KULIAH TAMU
PRAKTIKUM PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN (PKP)
SMART FARMING DAN DIGITALISASI PERTANIAN
Disusun Oleh :
Nama : Ruth Grace Sophie
NIM : 21/477045/PN/17192
Gol./Kel. : A5.1 / 6
Asisten : Amalia Nurfajria Putri
i
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….i
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………….. 2
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………. 2
1.2. Tujuan…………...…………………………………………………………2
BAB 2. PEMBAHASAN………………………………………………………….2
2.1. Pengertian Lembaga Penyuluhan Pemerintah dan Lembaga Swasta……...2
2.2. Tugas dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pemerintah dan Swasta…………4
2.3. Peran Lembaga Penyuluhan Pemerintah dan Lembaga Swasta………….. 6
2.4. Perbandingan Lembaga Penyuluhan Pemerintah dan Lembaga Swasta…..6
BAB 3. PENUTUP……...…………………………………………………………8
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………...8
3.2. Saran……………….………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..………….9
2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor vital dalam sebuah negara. Pasalnya, sektor ini
berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengentasan
kemiskinan,dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam pengembangan nasional,
sektor pertanian memiliki peran penting dalam meningkatkan pendapatan devisa negara,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah dan daya saing, memenuhi
kebutuhan konsumsi di dalam negeri, menyediakan bahan baku industri di dalam negeri,
dan menjaga pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan (Kusumaningrum.,
2019). Oleh karena itu, sektor pertanian perlu dikembangkan untuk memaksimalkan
potensinya untuk meningkatkan hajat hidup rakyat Indonesia. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan digitalisasi pertanian dan penerapan smart farming.
Kedua metode tersebut perlu
diperkenalkan ke petani untuk membantu untuk mencapai potensi sektor pertanian yang
sepenuhnya (Javaid, 2022). Penyuluh pertanian merupakan pihak yang
bertanggungjawab dalam hal ini. Salah satu tugas penyuluh adalah mendiseminasi
teknologi pertanian. Dengan demikian, penyuluh pertanian, digitalisasi pertanian, dan
smart farming merupakan komponen-komponen penyokong pertanian yang mesti
berjalan beriringan agar dapat mewujudkan masa depan cerah sektor pertanian
Indonesia.
1.1. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan penyuluh pertanian pemerintah dan swasta
2. Mengetahui peran penyuluh pertanian dalam smart farming dan digitalisasi
pertanian
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Lembaga Penyuluhan Pemerintah dan Lembaga Swasta
Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2006, kelembagaan penyuluhan adalah
lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi
menyelenggarakan penyuluhan. Berdasarkan struktur kelembagaannya, kelembagaan
penyuluhan dapat diklasifikasikan menjadi kelembagaan penyuluhan pemerintah,
kelembagaan penyuluhan swasta, dan kelembagaan penyuluhan swadaya. Lembaga
3
2.2. Tugas dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pemerintah dan Lembaga Swasta
Sama seperti kelembagaan pemerintahan lain yang ada di indonesia, penyuluhan
pertanian juga tersusun atas tingkatan-tingkatan struktural yang dimulai dari pusat,
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan di tingkat desa/kelurahan. Kelembagaan
penyuluhan di setiap tingkatan menjalankan tugas dan fungsi yang berbeda-beda.
Kelembagaan pusat bertugas dalam menyusun kebijakan nasional, program penyuluhan
nasional, standarisasi dan akreditasi tenaga penyuluh, sarana dan prasarana, serta
pembiayaan penyuluhan; menyelenggarakan pengembangan penyuluhan, pangkalan
data, pelayanan dan jaringan informasi penyuluhan; melaksanakan penyuluhan,
koordinasi, penyediaan, pemantauan dan evaluasi, serta alokasi dan distribusi sumber
daya penyuluhan; melaksanakan kerjasama penyuluhan nasional, regional, dan
internasional; dan meningkatkan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya, dan
swasta. Kelembagaan di tingkat pusat dijalankan oleh Badan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian (BPSDMP) yang memiliki fungsi dalam penyusunan
kebijakan teknis, rencana dan program penyuluhan, pendidikan dan pelatihan,
standardisasi dan sertifikasi sumberdaya manusia pertanian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; pelaksanaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standardisasi
dan sertifikasi sumberdaya pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan,
standardisasi dan sertifikasi sumberdaya manusia pertanian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan pelaksanaan administrasi BPSDMP. Lembaga penyuluhan
tingkat provinsi bertugas melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi lintas sektor,
optimalisasi partisipasi, advokasi masyarakat dengan melibatkan unsur pakar, dunia
usaha, institusi terkait, perguruan tinggi dan sasaran penyuluhan ;menyusun kebijakan
dan programa penyuluhan provinsi yang sejalan dengan kebijakan dan programa
penyuluhan nasional; memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan forum masyarakat
bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dan memberikan
umpan balik kepada pemerintah daerah; dan melaksanakan peningkatan kapasitas
penyuluh PNS, swadaya dan swasta. Lembaga penyuluhan tingkat kabupaten/kota
bertugas menyusun kebijakan dan programa penyuluhan kabupaten/kota yang sejalan
dengan kebijakan dan programa penyuluhan provinsi dan nasional; melaksanakan
penyuluhan dan mengembangkan mekanisme, tata kerja dan metode penyuluhan;
5
mengikuti kegiatan rembug, pertemuan teknis, dan temu lapang pelaku utama dan
pelaku usaha; berperan aktif menumbuhkembangkan kelembagaan pelaku utama;
menjalin kemitraan usaha dengan pihak yang terkait dengan bidang tugasnya;
menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama;
menyampaikan informasi dan teknologi baru dan tepat guna kepada pelaku utama;
melaksanakan proses pembelajaran secara partisipatif melalui berbagai media
penyuluhan seperti antara lain percontohan dan pengembangan model usaha agribisnis
bagi pelaku utama; dan menyusun laporan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan
(Peraturan Menteri Pertanian No. 61 tahun 2008)
2.3. Peran Lembaga Penyuluhan Pemerintah dan Lembaga Swasta
Pada dasarnya, baik penyuluh pemerintah dan penyuluh swasta berperan dalam
membantu petani agar bisa membantu dirinya sendiri untuk meningkatkan taraf
kehidupannya. Berdasarkan studi oleh Sundari et al. (2021), dinamika kelompok tani
yang didampingi penyuluh pertanian lebih terlihat dalam upaya mencapai tujuan
kegiatan taninya. Dengan pengelolaan yang baik, petai atau kelompok tani akan
semakin percaya diri dalam menggeluti pekerjaannya. Usaha ini tidak bisa hanya
dilakukan oleh penyuluh pemerintah atau penyuluh swasta saja. Kolaborasi antara
penyuluh swasta dan penyuluh pemerintah penting dalam menghadapi tantangan
pertanian masa kini. Hal ini disebabkan oleh skala aktivitas, pengembangan
keterampilan, dan regulasi kelembagaan yang berbeda (Ayre et al., 2019).
2.4. Perbandingan Lembaga Penyuluhan Pemerintah dan Lembaga Swasta
milenial di DIY.
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Hal yang menjadi pembeda utama antara penyuluh pertanian pemerintah dan
swasta adalah bentuk kelembagaannya. Penyuluh pemerintah terikat pada
pemerintah yang berwenang dan terdapat dalam tiap tingkat pembagian
administratif (pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan)
Penyuluh swasta berjalan dengan modalnya sendiri tanpa ada intervensi dari
pemerintah dan lingkup yang ditangani lebih kecil dari penyuluh pemerintah.
2. Penyuluh pertanian berperan dalam mendiseminasikan semua teknologi dan
inovasi pertanian, tanpa terkecuali smart farming dan digitalisasi pertanian.
Penyuluh sebagai perantara antara sumber teknologi dan inovasi dengan petani
bertanggung jawab memastikan petani dapat mengakses dan menerapkan hal
tersebut untuk memaksimalkan potensi pertanian yang dimilikinya.
3.2. Saran
Sebaiknya kunjungan lembaga penyuluhan pertanian dilaksanakan secara langsung
agar ilmu yang didapatkan oleh praktikan lebih kaya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ayre, M, Mc Collum, V., Waters, W., Samson, P.,Curro, A., Nettle, R, Paschen, J.
A. , King, B, and Reichelt, N. 2019. Supporting and practising digital
innovation with advisers in smart farming. NJAS - Wageningen Journal of
Life Sciences. 90–91(100302) : 1- 12.
Frianda, V., Hairunnisa, H., & Ghufron, G. (2018). Strategi Komunikasi Lembaga
Swadaya Masyarakat Gerakan Memungut Sehelai Sampah (LSM GMSS)
Dalam Mengkampanyekan Larangan Membuang Sampah Di Sungai
Karang Mumus Samarinda. EJournal Ilmu Komunikasi, 6(2), 43-57.
Kusumaningrum, S.I. 2019. Pemanfaatan Sektor Pertanian Sebagai Penunjang
Pertumbuhan Perekonomian Indonesia. Jurnal Transaksi. 11(1) : 80-89.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61 tahun 2008 Pedoman Pembinaan Penyuluh
Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta. 2008. Menteri Pertanian
Republik Indonesia. Jakarta
Sundari, R.S., Umbara, D.S., Hildayati, R., dan Fitriadi., B.W. 2021. Peran Penyuluh
Pertanian terhadap Produksi Padi Sawah di Kabupaten Tasikmalaya.
Agriekonomika. 10(1) : 59-67.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 2006. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006. Jakarta.