Anda di halaman 1dari 15

MODEL PEMBERDAYAAN PEKARANGAN DI KELURAHAN

BAMBU KUNING KECAMATAN TENAYAN RAYA

LITERATUR REVIEW

OLEH :

ERICK GUNAWAN BAHAR


NIM : 1910246965

PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN AGRIBISNIS
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahu


wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta kesehatan.
Selanjutnya shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam beserta sahabat dan keluarganya
yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan kealam yang
berilmu pengetahuan yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Adapun judul makalah ini adalah “MODEL
PEMBERDAYAAN PEKARANGAN DI KELURAHAN BAMBU
KUNING KECAMATAN TENAYAN RAYA”.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
membangun dengan penuh keikhlasan, demi kesempurnaan makalah ini,
akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat serta menambah ilmu bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis.

Pekanbaru, 22 Januari 2021

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelurahan bambu kuning merupakan salah satu kelurahan hasil dari
pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 4 Tahun 2016.
Secara resminya kelurahan bambu kuning berdiri pada tanggal 03 Januari 2017.
Luas wilayah Kelurahan Bambu Kuning Kecamatan Tenayan Raya Kota
Pekanbaru saat ini adalah ± 5,24 Km2, dan memiliki ketinggian wilayah 6 Mdpl
(meter di atas permukaan laut). Berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2016 dan
Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 188 Tahun 2017, Kelurahan Bambu
Kuning memiliki batas :
 Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Siak, Kelurahan Limbungan
 Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Hangtuah Kelurahan Rejosari
 Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Teleju, Kelurahan Industri
Tenayan.
 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Limapuluh.

1
Pandemi Covid-19 membuat sektor perekonomian menjadi melemah, setelah
diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yaitu membatasi
aktivitas yang melibatkan kumpulan orang dalam jumlah banyak. Sekolah tatap
muka diganti dengan school from home, sebagian besar pekerja melakukan work
from home, penerbangan dan jalur kereta api ditutup, bahkan hari raya idul fitri
yang biasanya dimeriahkan dengan mudik dan menjadi penopang pergerakan
ekonomi, dilarang oleh pemerintah. Berlakunya PSBB sejak pertengahan tahun
lalu menyebabkan aktivitas perekonomian menurun drastis, menyebabkan daya
beli masyarakat juga ikut menurun dan berdampak kepada pemutusan hubungan
kerja (PHK) oleh perusahaan-perusahaan sebagai efisiensi atau penyesuaian
terhadap permintaan produk.
Namun hal ini bukanlah menjadi hambatan bagi kita semua, tapi
menjadi tantangan untuk mencari penyelesaian dari permasalahan pandemi
yang sedang terjadi saat ini salah satunya dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat melalui optimalisasi pekarangan. Kegiatan ini dilakukan
melalui pemanfaatan lahan pekarangan, lahan tidur dan lahan kosong yang
tidak produktif, sebagai penghasil pangan dalam memenuhi pangan dan
gizi rumah tangga, serta berorientasi pasar untuk meningkatkan
pendapatan rumah tangga. Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah
kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang secara
bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan
secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan
pemanfaatan, serta pendapatan. (Auza’i, 2019) menyebutkan program
pemberdayaan ekonomi belum efektif dalam menanggulangi kemiskinan
di Kecamatan Tenayan Raya, karena disebabkan beberapa faktor
diantaranya :
1. Antusias masyarakat dalam keterlibatannya dalam program pemberdayaan
ekonomi yang dibuat masih kurang.
2. Terbatasnya dana yang dimiliki oleh masyarakat.
3. Sosialisasi dalam bentuk pelatihan masih belum merata untuk seluruh
kelurahan di Kecamatan Tenayan Raya.

2
4. Belum efektifnya waktu untuk pelatihan yang diberikan dan belum
tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.

Aparat pemerintah Kecamatan Tenayan Raya sebaiknya lebih


proaktif dalam mensosialisasikan Program Pemberdayaan Masyarakat dan
menjadikan program penanggulangan kemiskinan sebagai agenda prioritas
dalam rencana kerja setiap masa kepemimpinan roda pemerintahan yang
sedang berjalan. Agar masyarakat lebih antusias dalam mengikuti dan
mengembangkan program ini. Peran stakeholder terkait juga mestinya
lebih mengoptimalkan lagi pelatihan-pelatihan dan pengembangan
program pemberdayaan masyarakat agar program yang telah dirancang
dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Untuk itu diperlukan suatu program pemberdayaan masyarakat
berupa sosialisasi dalam bentuk pelatihan agar potensi yang ada di
Kelurahan Bambu Kuning dapat dioptimalkan melalui Pemanfaatan
Pekarangan Sempit Dengan Hidroponik Sederhana di Kelurahan Bambu
Kuning Kecamatan Tenayan Raya. Kelurahan Bambu Kuning Kecamatan
Tenayan Raya Kota Pekanbaru memiliki visi yang ingin dicapai yaitu
menjadikan Kelurahan Bambu Kuning terdepan dalam pembangunan yang
berwawasan lingkungan, menuju masyarakat yang aman, damai, sehat
serta berkualitas.

1.2. Rumusan Masalah


 Rendahnya pengetahuan tentang teknik budidaya sayur dengan sistem
hidroponik.
 Kurangnya pemahaman bahwa halaman sempit/teras rumah juga dapat
menghemat pengeluaran keluarga.

1.3. Tujuan
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknik budidaya sayur
dengan sistem hidroponik
 Memberikan pemahaman bahwa halaman sempit/teras rumah juga dapat
menghemat pengeluaran keluarga

3
1.4. Landasan Teori
Hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi
ataupun pembanding, karena terdapat beberapa kesamaan prinsip
walaupun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Penggunaan hasil-hasil
penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian. Beberapa penelitian
terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan sebagai
berikut :
Penelitian (Arvianti et al., 2019) yang berjudul Gambaran Krisis
Petani Muda di Indonesia. Permasalahan ketenagakerjaan pertanian yaitu
perubahan struktur demografi yang kurang menguntungkan sektor
pertanian yang mengarah pada penuaan petani. Petani berusia tua
jumlahnya semakin meningkat, sedangkan yang berusia muda semakin
berkurang. Semakin tingginya tingkat pendidikan pemuda di pedesaan,
maka semakin selektif dalam memilih pekerjaan. Mereka enggan bekerja
di pedesaan karena adanya ketidakcocokan antara keterampilan dan
tingkat pendidikan yang dimiliki ketersediaan pekerjaan di pedesaan.
Padahal Indonesia membutuhkan petani-petani produktif untuk
memaksimalkan produksi pangan. Tujuan artikel ini menjelaskan
perubahan struktural tenaga kerja pertanian dilihat dari fenomena aging
farmer dan menurunnya jumlah tenaga kerja usia muda sektor pertanian di
Indonesia, menjelaskan faktor penyebab perubahan struktural tenaga kerja
pertanian dan keengganan tenaga kerja usia muda masuk ke sektor
pertanian, menjelaskan kebijakan yang diperlukan untuk mendukung
tenaga kerja muda masuk ke sektor pertanian. Metode yang digunakan
adalah studi literatur dan deskriptif. Hasilnya adalah masalah krisis petani
muda harus ditanggulangi supaya tidak mengancam ketahanan pangan
Indonesia.
Penelitian (Susilowati, 2016) yang berjudul Fenomena Penuaan
Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda Serta Implikasinya Bagi
Kebijakan Pembangunan Pertanian. Tujuan artikel ini melakukan review

4
tentang perubahan struktural tenaga kerja pertanian dilihat dari fenomena
aging farmer dan menurunnya jumlah tenaga kerja usia muda sektor
pertanian di Indonesia dan diberbagai negara lainnya, mengidentifikasi
berbagai faktor penyebab perubahan tersebut, serta kebijakan yang
diperlukan untuk mendukung tenaga kerja muda masuk ke sektor
pertanian. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
tabulasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum fenomena
penuaan petani dan berkurangnya petani muda di Indonesia semakin
meningkat. Kondisi seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun
juga di negara-negara lain di Asia, Eropa dan Amerika. Berbagai faktor
penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian,
diantaranya citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, beresiko tinggi,
kurang memberikan jaminan tingkat, stabilitas dan kontinyuitas
pendapatan; rata-rata penguasaan lahan sempit; diversifikasi usaha non
pertanian dan industri pertanian di desa kurang/tidak berkembang; suksesi
pengelolaan usahatani rendah; belum ada kebijakan insentif khusus untuk
petani muda/pemula; dan berubahnya cara pandang pemuda di era
postmodern seperti sekarang. Strategi yang perlu dilakukan untuk menarik
minat pemuda bekerja di pertanian antara lain mengubah persepsi generasi
muda bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menarik dan
menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan sungguh-sungguh,
pengembangan agroindustri, inovasi teknologi, pemberian insentif khusus
kepada petani muda, pengembangan pertanian modern, pelatihan dan
pemberdayaan petani muda serta memperkenalkan pertanian kepada
generasi muda sejak dini.
Penelitian (Sugiarso & Riyadi, 2017) yang berjudul Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pemanfaatan Tanah Pekarangan (PTP) Untuk
Konservasi dan Wirausaha Agribisnis di Kelurahan Kedung Pane Kota
Semarang. Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program Karya
Pengabdian Dosen (KPD) pemanfaatan pekarangan untuk konservasi dan
agribisnis ini merupakan langkah awal untuk merangsang tumbuhnya

5
semangat swadaya dan partisipasi masyarakat. Program KPD merupakan
tahapan untuk membangun pondasi bagi sebuah perubahan sosial yang
berujung pada pemberdayaan masyarakat (empowering society). Beberapa
perubahan yang sudah dicapai melalui program KPD ini adalah : 1)
terjadinya perubahan sikap mental dan pola pikir (mindset) dan jiwa
entrepreneur pada subyek dampingan, sehingga mereka sadar akan adanya
potensi lokal di sekelilingnya yang bisa dikembangkan menjadi komoditas
yang bernilai jual tinggi. 2) terjadinya perubahan dan terciptanya habituasi
pola kerja subyek dampingan yang mengedepankan konsep kerja keras dan
cerdas, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produktifitas.
#) lahirnya subyek dampingan yang memiliki seperangkat pengetahuan
dan keterampilan (life skill) untuk mengembangkan potensi lokal menjadi
komoditas hasil produksi yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Penelitian (Saefullah, 2018) yang berjudul Sustainable Community
Development in Rural And Urban Areas. Artikel ini bertujuan untuk
melihat apakah lokasi lingkungan masyarakat setempat Subang yaitu
lokasi perkotaan dan pedesaan, kondisi zonasi serta status migrasi rakyat
mempengaruhi perilaku pemanfaatan untuk memanfaatkan gintingan atau
sebaliknya. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif dan juga analisis
multivariat dengan korelasi non-kanonis untuk menjawab apakah faktor
lingkungan mempengaruhi perilaku pemanfaatan. Hasil penelitian
memnunjukkan bahwa preferensi masyarakat untuk memanfaatkan
gintingan di Kabupaten Subang, lebih tinggi dibandingkan dengan mereka
yang lebih memilih menggunakan lembaga transisi dan modern. Faktor
lingkungan sangat berkolerasi dengan preferensi masyarakat dalam
pemanfaatan gintingan. Sedangkan untuk faktor lingkungan, lokasi
lingkungan kawasan pedesaan-perkotaan merupakan variabel signifikan
terkuat, dibandingkan dengan lokasi zonasi dan status hunian responden.
Penelitian (Meirinawati et al., 2018) yang berjudul Strategy Community
Development Based on Local Resources. Artikel ini bertujuan sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat yang diperlukan sebagai penyusunan skala program

6
prioritas yang disesuaikan dengan kondisi, persoalan dan kebutuhan riil masing-
masing daerah. Metode penelitian yang digunakan berdasarkan pada tinjauan
literatur dan ulasan kritis. Hasil yang dicapai berupa proses pengembangan
masyarakat berbasis sumber daya lokal menjadi tanggung jawab bersama.
Berbagai sumber daya lokal dapat digunakan secara strategis dalam mendukung
pengembangan masyarakat. Pemanfaatan sumber daya lokal dalam mekanisme
manajemen yang membutuhkan adaptif, empati, fleksibel dan integratif serta
partisipatif. Oleh karena itu, dalam rangka mendorong perekonomian daerah,
maka orientasi pembangunan yang desentralistik yaitu lebih memilih
kepentingan pembangunan daerah. Dalam pengembangan masyarakat berbasis
sumber daya lokal, dijamin keberlanjutan ide-ide pembangunan yang produktif,
kreatif dan inovatif. Keberhasilan pengembangan masyarakat ini terletak pada
kecerdasan dalam mengelola kesadaran masyarakat menggunakan berbagai
sumber daya lokal potensial termasuk penggunaan teknologi berbasis
pengetahuan. Proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja
untuk memfasilitasi masyarakat setempat dalam merencanakan, memutuskan dan
mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui aksi kolektif dan jejaring
sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian di bidang
ekonomi, ekologis dan sosial, sehingga perlu strategi yang tepat untuk menjadi
sukses.

7
BAB II
ISI

2.1. Substansi
Model pemberdayaan pekarangan untuk masyarakat di Kelurahan Bambu
Kuning Kecamatan Tenayan Raya yaitu, memanfaatkan pekarangan sempit
dengan hidroponik sederhana untuk mendukung ketahanan pangan rumah tangga.

2.2. Planning
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah satu
alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan, mengurangi pengeluaran bahkan
meningkatkan pendapatan rumah tangga jika dikelola secara maksimal dan
berkelanjutan. Berkaitan dengan ketersediaan lahan, apabila ukuran pekarangan
kecil maka instalasi hidroponik dengan menggunakan peralatan sederhana
berpotensi dilakukan dengan model bertingkat. Sedangkan untuk ukuran
pekarangan yang cukup luas, usaha pertanian dapat dilakukan dengan beberapa
jenis komoditi atau biasa disebut metode multikultur.
Padangaran dalam (Meirinawati et al., 2018) menyatakan bahwa
pengembangan masyarakat merupakan upaya untuk mencapai enam tujuan, yaitu:
(1) Memenuhi kebutuhan pokok masyarakat yang terdiri dari kebutuhan konsumsi
dan kebutuhan usaha produktif, (2) Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan
partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan, (3) Meningkatkan
rasa tanggung jawab terhadap hasil pembangunan masyarakat, (4) Menumbuhkan
kemampuan masyarakat untuk memantapkan diri , (5) Menetapkan dan
memelihara prasarana dan sarana fisik di antaranya, (6) Meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat.
Sampeliling dalam (Surtinah & Nizar, 2017) mengemukakan bahwa ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pertanian kota, yaitu
: adanya teras rumah, pengembangan tanaman produktif dengan penerapan
teknologi ramah lingkungan dengan peningkatan populasi tanaman pangan dan
non-pangan, sosialisasi dalam bentuk penyuluhan.Hambatan yang paling sering

8
ditemukan dalam budidaya tanaman di daerah perkotaan adalah terbatasnya area
lahan & sulitnya untuk mendapatkan media tanam yang subur. Salah satu teknik
budidaya tanaman dengan menggunakan media air adalah Hidroponik. Kelebihan
budidaya dengan menggunakan media tanam air adalah sayuran lebih bersih, lebih
subur dan mempunyai nilai estetika lebih dibandingkan dengan budidaya dengan
media tanah.Instalasi hidroponik tidak hanya dapat dilakukan secara modern
namun juga secara sederhana, pada intinya teknik budidaya hidroponik
dimanfaatkan sebagai salah satu solusi pemanfaatan lahan yang terbatas sebagai
pemenuhan pangan rumah tangga maupun sumber penghasilan tambahan.

Gambar 2. Model instalasi hidroponik bertingkat

Metode yang dilaksanakan untuk memberikan penyuluhan terdiri dari


pelatihan cara membudidayakan tanaman sayur hidroponik (pemilihan benih,
penyemaian benih, penanaman, pemanfaatan wadah yang ada dilingkungan rumah
pengendalian unsur hara), pemberian bantuan paket teknologi budidaya sayur
serta pendampingan selama proses budidaya sayur hingga panen (pendampingan
diperlukan agar kegiatan tidak hanya bersifat insidentil namun kapanpun peserta
membutuhkan bantuan pengetahuan maka pemateri akan menanggapinya).

9
Motivasi diberikan kepada peserta pelatihan bahwa pekarangan sempit
bukanlah hambatan untuk menghasilkan produk pertanian yang dapat dikonsumsi
maupun sebagai sumber pendapatan. Lalu memberikan penjelasan tentang
kegunaan alat-alat yang akan digunakan selama budidaya tanaman menggunakan
media air (hidroponik). Penjelasan tentang komposisi pupuk juga tidak luput
dalam penyuluhan dimana dijelaskan tentang fungsi pupuk serta kadar kepekatan
larutan yang akan digunakan pada tanaman sayur.
Kesungguhan peserta perlu diukur menggunakan survei agar dapat
menggambarkan seberapa paham materi yang sudah dipaparkan pada saat
penyuluhan dengan cara pengisian kuisioner pada saat sebelum pemberian materi
dan sesudah pemberian materi. Dengan budidaya sayur disekitar pekarangan
rumah, dapat menghemat pengeluaran sekaligus memperoleh sayuran yang segar
dan bersih.
Tabel 1. Kuisioner pada saat sebelum pemberian materi
Jawaban Jawaban
No. Pernyataan
Ya (%) Tidak (%)
1. Pengetahuan tentang pengelolaan teras rumah
2. Mengetahui istilah hidroponik
Berminat memanfaatkan teras rumah dgn
3.
sistem hidroponik
4. Cara budidaya hidroponik
5. Cara pemberian nutrisi hidroponik
6. Kesulitan dalam budidaya hidroponik
7. Berminat utk ikut dalam pelatihan serupa
8. P2M bermanfaat bagi peserta
Perubahan sikap maupun perubahan pengetahuan adalah hasil dari
suatu proses belajar. Instalasi hidroponik yang permanen membutuhkan
biaya yang cukup besar, namun dapat bertahan sampai belasan tahun.
Sedangkan instalasi hidroponik sederhana tidak memerlukan biaya yang
tinggi, karena peserta dapat memanfaatkan benda-benda yang ada di
lingkungannya yang sudah tidak digunakan lagi menjadi sesuatu yang

10
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan keluarga terhadap kebutuhan
pangan yang sehat. Salah satu contoh wadah yang dapat dimanfaatkan
untuk budidaya hidroponik adalah botol air mineral.
Tabel 2. Kuisioner pada saat sesudah pemberian materi
Jawaban Jawaban
No. Pernyataan
Ya (%) Tidak (%)
1. Pengetahuan tentang pengelolaan teras rumah
2. Mengetahui istilah hidroponik
Berminat memanfaatkan teras rumah dgn
3.
sistem hidroponik
4. Cara budidaya hidroponik
5. Cara pemberian nutrisi hidroponik
6. Kesulitan dalam budidaya hidroponik
7. Berminat utk ikut dalam pelatihan serupa
8. P2M bermanfaat bagi peserta
Tabel 3. Peningkatan pengetahuan peserta sesudah mengikuti kegiatan
Peningkatan
No
Pernyataan Pengetahuan Keterangan
.
(%)
1. Pengetahuan tentang pengelolaan teras rumah
2. Mengetahui istilah hidroponik
Berminat memanfaatkan teras rumah dgn
3.
sistem hidroponik
4. Cara budidaya hidroponik
5. Cara pemberian nutrisi hidroponik
6. Kesulitan dalam budidaya hidroponik
7. Berminat utk ikut dalam pelatihan serupa
8. P2M bermanfaat bagi peserta

2.2.1. Instalasi Hidroponik Pekarangan


Contoh instalasi hidroponik permanen Contoh instalasi hidroponik sederhana

11
contoh perangkat diatas merupakan perangkat-perangkat yang sudah peneliti
buat sebelumnya. Instalasi hidroponik permanen membutuhkan biaya yang cukup
besar, namun dapat bertahan sampai belasan tahun, seperti yang dicontohkan.
Sedangkan instalasi hidroponik sederhana tidak memerlukan biaya yang tinggi
karena peserta dapat memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungannya yang
sudah tidak digunakan lagi menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat pada saat pandemi Covid-
19 yang tidak kunjung selesai selama hampir setahun ketika bulan maret nanti.
Penyediaan pangan yang sehat, mengurangi pengeluaran bahkan sebagai
pendapatan sampingan dapat diperoleh melalui pemanfaatan pekarangan sempit
dengan sistem hidroponik sederhana maupun modern.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arvianti, E. Y., Waluyati, L. R., & Darwanto, D. H. (2019). Gambaran Krisis


Petani Muda Di Indonesia. Agriekonomika, 8(2), 168–180.

Auza’i, F. (2019). Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis


Rukun Warga (PMB-RW) Dalam Menanggulangi Kemiskinan Di Kecamatan
Tenayan Raya Kota Pekanbaru.

Meirinawati, Prabawati, I., & Pradana, G. W. (2018). Strategy community


development based on local resources. Journal of Physics: Conference
Series, 953(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/953/1/012158

Saefullah, K. (2018). Sustainable Community Development in Rural and Urban


Areas. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 145(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/145/1/012106

Sugiarso, A., & Riyadi, R. (2017). Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pemanfaatan Tanah Pekarangan (PTP) untuk Konservasi dan Wirausaha
Agribisnis di Kelurahan Kedung Pane Kota Semarang. Dimas, 17(2), 343–
366.

Surtinah, & Nizar, R. (2017). Pemanfatan Pekarangan Sempit Dengan Hidroponik


Sederhana Di Pekanbaru. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 23(2),
274. https://doi.org/10.24114/jpkm.v23i2.6876

Susilowati, S. H. (2016). Farmers Aging Phenomenon and Reduction in Young


Labor : Its Implication for Agricultural Development. Forum Penelit.
Agroecon., 34, 35–55.

13

Anda mungkin juga menyukai