang. Meskipun jumlahnya lebih
sedikit dari jumlah desa tertinggal, namun angka 23% sudah
cukup untuk menggambarkan bahwa desa-desa di wilayah
ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakatnya. Yang juga tidak boleh diremehkan wilayah
ini juga memiliki desa maju, meskipun jumlahnya hanya
2% atau sekitar 395 desa. Provinsi Sumatera Barat yang
memiliki desa maju terbanyak dibandingkan provinsi lain di
Wilayah Sumatera dan sekitarnya. Selain itu, wilayah ini juga
memiliki desa yang sudah berstatus sebagai desa mandiri,
namun jumlahnya sangat sedikit, yakni 13 desa. Diharapkan
desa-desa mandiri tersebut dapat dijadikan contoh bagi
desa-desa lain disekitarnya agar tidak terjadi disparitas yang
terlampau jauh.

116 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 116 12/19/2019 5:43:36 AM


Mandiri; 0,057%
Maju; 1,717% Sangat
Tertinggal;
Berkembang; 15,523%
23,130%

Tertinggal;
59,574%

Gambar 26. Distribusi Desa berdasarkan Statusnya di


Kawasan Sumatera, 2015

Peta sebaran jumlah desa berdasarkan status desa ditunjukkan


oleh Tabel 10. Data pada Tabel 10 ini menunjukkan bahwa
sebanyak 13.705 desa atau sekitar 59,57% desa yang ada
di Pulau Sumatera dan sekitarnya berstatus sebagai Desa
Tertinggal. Provinsi Aceh menjadi provinsi yang memiliki
desa tertinggal terbanyak di Pulau Sumatera, yakni sekitar
4.211 desa. Jumlah ini setara dengan 64,69% dari total desa
yang ada di Provinsi Aceh. Selain berstatus Desa Tertinggal,
masih banyak Provinsi di Pulau Sumatera yang juga memiliki
desa dengan status Sangat Tertinggal. Jumlah desa Sangat
Tertinggal di Pulau Sumatera relatif banyak, yaitu 3.571 desa
atau 15,52% dari total desa yang ada di Sumatera. Provinsi
Sumatera Utara memiliki 1.285 desa dengan status Sangat
Tertinggal. Jumlah ini menjadikan Provinsi Sumatera Utara
sebagai provinsi dengan jumlah desa sangat tertinggal yang
paling banyak se Sumatera.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 117

18-jejak.indd 117 12/19/2019 5:43:36 AM


Tabel 10 Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa per
Provinsi di Wilayah Sumatera, 2015
Sangat Berkem-
Tertinggal Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal bang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Aceh 963 14.79 4211 64.69 1226 18.83 105 1.61 5 0.08
Sumatera Utara 1285 23.77 3019 55.85 1063 19.66 39 0.72 0 0.00
Riau 428 26.70 888 55.40 278 17.34 9 0.56 0 0.00
Kep, Riau 26 9.56 187 68.75 54 19.85 5 1.84 0 0.00
Bangka Belitung 6 1.94 169 54.69 127 41.10 7 2.27 0 0.00
Jambi 191 13.75 839 60.40 345 24.84 14 1.01 0 0.00
Sumatera Barat 51 5.76 332 37.47 377 42.55 119 13.43 7 0.79
Bengkulu 180 13.27 768 56.64 386 28.47 22 1.62 0 0.00
Sumatera Selatan 290 10.17 1990 69.80 553 19.40 18 0.63 0 0.00
Lampung 151 6.23 1302 53.74 912 37.64 57 2.35 1 0.04
Jumlah 3571 15.52 13705 59.57 5321 23.13 395 1.72 13 0.06

Diantara 10 provinsi yang ada di Wilayah Sumatera, Provinsi


Sumatera Barat memiliki jumlah desa dengan status Desa
Berkembang hingga Desa Mandiri terbanyak disusul Provinsi
Bangka Belitung. Provinsi Sumatera Barat terkenal dengan
pembangunan ekonomi yang berbasis nagari sejak lama.

Wilayah Jawa

Wilayah Jawa merupakan wilayah yang paling dekat dengan


pusat pemerintahan dan aktivitas perekonomian Indonesia.
Pulau ini secara administratif terbagi menjadi enam
provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Banten, serta dua wilayah khusus, yaitu DKI Jakarta dan DI
Yogyakarta, dimana DKI Jakarta bukan merupakan sasaran
dari pembangunan desa.

Secara geografis, Pulau Jawa memiliki batas dengan Selat


Bali di sebelah Timur, Selatan dengan Samudera Hindia,

118 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 118 12/19/2019 5:43:36 AM


bagian Barat dengan Selat Sunda, dan Utara dengan Laut
Jawa. Pulau ini memiliki luas mencapai 126.700 km persegi
dan sebagai pulau terbesar ke-5 di Indonesia. Meskipun
demikian, Pulau Jawa dihuni oleh 60% penduduk Indonesia
(sebaran Penduduk disajikan pada Grafik . Angka ini turun
jika dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 1905
yang mencapai 80,6% dari seluruh penduduk Indonesia.
Penurunan penduduk di Pulau Jawa secara persentase
diakibatkan perpindahan penduduk (transmigrasi) dari
pulau Jawa ke seluruh Indonesia.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2018

Gambar 27. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin


dan Provinsi di Jawa, 2019

Telaah terhadap IDM 2015 menunjukkan bahwa Dari


gambar di atas terlihat jelas bahwa pembangunan di
Indonesia terpusat pada Wilayah Jawa dalam setiap tahapan
pembangunan sebelumnya. Oleh karena itu tidak heran jika
muncul istilah java centris, yang dimaksudkan pembangunan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 119

18-jejak.indd 119 12/19/2019 5:43:37 AM


dipusatkan pada daerah-daerah di sekitaran Wilayah Jawa.
Berbeda dari wilayah-wilayah sebelumnya, Wilayah Jawa
hanya memiliki 1% desa yang berstatus sangat tertinggal.
Di Wilayah Jawa didominasi oleh desa berkembang, yang
jumlahnya mencapai 56%.Meskipun demikian, masih
terdapat sekitar 31% dari desa yang dimiliki berstatus desa
tertinggal. Kondisi ini akan menjadi prioritas pembangunan
kedepannya oleh pemerintah, baik Pemerintah Daerah
maupun Pemerintah Pusat.

Mandiri; Sangat
0,574% Tertinggal;
1,152%
Maju; 12,064%

Tertinggal;
30,583%

Berkembang;
55,627%

Gambar 28. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Jawa, 2015

Gambar 28 menunjukkan bahwa kurang lebih 70 desa di


Jawa dikategorikan sebagai Desa Berkembang hingga Desa
Mandiri, sisanya (30%) masuk pada klasifikasi desa Tertinggal
dan Sangat Tertinggal. Untuk desa Tertinggal dan Sangat
Tertinggal, Provinsi banten masih sangat mendominasi, yaitu
784 desa atau setara dengan 63,38 dari total 12137 desa
yang ada di provinsi ini pada tahun 2015 (lihat Tabel 11).

120 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 120 12/19/2019 5:43:37 AM


Tabel 11 Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa per
Provinsi di Wilayah Jawa Tahun 2015
Sangat Berkem-
Tertinggal Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal bang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Banten 110 8.89 674 54.49 396 32.01 53 4.28 4 0.32
D.I. Yogyakarta 0 0.00 49 12.50 175 44.64 136 34.69 32 8.16
Jawa Barat 60 1.13 1355 25.47 3141 59.03 726 13.64 39 0.73
Jawa Tengah 50 0.64 2535 32.46 4335 55.51 868 11.12 21 0.27
Jawa Timur 39 0.51 2262 29.30 4458 57.74 929 12.03 33 0.43
Jumlah 259 1.15 6875 30.58 12505 55.63 2712 12.06 129 0.57

Tabel 12 menggambarkan status desa per provinsi di Wilayah


Jawa. Sebagai wilayah yang memiliki keistimewaan karena
dekat dengan pusat pemerintahan, wilayah ini memiliki desa
dengan status berkembang dan maju yang cukup banyak.
Desa yang sedang berkembang di wilayah ini jumlahnya
mencapai 12.505 desa. Provinsi dengan desa berkembang
terbanyak dimiliki oleh Jawa Timur, kemudian diikuti Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Begitu juga dengan Provinsi yang
memiliki desa maju. Provinsi Jawa Timur menjadi peringkat
pertama dengan jumlah desa maju sebanyak 929 desa.
Selanjutnya diikuti Jawa Tengah dengan 868 desa dan Jawa
Barat sebanyak 726 desa.

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Bali dan Nusa Tenggara merupakan daerah kepulauan


di wilayah Provinsi Sunda Kecil wilayah timur Indonesia
yang secara administratif wilayah ini berbatasan dengan
wilayah negara Timor Leste. Provinsi Sunda kecil sekarang

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 121

18-jejak.indd 121 12/19/2019 5:43:37 AM


terbagi menjadi 3 wilayah Provinsi yakni Provinsi Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur yang merupakan
wilayah destinasi para wisatawan karena wilayah ini memiliki
banyak daerah kepulauan. Provinsi Bali terdiri dari 4 wilayah
kepulauan, sama halnya dengan Provinsi Bali Provinsi
Nusa Tenggara Barat juga terdiri dari 4 wilayah kepulauan,
sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki lebih
banyak wilyah kepulauan yakni 12 pulau.

Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015


jumlah penduduk di Provinsi Bali pada 2019 mencapai
4,36 juta jiwa atau hanya sekitar 1,63% dari total penduduk
Indonesia sebanyak 267 juta jiwa. Adapun jumlah penduduk
laki-laki 2,19 juta jiwa dan perempuan 2,17 juta jiwa.
Sementara penduduk Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai
5,15 juta jiwa yang terdiri atas 2,55 juta jiwa laki-laki dan
2,63 juta perempuan. Sedangkan jumlah penduduk Nusa
Tenggara Timur (NTT) mencapai 5,4 juta jiwa, terdiri dari
2,69 juta laki-laki dan 2,73 jiwa perempuan. Masih menurut
survei tersebut, jumlah penduduk di Bali pada 2020 akan
meningkat menjadi 4,41 juta jiwa, NTB 5,22 juta jiwa, dan
NTT 5,51 juta jiwa (Databoks: Jumlah Penduduk Indonesia
2019 Mencapai 267 Juta Jiwa)

122 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 122 12/19/2019 5:43:37 AM


Gambar 29. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
dan Provinsi di Bali dan Nusa Tenggara, 2019

Kondisi desa-desa di Bali dan Nusa Tenggara tidak lebih baik


dari di Sumatera. Hal ini tercermin dari banyaknya jumlah desa
pada Klasifikasi Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal hasil
telaah IDM 2015 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 30.

Mandiri; Sangat
0,655% Tertinggal;
Maju; 6,946%
10,485%

Berkembang;
24,072%

Tertinggal;
57,842%

Gambar 30. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2015

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 123

18-jejak.indd 123 12/19/2019 5:43:37 AM


Gambar 30 menunjukkan besarnya presentasi desa tertinggal
dan Sangat Tertinggal yang berada di wilayah Bali dan Nusa
Tenggara yakni sebesar 58% dan 11% secara berturut-turut.
Klasifikasi ini secara berurutan diikuti oleh desa berkembang
dengan persentase sebesar 24%; desa maju 7%, dan desa
mandiri 1%. Hal ini juga menginformasikan tidak meratanya
pembangunan di Indonesia yang cenderung terkonsentrasi
di Jawa dan Sumatera, termasuk Bali. Pembangunan desa
di Bali jauh lebih berkembang dibandingkan dengan Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang ditunjukkan
oleh jumlah desa pada kategori tertinggal dan Sangat
Tertinggal hanya sebanyak 82 desa atau setara dengan
12,89% dari total Desa sebanyak 636 desa. Tabel 12
menyajikan distribusi Desa berdasarkan status Desa pada
tahun 2015.

Tabel 12 Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa per


Provinsi di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara,
2015
Sangat
Provinsi Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Tertinggal
Bali 4 0,63 78 12,26 279 43,87 248 38,99 27 4,25
Nusa Tenggara Barat 12 1,21 364 36,58 553 55,58 63 6,33 3 0,30
Nusa Tenggara Timur 464 15,72 2206 74,75 274 9,28 7 0,24 0 0,00
Jumlah 480 10,48 2648 57,84 1102 24,07 318 6,95 30 0,66

Tabel 12 di atas mendeskripsikan bahwa sebaran desa


berdasarkan Status Desa di setiap provinsi tang ada di
wilayah Bali dan Nusa Tenggara dari desa berkategori dari
desa sangat tertinggal hingga mandiri. Dari 5 (lima) kategori
status desa, desa dengan status Desa Tertinggal sebanyak
yakni 2648 desa dan mayoritas terletak di Provinsi Nusa

124 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 124 12/19/2019 5:43:37 AM


Tenggara Timur. Ada 2206 desa atau 75% desa di NTT masuk
pada kategori Desa Tertinggal berdasarkan IDM 2015. Data
IDM 2015 juga menginformasikan bahwa Provinsi Bali dan
Nusa Tenggara Barat didominasi oleh desa yang berstatus
Desa Berkembang, bahkan di dua provinsi tersebut sudah
ada Desa Mandiri. Provinsi Bali memiliki klasifikasi desa
yang baik karena distribusinya mulai bergerak dari desa
sangat tertinggal dan telah merata di Desa Berkembang dan
Desa Maju hingga Desa Mandiri. Sebaliknya di desa-desa di
Provinsi Nusa Tenggara Timur masih banyak pada kategori
Desa Sangat Tertinggal dan Tertinggal dan sebagian kecil
desa masuk pada kategori Desa Berkembang hingga Desa
Mandiri yang hanya mencapai kurang dari 10% dari total
desa di Provinsi ini.

Wilayah Kalimantan

Kalimantan atau juga disebut Borneo pada zaman kolonial,


adalah pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah
utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau
Kalimantan memiliki luas 743.330 km persegi terbagi ke
dalam tiga wilayah kenegaraan, yaitu Indonesia, Malaysia,
dan Brunei. Secara administratif, Pulau Kalimantan terdiri
dari 5 (lima) provinsi, yaitu Kalimantan Selatan (dengan ibu
kota Banjarmasin), Kalimantan Barat (Pontianak), Kalimantan
Timur (Samarinda), Kalimantan Tengah (Palangkaraya), dan
Kalimantan Utara (Tanjung Selor), yang terdiri dari 6.580 desa.

Jumlah penduduk di Kalimantan pada tahun ini diperkirakan


mencapai 16,23 juta jiwa(Badan Pusat Statistik (BPS), 2018).

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 125

18-jejak.indd 125 12/19/2019 5:43:37 AM


Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015
jumlah tersebut terdiri atas 8,32 juta jiwa laki-laki dan 7,9
juta jiwa perempuan. Populasi di Pulau Kalimantan hanya
sebesar 6% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai
267 juta jiwa.Kalimantan Barat (Kalbar) tercatat sebagai
provinsinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Pulau
Borneo seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Sementara
Kalimantan Utara (Kaltara) jumlah penduduknya paling
sedikit, hanya mencapai 696 ribu jiwa (Databoks: Jumlah
Penduduk Indonesia 2019 Mencapai 267 Juta Jiwa). Sebaran
data penduduk di Kalimantan disajikan pada Gambar 31.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2018

Gambar 30. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin


dan Provinsi di Bali dan Nusa Tenggara, 2019

Telaah terhadap IDM 2015, menunjukkan bahwa Status


desa di Wilayah Kalimantan tidak jauh berbeda dengan
desa yang berada di Wilayah Sumatera. Dari Gambar 27
dan Tabel 11, desa-desa di wilayah Kalimantan ini juga
didominasi berstatus Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal.

126 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 126 12/19/2019 5:43:37 AM


Desa yang berstatus sebagai desa tertinggal berjumlah 3089
desa atau setara denganr 47% dari jumlah desa yang ada.
Provinsi Kalimantan Selatan menjadi provinsi dengan desa
tertinggal terbanyak di wilayah ini, yang selanjutnya diikuti
oleh Provinsi Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Wilayah ini juga memiliki desa yang berstatus sangat
tertinggal, dan jumlahnya cukup besar, yakni 38%. Provinsi
dengan jumlah desa sangat tertinggal terbanyak di wilayah
ini adalah Provinsi Kalimantan Barat, dengan jumlah desa
sebanyak 1002 desa.

Tabel 13 Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa per


Provinsi di Wilayah Kalimantan Tahun 2015
Sangat Berkem-
Provinsi Tertinggal Maju Mandiri
Tertinggal bang
Kalimantan Barat 1002 49.88 752 37.43 225 11.20 30 1.49 0 0.00
Kalimantan Selatan 252 13.52 1184 63.52 411 22.05 16 0.86 1 0.05
Kalimantan Tengah 658 46.11 643 45.06 118 8.27 8 0.56 0 0.00
Kalimantan Timur 295 35.29 393 47.01 140 16.75 8 0.96 0 0.00
Kalimantan Utara 290 65.32 117 26.35 33 7.43 4 0.90 0 0.00
Jumlah 2497 37.95 3089 46.95 927 14.09 66 1.00 1 0.02

Wilayah Kalimantan dianugrahi kekayaan alam yang sangat


melimpah. Meskipun demikian, tidak berarti hal tersebut
membuat penduduk Wilayah Kalimantan tinggal di desa
dengan status desa maju atau bahkan desa mandiri. Faktor
alam yang membuat kesenjangan sosial ekonomi di wilayah ini
sangat terasa. Bentang alam yang sangat luas dan didominasi
hutan, membuat akses transportasi di wilayah ini belum
terbuka secara maksimal. Kondisi ini lah yang menyebabkan
terhambatnya semua akses, baik informasi maupun logistik
masuk ke setiap desa yang ada di wilayah ini.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 127

18-jejak.indd 127 12/19/2019 5:43:37 AM


Mandiri; 0,015%
Maju; 1,003%
Berkembang;
14,088%
Sangat
Tertinggal;
37,948%

Tertinggal;
46,945%

Gambar 31. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Kalimantan, 2015

Banyaknya kendala yang dihadapi membuat wilayah ini


kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
secara merata. Seperti yang terlihat pada Gambar 31,
jumlah desa mandiri, maju atau bahkan desa berkembang
sekalipun jumlahnya masih sangat sedikit. Jika ketiganya
digabungkan jumlahnya tidak lebih dari 16%. Hanya terdapat
1 desa mandiri di wilayah ini, lokasinya berada di Provinsi
Kalimantan Selatan.

Wilayah Sulawesi

Sulawesi merupakan nama pulau di Indonesia yang berada


di tengah Kepulauan Maluku dan Pulau Kalimantan.
Memiliki luas sekitar 174.600 km persegi, Sulawesi adalah
kepulauan terbesar ke-11 di dunia. Di Negara Indonesia, luas
Pulau Sulawesi menduduki peringkat ke-4 setelah Papua,
Kalimantan, dan Sumatera. Dalam bahasa Inggris, sebutan

128 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 128 12/19/2019 5:43:38 AM


lama untuk Sulawesi yaitu Celebes. Sebutan Celebes untuk
nama Sulawesi yang pertama kali menggunakan adalah
bangsa Portugis.

Wilayah Sulawesi merupakan salah satu dari 5 pulau


terbesar di Indonesia. Sulawesi memiliki 6 Provinsi yakni;
Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Gorontalo memiliki
8677 desa. Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2015 jumlah penduduk Sulawesi pada 2019 mencapai 19,56
juta jiwa atau 7,33% dari total penduduk Indonesia. Angka
tersebut terdiri atas 9,74 juta jiwa laki-laki dan 9,82 juta jiwa
perempuan.Jumlah penduduk terbanyak berada di Provinsi
Sulawesi Selatan (Sulsel), yakni mencapai 8,82 juta jiwa
seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Sedangkan jumlah
penduduk paling sedikit di Provinsi Gorontalo, yaitu 1,18
juta jiwa yang terdiri atas 589 ribu laki-laki dan 588 ribu jiwa
perempuan

Gambar 32 menunjukkan bahwa daerah di Pulau Sulawesi


masih memiliki desa dengan status Desa Sangat Tertinggal
dengan rincian sebanyak 9,84%. Pada Gambar 32 juga dapat lihat
bahwa berdasarkan IDM 2015, jumlah desa dengan status Desa
Tertinggal di daerah Sulawesi juga cukup tinggi, yaitu sebanyak
59, 48 % lalu diikuti oleh Desa Berkembang sebanyak 29, 78
% serta Desa Maju yang jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya
0,91% dan desa yang memiliki status sebagai Desa Mandiri
hanya sebesar 0,01% saja. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
di daerah Sulawesi masih sangat membutuhkan pembangunan
baik dalam infrastuktur atau pun pembangunan sumber daya
alamnya yang tentunya akan dapat membantu dalam proses
kenaikan status desa di Sulawesi.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 129

18-jejak.indd 129 12/19/2019 5:43:38 AM


Maju; 0,910% Mandiri; 0,012%Sangat
Tertinggal;
9,842%
Berkembang;
29,757%

Tertinggal;
59,479%

Gambar 32. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Sulawesi, 2015

Tabel 14 mendeskripsikan bahwa sebaran desa di Pulau


Sulawesi berdasarkan status desa menurut IDM 2015,
Yaitu Status Desa Sangat Tertinggal, Desa Tertinggal, , Desa
Berkembang, Desa Maju, dan Desa Mandiri. Jika menelaah
Tabel 14 ini, jumlah Desa Sangat Tertinggal masih cukup
tinggi, yaitu sebanyak 854 desa atau 10% dari total desa
dengan Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki jumlah desa
tertinggal paling banyak, yaitu sebanyak 250 desa atau
13% dari toatal desa di provinsi ini. Pulau Sulawesi ini juga
didominasi oleh desa yang memiliki status desa tertinggal
dengan jumlah desa tertinggal di Pulau Sulawesi sebanyak
5161 desa. Jumlah ini setara dengan 60% dari total desa
yang ada di Wilayah Sulawesi sebanyak 8677 desa pada
tahun 2015. Persebaran desa dengan status desa tertinggal
hampir merata di setiap Provinsi di Pulau Sulawesi, dengan
jumlah terbanyak di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak
1410 desa. Meskipun jumlah desa sangat tertinggal dan

130 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 130 12/19/2019 5:43:38 AM


desa tertinggal di Sulawesi tergolong masih cukup tinggi,
namun Pulau Sulawesi telah memiliki 1 Desa Mandiri yang
berada di Provinsi Sulawei Selatan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa wilayah Pulau Sulawesi masih sangat
didominasi oleh desa dengan Status Desa Sangat Tertinggal
dan Desa Tertinggal.

Tabel 14 Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa per


Provinsi di Wilayah Sulawesi, 2015
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Sulawesi Barat 134 23,30 286 49,74 151 26,26 4 0,70 0 0,00
Sulawesi Selatan 154 6,88 1181 52,72 876 39,11 28 1,25 1 0,04
Sulawesi Tengah 202 11,17 1084 59,92 508 28,08 15 0,83 0 0,00
Sulawesi Tenggara 250 13,22 1410 74,56 228 12,06 3 0,16 0 0,00
Sulawesi Utara 84 5,58 852 56,61 554 36,81 15 1,00 0 0,00
Gorontalo 30 4,57 348 52,97 265 40,33 14 2,13 0 0,00
Jumlah 854 9,84 5161 59,48 2582 29,76 79 0,91 1 0,01

Wilayah Maluku dan Papua

Kepulauan Maluku dan Paua adalah sekelompok pulau di


Indonesia yang merupakan bagian dari Nusantara. Secara
geografis, Pulau Papua dan Maluku memiliki luas 860.258
KM² yang terdiri dari Kepulauan Maluku 74.505 KM², dan
Pulau Papua 785.753 KM². Maluku dan Papua dibatasi oleh
Samudra Pasifik (utara), Samudra Hindia (selatan), Laut
Arafuru (selatan Papua), Teluk Carpentaria (selatan), Laut
Banda (selatan Maluku), Laut Maluku dan Laut Halmahera
(utara Maluku). Maluku dan Sulawesi juga dibatasi oleh
daratan, yaitu Papua Nugini (timur), Australia (selatan)

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 131

18-jejak.indd 131 12/19/2019 5:43:38 AM


Kepulauan Maluku terletak di lempeng Australia. Maluku
dan Papua berbatasan dengan Pulau Sulawesi di sebelah
barat, Papua Nugini di timur, dan Timor di sebelah selatan,
Palau di timur laut. Pada zaman dahulu, bangsa Eropa
menamakannya “Kepulauan rempah-rempah” — istilah ini
juga merujuk kepada Kepulauan Zanzibar.

Jumlah penduduk empat provinsi di Maluku dan Papua


pada 2019 diperkirakan sebanyak 7,31 juta jiwa atau 2,74%
dari total penduduk Indonesia yang mencapai 267 juta jiwa.
Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015,
jumlah tersebut terdiri atas 3,78 jiwa laki-laki dan 3,51 juta
jiwa perempuan.Penduduk terbanyak berada di Papua,
yakni mencapai 3,34 juta jiwa yang diikuti Maluku dengan
penduduk sebanyak 1,77 juta jiwa. Dua provinsi yang
memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Maluku
Utara 1,23 juta jiwa, dan Papua Barat dengan penduduk
hanya 964 ribu jiwa.

Maluku dan Papua terdiri dari 4 (empat) provinsi dengan,


yaitu Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Di
empat provinsi ini, jumlah desa pada tahun 2015 sebanyak
8385 desa yang berdasarkan IDM 2015 terdistribusi sebagian
besar pada Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal
seperti yang tampak pada Gambar 33.

132 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 132 12/19/2019 5:43:38 AM


Berkembang;Maju; 0,453%
5,259% Mandiri; 0,000%

Tertinggal;
25,212%

Sangat
Tertinggal;
69,076%

Gambar 33. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Maluku dan Papua, 2015

Gambar 33 di atas menunjukkan Maluku dan Papua hanya


memiliki desa dengan status sangat tertinggal, tertinggal,
berkembang dan maju beradasarkan IDM 2015. Wilayah
Maluku dan Papua pada tahun 2015 belum memiliki desa
dengan status desa mandiri. Sebaran desa dengan status
desa sangat tertinggal di wilayah Maluku dan Papua masih
sangat tinggi, yaitu sebanyak 69,08% lalu presentase
desa dengan status sebagai desa tertinggal sebanyak
25,21 %, selanjutnya presentase desa dengan status desa
berkembang sebanyak 5,26%, dan presentase desa dengan
status desa maju yaitu sebesar 0,45%. Dengan demikian,
fokus pembangunan desa di wilayah Maluku dan Papua
lebih ditekankan pada meningkatkan status Desa Sangat
Tertinggal dan Desa Tertinggal jumlahnya masih cukup
banyak. Keterisoliran desa-desa di wilayah Maluku dan
Papua ini harus lebih menjadi prioritas untuk menjadikan
desa-desa ini semakin terbuka sehingga segala potensi
sumber daya alam yang tersedia dapat dioptimalkan untuk

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 133

18-jejak.indd 133 12/19/2019 5:43:38 AM


kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa. Hal
ini dilakukan dengan tidak mengabaikan pembangunan
sumber daya manusianya.

Jika dilihat dari sebaran desanya, Provinsi Papua dan Papua


Barat adalah provinsi dengan jumlah desa dengan status
Desa Sangat Tertinggal dan Tertinggal sangat banyak, seperti
yang disajikan pada Tabel 15. Di dua provinsi ini, jumlah
desa dengan status Desa Sangat Tertinggal masing-masing
mencapai 82% untuk Papua dan 71% untuk Papua Barat.
Jika ditambahkan dengan status Desa Tertinggal, Jumlah
desanya mencapai lebih dari 95% pada kategori tertinggal
dan Sangat Tertinggal. Kondisi ini juga mencerminkan
betapa tertinggalnya pembangun desa di Papua dan Papua
Barat.

Tabel 15 Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa per


Provinsi di Wilayah Maluku dan Papua Tahun
2015
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Maluku 483 46,00 431 41,05 120 11,43 16 1,52 0 0,00
Maluku Utara 349 32,74 557 52,25 150 14,07 10 0,94 0 0,00
Papua 3900 81,64 762 15,95 108 2,26 7 0,15 0 0,00
Papua Barat 1060 71,05 364 24,40 63 4,22 5 0,34 0 0,00
Jumlah 5792 69,08 2114 25,21 441 5,26 38 0,45 0 0,00

Kondisi desa yang agak lebih baik di Maluku dan Maluku


Utara. Berdasarkan Tabel 15 di atas, jumlah Desa Sangat
Tertinggal Dan Desa Tertinggal di Maluku dan Maluku
Utara juga sangat tinggi. Jumlah desa Sangat Tertinggal dan
tertinggal mencapai 85% dari total desa yang ada di dua
provinsi tersebut. Ketersebaran desa dengan dua status

134 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 134 12/19/2019 5:43:38 AM


tersebut mencapai 46 desa dengan status Sangat tertinggal
di Maluku dan 33% di Maluku Utara. Sedangkan desa dengan
status Desa tertinggal mencapai 41% dan 52% masing-
masing untuk provinsi Maluku dan Maluku Utara.

Melihat Gambar 33 dan Tabel 15, di wilayah Maluku dan


Papua, jumlah desa sebanyak 5792 desa. Dari jumlah ini yang
masuk pada klasifikasi Desa Berkembang, Desa Maju dan Desa
Mandiri berdasarkan IDM 2015 hanya mencapai 479 desa atau
5% dari total desa yang ada di Maluku dan Papua dengan
tidak ada satupun yang masuk ketegori Desa Mandiri. Lebih
detail, Wilayah Maluku dan papua masih memiliki sedikit Desa
Berkembang yaitu sebanyak 441 desa dan memiliki 38 Desa
Maju berdasarkan IDM 2015. Dua provinsi yang banyak desa
dengan Status Desa berkembang adalah Maluku dan Maluku
Utara masing-masing sebanyak 1120 desa dan 150 desa.

Sebaran Status Desa 2018

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


Transmigrasi dari tahun 2015-2019 mulai melakukan pro-
gram-program yang fokus utamanya lebih kepada prioritas
pembangunan desa yang tadinya tidak berdaya atau kurang
berdaya untuk menjadi berdaya. Program pembangunan
desa yang diarahkan pada kemandirian desa dan mengu-
rangi ketertinggal desa. Artinya, kebijakan dan aktivitas
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa harus
menghasilkan pemerataan dan keadilan. Pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat ini didasarkan dan mem-
perkuat nilai-nilai lokal dan budaya, serta ramah lingkungan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 135

18-jejak.indd 135 12/19/2019 5:43:38 AM


dengan mengelola potensi sumber daya alam secara baik
dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, ketahanan sosial,
ekonomi, dan lingkungan bersinergi sebagai dimensi yang
saling memperkuat dalam proses dan pencapaian tujuan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Upaya-upaya di atas ini harusnya telah membuahkan hasil


dengan melihat perkembangan status desa. Perkembangan
status desa ini dapat dilihat dan ditelaah dari IDM yang selalu
diperbaharui terus setiap tahun. Hal yang sama untuk tahun
2018, kinerja pembangunan desa di setiap desa telah dinilai
dan diukur dengan IDM. Sebaran status desa berdasarkan
IDM 2018 menunjukkan hasil yang menggembirakan jika
dibandingkan dengan data IDM 2015. Hal ini tampak dari
semakin banyaknya desa dengan status berkembang,
Desa Maju dan Desa Mandiri yang tentunya diiringi dengan
semakin berkurang Desa Tertingggal dan Desa Sangat
Tertinggal, sepereti yang ditunjukkan pada Gambar 34.

Mandiri;
0,407%
Sangat
Maju; 6,353%
Tertinggal;
15,036%

Berkembang; Tertinggal;
40,477% 37,727%

Gambar 34. Distribusi Desa Berdasarkan Status Desa di


Indonesia, 2018

136 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 136 12/19/2019 5:43:39 AM


Berdasarkan Gambar 34 di atas, pada tahun 2018 Indonesia
masih memiliki relatif cukup banyak desa yang berstatus
sebagai Desa Sangat Tertinggal dan Desa Tertinggal.
Jumlah desa dengan status desa seperti ini masing-masing
mencapai 15% untuk Desa Sangat tertingal dan 38% untuk
Desa Tertinggal. Meskipun demikian, jika dibandingkan
dengan kinerja desa berdasarkan IDM 2015, Indonesia telah
mengalami peningkatan kinerja desanya. Hal ini dapat dilihat
dengan telah meningkatnya presentase desa berkembang,
desa maju dan desa mandiri serta berkurangnya presentase
desa sangat tertinggal dan tertinggal (lihat Gambar 24 dan
Gambar 33).

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai


sebaran status desa di Indonesia berdasarkan IDM 2018,
Tabel 16 menyajikan sebaran desa berdasarkan status desa
untuk setiap pulau dan kepulauan.

Tabel 16. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa dan


Wilayah di Indonesia, 2018
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Kawasan Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Sumatera 2222 9,64 11264 48,88 8596 37,30 912 3,96 50 0,22
Jawa 214 0,96 4355 19,53 14532 65,18 2989 13,41 204 0,92
Bali dan Nusa
664 14,26 1950 41,87 1560 33,50 440 9,45 43 0,92
Tenggara
Kalimantan 1334 20,29 3062 46,56 1973 30,00 199 3,03 8 0,12
Sulawesi 674 7,71 4551 52,04 3314 37,89 206 2,36 1 0,01
Maluku dan
6352 58,27 3573 32,78 876 8,04 96 0,88 4 0,04
Papua
Indonesia 11460 15,04 28755 37,73 30851 40,48 4842 6,35 310 0,41

Pada Tabel 16, berbasis IDM 2018 Indonesia masih cukup


banyak memiliki desa dengan status Desa Sangat Tertinggal
dan Tertinggal. Semua kawasan atau wilayah memiliki

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 137

18-jejak.indd 137 12/19/2019 5:43:39 AM


jumlah desa dengan status ini lebih dari 50% dari total desa
yang ada di masing-masing wilayah, kecuali di Jawa. Wilayah
Maluku dan Papua masih merupakan wilayah dengan jumlah
desa dengan status Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal
terbesar di Indonesia, yakni 91% atau 9925 desa. Disusul oleh
Kalimantan dan Sulawesi masing-masing dengan jumlah
desa sebanyak 4396 desa atau setara dengan 67%, dan 5225
desa atau sebanyak 60% dari total desa yang ada di wilayah
masing-masing. Sementara itu, jumlah desa dengan status
yang sama di Jawa berjumlah kurang dari 20% dari jumlah
desa yang ada di Jawa.

Dengan basis IDM 2018, jumlah desa berstatus Desa Maju


dan Desa Mandiri juga menunjukkan adanya peningkatan
jumlahnya dibandingkan dengan berbasis IDM 2015. Secara
keseluruhan, jumlah desa dengan status Desa Maju dan
Mandiri mencapai 7% pada tahun 2018 sementara pada
tahun 2015 baru mencapai 5% dari total desa pada tahun
2015. Sekali lagi, Jawa tetap mendominasi pesentase desa
dengan status Desa Maju dan Mandiri dengan jumlah
sebesar 14% disusul Bali dan Nusa Tenggara berjumlah 10%
dari total desa yang ada di masing-masing kawasan.

Wilayah Sumatera

Berdasarkan IDM 2018, sebaran desa di wilayah Sumatera


masih terkonsentrasi pada desa-desa dengan status Desa
Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal. Meskipun demikian,
persentase desa dengan dua status desa ini lebih rendah
dibandingkan dengan kondisi tahun 2015. Sebaran desa

138 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 138 12/19/2019 5:43:39 AM


berdasarkan status desa pada tahun 2018 disajikan pada
Gambar 35.

Mandiri;
Maju; 1,717% 0,057% Sangat
Tertinggal;
Berkembang;
15,523%
23,130%

Tertinggal;
59,574%

Gambar 35. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Sumatera, 2018

Berdasarkan Gambar 35 di atas, desa-desa di Pulau


Sumatera masuk pada kategori desa dengan status Desa
Sangat Tertinggal, Desa Tertinggal, Desa Berkembang,
Desa Maju serta Desa Mandiri. Presentase Desa Sangat
Tertinggal di Pulau Sumatera sebesar 15,33 %, lalu Desa
Tertinggal dengan jumlah persentase yang cukup tinggi dan
mendominasi yakni sebesar 58.82 %. Selanjutnya, desa yang
memiliki status sebagai Desa Berkembang sebesar 22,84%
dan Desa Maju dan Desa Mandiri masih dengan jumlah yang
paling kecil, yaitu masing-masing sebanyak 1,70% 1,33 %.
Angka-angka ini menginformasikan bahwa kerja keras untuk
terus berupaya memberdayakan dan mengelola potensi
sumber daya yang ada di setiap desa dan masyarakat di
Pulau Sumatera masih masih sangat perlu untuk terus
dilanjutkan untuk menuju kemandirian desa.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 139

18-jejak.indd 139 12/19/2019 5:43:39 AM


Jika dilihat sebaran antar provinsi (Tabel 21), jumlah desa
dengan status Tertinggal dan Sangat Tertinggal cukup tinggi
di hampir seluruh provinsi dengan jumlah desa sebanyak
17276 desa atau setara dengan 75% dari total jumlah desa
yang ada di Wilayah Sumatera. Provinsi Jambi adalah provinsi
dengan jumlah Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal di
atas rata-rata wilayah dan tertingggi di wilayah Sumatera. Di
Provinsi ini, jumlah desa dengan status Desa Tertinggal dan
Sangat Tertinggal mencapai 82% dari total desa yang ada
di provinsi ini. Provinsi lain yang memiliki persentase desa
dengan status Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal yang
cukup tinggi adalah Provinsi Aceh dan Provinsi Bengkulu
dengan jumlah mencapai hampir 80% dari total desa yang
ada. Fakta ini jelas masih banyak desa yang belum dapat
mengoptimalkan dana desa yang diperoleh untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desanya. Fakta
ini juga menunjukkan bahwa dibutuhkan banyak waktu
dan upaya keras untuk dapat menuju kemandirian desa.
Kajian terhadap kontribusi masing masing dimensi terhadap
terbentuknya IDM jelas menunjukkan bahwa dimensi
ketahanan ekonomi, yang dicerminkan oleh IKE, menjadi titik
krusial yang harus dan terus menjadi fokus pembangunan
desa.

Berdasarkan Tabel 17, jumlah Desa Berkembang secara


total mencapai 5321 desa dengan jumlah terbanyak berada
di provinsi Aceh dengan jumlah 1226, setara dengan 23%
terhadap total desa dengan kategori ini di Sumatera atau
19% dari total desa yang ada di Provinsi Aceh. Provinsi
dengan jumlah Desa Berkembang terbanyak berikutnya
adalah Provinsi Sumatera Utara. Di provinsi ini, jumlahnya
mencapai 1063 desa atau setara dengan 20% desa yang ada

140 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 140 12/19/2019 5:43:39 AM


di Sumatera Utara. Selanjutnya desa maju di pulau Sumatera
sebanyak 395 dengan jumlah terbanyak berada di provinsi
Sumatera Barat yakni sebanyak 119 dea dan desa mandiri
sebanyak 13 desa di pulau Sumatera dengan jumlah paling
banyak berada di Sumatera Barat yakni sebanyak 7 desa.

Tabel 17 Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah


Sumatera Tahun 2018
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Aceh 963 14,79 4211 64,69 1226 18,83 105 1,61 5 0,08
Sumatera Utara 1285 23,77 3019 55,85 1063 19,66 39 0,72 0 0,00
Riau 428 26,70 888 55,40 278 17,34 9 0,56 0 0,00
Kep, Riau 26 9,56 187 68,75 54 19,85 5 1,84 0 0,00
Kep, Bangka Belitung 6 1,94 169 54,69 127 41,10 7 2,27 0 0,00
Jambi 191 13,75 839 60,40 345 24,84 14 1,01 0 0,00
Sumatera Barat 51 5,76 332 37,47 377 42,55 119 13,43 7 0,79
Sumatera Selatan 290 10,17 1990 69,80 553 19,40 18 0,63 0 0,00
Bengkulu 180 13,27 768 56,64 386 28,47 22 1,62 0 0,00
Lampung 151 6,23 1302 53,74 912 37,64 57 2,35 1 0,04
Jumlah 3571 15,52 13705 59,57 5321 23,13 395 1,72 13 0,06

Wilayah Jawa

Untuk wilayah Jawa, telaah terhadap IDM 2018 menunjukkan


status desa di wilayah ini sudah mengarah ke Desa
Berkembang, Desa Maju dan Desa Mandiri. Jumlah desa
dengan 3 (tiga) status desa ini mencapai lebih 80% dari total
desa yang ada sebanyak 22.294 desa. Jika dirinci, jumlah
desa dengan masing-masing status adalah sebagai berikut
(lihat Gambar :

a. Desa Berkembang : 65,18% atau 14,354 desa

b. Desa Maju : 13.41% atau 2,989 desa

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 141

18-jejak.indd 141 12/19/2019 5:43:39 AM


c. Desa Mandiri : 0,92% atau 204 desa

Untuk desa tertinggal, jumlah persentasenya juga kecil,


yaitu 19,53% atau sebanyak 4.355 desa. Sementara itu, desa
dengan status Desa sangat tertinggal jumlahnya kurang dari
1 %, yaitu 214 desa atau setara dengan 0,96%. Presentase
tersebut menunjukkan bahwa perkembangan perubahan
status desa di wilayah Jawa cukup baik, namun masih
tetap memerlukan pembangunan baik sarana prasarana
dan sumber daya manusianya untuk dapat mempercepat
kemandirian desa.

Mandiri; Sangat
0,915% Tertiggal;
Maju ; 13,407% 0,960% Tertinggal;
19,534%

Berkembang;
65,183%

Gambar 36. Perkembangan Status Desa di Wilayah Jawa


Tahun 2018

Sebaran desa berdasarkan status desa hasil telaah IDM


2018 disajikan pada Tabel 18. Pada tabel ini, persebaran
status desa di wilayah Jawa menunjukkan bahwa provinsi
Banten merupakan provinsi yang paling banyak memiliki
desa dengan status Desa Sangat Tertinggal dan Desa
Tertinggal mencapai 53% dari total desa yang ada di Provinsi

142 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 142 12/19/2019 5:43:39 AM


Banten. Yang disusul provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
dengan jumlah persentase yang hampir sama, yaitu 20%
dari total desa yang ada pada masing-masing provinsi.
Namun demikian, dari sisi jumlah desa, Jawa Timur memiliki
jumlah desa dengan status Desa Tertinggal dan Desa Sangat
Tertinggal terbanyak diantara provinsi yang ada di Jawa. Ada
55 desa Sangat Tertinggal dan 1484 desa yang masuk pada
kategori Desa Tertinggal di Jawa Timur. Hal yang sama untuk
provinsi Banten, jumlah desa yang tergolong pada dua
klasifikasi status desa ini, Desa tertinggal dan Desa Sangat
Tertinggal, berjumlah 675 desa dan ini merupakan 53% dari
jumlah desa yang ada di Provinsi Banten.

Tabel 18 Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah


Jawa, 2018
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Banten 63 5,09 594 47,98 511 41,28 69 5,57 1 0,08

D.I. Yogyakarta 0 0,00 5 1,28 174 44,39 185 47,19 28 7,14

Jawa Barat 44 0,83 906 17,06 3629 68,32 696 13,10 37 0,70

Jawa Tengah 52 0,68 1366 17,91 5110 66,98 1032 13,53 69 0,90

Jawa Timur 55 0,71 1484 19,22 5108 66,14 1007 13,04 69 0,89

Jumlah 214 0,96 4355 19,53 14532 65,18 2989 13,41 204 0,92

Data pada Tabel 18 juga menginformasikan bahwa lebih dari


separuh desa di Jawa, yakni sebanyak 14.532 desa masuk
kategori Desa Berkembang dengan jumlah terbanyak berada
di Jawa tengah yakni sebanyak 5.110 desa atau 67% dari
total desa yang ada di Jawa Tengah. Jawa Timur menyusul
dengan jumlah desa sebanyak 5.108 desa atau 66% dari
total desa di Jawa Timur. Seperti dijelaskan sebelumnya,

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 143

18-jejak.indd 143 12/19/2019 5:43:39 AM


Desa berkembang terkait dengan situasi dan kondisi
dalam status Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal
dijelaskan dengan faktor kerentanan. Apabila ada tekanan
faktor kerentanan seperti goncangan ekonomi, bencana
alam, atau konflik sosial maka dapat memengaruhi status
Desa Berkembang turun menjadi Desa Tertinggal. Demikian
sebaliknya, Desa Berkembang dapat berubah menjadi Desa
Maju atau Mandiri jika mampu mengelola potensi dan
berinovasi untuk kemajuan desa.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang


memiliki jumlah desa tertinggal di jawa dan bahkan di
Indonesia berdasarkan IDM 2018. Terhadap total desa
dengan status Desa Tertinggal sejumlah 4355 desa, hanya
ada 5 (lima) desa di DI Yogyakarta yang masuk kategori Desa
Tertinggal. Lebih dari 50% desa dikategorikan pada Desa
Maju dan Desa Mandiri.

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Sebaran desa di Bali dan Nusa Tenggara berdasarkan


statusnya hasil dari telaah IDM 2018 menunjukkan masih
banyak desa di wilayah ini yang memiliki status sebagai
Desa Tertinggal, termasuk di dalamnya adalah Desa Sangat
tertinggal. Persentasenya mencapai 55% dari total desa
yang ada di wilayah ini yang mencapai 4.657 desa, seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 37.

Pada gambar ini juga dapat dilihat bahwa presentase Desa


Berkembang pada wilayah Bali dan Nusa Tenggara mencapai
33,498%. Desa Berkembang biasanya dicirikan oleh tingkat

144 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 144 12/19/2019 5:43:40 AM


kerentanannya terhadap gejolak ekonomi, bencana dan
konflik sosial sehingga dapat merubah statusnya menjadi
tertinggal jika tidak dapat mengelola dirinya terhadap gejolak
dan konflik yang terjadi di dalam desa maupun yang berasal
dari luar desa. Sebaliknya, desa-desa ini akan menjadi
kuat dan mandiri apabila mereka mampu mengelola dan
mengembangkan potensi sumber daya yang ada di desanya.

Mandiri;
Maju; 9,448% 0,923% Sangat
Tertinggal;
14,258%

Berkembang;
33,498% Tertinggal;
41,872%

Gambar 37. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Bali dan Nusa Tenggara, 2018

Gambar 37 juga menunjukkan bahwa Desa Maju dan Desa


Mandiri di Bali dan Nusa Tenggara jumlahnya relatif cukup
banyak, yaitu 9,45% untuk Desa Maju dan 0,92% untuk Desa
Mandiri. Namun demikian, ketersebaran desa maju dan
Mandiri masih banyak terkonsentrasi di Bali seperti yang
tersaji pada Tabel 19.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 145

18-jejak.indd 145 12/19/2019 5:43:40 AM


Tabel 19 Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah
Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2018
Sangat Berkem-
Tertinggal Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal bang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Bali 0 0,00 0 0,00 312 49,06 283 44,50 41 6,45
Nusa Tenggara Barat 8 0,80 208 20,90 655 65,83 123 12,36 1 0,10
Nusa Tenggara Timur 656 21,68 1742 57,57 593 19,60 34 1,12 1 0,03
Jumlah 664 14,26 1950 41,87 1560 33,50 440 9,45 43 0,92

Tabel di atas menunjukkan jumlah sebaran status desa


di wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Berdasarkan tabel di
atas dapat dilihat bahwa jumlah desa sangat tertinggal
semuanya berada di wilayah nusa tenggara yakni sebanyak
664 dengan jumlah 656 di Nusa Tenggara Timur dan 8 di
Nusa Tenggara Barat. Untuk sebaran desa tertinggal juga
semuanya berada di wilayah nusa tenggara, dengan jumlah
sebanyak 1950 desa. Lalu untuk desa berkembang untuk
wilayah Bali dan Nusa Tenggara berjumlah sebanyak 1560
desa, sedangkan untuk sebaran desa maju di wilayah bali
dan Nusa Tenggara sebanyak 440 desa, dimana jumlah
terbanyak desa maju berada di Provinsi Bali. Selanjutnya
untuk desa mandiri berjumlah 43 desa, dengan 41 desa
mandiri terdapat di provinsi Bali. Dengan demikian,
berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
wilayah Nusa Tenggara menghadapi permasalahan yang
lebih berat dalam mengembangkan desa karena jumlah
Desa Sangat Tertinggal Dan Desa Tertinggalnya masih
tergolong cukup banyak. Kesiapan sumber daya manusia
di wilayah ini harus terus menerus diperbaharui sehingga
mereka trampil dalam mengelola dan memanfaatkan dana
desa yang diperoleh guna pengembangan semua potensi
desa yang dimiliki. Pemberdayaan masyarakat desa dengan

146 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 146 12/19/2019 5:43:40 AM


kelembagaan sosial yang ada di desa terus menjadi fokus
agar dapat mempersiapkan sumber daya yang memiliki
ketrampilan dan kompetensi dalam mengembangkan
sumber daya desanya.

Wilayah Kalimantan

Telaah terhadap IDM 2018 untuk wilayah Kalimantan,


seperti yang disajikan oleh Gambar 37, menunjukkan bahwa
sebagian besar desa di Kalimantan masuk pada status Desa
Tertinggal dan Sangat Tertinggal. Ada 67% desa atau 4396
desa di Kalimantan yang masuk pada kategori Desa Tertinggal
dan Sangat Tertinggal. Karakteristik Desa Tertinggal adan
Sangat Tertinggal adalah belum termanfaatkannya sumber
daya. Di samping itu, desa dalam kategori tersebut belum
memiliki kelembagaan sosial untuk mendukung aktivitas
warga selain karena kemandirian ekonomi juga belum
terbentuk. Hal ini utamanya juga ditunjukkan oleh lemahnya
kinerja Dimensi Ekonomi dan Kinerja Dimensi Lingkungan di
Kalimantan yang masuk pada Status Tertinggal dan Sangat
Tertinggal, seperti ditunjukkan oleh grafik Radar berikut.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 147

18-jejak.indd 147 12/19/2019 5:43:40 AM


Gambar 38. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL,
IKE, dan IKS terhadap Pembentuk IDM
Kalimantan, 2018

Meskipun desa dengan status Desa tertinggal dan Desa


Sangat Tertinggal masih mendominasi, jumlah desa
dengan status Desa Berkembang, Desa Maju, dan Desa
Mandiri sudah mulai meningkat jumlahnya. Desa dengan 3
(tiga) kategori ini meingkat menjadi 33% pada tahun 2018
dibandingkan denga kondisi desa berdasarakan IDM 2015.
Data ini juga membuktikan program ke arah kemandirian
desa sudah mulai menampakan hasilnya. Secara grafis,
Gambar 37 menunjukkan sebaran desa berdasarkan status
desa pada IDM 2018 di Wilayah Kalimantan.

148 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 148 12/19/2019 5:43:40 AM


Mandiri;
Maju; 3,026% 0,122%
Sangat
Berkembang; Tertinggal;
30,003% 20,286%

Tertinggal;
46,563%

Gambar 39. Perkembangan Status Desa di Wilayah


Kalimantan Tahun 2018

Sebaran desa dengan status perkembanganya disajikan


pada Tabel 20. Tabel ini menginformasikan bahwa jumlah
Desa Sangat Tertinggal dan Tertinggal masih tinggi di semua
provinsi yang ada di Kalimantan. Untuk jumlah Desa Sangat
Tertinggal di wilayah Kalimantan, jumlah terbanyak berada
di Provinsi Kalimantan Barat, yaitu 677 desa atau setara
dengan 33% dari total desa yang ada di Kalimantan Barat.
Kalimantan Tengah menempati urutan kedua dengan
jumlah desa dengan status Desa Sangat Tertinggal, yaitu 306
desa atau 22% dari total desa di Kalimantan Tengah.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 149

18-jejak.indd 149 12/19/2019 5:43:40 AM


Tabel 20 Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah
Kalimantan, 2018
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Kalimantan Barat 677 33,33 928 45,69 372 18,32 53 2,61 1 0,05

Kalimantan Selatan 88 4,72 859 46,11 863 46,32 53 2,84 0 0,00

Kalimantan Tengah 306 21,94 675 48,39 368 26,38 44 3,15 2 0,14

Kalimantan Timur 138 16,43 380 45,24 287 34,17 33 3,93 2 0,24

Kalimantan Utara 125 27,96 220 49,22 83 18,57 16 3,58 3 0,67

Jumlah 1334 20,29 3062 46,56 1973 30,00 199 3,03 8 0,12

Data IDM 2018 untuk wilayah Kalimantan juga


menginformasikan bahwa desa dengan status Desa
Tertinggal juga cukup banyak yaitu sekitar 3062 desa atau
46% dari total desa di Kalimantan. Provinsi dengan desa
berstatus Desa Tertinggal terbanyak adalah Kalimantan
Barat dengan jumlah 928 desa atau 46% dari total desa di
Kalimantan Barat.

Sama seperti wilayah lainnya, desa dengan status Desa


Mandiri menjadi kelompok desa yang paling sedikit
jumlahnya. Di wilayah ini, hanya terdapat 8 Desa dengan
status Desa Mandiri. Desa-desa tersebut tersebut hampir
merata jumlahnya di seluruh Provinsi di Wilayah Kalimantan,
kecuali Provinsi Kalimantan Selatan yang belum memiliki
desa dengan status sebagai Desa Mandiri.

150 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 150 12/19/2019 5:43:40 AM


Wilayah Sulawesi

Gambar 40 berikut menunjukkan sebaran desa berdasarkan


status desa di wilayah Sulawesi pada tahun 2018 berdasarkan
telaah IDM 2018. Dari gambar ini, sebaran desa berdasarkan
statusnya di wilayah Sulawesi juga didominasi oleh Desa
Tertinggal, yaitu sebanyak 52%. Hasil telaah IDM 2018 juga
menunjukkan bahwa persentase desa sangat tertinggal di
wilayah Sulawesi sebanyak 7,71%. Artinya, jumlah desa
dengan status Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal
di wilayah Maluku cenderung masih banyak dimana jumlah
desa tertinggal di wilayah Maluku sebanyak 4551 dan Desa
Sangat Tertinggal sebanyak 674 desa (lihat Tabel 20).

Mandiri;
0,011% Sangat
Maju; 2,355%
Tertinggal;
7,706%
Berkembang;
37,892%

Tertinggal;
52,035%

Gambar 40. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Sulawesi, 2018

Gambar 39 juga menginformasikan bahwa desa dengan


status sebagai Desa Berkembang di wilayah Sulawesi
jumlahnya juga cukup besar, sebesar 37,89% atau

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 151

18-jejak.indd 151 12/19/2019 5:43:40 AM


sebanyak 3314 desa. Untuk desa dengan status Desa Maju,
ketersebarannya sama dengan wilayah lain, yaitu dengan
persentase dan jumlah desa yang relatif kecil. Di wilayah
ini, persentasenya hanya sebesar 2.36% dan Desa Mandiri
sebanyak 0,01%. Distribusi desa berdasarkan status desa
hasil telaah IDM 2018 disajikan pada Tabel 20.

Tabel 21 ini menjabarkan bahwa berdasarkan IDM 2018


di wilayah Sulawesi hanya memiliki 1 Desa Mandiri yang
terletak di Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk sebaran Desa
Maju di wilayah Sulawesi berjumlah 206 desa dengan jumlah
paling banyak berada di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu 66
desa atau 4,38% dari total desa di Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 21 Sebaran Desa berdasarkan Status Desa per


Provinsi di Wilayah Sulawesi, 2018
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Sulawesi Barat 138 24,00 299 52,00 133 23,13 5 0,87 0 0,00

Sulawesi Selatan 119 5,28 992 43,99 1089 48,29 55 2,44 0 0,00
Sulawesi Tengah 140 7,60 952 51,68 696 37,79 53 2,88 1 0,05

Sulawesi Tenggara 186 9,73 1364 71,38 358 18,73 3 0,16 0 0,00

Sulawesi Utara 60 3,98 646 42,90 734 48,74 66 4,38 0 0,00

Gorontalo 31 4,72 298 45,36 304 46,27 24 3,65 0 0,00

Jumlah 674 7,71 4551 52,04 3314 37,89 206 2,36 1 0,01

Di wilayah Sulawesi, jumlah Desa Berkembang sebanyak


3.314 dengan jumlah terbanyak berada di Provinsi Sulawesi
Selatan, yaitu 1089 desa atau 48% dari total desa di Provinsi
Sulawesi Selatan yang disusul dengan Sulawesi Utara
sebanyak 734 desa Berkembang (49% dari total desa di
Sulawesi Utara). Angka sebaran ini menunjukkan bahwa

152 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 152 12/19/2019 5:43:41 AM


di wilayah Sulawesi masih banyak Desa Tertinggal dan
Masih Berkembang. Padahal desa dengan status Desa
Berkembang juga mempunyai potensi untuk beralih ke
status Desa Tertinggal bahkan Sangat Tertinggal jika desa
tidak siap menghadapi gejolak ekonomi atau desa memiliki
ketahanan ekonomi yang lemah terhadap perubahan
ekonomi yang terjadi. Turunnya status desa berkembang
menjadi Desa Tertinggal juga bisa terjadi jika desa memiliki
ketahanan Lingkungan atau ketahanan ekologi yang lemah.
Desa harus tanggap terhadap darurat bencana alam
yang mungkin dapat terjadi setiap saat. Disisi lain, Desa
bekembang dapat meningkat statusnya jika mereka mampu
mengelola sumber daya yang dimiliki sebaik mungkin
dengan inovasi-inovasi desa yang dapat meningkatkan nilai
tambah produk yang dihasilkan. Kesiapan dan kebersamaan
perlu terus ditumbuhkembangkan dalam upaya mengelola
dan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki dan
ada di desa.

Wilayah Maluku dan Papua

Berdasarkan IDM 2018, jumlah Desa Tertinggal dan Desa


Sangat Tertinggal masih cukup tinggi, yaitu 91%. Persentase
ini relatif tidak berubah banyak jika dibandingkan dengan
kinerja pembangun desa berdasarkan IDM 2015 yang
mencapai mencapai 95% dari total Desa yang masuk kategori
Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal. (lihat Gambar 33
dan Gambar 41). Meskipun terjadi penurunan jumlah Desa
Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal, jumlah desa yang
masuk kategori ini masih cukup besar. Hal ini menunjukkan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 153

18-jejak.indd 153 12/19/2019 5:43:41 AM


bahwa pembangunan desa di wilayah ini belum dapat
secara cepat mengangkat desa-desa di wilayah ini menjadi
desa yang berkembang, maju dan mandiri. Perlu terobosan-
terobosan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin
sumber daya ekonomi yang ada dengan menggunakan data
kinerja IDM sebagai landasan untuk menentukan program
pembangunan desa.

Maju; 0,881%
Berkembang;
8,036% Mandiri; 0,037%

Tertinggal;
32,777% Sangat
Tertinggal;
58,270%

Gambar 41. Sebaran Desa berdasarkan Status Desa di


Wilayah Maluku dan Papua, 2018

Jumlah desa pada kategori Desa Berkembang, Desa Maju


dan Desa Mandiri di Wilayah Maluku dan Papua hanya 9%
dari total desa wilayah ini yang berjumlah 10.901 desa.
Dari persentase ini, presentase untuk Desa Berkembang
di wilayah Maluku sebanyak 8,04%, Desa Maju sebanyak
0,88% dan Desa Mandiri sebesar 0,04%. Kurang dapat
berkembangnya desa-desa di wilayah ini karena kurang
baiknya kinerja ekonomi desa yang ada. Sumber daya
alam yang melimpah kemungkinan besar belum dapat
secara optimal dikelola dan dikembangkan karena masih
banyaknya desa-desa di wilayah ini yang masih terisolir

154 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 154 12/19/2019 5:43:41 AM


dan sulit dijangkau dan diakses. Akibatnya, kinerja ekonomi
desa menjadi titik lemah dalam lambatnya pencapaian
kemandirian desa. Hal ini dapat dilihat dari kinerja masing-
masing dimensi IDM 2018 wilayah Maluku dan Papua seperti
yang terjadi pada grafik radar pada Gambar 42. Gambar
secara jelas menginformasikan bahwa kinerja ekonomi
merupakan aspek yang paling lemah kinerjanya di antara
tiga dimesni pembentuk IDM 2018 di Maluku dan Papua
disamping kinerja dimesi Sosial. Pada IDM 2018, IKE hanya
mampu berkinerja 0,3457 sedangkan IKS 0,5396. Angka
indeks ini juga menyarankan perlunya perbaikan kinerja dua
dimensi ini untuk dapat mengejar ketertinggalannya dengan
desa-desa di daerah lain.

Gambar 42. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL, IKE,


dan IKS terhadap Pembentuk IDM 2018 di
Maluku dan Papua

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 155

18-jejak.indd 155 12/19/2019 5:43:41 AM


Tabel 22 berikut menunjukkan jumlah sebaran desa
berdasarkan status desa di wilayah Maluku dan Papua.
Wilayah Maluku dan papua berdasarkan tabel ini
menunjukkan masih banyaknya desa yang memiliki status
sebagai Desa Tertinggal, yakni sebanyak 6352 desa dengan
jumlah terbanyak berada pada Provinsi Papua Barat.
Selanjutnya, desa dengan status desa tertinggal di wilayah
Maluku dan Papua sebanyak 3573 desa dengan sebaran
terbanyak berada di Provinsi Papua Barat yakni sebanyak
1488 desa.

Tabel 22 Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah


Maluku dan Papua, 2018
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Maluku 334 27,88 580 48,41 230 19,20 50 4,17 4 0,33

Maluku Utara 207 19,47 609 57,29 221 20,79 26 2,45 0 0,00

Papua 2366 68,60 896 25,98 180 5,22 7 0,20 0 0,00

Papua Barat 3445 66,36 1488 28,66 245 4,72 13 0,25 0 0,00

Jumlah 6352 58,27 3573 32,78 876 8,04 96 0,88 4 0,04

Hasil telaah terhadap IDM 2018 juga ditemukan bahwa


jumlah Desa Berkembang di wilayah Maluku dan Papua
mencapai 876 desa dan jumlah Desa Maju sebanyak 96
dengan sebaran terbanyak di Provinsi Maluku. IDM 2018
juga menghasilkan jumlah desa untuk kategori Desa Mandiri
di wilayah Maluku dan Papua yang hanya berjumlah 4 desa
dan semuanya juga terletak di provinsi Maluku.

Masih sedikitnya jumlah desa berkembang, maju dan


mandiri mengindikasikan bahwa perlu kerja keras untuk
membangun ekonomi desa dengan tidak mengabaikan

156 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 156 12/19/2019 5:43:41 AM


aspek sosial dan lingkungan. Masalah utama pembangunan
desa di wilayah Maluku dan Papua bukan terletak pada
besarnya dana desa yang dialokasikan untuk setiap desa
tetapi lebih terletak pada sumber daya manusia. Kesiapan
sumber daya manusia untuk mengelola dana desa yang
diterima agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan masyarakat desa adalah
persoalan yang cukup rumit di Maluku dan Papua.

Oleh sebab itu, peningkatan kesiapan sumber daya manusia


di Maluku dan Papua akan menjadi kunci keberhasilan
pembangunan desa di wilayah ini untuk menjadi desa
mandiri yang menyejahterakan masyarakatnya. Desa
mandiri adalah desa yang berdaya dan mengalami
kemajuan di sektor ekonomi, infrastruktur, sosial, dan
budaya. Kemandirian desa dapat dicapai dengan tata kelola
pemerintahan desa yang baik dan sumber daya yang siap
dengan ketrampilannya dalam mengelola potensi daerah
dan kekayaan alamnya.

Sebaran Status Desa 2019

Semenjak Undang-undang tentang Desa digulirkan tahun


2014, gerakan pembangunan desa semakin masif dan
menjadikan masyarakat desa sebagai subjek pembangunan
desa itu sendiri. Upaya membangun dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan sebagaimana tersurat dalam Nawacita
diperkuat dengan dukungan materiil berupa program dana
desa. Dana desa adalah sejumlah anggaran dana yang

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 157

18-jejak.indd 157 12/19/2019 5:43:41 AM


diberikan kepada desa dari pemerintah. Dana ini berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
merupakan sumber dari Dana Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah dengan jumlah paling sedikit adalah 10%
dari APBN.

Dana desa yang disalurkan terus mengalami kenaikan tiap


tahunnya yaitu pada 2015 sebesar Rp 20,67 triliun, 2016
sebesar Rp 46,98 triliun, 2017 sebesar Rp 60 triliun, 2018
masih sebesar Rp 60 triliun, dan tahun 2019 pemerintah
mengalokasikan hingga Rp 73 triliun. Menurut UU Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, dana desa ini diperuntukkan bagi
desa dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Lebih lanjut,
dana desa yang disalurkan diharapkan menjadi stimulus
yang mampu mengubah dan mengakselerasi pembangunan
ekonomi masyarakat dan mengurangi kesenjangan
pembangunan antar desa. Pemerintah tentu mengharapkan
hasil bagunan infrastruktur desa ini berdampak besar pada
akselerasi kemajuan desa.

Salah satu upaya untuk dapat menelaah sejauh mana


dana desa dapat memberikan manfaat ke masyarakat
desa adalah dengan mengkaji status desa melalui Indeks
Desa Membangun. Untuk tahun 2019, kinerja desa ditelaah
melalui kinerja IDM 2019 yang telah dipublikasikan oleh
Kemendesa. Seperti diketahui, Indeks Desa Membangun
disusun untuk mendukung upaya Pemerintah dalam
menangani pengentasan Desa Tertinggal dan peningkatan
Desa Mandiri. Sementara tujuan penyusunan Indeks Desa
Membangun adalah untuk menetapkan status kemajuan

158 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 158 12/19/2019 5:43:41 AM


dan kemandirian Desa; dan menyediakan data dan informasi
dasar bagi pembangunan Desa.

Berdasarkan IDM 2019, pada tahun 2019 jumlah desa


di seluruh wilayah Indonesia mencapai 73.501 desa. Jika
dibandingkan dengan Tahun 2018, jumlah ini berkurang
sekitar 2.717 desa. Selain terjadi perbedaan jumlah
dengan tahun sebelumnya, trend pergeseran status desa
menunjukkan trend yang positif. Sinyal positif tersebut
terlihat pada Gambar 43 berikut:

Mandiri; Sangat
1,082% Tertinggal;
Maju; 11,502%
8,779%

Tertinggal;
27,221%

Berkembang;
51,416%

Gambar 43. Perkembangan Status Desa di Indonesia


Tahun 2019

Dari Gambar 42 terlihat jelas bahwa proporsi Desa


Berkembang mendominasi. Jumlah desa berkembang
mencapai 51,416% dari seluruh desa di Indonesia atau
sekitar 37791 desa. Jumlah ini meningkat sekitar 6940 desa
dari tahun 2018. Perubahan signifikan terjadi pada kelompok
desa tertinggal. Pada tahun 2018 jumlah Desa Tertinggal
berada pada angka 28.755. Saat ini jumlah tersebut

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 159

18-jejak.indd 159 12/19/2019 5:43:41 AM


berkurang menjadi 20.008 atau sekitar 27,221% dari jumlah
desa di Indonesia tahun 2019. Ini artinya bahwa jumlah
Desa Tertinggal di Indonesia berkurang 8.747 desa. Hal yang
tidak jauh berbeda juga terjadi pada kelompok Desa Sangat
Tertinggal. Pada tahun 2018 jumlah Desa Sangat Tertinggal
mencapai jumlah 11.460. Saat ini jumlah tersebut berkurang
sekitar 5.007 desa menjadi 6.453 desa atau sekitar 8,779%
dari jumlah desa pada tahun 2019. Untuk desa maju dan
berkembang juga terjadi peningkatan yang cukup banyak.
Pada kelompok Desa Maju terjadi peningkatan sebanyak
3.612 desa. Selanjutnya pada kelompok Desa Mandiri terjadi
peningkatan 485 desa, dari yang sebelumnya berjumlah 310
desa menjadi 795 desa.

Tabel 23. Sebaran Status Desa per Wilayah di Indonesia,


2019
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Sumatera 1162 5,13 7479 33,02 12161 53,69 1731 7,64 119 0,53
Jawa 37 0,17 1607 7,21 15381 69,05 4827 21,67 424 1,90
Bali dan Nusa
405 8,92 1851 40,77 1537 33,85 628 13,83 119 2,62
Tenggara
Kalimantan 490 7,63 2234 34,81 3060 47,68 516 8,04 118 1,84
Sulawesi 159 1,90 2865 34,27 4719 56,45 610 7,30 7 0,08
Maluku dan
4200 45,38 3972 42,92 933 10,08 142 1,53 8 0,09
Papua
Indonesia 6453 8,78 20008 27,22 37791 51,42 8454 11,50 795 1,08

Tabel 23 menyajikan sebaran status desa per Wilayah di


Indonesia pada Tahun 2019. Pada tabel tersebut terlihat
jelas jumlah desa dari setiap wilayah. Pada kelompok Desa
Sangat Tertinggal masih didominasi dari wilayah timur
Indonesia yaitu dari Wilayah Maluku dan Papua, dengan

160 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 160 12/19/2019 5:43:42 AM


jumlah Desa Sangat Tertinggal sebanyak 4200 desa.
Meskipun jumlahnya masih cukup banyak, jumlah tersebut
menurun jika dibandingkan dengan data Tahun 2018 yang
mencapai 6352 desa berstatus sangat tertinggal.

Wilayah dengan jumlah Desa Tertinggal terbanyak berada


di Wilayah Sumatera, dengan jumlah desa sebanyak 7479
desa. Selanjutnya diikuti Wilayah Maluku dan Papua
sebanyak 3972 desa, dan Wilayah Sulawesi sebanyak 2865
desa. Sedangkan wilayah dengan jumlah desa berkembang
terbanyak berada di Wilayah Jawa dengan jumlah desa
berkembang mencapai 15.381 desa. Selanjutnya diikuti
oleh Wilayah Sumatera dengan jumlah desa berkembang
sebanyak 12.161 desa dan Wilayah Sulawesi sebanyak 4.719
desa. Untuk kelompok Desa Maju dan Mandiri didominasi
oleh Wilayah Jawa, Sumatera dan Bali.

Semakin baiknya status desa juga diindikasikan oleh


semakin baiknya kinerja masing-masing Dimensi IDM.
Terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap kinerja
IKS dan IKL serta semakin menguatnya kinerja IKE secara
nasional. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kinerja
masing-masing dimensi IDM seperti pada Gambar berikut:

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 161

18-jejak.indd 161 12/19/2019 5:43:42 AM


Gambar 44. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL, IKE,
dan IKS terhadap Pembentuk IDM 2015,
2018 dan 2019

Wilayah Sumatera

Wilayah Sumatera merupakan wilayah dengan jumlah


provinsi terbanyak, yakni mencapai 10 Provinsi, dengan
jumlah desa sebanyak 23.044 desa. Gambar 45 menyajikan
data tentang sebaran status desa di Wilayah Sumatera.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa 53,686% desa di
Wilayah Sumatera berstatus sebagai Desa Berkembang.

162 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 162 12/19/2019 5:43:42 AM


Jika dibandingkan dengan tahun 2018, terjadi pergeseran
sebaran status desa. Pada Tahun 2018 sebaran status desa
di Wilayah Sumatera didominasi desa dengan status sebagai
Desa Tertinggal. Berbeda dengan tahun ini, desa dengan
status sebagai Desa Tertinggal berada satu tingkat di bawah
desa berkembang, yakni sekitar 33,017%.

Mandiri;
0,525%Sangat
Maju; 7,642% Tertinggal;
5,130%

Tertinggal;
33,017%
Berkembang;
53,686%

Gambar 45. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Sumatera, 2019

Tabel 24 menyajikan data tentang sebaran desa berdasarkan


status desa setiap provinsi di Wilayah Sumatera. Pada
kelompok desa sangat tertinggal, Provinsi Sumatera Utara
menjadi Provinsi dengan jumlah desa terbanyak, yakni
mencapai 723 desa. Kemudian diikuti Provinsi Aceh dengan
jumlah desa sangat tertinggal sebanyak 307 desa. Kelompok
kedua pada sebaran status desa adalah kelompok desa
tertinggal. Pada kelompok ini Provinsi Aceh menjadi Provinsi
dengan jumlah desa terbanyak, yaitu sebanyak 2824 desa,
dan diikuti Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah desa
sebanyak 2.043 desa.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 163

18-jejak.indd 163 12/19/2019 5:43:42 AM


Tabel 24. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa per
Provinsi di Wilayah Sumatera, 2019
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Aceh 307 4,75 2824 43,74 2938 45,50 362 5,61 26 0,40

Riau 45 2,90 420 27,04 923 59,43 156 10,05 9 0,58

Kep, Riau 1 0,42 65 27,54 156 66,10 14 5,93 0 0,00

Kep. Bangka Belitung 0 0,00 0 0,00 180 66,67 85 31,48 5 1,85

Sumatera Utara 723 13,45 2043 38,01 2417 44,97 188 3,50 4 0,07

Sumatera Barat 10 1,12 112 12,60 477 53,66 263 29,58 27 3,04

Jambi 14 1,03 295 21,69 836 61,47 182 13,38 33 2,43

Sumatera Selatan 28 1,00 826 29,35 1799 63,93 158 5,61 3 0,11

Bengkulu 15 1,15 398 30,57 782 60,06 101 7,76 6 0,46

Lampung 19 0,79 496 20,70 1653 68,99 222 9,27 6 0,25

Jumlah 1162 5,13 7479 33,02 12161 53,69 1731 7,64 119 0,53

Pada kelompok Desa Berkembang, Provinsi Aceh dan


Sumatera Utara masih tetap mendominasi. Provinsi Aceh
memiliki 2.938 desa berkembang, sedangkan Provinsi
Sumatera Utara memiliki 2.417 desa dengan status
sebagai desa berkembang. Kelompok selanjutnya adalah
kelompok desa maju. Pada kelompok ini Provinsi Aceh
masih memimpin dengan jumlah 362 desa maju. Selanjutya
Provinsi Aceh diikuti oleh Provinsi Sumatera Barat dengan
jumlah Desa Maju sebanyak 263 desa. Untuk kelompok desa
mandiri, Provinsi Jambi menjadi Provinsi dengan jumlah
desa terbanyak, yakni sebanyak 33 desa. Provinsi Jambi
tidak sendiri, tepat di bawah nya ada Provinsi Sumatera
Barat dengan jumlah desa sebanyak 27 desa dan Provinsi
Aceh sebanyak 26 desa.

164 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 164 12/19/2019 5:43:42 AM


Wilayah Jawa

Wilayah Jawa terdiri dari 5 Provinsi ini memiliki desa sebanyak


22.276 desa. Hasil telaah terhadap IDM 2019 ditunjukkan
secara ringkas pada Gambar 46 yang menyajikan data
tentang sebaran desa berdasarkan status desa di Wilayah
Jawa. Dari gambar tersebut terlihat bahwa 69,047% desa
di Wilayah Jawa berstatus sebagai Desa Berkembang. Jika
dibandingkan dengan tahun 2018, terjadi peningkatan jumlah
desa berkembang di Wilayah Jawa dimana pada Tahun 2018
Desa Berkembang di Wilayah Jawa sekitar 65,183%. Hasil
telaah terhadap IDM 2019 juga menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan baik dari sisi jumlah maupun persentase desa
berdasarkan status desanya dibandingkan dengan kinerja
IDM sebelumnya. Jumlah desa dengan status sebagai Desa
Masju dan Mandiri juga naik dibandingkan hasil telaah
terhadap IDM sebelumnya. Secara rinci, hasil telaah sebaran
desa berdasarkan status desa per wilayah yang merupakan
hasil kajian IDM 2019 disajikan pada Tabel 23.

Sangat
Mandiri; Tertiggal;
1,903% 0,166% Tertinggal;
7,214%
Maju ; 21,669%

Berkembang;
69,047%

Gambar 46. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Jawa, 2019

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 165

18-jejak.indd 165 12/19/2019 5:43:43 AM


Tabel 25 menyajikan data tentang sebaran status desa
setiap provinsi di Wilayah Jawa. Pada kelompok desa sangat
tertinggal, Provinsi Banten menjadi Provinsi dengan jumlah
desa terbanyak, yakni mencapai 22 desa. Kemudian diikuti
Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah desa sangat tertinggal
sebanyak 15 desa. Kelompok kedua pada sebaran status
desa adalah kelompok desa tertinggal. Pada kelompok ini
Provinsi Jawa Tengah menjadi Provinsi dengan jumlah desa
terbanyak, yaitu sebanyak 600 desa, dan diikuti Provinsi
Jawa Timur dengan jumlah desa sebanyak 341 desa.

Tabel 25. Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah


Jawa, 2019
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Banten 22 1,83 340 28,36 712 59,38 122 10,18 3 0,25

D.I. Yogyakarta 0 0,00 0 0,00 139 39,38 176 49,86 38 10,76

Jawa Barat 0 0,00 326 6,18 3638 68,99 1214 23,02 95 1,80

Jawa Tengah 15 0,19 600 7,72 5546 71,38 1492 19,20 117 1,51

Jawa Timur 0 0,00 341 4,44 5346 69,60 1823 23,73 171 2,23

Jumlah 37 0,17 1607 7,21 15381 69,05 4827 21,67 424 1,90

Pada kelompok Desa Berkembang, Provinsi Jawa Tengah


dan Jawa Timur masih mendominasi. Provinsi Jawa Tengah
memiliki 5.546 Desa Berkembang, sedangkan Provinsi
Provinsi Jawa Timur memiliki 5.346 desa. Kelompok
selanjutnya adalah kelompok desa dengan status sebagai
Desa Maju. Pada kelompok ini Provinsi Jawa Timur memimpin
dengan jumlah 1.823 desa. Jumlah ini sama dengan 24% dari
total desa yang ada di provinsi ini. Jika dibandingkan dengan
Kinerja IDM 2015, maka terjadi peningkatan yang sangat

166 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 166 12/19/2019 5:43:43 AM


signifikan. Pada tahun 2015, jumlah desa dengan status
Desa Maju masih berjumlah 929 desa atau setara dengan
12%. Ini berarti, Provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan
hampir 100% pada jumlah desa dengan status Maju.

Provinsi Jawa Timur diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah


dengan jumlah Desa Maju sebanyak 1.492 desa. Jumlah
ini juga mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu 76%
dibandingkan dengan hasil kinerja IDM 2015. Pada tahun
2015, jumlah desa Maju di Jawa tengah hanya 868 desa
setara dengan 11% dari total desa di Jawa tengah. Jumlah ini
naik menjadi 1.492 desa atau sama dengan 11% dari total
desanya.

Kinerja yang sangat nyata terjadi untuk kelompok desa


mandiri, Provinsi Jawa Timur menjadi Provinsi dengan
jumlah desa terbanyak, yakni sebanyak 171 desa atau 2,23%.
Jumlah ini lebih dari 400% dibandingkan jumlah tahun 2015
dimana jumlah Desa Mandiri hanya 33 desa atau 0.43%
pada tahun 2015. Kinerja ini menunjukkan bahwa Dana
desa telah dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik
sehingga dapat mengakselerasi kemandirian dan kemajuan
desa di Jawa Timur.

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang dikaji terdiri dari 3


Provinsi yaitu Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur. Wilayah ini memiliki desa sebanyak 4.540
desa berdasarkan IDM 2019 dengan sebaran masing-masing
provinsi sebagai berikut:

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 167

18-jejak.indd 167 12/19/2019 5:43:43 AM


a. Provinsi Bali : 597 desa (13,15%)

b. Provinsi Nusa Tenggara Barat : 956 desa (21,06%)

c. Provinsi Nusa Tenggara Timur : 2987 desa (65,79%)

Hasil telaah terhadap IDM 2019, ketersebaran desa di


Wilayah Bali dan Nusa Tenggara berdasarkan status
desanya disajikan pada Gambar 47. Dari gambar tersebut,
40,77% desa di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara masih
berstatus sebagai Desa Tertinggal. Kondisi ini tidak jauh
berbeda dari tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2018
dimana jumlah desa tertinggal di wilayah ini mencapai 1.950
desa. Namun jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2015,
jumlah desa tertinggal pada tahun 2019 jauh berkurang
dari 2.648 desa atau 58% dari tltal desa di Bali dan Nusa
Tenggara menjadi 1.857 desa atau 40,77% pada tahun 2019
atau mengalami penurunan jumlah Desa Tertinggal kurang
lebih 20%. Temuan ini jelas mengindikasikan upaya menuju
kemandirian desa telah menemukan jalannya, namun upaya
ini memang membutuhkan waktu dan upaya yang cukup.

Gambar 47 juga menunjukkan bahwa persentase desa


dengan status Desa Maju dan Desa mandiri juga cukup
besar, yaitu 16% dari total desa yang ada di Bali dan Nusa
Tenggara. Persentase ini juga lebih besar dibandingkan
dengan kondisi ketersebaran desa beradasarkan IDM 2018
dan IDM 2015. Berdasarkan IDM 2015, jumlah desa dengan
Status Desa Maju dan Desa Mandiri berjumlah 348 desa
atau 7% dari total desa. Persentase ini naik menjadi 10%
atau menjadi 483 desa beradasarkan IDM 2018. Selanjutnya,
desa-desa ini naik lagi menjadi 16% atau menjadi 747
desa dengan status sebagai Desa Maju dan Desa Mandiri

168 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 168 12/19/2019 5:43:43 AM


berdasarkan IDM 2019. Jika dilihat sebarannya, desa-desa di
Provinsi Bali masin mendominasi desa-desa dengan status
Desa Mandiri dan Desa Maju sebagaimana terlihat dari IDM
2015, IDM 2018 dan IDM 2019.

Mandiri;
Sangat
2,621%
Maju; 13,833% Tertinggal;
8,921%

Berkembang;
Tertinggal;
33,855%
40,771%

Gambar 47. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Bali dan Nusa Tenggara, 2019

Tabel 24 berikut menyajikan data tentang sebaran desa


berdasarakan status desa setiap provinsi di Wilayah Bali
dan Nusa Tenggara. Pada kelompok Desa Sangat Tertinggal,
Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi Provinsi dengan
jumlah desa terbanyak, yakni mencapai 400 desa. Jumlah ini
merupakan 13,39% dari jumlah desa yang ada di Provinsi
Nusa Tenggara Timur dan 99% dari jumlah desa tertinggal
yang ada di wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Jika ditambahkan
dengan jumlah desa dengan status Desa Tertinggal yang
berjumlah 1.755 desa, jumlah desa berkinerja kurang baik
semakin banyak, yaitu 2.155 desa dan ini merupakan 62%
dari total Desa di Nusa Tenggara Timur.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 169

18-jejak.indd 169 12/19/2019 5:43:43 AM


Kinerja Dimensi Ekonomi yang sangat lemah pada tahun 2019
ditengarai menjadi penyebab lemahnya kinerja pembangun
desa di provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini tampak dari
kontribusi masing-masing dimensi dalam IDM 2019. Indeks
Ketahan Ekonomi provinsi ini memiliki nilai indeks yang
paling kecil dibandingkan 2 (dua) indeks lainnya, yaitu 0,4187
yang dapat digolongkan sebagai sangat tertinggal (lihat
Gambar 48). Sementara kinerja dimensi lainnya, IKS dan IKL
relatif baik meskipun masih dalam status yang berkembang
dimana status ini memiliki kerentanan yang cukup tinggi
terhadap gejolak yang datang dari dalam desa maupun dari
luar desa. Bencana yang terjadi di luar desa dan berakibat
terisolirnya suatu desa akan menurunkan kinerja dari desa
tersebut meskipun bencana tersebut tidak terjadi di desa
yang bersangkutan.

Gambar 48. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL, IKE,


dan IKS terhadap Pembentuk IDM 2019 di
Provinsi Nusa Tenggara Timur

170 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 170 12/19/2019 5:43:43 AM


Pada kelompok Desa Berkembang, Provinsi Nusa Tenggara
Timur dan Nusa Tenggara Barat mendominasi. Provinsi
Nusa Tenggara Timur memiliki 776 desa berkembang,
sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki 638
desa dengan status sebagai desa berkembang. Kelompok
selanjutnya adalah kelompok desa maju. Pada kelompok ini
Provinsi Bali menjadi Provinsi dengan jumlah desa terbanyak
dengan jumlah 360 desa. Kemudian diikuti Provinsi Nsa
Tenggara Barat dengan jumlah Desa Maju sebanyak 213
desa. Untuk kelompok desa mandiri, Provinsi Bali menjadi
Provinsi dengan jumlah desa terbanyak, yakni sebanyak 114
desa. Sekali lagi desa dengan sattus ini bisanya memiliki
kerenatanan yang cukup tinggi dimana dapat berubah
menjadi desa Tertinggal jika tidak tanggap terhadap gejolak
yang terjadi disisi lain dapat berkembang menjadi Desa
Maju dan Mandiri jika segenap potensi sumber daya dapat
dikelola dan dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Tabel 26. Sebaran Desa Berdasarakan Status Desa per


Provinsi di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara,
2019
Sangat Berkem-
Tertinggal Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal bang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Bali 0 0,00 0 0,00 123 20,60 360 60,30 114 19,10

Nusa Tenggara Barat 5 0,52 96 10,04 638 66,74 213 22,28 4 0,42

Nusa Tenggara Timur 400 13,39 1755 58,75 776 25,98 55 1,84 1 0,03

Jumlah 405 8,92 1851 40,77 1537 33,85 628 13,83 119 2,62

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 171

18-jejak.indd 171 12/19/2019 5:43:43 AM


Wilayah Kalimantan

Gambar 49 menyajikan data tentang sebaran status desa


di Wilayah Kalimantan hasil telaah IDM 2019. Wilayah
Kalimantan terdiri dari 5 Provinsi, dengan jumlah desa
sebanyak 6.418 desa. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
47,68% desa di Wilayah Kalimantan berstatus sebagai Desa
Berkembang. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, terjadi
pergeseran sebaran status desa. Pada Tahun 2018 sebaran
status desa di Wilayah Kalimantan didominasi desa dengan
status sebagai desa tertinggal. Berbeda dengan tahun ini,
desa dengan status sebagai desa tertinggal berada satu
tingkat di bawah desa berkembang, yakni sekitar 34,81%.

Mandiri;
1,839% Sangat
Tertinggal;
Maju; 8,040%
7,635%

Tertinggal;
34,808%
Berkembang;
47,678%

Gambar 49. Perkembangan Status Desa di Wilayah


Kalimantan, 2019

Telaah terhadap IDM 2019 terhadap sebaran desa


berdasarkan status desa per provinsi di Kalimantan
ditunjukkan oleh Tabel 27. Pada kelompok desa sangat
tertinggal, Provinsi Kalimantan Barat menjadi Provinsi

172 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 172 12/19/2019 5:43:43 AM


dengan jumlah desa terbanyak, yakni mencapai 207 desa.
Kemudian diikuti Provinsi Kalimantan Tengah dengan jumlah
desa sangat tertinggal sebanyak 162 desa. Kelompok kedua
pada sebaran status desa adalah kelompok desa tertinggal.
Pada kelompok ini Provinsi Kalimantan Barat menjadi
Provinsi dengan jumlah desa terbanyak, yaitu sebanyak 765
desa, dan diikuti Provinsi Kalimantan Tengah dengan jumlah
desa sebanyak 592 desa.

Tabel 27. Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah


Kalimantan, 2019
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Kalimantan Barat 207 10,39 765 38,40 747 37,50 186 9,34 87 4,37

Kalimantan Selatan 27 1,48 409 22,42 1262 69,19 122 6,69 4 0,22

Kalimantan Tengah 162 11,63 592 42,50 548 39,34 83 5,96 8 0,57

Kalimantan Timur 26 3,25 275 34,33 393 49,06 97 12,11 10 1,25

Kalimantan Utara 68 16,67 193 47,30 110 26,96 28 6,86 9 2,21

Jumlah 490 7,63 2234 34,81 3060 47,68 516 8,04 118 1,84

Pada kelompok Desa Berkembang, Provinsi Kalimantan Selatan


dan Kalimantan Barat masih mendominasi. Provinsi Kalimantan
Selatan memiliki 1262 desa berkembang, sedangkan Provinsi
Kalimantan Barat memiliki 747 desa dengan status sebagai
desa berkembang. Kelompok selanjutnya adalah kelompok
desa maju. Pada kelompok ini Provinsi Kalimantan Barat
memimpin dengan jumlah 186 desa. Provinsi Kalimantan
Barat diikuti oleh Provinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah
Desa Maju sebanyak 122 desa. Untuk kelompok desa mandiri,
Provinsi Kalimantan Barat menjadi Provinsi dengan jumlah
desa terbanyak, yakni sebanyak 87 desa.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 173

18-jejak.indd 173 12/19/2019 5:43:44 AM


Wilayah Sulawesi

Perubahan sebaran desa berdasarkan status desa untuk


wilayah Sulawesi disajikan pada Gambar 50. Pada Gambar
ini terlihat bahwa struktur perkembangan desa masih
terkonsentrasi pada Desa Tertinggal dan Desa Berkembang.
Jejak IDM dalam 3 (tiga) IDM di Sulawesi menunjukkan
bahwa desa-desa di Sulawesi masih tumbuh pada kisaran
Desa Tertinggal dan Berkembang saja, dengan sebagian
kecil berubah menjadi Desa Maju dan Desa Mandiri dengan
jumlah yang tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah
desa keseluruhan yang ada di wilayah Sulawesi ini yang
terdiri dari 7 (tujuh) Provinsi dan memiliki 8.746 desa.

Gambar 50 ini juga menunjukkan bahwa belum banyak


desa-desa yang berubah menjadi maju dan mandiri yang
mengindikasikan juga masih diperlukannya waktu dan
sumber daya untuk menuju kemandirian desa. Dalam 4
(empat) tahun pelaksanaan UU desa jumlah desa yang maju
dan mandiri hanya naik sebanyak kurang lebih 5% dari
0,92% berdasarkan IDM 2015 menjadi 7,38% berdasarkan
IDM 2019. Banyaknya jumlah desa berkembang juga
menunjukkan banyak desa yang rentan untuk dapat
berubah menjadi tertinggal jika desa-desi tidak memiliki
katahan ekonomi, sosial dan lingkungan yang memadai
untuk bertahan dari perubahan. Sebaliknya, desa-desa akan
tumbuh dan berkembang menuju Desa Mandiri apabila
memiliki sumber daya manusia yang memiliki kesiapan dan
ketrampilanan yang memadai untuk dapat memanfaatkan
dan mengelola potensi sumber daya desa yang tersedia,
yang tentunya dengan mengoptimalkan dana desa yang
disalurkan pada masing-masing desa.

174 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 174 12/19/2019 5:43:44 AM


Gambar 50. Perkembangan dan Sebaran Desa
berdasarkan Status Desa di Wilayah
Sulawesi

Untuk tahun 2019, sebaran desa berdasarkan hasil telaah


terhadap IDM 2019 menunjukkan bahwa desa-desa di
Sulawesi masih bayak yang berstatus Desa Berkembang
(Gambar 51). Dari Gambar 51 tersebut terlihat bahwa
56,447% desa di Wilayah Sulawesi berstatus sebagai Desa
Berkembang. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, terjadi
pergeseran sebaran status desa. Pada Tahun 2018 sebaran
status desa di Wilayah Sumatera didominasi desa dengan
status sebagai desa tertinggal. Berbeda dengan tahun ini,
desa dengan status sebagai desa tertinggal berada satu
tingkat di bawah desa berkembang, yakni sekitar 34,270%.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 175

18-jejak.indd 175 12/19/2019 5:43:44 AM


Mandiri;
0,084% Sangat
Maju; 7,297% Tertinggal;
1,902%

Tertinggal;
34,270%

Berkembang;
56,447%

Gambar 51. Sebaran Desa Berdasarkan Status Desa di


Wilayah Sulawesi, 2019

Jika dilihat dari sebaran per provinsi, Tabel 28 menyajikan


data tentang sebaran status desa setiap provinsi di Wilayah
Sulawesi. Pada kelompok Desa Sangat Tertinggal, Provinsi
Sulawesi Selatan menjadi Provinsi dengan jumlah desa
terbanyak, yakni mencapai 90 desa. Kemudian diikuti Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan jumlah Desa Sangat Tertinggal
sebanyak 52 desa. Secara umum desa sangat tertinggal
belum memiliki kemampuan mengelola ketahanan sosial,
ekonomi, dan lingkungan untuk menjadi mandiri. Desa dalam
kategori ini juga dicirikan oleh tidak adanya kelembagaan
sosial untuk mendukung aktivitas warga, termasuk aktivitas
dan ekonomi masyarakat desa.

Kelompok kedua pada sebaran status desa adalah kelompok


Desa Tertinggal. Pada kelompok ini Provinsi Sulawesi
Tenggara menjadi Provinsi dengan jumlah desa terbanyak,

176 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 176 12/19/2019 5:43:44 AM


yaitu sebanyak 989 desa, dan diikuti Provinsi Sulawesi
Tengah dengan jumlah desa sebanyak 604 desa.

Pada kelompok Desa Berkembang, Provinsi Sulawesi Selatan


dan Sulawesi Tengah mendominasi. Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki 1416 desa berkembang, sedangkan Provinsi
Sulawesi Tengah memiliki 980 desa dengan status sebagai
desa berkembang. Kelompok selanjutnya adalah kelompok
desa maju. Pada kelompok ini Provinsi Sulawesi Utara
memimpin dengan jumlah 194 desa, diikuti oleh Provinsi
Sulawesi Tengah dengan jumlah Desa Maju sebanyak 167
desa. Untuk kelompok desa mandiri, Provinsi Sulawesi
Selatan menjadi Provinsi dengan jumlah desa terbanyak,
yakni sebanyak 6 desa.

Tabel 28. Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah


Sulawesi, 2019
Sangat Berkem-
Tertinggal Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal bang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Sulawesi Barat 0 0,00 246 55,53 180 40,63 16 3,61 1 0,23

Sulawesi Selatan 90 4,06 568 25,64 1416 63,93 135 6,09 6 0,27

Sulawesi Tengah 0 0,00 604 34,49 980 55,97 167 9,54 0 0,00

Sulawesi Tenggara 52 2,79 989 53,00 805 43,14 20 1,07 0 0,00

Sulawesi Utara 11 0,75 307 20,93 955 65,10 194 13,22 0 0,00

Gorontalo 6 0,97 151 24,43 383 61,97 78 12,62 0 0,00

Jumlah 159 1,90 2865 34,27 4719 56,45 610 7,30 7 0,08

Wilayah Maluku dan Papua

Wilayah Maluku dan Papua terdiri dari 4 (empat) Provinsi,


yaitu provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 177

18-jejak.indd 177 12/19/2019 5:43:44 AM


Papua. Wilayah ini memiliki jumlah desa sebanyak 9.255
desa dengan sebaran sebagai berikut:

a. Provinsi Maluku terdiri dari 9 kabupaten, 2 kotamadya,


118 kecamatan, 35 kelurahan, dan 1.200 desa. Pada tahun
2017,  jumlah  penduduknya diperkirakan mencapai
1.842.933 jiwa dengan total luas wilayah 46.914,03 km².

b. Provinsi Maluku Utara  terdiri dari 8 kabupaten,


2 kotamadya, 115 kecamatan, 117 kelurahan, dan
1.063  desa. Pada tahun 2017,  jumlah  penduduknya
diperkirakan mencapai 1.275.831 jiwa dengan total luas
wilayah 31.982,50 km².

c. Provinsi Papua Barat  terdiri dari


12  kabupaten, 1 kotamadya, 218  kecamatan,
106  kelurahan, dan 1.742  kampung.
Pada  tahun  2017,  jumlah  penduduknya diperkirakan
mencapai 1.106.289 jiwa dengan total luas wilayah
102.955,15 km²

d. Provinsi Papua terdiri dari 28 kabupaten, 1 kotamadya,


560 distrik, 110 kelurahan, dan 5.411 kampung. Pada
tahun 2017,  jumlah  penduduknya diperkirakan
mencapai 4.242.758 jiwa dengan total luas wilayah
319.036,05 km².

Gambar 52 menyajikan hasil telaah data IDM 2019 tentang


sebaran status desa di Wilayah Maluku dan Papua. Dari
gambar tersebut terlihat bahwa 45,381% desa di Wilayah
Maluku dan Papua berstatus sebagai Desa Sangat Tertinggal.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya, pada
tahun 2018 jumlah desa tertinggal di wilayah ini mencapai

178 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 178 12/19/2019 5:43:44 AM


6.352 desa. Sedangkan saat ini jumlah desa tertinggal
berjumlah 4.200 desa atau berkurang 2.152 desa.

Berkembang; Maju; 1,534%


Mandiri; 0,086%
10,081%

Tertinggal;
42,917%
Sangat
Tertinggal;
45,381%

Gambar 52. Perkembangan Status Desa di Wilayah


Maluku dan Papua Tahun 2019

Masih banyaknya desa di wilayah ini yang masuk pada


kategori Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal memang
disebabkan oleh kurang bagusnya kinerja pembangunan
desa di wilayah ini. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing
kinerja dimensi dalam IDM, yaitu Dimensi Ketahanan Sosial,
Dimensi Ketahanan Ekonomi dan Dimensi Ketahanan
Lingkungan. Diantara ketiga dimesnsi ini, kinerja Dimensi
Ketahanan Ekonomi ada pada titik yang paling kurang baik
kinerjanya, yaitu pada status sangat tertinggal dengan nilai
IKE masing masing sebesar 0,3240; 0,3457; dan 0,3556
secara berturut-turut untuk tahun 2015, 2018 dan 2019 (lihat
Gambar 53). Sementara itu, kinerja IKS juga pada klasifikasi
tertinggal dengan nilai IKS sebesar 0,5777 pada tahun 2019.
Nilai ini juga tidak lebih baik dari nilai sebelumnya, yaitu
0,5396.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 179

18-jejak.indd 179 12/19/2019 5:43:44 AM


Gambar 53. Grafik Radar Kontribusi IKS, IKE, dan IKL
Terhadap Pembentukan IDM di Maluku dan
Papua, 2015 - 2019

Jika ditelaah lebih detail IDM 2019, sebaran desa berdasarkan


status desa tidak banyak berubah dengan IDM 2018, seperti
yang tersaji pada Tabel 29. Tabel ini menunjukkan bahwa

180 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 180 12/19/2019 5:43:44 AM


pada kelompok desa sangat tertinggal, Provinsi Papua
menjadi Provinsi dengan jumlah desa terbanyak, yakni
mencapai 2.945 desa. Kelompok kedua pada sebaran status
desa adalah kelompok desa tertinggal. Pada kelompok
ini Provinsi Papua menjadi Provinsi dengan jumlah desa
terbanyak, yaitu sebanyak 2.179 desa.

Tabel 29. Sebaran Status Desa per Provinsi di Wilayah


Maluku dan Papua, 2019
Sangat Berkem-
Tertinggal Maju Mandiri
Provinsi Tertinggal bang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Maluku 191 16,48 611 52,72 277 23,90 72 6,21 8 0,69

Maluku Utara 70 6,84 560 54,69 347 33,89 47 4,59 0 0,00

Papua 2945 54,85 2179 40,58 230 4,28 15 0,28 0 0,00

Papua Barat 994 58,37 622 36,52 79 4,64 8 0,47 0 0,00

Jumlah 4200 45,38 3972 42,92 933 10,08 142 1,53 8 0,09

Pada kelompok Desa Berkembang, Provinsi Maluku Utara


dan Maluku mendominasi. Provinsi Maluku Utara memiliki
347 desa berkembang, sedangkan Provinsi Maluku memiliki
277 desa dengan status sebagai desa berkembang. Kelompok
selanjutnya adalah kelompok Desa Maju. Pada kelompok
ini Provinsi Maluku menjadi Provinsi dengan jumlah desa
terbanyak dengan jumlah 72 desa. Kemudian diikuti Provinsi
Maluku dengan jumlah Desa Maju sebanyak 47 desa. Untuk
kelompok desa mandiri, Provinsi Maluku menjadi satu-
satunya Provinsi yang memiliki desa pada kategori ini.
Jumlah desa Mandiri di Provinsi Maluku berjumlah 8 desa
atau 0,69% dari total desa yang ada di Maluku.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 181

18-jejak.indd 181 12/19/2019 5:43:45 AM


18-jejak.indd 182 12/19/2019 5:43:45 AM
BAB

6
PEMBANGUNAN DESA
BERBASIS IDM: BAGAIMANA
KABUPATEN SAMBAS
MERENCANAKAN PERCEPATAN
KEMANDIRIAN DESA

Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu cara atau


metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara
tepat, efisien dan terarah. secara umum perencanaan
pembangunan merupakan suatu cara untuk mencapai
tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan
efisiensi dalam suatu negara dengan kondisi negara,
wilayah, atau daerah yang bersangkutan. Menurut
Arthur W. Lewis (1965) yang dikutif oleh Sjafrizal
(2009), bahwa perencanaan pembangunan merupakan

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 183

18-jejak.indd 183 12/19/2019 5:43:45 AM


suatu kumpulan kebijaksanaan dan suatu program
pembangunan yang dilakukan untuk merangsang
masyarakat untuk lebih aktif dan produktif. Perencanaan
pembangunan menurut Undang-undang No 25 Tahun
2004 adalah suatu kesatuan tata-cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rancana
pembangunan jangka panjang, jangka menengah
dan jangka pendek, yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat baik itu tingkat
desa, pusat dan daerah (Sjafrizal, 2009).

Pada pelaksanaan pembangunan suatu daerah,


pembangunan tidak hanya terfokus pada satu
bidang saja misalnya perekonomian namun harus
ada keterkaitan dengan sektor atau bidang lainnya.
Misalnya saja pada pembangunan ekonomi, tidak hanya
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun
juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,
mengentaskan kemiskinan dan memperluas
lapangan kerja diberbagai sektor ekonomi. Dengan
adanya perencanaan pembangunan suatu daerah
atau desa maka aka nada suatu indikator-indikator
pembangunan yang menjadi fokus pelaksanaan.
indikator pembangunan tersebut dievaluasi mana
yang lamban proses pelaksanaannya mana yang cepat
atau di luar batas kewajaran. Hal tersebut dilakukan
untuk diberikannya solusi dalam penanganan atau
pengembangan saat ini dan kedepannya (BPS Sambas,
2018)

184 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 184 12/19/2019 5:43:45 AM


Keadaan Sosial Ekonomi Kabupatan
Sambas

Kondisi sosial ekonomi masyarakat kabupaten Sambas pada


umumnya memiliki tingkat perekonomian rata-rata rendah.
Kabupaten yang terdiri dari 19 kecamatan ini memiliki
183 desa dimana dari 183 desa tersebut terdapat 68 desa
tertinggal dengan kondisi penduduk yang tergolong miskin
dengan tingkat pengangguran yang cukup tinggi, lebih dari
4%. Data BPS Kabupaten Sambas (2018) menginformasikan
bahwa Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Kalimantan  Barat pada Agustus 2018 sebesar 4,26% atau
turun 0,10 persen terhadap keadaan Agustus 2017 sebesar
4,36%.

Selama lima tahun terakhir terhitung sejak tahun 2014


hingga tahun 2018, perekonomian kabupaten Sambas
rata-rata tumbuh sebesar 5,12% per tahun. Pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 4,76
persen sedangkan tertinggi pada tahun 2014 tumbuh
sebesar 5,40 persen. Dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi provinsi Kalimantan Barat, kabupaten Sambas
memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari rata-rata
pertumbuhan provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2018.
Kondisi ini sama dengan kondisi tahun 2014, meskipun
selanjutnya diikuti dengan pertumbuhan ekonomi dibawah
provinsi sampai tahun 2018 (lihat Gambar 54).

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 185

18-jejak.indd 185 12/19/2019 5:43:45 AM


5,6

5,4 5,24
5,4 5,17
5,2 5,03 5,06
5,2
5 4,88 5,13 5,1

4,8

4,6 4,76

4,4
2014 2015 2016 2017 2018

Kab. Sambas Prov. Kal Bar

Gambar 54. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sambas


dan Kalimantan Barat, 2014-2018

Meskipun pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi


Kabupaten Sambas mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi, namun ada beberapa sektor mengalami pertumbuhan
yang lambat. Jika dilihat dari lapangan usaha, beberapa
sektor di Kabupaten Sambas mengalami pertumbuhan
relatif tinggi. Sektor ini adalah sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi serta sektor Informasi Dan Komunikasi dimana
sektor ini tumbuh masing-masing sebesar 7,93% dan 7,29%.
Salah satu sebab tingginya pertumbuhan sektor ini adalah
perkembangan yang sangat pesat dalam bidang informasi
dan komunikasi terutama pada internet, media sosial dan
semua hal yang berhubungan dengan Teknologi Informasi.
Selain itu, sektor kontruksi juga mengalami pertumbuhan
yang terbilang cukup tinggi pada tahun 2016 dan 2017,
namun sedikit menurun pada tahun 2018 adalah sektor
kontruksi, yaitu sebesar 4,84 persen. Sektor ini terkait
dengan pembangunan infrastruktur, baik jalan, jembatan

186 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 186 12/19/2019 5:43:45 AM


maupun pembangunan fasilitas lainnya dalam rangka
dibukanya gerbang lintas antar negara.

Pertumbuhan sektor Pertanian, Industri dan Perdagangan


tampaknya masih belum sejalan (Lihat Gambar 55). Sektor
pertanian mengalami pertumbuhan 5,57%, namun untuk
sektor industri dan perdagangan tumbuh hanya sekitar 3
– 4% saja. Selain itu, kegiatan impor juga mempengaruhi
pertumbuhan perdagangan. Kegiatan impor seperti
pembentukan modal atau investasi memiliki person positif
untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk informasi lebih detail
dapat dilihat pada gambar terkait dengan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sambas.
7,93
9
7,29
7,24

6,53
6,18

7
5,57

5,33
6
4,88
4,84

4,77

4,16
3,92

5
3,75
3,67

3,49

3,12
4
3
2
1
0
Pengadaan air, pengelolaan

Penyediaan Akomodasi Makan


Industri Pengolahan

Transportasi dan Pergudangan


Pengadaan Listrik dan Gas

Kontruksi

Informasi dan Komunikasi


Pertanian, Kehutanan dan

Real Estat
Jasa Keuangan d an Asuransi

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial


Jasa Pendidikan
Pertambangan dan Penggalian

Administrasi Pemerintahan,
Perdagangan Besar dan Eceran,

Jasa Perusahaan
sampah, limbah dan daur

Pertahanan dan Jaminan


Perkebunan

Reparasi Mobil

Minum

Gambar 55. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sambas


Menurut Sektor, Tahun 2018 (%)

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 187

18-jejak.indd 187 12/19/2019 5:43:45 AM


Gambar 55 juga menginformasikan bahwa sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan tahun 2018
tumbuh sebesar 5,57%, mengalami percepatan
pertumbuhan dibanding dengan tahun 2017 yang
tumbuh sebesar 5,49%. Peningkatan pertumbuhan
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada
tahun 2018 disebabkan oleh pertumbuhan dari
beberapa subsektor yang cukup tinggi yaitu tanaman
pangan dan tanaman holtikultura. Sedangkan untuk
sektor kehutanan dan penebangan kayu mengalami
pertumbuhan negatif yaitu sebesar 1,84%. Untuk
subsektor perkebunan selama lima tahun terakhir
mengalami pertumbuhan sebesar 4,43% pertahun.
Tahun 2017 sejumlah komoditas tanaman perkebunan
produksinya meningkatkan sepertinya Kelapa Sawit,
Kelapa Dalam dan Lada. Sementara itu, produksi karet
belum begitu menunjukkan peningkatan produksi yang
cukup tinggi dikarenakan harga karet masih cukup
rendah. Pengembangan perkebunan kelapa sawit
diikuti juga dengan industri pengolahannya seperti
industri CPO (Crude Palm Oil) dan industri turunannya.
Tahun 2018, subsektor yang mengalami pertumbuhan
tertinggi yaitu Tanaman Holtikultura yaitu tumbuh
sebesar 8,93%. Meningkatkan produksi tanaman
holtikultura seperti jeruk, rambutan, semangka yang
merupakan komoditas unggulan kabupaten Sambas,
sehingga subsektor tanaman Hortikultura tumbuh
cukup tinggi. Untuk data pertumbuhan Ekonomi
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Tahun

188 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 188 12/19/2019 5:43:45 AM


2014-2018 disajikan pada Tabel 30. Tabel 30 ini juga
menginformasikan bahwa Subsektor pertanian seperti
Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Perikanan selama
lima tahun terakhir hanya tumbuh sekitar 4 persen.
Perikanan tangkap yang merupakan salah satu subsektor
yang potensial di kabupaten Sambas yang harusnya menjadi
sumber pertumbuhan ekonomi.

Tabel 30. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian,


Kehutanan, dan Perikanan Tahun 2014 – 2018 (%)
Sektor 2014 2015 2016 2017* 2018** Rerata
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,25 2,99 4,57 5,49 5,57 4,38
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan
2,56 3,31 4,25 6,01 6,42 4,51
dan Jasa Pertanian
a. Tanaman Pangan -4,77 -5,64 2,50 1,78 11,29 1,03
b. Tanaman Holtikultura 7,01 9,76 5,80 8,98 6,09 7,52
c. Tanaman Perkebunan 2,76 3,38 4,16 6,80 5,05 4,43
d. Peternakan 7,77 4,80 3,97 1,24 4,80 4,52
e. Jasa Peternakan dan
7,08 6,71 1,80 4,18 6,29 5,21
Perburuan
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu -8.83 -2.92 7,92 1,73 -1,84 -0,79
3. Perikanan 9,75 1,85 6,09 2,84 1,19 4,34
Sumber: BPS Kabupaten Sambas

Perkembangan Status Desa Di Kabupaten


Sambas: Telaah Terhadap IDM 2014-2018

Secara Administratif, Kabupaten Sambas terletak di Provinsi


Kalimantan Barat. Provinsi ini terbagi menjadi menjadi
12 Kabupaten dan 2 Kota. Kedua belas Kabupaten dan 2
Kota di Provinsi Kalimantan Barat beserta ibukota dan luas
wilayahnya disajikan pada Tabel 31.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 189

18-jejak.indd 189 12/19/2019 5:43:45 AM


Tabel 31. Kabupaten, Luas Wilayah dan Jumlah Desa
per Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat,
2018
Luas Wilayah Jumlah
No. Kabupaten/kota Ibu kota
(km2) desa
1 Bengkayang Bengkayang 5.075,48 122
2 Kapuas Hulu Putussibau 29.842,00 278
3 Kayong Utara Sukadana 4.568,26 43
4 Ketapang Tumbang Titi 31.240,74 253
5 Kubu Raya Sungai Raya 6.958,22 117
6 Landak Ngabang 8.915,10 156
7 Melawi Nanga Pinoh 10.640,80 169
8 Mempawah Sungai Kunyit 2.797,88 60
9 Sambas Pemangkat 6.716,52 193
10 Sanggau Sanggau 12.857,80 163
11 Sekadau Sekadau 5.444,20 87
12 Sintang Sintang 21.638,20 390
Jumlah Desa 2.031
13 Kota Pontianak Pontianak 107,80 29
14 Kota Singkawang Singkawang 504,00 26
Jumlah Kelurahan 55
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2018

Tabel 31 menunjukkan perbandingan kinerja dimensi


Ketahan Sosial, Ketahanan Ekonomi, Ketahan Lingkungan
dan IDM untuk Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan Telaah
IDM 2015 dan IDM 2018. Hasil kajian terhadap Nilai IDM 2015
dan IDM 2018 provinsi Kalimanta Barat yang dibentuk dari 3
(tiga) dimensi, IKS, IKE dan IKL, tampaknya tidak mengalami

190 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 190 12/19/2019 5:43:46 AM


perubahan yang signifikan. Provinsi Kalimantan Barat masih
termasuk Tertinggal pada tahun 2015 dan 2018 berdasarkan
rata-rata nilai IDM-nya. Tampaknya kinerja Dimensi Ekonomi
yang menjadi titik terlemah dalam pencapaian kemandirian.
Kesimpulan ini didasarkan pada nilai kinerja 3 (tiga) dimensi
pembentuk IDM yang digambarkan pada grafik radar
berikut.

Gambar 56. Grafik Radar Kontribusi rata-rata IKL,


IKE, dan IKS terhadap Pembentuk IDM
Kalimantan Barat.

Gambar 56 jelas bahwa IKE menjadi titik terlemah dalam


pembentukan IDM baik pada tahun 2015 maupun 2018.
Dua titik pengamatan ini jelas meskipun ada kenaikan IKE
dan sedikit IKS tetapi dibarengi dengan penurunan IKS.
Hampir tidak ada perubahan yang nyata terhadap nilai
IDM di Provinsi Kalimantan Barat. Nilai IDM dan dimensi
pembentuknya untuk masing-masing kabupaten yang ada
di Provinsi Kalimantan juga tidak mengalami perubahan
yang nyata. Jumlah kabupaten dengan status Berkembang
berubah dari 1 (satu) kabupaten pada tahun 2015 menjadi 2
(dua) kabupaten pada tahun 2018. Sepuluh kabupaten yang

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 191

18-jejak.indd 191 12/19/2019 5:43:46 AM


ada di Provinsi ini masih berstatus Tertinggal dan Sangat
tertinggal. Sekali lagi, kinerja dimesi Ketahan Ekonomi
menjadi sentra yang harus dikebut kinerjanya untuk menuju
kemandirian sambil memperkuat kinerja Sosial dan Kinerja
Lingkungan

Tabel 32. Rerata Nilai Indeks Membangun Desa Antar


Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, 2015
– 2018
Jumlah Status
No Kabupaten IKS IKE IKL IDM
Desa Kabupaten
2015
1 Menpawah 0,6705 0,4914 0,6356 0,5991 60 Berkembang
2 Kayong Utara 0,6664 0,4251 0,6589 0,5835 43 Tertinggal
3 Sambas 0,6288 0,4748 0,6186 0,5741 183 Tertinggal
4 Kubu Raya 0,6050 0,4295 0,6205 0,5517 117 Tertinggal
5 Bengkayang 0,5512 0,4105 0,5923 0,5180 122 Tertinggal
6 Sanggau 0,5666 0,3940 0,5910 0,5172 163 Tertinggal
7 Landak 0,5324 0,3699 0,6120 0,5048 156 Tertinggal
8 Sekadau 0,5715 0,3329 0,6084 0,5043 87 Tertinggal
9 Ketapang 0,5268 0,3216 0,5981 0,4821 240 Sangat Tertinggal
10 Kapuas Hulu 0,4946 0,3296 0,5954 0,4732 278 Sangat Tertinggal
11 Melawi 0,5040 0,2987 0,5779 0,4602 169 Sangat Tertinggal
12 Sintang 0,4692 0,2741 0,6106 0,4513 391 Sangat Tertinggal
Rata-Rata 0,5374 0,3546 0,6046 0,4989 2009 Tertinggal
2018
1 Mempawah 0,6807 0,5375 0,6133 0,6105 60 Berkembang
2 Kayong Utara 0,6745 0,5302 0,6248 0,6099 43 Berkembang
3 Sambas 0,6626 0,4707 0,6005 0,5780 193 Tertinggal
4 Kubu Raya 0,6554 0,4873 0,5795 0,5741 117 Tertinggal
5 Sekadau 0,6551 0,4515 0,5923 0,5663 87 Tertinggal
6 Sanggau 0,6319 0,4674 0,5673 0,5555 163 Tertinggal
7 Ketapang 0,6116 0,4411 0,5691 0,5406 253 Tertinggal
8 Bengkayang 0,6051 0,4357 0,5714 0,5374 122 Tertinggal

192 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 192 12/19/2019 5:43:46 AM


Jumlah Status
No Kabupaten IKS IKE IKL IDM
Desa Kabupaten
9 Landak 0,5753 0,4054 0,5563 0,5123 156 Tertinggal
10 Kapuas Hulu 0,5779 0,3838 0,5566 0,5061 278 Tertinggal
11 Melawi 0,5512 0,3575 0,5629 0,4905 169 Sangat Tertinggal
12 Sintang 0,5480 0,3647 0,5365 0,4831 390 Sangat Tertinggal
Rata-Rata 0,6008 0,4213 0,5667 0,5296 2031 Tertinggal
Sumber: Buku Kajian IDM 2015 dan SK 52 IDM 2018

Berdasarkan data IDM 2015, kabupaten Sambas pada tahun


2015 masuk pada kategori Tertinggal dengan nilai IDM
sebesar 0,5741. Kondisi ini tidak berubah pada tahun 2018
dengan nilai IDM naik sebesar 0,0039 poin menjadi 0,5708.
Dari Tabel 30 jelas bahwa kinerja Ketahanan Ekonomi juga
menjadi sentra terlemah dalam menuju kemandirian. Di
kabupaten ini, IKE pada tahun 2018 justru turun menjadi 0,
4707 dari nilai sebelumnya sebesar 0,4748 pada tahun 2015.
Meskipun demikian, penurunan ini diiringi dengan kenaikan
kinerja Ketahanan Sosial dan dan Ketahanan Lingkungan.

Tidak signifikannya kenaikan kinerja IDM juga tercermin dari


sebaran desa berdasarkan Status Desa di Kabupaten Sambas,
seperti yang tersaji pada Gambar 57. Dalam periode 2015 –
2018, perubahan status desa tidak terlalu signifikan dimana
pada periode ini jumlah desa dengan status tertinggal masih
mendominasi di Kabupaten ini. Jumlahnya mecapai 60%
dari total desa yang ada. Pada periode ini pula belum ada
satupun desa yang masuk kategori Desa Mandiri.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 193

18-jejak.indd 193 12/19/2019 5:43:46 AM


Gambar 57. Sebaran desa berdasarkan Status Desa di
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

Sebaran desa berdasarkan statusnya per kecamatan di


Kabupaten Sambas disajikan pada Tabel 33. Tabel ini
ada beberapa kecamatan yang desa-desa mengalami
perubahan yang signifikan tetapi banyak pula kecamatan
yang desa-desanya tidak mengalami perubahan status
yang nyata. Kecamatan Pemangkat, misalnya, ada 60%
desanya sudah masuk kategori Desa Maju pada tahun 2015,
tetapi berdasarkan IDM 2018, semua desa masuk pada
kategori Desa Berkembang. Artinya, hampir semua desa
di kecamatan Pemangkat mengalami penurunan kinerja,
khususnya kinerja ekonomi.

194 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 194 12/19/2019 5:43:46 AM


Tabel 33. Sebaran Desa Berdasarkan Status per
kecamatan di Kabupaten Sambas, 2015 dan
2018
Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Kecamatan Tetinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
2015
Galing 0 0,00 7 70,00 3 30,00 0 0,00 0 0,00
Jawai 1 9,09 2 18,18 8 72,73 0 0,00 0 0,00
Jawai Selatan 0 0,00 7 77,78 2 22,22 0 0,00 0 0,00
Paloh 0 0,00 3 37,50 5 62,50 0 0,00 0 0,00
Pemangkat 0 0,00 1 20,00 1 20,00 3 60,00 0 0,00
Sajad 0 0,00 2 50,00 2 50,00 0 0,00 0 0,00
Sajingan Besar 2 40,00 3 60,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Salatiga 1 20,00 4 80,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Sambas 0 0,00 5 27,78 10 55,56 3 16,67 0 0,00
Sebawi 1 14,29 2 28,57 4 57,14 0 0,00 0 0,00
Sejangkung 3 25,00 9 75,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Selakau 0 0,00 5 55,56 4 44,44 0 0,00 0 0,00
Selakau Timur 2 50,00 2 50,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Semparuk 0 0,00 3 60,00 1 20,00 1 20,00 0 0,00
Subah 2 20,00 4 40,00 4 40,00 0 0,00 0 0,00
Tangaran 0 0,00 6 85,71 1 14,29 0 0,00 0 0,00
Tebas 2 8,70 14 60,87 7 30,43 0 0,00 0 0,00
Tekarang 0 0,00 7 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Teluk Keramat 6 25,00 10 41,67 7 29,17 1 4,17 0 0,00
Kabupaten 20 10,93 96 52,46 59 32,24 8 4,37 0 0,00
2018
Galing 2 20,00 5 50,00 3 30 0 0,00 0 0,00
Jawai 0 0,00 7 53,85 6 46,15 0 0,00 0 0,00
Jawai Selatan 0 0,00 6 66,67 3 33,33 0 0,00 0 0,00
Paloh 0 0,00 3 37,50 4 50,00 1 12,50 0 0,00
Pemangkat 0 0,00 0 0,00 8 100,00 0 0,00 0 0,00
Sajad 0 0,00 3 75,00 1 25,00 0 0,00 0 0,00
Sajingan Besar 0 0,00 1 20,00 2 40,00 2 40,00 0 0,00
Salatiga 0 0,00 5 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Sambas 2 11,11 8 44,44 8 44,44 0 0,00 0 0,00
Sebawi 0 0,00 3 42,86 4 57,14 0 0,00 0 0,00

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 195

18-jejak.indd 195 12/19/2019 5:43:47 AM


Sangat
Tertinggal Berkembang Maju Mandiri
Kecamatan Tetinggal
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
Sejangkung 4 33,33 8 66,67 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Selakau 0 0,00 9 81,82 2 18,18 0 0,00 0 0,00
Selakau Timur 0 0,00 2 50,00 2 50,00 0 0,00 0 0,00
Semparuk 0 0,00 1 20,00 4 80,00 0 0,00 0 0,00
Subah 0 0,00 6 54,55 5 45,45 0 0,00 0 0,00
Tangaran 3 37,50 3 37,50 2 25,00 0 0,00 0 0,00
Tebas 3 13,04 13 56,52 6 26,09 1 4,35 0 0,00
Tekarang 0 0,00 3 42,86 4 57,14 0 0,00 0 0,00
Teluk Keramat 4 16,00 13 52,00 7 28,00 1 4,00 0 0,00
Kabupaten 18 9,33 99 51,30 71 36,79 5 2,59 0 0,00

Dana Desa dan Pemanfaatannya di


Kabupaten Sambas

Dana desa adalah sejumlah anggaran dana yang diberikan


kepada desa dari pemerintah yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan yang
diterima paling sedikit 10% dari APBN. Dalam UU Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, dana desa ini diperuntukkan bagi
desa dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Untuk
Pembangunan Sarana dan Prasarana, dana desa dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan dan pemeliharaan
jalan Desa, pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha
tani, pembangunan dan pemeliharaan embung Desa,
pembangunan energi baru dan terbarukan, pembangunan
dan pemeliharaan sanitasi lingkungan.

196 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 196 12/19/2019 5:43:47 AM


Dana Desa juga harus diprioritaskan untuk pemberdayaan
masyarakat Desa terutama untuk penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan akses atas sumber daya
ekonomi. Dalam hal ini, Dana Desa harus mampu
meningkatkan kualitas proses perencanaan Desa,
mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh
BUM Desa maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa
lainnya, pembentukkan dan peningkatan kapasitas Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dengan demikian, dana
desa dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik di
desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan perekonomian
desa, dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar-
desa.

Dana desa mulai diimplementasikan sejak 2015 untuk


meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
desa. Setiap tahunnya, pemerintah menargetkan alokasi
dana desa selalu meningkat. Adapun realisasi dana desa
sejak diimplementasikan sebesar Rp 20,8 triliun atau 100%
dari target APBN 2015 dan Rp 46,7 triliun atau 99,4% dari
target APBN 2016.Pada 2017, realisasi dana desa sebesar
Rp 59,8 triliun atau 99,6% dari target APBN 2017. Tahun lalu
realisasi dana desa mencapai Rp 59,9 triliun atau 99,77%
dari target APBN 2018 (lihat Gambar 58)

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 197

18-jejak.indd 197 12/19/2019 5:43:47 AM


Gambar 58. Kebijakan Dana Desa

Berdasarkan hasil evaluasi tiga tahun pelaksanaannya,


Dana Desa terbukti telah menghasilkan sarana/prasarana
yang bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa
terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan desa; 914
ribu meter jembatan; 22.616 unit sambungan air bersih;
2.201 unit tambatan perahu; 14.957 unit PAUD; 4.004 unit
Polindes; 19.485 unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit
drainase dan irigasi; 10.964 unit Posyandu; dan 1.338 unit
embung dalam periode 2015-2016 (Indrawati, 2017).

Secara nasional, hasil evaluasi penggunaan Dana Desa


selama dua tahun terakhir juga menunjukkan bahwa Dana
Desa telah berhasil meningkatkan kualitas hidup masyarakat
desa yang ditunjukkan, antara lain dengan menurunnya rasio
ketimpangan perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014 menjadi
0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah penduduk miskin
perdesaan dari 17,7 juta tahun 2014 menjadi 17,1 juta tahun

198 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 198 12/19/2019 5:43:47 AM


2017 dan, adanya penurunan persentase penduduk miskin
perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi 13,93% di
tahun 2017 (Indrawati, 2017).

Untuk provinsi kalimantan Barat, provinsi yang berdasarkan


kepmendagri No.140-9756 tahun 2016 memiliki desa 2.031
ini turut mengalami kenaikan dana desa. Tahun 2015
dana desa Rp. 537,07 M, sedangkan tahun 2016 1.241,61
M. Tahun 2017 naik menjadi Rp. 1.616,73 M, dan 2018
menjadi 1.688,27 M. Selanjutnya, jatah dana desa di Kalbar
pada 2019 mencapai Rp 1,9 triliun. Selanjutnya, dana Desa
ini pada tahun 2020 akan naik mencapai Rp 2,042 triliun
(tribunpontianak.co.id, berbagai terbitan).

Kenaikan dana desa juga dialami oleh Kabupaten Sambas.


Dana Desa di Kabupaten Sambas mencapai Rp 243 Miliar
pada tahun 2017. Angka ini, didapat dari Alokasi Dana
Desa (ADD) Kabupaten sebesar 90,3 miliar dan Dana Desa
program pemerintah pusat sebesar 153 miliar pada tahun
2017. Jumlah ini meningkat dari tahun tahun sebelumnya
dimana pada tahun 2016, total dana dikelola oleh desa
sebesar 209 miliar terdiri dari ADD Kabupaten sebesar 91
miliar dan Dana Desa sebesar 118 miliar. Pada tahun 2018,
dana yang dialokasikan untuk dana desa sebesar Rp262
miliar yang meliputi Dana Desa (DD) sebesar Rp 90 miliar
dan Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 172 miliar.

Belanja desa dari dana desa yang diperoleh diklasifikasikan


menurut bidang prioritas, kegiatan, dan jenis, seperti yang
tersaji pada Gambar 59. Pada tahun 2015 – 2018, belanja desa
didominasi belajan untuk pembangunan infrastruktur rata-
rata sebesar 78% sementara untuk pembinaan masyarakat
12,33% dan pemberdayaan sebesar 6,71%.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 199

18-jejak.indd 199 12/19/2019 5:43:47 AM


Gambar 59. Pemanfaatan Dana Desa Kabupaten Sambas
2015-2018

Percepatan Peningkatan Status Desa dan


Kemandirian Desa

Kebijakan Umum di Tingkat Provinsi

Berdasarkan data Indeks Desa Membangun (IDM)


Kementerian Desa dan PDTT yang telah disahkan melalui SK
Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa,
Nomor 52 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Keputusan
Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Nomor 030 Tahun 2016 tentang status
kemajuan dan Kemandirian Desa. Tercatat untuk Desa yang
ada di Kalimantan Barat tahun 2017 berjumlah 2031 dengan
rincian desa sangat tertinggal ada 677, desa tertinggal 928,

200 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 200 12/19/2019 5:43:47 AM


desa berkembang 372, desa maju 53 dan desa mandiri hanya
ada 1 desa. Desa mandiri tersebut berada di Kabupaten
Kayong Utara yaitu desa Sutera. Dikatakan desa Mandiri
karena desa Sutera mampu melaksanakan pembangunan
desa untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat desa dengan ketahanan social, ekonomi dan
ekologi secara berkelanjutan.

Meskipun demikian, desa-desa yang ada di Kalimatan


Barat masih didominasi oleh desa tertinggal dan sangat
tertinggal yaitu sebesar 79,02% Namun, langkah-langkah
yang strategis dan lugas terus dilakukan oleh pemerintah
Kalimantan Barat untuk percepatan peningkatan status
desa berjalan dengan baik dengan sinergi 3 pilar antara
Pemprov Kalbar, Kodam XII Tanjungpura, serta Polda
Kalbar. Pemerintah juga membentuk Tim Satuan Tugas
dalam Indeks Desa Membangun pada tiap OPD mengarah
pada percepatan peningkatan status desa dapat terpadu
dan terkoordinir dengan baik. OPD terkait tersebut meliputi
Pemprop Kalbar, BPTP Kementan RI, Bappeda, Dinas Sosial,
Dinas Peternakan dan KP, Dinas Dukcapil, Dinas Perkebunan,
Dinas Pemberdayaan Anak dan Perempuan, Dinas UMKM,
dan Dinas Perindag.

Dalam mengembangkan dan proses perencanaan IDM,


strategi khusus dengan pendekatan indikator dan parameter
IKS, IKE dan IKL. Membangun kesepahaman lintas sektoral
dengan membangun sinergitas program atau berbagi
wilayah sentuhan terhadap Desa dan fokus pada parameter
yang lemah dari setiap Indikator.

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor


1 Tahun 2019 Tentang Percepatan Peningkatan Status

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 201

18-jejak.indd 201 12/19/2019 5:43:48 AM


Kemajuan Dan Kemandirian Desa, Percepatan peningkatan
status kemajuan dan kemandirian desa pada desa dilakukan
melalui pemenuhan terjadap indikator pembentuk Indeks
Desa Membangun berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Pada modal social dalam pengembangan IDM
terdiri atas beberapa indikator yaitu:

a. Memiliki solidaritas sosial (kebiasaan gotong royong


di desa, keberadaan ruang publik terbuka bagi warga
yang tak berbayar, ketersediaan fasilitas atau lapangan
olahraga, terdapat kelompok kegiatan olahraga);

b. Memiliki toleransi (warga desa terdiri beberpa suku


atau etnis, warga desa berkomunikasi sehar-hari
menggunakan Bahasa yang berbeda, dan terdapat
keragaman agama di Desa);

c. Rasa aman penduduk (warga desa membangun


pemeliharaan poskamling lingkungan, partisipasi warga
mengadakan siskamling, tingkat kriminalitas yang terjadi
di Desa, tingkat konflik yang terjadi di desa, dan upaya
penyelesaian konflik yang terjadi di desa)

d. Kesejahteraan sosial (terdapat akses ke Sekolah Luar


Biasa, terdapat penyandang kesejahteraan social dan
terapat penduduk yang bunuh diri).

Selain dimensi sosial, pada upaya peningkatan percepatan


dengan menggunakan data IDM, Dimensi kesehatan terdiri
dari beberapa indikator:

a. Pelayanan kesehatan (jarak tempuh, adanya tenaga ahli


bidan dan dokterdan tenaga kesehatan lainnya.

202 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 202 12/19/2019 5:43:48 AM


b. keberadaan masyarakat untuk kesehatan (akses
posyandu, polindes, dan poskesdes)

c. jaminan kesehatan (BPJS)

Dimensi Pendidikan juga menjadi suatu protret penting


untuk dibangun pada kawasan KTM yaitu:

a. Pendidikan Dasar

b. Pendidikan Non Formal

c. Akses ke Pengetahuan, seperti taman bacaan masyarakat


atau perpustakaan.

Dimensi Permukiman terdiri dari perangkat indikator


sebagai berikut:

1. Akses ke air bersih dan air minum layak, yang terdiri


dari indikator: 1) Mayoritas penduduk Desa memiliki
sumber air minum yang layak; dan 2) Akses penduduk
Desa memiliki air untuk mandi dan mencuci.

2. Akses ke Sanitasi, yang terdiri dari indikator: 1)


Mayoritas penduduk Desa memiliki jamban; dan 2)
Terdapat tempat pembuangan sampah.

3. Akses ke Listrik, yang terdiri dari indikator jumlah


keluarga yang telah memiliki aliran listrik.

4. Akses ke Informasi dan Komunikasi, yang terdiri dari


indikator: Penduduk Desa memiliki telepon selular dan
sinyal yang kuat; Terdapat siaran televisi lokal, nasional
dan asing; dan Terdapat akses internet.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 203

18-jejak.indd 203 12/19/2019 5:43:48 AM


Berangkat dari Kajian IDM, Keputusan Direktur Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PPMD) Nomor 52 Tahun 2018 tentang Status Kemajuan
dan Kemandirian Desa menetapkan bahwa di Provinsi
Kalimantan Barat terdapat 1 Desa Mandiri, 53 Desa Maju,
372 Desa Berkembang, 928 Desa Tertinggal dan 677 Desa
Sangat Tertinggal. Berangkat dari hasil kajian ini dan tujuan
pembangunan Desa yang sejatinya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia
melalui penyediaan kebutuhan dasar, pembangunan
prasarana dan sarana, pengembangan potensi ekonomi
lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan, pemerintah provinsi Kalimantan
Barat berupaya untuk peningkatan status kemandirian
desa. Pada 5 (lima) tahun ke depan, Provinsi Kalimantan
Barat menargetkan untuk mencapai sekurang-kurangnya
425 Desa Mandiri. Dalam pencapaian target ini, Provinsi
Kalimantan Barat dalam implementasi Pergub no. 1 tahun
2019 tentang Percepatan Status Kemajuan Dan Kemandirian
Desa mengatur sinergisitas antara Pemerintah, Pemerintah
Kabupaten, dan Pemerintah Desa dalam hal kewenangan
dan tanggung jawab.

Sinergitas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan instansi


untuk setiap pencapaian atau peningkatan indikator
pembentuk dimensi IDM akan berbeda-beda. Dalam hal
ini, BAPPEDA dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa (DPMD) Provinsi Kalimantan Barat mengkoordinasikan
pelaksanaan program dan kegiatan serta pelaksanaannya
dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) dan Renja OPD. Gambar 60, 61 dan 62 menjelaskan
sinergitas OPD dan instnsi dalam pencapaian indikator

204 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 204 12/19/2019 5:43:48 AM


pembentuk masing-masing dimensi dalam IDM.

Gambar 60. Peran Lembaga/OPD Pada Peningkatan


Dimensi Sosial

Gambar 61. Peran Lembaga/OPD Pada Peningkatan


Dimensi Ekonomi

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 205

18-jejak.indd 205 12/19/2019 5:43:49 AM


Gambar 62. Peran Lembaga/OPD Pada Peningkatan
Dimensi Lingkungan

Strategi Percepatan Target Kemajuan dan


Kemandirian Desa di Kabupaten Sambas

Pendekatan penanganan dan intervensi sesuai dengan


kewenangan desa dalam mencapai percepatan kemandirian
dapat diarahkan Update Data IDM 2017 khusus bagi 4 Desa
yang menjadi Target 2019, serta melakukan pengawalan
perencanaan Desa 2019 melalui perencanaan Reguler
(RKPDesa dan APBDesa 2019).

Selain itu, melakukan intervensi antar lintas sektor juga


menjadi strategi target menuju kemajuan dan kemandirian
desa. Arah perencanan dan pelaksanaan semua OPD terkait
kegiatan dengan penyatuan fokus dan sasaran program
kegiatan yang berbasis desa dengan masing-masing sesuai
dengan Renja. Terdapat 18 Target Desa Mandiri tahun 2020
yang tersaji di Tabel 34.

206 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 206 12/19/2019 5:43:49 AM


Tabel 34. Delapan Belas Target Desa Mandiri Tahun
2020 di Kabupaten Sambas
No Nama Desa Kecamatan
1 Sebunga Sajingan Besar
2 Sentebang Jawai
3 Sepinggan Semparu
4 Tangaran Tangaran
5 Mentibar Paloh
6 SB Usrat Jawai
7 Semplai Sebedang Sebawi
8 Sijang Galing
9 Sungai Nilam Jawai
10 Buduk Sempadang Selakau Timur
11 Makrampai Tebas
12 SB Kolam Jawai
13 Balai Gemuruh Subah
14 Bukit Mulya Subah
15 Dungun Laut Jawai
16 Durian Sambas
17 Gelik Selakau Timur
18 Jelutung Pemangkat

Adapun landasan mengapa ada 18 target desa mandiri 2020


tersebut adalah

a. Daftar panjang dari 193 Desa dengan Status Maju dan


Berkembang.

b. Deviasi terendah dari daftar untuk mencapai Skor Status


Mandiri.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 207

18-jejak.indd 207 12/19/2019 5:43:49 AM


c. 18 desa yang diajukan menjadi desa Mandiri rata rata
mempunyai skor IKL yang tinggi sehingga program
intervensi pada IKL relatif lebih memudahkan untuk
meningkatkan status desa menjadi Mandiri.

d. Menjadi Target Pemkab untuk meningkatkan Status


seluruh Desa (193) naik satu level dari kondisi eksisting.

Strategi Umum Capaian Target 193 Desa

Ada beberapa strategi umum untuk mencapai target 193


Desa dalam hal ini yaitu dengan melakukan:

a. Updating Data IDM 2018 untuk mengetahui existing


Status.

b. Pemetaan Status Parameter yang lemah dari setiap


Indikator untuk menentukan siapa melakukan apa.

c. Mengawal Perencanaan Desa Reguler 2020 yang dimulai


Juli 2019 (RKP Desa dan APBDesa).

d. Sinergisitas semua Perencanaan Program dan Kegiatan


yaitu Desa, Program Linear berbasis Desa dan Program
Daerah.

e. Berbagi wilayah kerja sesuai kewenangan masing-


masing (Desa, Kab, Perguruan Tinggi, Provinsi, Pusat dan
Pihak ketiga).

f. Dukungan Regulasi dan Kebijakan dari Pemerintah


kabupaten, Provinsi dan Pusat.

208 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 208 12/19/2019 5:43:49 AM


Strategi Khusus Dengan Pendekatan Indikator
Dan Parameter

Adapun strategi khusus untuk melakukan percepatan


kemandirian desa yaitu dengan Membangun kesepahaman
lintas sektoral dengan membangun sinergisitas program
atau berbagi wilayah sentuhan terhadap Desa dan fokus
pada parameter yang lemah dari setiap Indikator (IKS, IKE,
dan IKL).

Indeks Ketahanan Sosial (IKS)

Pada aspek IKS di kabupaten Sambas ada 3 hal yang menjadi


pengembangan di Desa, Program dan Kegiatan Berbasis
dan Kabupaten. Pada aspek Desa ada beberapa indeks yang
dikembangkan untuk Jaminan Kesehatan Berbasis Desa,
penyediaan kemitraan bidan desa, ketersediaan taman
bacaan masyarakat, penyediaan kader pembangunan
manusia (KPM) dan KPMD serta Kader Kesehatan Desa untuk
kesejahteraan desa. Aspek program dan kegiatan berbasis
Desa yang meliputi dari penyediaan sarana dan prasarana
sanitasi dan air bersih, sasaran rumah layak huni, bantuan
sosial, dan program lainnya seperti KOTAKUM PISEW dan PT).
Selanjutnya pada Kabupaten ada beberapa penyelengaraan
dari indeks IKS yaitu ketersediaan tenaga dokter dan
nakes lainnya serta kepesertaan JKNPBI, Integritas dengan
desa terkait program posyandu, Poswindu, Postagita, dan
kegiatan pendidikan non formal, program penanganan
Anak Usia Dini, SD/SMP yang putus sekolah atau untuk
tidak melanjutkan sekolah. Pada pengembangan IKS aspek

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 209

18-jejak.indd 209 12/19/2019 5:43:49 AM


dilihat pada 3 yaitu pengembangan pada desa, melakukan
program kegiatan berbasis desa serta pengembangan di
tingkat kabupaten dengan melaksanakan program-program
keberlangsungan hidup masyarakat.

Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE)

Pada aspek IKE sama halnya dengan IKS, ada 3 aspek yaitu
dari pengembangan di Desa, Program dan kegiatan berbasis
desa serta pengembangan di tingkat kabupaten dengan

210 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 210 12/19/2019 5:43:49 AM


sarana pemasaran. Untuk pembangunan indeks IKE di desa
berfokus pada pendirian dan pembinaan BUMDesa dan
Bumdes Bersama, adanya pembentukan posyantekdes dan
posyantek, penataan pasar desa serta mendorong penguatan
dan pengembangan prukades dan prudes serta usaha
ekonomi kreatif. Pada program kegiatan berbasis desa yaitu
kelompok usaha bersama dalam kegiatan ekonomi, serta
mengadakan lembaga keuangan mikro pedesaan dan antar
desa. Selanjutnya pada tingkat kabupaten untuk indeks IKE
berfokus pada kegiatan pendirian pasar rakyat tradisional,
lembaga keuangan mikro, adanya akses perbankan, serta
mendukung pengadaan sarana dan prasarana untuk akses
pemasaran dan adanya balai pelatihan terpadu.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 211

18-jejak.indd 211 12/19/2019 5:43:49 AM


Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL)

Aspek IKL meningkatkan juga pada tingkat provinsi selain


desa, pengembangan program dan kegiatan berbasis
desa dan kabupaten. Pada tingkat provinsi ini melakukan
pengadaan peralatan dan pelatihan satgas penanggulangan
bencana di 18 target desa mandiri.

Basis data IDM menjadi dasar intervensi pembangunan


tidak hanya desa dengan kewenangan dan dananya, tetapi
juga menjadi acuan supra desa (kab/prop/pusat) untuk
intervensi pembangunan yang tepat kebutuhan dan fokus
pembangunan. Diperlukan kerjasama lintas sektor dan cara
pandang yang sama semua stakeholder peduli desa untuk
mewujudkan perubahan kemajuan status desa secara nyata
(Mandiri). Dengan adanya dokumen IDM yang update dapat
menjadi raport pembangunan yang telah dilaksanakan
dan bahan evaluasi untuk intervensi pembangunan desa
berikutnya. Dokumen atau buku analisis IDM merupakan
salah satu upaya percepatan peningkatan status desa yang
dilakukan oleh pemkab Sambas, akan tetapi komitmen
bersama untuk fokus dalam mengintervensi yang masih
diperlukan menjadi kata kunci pencapaian keberhasilan
pembangunan desa secara merata dan berkualitas.

212 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 212 12/19/2019 5:43:50 AM


Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 213

18-jejak.indd 213 12/19/2019 5:43:50 AM


18-jejak.indd 214 12/19/2019 5:43:50 AM
BAB

7
IDM UNTUK MENGARAHKAN
PEMBANGUNAN DESA:
PENUTUP

Penutup dalam buku ini sengaja mengambil judul


presentasi yang diberikan oleh Dr. Ivanovich Agusta,
Kapusdatin Kemendesa, PDT dan Transmigrasi
yang berjudul Hasil IDM untuk Mengarahkan
Pembangunan Desa. Sangat menarik paparan terkait
dengan bagaimana Indeks Desa Membangun (IDM)
dibangun dan bagaimana hasil IDM dimanfaatkan dalam
merencanakan pembangunan desa untuk menunju
kemajuan dan kemandiriannya. Desa mandiri adalah
Desa Maju yang memiliki kemampuan melaksanakan
pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa dengan ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, dan
ketahanan ekologi secara berkelanjutan. Status ini dapat

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 215

18-jejak.indd 215 12/19/2019 5:43:50 AM


diperoleh jika desa memiliki kinerja yang baik dan diukur
dengan menggunakan IDM.

Indeks Desa Membangun (IDM) merupakan Indeks Komposit


yang dibentuk berdasarkan tiga indeks Dimensi, yaitu
Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan
Indeks Ketahanan Ekologi/Lingkungan. IDM ini merupakan
perangkat indikator yang dikembangkan berdasarkan
konsepsi bahwa untuk menuju Desa Maju dan Mandiri
perlu kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di mana
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Ketiga dimensi ini
merupakan kekuatan yang saling mengisi dan menjaga
potensi serta kemampuan Desa untuk menyejahterakan
Desa dan masyarakatnya.

Desa yang menyejahterakan adalah desa yang berkeadilan


dan desa yang pengembangannya didasarkan pada
penguatan nilai-nilai lokal dan budaya, serta ramah
lingkungan dengan mengelola potensi sumber daya alam
secara baik dan berkelanjutan. Dengan demikian, Desa harus
memiliki Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan yang
mumpuni dimana ketiga dimensi ini bekerja memperkuat
gerak proses untuk pencapaian tujuan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa.

Indeks Desa Membangun memotret perkembangan


kemandirian Desa berdasarkan implementasi Undang-
Undang Desa dengan dukungan Dana Desa serta Pendamping
Desa. IDM digunakan sebagai dasar tingkat kemajuan
dan kemandirian desa yang diklasifikasikan menjadi Desa
sangat tertinggal, Desa Tertinggal, Desa Berkembang,
Desa Maju, dan Desa Mandiri. Klasifikasi ini juga ditujukan

216 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 216 12/19/2019 5:43:50 AM


untuk mempertajam penetapan status perkembangan desa
sekaligus sebagai rujukan intervensi kebijakan. Setiap desa
dengan statusnya membutuhkan afirmasi kebijakan untuk
yang berbeda meskipun dengan status yang sama karena
komponen atau kenerja dimensi masing-masing desa juga
berbeda dan setiap desa memiliki karakteristik dan potensi
sumber daya yang berbeda.

Telaah terhadap IDM menunjukkan adanya perkembangan


dan kemajuan desa. Jejak IDM ini menunjukkan bahwa
banyak wilayah yang mengalami perkembangan dan
peningkatan status desa dengan cepat. Disisi lain, banyak
wilayah yang desa-desa nya berkembang dengan lambat.
Wilayah Sumatera dan Jawa adalah wilayah yang memiliki
perkembangan desa yang sangat cepat dengan dicirikan
semakin banyaknya jumlah desa dengan status Desa
dan Mandiri. Wilayah Maluku dan Papua adalah wilayah
yang memiliki desa dengan status Desa Tertinggal, baik
desa dengan status Desa Tertinggal maupun Desa Sangat
Tertinggal. Perbedaan ketersediaan dan aksesibilitas
infrastruktur tampaknya menjadi pembeda yang nyata.

Jika ditelaah lebih detail, jejak IDM juga menunjukkan


bahwa desa-desa yang masuk klasifikasi Desa Tertinggal
dan Sangat tertinggal umumnya memiliki kinerja Ketahanan
Ekonomi yang lemah. Padahal, desa-desa ini memiliki
kinerja Ketahanan Sosial dan Ketahanan Lingkungan
yang cukup baik. Artinya, fokus ke depan adalah adalah
bagaimana kinerja ekonomi dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Kinerja ekonomi ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi tidak saja di dalam desa tetapi juga kondisi
ekonomi desa-desa sekitarnya, bahkan kondisi ekonomi

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 217

18-jejak.indd 217 12/19/2019 5:43:50 AM


secara nasional. Suatu produk yang dihasilkan oleh suatu
desa sangat bergantung pada kondisi ekonomi wilayah
lainnya. Artinya sinergitas kelembagaan dan kementerian
sangat penting dalam membangun desa. Hal yang tidak
kalah pentingnya adalah menyiapkan sumber daya
manusia di desa yang terampik dan memiliki kompetensi
yang mumpuni untuk dapat mengelola dana desa dan
mengembangkan semua potensi sumber daya alam yang
dimiliki desa. Dana Desa yang diterima diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung upaya
perluasan kesempatan kerja, pengentasan kemiskinan, dan
pengurangan ketimpangan.

218 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 218 12/19/2019 5:43:50 AM


Bahan Bacaan

Amalia, Ayu Diah dan M. Syawie. 2015. Pembangunan


Kemandirian Desa Melalui Konsep Pemberdayaan:
Suatu Kajian dalam Prespektif Sosiologi. Sosio
Informa Vol 1 No 2 175-188

Aschauer DA. 1989. Public investment and productivity


growth in the group of seven. Economic Perspectives.
13(5):17-25.

Ashari. 2009. Optimalisasi Kebijakan Kredit Program Sektor


Pertanian di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian
7(1):l 21-42

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).


2001. Indeks Pembangunan Daerah (Regional
Development Index). Draft/Rancangan dalam Bentuk
Ringkasan. Jakarta: Bappenas.

BPS 2016. Indeks Pembangunan Manusia 2015. Jakarta

BPS, 2018. Indikator Pembangunan Ekonomi Kabupaten


Sambas. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sambas.

BPS. 2010. Penyempurnaan Penyusunan Indeks Pembangunan


Regional. Jakarta.

BPS. 2018. Hasil Pendataan Potensi Desa. Jakarta

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 219

18-jejak.indd 219 12/19/2019 5:43:50 AM


Buku Kompilasi Indeks Desa Membangun (IDM) Kabupaten
Sambas Tahun 2018. Bappeda Kabupaten Sambas.

Edi. Strategi Percepatan Target Kemajuan dan Kemandirian


Desa di Kabupaten Sambas.

Eko, Sutoro. 2014. Buku Desa Membangun Indonesia.


Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD).
Yogyakarta.

Hamid, Edy Suandi.1994. Penanggulangan Kemiskinan di


Indonesia*Catatan Program IDT dan Kemiskinan
Kota. UNISIA 21(XIV): Triwulan 1

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia


dan Kebudayaan. 2016. Buku Bantu Pengelolaan
Pembangunan Desa Edisi Desember 2016. Jalarta.

Khel, Khandar Khan. 2014. Village Development Plan (VDP).


Communitu Motivation & Development Organization
(CMDO)

Lestari, Mega dan Suhadak. 2019. Pengaruh Pembangunan


Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan ekonomi Dan
Pemerataan Ekonomi Indonesia (Studi Pada Badan
Pusat Statistik Tahun 2003-2017). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB). 70(1): 98 – 105.

Manual Integrated Village Plannng And Development


(Lessons from Hiware Bazar, Gangadevapalli,
Ramachandrapuram, and Piplantri Gram Panchayats.
Government Of India. Ministry Of Panchayati Raj.

Michalek, Jerzy, and Nana Zarnekow. 2012. Application of the

220 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 220 12/19/2019 5:43:50 AM


Rural Development Index to Analysis of Rural Regions
in Poland and Slovakia.  Social Indicators Research,
105(1):1–37. JSTOR, www.jstor.org/stable/41409399.

Mulyanto, and Habibullah Magsi, 2014. Approaches to


measure quality of human resource development
index in the village context: case of Central Java,
Indonesia. The Macrotheme Review 3(6):1-17.
Summer 2014.

Peraturan Gubernur Kalimantan Barat. Nomor 1 Tahun


2019. Percepatan Peningkatan Status Kemajuan Dan
Kemandirian Desa

Prasetyo, Rindang Bangun dan Muhammad Firdaus. 2009.


Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Pembangunan, 2(2):222-236

Resosudamo, Body P.Rural Development in Indonesa. ANU

Schrott, L., Gachter, M. & Theurl, E. 2015. Regional


development in advanced countries: a within-country
application of the Human Development Index for
Austria. DANUBE: Law and Economics Review, 6(1):1-23.

Setyobakti, Moh. Hudi. 2017. Identifkasi Masalah Dan Potensi


Desa Berbasis Indek Desa Membangun (IDM) di Desa
Gondowangi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
Wiga Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi 7:l 1-14.

Sjafrizal, 2009. Teknik Praktis Penyusunan Perencanaan


Pembangunan Daerah. Baduse Media.

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 221

18-jejak.indd 221 12/19/2019 5:43:50 AM


Soltau, Kai Schmidt. 2004. Manual For The Elaboration Of Village
Development Plans. GTZ Programme Sustainable
Management of Natural Resources (PGDRN). South-
west Cameroon.

Sukidjo. 2005. P2KP Sebagai Sarana Pemberdayaan Untuk


Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi & Pendidikan
2(3): 21-27.

Syamsu, Suhardikaj,.2008. Memahami Perkembangan Desa


di Indonesia. Government: Jurnal Government Ilmu
Pemerintahan 1(1): 77-87

Syukri, Muhammad dan M.Sulton Mawardi. 2014. Research


Report Sharing Knowledge in Indonesai: An
Assessment of the Neighborhood Upgrading and
Shelter Sector Project. The SMERU Reaserch Institute.
Jakarta.

Tahir. M Irwan. Sejarah Perkembangan Desa Di Indonesia


: Desa Di Masa Lalu, Masa Kini Dan Bagaimana Masa
Depannya.

Tikson, Deddy T. 2005. Indikator-indikator Pembangunan


Ekonomi. http://ecozon.html.

UNDP. 2006. Human Development Report 2006 (Beyond


Scarcity: Power, Poverty and the Global Water Crisis.
New York: Palgrave Macmillan Ltd.

Wahyuni, Sri dan Kurnia Suci INdraningsih. 2003. Dinamika


Program Dan Kebijakan Peningkatan Produksi Padi.
Forum Penelitian Agro Ekonomi 21(2): 143-156.

Ward, William A and James C. Hite. 1998. Theory in Rural

222 Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019

18-jejak.indd 222 12/19/2019 5:43:50 AM


Development: An Introductin and Overview. Growth
and Change 29: 245-258.

Yudha, Eka Purna, Bambang Juanda, Lala M. Kolopaking, and


Rilus A. Kinseng. 2018. Pengukuran Pengaruh Belanja
Desa Terhadap Kinerja Pembangunan Desa Dengan
Menggunakan Geographically Weighted Regression.
TATA LOKA 20(1): 23-34 DOI: https://doi.org/10.14710/
tataloka.20.1.23-34

Jejak Indeks Desa Membangun 2015-2019 223

18-jejak.indd 223 12/19/2019 5:43:50 AM


18-jejak.indd 224 12/19/2019 5:43:50 AM

Anda mungkin juga menyukai