Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN DENGAN


PENINGKATAN PEGETAHUAN PETANI SAYURAN DI KELURAHAN
TOBUHA KECAMATAN PUUWATU KOTA KENDARI

Oleh :

GUSLIN
NIM. D1E119045

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN DENGAN
PENINGKATAN PEGETAHUAN PETANI SAYURAN DI KELURAHAN
TOBUHA KECAMATAN PUUWATU KOTA KENDARI

Proposal

Diajukan kepada Fakultas Pertanian


untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Jurusan/Program Studi Penyuluhan Pertanian

Oleh :

GUSLIN
NIM. D1E119045

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pola Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan


Peningkatan Pengetahuan Petani Sayuran di Kelurahan
Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari
Nama : Guslin

Nim : D1E119045

Jurusan : Penyuluhan Pertanian

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ima Astuty Wunawarsih, S.P., M.Si Ir. Tjandra Buana, M.Si.
NIP.19741227 200812 2 001 NIP.19601207 198902 1 004

Mengetahui,
Ketua Jurusan /Program Studi Penyuluhan Pertanian

Salahuddin, S.P., M.Sc.


NIP.19771101 200501 1 001
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

proposal ini. Tak lupa pula sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Rasullulah

Saw sebagai penyempurna akhlak dan pembawa kabar bahagia bagi orang-orang

yang beriman.

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademik

pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari

bahwa dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini banyak tantangan yang

didapatkan. namun, atas bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak serta

motivasi yang tiada henti-hentinya disertai harapan yang optimis sehingga proposal

ini dapat disusun dengan baik.

Ucapan terima kasih pula kepada IbuDr. Ima Astuty Wunawarsih, S.P.,

M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Ir. Tjandra Buana, M.Si. selaku pembimbing

II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam mengarahkan penulis dalam

penyusunan proposal penelitian ini. Selain itu, ucapan terimakasih pula kepada

teman-teman dan semua pihak atas segala doa, bantuan dan dukungan yang telah

diberikan.

Kendari,

Penulis
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dilakukan oleh pemerintah dengan mengoptimalkan

berbagai elemen atau faktor penunjang pada sektor pertanian. Salah satu elemen

penting dalam pembangunan pertanian adalah penyuluhan pertanian. Menurut

Mardikanto (2009) penyuluhan pertanian merupakan upaya yang dilakukan merubah

perilaku petani. Perubahan yang diharapkan terjadi meliputi keterampilan,

pengetahuan, dan sikap petani. Perubahan perilaku petani diharapkan mampu

mempercepat keberhasilan pembangunan pertanian dimana salah satu tujuannya

adalah peningkatan produktivitas. Selain perubahan perilaku petani, penyuluhan

pertanian yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat proses adopsi teknologi baru

oleh petani.

Penyuluh pertanian merupakan salah satu komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal dalam penyuluhan pertanian dilakukan secara terencana,

sehingga interfensi pemerintah dalam penyusunan pesan dan strategi adopsi inovasi

sangat diperlukan. Yang dimaksud hubungan interpersonal adalah penyampaian

pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil

orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan

balik dengan segera (Devito 1997). Program penyuluhan pertanian yang di lakukan
penyuluh bertujuan untuk mewujudkan dasar penyuluhan pertanian yaitu membantu

petani agar mampu meningkatkan kuanlitas dan kualitas tanamannya. Dalam

menjalakan Program Penyuluhan pertanian lapangan membutuhkan pola komunikasi

untuk berinteraksi dengan petani.

Penyuluhan pertanian bertindak sebagai upaya pendidikan untuk mengubah

perilaku yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap para petani kecil untuk

mewujudkan keberhasilan pembangunan pertanian dalam meningkatkan produktivitas

dan pembangunan mereka, melalui penyuluhan pertanian teknologi baru yang

berkaitan dengan perbaikan usahatani dapat diadopsi oleh petani-petani kecil

pelaksana pembangunan pertanian. Penyuluhan pertanian juga dijadikan ujung

tombak dari upaya penanggulangan masalah-masalah kritis baik upaya preventif

maupun represif.

Komunikasi adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan, ide,

dan gagasan, dari satu pihak ke pihak lainnya. Biasanya aktivitas komunikasi ini

dilakukan secara verbal atau lisan sehingga memudahkan kedua belah pihak untuk

saling mengerti. Secara harafiah, definisi komunikasi adalah interaksi antaradua

orang atau lebih untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi. Komunikasi secara

umum bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada orang lain.

Pola Komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili

kenyataanketerpautannyaunsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna

memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis. Komunikasi adalah salah satu
bagian dari hubungan antar manusia baik individu maupun kelompok dalam

kehidupan sehari-hari (Effendy 1986).

Kelurahan Tobuha adalah salah satu Kelurahan Yang ada di Kecamatan

Puuwatu Kota Kendari dimana dalam mengusahakan kegiatan usahatani petani tidak

hanya mengusahakan 1 komoditi sayuran saja melainkan petani juga melakukan

diversifikasi tanaman dengan menggunakan pola tumpang gilir. Petani melakukan

pola tumpang gilir diharapkan agar dapat meningkatkan pendapatan petani,

mengurangi resiko kegagalan panen, menghindari fluktuasi penurunan harga yang

tajam, memanfaatkan waktu yang efisien dan hasil distribusi pertanian dapat merata.

Pada saat menggelola usahataninya petani membutuhkan orang yang mampu

untuk merubah sikap dan perilakunya dalam menerima informasi demi keberhasilan

usahatani yang di usahakan bersama keluarganya, yaitu tidak terlepas dari peranan

penting seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai tempat berbagi

informasi mengenai pertanian yang sedang di usahakan sekarang dan untuk

kedepannya. Seseorang berubah perilakunya dapat disebabkan setelah berinteraksi

dengan orang lain, bila kita ingin berinteraksi dengan orang lain maka pola

kamunikasi amat diperlukan sehingga infomasi apa yang ingin kita sampaikan dapat

diterima oleh mereka.

Petani sangat membutuhkan informasi dan materi penyuluhan tentang

berusahatani sayuran untuk menunjang keberhasilan usahatani yang dikelola dan

peningkatan produksi usahatani sayuran yaitu dengan cara berkomunikasi yang baik

dan kerja sama antara Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dengan petani itu sendiri,
sebagai upaya percepatan sasaran sehingga tujuan dari komunikasi tersebut dapat

meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan petani.

Permasalahan yang dihadapi oleh petani sayuran dan Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) dalam proses komunikasinya adalah perilaku yang berbeda-beda dari

setiap petani. Hal ini disebabkan karena perbedaan karakteristik, umur, tingkat

pendidikan, tingkat pengalaman serta pengelolaan usahataninya, yang semuanya akan

mempengaruhi perilaku komunikasi dalam merespon adopsi inovasi yang diberikan

oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), sehingga umpan balik (feed back) dari

setiap petani tidak sama.

Menurut Rogers dan Kincaid (1981) tujuan penelitian pola komunikasi adalah

untuk memahami fenomena secara umum mengenai interaksi manusia dalam sistem

sosial dan mengidentifikasi struktur komunikasi yang menyusunnya. Pola komunikasi

yang terbentuk upaya untuk memberikan informasi tentang berusahatani sayuran

khususnya petani sayuran yang ada di Kelurahan Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota

Kendari melalui pembinaan dan penyuluhan, dan pada akhirnya petani yang bekerja

dapat menerapkan inovasi teknologi yang dapat mendukung peningkatan

produktivitasnya. Semakin erat hubungan antara penyuluh pertanian lapangan (PPL)

dengan petani maka semakin banyak informasi usahatani yang dipertukarkan maka

semakin bertamba pula tingkat pengetahuan petani sayuran yang ada di lokasi

tersebut.

Pola komunikasi sangat diperlukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

dalam penyampaian infomasi kepada petani sayuran. Dari fenomena yang terjadi di
lapangan bahwa dalam proses penyampaian informasi sangat dibutuhkan adanya pola

komunikasi yang baik antara Penyuluh Petanian Lapangan (PPL) karena ingin

melihat bagaimana interaksi yang terjadi dilapangan, terhadap petani untuk

meningkatkan pengetahuan petani sayura. Komunikasi yang baik dapat menjadikan

ketercapaian tujuan dalam peningkatan pengetahuan petani sayuran.

Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan menambah

pengetahuan yang baik bagi setiap individu, namun kebutuhan pola komunikasi

ditunjang dengan arus pola komunikasi, karena tanpa adanya pola komunikasi yang

terstruktur penyampaian pesan pun tidak akan tersampaikan dengan baik. Pengertian

pola komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu

orang ke orang lain. Pola Komunikasi terdiri atas 3 macam yaitu pola komunikasi

satu arah yaitu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.

Kedua, pola komunikasi dua arah yaitu komunikator (PPL) dan komunikan (petani)

menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap

pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi,

namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama yaitu

penyuluh. Ketiga pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam

satu kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan saling

bertukar pikiran.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Pola Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Peningkatan Pengetahuan

Petani Sayuran di Kelurahan Tobuha kecamatan Puuwatu Kota Kendari.”


1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pola komunikasi penyuluh pertanian dengan petani sayuran di

Kelurahan Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari?

2. Bagaimana hubungan pola komunikasi penyuluh pertanian dengan petani

sayuran terhadap peningkatan pengetahuan petani di Kelurahan Tobuha

Kecamatan Puuwatu Kota Kendari?

13. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk:

1. Mengetahui pola komunikasi penyuluh perttanian dengan petani sayuran di

Kelurahan Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari.

2. Mengetahui hubungan pola komunikasi penyuluh pertanian dengan petani

sayuran terhadap peningkatan pengetahuan petani di Kelurahan Tobuha

Kecamatan Puuwatu Kota Kendari.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna:

1. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi bagi pemecahan permasalahan yang

relevan dengan penelitian ini.

2. Sebagai salah satu bahan pembanding atau pustaka untuk penelitian

berikutnya, baik di daerah yang sama maupun daerah yang berbeda.

3. Sebagai bahan masukan informasi yang bermanfaat bagi pihak terkait yang

membutuhkan
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori

Deskripsi teori menguraikan tentang teori atau konsep dasar yang

mendasari penelitian mengenai Pola Komunikasi Penyuluhan Pertanian Di

Kelompok Tani Kelurahan Tobuha, Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari.

2.1.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian

Kartasapoetra (1994), penyuluhan pertanian merupakan agen bagi

perubahanperilaku petani, yaitu dengan mengubah perilakunya menjadi petani

dengankemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendri,

yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran

penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kekurangannya atau kebutuhannya,

melakukan peningkatan kemampuan diri dan dapat berperan dimasyarakat

dengan lebih baik.

Mardikanto (2009) penyuluhan pertanian merupakan upaya yang

dilakukan merubah perilaku petani. Perubahan yang diharapkan terjadi meliputi

keterampilan, pengetahuan, dan sikap petani. Perubahan perilaku petani


diharapkan mampu mempercepat keberhasilan pembangunan pertanian dimana

salah satu tujuannya adalah peningkatan produktivitas. Selain perubahan perilaku

petani, penyuluhan pertanian yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat

proses adopsi tenologi baru oleh petani.

Zakaria (2006), Penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani

dan nelayan beserta keluarganya melalui peningkatan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan kemandirian agar mereka mau dan mampu, sanggup dan

berswadaya memperbaiki atau meningkatkan daya saing usahanya, kesejahteraan

sendiri serta masyarakatnya.

Menurut Ugik Romadi, Andi Warnaen (2021) Secara konsep operasi,

kegiatan penyuluhan pertanian sekurang-kurangnya melibatkan 2 (dua)

komponen besar yaitu (1) penyuluh, sebagai “change agent” (agen pembaharu)

dan petani, sebagai “target group” (kelompok sasaran), atau yang dalam istilah

saat ini disebut pelaku utama dan pelaku usaha. Keterlibatan kedua komponen

tersebut pada intinya akan sangat menentukan keberhasilan tujuan yang telah

digariskan dalam sistem penyuluhan pertanian yaitu terjadinya perubahan

perilaku 10 petani. Perlu adanya interaksi yang cukup erat antara keduanya,

maka kegiatan penyuluhan pertanian otomatis akan bermanfaat bagi

pembangunan pertanian khususnya dan pembangunan nasional pada umunya.

Tujuan penyuluhan pertanian adalah dalam rangka menghasilkan SDM

pelaku pembangunan pertanian yang tangguh, berarti lebih baik, berusaha tani

lebih menguntungkan, hidup lebih sejahtera, dan lingkungan lebih sehat.


Penyuluhan pertanian dituntut agar mampu menggerakkan masyarakat,

memberdayakan petani, pengusaha petani dan pedagang pertanian, serta

mendampingi petani untuk membentu menganalisis situasi-situasi yang sedang

mereka hadapi dan melakukan perkiraan ke depan, membantu mereka

menemukan masalah, membantu mereka memperoleh pengetahuan maupun

informasi guna memecahkan maslah, membantu mengambil keputusan, dan

membantu mereka menghitung besarnya resiko atas keputusan yang diambilnya

serta peran lain yang berhubungan langsung dengan kegiatan petani secara

umum. Tugas pokok penyuluh pertanian adalah menyuluh, selanjutnya dalam

menyuluh dapat dibagi menjadi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan,

mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penyuluhan. Keberhasilan penyuluh

pertanian bukan semata-mata tergantung pada teknis penyuluh pertaniannya saja

tetapi merupakan gabungan dari seluruh aspek mulaidari pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi penyuluh pertanian, kelembagaan, metode penyuluhan yang

digunakan, juga kondisi kelompok tani.

Van Den Ban, Hawkins (1999), Penyuluhan pertanian merupakan

keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat

membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut di lakukan oleh seseorang

yang disebut penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian merupakan agen bagi

perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya


menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil

keputusan sendiri yang sekanjutnya akan memperoleh kehidupan yang baik.

Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber

daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efeisiensi usaha,

pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup (Salam et al., 2018).

Penyuluh pertanian menurut (Anwarudin et al., 2020), memiliki peran

sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan konsultan. Penyuluh memiliki

peran penting dalam memberikan informasi pengetahuan teknis yang dibutuhkan

oleh petani yang mencakup teknologi dan memberikan masukkan berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya serta selalu bertukar gagasan berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman petani.

(Kartasapoetra 1994) Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku

petani melalui peningkatan pengatahuan, sikap, keterampilanserta motivasi

petani sasarannya sehingga petani mampu untuk mengambilkeputusan dan

menjalankan dan mengembangkan usaha taninya secara mandiri.

2.1.2 Penyuluh Pertanian

Penyuluh pertanian merupakan petugas yang di bentuk untuk

memberikan pembinaan, pengarahan serta penyuluhan yang berkaitan dengan


bidang pertanian. Adapun pengertian penyuluh pertanian menurut Kartasapoetra

(1997) dalam buku muhamad Ikbal Bahua (2016:111) menyatakan bahwa,

penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas untuk memotivasi

petani, agar mau mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama

dengan cara-cara yang lebih baru sesuai dengan perkembangan zaman dan

teknologi pertanian.

Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menitikberatkan pada pesan

yang disampaikan. Jika pesan yang disampaikan penyuluh dapat diterima dan

diterapkan masyarakat desa dengan baik dan sukarela, berarti tugas penyuluhan

telah terlaksana. Faktanya, kesuksesan tugas penyuluh tergantung pada

kredibilitas penyuluh.

Dalam buku Bagus Ade Tegar Prabawa (2020:18) dijelaskan bahwa

penyuluh pertanian merupakan suatu bentuk pengaruh sosial yang dilakukan

secara sadar dengan mengkomunikasikan informasi untuk membantu masyarakat

mendapatkan pendapatan yang wajar dan mengambil keputusan yang tepat.

Selain itu, penyuluh juga membantu petani menemukan mengembangkan dan

mengevaluasi informasi yang relevan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Penyuluhan yang di maksud dalam hal ini adalah fungsi pemerintah dengan

memperluas pelayanan, melaksanakan aturan dan kebijakan yang berlaku kepada

petani dengan sistem dua arah (two traffic). Oleh sebab itu, kinerja penyuluh

harus terarah dan berfokus pada pemecahan maslah petani yang dihadapi oleh

petani dalam pelaksanaan usahataninya.


2.1.3. Petani

Mosher (1987:198) memberi batasan bahwa petani adalah manusia yang

bekerja memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna

menghasilkan pendapatan. Batasan petani menurut Departemen Pertanian

Republik Indonesia adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur

maupun polikultur dari komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan,

perikanan dan atau komoditas perkebunan.

Petani sebagai sosok individu memiliki karakteristik tersendiri secara

individu yang dapat dilihat dari perilaku yang nampak dalam menjalankan

kegiatan usaha tani. Undang Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dalam Pasal 1 ayat (3) menyatakan

bahwa petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan atau beserta

keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan, holtikultura,

perkebunan dan atau peternakan.

Sedangkan menurut Sunarminto dalam penelitian Seka (2019) petani

meruapakan pemulia budi daya pangan melalui aktivitas pertanian yang

dilakukannya. Petani dalam pengertian secara umum adalah sebuah kelompok

profesi yang lebih spesifik dari profesi yang lain. petani merupakan profesi yang

sangat natural karena muncul secara otomatis untuk memenuhi kebutuhan

pangan dan kehidupan mereka sehari – hari, hampir diseluh konsep budaya

manapun tidak dapat dipisahkan dari sektor petanian. Sedangkan menurut


Hanafie (2010) dalam bidang pertanian, bentuk usaha tani kebanyakan

didominasi oleh pertanian rakyat. Dengan demikian, peranan dan sumber daya

manusia sebagai produsen utama dapat ditinjau dalam 3 aspek, yaitu: a) Petani

sebagai pekerja usaha tani (cultivator) b) Petani sebagai pemimpin usaha tani

(manager) c) Petani sebagai diri pribadi (person).

Petani biasanya akan melakukan pencarian dan pertukaran informasi, baik

melalui komunikasi interpersonal dengan aktor-aktor sosial tertentu atau petani

lain disekitarnya ataupun melalui media massa untuk menegaskan keputusan

terhadap inovasi yang ditawarkan kepadanya (Swari, et.al., 2016). Proses

pertukaran informasi tersebut membentuk suatu hubungan komunikasi sosial

yang terpola, dimana inovasi berpotensi untuk terdeminasi ke petani-petani.

Nida & Wiwin (2016), menyebutkan bahwa petani biasanya paling

banyak belajar dari sesama petani. Karena itulah petani yang juga inovator dalam

memperkenalkan sistem usahatani baru merupakan sumber informasi yang

penting bagi petani lain.

T.Garatu (2013), Petani dapat didefinisikan sebagai pekerjaan

pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan

bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola

lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan menggunakan

peralatan yang bersifat tradisional dan modern. Petanian adalah suatu kegiatan

manusia yang termasuk didalamnya yaitu bercocok tanam, pertenakan, perikanan


dan juga kehutanan. Secara sempit petani utama dapat diartikan sebagai pertanian

rakyat keluarga yaitu dimana produksi bahan makanan utama seperti beras,

palawija yaitu jagung, kacang-kacangan serta tanaman hortikultura yaitu sayur-

sayuran dan buah-buahan. Petani yaitu petani pemilik adalah petani memiliki

lahan dan memberikan lahan kepada orang lain untuk di olah, petani penggarap

yaitu petani yang menggarap atau mengejerkan lahan orang lain. Jadi antara

petani pemilik dan pengap terjadi kesepakatan atau interaksi yang membentuk

suatu hubungan sosial.

2.1.4. Sayuran

Sayur-sayuran didefinisikan sebagai bagian dari tanaman yang umum

dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Tanaman sayuran adalah

tanaman budidaya yang terdiri dari tanaman sayuran buah, tanaman sayuran daun

dan tanaman sayuran umbi (Dirjen Hortikultura, 2006). Sayuran merupakan

sumber gizi mikro yang sangat berperan penting bagi tubuh dan dapat menjaga

kestabilan tekanan darah dan kadar kolestrol darah, sehingga jika tidak

mengonsumsinya tubuh akan menjadi lemah yang pada akhirnya akan menganggu

proses perkembangan, aktivitas anak sehari-hari bahkan pada pikirannya

(Candrawati dkk, 2014). Sayuran merupakan bahan makanan yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan (bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat

dimakan dan dijadikan sayur adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga
dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur

(Sumoprastowo, 2000).

Pentingnya mengkonsumsi sayuran menjadi alasan banyak orang

mengkonsumsi sayur. Sayur dibutuhkan manusia untuk berbagai macam manfaat,

kandungan aneka vitamin, karbohidrat dan mineral pada sayur tidak dapat

disubstitusi dengan makanan pokok (Rahayu dan Berlian, 1999). Sayur

merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan

serat serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau,

dan sayuran berwarna jingga seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyak

provitamin A berupa betakaroten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran

berwarna hijau disamping itu kaya akan kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin

C. Contoh sayuran berwarna hijau adalah bayam, kangkungm daun singkong,

daun kacang, daun katuk dan daun pepaya. Semakin hijau warna daun, semakin

kaya akan zat-zat gizi (Almatsier, 2004).

Sayuran juga dikenal sebagai bahan pangan yang mempunyai banyak

khasiat bagi kehidupan manusia. Sayur mempunyai fungsi yang sama dalam

tubuh yaitu sebagai penyedia vitamin dan mineral. Di dalam sayuran hijau dan

kuning juga terdapat karotenoid dimana bila kita hanya sedikit mengonsumsi

karotenoid maka risiko terserang kanker paru-paru semakin tinggi. Kandungan

antioksidan yang banyak terdapat dalam sayuran juga sangat penting di dalam

melawan radikal bebas dan zat-zat karsinogenik (Gusti, 2004). Sayur juga

dikonsumsi untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan
karena biasanya sayur dihidangkan dalam bentuk kuah. Dianjurkan sayuran yang

dikonsumsi setiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan dan

sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan

sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 150 – 200 gram (Almatsier, 2004).

Rihardi dkk (1993) mengemukakan bahwa sayuran merupakan komoditas

hortikultura dan menjadi bagian dari menu makan keluarga Indonesia. Sayuran

merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (bahan makanan

nabati).

Sayur adalah tanaman hortikultura yang mengandung vitamin, mineral,

dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada saat sekarang ini, kesadaran manusia

akan kesehatan sudah mulai bertumbuh dilihat dari permintaan akan komoditas

sayuran yang mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk masyarakat

Indonesia tampaknya sejalan dengan peningkatan permintaan sayuran di

Indonesia. Hal ini terjadi karena tinnginya daya beli konsumsi masyarakat

terhadap sayuran. Sayuran adalah bahan pertanian yang mudah rusak dan busuk

dengan waktu yang singkat dibandingkan dengan produk hotikultura yang lain.

Sehingga kualitasnya menurun bahkan tidak bisa dikonsumsi lagi. Hal ini

membuat pasar harus sealalu memasok sayuran segar satiap hari dengan jumlah

yang diminta masyarakat (Wirawan and Nubatonis 2019).

2.1.5. Petani Sayuran


Hanafie, R. (2010), petani yang memiliki lahan di dataran tinggi. Karena

sayuran dapat berkembang di daerah yang memiliki suhu udara yang dingin atau

berada pada dataran tinggi. Dalam pertanian, terutama petani yang sentral utama

tanamannya adalah sayuran, menanam jenis sayuran yang diantaranya adalah

tomat, sawi, kol, onclong (daun bawang) cabai rawit, cabai, terong, bayam,

kangkung dan masih banyak lainnya yang ditanam oleh petani sayur.

Perkembangbiakan dan pertumbuhan tanaman.

2.1.6. Komunikasi Pertanian

Komunikasi adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu

pesan, ide, dan gagasan, dari satu pihak ke pihak lainnya. Biasanya aktivitas

komunikasi ini dilakukan secara verbal atau lisan sehingga memudahkan kedua

belah pihak untuk saling mengerti. Secara harafiah, definisi komunikasi adalah

interaksi antaradua orang atau lebih untuk menyampaikan suatu pesan atau

informasi. Komunikasi secara umum bertujuan untuk memberikan pengetahuan

kepada orang lain.

Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dapat dimengerti dan

diterima oleh orang lain. Selain dengan cara verbal, komunikasi juga bisa

dilakukan dengan bahasa tubuh atau menggunakan gesture untuk tujuan tertentu.

Dalam sebuah organisasi atau bisnis, komunikasi memiliki peranan sangat


penting karena merupakan bentuk koordinasi antar anggota atau tim untuk

menyampaikan ide dan gagasan.

Istilah pola komunikasi biasa disebut juga sebagai model tetapi

maksudnya sama, yaitu system yang terdiri atas berbagai komponen yang

berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan

masyarakat. Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu peraturan)

yang biasa di pakai untukmembuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian

dari sesuatu, khususnya jika yang di timbulkan cukup mencapai suatu sejenis

untuk pola dasar yang dapat di tunjukan atau terlihat. Menurut Hutagalung

(2015), terkait komunikasi persuasive ada tiga faktor penting yang perlu

diperhatikan, yaitu:

1. Komunikator merupakan sumber komunikasi merupakan salah satu faktor

yangpaling penting dalam keberhasilan komunikasi persuasif.

Kemungkinanterjadinya perubahan sikap akan semakin besar bila

komunikator memilikikeahlian (expertness), keterandalan (trustworthiness),

dan disukai olehpenerima pesan. Dalam hal ini komunikator menyandang

pendapat tertentu danberupaya untuk meyakinkan orang/kelompok lain untuk

menerima danmendukung pendapatnya. Semakin baik penilaian seseorang

terhadapkomunikator, maka akan semakin besar kemungkinan orang akan

mengubahsikapnya mengikuti pendapat dari komunikator.

2. Isi Pesan merupakan kemampuan untuk menimbulkan rasa cemas ataupun

rasatakut pada penerima pesan juga merupakan unsur yang tak kalah penting
dalamkomunikasi persuasif. Membangkitkan rasa takut merupakan salah satu

carauntuk meyakinkan seseorang agar berbuat sesuatu. Namun pada tingkat

rasatakut yang sangat tinggi, bila pesan dirasakan terlalu mengancam

ataumengganggu maka komunikasi menjadi tidak efektif.

3. Sasaran / target merupakan reaksi terhadap sebuah pesan tergantung pada

tigahal, yaitu: (a). Keterikatan target terhadap suatu sikap. Semakin

besarketerikatan, semakin sulit megubah sikap seseorang. (b). Kekebalan,

yaituketahanan lain dari target untuk menghadapi perubahan berupa

pengalamanmasa lalu terkait masalah yang dikomunikasikan oleh

komunikator. (c). Faktorkepribadian, yaitu bahwa sebagian orang umumnya

lebih mudah dipersuasifdari pada yang lain. Dalam hal ini, orang dengan

harga diri rendah cenderunglebih mudah dipengaruhi daripada orang dengan

harga diri tinggi. Bahwa orangyang memiliki harga diri rendah akan

memberikan penilaian yang rendah pulapada opini/pendapatnya. Lebih lanjut,

orang yang memiliki harga diri rendahkarena tidak dapat menghargai opini

diri sendiri akan cenderungseganmempertahankannya, dan kemungkinan

besar akan mengubah opini bila mendapatkan informasi yang bertentangan.

Hal yang bertolak belakang terjadipada orang yang memiliki harga diri yang

tinggi, yang memiliki kecenderunganuntuk mempertahankan opini dan kurang

mudah dipersuasif.

1.1.3. Pola Komunikasi


Pola komunikasi merupakan bentuk atau cara kerja penyampaian pesan

dari komunikator kepada komunikan. Dalam buku Syaiful Rohim (2016:9)

dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu hal yang sangat mendasar dalam

kehidupan sehari-hari, bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi

terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi

yang dimana masing-masing individu di dalam masyarakat itu sendiri saling

berbagi informasi.

Pola Komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan

keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna

memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis. Komunikasi adalah salah

satu bagian dari hubungan antar manusia baik individu maupun kelompok dalam

kehidupan sehari-hari. Dari pengertian ini jelas bahwa Komunikasi melibatkan

sejumlah orang dimana seorang menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yang

terlibat dalam Komunikasi itu adalah manusia itu. Komunikasi berawal dari

gagasan yang ada pada seseorang, gagasan itu diolahnya menjadi pesan dan di

kirimkan melalui media tertentu kepada orang lain sebagai penerima. Penerima

pesan, dan sudah mengerti pesannya kepada pangirim pesan. Dengan menerima

tanggapan dari si penerima pesan itu, pengirim pesan dapat menilai efektifitas

pesan yang di kirimkannya. Berdasarkan tanggapan itu, pengirim dapat

mengetahui apakah pesannya di mengerti dan sejauh mana pesanya di mengerti

oleh orang yang di kirimi pesan itu. Pola komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu,
komunikasi satu arah, komunikasi dua arah dan komunikasi multi arah. Menurut

Effendy (1989), Pola Komunikasi terdiri atas 3 macam yaitu:

1. Pola Komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari

Komunikator kepada Komunikan baik menggunakan media maupun tanpa

media, tanpa ada umpan balik dari Komunikan dalam hal ini Komunikan

bertindak sebagai pendengar saja.

2. Pola Komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic

communication) yaitu Komunikator dan Komunikan menjadi saling tukar

fungsi dalam menjalani fungsi mereka, Komunikator pada tahap pertama

menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi.

Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator

utama, komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses

Komunikasi tersebut, Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara

langsung.

3. Pola Komunikasi multi arah yaitu Proses komunikasi terjadi dalam satu

kelompok yang lebih banyak di mana Komunikator dan Komunikan akan

saling bertukar pikiran secara dialogis.

Menurut Mulyana (2003), pola ini merupakan suatu proses penyampaian

pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol

sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang yaitu

lambang verbal dan lambang non verbal yakni sebagai berikut:


1. Lambang verbal yaitu bahasa sebagai lambang verbal yaitu paling banyak

danpaling sering digunakan, karena bahasa mampu mengungkapkan

pikirankomunikator.

2. Lambang nonverbal yaitu lambang yang digunakan dalam berkomunikasi

yangbukan bahasa, merupakan isyarat dengan anggota tubuh antara lain mata,

kepala, bibir, tangan dan jari. Selain itu gambar juga sebagai lambing

komunikasi nonverbal, sehingga dengan memadukan keduanya maka

proseskomunikasi dengan pola ini akan lebih efektif.

Pola komunikasi ini dinilai sebagai model klasik, karena model

inimerupakan model pemula yang dikembangkan oleh Aristoteles. Aristoteles

hidup pada saat retorika sangat berkembang sebagai bentuk komunikasi di

Yunani, terutama keterampilan orang membuat pidato pembelaan di muka

pengadilan dan tempat-tempat umum yang dihadiri oleh rakyat menjadikan pesan

atau pendapat yang dia lontarkan menjadi dihargai orang banyak. Berdasarkan

pengalaman itu Aristoteles mengembangkan idenya untuk merumuskan suatu

model komunikasi yang didasarkan atas tiga unsur yaitu: komunikator, pesan,

komunikan.

Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media

kedua setelah memakai lambang sebagai media media pertama. Karena proses

komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk

menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang


untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus

memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan.

Salah satu bagian yang dapat memaknai pola komunikasi secara lebih

konkret dapat dilihat dari keberadaan pola komunikasi berdasarkan pada arah

penyampaian pesannya sebagimana diungkapkan Pace dan Faules (2010: 171)

mengenai pola-pola komunikasi, antara lain:

1. Pola komunikasi satu arah

Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan baik meggunakan media maupun tanpa

media, tanpa ada umpan balik dari komunikan, dalam hal ini komunikan

bertindak sebagai pendengar saja.

2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (Two Way Traffic

Communication)

Pola komunikasi dua arah yaitu komunikator dengan komunikan

terjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka. Namun pada

hakiktnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, dan

komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi

tersebut. Prosesnya dialogis serta umpan baliknya secara langsung.

3. Pola komunikasi multi arah

Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam

suatu kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan

saling bertukar pikiran secara logis. Berdasarkan arah aliran pesannya, pola
komunikasi dapat dimaknai pada tiga bagian utama sebagaimana dijelaskan di

atas. pada pemahaman lanjutannya, pola komunikasi pun kemudian dikaitkan

kembali dengan alirannya yang berkaitan dengan jaringannya sebagaimana

diungkapkan Guetzkow (Pace dan Faules, 2010: 171) yang menyatakan

bahwa aliran informasi dapat terjadi dengan tiga cara, antara lain:

1. Penyebaran Pesan Secara Serentak

Sering kali komunikasi dibutuhkan untuk menyampaikan pesan

kepada beberapa orang dalam waktu yang bersamaan. Pemilihan teknik

penyebaran yang berdasarkan pada waktu (tiba secara serentak)

memerlukan pertimbangan tertentu mengenai metode penyebaran yang

sedikit berbeda dari biasanya. Salah satu pertimbangan utamanya adalah

bagaimana pesan dapat didistribusikan pada saat yang sama.

2. Penyebaran Pesan Secara Berurutan

Penyampaian pesan secara berurutan merupakan bentuk

komunikasi yang utama, yang pasti akan terjadi. Penyebaran informasinya

berurutan meliputi perluasan bentuk penyebaran diadik. Jadi pesan

disampaikan dari A kepada B kepada C kepada D kepada E dalam

serangkaian transaksi.

3. Penyebaran Pesan Gabungan Serentak dan Berurutan

Dalam bentuk aliran informasi ini, pesan yang disampaikan

menggunakan kombinasi dari penyebaran pesan serentak dan penyebaran


pesan secara berurutan. Karena sifat aliran komunikasi ini merupakan

kombinasi atau gabungan, maka tidak dapat ditentukan mana yang akan

terjadi terlebih dahulu. Pada awalnya, bisa saja pesan atau informasi

disampaikan secara serentak kemudian dilanjutkan dengan berurutan.

Sebaliknya, pesan atau informasi juga dapat disampaikan secara berututan

terlebih dahulu, lalu dilanjutkan secara serentak.

(Effendy 2005) Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil

pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa

komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan

pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, ra dio, televisi, atau

film. Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan

media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media

nirmassa atau media nonmassa nonmassmedia.

(Arifin 2006), Sirkular secara harfiah berarti bulat, bundar atau keiling.

Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya

arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan

komunikasi. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi berjalan

terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan.

Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang

berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai

arah hubungan yang berlainan. Sunarto (2006), Tubbs dan Moss mengatakan

bahwa “pola komunikasi atau hubungan itu dapat dicirikan oleh: komplementaris
atau simetris. Dalam hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari

satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri,

tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu

dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan” Moss dan Tubbs (2001), di

sini kita mulai melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem.

Bagaimana orang merespon satu sama lain menetukan jenis hubungan yang

mereka miliki.

Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau

pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan

penerimaanpesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana

yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-komponen

yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar

manusia atau kelompok dan organisasi.

Menurut (Effendy, 1989:32) Pola komunikasi terdiri atas 3 macam tetapi

melihat keadaan dan situasi real di lapangan hanya 2 pola komunikasi yang dapat

dikategorikan baik untuk dilakukan karna 2 pola komunikasi ini memiliki umpan

balik dan respon yang real terjadi di lapangan yaitu:

1. Pola Komunikasi Dua Arah

Pola komunikasi dua arah atau timbal balik adalah dimana komunikator

dan komunikan saling terjadi interaksi sehingga terjadi tukar fungsi, komunikator

pada tahap awal yaitu menjadi komunikan dan pada tahap selanjutnya saling

berganti fungsi. Namun pada dasarnya komunikator utama bertugas sebagai


memulai percakapan awal, komunikator utama mempunyai tujuan dan harapan

tertentu dalam melakukan sebuah komunikasi tersebut dimaana didalamnya

terjadi proses dialogis, serta umpan balik yang terjadi secara langsung maupun

tidak langsung. Contohnya seorang pidato calon kepala desa saat menyampaian

visi dan misinya. Pola komunikasi dua arah tentunya juga memiliki kekurangan

serta kelebihan tersendiri dimana kelebihan dari dua arah ini adalah:

a. Keuntungan dari komunikasi dua arah:

Terjadinya dialog antara kedua pihak dimana komunikator dan

komunikan dapat menimbulkan kepuasan untuk menyampaikan atau

mempertanyakan informasi yang sedang diberikan. Informasi yang diberikan

oleh komunikator akan lebih diterima oleh komunikan dikarenakan

komunikan menerima informasi langsung dengan penjelasannya, dan tingkat

kesalahpahaman dalam penerimaan informasi dapat diperkecil.

b. Kelemahan komunikasi dua arah

Dalam komunikasi dua arah ini akan terjadi keterlabatan pengiriman

dan penerimaan informasi yang diakibatkan adanya umpan balik yang sering

terjadi antara komunikato dan komunikan. Keadaan seperti ini baik

komunikator atau komunikan tidak dapat mengambil sebuah keputusan pada

saat itu juga dikarenakan banyak nya factor petimbangan sebelum keputusan

itu diambil dan disepakati, tetapi komunikasi dua arah ini dapat menjadi tidak
adanya titik terang pada suatu masalah dikarenakan banyaknya pemikiran

yang tersalukan dalam penyampaian informasi.

2. Pola Komunikasi Multi

Pola komunikasi multi yaitu dimana proses komunikasi akan terjadi dalam

sebuah kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan

saling bertukar pikiran secara dialogis, contohnya seperti diskusi antar anggota

rapat. Keuntungan dan kelemahan komunikasi kesegala arah hampir sama dengan

komunikasi dua arah, yang membedakannya adalah dalam komunikasi dua arah,

komunikator dan komunikannya hanya dua orang, tetapi dalam komunikasi ke

segala arah, komunikator dan komunikanya lebih dari dua orang. Pada

penyelenggaraan penyuluhan pertanian berbasis rekayasa sosial model

komunikasi yang lebih banyak digunakan adalah “komunikasi linier (satu arah)”,

dalam arti tidak adanya kesempatan yang diberikan kepada setiap pelaku untuk

mencari dan memperkenalkan inovasi yang ditemukannya sendiri. Demikian pula,

pada model komunikasi linier, PPL tidak diberi kesempatan menyampaikan

informasi jika ada inovasi yang dihasilkan oleh petani bahkan mereka hanya

melaksanakan paket-paket rekomendasi yang dikemas secara nasional (top down).

Sedangkan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang berbasis

pembelajaran sosial terlihat bahwa model komunikasi yang digunakan adalah

model “komunikasi partisipatif” di mana setiap pelaku bebas untuk mencari,

menemukan, dan mengkomunikasikan inovasi-inovasi yang berasal dari mereka


sendiri, atau dalam artian bahwa pada saat berkomunikasi tidak jelas siapa sumber

dan siapa penerimanya.

2.1.7. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu melalui panca indra pendengaran,

penglihatan, peraba, peraba dan penciuman terhadap suatu objek tertentu

(Wawan, 2016). Berdasarkan Hamzah (2011), pengetahuan adalah kemampuan

seseorang menghafal dan mengingat kembali suatu pengetahuan yang pernah

diterima. Mahmud (2010) mengklasifikasikan pengetahuan menjadi dua macam

yaitu pengetahuan bersifat rasional dan pengetahuan bersifat indra. Pengetahuan

bersifat rasional yaitu pengetahuan yang dapat menembus hakikat dari segala

sesuatu, sedangkan pengetahuan indra yaitu hanya memahami bentuk lahir dari

segala sesuatu.

Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (Retnaningsih, 2016)

adalah tahu, paham, analisis, sintesis dan evaluasi. Menurut (Retnaningsih, 2016)

pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi: usia,

pendidikan, lingkungan, pengalaman, media massa, sosial budaya dan ekonomi.

Notoatmodjo (2012) dalam Widyaningsih (2021), pengetahuan merupakan

hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap

suatu obyek tertentu. Proses pengindraan tersebut terjadi melalui pancaindra

manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.


Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercangkup dalam domain

kognitif mempunyai enam tiangkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada enam

tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1. Tahu (know)

Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat kembali apa

yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan pengetahuan pada tahap

ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan pada

tingkatan ini adalah seperti menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan,

menyatakan.

2. Memahami (comprehension)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan benar. Seseorang

yang telah paham tentang pelajaran atau materi yang telah diberikan dapat

menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan objek atau sesuatu

yang telah dipelajarinya tersebut.

3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut

dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi

yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu objek.

5. Evaluasi (evaluation)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Evaluasi dapat digambarkan sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan

menyediakan informasi yang snagat diperlukan untuk membuat alternatif

keputusan.

Artawan et al, (2017) dalam penelitiannya mengenai tingkat pengetahuan

petani dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah di Subak

Penarungan termasuk kategori tinggi. Tingkat pengetahuan petani tersebut meliputi

penggunaan jenis pupuk, ketepatan waktu pemupukan, penggunaan dosis pupuk dan

cara pemupukan. Altalb & Filipek (2016) bahwa tingkat pengetahuan petani terhadap

perluasan pertanian berada pada tingkat medium atau sedang. Menurut Sormin et al

(2013), tingkat pengetahuan petani terhadap manfaat lahan padi sawah dapat ditinjau

dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat bawaan dan fungsi dari lahan

padi sawah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam penelitian

Iskandar & Sudrajat (2014), Setyaningsih et al (2017), Fadhillah et al (2018), dan

Guntoro (2017) adalah tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam kelompok tani, usia,

dan pengalaman dalam bertani. Regresi linier berganda digunakan sebagai alat

analisis untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani

pada penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan Novia (2011) menyatakan

pendidikandan keaktifan petani dalam kelompok tani berpengaruh nyata terhadap

tingkat pengetahuan petani.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji

penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian

dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Dari penelusuran pustaka

yang dilakukan penulis, studi relevan dari hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait

dengan aspek fokus tema yang di teliti pada penelitian ini antara lain adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama dan Judul Metode Hasil penelitian Perbedaan


Penelitian Penelitian
1 Yohana F Metode Hasil penelitian menunjukkan Penelitian ini
(2017) Pola Kualitatif bahwa komunikasi yang melihat Pola
Komunikasi Deskriptif terjadi antara dinas pertanian Komunikasi Dinas
Dinas Pertanian dengan petani terkait pranata Pertanian Dengan
Dengan Petani mangsa di Kabupaten Klaten, Petani Terkait
Terkait Pranata Jawa Tengah dapat Pranata Mangsa
Mangsa Dalam meningkatkan hasil panen Dalam
Meningkatkan petani sehingga membentuk Meningkatkan Hasil
Hasil Panen pola komunikasi. Pranata Panen Petani Studi
Petani (Studi mangsa merupakan sebuah Kasus: di Kabupaten
Kasus di perhitungan yang didasarkan Klaten Provinsi Jawa
Kabupaten pergeseran antara posisi bumi Tengah). Sedangkan
Klaten Provinsi dan matahari sehingga pada penelitian yang
Jawa Tengah). masyarakat Jawa menyatakan akan dilakukan
ada empat musim, yaitu: melihat pola
musim penghujan (rendeng), komunikasi
musim mareng (pancaroba), penyuluh pertanian
musim kemarau (ketiga), dan tingkat
musim labuh (menjelang pengetahuan petani
hujan). sayuran di
Kelurahan Tobuha,
Kecamatan Puuwatu,
Kota Kendari. Dan
metode penelitian
menggunakan
metodo kuantitatif.
2 Muhamad Metode Hasil penelitian menunjukkan Yang membedakan
Dwiki (2022) Penelitian bahwa Strategi komunikasi adalah metode
dengan judul yang penyuluhan pertanian yang penelitian dan fokus
Strategi digunakan digunakan pada masa penelitian yang
Komunikasi adalah pandemi covid-19 adalah berbeda. Pada
Penyuluhan kualitatif dengan memaksimalkan penelitian ini melihat
Pertanian Pada dengan komunikasi massa secara non satrategi komunikasi
Masa Pandemi pendekatan verbal yang diberikan melalui penyuluhan
Covid19 Di fenomenolo media sosial dan pertanian di masa
Desa Rejodadi gi. mengupayakan untuk tidak pandemic Covid-19
Kecamatan melakukan komunikasi Di Desa Rejodadi
Sembawa penyuluhan pertanian secara Kecamatan
Kabupaten langsung baik itu dilakukan Sembawa Kabupaten
Banyuasin secara massa, kelompok Banyuasin
maupun perorangan kecuali sedangkan pada
sebab tertentu. penelitian yang akan
dilakukan adalah
melihat hubungan
pola komunikasi
penyuluh pertanian
dengan petani
sayuran dan tingkat
pengetahuan petani
sayuran di
Kelurahan Tobuha,
Kecamatan Puuwatu,
Kota Kendari.
3 Neri Angela Metode Hasil penelitian Pada penelitian yang
(2021) dengan penelitian menggambarkan Strategi dilakukan oleh Neri
judul Strategi yang komunikasi yang Angela (2021)
Komunikasi digunakan diaplikasikan penyuluh guna adalah melihat aspek
Penyuluh metode menjalankan kegiatan Jeruk kekuatan pada
Pertanian Pada Kualitatif Sehat pada kelompok tani Strategi komunikasi
Jeruk Sehat Di Sumber Beras III di Desa penyuluhan
Kelompok Tani Sumber Sekar dengan metode pertanian guna
Desa Sumber pendekatan perorangan merubah mindset
Sekar 100%, metode pendekatan petani jeruk pada
Kecamatan Dau kelompok 100%, keterlibatan kegiatan jeruk sehat
Kabupaten petani dalam kegiatan di Desa Sumber
Malang penyuluhan 100%, kegiatan Sekar Kecamatan
latihan atau belajar mengajar Dau Kabupaten
bersama petani 100%, latihan Malang. Sedangkan
rekayasa inovasi 100%, pada penelitian yang
penjelasan informasi 100%, akan saya lakukan
dan penjelasan materi 100%. adalah melihat
hubungan pola
komunikasi
penyuluh pertanian
dan tingkat
pengetahuan petani
sayuran di
Kelurahan Tobuha,
Kecamtan Puuwatu,
Kota Kendari
dengan metode
penelitian yang
berbeda.
4 Mukharom Lutfi Metode Hasil penelitian Yang membedakan
(2022) dengan penelitian menggambarkan bahwa pada penelitian ini
judul yang Proses komunikasi persuasif adalah metode
Komunikasi digunakan penyuluh pertanian dalam penelitian yang
Persuasif adalah menarik minat petani adalah digunakan, pada
Penyuluh penelitian proses komunikasi persuasif penelitian yang
Pertanian kualitatif. secara primer yaitu penyuluh dilakukan oleh
Kepada dan petani bertatap muka dan Mukharom lutfi
Kelompok Tani dapat mendapatkan informasi (2022) menggunakan
Desa Kapuran secara langsung. Kedua, kualitatif sedangakn
Kecamatan Hambatan komunikasi penelitian yang akan
Badegan persuasif penyuluh pertanian saya lakukan adalah
untuk menarik minat petani di kuantitatif.
desa Kapuran Kecamatan
Badegan Ponorogo adalah
Faktor motivasi dan Faktor
fisik. Ketiga, solusi mengenai
hasil penyuluhan ialah
penyuluh harus sering
anjangsana atau mengunjungi
petani di rumah maupun di
sawah.
5 Naci Asria Pelu Penelitian Hasil dari penelitian ini Yang membedakan
(2020) dengan ini adalah dalam program pada penelitian ini
judul Pola menggunak penyuluhan rutin, pola yang adalah terdapat pada
Komunikasi an metode terbentuk adalah pola variabel penelitian.
Balai Penyuluh penelitian komunikasi roda. Pola Pada penelitian yang
Pertanian kualitatif komunikasi roda terlihat pada dilakukan oleh Naci
melalui saat penyuluh mendatangi Asria Pelu (2020)
Penyebaran langsung petani dilokasi adalah pola roda,
Informasi dalam pertaniannya dan kemudian pola rantai, pola
Upaya memberikan materi dan lingkaran dan pola
Meningkatkan kemudian memberikan bintang. Sedangkan
Produksi kesempatan bagi petani untuk pada penelitian yang
Pertanian. bertanya dan juga akan saya lakukan
menyampaikan keluhan – adalah ada tiga
keluhannya. Kemudian ada variabel yaitu pola
juga pola komunikasi ranntai. komunikasi satu
Pola komunikasi rantai ini arah, pola
terbentuk pada saat program komunikasi dua arah
penyuluhan daerah/pusat dan pola komunikasi
berlangsung. Pola komunikasi multi arah variabel
ini terebentuk karena dalam penelitian ini
program ini, penyuluhannya mengutip dari teori
disusun terstruktur mulai dari Effendy (1989), Pace
penentuan CPCL, BIMTEK, dan Faules (2010:
rembuk tani hingga evaluasi. 171).
Semuanya berjalan terstruktur
dan dalam program ini
terdapat sistem komando
downward.

2.3. Kerangka Pikir Penelitian

Pola komunikasi merupakan bentuk atau cara kerja penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan. komunikasi adalah suatu hal yang sangat mendasar

dalam kehidupan sehari-hari, bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi

terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi yang

dimana masing-masing individu di dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi


informasi. Komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik

individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari.

Penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membentuk

pola pikir dan memberikan informasi penting kepada petani yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemandirian. Penyuluh

pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani

merubah perilakunya menjadi prtani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu

mengambil keputusan sendiri yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang

lebih baik. Sehingga penyuluh pertanian memiliki peran yang sangat penting bagi

petani karena penyuluh bertugas memberikan Penyuluhan Pertanian kepada petani.

Pola komunikasi yang digaunakan yaitu 1. Komunikasi satu arah 2. Komunikasi dua

arah dan 3. Komunikasi multi arah informasi kepada petani mengenai teknologi yang

berkembang saat ini atau membantu petani untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi saat ini, dalam proses penyuluhan ini

terjadinya pola komunikasi terhadap penyuluh dan petani. Ada tiga pola komunikasi,

komunikasi satu arah, dimana penyuluh menyampaikan pesan kepada petani tanpa

adanya timbal balik, pola komunikasai dua arah dimana penyuluh menyampaikan

pesan kepada petani dan petani pun menyampaikan pesan kepada penyuluh, dan

komunikasi multi arah. Setelah terdapat hubungan pola komunikasi antara penyuluh

pertanian dengan petani sayuran terkait pola komunikasi yang digunakan maka
tingkat pengetahuan petani dalam memahami informasi yang disampaikan oleh

komunikator (penyuluh pertanian) kepada komunikan (petani sayuran).

pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan tersebut

terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercangkup dalam domain

kognitif mempunyai enam tiangkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

Pola Komunikasi

1. Pola komunikasi satu arah


2. Pola komunikasi dua arah
3. Pola komunikasi multi arah

(Effendy 1989)

Penyuluh Pertanian Petani Sayuran

Tingkat Pengetahuan

1. Tahu (know)
2. Memahami
(comprehension)
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
5. Evaluasi (evaluation)

Daryanto dalam Yuliana


(2017),
Keterangan :

: Mempengaruhi

: Meliputi

: Berhubungan

2.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik

(Dewasiri, N. J., et. Al., 2018). Adapun hipotesis penelitian pada penelitian ini

sebagai berikut:

Ho : Diduga tidak terdapat hubungan antara pola komunkasi penyuluh pertanian

dengan petani sayuran dan tingkat pengetahuan petani sayuran di Kelurahan

Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari.


Ha : Diduga terdapat hubungan antara pola komunikasi penyuluh pertanian dengan

petani sayuran dan tingkat pengetahuan petani sayuran di Kelurahan Tobuha

Kecamatan Puuwatu Kota Kendari.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota

Kendari. Rencana penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2023. Penentuan

lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa di

Kelurahan Tobuha merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan

Puuwatu Kota Kendari yang masyarakatnya mayoritas petani sayuran dan belum

dilakukan penelitian dengan topik yang sama mengenai hubungan pola komunikasi

penyuluh pertanian dengan peningkatan pengetahuan petani sayuran di Kelurahan

Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti unutk dipelajari dan kemudian manrik sebuah kesimpulan (Sugiyono,


2013). Apabila jumlah populasi dalam penelitian kurang dari 100 orang, maka

jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan. tetapi jika populasinya lebih besar

dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya

(Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian

lapangan (PPL) dan petani sayuran di Kelurahan Tobuha Kecamatan Puuwatu

Kota Kendari.

i. Sampel

Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun menurut Umi Narimawati (2010) sampel

adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan

dalam penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diambil

berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu yang dianggap dapat mewakili

populasi secara menyeluruh.

Sampel dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian lapangan (PPL)

dan petani sayuran di Kelurahan Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari.

Karena sampel penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan petani sayuran dalam

penelitian kurang dari 100 orang, maka penentuan jumlah sampel menggunakan

teknik sensus dengan mengambil keseluruhan sampel. Sehingga dapat diketahui

bahwa sampel pada penelitian ini ialah 1 orang penyuluh pertanian lapangan

(PPL) dan 50 orang petani sayuran yang berada di Kelurahan Tobuha,

Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari.


3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari

tempat objek penelitian yang dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada

penyuluh dan petani sayuran menggunakan kuisioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang menjadi penunjang dalam penelitian seperti

jurnal-jurnal nasional maupun internasional, buku, serta data dari penelitian

terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Survei merupakan kegiatan mencari informasi terkait penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner yaitu suatu daftar rangkaian berisikan

pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Kuisioner berisi tentang karakteristik

responden, pola komunikasi penyuluh pertanian dengan petani sayuran terhadap

tingkat pengetahuan petani. Kuisioner yang dibuat melakukan pengukuran

jawaban responden dengan menggunakan skala likert. Skor yang ditentukan yaitu:

5 = SS (Sangat Setuju)
4 = S (setuju)

3 = N (Netral)

2 = TS (Tidak Setuju)

1 = STS (Sangat Tidak Setuju)

2. Wawancara merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab

lebih mendalam antara peneliti dan responden untuk mendapatkan informasi

yang lebih detail.

3. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mengkaji dokumen-dokumen yang

terkait dengan penelitian yang dilakukan guna melengkapi data-data yang

dibutuhkan serta pengambilan dokumentasi berupa foto disaat sedang melakukan

penelitian.

4. Studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara mencari literatur melalui

jurnal-jurnal, buku, penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang

dilakukan.

3.5. Variabel Penelitian

Indrawan, & Yaniawati (2016) mengemukakan bahwa variabel penelitian pada

dasarnya merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja atau beratribut/sifat atau

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyao variasi tertentu yang

ditetapkan peneliti untuk dikaji dan menarik sebuah kesimpulan. Variabel yang

digunakan terbagi menjadi dua macam yaitu:


1. Variabel independen (bebas) pada penelitian ini adalah pola komunikasi (X1)

Meliputi; komunikasi satu arah, komunikasi dua arah dan komunikasi multi arah

2. Varibael dependen (terikat) pada penelitian ini adalah pengetahuan petani (Y1)

meliputi; tujuan, ruang lingkup dan struktur organisasi.


Tabel 3.1. Variable Indepandent (X), Dependent (Y) dan Dimensi Penelitian
No Variabel Dimensi
Pola Komunikasi (X) 1. Komunikasi Satu Arah
1. 2. Komunikasi Dua Arah
(Effendy 1989).
3. Komunikasi Multi Arah
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
Tingkat Pengetahuan (Y) 3. Aplikasi (application)
2. Daryanto dalam Yuliana (2017), 4. Analisis (analysis)
5. Evaluasi (evaluation)

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suata alat pengumpul data yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang sedang diamati (Dewasiri, et

al., 2018). Sehingga, penggunaan instrument penelitian bertujuan untuk mencari

informasi secara lengkap mengenai suatu masalah atau fenomena yang terjadi di

lapangan.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau

kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan data yang akurat dengan menggunakan skala Likert. Pada skala likert,

terdapat lima (5) alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS). Pilihan jawaban netral tidak digunakan agar responden menjawab secara

konsekuen dan untuk menghindari dengan jawaban yang tidak sesuai dengan

pernyataan yang telah disiapkan sebelumnya.


Tabel 3.2. Skor Alternatif Jawaban Instrumen
No. Kode Keterangan Skor

1. SS Sangat Setuju 5

2. S Setuju 4

3. RR Ragu-Ragu 3

4. TS Tidak Setuju 2

5. STS Sangat Tidak Setuju 1

Instrumen penelitian pada penelitian ini meliputi dua variabel, yakni variabel

pola komunikasi (X1) dan tingkat pengetahuan petani (Y1) yang memiliki beberapa

pernyataan. Pada variabel pola komunikasi (X1) terdapat 16 pernyataan pada 3

indikator, sedangkan pada variabel tingkat pengetahuan (Y1) terdapat 15 pernyataan

pada 5 indikator. Untuk pernyataan pada masing-masing variabel dapat dilihat pada

Tabel 3.3 dibawah ini.

3.7. Konsep Operasional

Konsep operasional merupakan pengertian dari istilah yang digunakan dalam

penelitian. Adapun konsep operasional yang diginakan dalam penelitian ini adalah

sebegai berikut:

1. Pola komunikasi adalah bentuk atau model yang digunakan dua orang atau lebih

dalam proses penyampaian pesan sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami

dan dimengerti dengan jelas.


2. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator

kepada komunikan tanpa adanya timbal balik dari komunikan.

3. Pola komunikasi dua arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator

kepada komunikan yang terjadi secara langusng dan saling tukar pendapat,

penyuluh meyampaikan pesan kepada petani sayuran dan petani sayuran juga

meyampaikan pesan kepada penyuluh.

4. Pola komunikasi multi arah adalah proses komunikasi terjadi dalam satu

kelompok dalam hal ini komunikator dan komunikan saling bertukar pikiran

secara terbuka.

5. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan.

6. Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunkator.

7. Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh komunkator baik lisan maupun

tulisan kepada komunikan sebagai penerima pesan.

8. Penyuluhan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh dalam meyampaikan

informasi kepada petani.

9. Petani sayuran adalah orang yang akan memberikan informasi mengenai

permasalahan penelitian.

10. Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang

diteliti.

11. Sampel adalah sebagian dari narasumber untuk diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.


12. Tingkat pengetahuan adalah pengetahuan seseorang atau pengetahuan petani

sayur sebagai narasumber dalam penelitian terhadap objek yang mempunyai

tingakatan yang berbeda beda.

13. Tahu (know) adalah Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat

kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan pengetahuan

pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan

pengetahuan pada tingkatan ini adalah seperti menguraikan, menyebutkan,

mendefinisikan, menyatakan bahwa informasi yang disampaikan penyuluh

kepada petani hanya sebatas tahu.

14. Memahami (comprehension) Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat

diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu

dengan benar. Seseorang yang telah paham tentang pelajaran atau materi yang

telah diberikan oleh penyuluh kemudian petani dapat menjelaskan,

menyimpulkan, dan menginterpretasikan sesuatu yang telah dipelajarinya.

15. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila petani telah memahami

informasi yang disampaikan oleh penyuluh tersebut maka petani dapat

menggunakan dan mengaplikasikan yang diketahui pada usahataninnya.

16. Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang atau petani sayur untuk

menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu objek


17. Evaluasi (evaluation) adalah Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa

kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi yang disampaikan

oleh penyuluh.

3.8. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah statistic. Guna

mengetahui apakah instrument penelitian mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh instrument/ kuisioner tersebut dalam mengolah data. Analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.8.1. Analisis Deskriptif

Rumusan masalah pertama dan kedua yaitu pola komunikasi penyuluh

pertanian dengan petani sayuran di Kelurahan Tobuha Kecamatam Puuwatu Kota

Kendari dan hubungan pola komunikasi penyuluh pertanian dengan petani sayuran

terhadap tingkat pengetahuan petani sayuran di Kelurahan Tobuha Kecamatan

Puuwatu Kota Kendari di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif

yang diolah dengan menggunakan rumus interval kelas yang dikemukakan (Dewasiri,

et. al., 2018) adalah sebagai berikut:

R
I=
K

Keterangan:
I = Interval Kelas.
R = Rentang.
K = Banyaknya Kelas.

3.8.2. Analisis Korelasi (Rank Spearman)

Menganalisis hubungan pola komunikasi dan tingkat pengetahuan di Kelurahan

Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari dengan menggunakan analisis data

kuantitatif. Untuk mengetahui hubungan pola komunikasi dan tingkat Pengetahuan di

Kelurahan Tobuha Kecamatan Puuwatu Kota Kendari di gunakan rumus analisis

korelasi (Rank Spearman) dengan bantuan Software SPSS Versi 22. Tujuan dari

analisis korelasi yaitu untuk melihat signivikansi hubungan, melihat kekuatan

hubungan serta untuk melihat arah hubungan antar variabel. Adapun rumus korelasi

Rank Spearman tersebut adalah sebagai berikut:

6∑ b i
2
ρ=1−
n ( n2−1 )

Keterangan:

P = Koefisien korelasi Spearman Rank

∑ ¿ Sigma atau jumlah


bi = Selisih setiap pasangan rank

n = Jumlah responden/sampel.

Kriteria pengujian hipotesis:

- Ho diterima dan Ha ditolak bila signifikan hitung ≥ α = 5% (0,05)

- Ho ditolak dan Ha diterima bila signifikan hitung ˂ α = 5% (0,05)


Menurut Sugiyono (2015), pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien

korelasi sebagai berikut:

- 0,00 - 0,199 = Sangat tidak erat

- 0,20 - 0,399 = Tidak erat

- 0,40 - 0,599 = Cukup erat

- 0,60 - 0,799 = Erat

- 0,80 - 1,000 = Sangat Erat

DAFTAR PUSTAKA

A.T. Mosher, 1987. Mengerakan dan Mengembangkan Pertanian. Yusaguna. Jakarta.

Almatsier, S. 2004. Penuntun diet.. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, S. 2004. Penuntun diet.. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Altalb, A. A. T., & Filipek, T. (2016). The Knowledge Level of Farmers Towards
Agricultural Extension In Lublin Province-Poland. International Journal of
Agricultural Extension and Rural Development Studies.3(1). 21–29.

Anwarudin, O., Sumardjo, S., Satria, A., & Fatchiya, A. (2020). Peranan Penyuluh
Pertanian Dalam Mendukung Keberlanjutan Agribisnis Petani Muda Di
Kabupaten Majalengka. Jurnal Agribisnis Terpadu, 13(1), 17.
Https://Doi.Org/10.33512/Jat.V13i1.7984

Arifin, anwar. 2006. Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Artawan, I. W. B., Astiti, N. W., & Sudarta, W. (2017). Tingkat Pengetahuan Petani
dalam Penggunaan Pupuk Organik dan Penerapannya pada Budidaya Tanaman
Padi Sawah. E-Journal Agribisnis Dan Agrowisata.6(4). 505–512.

Candrawati, E., Wiarsih, W., & Sukihananto, S. 2014. Ketersediaan Buah dan Sayur
dalam Keluarga Sebagai Strategi Intervensi Peningkatan Konsumsi Buah dan
Sayur Anak Usia prasekolah. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 2(3), 31-40.

Deddy, Mulyana. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengentar. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.

Devito, Joseph, A.1997. The Interpersonal Communication Book, professional Book,


Jakarta:P T. Raja Grafindo Persada

Effendy, Onong Uchjana. 1989. KAMUS KOMUNIKASI. Bandung: PT. Mandar


Maju.

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Effendy, Onong Uchyana, 1986, Dinamika Komunikasi, Rosda Karya Bandung.

Fadhillah, M. ., Eddy, B. ., & Gayatri, S. (2018). Pengaruh Tingkat Pengetahuan,


Sikap Dan Keterampilan Penerapan Sistem Agribisnis Terhadap Produksi Pada
Petani Padi Di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Jurnal Sosial Dan
Ekonomi.2(1). 1–15.

Gusti. 2004. Gambaran Konsumsi Sayuran pada Penghuni Asrama Mahasiswa


Universitas Indonesia Depok Tahun 2004. Jakarta. Jurnal Penelitian Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Hamzah. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hanafie, R. (2010). Pengantar ekonomi pertanian. Penerbit andi.

Hortikultura, S. P. 2006. Statistik Produksi Hortikultura Tahun dalam angka 2006.


Dept. Pertanian. Dirjen Hortikultura.

Hutagalung, N. (2015). Hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan


keterampilan sosial remaja di jalan. Kuali kelurahan sei putih tengah kecamatan
medan petisah (Doctoral dissertation, UNIMED).

Iskandar, Y., & Sudrajat. (2014). Pengaruh Pengetahuan Petani Tentang Multifungsi
Lahan Sawah Terhadap Keinginan Petani Mempertahankan Kepemilikan Lahan
Sawah Di Koridor Yogyakarta-Magelang. Jurnal Bumi Indonesia.3(3). 1–10.

Jorgi, R. S., Gayatri, S., & Dalmiyatun, T. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Petani Dengan Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Tani Di Kabupaten
Semarang. AGRARIS: Journal Of Agribusiness And Rural Development
Research, 5(2), 88-98.

Kartasapoetra.A. G. 1994. Teknologi penyuluhan pertanian. Bumi askara. Jakarta.


Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Moss, Sylvia dan Tubbs, Strewart L. 2001. Human Communication. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Muhamad Dwiki, (2022). Strategi Komunikasi Penyuluhan Pertanian Pada Masa


Pandemi Covid-19 Di Desa Rejodadi Kecamatan Sembawa Kabupaten
Banyuasin.

Mukharom Lutfi, (2022). Komunikasi Persuasif Penyuluh Pertanian Kepada


Kelompok Tani Desa Kapuran Kecamatan Badegan Ponorogo.

Naci Asria Pelu, (2020). Pola Komunikasi Pola Komunikasi Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Leihitu Melalui Penyebaran Informasi dalam Upaya
Meningkatkan Produksi Pertanian.

Neri Angela, (2021). Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Pada Jeruk Sehat Di
Kelompok Tani Desa Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Pembimbing Utama: Rikawanto Eko. Pembimbing Kedua: A. Yusuf Kholil.

Nida, K., & Wiwin, A. (2016). Kaitan Aspek Status Sosial Petani Sayur Terhadap
Jenis Sumber Informasi Yang Dimanfaatkan Di Kelurahan Lingkar Selatan
Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Jurnal Media Agribisnis (Mea), 1(1),
39–52.

Prabawa, Bagus Ade Tegar. 2020. Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh


Pertanian dengan Perilaku Petani Jahe. Nila Cakra: Bandung

Rahayu E, Berlian N. 1999. Bawang merah. Jakarta. Penebar Swadaya.

Retnaningsih, R. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Alat Pelindung


Telinga Dengan Penggunaannya Pada Pekerja Di Pt. X. Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health.1(1). 67–82.

Rihardi, F. Palungkun, Rony. Budiarti, Asiani. 1993. Agribisnis Tanaman Sayuran.


(Jakarta: Penebar Swadaya)

Rogers, Everett M., D. Lawrence Kincaid. 1981. Communication Networks: Toward


A New Paradigm For Research.

Rohim, Syaiful.2016. Teori Komunikasi. Jakarta: Rineka


Sairi Akhmad. 2015. Peran Petugas Penyuluh Pertanian Dalam Mengembangkan
Budidaya Padi Di Desa Sumber Sari Kecamatan Lola Kulu Kabupaten Kutai
Kartanegara.

Sormin, E. U., Supriana, T., & Sihombing, L. (2013). Analisis Tingkat Pengetahuan
Petani Terhadap Manfaat Lahan Padi Sawah Di Kabupaten Serdang Bedagai.
Journal on Social Economic of Agriculture and Agribusiness.1(1). 1–14.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


Dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sumoprastowo R. M. 2000. Memilih dan Menyimpan Sayur Mayur dan Bahan


Makanan. Bogor. Bumi Aksara.

Sunarto. 2006. Keluargaku Permata Hatiku. Jakarta: Jagadnita Publishing.


T.Garatu, Analisis keuntungan petani padi sawah didesa Toinasa kecamatan Pamona
Barat, Jurnal ilmiah ekomen. (Universitas Negeri Semarang, 2013)

Undang Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan


Petani dalam Pasal 1 ayat (3).

Van de Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Wawan, A dan Dewi M. 2016. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wirawan, I. Komang Adi, and Agustinus Nubatonis. 2019. “Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Permintaan Sayuran Daun Oleh Rumah Makan Di Kecamatan
Kota Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara.” Agrimor 4(1):1–3. doi:
10.32938/ag.v4i1.583.

Yohana Fransischa. 2017. Pola Komunikasi Dinas Pertanian Dengan Petani Terkait
Pranata Mengsa Dalam Meningkatkan Hasil Petani (Studi Kasus di Kabupaten
Klaten Provinsi Jawa Tengah). Jurnal. Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana.

Zakaria.2006. Modul dasar-dasar penyuluhan pertanian. Pusat manajemen pelatihan


sumberdaya manusia pertanian. Ciawi. Bogor

Anda mungkin juga menyukai