Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL ANALISIS PENGENALAN DAERAH KERJA

PENYULUHAN DI DESA KAJARHARJO

Dosen Mata Kuliah : Dr. Tanti Kustiari, S.Sos, M.Si

Golongan C
Anggota Kelompok :
Rohmatul Sahri (D41191038)
Miranda Febriani (D41191069)
Ettika Wahyu Mahardika (D41191262)
Ella Wati (D41191314)

JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS


PROGRAN STUDI MANAJEMEN AGROINDUSTRI
2021
Setiana L (2005) Perencanaan program penyuluhan adalah sesuatu yang
harus dilakukan, karena untuk mencapai keberhasilan dari program muka fakta-
fakta dilapangan perlu diketahui, dihubung-hubungkan dan ditarik asumsi-asumsi.
Perencanaan program adalah merupakan perumusan, pengembangan dan
pelaksanaan program itu sendiri. Perencanaan program harus merupakan
perencanaan tertulis tentanng kegiatan yang akan dikembangkan secara bersama-
sama oleh masyarakat, penyuluh, pembina, spesialis, dan para petugas lapangan
lainnya.
Dalam merencanakan program penyuluhan, tujuan program perlu
dirumuskan secara spesifik dan jelas. Hal ini dikarenakan perencanaan program
penyuluhan merupakan pedoman bagi pelaksana program penyuluhan,
memberikan arah dan bila ditemui hambatan, dapat dengan cepat dilakukan revisi.
Perencana program harus mampu mengenali adanya prospek, tantangan, dan
kebutuhan masyarakat. Terkadang seorang perencana berupaya merumuskan
masalah atauu mengharapkan terwujudnya perubahan yang diinginkan. Secara
sederhana, masalah merupakan kesenjangan antara kondisi yang diharapkan.
Perubahan yang diharapkan dari program penyuluhan sifatnya prilaku dan
nonprilaku. Dalam program penyuluhan semua perubahan harus dapat dikelola,
jelas, dan mengarah pada transformasi prilaku (Amanah 2013).
              Didalam perencanaan program penyuluhan, proses penyusunan
perencanaan program harus melalui beberapa tahapan beberapa ahli menyebutkan
bahwa ada beberapa model proses perencanaan program penyuluhan yang dapat
dikembangkan, diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Kelsey dan Hearne
(1955), ada tujuh tahap perencanaan program, yaitu:
a. Analisis keadaan
b. Pengorganisasian perencanaan
c. Proses perumusan program
d. Penetapan program
e. Perencanaan kegiatan
f. Pelaksanaan kegiatan
g. Usulan penyempurnaan.
Pada laporan ini, kami akan membahas pada tahap awal perencanan penyuluhan
pertanian, yaitu analisis keadaan. Analisis keadaan ini dilakukan agar para pelaku
perencanaan program penyuluhan pertanian dapat mengenal dan memahami
daerah kerja penyuluhan pertanian sebelum dilajutkan pada langkah selanjutnya
dalam menyusun perencanaan program penyuluhan. Dengan adanya analisis
keadaan akan didapatkan informasi dan data mengenai potensi, keragaman, dan
masalah serta kendala-kendala yang akan dihadapi. Kami memilih Desa
Kajarharjo yang berada di Kecamatan Kalibaru sebagai salah satu daerah yang
digunakan untuk melakukan survei analisis keadaan terkait sektor pertanian pada
daerah tersebut. Pada sektor pertanian utama desa Kajarharjo, para petani rata-rata
memilih untuk menanam padi. Adapun analisis keadaan dilakukan berdasarkan
beberapa aspek sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Hasibuan (2003, h 244) Sumber Daya Manusia adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu.
SDM atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang
dilakukan termasuk pada kegiatan penyuluhan pertanian ini. SDM merupakan
objek dari para penyuluh terkait perencanaan program penyuluhan pertanian.
Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan, bahwa SDM yang ada di desa
Kajarharjo tergolong masih rendah. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan
para petani yang rendah, dimana rata-rata tingkat pendidikannya adalah SD
dan SMP. Pernyataan tersebut diperkuat dengan, adanya teknologi modern
yang belum mampu dikuasai oleh para petani. Desa Kajarharjo termasuk
salah satu desa yang telah memiliki supply bantuan dari pemerintah salah
satunya adalah berupa alat pertanian modern. Namun, tidak banyak sumber
daya manusia yang mampu menguasai alat-alat tersebut sehingga
keberadaannya hanya tergeletak begitu saja dan tidak terpakai. Hal ini sangat
disayangkan, karena adanya teknologi tersebut justru akan membantu para
petani untuk memaksimalkan pada hasil maupun proses pertanian. Maka dari
itu, peran penyuluh pertanian sangat diperlukan dalam membimbing dan
memberi pengarahan kepada para petani agar tercipta SDM yang unggul dan
mampu mengikuti perkembangan zaman maupun teknologi yang semakin
modern.
2. Lingkungan Fisik
Secara geografis Desa Kajarharjo berada di Kecamatan Kalibaru, yang
merupakan kecamatan yang berada di kawasan selatan wilayah Kabupaten
Banyuwangi. Di sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Kabupaten
Jember, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pesanggaran, di
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Glenmore. Ketinggian di atas
permukaan laut adalah 428 m. Adapun jarak Desa Kajarharjo dengan pusat
pemerintahan kota kecamatan yaitu berjarak 4-5 km. Kondisi fisik lainnya
pada desa Kajarharjo yaitu mengenai tanah, air beserta iklim. Terkait iklim
atau cuaca, banyaknya curah hujan banyak terjadi pada bulan Desember-
Februari, sehingga pada bulan tersebut masuk ke dalam musim penghujan.
Ketersediaan air pun memenuhi dan sangat cukup pada bulan tersebut.
Namun, desa ini pernah mengalami masalah kekeringan saat musim kemarau
datang. Masalah kekeringan ini sebelumnya pernah mengakibatkan pasokan
air menjadi terhambat dan tidak dapat terbagi ke beberapa sawah yang ada
hingga terjadi gagal panen, sehingga diperlukan inovasi atau pembaharuan
terkait teknik irigasi sawah. Adapun mengenai tanah yang ada di desa
Kajarharjo memiliki tekstur tanah yang terbilang cukup subur untuk ditanami
berbagai jenis tanaman, dikarenakan tidak hanya padi sebagai sentra
pertaniannya namun juga jagung, ubi jalar,ubi kayu, kacang tanah, kopi,
cengkeh dan kelapa.
3. Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya adalah lingkungan dimana segala sesuatu yang di
ciptakan oleh manusia dengan pemikiran dan akal budinya serta hati
nuraninya dalan kehidupan bermasyarakat serta aspek tersebut telah melekat
dalam diri manusia. Pada desa Kajarharjo ini beberapa aspek sosial - budaya
yang berpengaruh terhadap program penyuluhan yang dibahas di sini
meliputi, pengambilan keputusan dalam usahatani, aksesibillitas terhadap
lembaga permodalan, kegotongroyongan, sikap berusaha tani, penilaian
terhadap aset, dan sikap terhadap penyuluhan.
 Pengambilan Keputusan Usahatani
Di dalam pengelolaan ekonomi rumahtangga pengambilan keputusan
dapat dilakukan oleh suami, istri, anak, atau keputusan yang diambil
bersama oleh suami dan istri. Berbagai faktor berpengaruh terhadap
kemampuan mengambil keputusan, antara lain potensi pribadi,
pengalaman, lingkungan, dan sebagainya. Di Kajarharjo, pengambilan
keputusan dalam kegiatan usahatani sebagian besar diputuskan oleh
suami dan istri.
 Aksesibilitas terhadap Lembaga Permodalan
Permodalan merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan
usahatani. Kelembagaan formal seperti bank atau lembaga
pembiayaan yang lain relatif belum dapat melayani masyarakat di
Desa Kajarharjo. Kios/ warung terdekat sangat besar peranannya
dalam pelayanan untuk menyediakan biaya usaha tani. Pada umumnya
petani setempat menukarkan hasil produksi dengan sarana produksi
yang diperlukan, baik berupa pupuk maupun obat- obatan. adapun
petani berhutang dulu dan membayar setelah panen.
 Gotong Royong dalam Kegiatan Usahatani
Di wilayah Kajarharjo aspek kegotongroyongan masih kental.
Kegiatan disawah seperti tanam dan pemeliharaan masih sering
dilakukan dengan cara giliran atau gotong royong untuk menghemat
tenaga. Untuk ini pemilik lahan hanya menyediakan makanan.
Masalah pertanian bukan hanya masalah laki- laki, namun juga
masalah perempuan. Sehabis tanam padi, pada umumnya masalah
pertanian menjadi masalah perempuan.. Meskipun demikian secara
keseluruhan tidak semua petani melakukan kegiatan usahatani secara
gotong royong.
 Sikap terhadap Kegiatan Usahatani di Kajarharjo
Di Kajarharjo masyarakat masih banyak tradisional.. Kondisi
lingkungan sosial dan pertanian relatif sudah tertata. Sikap mental
masyarakat untuk menata kehidupan pertanian relatif lebih positif.
Meskipun demikian motivasi generasi muda untuk bekerja di sektor
pertanian relatif menurun, yang disimbulkan dengan perkataan
”sampun mboten jamane” mereka lebih tertarik pada pekerjaan di luar
pertanian seperti berdagang, bekerja di pabrik atau sebagai pelayan
toko. Dari data-data masyarakat tani mengusahakan bertani karena
tidak adanya pilihan yang lain untuk berusaha, guna mencukupi
kebutuhan ekonomi rumah tangga. Masyarakat tidak dapat
merencanakan usahatani dengan baik, karena musim tidak dapat
diperkirakan dengan baik. Kalau musim kemarau tanah pecah- pecah
serta kesulitan air, dan kalau musim hujan kebanjiran. Pihak
pemerintah pun kurang memperhatikan masalah irigasi lahan petani,
dan kurang melakukan perawatan terhadap parit- parit yang
mengalami pendangkalan. Saluran irigasi dinilai kurang besar,
sehingga tidak dapat menampung air hujan. Kebun atau lahan kering
dapat ditanami pisang, salak, kelapa, rambutan, jeruk, kopi, karet dan
lainnya. Motivasi petani berdasarkan keinginan sendiri (86,5%) cukup
tinggi untuk mengolah lahan pernian. Hal ini antara lain disebabkan
karena sudah tidak ada pilihan lain untuk mendapatkan penghasilan.
Namun demikian untuk melakukan kegiatan usahatani sebagian besar
masyarakat tidak mengetahui undang- undang budidaya tanaman
Selain dari hasil sawah, petani juga mempunyai hasil kebun
seperti kelapa, pisang, singkong, atau atau rambutan yang dapat dijual
sedikit demi sedikit untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah
tangga. Sebagian besar petani mempunyai sikap bahwa lahan
pertanian yang diusahakan bisa diperbaiki kesuburannya. Sikap
masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pertanian relatif beragam,
antara lain alam yang terdiri dari hutan, tanah, dan air diusahakan
sebanyak mungkin untuk keperluan manusia, sebaiknya alam tidak
dirusak atau alam tidak boleh dikelola sama sekali sesuai dengan apa
adanya. Sikap-sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap kegiatan
usahatani. Bahkan penyuluh yang dinilai paling berhasil, mengakui
bahwa keberhasilannya hanya sekedar melaksanakan tugas dari atas.
Kreatifitas di tingkat lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
masih relatif sedikit. Bentuk kegiatan yang dinilai paling cocok adalah
sekolah lapang. Sikap masyarakat terhadap penyuluhpun negatif,
karena penyuluh dianggap sebagai anak kecil, anak kemaren sore
yang belum banyak pengalaman dalam berusaha tani. Empati, ternyata
dapat mendorong individu untuk mengalami mobilitas vertikal.
Seorang petani mampu mengelola lahan dengan teknologi yang cukup
tinggi, sehingga mampu menembus pasar ekspor. selain itu petani
mendapat jalan untuk memanfaatkan lahan secara optimal. Pada
dasarnya untuk mengolah lahan di daerah ini harus secara corpored
farming, yaitu kombinasi anatara peternakan/perikanan dan pertanian.
 Sikap / Penilaian terhadap Aset
Tidak semua masyarakat tani dapat hidup layak. Seperti dialami oleh
petani yang lahir di Desa Kajarharjo. Sampai sekarang, petani tersebut
belum mempunyai lahan, dan hanya menggarap lahan orang tua seluas
0,5 ha. Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga, bekerja
sebagai buruh tani dan buruh bangunan. Dalam satu tahun bekerja
sebagai buruh non tani selama 5 bulan, yang dilakukan di luar desa
dengan upah Rp.30.000 per hari. Di desa- desa, kekayaan,
pendidikan, keturunan, dan status pekerjaan merupakan hal yang
dinilai tinggi oleh masyarakat . Masyarakat terdiferensiasi menjadi 3
golongan, yaitu golongan mampu, miskin, dan miskin sekali. Selain
itu juga terdapat masyarakat yang berusaha tani di lahan basah dan
lahan kering. Diantara petani yang telah berusahatani di Kajarharjo
selama puluhan tahun, terdapat beberapa petani yang berhasil dan
menyatakan keprihatinannya akan sikap masyarakat kepada penyuluh.
 Sikap Terhadap Penyuluh dan Kegiatan Penyuluhan
Dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan dinilai belum berhasil.
PPL dinilai kurang kreatif, karena hanya menjalankan perintah dari
atas. Dari data-data yang diperoleh hanya sedikit petani yang
menyatakan pernah mengikuti kegiatan penyuluhan. Dalam kegiatan
ini dilakukan penyuluhan secara khusus. PPL terlibat secara langsung
di dalam kegiatan tesebut. Dengan cara demikian mendorong petani
berusahatani lebih baik. Informasi yang nyata dan secara langsung
dapat dengan cepat diserap dan diterapkan petani. Sedang program
pemberian benih padi tidak berhasil karena kurangnya bibit dan tidak
sebanding dengan luas lahan yang ada. Pertemuan kelompok dan di
hamparan usahatani dilakukan satu kali per bulan. Untuk
mendapatkan informasi diperoleh dari pihak BPP. Sumber informasi
yang terpenting diperoleh dari sesama petan. Temu lapang dilakukan
dengan distributor, setahun dua kali. Sekolah lapang (SL) merupakan
salah satu strategi penyuluhan yang ampuh dan dalam banyak hal
relatif lebih efektif dibanding dengan latihan dan kunjungan (LAKU).
Pendekatan penyuluhan berkembang terus mengikuti perubahan
zaman dengan berbagai indikasinya (Amanah, 2000:2) seperti
perombakan struktur organisasi, strategi perencanaan, re-organisasi,
pengkayaan teknik dan keterampilan penyuluh dan mendefinisi
kembali prioritas baru.
4. Kelembagaan Petani
keseluruhan, dikarenakan lembaga diatas hanya terfokus pada permasalahan
yang sedang terjadi pada proses pertanian seperti bagaimana mengatasi
serangan hama dll. Lembaga tersebut belum mampu mengatasi permasalahan
petani yang bersifat continue atau keberlanjutan seperti bagaimana cara
mengatasi agar hasil pertanian para petani dapat maksimal secara terus-
menerus yang berhubungan dengan produktivitas para petani dalam
memenuhi permintaan hasil pertanian. Diperlukan adanya inovasi dan strategi
atau langkah modern dalam mengatasinya.
5. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan standar yang telah ditetapkan pemerintah mengenai prasarana
dan sarana eksisting yang ada dapat dilihat pada tabel berikut :
Eksisting Standar

kios Semprotan irigasi


Penakaran benih jalan usaha tani
Green House air bersih
Irigasi Perpipaan penyediaan
benih
jalan usaha tani mesin dan alat
pertanian
gudang pupuk
air bersih pestisida
packing house hasil panen pengolahan limbah

packing house dan mesin pengolahan jalan penghubung dari lokasi


budidaya ke lokasi pasca
panen

cold strorage pelabuhan


industri skala menengah jaringan

Ketersediaan prasarana dan sarana di Kajarharjo disajikan dalam


2 jenis, yaitu sarana umum (utilitas) dan sarana prasarana yang ada
(eksisting). Ketersediaan sarana dan prasarana umum (utilitas) dapat dilihat
pada tabel berikut
No Jenis Sarana Jumlah
Umum (unit)
1 TK 11
2 SD 26
3 SMP 9
4 SMA 2
5 Klinik 1
Bersalin
6 Puskesmas 10
7 Balai 1
Pengobatan
8 Posyandu 22
9 Polindes 1

Sistem transportasi dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan


wilayah secara menyeluruh dalam interaksi antar wilayah secara internal dan
eksternal kawasan.Hubungan tersebut dapat membentuk sinergi antar
kawasan, terutama dalam memacu pertumbuhan ekonomi wilayah.
Selanjutnya, ketersediaan sarana dan prasarana (existing) dalam mendukung
setiap kegiatan- kegiatan pertanian di Kajarharjo. Pada umumnya peralatan
yang dipakai pada agribisnis sistim usahatani di Kajarharjo relatih masih
sederhana.Peralatan dan mesin pertanian (alsin) yang dipakai pada agribisnis
sistem usahatani meliputi traktor pengolah tanah, mesin perontok, bajak, sisir,
cangkul, skop, parang, pisau, dll.
Selain peralatan, input lainnya yang dipergunakan pada agribisnis sistim
usahatani Kajarharjo adalah sarana produksi pertanian (saprotan). Sarana
produksi pertanian yang digunakan oleh petani adalah benih, pupuk organik,
pupuk anorganik (termasuk pupuk pelengkap cair), obat-obatan pengendali
hama dan penyakit (insektisida dan fungisida), dan herbisida. Obat-obatan ini
tersedia dalam beragam merek. Pupuk anorganik yang digunakan oleh petani
antara lain: Urea, SP36, dan Ponska. Untuk menunjang berbagai usaha pada
semua sub-sistem agribisnis, diperlukan jasa penunjang seperti: transportasi,
perkreditan, penyuluhan, dan lain-lain Terwujudnya transportasi yang efektif
dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika
pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa; membantu
terciptanya pola distribusi pergerakan yang mantap dan dinamis, serta
mendukung pengembangan wilayah kawasan.Jaringan transportasi darat
ditandai dengan dominasi jalan kabupaten dan propinsi untuk mobilitas
penduduk (paling utama) dan aktivitas distribusi dan perdagangan. Dalam
strategi pengembangan wilayah kawasan, jaringan jalan merupakan faktor
penting dalam mendukung percepatan pertumbuhan kebutuhan prasarana dan
sarana pendukung perkembangan di kajarharjo sudah memadai. Hal ini
ditunjukkan dengan tersedianya prasarana dan sarana di kajarharjo berupa
jalan, drainase, air bersih, jaringan telepon, jaringan listrik,. sedangkan
sanitasi, fasilitas pengolahan dan pasca panen, Fasilitas pemasaran, fasilitas
produksi belum semuanya terpenuhi.
6. Teknologi
Teknologi pertanian adalah alat, cara atau metode yang digunakan dalam
mengolah/memproses input pertanian sehingga menghasilkan otuput/hasil
pertanian sehingga berdayaguna dan berhasilguna baik berupa produk bahan
mentah, setengah jadi maupun siap pakai. Sebagian besar petani desa
Kajaharjo menggunaka seperti bibit unggul, penggunaan pestisida dan sistem
penanaman, telah membawa pengaruh terhadap tingkat produksi dan
pendapatan bagi petani di desa Kajaharjo. Namun, penanaman padi yang
dilakukan masih sangat bergantung pada keadaan iklim yaitu tingkat curah
hujan, karena sumber air untuk kebutuhan pertanian hanya berasal dari air
hujan. Pada proses pengolahan tanah, para petani secara tradisional masih
mengggunakan langa (bajak) dan creuh (garu) dan membutuhkan tenaga
sapi/kerbau yang membutuhkan waktu relatif lebih lama. Sedangkan
perontokan padi biasanya dilakukan dengan cara ceumelhoe (menggirik padi
dengan kaki) yang dilakukan dengan gotong royong secara bergantian.
Sebenarnya sudah ada bantuan alat alat pertanian seperti traktor dari
pemerintah setempat tetapi hanya sebagian saja yang dapat menggunakannya,
bukan karena keterbatasan dari ketersedian alat tetapi hanya sedikit
masyarakat yang mampu mengoperasikan traktor tersebut. Sebenarnya,
pengaruh teknologi pertanian terhadap kehidupan masyarakat di desa
Kajaharjo dapat membantu para petani dalam mengolah dan mengelola hasil
pertanian sehingga mampu meningkatkan perekonomian para petani serta
lebih efisien.
7. Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat di Desa Kajarharjo, Kecamatan Kalibaru,
Banyuwangi yang paling dominan adalah bekerja sebagai petani. Mata
pencaharian lainnya pada masyarakat desa Kajarharjo adalah sebagai
pedagang, tukang kebun, buruh pabrik, guru, PNS, dll. Jika dilihat dari segi
demografi wilayah pada penduduk desa Kajarharjo berdasarkan mata
pencaharian dapat disimpulkan bahwa memiliki ketergantungan terhadap
sektor pertanian yang cukup besar. Didukung dengan lahan pertanian atau
area persawahan yang sangat luas di desa Kajarharjo sehingga membutuhkan
sumber daya manusia yang terus meningkat sehingga peranan pada sektor
pertanian menjadi sangat penting. Oleh sebab itu, sektor pertanian merupakan
kegiatan utama dalam menggerakkan kegiatan perekonomian di desa
Kajarharjo.
Dengan kata lain jika kondisi pertaniannya produktif maka pendapatan
masyarakat akan meningkat. Begitu pun sebaliknya, jika kondisi pertanian
mengalami penurunan produktivitasnya maka akan berimbas kepada tingkat
pendapatan dan daya beli masyarakat sekitar. Yang menyebabkan penurunan
pada sektor pertanian para petani yaitu adanya faktor cuaca, seperti curah
hujan yang sangat tinggi dan terjadi terus menerus sehingga menyebabkan
gagal panen. Selain itu, adanya hama yang menyerang jenis tanaman tertentu
dan jika tidak ada cara pencegahannya juga bisa menyebabkan para petani
gagal panen. Oleh karena itu, pembangunan masyarakat dengan bertumpu
pada keberpihakan terhadap sektor pertanian dipandang sangat perlu untuk
ditingkatkan dan lebih dioptimalkan. Selain itu, kondisi pertanian di Desa
Kajarharjo dapat dijadikan potensi utama dalam perekonomian karena
kemampuan sebagian masyarakatnya yang berkonsentrasi pada sektor
pertanian sangat dominan.

8. Demografi
Jumlah Penduduk di Desa Kajarharjo, Kecamatan Kalibaru berkisar 45.357
jiwa yang terdiri dari 22.813 laki-laki dan 22.962 perempuan, dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 14.475. Dari Jumlah Penduduk tersebut angkatan
kerja produktif atau yang berumur 17 – 56 tahun sebanyak 25.863 atau
57%. Pada desa tersebut, rata-rata penduduk yang bermata pencaharian
sebagai petani berumur kurang lebih 40 – 50 keatas dimana mereka memiliki
tingkat pendidikan yang rendah. Sedangkan untuk penduduk yang berumur
20-25 tahun, dimana mereka memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
memilih untuk bekerja kantoran, PNS dan lain-lain. Hal ini tentu menjadi
tantangan bagi para penyuluh untuk dapat mengarahkan para petani agar
mampu memaksimalkan sektor pertanian walaupun mereka memiliki latar
belakang pada tingkat pendidikan yang rendah. Terbatasnya tingkat
pendidikan petani juga mempengaruhi tingkat adopsi dan inovasi dari
informasi yang disampaikan penyuluh. Dimana, terbatasnya pengetahuan
petani itu sendiri dari aspek yang dapat mempengaruhi dalam mencerna dan
menerima informasi yang diberikan oleh penyuluh pertanian. Maka, petani
mengharapkan dari fungsi serta perannya penyuluh pertanian untuk dapat
membimbing dan membantu petani selama ini, dengan menawarkan
informasi yang setidaknya mampu menarik minat petani secara
keseluruhannya dengan metode maupun materi yang mudah untuk
diaplikasikan yang disertai contoh cara kerja, sehingga para petani dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangannya dari teknologi yang ditawarkan
penyuluh tersebut. Mengingat, sebagian para petani ada yang memiliki daya
serap rendah terhadap informasi teknologi baru yang selalu berubah-ubah
yang ditawarkan penyuluh serta dipengaruhi dengan tingkat pendidikan
formal yang dimiliki hanya tamat SD dari sebagian besar petani di wilayah
kerjanya. Biasanya para petani tersebut sulit untuk percaya pada kemampuan
berdasarkan ilmu yang telah dibuktikan. Mereka lebih percaya kepada
kebiasaan nenek moyang terdahulu atau yang teah dipercaya oleh penduduk
setempat dimana belum diketahui persis bagaimana pembuktian dan
kebenarannya. Selanjutnya, para petani di Desa Kajarharjo umumnya adalah
laki-laki dimana mereka merupakan kepala sekaligus tulang punggung
keluarga. Adapun untuk penduduk dengan jenis kelamin perempuan, rata rata
mereka berperan menjadi ibu rumah tangga. Namun, banyak juga yang
memilih untuk ikut bekerja membantu perekonomian keluarga. Namun, yang
termasuk pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan tersebut merupakan
penduduk yang telah memasuki usia produktif untuk bekerja dan tak sedikit
juga sudah berkeluarga.
Penduduk Desa Kajarharjo memiliki keyakinan yang bervariasi, namun
keyakinan yang dianut oleh mayoritas penduduk adalah agama Islam dan
sisanya terdiri dari agama Kristen, Budha, Hindu, dan Katholik.  Perbedaan
keyakinan penduduk dalam memeluk agama di Kecamatan Kalibaru tidak
mengakibatkan perselisiahan antara penganut agama.  Adanya sifat saling
menghargai dan selalu hidup berdampingan antara penganut agama sehingga
menjadikan hubungan masyarakat yang rukun dan tentram.  Masyarakat yang
hidup rukun memudahkan penyuluh untuk memberikan sebuah penyuluhan.

Berdasarkan hasil observasi, terdapat beberapa permasalahan yang ada di Desa


Kajarharjo. Permasalahan yang dihadapi petani atau kelompok tani dalam
melaksanakan usaha tani selama ini adalah masalah terbatasnya modal, kurangnya
alat-alat pertanian (saprodi), serta rendahnya tingkat pengetahuan petani miliki.
Hal tersebut yang menyebabkan petani sulit untuk menerima infonnasi teknologi
baru dari penyuluh pertanian, yang pada akhirnya petani tidak mampu mengatasi
permasalahannya secara mandiri. Serta terbatasnya juga waktu yang dimiliki
petani menyebabkan petani sulit untuk dapat berkumpul secara bersama-sama
didalam kegiatan penyuluhan.
Di dalam sebuah permasalahan pastinya terdapat potensi yang ada dimana kita
akan mengatahui tindakan atau kegiatan seperti apa yang dibutuhkan oleh para
petani yang telah kami klasifikasikan ke dalam tabel sebagai berikut :
No Masalah Penyebab Masalah Potensi Tindakan/Kegiatan
yang Dibutuhkan
1 2 3 4
1 Banyaknya a. Penggunaan d.Petani maju 1. Penyuluh
Serangan varietas benih e. Program bersama degan
Hama & padi yang Penyuluhan PHP
Penyakit berulang- Pertanian (PPL). mengadakan
ulang f. Bantuan Benih penyuluhan
b. Penggunaan berlabel tentang OPT.
pestisida yang g.Petugas 2. Penyuluhan
berlebihan Pengendali tentang
c. Pola tanam yang Hama Penyakit. pergiliran
tidak serempak h.Adanya Program tanaman.
SLPHT (sekolah 3. Melalui kegiatan
lapangan SLPHT padi
pengendaliian hama) sawah
diharapkan petani
tau bagaiman
mengendalikan
Hama &
Penyakit
2 Produksi a. Pengolahan lahan 1. Petani maju 1. Melalui program
Padi Sawah persawahan tidak 2. Informasi SLPTT petani tau
belum optimal Teknologi dan mau
optimal b.Pupuk subsidi tidak 3. Program menerapkan
tersedia atau Penyuluhan informasi
keterlambatan Pertanian (PPL) pertanian yang
dalam penyediaan 4. Program SLPTT ada pada lahan
sehingga (sekolah lapang pertaniannya.
pemupukan tidak pengelolaan tanaman 2. Koordinasi
optimal terpadu) dengan pihak
c. Mahalnya pupuk 5. Bantuan Benih UD dalam
anorganik sehingga berlabel penyediaan
petani hanya pupuk subsidi tepat
berpatok pada waktu.
pupuk subsidi yang 3. Pemanfaatan
tersedia. jerami / daun-
d.Pemanfaatan daunan sebagai
teknologi pertanian pupuk organik
yang masih kurang sebagai alternatif
pupuk

3 Kepengurus a. Pembentukan 1. Petani yang aktif 1.Koordinasi dengan


an pengurus yang dalam pembinaan Instansi setempat
Kelompok diambil tampa 2. Petani maju yang dan pengurus lama
Tani yang kesepakatan respon terhadap untuk membentuk
kurang bersama sehingga pertanian. kepengurusan
Aktif banyak anggota Program Penyuluhan yang baru
yang tidak Pertanian (PPL) bersama-sama
mengenal siapa dengan
pengurus mereka. anggota.
b.Pengurus memiliki 2.Pendataan
lahan di kelompok ulang
lain. anggota kelompok
c. Ketua yang tidak dan luas lahan
berprofesi sebagai 3.Membuat
petani pertemuan
kelompok dari
gabungan
kelompok yang
ada sebagai wadah
menjalin
hubungan yang
lebih baik dan
informasi

4 Fungsi a. Anggota kelompok 1. Petani maju 1. Melakukan


Kelompok enggan untuk 2. Petani yang mau pembinaan rutin
Tani tidak benkumpul belajar masih ada dan memotivasi
dapat b.Pola hidup yang 3. .Program kelompok tani
berkembang konsumtif terhadap Penyuluhan Pertanian khususnya
dan berjalan waktu (PPL) pengurus.
dengan baik c. Masih berpegang 2. Pendekatan
pada pertanian personal
tradisional 3.Memberikan
sehingga kurang materi
respon terhadap penyuluhan
kegiatan yang menarik
penyuluhan bagi petani
d.Perangkulan 4.Kegiatan berupa
pengurus kepada pertemuan
anggota kurang kelompok
sebagai ajang
silaturahmi
5 Petani tidak a. Tidak 1. Program 1. Penyuluhan
mengetahui tersedianya alat Penyuluhan tentang
kandungan PUTS dan soil Pertanian (PPL) penggunaan
unsur hara tester. Swadana kelompok alat PUTS &
dan pH b.Petani tidak soil tester.
tanah mengenal alat 2. Penyuluhan
PUTS dan soil tentang
tester. pengapuran tanah
Kurangnya informasi yang disesuaikan
mengenai manfaat dengan
pengukuran pH tanah kandungan pH
tanah.
3. Pengukuran pH
rutin sebelum
pengolahan
tanah.
4. Menyarankan
kepada petani
supaya lahan
sawah tidak terus
digenangi air
6. Tingkat Banyak petani yang 1. Dengan SDM 1. Pengarahan
SDM yang hanya lulus dari SD yang rendah, dalam
rendah dan SMP potensi mata menggunakan
pencaharian yang alat atau
dimiliki hanya teknologi
bertani (sebagai pertanian
petani) modern
2. Para petani 2. Memberi
membutuhkan gambaran
pengarahan agar untuk dapat
menjadi petani melakukan
yang maju, inovasi
unggul dan pertanian agar
modern dengan menjadi sector
mengikuti pertanian yang
perkembangan unggul
teknologi 3. Kontribusi
3. Potensi lahan dan yang besar
SDA yang dari pihak
dimiliki sangat penyuluh
besar dimana
mereka
merupakan
pihak
penyelenggara
Pendidikan
non formal
bagi para
petani terlebih
pada petani
yang memiliki
tingkan
Pendidikan
atau SDM
yang rendah

Adapun dalam pelaksanannya, penyuluhan pertanian dilakukan harus sesuai


dengan program penyuluhan pertanian. Program penyuluhan pertanian
dimaksudkan untuk memberikan arahan, pedoman, dan sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Komunikasi yang
kurang baik antara penyuluh dengan petani dapat menyebabkan penyuluhan
kurang terlaksana dengan maksimal. Peran komunikasi amat besar dalam kegiatan
penyuluhan, yang akan mempengaruhi dari perencanaan hingga pelaksanaan dan
evaluasinya. Penyuluhan yang efektif yaitu Penyuluh Pertanian sebelum
melakukan kegiatan dilapangan memahami tentang permasalahan dipetani (pelaku
utama maupun pelaku usaha), menyiapkan alternatif pemecahan yang harus
dilakukan, serta melakukan kegiatan penyuluhan yang tepat. Apabila telah selesai
melakukan penyuluhan untuk melihat sejauh mana sasaran penyuluhan ada
perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tahapan adopsi
inovasi teknologi yang dianjurkannya. Penyuluhan yang dilakukan sebaiknya
dilakukan secara partisipatif, sehingga petani mampu mengemukakan
pendapatnya, serta mampu menyusun rencana kegiatan yang bermanfaat bagi
dirinya, keluarga, maupun lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai