Anda di halaman 1dari 21

“PELAKSANAAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN

DI POS PENYULUHAN DESA”


(Studi Kasus di Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan)

Oleh :
GUFRON SYALEH
NIP. 19810121 201407 1 002

DINAS PERTANIAN TAMAN PANGAN HORTIKULTURA


DAN PERKEBUNAN
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
KECAMATAN GALIS
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari


pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam
meletakkan dasar yang kokoh bagi perekonomian negara. Hal ini ditunjukkan dari
banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian. Sektor
pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional memiliki peran penting, karena
sektor ini mampu menyerap sumberdaya manusia atau tenaga kerja yang paling
besar dan merupakan sumber pendapatan bagi mayoritas penduduk Indonesia
secara umum (Saragih, 2010).
Sumberdaya manusia memegang peranan sangat penting dalam proses
pembangunan pertanian tanpa mengesampingkan faktor-faktor lainnya.
Pembangunan pertanian tidak lepas dari andil masyarakat tani yang lebih banyak
berdomisili didaerah pedesaan, dimana sektor pertanian menjadi penopang utama
sumber kehidupan dan penghidupan bagi mereka. Permasalahan yang sangat
mendasar dipedesaan kaitannya dengan ketidakberdayaan masyarakat tani itu
sendiri baik dari segi kekuasaan terhadap peran, kekuasaan terhadap sumber daya
dan kekuasaan terhadap keahlian.
Kenyataan yang harus diakui saat ini bahwa kualitas sumber daya manusia
yang bekerja pada sektor pertanian masih dapat dikatakan rendah. Dilihat dari
tingkat pendidikan mereka yang masih rendah dan jarang memiliki pengetahuan
dalam bidang pertanian yang dapat dikatakan cukup. Banyak persoalan yang
dihadapi oleh para petani, mulai dari produksi, pemasaran maupun masalah sosial
didalam kehidupannya sehari-hari. Terbatasnya pengetahuan, sikap dan
keterampilan petani, akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk
berusahatani yang lebih baik. Sehingga kualitas, kuantitas produksi pertanian
berkurang yang tidak berorientasi agribisnis. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya
produktifitas komoditas pertanian yang belum mencukupi ketersediaan dan
keamanan pangan (Suci dan Waridin, 2010).
Penyuluhan pertanian telah memegang peranan penting dalam
pembangunan pertanian kaitannya dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia
pertanian. Melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian, para pelaku utama
pembangunan pertanian yaitu petani dapat mengubah perilakunya baik itu
pengetahuan, sikap dan keterampilannya menuju ke arah perbaikan sistem usaha
tani yang akan membawa ke arah peningkatan produktivitas, pendapatan dan
selanjutnya akan mengarah pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
keluarga petani.
Penyuluhan diperlukan guna mensukseskan tercapainya pembangunan
pertanian di Indonesia yang menyeluruh. Untuk menciptakan kesuksesan
pembangunan pertanian tersebut, maka penyuluhan pertanian di seluruh wilayah
Indonesia harus dilakukan dengan benar. Semakin banyak penyuluhan pertanian
yang berhasil maka harapan pembangunan pertanian akan mudah tercapai. Untuk
itu, pelaksanaan penyuluhan pertanian di masing-masing daerah harus sesuai
dengan programa penyuluhan yang telah diatur pemerintah. Programa penyuluhan
pertanian merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis untuk
memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali tujuan penyuluhan.
Programa penyuluhan pertanian yang disusun setiap tahunnya membuat
rencana penyuluhan untuk tahun berikutnya dengan memperhatikan keterpaduan
dan kesinergiaan programa penyuluhan pada setiap tingkatan mulai dari tingkat
Desa hingga di tingkat nasional. Dengan demikian, programa penyuluhan pertanian
akan mampu merespon kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan memberikan
dukungan terhadap program-program prioritas dinas/instansi terkait. Keberhasilan
kegiatan penyuluhan pertanian juga tidak terlepas dari keberadaan kelembagaan
peyuluhan pertanian karena kelembagaan penyuluhan pertanian merupakan tempat
wadah yang digunakan oleh penyuluh pertanian dalam melancarkan kegiatan-
kegiatan penyuluhan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan, kegiatan
penyuluhan dan pembinaan kelompok tani dilakukan oleh penyuluh pertanian.
Kelembagaan penyuluhan pertanian baik ditingkat pusat maupun didaerah memilik
fungsi utama yaitu sebagai wadah dalam pengembangan sumberdaya manusia
pertanian dan menyelenggarakan penyuluhan. Adapun kelembagaan penyuluhan
yang terdekat dengan masyarakatsaat ini adalah Pos Penyuluhan Desa
(POSLUHDES) yang berada disesa/kelurahan masing-masing. Posluhdes
merupakan wadah penyuluh PNS, penyuluh swasta dan swadaya serta pelaku
utama dan pelaku usaha di perdesaan untuk tempat berdiskusi, merencanakan,
melaksanakan, dan memantau kegiatan penyuluhan di Desa/Kelurahan (BPP Galis,
2019)..
Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan merupakan
salah satu desa di Indonesia yang memiliki perangkat kelembagaan penyuluhan Pos
Penyuluhan Desa (POSLUHDES). Kelembagaan Posluhdes ini berdiri sejak tahun
2012 yang diberi nama “Posluhdes Taman Harapan”. Pelaksanaan kegiatan-
kegiatan di Posluhdes Taman Harapan Desa Pakaan Laok mengikuti Programa
Penyuluhan Pertanian Desa Pakaan Laok yang telah disusun oleh Penyuluh
Pertanian Lapang (PPL) Desa Pakaan Laok dan Pengurus Posluhdes Taman
Harapan. Penyusunan programa penyuluhan pertanian di Desa Pakaan Laok
didasarkan pada kondisi wilayah dan masalah-masalah yang sedang dihadapi
petani. Dengan adanya programa penyuluhan pertanian diharapkan dapat
memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan
penyuluhan untuk menciptakan perubahan demi tercapainya pembangunan
pertanian di Desa Pakaan Laok.
Berdasarkan gambaran diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji
mengenai “Pelaksanaan Programa Penyuluhan Pertanian di Pos Penyuluhan Desa
(Studi Kasus di Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan,
Provinsi Jawa Timur).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan programa penyuluhan pertanian di Pos Penyuluhan
Taman Harapan, Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan?
2. Permasalahan apa dihadapi dalam pelaksanaan programa penyuluhan pertanian
di Pos Penyuluhan Desa Taman Harapan, Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis,
Kabupaten Bangkalan?

1.3 Tujuan Kegunaan Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi pelaksanaan programa penyuluhan pertanian di Pos
Penyuluhan Desa Taman Harapan, Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis,
Kabupaten Bangkalan.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan programa
penyuluhan pertanian di Pos Penyuluhan Desa Taman Harapan, Desa Pakaan
Laok Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam
mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan Pos Penyuluhan
Desa di daerah penelitian.
2. Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan pembanding dalam melakukan
penelitian sejenis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan Pertanian


Istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata ”Extension” yang
dipakai secara meluas dibanyak kalangan. Dalam Bahasa Indonesia istilah
penyuluhan berasal dari kata dasar ”suluh” yang berarti pemberi terang di tengah
kegelapan. Menurut Mardikanto (1993) penyuluhan dapat diartikan sebagai proses
penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara
berusahatani demi tercapainya peningkatan pendapatan dan perbaikan
kesejahteraan keluarganya.
Menurut Setiana (2005) penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan di luar
sekolah untuk anggota masyarakat, terutama yang berada di pedesaan agar
meningkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif
sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarganya, dan pada gilirannya akan
meningkat pula kesejahteraan hidupnya. Sejalan dengan Setiana, Tjondronegoro
dalam Sastraatmadja (1993) mendefinisikan penyuluhan sebagai usaha pendidikan
nonforal yang merupakan perpaduan dari kegiatan menggungah minat/keinginan,
menumbuhkan swadaya masyarakat, menyebarkan pengetahuan/ keterampilan dan
kecakapan sehingga diharapkan terjadinya perubahan perilaku (sikap, keterampilan
dan pengetahuan).
Penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani beserta
keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian
agar mereka mau dan mampu, sanggup dan berswadaya
memperbaiki/meningkatkan daya saing usahanya, kesejahtaraan sendiri serta
masyarakatnya (Zakaria, 2006). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
menyebutkan bahwa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang
selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah
perilaku utama dan pelaku usaha melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan motivasinya
Dalam proses penyuluhan pertanian, keberhasilan akan dapat dicapai jika
penyuluh mampu memilih materi sesuai dengan sasaran, disertai dengan pemilihan
metode yang tepat tanpa mengabaikan kebutuhan dari masyarakat petani.
Keberhasilan dalam penyelenggaraan program penyuluhan pertanian merupakan
bagian dari pembangunan pertanian.

2.2 Pelaksanaan Penyuluh Pertanian


Pelaksanaan penyuluhan pertanian adalah tindakan-tindakan nyata dari apa-
apa yang telah ditetapkan/dituliskan dalam programa penyuluhan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu ditentukan materi apa yang
perlu disampaikan, dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan, kapan
penyuluhan pertanian dilaksanakan, siapa yang melakukan penyuluhan dan
bagaimana cara melakukan (Ibrahim, 2003).
Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif. Di satu
pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok yang disuluh.
Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa sasaran penyuluhan
pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan. Sedangkan yang disuluh adalah
kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan pertanian
(Sastraatmadja, 1993).
Penyuluhan dapat berlangsung efektif, oleh karena itu hal yang harus selalu
diutamakan adalah “kejelasan komunikasi”, yang sangat tergantung ketiga unsur
komunikasi yaitu:
1. Unsur pesan
Pesan berisi hal-hal yang dengan mudah dipahami oleh sasaran, baik
mengenai isi materi, bahasa yang digunakan dan disampaikan pada waktu dan
tempat yang sesuai.
2. Unsur media/saluran komunikasi
Saluran yang digunakan harus terbebas dari gangguan, baik gangguan teknis
(jika menggunakan media massa) ataupun gagasan sosial budaya (jika
menggunakan media antar pribadi).
3. Unsur penyuluh dan sasarannya.
Pelaksanaan penyuluhan tidak akan pernah lepas dari metode penyuluhan.
Sastraatmadja (1993) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan metode
biasanya identik dengan prosedur, tata cara atau aturan main. Dalam kaitannya
dengan kegiatan penyuluhan pertanian, maka yang disebut dengan metode
penyuluhan pertanian adalah aturan main yang sebaiknya diterapkan guna
mewujudkan cita-cita sakral dari penyuluhan pertanian itu sendiri. Metode
penyuluhan pertanian, umumnya akan berhubungan dengan alat atau sistem apa
yang seharusnya dilaksanakan.

Soedarmanto (Ibrahim, 2003) mengemukakan bahwa metode penyuluhan


yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Sesuai dengan keadaan sasaran
Apakah sasaran dalam tahap mengenal, menaruh minat, menilai, mencoba
mengadopsi suatu inovasi. Apabila petani sasaran padatahap ingin mengetahui
dan menaruh minat, metode massal lebih sesuai digunakan. Apabila petani
sasaran pada tahap menilai, mencoba, metode kelompok lebih sesuai digunakan.
Sedangkan apabila dalam tahap menerapkan maka metode perseorangan paling
sesuai diterapkan.
2. Cukup kuantitas dan kualitas
Artinya penyuluh menguasai banyak metode penyuluhan pertanian sehingga
dapat dilakukan pemecahan masalah- masalah penyuluhan.
3. Tepat mengenai sasaran dan waktunya
Tepat sasaran dapat diartikan bahwa penyuluhan pertanian yang digunakan
disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya serap petani sasaran.
4. Materi akan lebih mudah diterima dan dimengerti
Artinya materi penyuluhan harus sederhana dan dapat dikomunikasikan
dengan bahasa petani, sehingga petani sasaran dapat memahami materi yang
disuluhkan.
5. Murah pembiayaannya
Artinya penyuluhan dapat dilaksanakan dengan biaya relatif murah sehingga
dapat terlaksana secara kontinyu dan dapat merespon reaksi petani dari proses
penyuluhan yang dilakukan. Metode penyuluhan dapat dibagi menjadi beberapa
macam.
Berdasarkan media yang digunakan maka metode penyuluhan dapat
dibedakan menjadi tiga antara lain media lisan, media cetak dan media terproyeksi.
Berdasarkan hubungan antara penyuluh dengan sasaran maka dapat dibedakan
menjadi komunikasi langsung dan tidak langsung.
Sedangkan berdasarkan kondisi psiko sosial sasarannya maka metode
penyuluhan dapat dibedakan menjadi pendekatan perorangan, kelompok dan
massal.
Pelaksanaan penyuluhan juga harus memperhatikan teknik penyuluhan yang
yang akan digunakan. Menurut Mardikanto dan Wijianto (2005) menyatakan bahwa
teknik penyuluhan adalah cara penyuluh untuk mendekatkan materi dengan
sasarannya. Ada banyak beragam teknik penyuluhan yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaan penyuluhan diantaranya dengan teknik individu kunci, surat-menyurat,
kunjungan, karyawisata, dan juga demonstrasi. Selain itu teknik penyuluhan juga
dapat dibagi lagi menjadi teknik ceramah, teknik kuliah, teknik kursus,
kelompencapir, pameran, pertunjukan, radio, televisi.

2.3 Programa Penyuluh Pertanian


Definisi programa penyuluhan pertanian menurut Undang Undang No.16
Tahun 2006 adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk
memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan
penyuluhan. Inti programa adalah rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang
disusun melalui sebuah lokakarya partisipatif berdasarkan potensi wilayah dan
masalah/kebutuhan petani serta dukungan instasi/pihak terkait. Isi programa ini
adalah kegiatankegiatan utama dalam penyuluhan pertanian yang akan
dilaksanakan di wilayah kerja peyuluhan pertanian selama satu tahun (Badan
Pengembangan Sumber Daya Pertanian, 2009).
Program kerja penyuluhan pertanian adalah hasil pemikiran tntang sesuatu
yang akan dilakukan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di suatu tempat tertentu,
sebagai langkah lanjutan untuk kegiatan usahatani atau pengelolaan pertanian yang
masa datang di tempat tersebut dengan harapan apa yang dilakukan atau kegiatan
penyuluhan yang perlu dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah digariskan.
Tujuan yang telah digariskan adalah peningkatan teknologi pengelolaan pertanian
agar tercapai peningkatan produksi, pendapatan, dan kesejahteraan hidup para
petani beserta keluarganya (Kartaspoetra, 1991).
Mardikanto (2009) mengemukakan bahwa untuk mengetahui seberapa jauh
perencanaan program yang dirumuskan itu telah baik, maka beberapa acuan tentang
pengukurannya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Analisis fakta dan keadaan
Perencanaan program yang baik harus mengungkapkan hasil analisis fakta
dan keadaan yang lengkap yang menyangkut keadaan sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, kelembagaan, tersedianya sarana/prasarana, dan
dukungan kebijaksanaan, keadaan sosial, keamanan, dan stabilitas politik.
2. Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan
Perumusan masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah nyata yang
telah dirasakan masyarakat. Artinya, perumusan masalah hendaknya dipusatkan
pada masalah-masalah yang dinilai sebagai penyebab tidak terpenuhinya
kebutuhan nyata masyarakat yang telah dapat dirasakan oleh mereka.
3. Jelas dan menjamin keluwesan
Perencanaan program harus jelas sehingga tidak menimbulkan keragu-
raguan dan kesalahpengertian dalam pelaksanaannya. Setiap perencanaan juga
harus luwes (memberikan peluang untuk dimodifikasi) sebab jika tidak, program
tersebut tidak dapat dilaksanakan dan pada gilirannya justru tidak dapat mencapai
tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan masyarakat.
4. Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan.
Tujuan yang ingin dicapai haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan
atau kepuasan masyarakat penerima manfaatnya. Jika tidak, program semacam
ini tidak mungkin menggerakkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi
didalamnya.
5. Menjaga keseimbangan
Setiap perencanaan program harus mampu mencakup kepentingan sebagian
besar masyarakat dan bukan demi kepentingan sekelompok kecil masyarakat
saja.
6. Pekerjaan yang jelas
Perencanaan program, harus merumuskan prosedur dan tujuan sasaran
kegiatan yang jelas, yang mencakup : masyarakat penerima manfaatnya; tujuan,
waktu, dan tempat; metode yang akan digunakan; tugas dan tanggung jawab
masing-masing pihak yang terkait; pembagian tugas atau kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh setiap kelompok personel; serta ukuran-ukuran yang digunakan
untuk evaluasi kegiatannya
7. Proses yang berkelanjutan
Perumusan masalah, pemecahan masalah, dan tindak lanjut (kegiatan yang
harus dilakukan) pada tahapan berikutnya harus dinyatakan dalam suatu rangkaia
kegiatan yang berkelanjutan.
8. Merupakan proses belajar dan mengajar
Semua pihak yang terlibat dalam perumusan, pelaksanaan dan evaluasi
program perlu mendapat kesempatan “belajar” dan “mengajar”.
9. Merupakan proses koordinasi
Perumusan masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan harus melibatkan dan
mau mendengarkan kepentingan semua pihak didalam masyarakat. Oleh karena
itu, penting adanya koordinasi untuk menggerakkan semua pihak untuk
berpartisipasi didalamnya.
10. Memberikan kesempatan evalusi proses dan hasilnya
Perencanaan program harus memuat dan memberi kesempatan untuk dapat
dilaksanakannya evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun hasilnya.
2.4 Pos Penyuluhan Desa
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Pasal 16, Posluhdes adalah
unit kerja nonstruktural yang di bentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku
utama. Adanya Posluhdes dapat sebagai wadah Penyuluh PNS, Penyuluh Swasta,
Penyuluh Swadaya serta pelaku utama dan Pelaku Usaha di pedesaan untuk tempat
berdiskusi, merencanakan, melaksanakan dan memantau kegiatan penyuluhan di
desa/kelurahan masing masing. Namun pada dasarnya Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) mengamanatkan bahwa pemerintah
pusat dan pemerintah daerah untuk mengadakan penataan kembali terhadap
Penyelenggaraan Penyuluhan (Nyata, 2015). Posluhdes memiliki fungsi sebagai
tempat pertemuan para penyuluh pertanian, pelaku utama, pelaku usaha untuk
melakukan kegiatan :
1. Menyusun programa penyuluhan.
2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan di desa/kelurahan.
3. Menginventarisasi potensi wilayah ,masalah dan pemecahannya.
4. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan,uji coba dan
pengembangan model usahatani yang lebih menguntungkan.
5. Menumbuhkembangkan kemandirian, kepemimpinan serta kewirausahaan.
6. Melakukan kegiatan pertemuan rutin, rembug tani, temu lapang bagi pelaku utama
dan pelaku usaha.
7. Mendesiminasikan layanan informasi paket teknologi penyuluhan pertanian.
8. Memfasilitasi forum penyuluhan pedesaan.

Bila dilihat dari pengertian dan fungsi yang melekat pada Posluhdes tidak
berbeda jauh dengan Balai Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan, bedanya
Posluhdes berada di tingkat desa/kelurahan dibentuk dan dilaksanakan secara
partisipatif oleh pelaku utama dan pelaku usaha, yang tidak tergantung dengan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, melainkan tergantung keperluan dan
upaya pelaku utama/usaha untuk menumbuhkan serta menyediakan sarana dan
prasarana yang diperlukan, Tersedianya sarana dan prasarana Posluhdes dapat
dibantu oleh berbagai pihak termasuk pihak pemerintah dari desa/kelurahan sampai
dengan pemerintah pusat, maupun pihak swasta (Rahayu, 2015).
Melihat fungsi Posluhdes yang tidak jauh berbeda dengan fungsi Balai
Penyuluhan Pertanian di tingkat Kecamatan yaitu untuk pertemuan para penyuluh,
pelaku utama, pelaku usaha untuk melakukan kegiatan kegiatan penyuluhan tingkat
kecamatan, sedangkan Posluhdes hanya pada ruang lingkup tingkat desa. Oleh
sebab itu sarana dan prasarana Posluhdes tidak selengkap pada sarana dan
prasarana yang ada di Balai Penyuluhan Pertanian di kecamatan diantaranya :
1. Ruang pertemuan : Ruang pertemuan berupa tempat pertemuan bisa tertutup
atau semi terbuka seperti tempat pertemuan Saung, tidak harus ada kursi bisa
lesehan menyesuaikan dengan kondisi yang ada, tempat ini bisa untuk
melakukan pertemuan ,musyawarah dan berdiskusi, untuk melakukan kegiatan
kegiatan yang berhubungan dengan kemajuan Posluhdes.
2. Papan tulis dan papan data: Papan tulis, digunakan membantu menjelaskan
dalam kegiatan penyuluhan serta bimbingan penyuluhan pada petani dan Papan
Data, digunakan untuk menyajikan data data desa yang diperlkan untuk dasar
kegiatan penyuluhan.
3. Bahan bahan Informasi Penyuluhan: Bahan informasi ini berupa Leflet, Brosur,
Liptan, dan lainnya untuk menambah wawasan petani.
4. Ruang Sekertariat dan fasilitas lainya: Ruang Sekertariat berukuran sedang
yang berfungsi untuk menyimpan peralatan dan arsip kegiatan kegiatan
Posluhdes.
5. Lahan percontohan: Lahan Percontohan,diharapkan sebagai lahan uji coba
kegiatan budidaya tanaman ,untuk penerapan teknologi baru yang diharapkan
dapat menjadi model usaha tani baru untuk di kembangkan di tingkat petani.

Pembiayaan Pos Penyuluhan Desa yang bersifat partisipatif oleh pelaku


utama dan pelaku usaha atau bahkan masyarakat tani agar dapat berperan aktif
dalam mengelola Posluhdes. Namun tidak menutup kemungkinan ada tambahan dari
pemerintah desa dan pihak-pihak lain (pemerintah pusat dan daerah, pihak swasta,
LSM, kelompok tani/Gapoktan, dan lain-lain). Sehingga perlu ditumbuh kembangkan
kegiatan yang bersifat produktif dan mengikat aktifitas didalam Posluhdes (BPP
Salaman, 2011).
2.5 Kerangka Pemikiran
Posluhdes Taman Harapan Desa Pakaan Laok adalah unit kerja
nonstruktural yang di bentuk dan dikelola secara partisipatif oleh petani. Posluhdes
berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama, dan pelaku
usaha untuk : (1) menyusun programa penyuluhan; (2) melaksanakan penyuluhan di
desa/ kelurahan; (3) menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya; (4)
melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model
usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha; (5) menumbuhkembangkan
kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaanpelaku utama dan pelakuusaha;
(6) melaksanakan kegiatan rembug, pertemuan teknis, temu lapang,dan metode
penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha; (7) memfasilitasi layanan
informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku utama dan pelaku
usaha, dan (8) memfasilitasi pelaksanaan forum penyuluhan pedesaan.
Programa penyuluhan pertanian merupakan suatu rencana yang disusun
secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
tujuan penyuluhan. Tersusunnya programa penyuluhan diharapkan dapat dijadikan
sebagai pedoman kerja bagi penyuluh dalam melaksanakan tugas penyuluhan
sehingga menghasilkan kegiatan penyuluhan pertanian spesifik lokasi yang strategis
dan mempunyai daya yang tinggi terhadap peningkatan produktivitas komoditi
unggulan daerah dan pendapatan petani sekaligus sebagai bahan informasi untuk
dinas yang terkait dalam menentukan kebijakan pembangunan pertanian.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan di Posluhdes Taman Harapan Desa Pakaan
Laok merupakan tindakan-tindakan nyata dari rencana-rencana kegiatan yang
ditetapkan/dituliskan dalam programa penyuluhan pertanian yang telah disusun.
Identifikasi pelaksanaan programa penyuluhan di Posluhdes Taman Harapan Desa
Layao perlu dilakukan untuk melihat pelaksanaan kegiatan-kegiatan di Posluhdes
Taman Harapan. Pada pelaksanaan programa penyuluhan pertanian di Posluhdes
Taman Harapan Desa Pakaan Laok akan ditemukan berbagai masalah-masalah
yang dihadapi, baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu perluh untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan programa penyuluhan pertanian di Posluhdes Taman Harapan dan
upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pelaksanaan
programa penyuluhan tersebut. Dengan demikian, programa penyuluhan pertanian
yang telah dilaksanakan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan programa
penyuluhan pertanian untuk tahun berikutnya

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas maka kerangka pemikiran dari
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Pos Penyuluhan 1. Menyusun Programa Penyuluhan.


Desa 2. Melaksanakan Kegiatan Penyuluhan
di desa/kelurahan.
3. Menginventarisasi Potensi wilayah,
masalah dan pemecahannya.
Pelaksanaan 4. Melaksanakan proses pembelajaran
Programa melalui percontohan,uji coba dan
Penyuluhan pengembangan model usahatani
yang lebih menguntungkan.
5. Menumbuhkembangkan kemandirian,
Masalah
kepemimpinan serta kewirausahaan.
Pelaksanaan 6. Melakukan kegiatan Pertemuan
Programa Rutin, Rembug Tani, Temu Lapang
bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
Upaya Mengatasi 7. Mendesiminasikan layanan informasi
Masalah paket teknologi penyuluhan
Pelaksanaan pertanian.
8. Memfasilitasi forum penyuluhan
pedesaan.
Berhasil Tidak Berhasil

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Operasional Penelitian

2.6 Definisi Operasional


Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitan ini, maka
diberikan defenisi operasional sebagai berikut:
1. Penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan informasi
yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara berusahatani demi
tercapainya peningkatan pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga
petani di Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan.
2. Pos Penyuluhan Desa adalah unit kerja non struktural yang dibentuk dan dikelola
secara partisipatif oleh petani sebagai pelaku utama di Desa Pakaan Laok,
Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan.
3. Programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis
untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian
tujuan penyuluhan di Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis, Kabupaten
Bangkalan.
4. Pelaksanaan penyuluhan pertanian di Posluhdes Taman Harapan Pakaan Laok
merupakan tindakan-tindakan nyata dari rencana-rencana kegiatan yang telah
ditetapkan/dituliskan dalam programa penyuluhan pertanian yang telah disusun.
5. Masyarakat tani adalah seseorang yang terlibat dalam bidang pertanian, yang
berada di Desa Pakaan Laok dan aktif mengikuti kegiatan di Posluhdes Taman
Harapan Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan.
6. Penyuluh pertanian lapang dan swadaya adalah orang yang memberikan
dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikirnya melalui
proses penyebaran informasi di Posluhdes Taman Harapan Desa Pakaan Laok,
Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, menurut
Moleong (2009) sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan
tindakan yang dimaksud disini adalah perkataan dan tindakan dari manusia yang
diwawancarai. Sedangkan sumber data penelitian ini adalah subyek, informan, arsip
atau dokumen.

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pakaan Laok, Kecamatan Galis,
Kabupaten Bangkalan. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling, yaitu
pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan
salah satu daerah yang memiliki Pos Penyuluhan Desa. Penelitian dilaksanakan
selama 2 bulan, yaitu pada bulan Oktober dan Nopember 2019.

2.2 Penentuan Informan


Penentuan subjek atau informan dalam penelitian ini dilakukan secara
snowball sampling atau teknik bola salju. Menurut Bungin (2008), Teknik snowball
sampling didefinisikan sebagai teknik untuk memperoleh beberapa informasi dalam
organisasi atau kelompok yang terbatas dan yang dikenal sebagai teman dekat atau
kerabat, kemudian informan tersebut bersedia menunjukkan teman-teman kerabat
lainnya sampai peneliti menemukan konstilasi persahabatan yang berubah menjadi
suatu pola-pola sosial yang lengkap.
Teknik snowball sampling digunakan bilamana peneliti ingin mengumpulkan
data yang berupa informasi dari subjek penelitian dan informan dalam salah satu
lokasi, tetapi peneliti tidak mengetahui siapa yang tepat untuk dipilih, sehingga
peneliti tidak dapat merencanakan pengumpulan data secara pasti. Oleh karena itu,
peneliti dapat bertanya secara langsung kepada key informan yang dianggap
mengetahui informasi tentang objek penelitian.
Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 orang. Key
informan dalam penelitian ini adalah Penyuluh Pertanian Desa Pakaan Laok yaitu
Bapak Willy Brodus, SP. Kemudian dari informan pertama yaitu key informan ini,
peneliti mendapatkan petunjuk mengenai pelaksanaan programa penyuluhan
pertanian yang telah dilaksanakan di Posluhdes serta menemukan subjek atau
informan selanjutnya. Dari key informan, peneliti diarahkan pada informan
selanjutnya yaitu pengurus Posluhdes Taman Harapan Desa Pakaan Laok yaitu
Bapak Miski dan Bapak Anwar Sanusi, lalu diarahkan kembali untuk informan
selanjutnya yaitu Bapak H. Sanusi, Bapak Ahmad, dan Bapak Arifuddin yang
merupakan petani yang aktif mengilkuti kegiatan di Posluhdes Taman Harapan Desa
Pakaan Laok.

2.3 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian baik
melalui wawancara mendalam dengan Informan yang dianggap mengetahui
informasi tentang objek penelitian, ataupun observasi penulis terhadap
pelaksanaan programa penyuluhan pertanian di Posluhdes Taman Harapan di
Desa Pakaan Laok.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi/lembaga terkait baik di
tingkat kabupaten maupun di tingkat desa yang berkaitan dengan penelitian ini
seperti studi pustaka, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
pelaksanaan programa penyuluhan pertanian di Posluhdes Taman Harapan di
Desa Pakaan Laok. dan dari internet.

2.4 Teknik Pengumpulan Data


Kegiatan pengumpulan data merupakan proses pengumpulan berbagai data
dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Proses pengumpulan data ini
mengacu pada prosedur penggalian data yang telah dirumuskan dalam desain
penelitian. Adapun data berdasarkan jenisnya dapat dibedakan atas data primer,
data sekunder, data kualitatif dan data kuantitatif (Afifudin dan Saebani, 2009).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Adapun jenis wawancara yang akan diakukan dalam penelitian ini
adalah wawancara tidak terstruktur atau yang sering disebut sebagai wawancara
mendalam. Sutopo (2002) memaparkan bahwa wawancara ini dilakukan dalam
keadaan peneliti tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Dengan demikian
wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open ended dan mengarah
pada kedalaman informasi. Untuk menjaga agar pokok-pokok pertanyaan penting
tidak terlewatkan, maka dalam wawancara digunakan semacam pedoman dalam
wawancara atau dapat juga disebut sebagai petunjuk wawancara. Moleong (2009)
menjelaskan bahwa petujuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis
besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang
direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Kegiatan wawancara yang dilakukan
peneliti dilakukan secara berkala. Dimana dilakukan kepada key informan terlebih
dahulu yaituPenyuluh Pertanian Desa Pakaan Laok Bapak Willy Brodus, yang
selanjutnya diarahkan kepada pengurus Posluhdes Taman Harapan, Bapak Abd.
Razak selaku ketua dan Bapak Muhammad Ali selaku sekertaris dan juga
Penyuluh Pertanian Swadaya Desa Pakaan Laok, dan petani-petani yang ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan programa penyuluhan pertanian di Posluhdes.
Wawancara yang dilakukan selama lima kali kepada informan antara lain kepada
Penyuluh pertanian selama dua kali, Ketua Posluhdes Taman Harapan Desa
Pakaan Laok dan Penyuluh Pertanian Swadaya Desa Pakaan Laok selama dua
kali. Selain itu, wawancara kepada subjek dilakukan sebanyak satu kali. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat serta mengetahui
perkembangan informasi dilapangan.

2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang diteliti.
Menurut Patton dalam Afifudin dan Saebani (2009), tujuan observasi adalah
mendiskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian yang dilihat dari
perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian
secara langsung, baik di Kantor Desa Pakaan Laok yang saat ini digunakan
sebagai ruang pertemuan Posluhdes Taman Harapan Desa Pakaan Laok maupun
di beberapa tempat kegiatan penyuluhan yang dilakukan Posluhdes. Observasi
dilakukan untuk mengetahuiaktivitas pelaksanaan programa penyuluhan pertanian
di Posluhdes, serta mengamati hasil pelaksanannya.

3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metode penelitian sosial, dimana metode ini digunakan untuk
menelusuri data historis. Menurut Afifudin dan Saebani (2009), metode
dokumenter adalah metode pengumpulan data dan informasi melalui pencarian
dan penemuan bukti-bukti yang berasal dari sumber non manusia. Sebagian besar
data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, foto, cindera
mata, laporan dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tidak tak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga memberikan peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam (Bungin, 2008).
Data-data yang diperoleh dari penelitian di lapangan ini antara lain data programa
penyuluhan desa, absen kegiatan dan foto dokumentasi lokasi kegiatan, dan
informasi dari lokasi. Data-data tersebut digunakan untuk melakukan analisis dari
penelitian terkait dengan data penduduk Desa Pakaan Laok, sarana dan
prasarana desa, komoditas tanaman yang di budidayakan serta keadaan lokasi
penelitian secara nyata mengenai pelaksanaan programa penyuluhan pertanian di
Posluhdes.

2.5 Analisis Data


Analisis data ialah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis
melalui transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang secara
akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang ditemukan. Analisis data
merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-
bagiannya, hubungan di antara bagian-bagian dan hubungan bagian-bagian itu
dengan keseluruhan (Usman dan Akbar, 2008).
Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan data apa yang masih perlu
dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode
apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa
yang harus segera diperbaiki. Dalam suatu penelitian kualitatif, proses analisis tidak
dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, tetapi dilakukan pada waktu
bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh
tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang sedang diteliti.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini akan mengacu pada model
analisa interaktif (interaktif model of analisis) oleh Miles dan Huberman, yang terdiri
dari tiga komponen analisis data, antara lain:

1. Reduksi data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai
dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,
menulis memo dan lain sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi
yang tidak relevan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan, membuang
data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga
akhirnya data yang terkumpul dapat diversifikasi. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara mendalam dan hasil dari wawancara tersebut rangkum
dalam tabel hasil wawancara informan. Data yang dirangkum merupakan
data/informasi yang dianggap relevan dengan penelitian pelaksanaan programa
penyuluhan pertanian di Pos Penyuluhan Desa .

2. Penyajian data
Adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan. Penyajian
data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk
matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semunya dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.
Setelah hasil wawancara dirangkum dalam tabel hasil wawancara informan,
kemudian peneliti melakukan penyajian data dalam bentuk narasi dengan
menjelaskan bagaimana pelaksanaan programa dan masalah-masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan programa sesuai hasil wawancara yang dilakukan.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi


Merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada
kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran
kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian dilaksanakan. Makna
yang dirumuskan dari data harus diuji kebenaran, kecocokan dan kekokohannya
(Usman dan Akbar, 2008). Dalam penelitian yang dilakukan, setelah peneliti
menyajikan data/informasi dalam bentuk narasi kemudian ditarik kesimpulan yang
berdasarkan pada tujuan penelitian dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifudin Dan Saebani. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Pustaka Setia.


Badan Pengembangan Sumber Daya Pertanian. 2009. Modul Pembekaan Bagi THL TB
Penyuluh Pertanian. Departemen Pertanian. Jawa Timur.
Bungin. 2008. Metodologi penelitian kualitatif. Pt. Raja grafindo persada. Jakarta.
Kartasapoetra, AG. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Radar Jaya Offset. Jakarta.
Sastraatmadja, E., 1993. Penyuluhan Pertanian: Falsafah, Masalah dan Strategi. Penerbit
Alumni, Bandung.
Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006. Tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian Perikanan dan Kehutanan.
Usman, H. dan P.S. Akbar, 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.
Waridin Dan Suci. 2010. Model Penguatan Kapasitas Kelembagaan. Diakses Melalui
http://journals.ums.ac.id//. Pada Tanggal 10 Oktober 2016.
Zakaria, 2006. Modul Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Pusat Manajemen Pelatihan
Sumberdaya Manusia Pertanan, Ciawi. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai