Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENYULUHAN PERTANIAN

DISUSUN OLEH:

ILHAM TRI SAPUTRA


(181040700001)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW atas segala limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Penyuluhan
Pertanian. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak M. Abror, SP, MM selaku dosen pengempu yang telah bersabar memberikan
kesempatan kedua untuk memperbaiki nilai.
2. Bapak dan Ibu dosen. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo atas dukungan, bantuan
dan kerjasamanya.
3. Ayah dan Ibu yang terus memberikan do'a dan kasih sayang yang tak tergantikan.
4. Semua pihak yang telah membantu hingga penyusunan laporan ini selesai.
Kritik dan saran yang membangun tetap kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Pasuruan, 27 Januari 2022

ii
Daftar isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
Daftar isi............................................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian....................................................................................2
2.2 Sejarah Singkat Penyuluhan Pertanian............................................................................3
2.3 Progam Penyuluhan pertanian.........................................................................................7
2.4 Manfaat Program Penyuluhan..........................................................................................8
2.5 Unsur-unsur Program Penyuluhan..................................................................................8
2.6 Cara Mencapai Tujuan....................................................................................................10
2.7 Metode penyuluhan pertanian........................................................................................10
2.8 Falsafah Penyuluhan Pertanian......................................................................................12
2.9 Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pertanian...........................................................................13
2.10 Etika Penyuluhan Pertanian...........................................................................................14
2.11 Perencanaan progam penyuluhan pertanian.................................................................15
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................................18
Daftar Pustaka.................................................................................................................................19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar namun pada kenyataannya
sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan
miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan. Disinilah
dibutuhkan peran penyuluh untuk memberikan infomasi agar para petani dapat di
berdayakan dengan baik, Menurut UU No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, menegaskan bahwa penyuluh pertanian mempunyai
peran yang sangat strategis dalam rangka memajukan pembangunan pertanian di Indonesia.
Pemerintah dan masyarakat umum berkewajiban untuk menyelenggarakan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan.Untuk itu motivasi dari diri seorang penyuluh perlu
ditingkatkan agar tercapainya tujuan dari kegiatan penyuluhan.

Sistem penyuluhan pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan


kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan
pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Penyuluhan Pertanian adalah suatu proses
pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Mengingat bahwa penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan non formal karenanya


diperlukan beragam cara untuk menciptakan situasi belajar yang baik. Cara-cara
menciptakan situasi belajar tersebut disebut dengan metode penyuluhan. Metode-metode
penyuluhan ini merupakan pendekatan dasar untuk melakukan pendekatan, mendorong dan
mempengaruhi anggota masyarakat petani untuk belajar (Leagans 1960; Dahama dan
Bhatnagar 1980). Pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan
pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir
diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat
memberi peranan kepada individu, sehingga petani yang menjadi target pendekatan ini dapat
mengerti dan lebih memahami tentang informasi pertanian yang diberikan oleh penyuluh.

1.2

1
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian

Menurut Depatemen Pertanian (2006), penyuluhan pertanian adalah suatu pandangan


hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu
yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek kehidupan sehari-hari.
Penyuluhan pertanian harus mengacu pada kebutuhan sasaran/petani yang akan dibantu, dan
bukan sasaran yang harus mengikuti keinginan penyuluh pertanian. penyuluh pertanian
harus mengacu kepada perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan sasaran, tidak
mengutamakan taget-terget fisik yang tidak banyak manfaatnya bagi bagi perbaikan kualitas
hidup sasaran. Penyuluhan Pertanian tidak menciptakan ketergantungan tetapi harus mampu
mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakatat agar semakin
memiliki kemampuan untuk berswadaya, swakarsa, swadana dan swakelola bagi
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pertanian guna mencapai tujuan, harapan dan keinginan-
keinginan sasaran. Penyuluhan Pertanian yang dilaksanakan harus selalu mengacu pada
terwujudnya perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya
sebagai manusia. Metode yang diterapkan dalam penyuluhan pertanian adalah belajar sambil
bekerja dan mengajarkan pada petani untuk percaya pada apa yang dilihatnya. Penyuluh
pertanian harus mampu menumbuhkan cita-cita yang dilandasi untuk selalu berfikir kreaif
dan dinamis yang mengacu pada kegiatan-kegiatan yang ada dan dapat ditemui di lapangan
atau harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.

Dalam UU Nomor 16 Tahun 2006, penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi


pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.

Selain itu menurut Van den Ban dan Hawkins, (2011: 28) penyuluhan secara
sistematis dapat didefinisikan sebagai proses yang:

a. Membantu menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke


depan.
b. Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari
analisis tersebut
c. Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah,
serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani
d. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara
pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga
mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan
e. Membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka
sudah optimal

2
f. Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya
g. Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka
dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.

Penyuluhan pertanian sebagai sebagai suatu sistem pemberdayaan petani merupakan


suatu sistem pendidikan non formal bagi keluarga petani yang bertujuan membantu petani
dalam meningkatkan keterampilan teknis, pengetahuan, mengembangkan perubahan sikap
yang lebih positif dan membangun kemandirian dalam mengelola lahan pertaniannya.
Penyuluhan pertanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi maka tugas utama dari
pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan informasi
teknologi, informasi input dan harga input-output serta informasi pasar (Badan SDM
Pertanian, 2003).

2.2 Sejarah Singkat Penyuluhan Pertanian


1. Penyuluhan pada Zaman Belanda (1905-1942)

Penyuluhan pertanian di Indonesia telah dimulai sejak tanggal 17-5-1817, ketika Dr.
CGL Reinwardt, mendirikan Kebun Raya Bogor dan memperkenalkan 50 jenis tanaman
baru, antara lain: kelapa sawit, ketela pohon, dll. Tahun 1903, Direktur ke V Kebun Raya
Bogor, Dr. Melchior Treub, mendirikan Sekolah Pertanian, yang selanjutnya berkembang
menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), lulusannya banyak menjadi penyuluh
pertanian, pegawai kehutanan dan sinder perkebunan. Tahun 1908, diangkat lima orang
penasehat pertanian (Landbouw Adviseur) dan beberapa pembantunya (Asisten Landbouw
Adviseur) sebagai pegawai Departemen Pertanian, yang diperbantukan kepada Pangreh
Praja setempat. Pendidikan pemuda (kelas masyarakat Sekolah Desa 5 tahun) yang dirintis
tahun 1910 dikembangkan menjadi 6 tahun, kelas pertanian untuk daerah pedesaan, kelas
perdagangan/ perkantoran untuk daerah kota, dan kelas kerajinan/pertukangan untuk daerah
yang banyak industrinya.

2. Penyuluhan pada Zaman Jepang (1942–1945)

Penyuluhan pada masa pendudukan Jepang dapat dikatakan tidak ada. Para petani dipaksa
untuk mengusahakan/memproduksi bahan makanan dan bahan strategis lainnya. Son
Sidoing (Mantri Pertanian Kecamatan) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian di setiap
kecamatan) ditugaskan memperlancar usaha produksi dan mengumpulkan hasilnya bagi
keperluan angkatan perang Jepang

3. Penyuluhan pada Zaman Kemerdekaan (1945–1995)

a. Periode Liberal (1945 – 1959)

Pendidikan pertanian non formal dalam bentuk latihan dan kursus untuk calon dan
yang sudah jadi pegawai serta untuk masyarakat tani (bapak, ibu dan anak tani), disebut
penyuluhan pertanian. Pada periode 1950–1959, pemerintah memulai usaha pembangunan
pertanian lebih sistematis, rencana Kasimo yang belum terlaksana sepenuhnya digabung

3
dengan Rencana Wisaksono menjadi Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) tahap ke-1
tahun 1950–1955 dan tahap ke-2 tahun 1955–1960.

Untuk menunjang program tersebut dilaksanakan:

 Perbanyakan benih unggul padi dan palawija dengan memperluas dan menambah
jumlah Balai Benih dan Kebun Bibit.
 Perbaikan dan perluasan pengairan pedesaan.
 Peningkatan penggunaan pupuk untuk segala jenis tanaman, terutama pupuk phospat
dan nitrogen pada padi.
 Peningkatan pemberantasan hama penyakit tanaman serta memperlancar penyaluran
pestisida dan peralatannya.
 Peningkatan pengendalian bahaya erosi.
 Peningkatan pendidikan masyarakat pedesaan dengan mendirikan Balai Pendidikan
Masyarakat Desa (BPMD) di tiap kecamatan.
 Intensifikasi pemakaian tanah kering, diawali pembangunan beberapa Kebun
Percobaan Perusahaan Tanah Kering (PPTK) di kabupaten

b. Periode Terpimpin (1959 – 1963)

Sistem “tetesan minyak (olievlek-sijsteem)” diganti dengan “tumpahan air sehingga semua
orang kebagian cipratannya”. RKI diganti dengan Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana (PNSB) Tahap I, yang meluas dan menyeluruh. Gerakan intensifikasi produksi
padi Swa-Sembada Beras (SSB), berlangsung dari tingkat nasional sampai ke desa, dengan
pimpinan Komando Operasi Gerakan Makmur (KOGM) pada setiap tingkat operasi. Tahun
1970 KOGM meluas menjadi Gerakan Swa-Sembada Bahan Makanan (SSBM), tetapi tidak
berhasil mencapai tujuannya. Kegagalan Sistem Terpimpin, ditambah dengan peristiwa G-
30-S, menyebabkan tumbangnya Pemerintahan Soekarno dan timbulnya Orde Baru.

c. Periode Konsolidasi (1963 – 1974)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh Departemen Pertanian dengan berbagai pihak,
seperti penyuluhan dijalankan oleh Jawatan Pertanian Rakyat, Direktorat Pertanian Rakyat
(Dirtara), Fakultas Pertanian, organisasi massa tani, Tokoh pertanian, supaya
memprogresifkan pendekatan dan membangun organisasi penyuluhan di Indonesia yang
berbentuk suatu piramida besar yang dasarnya lebar dan luas, di tingkat desa. Seiring usaha
penyempurnaan penyuluhan, Fakultas Pertanian UI (Institut Pertanian Bogor) bekerjasama
dengan Lembaga Koordinasi Pengabdian Masyarakat Departemen PTIP (Pendidikan Tinggi
Ilmu Pengetahuan) mengadakan pilot proyek penyuluhan yang efektif, guna meningkatkan
produksi padi (1963/1964) dengan penerapan Panca Usaha Lengkap di Kabupaten
Karawang. 4/1973 tentang Unit Desa, terdiri dari:

 Penyediaan kredit oleh BRI


 Pelayanan penyuluhan oleh PPL dinas pertanian

4
 Sarana produksi yang murah dan mudah oleh penyalur, kios dan KUD
 Pengolahan dan pemasaran hasil oleh KUD, Kelompok Tani dan swasta
perorangan.

Sistem Bimas dan Inmas didasarkan pada usaha pembinaan petani dengan
pendekatan Kelompoktani oleh Penyuluh Lapangan yang berijazah SPMA, dibantu oleh
penyuluh sukarela berasal dari kalangan petani, yang dikenal dengan sebutan Kontaktani.
Usaha peningkatan produksi yang menyeluruh dan meluas ini memerlukan metode massal,
seperti penggunaan radio (siaran pedesaan), pameran, penerbitan, pertunjukan film maupun
kesenian tradisionil (wayang, sandiwara, dagelan, dst). Pola dan cara penyuluhan dalam
menyongsong Era pembangunan, diprogramkan oleh Orde Baru dalam program
Pembangunan Lima Tahun (PELITA) I. Bimas diartikan sebagai kegiatan penyuluhan
massal, untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara intensifikasi khusus padi/beras,
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Bimas
merupakan kegiatan penyuluhan pertanian yang bersifat:

 Ada usaha bersama dari berbagai instansi dan lembaga melakukan


penyuluhan/bimbingan menurut rencana yang disusun atas dasar musyawarah
dan mufakat
 Ada koordinasi dalam membuat rencana (waktu, tempat, cara dan biaya)
 Ada bimbingan melalui satu aparatur di pedesaan, yang merupakan pelaksanaan
utama Bimas
 Ada sifat massal dari bimbingan yang diberikan.

Tujuan Bimas pada hakekatnya sama dengan tujuan penyuluhan saat itu:

 Menimbulkan perubahan perilaku dan motif tindakan petani ke arah sasaran yang
telah ditentukan
 Menuntun, mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku petani dalam mencapai
taraf usaha dan kehidupan yang lebih baik
 Menimbulkan dan memelihara semangat petani agar selalu giat memperbaiki
segala usahanya
 Membantu petani agar lebih berswadaya dalam memecahkan dan menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi.

d. Periode Pemantapan I (1974-1983)

aKeppres No.44 dan 45/1974 membentuk Badan Pendidikan, Latihan dan


Penyuluhan Pertanian (Badan Diklatluh), yang berwenang mengatur pendidikan, latihan dan
penyuluhan di tingkat nasional. Penyuluh sejak 1979 ditata menurut sistem Penyuluhan
Pertanian Lapangan (PPL) di tingkat Wilayah Unit Desa (wilud 600-1.000 ha sawah atau
setaranya), dan dibina oleh Penyuluh Pertanian Madya (PPM, yang berubah menjadi
Penyuluh Pertanian Urusan Program/PPUP). Bahan-bahan penyuluhan berupa terbitan, film
dan kaset untuk siaran pedesaan lewat radio, merupakan perlengkapan para penyuluh,
disediakan oleh Balai Informasi Pertanian (BIP), di wilayah bersangkutan. Tahun 1980,

5
Badan Diklatluh Pertanian meningkatkan kesejahteraan penduduk/Kelompok Petani
Nelayan Kecil (KPK) yang hidup di bawah garis kemiskinan, dengan pendekatan partisipatif
melalui Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil (P4K) di 8
provinsi. Periode Pemantapan II (1983-1993)

e. Periode Pemantapan II (1983-1993)

Keppres No.24/1983, membentuk Direktorat Penyuluhan pada semua Direktorat


Jenderal lingkup pertanian dan Pusat Penyuluhan pada Badan Diklatluh. Pada kesempatan
itu, masyarakat pertanian Indonesia secara simbolis menyerahkan sumbangan 100.150 ton
gabah kering giling (senilai Rp.15,6 milyar) kepada penduduk Afrika yang menderita
kelaparan melalui Dirjen FAO.Atas jasa mencapai swasembada beras, Direktur Jendral FAO
memberi penghargaan medali emas kepada Presiden Suharto, yang bertuliskan PRESIDEN
SUHARTO – INDONESIA dan FROM RICE IMPORTED TO SELF SUFFICIENCY –
FAO-ROME. Kualifikasi tenaga penyuluh ditingkatkan, Penyuluh yang SLTA (SPMA,
SNAKMA, SUPM/SPP) ditingkatkan pendidikannya melalui Akademi Penyuluhan
Pertanian (APP) mulai tahun 1987 dan Pendidikan Tinggi Pertanian Lapangan/PTPL
(pendidikan jarak jauh, kerjasama Departemen Pertanian dengan Universitas Terbuka/UT)
mulai tahun 1991.

f. Periode Agribisnis-Agroindustri (1993-1997)

Perubahan kebijakan dari petani-nelayan yang hanya terampil berproduksi menjadi


kebijakan yang dapat menciptakan iklim motivasi petani-nelayan untuk lebih rasional dan
efisien dalam mengembangkan usaha berdasarkan kemampuan wilayah, informasi dan
mengenali potensi pasar. Pada PELITA VI, penyelenggaraan penyuluhan diarahkan :

Memberi dorongan bagi berkembangnya kelembagaan tani-nelayan ke arah


terciptanya sistem pengguna aktif dari informasi dan berbagai kesempatan berusaha yang
muncul sebagai akibat perubahan lingkungan sosial ekonomi yang dinamis. Memperkuat
BPP dengan personil, sarana, prasarana dan pembiayaan yang memadai dalam menghadapi
arah perkembangan perilaku petani/nelayan sebagai sistem pengguna aktif berbagai
informasi dan kesempatan berusaha. Penyuluh, petani dan peneliti hendaknya menjalin
kerjasama dalam mengidentifikasi kemampuan wilayah serta kemampuan sosial ekonomi
petani dan nelayan sehingga dapat diciptakan suasana pengambilan keputusan
pengembangan usaha petani-nelayan secara partisipatif atas dasar efisiensi usaha dan
informasi pasar. Penyuluh yang sehari-harinya berintegrasi dengan para petani dan nelayan
hendaknya berpangkal kerja di BPP

Penyelenggaraan penyuluhan diletakkan pada Daerah Tingkat II dengan materi yang


sesuai dengan mandat, misi, tujuan penyuluhan, dan kondisi/potensi riil daerah serta
berkaitan dengan berbagai program prioritas pembangunan pertanian. Dukungan ini
terutama dalam bentuk penciptaan iklim berupa kebijaksanaan, pedoman yang didasarkan
atas monitoring, evaluasi, studi dan menghubungkan wilayah otonomi Dati II dengan
kesempatan usaha yang tersedia di tingkat provinsi, nasional dan internasional.

6
7
2.3 Progam Penyuluhan pertanian

Berdasarkan isi atau kandungannya UU Nomor 16 Tahun 2006 program penyuluhan


adalah suatu rencana tahunan tertulis, berisi tentang kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian
yang memadukan aspirasi petani-nelayan dan masyarakat pertanian dengan potensi wilayah
dan program pembangunan pertanian. Programa penyuluhan menggambarkan keadaan
sekarang, tujuan yang ingin dicapai, masalah dan alternatif pemecahannya serta cara
mencapai tujuan yang disusun secara partisipatif dan sistematis.

Ada 3 hal yang mendasari penyusunan program penyuluhan pertanian, yaitu:

o Perencanaan program pembangunan pertanian.


o Potensi wilayah terhadap bidang pertanian.
o Aspirasi Petani.

Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian menuntut terjadinya dinamika proses untuk


memadukan ketiga unsur tersebut diatas.Programa penyuluhan pertanian yang disusun pada
hakikatnya meliputi upaya-upaya sebagai berikut:

a) Pengembangan dan pelestarian sumberdaya alam pertanian seperti manusia, alam


dan buatan manusia.
b) Peningkatan produksi pertanian dengan melaksanakan diverifikasi, intensifikasi,
ekstentifikasi dan rehabilitasi melalui perbaikan penerapan teknologi pra panen pasca
panen serta rekayasa sosial.
c) Meningkatkan kesejahteraan patani nelayan melalui peningkatan produktivitas
komoditas pertanian yang diusahakan para petani-nelayan.
d) Peningkatan nilai gizi keluarga petani-nelayan melalui pembinaan organisasi
masyarakat seperti wanita tani/nelayan, PKK dan sebagainya.
e) Pemantapan organisasi dan kemampuan petani-nelayan dalam mencapai
kesejahteraan keluarga tani nelayan.
f) Pengembangan dan penataan peranan petani-nelayan dalam KUD sebagai wahana
perekonomian masyarakat pedesaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
petani-nelayan.

Penyusunan programa penyuluhan tersebut harus memenuhi syarat yaitu:

a) Harus terukur.
b) Realistis.
c) Bermanfaat.
d) Dapat dilaksanakan serta dilakukan secara partisipatif.
e) Terpadu.
f) Transparan.
g) Demokrasi
h) Bertanggung gugat.

8
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian berfokus pada upaya menolong petani untuk
mampu mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah serta mengambil
keputusan menyangkut usahanya sebagai bagian dari sistem agribisnis sehingga
menghasilkan:

a) Perilaku wirausaha (entrepreneurial) yaitu kualitas perilaku petani yang dibutuhkan


untuk menjadi sukses dalam berbisnis.
b) Kemampuan membangun kerja sama dalam upaya efisiensi pengelolaan usaha.
Kepemimpinan dan kemandirian dalam mengakses berbagai informasi dan
kesempatan usaha.
c) Perilaku usaha ramah lingkungan dan pelestarian sumber daya alam.

2.4 Manfaat Program Penyuluhan

Program penyuluhan pertanian yang jelas dan sistematis dapat digunakan sebagai:

a) Dasar untuk penyusunan Rencana kerja penyuluh (RKP) bagi setiap tim/orang di
wilayah kerja penyuluh.
b) Dasar untuk merencanakan dan menerapkan monitoring serta evaluasi (monev)
pelaksanaan programa tersebut.
c) Dasar untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan (koordinasi,
pendampingan, pelatihan, dan lain-lain).
d) Dasar dalam perumusan usulan kegiatan tahun berikutnya.

2.5 Unsur-unsur Program Penyuluhan

Berdasarkan PERMENTAN No.25 Tahun 2009 tentang penyusunan programa


penyuluhan pertanian, unsur-unsur yang harus terdapat di dalam programa adalah sebagai
berikut:

a. Keadaan
Keadaan merupakan fakta yang ditunjukan oleh data yang terdapat pada saat akan
disusunnya suatu Programa. Data yang dicatat dari fakta yang menunjukan tentang keadaan
yang nyata ada pada saat itu disebut data aktual. Sedangkan jika data yang dicatat
merupakan fakta yang menunjukan tentang keadaan yang mungkin dicapai, disebut dengan
data potensial. Keadaan yang menggambarkan fakta-fakta berupa data dan informasi
mengenai potensi, produktivitas dan lingkungan usaha pertanian, perilaku/tingkat
kemampuan petani dan kebutuhan pelaku utama dalam usahanya di wilayah (desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi, nasional) pada saat akan disusunnya programa
penyuluhan pertanian, dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Potensi usaha menggambarkan peluang usaha dari hulu sampai hilir yang prospektif
untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar, kondisi agroekosistem setempat,
sumberdaya dan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.

9
b) Produktivitas usaha menggambarkan perolehan hasil usaha persatuan unit usaha saat
ini (faktual) maupun potensi perolehan hasil usaha yang dapat dicapai untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.
c) Lingkungan usaha menggambarkan kondisi ketersediaan sarana dan prasarana usaha
(agroinput, pasca panen, pengolahan, distribusi dan pemasaran) serta kebijakan yang
mempengaruhi usaha pelaku utama dan pelaku usaha.
d) Perilaku berupa kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) pelaku utama
dan pelaku usaha dalam penerapan teknologi usaha (teknologi usaha hulu, usahatani
dan teknologi usaha hilir).
e) Kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha menggambarkan keperluan akan
perlindungan, kepastian, kepuasan yang dapat menjamin terwujudnya keberhasilan
melaksanakan kegiatan usaha pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

b. Masalah

Permasalahan dalam hal ini terkait dengan faktor-faktor yang dinilai dapat
menyebabkan tidak tercapainya tujuan, atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perbedaan antara kondisi saat ini (faktual) dengan kondisi yang ingin dicapai. Faktor-faktor
tersebut antara lain:

 Faktor yang bersifat perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi
pelaku utama dan pelaku usaha terhadap penerapan suatu inovasi/teknologi baru,
misalnya belum yakin, belum mau, atau belum mampu menerapkan dalam usahanya.
 Faktor yang bersifat non perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan
dan kondisi sarana dan prasarana pendukung usaha pelaku utama dan pelaku usaha,
misalnya ketersediaan pupuk, benih/bibit atau modal.

Dari sekian banyak permasalahan yang diidentifikasi, perlu dibuat pemeringkatan


sesuai dengan prioritas pembangunan pertanian di suatu wilayah, berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:

 Apakah masalah itu menyangkut mayoritas para pelaku utama dan pelaku usaha.
 Apakah erat kaitannya dengan potensi usaha, produktivitas, lingkungan usaha,
perilaku, kebutuhan, efektivitas dan efisiensi usaha pelaku utama dan pelaku usaha.
 Apakah tersedia kemudahan biaya, tenaga, teknologi/inovasi untuk pemecahan
masalah.

Penetapan urutan prioritas masalah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan


teknik identifikasi faktor penentu (impact point), dan teknik pemeringkatan masalah lainnya.

c. Tujuan

Di dalam programa penyuluhan pertanian yang dimaksud tujuan yaitu pernyataan


penyelesaian masalah atau pennyataan apa yang diinginkan petani. Tujuan ditetapkan
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan petani dan kelurganya. Tujuan dirumuskan

10
untuk menggambarkan perubahan prilaku petani dan keluargnaya dalam berusahatani.
Tujuan dalam hal ini memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan kondisi pelaku
utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai dengan cara menggali dan mengembangkan
potensi yang tersedia pada dirinya, keluarga dan lingkungannya untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dan merespon peluang. Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan
yaitu: SMART: Specific (khas); Measurable (dapat diukur); Actionary (dapat
dikerjakan/dilakukan); Realistic (realistis); dan Time Frame (memiliki batasan waktu untuk
mencapai tujuan). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah:
ABCD: Audience (khalayak sasaran); Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki);
Condition (kondisi yang akan dicapai); dan Degree (derajat kondisi yang akan dicapai).

2.6 Cara Mencapai Tujuan

Dalam sebuah programa penyuluhan pertanian yang dimaksud bisa dicapai, dengan
mengunakan metode dan teknik yang sesuai dengan masalah dan penyebab masalahnya.
Perubahan yang diinginkan, potensi yang dapat mendukung tercapainya tujuan penyuluhan,
dan lain-lain.Menurut Deptan (2001) cara perumusan pencapaian tujuan programa
diperkenalkan dengan istilah cara mencapai tujuan yaitu suatu rencana kegiatan yang
bentunya berupa seluas daftar yang berisi hal-hal mengenaimasalah khusus, kerja kegiatan,
metode, unit, frekuensi atau volume, dan lahan. Dijelaskan dalam hal yang terpenting adalah
aspek metode hendaknya harus secepat mungkin ditetapkan. Untuk mencapai tujuan sesuai
pendapat Nelsey dan Harke seperti yang disadur oleh Mardikanto (1993), cara mencapai
tujuan diperoleh dari perencanaan kerja yang berisikan pertanyaan tentang 4 W + 1 H yaitu:

1. Apakah yang dilakukan?(What)


2. Siapa yang melakukan? (Who)
3. Kapan dilakukan? (When)
4. Mengapa dilakukan? (Why)
5. Bagaimana cara melakukan? (How)

Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan
dalam penyusunan programa penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pelaku utama dan


pelaku usaha.
2. Ketersediaan teknologi/inovasi, sarana dan prasarana, serta sumberdaya lain yang
mendukung kegiatan penyuluhan pertanian.
3. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) penyuluh pertanian.
4. Situasi lingkungan fisik, sosial dan budaya yang ada.
5. Alokasi pembiayaan yang tersedia.

2.7 Metode penyuluhan pertanian

Metode Penyuluhan Pertanian, dapat diartikan sebagai "Cara-cara penyampaian


materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta

11
keluarganya". Pada prinsipnya metode penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan
macam-macam pendekatannya:

Dilihat dari Segi Komunikasi Metode penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua)
golongan yaitu:

a) Metode-metode yang langsung (direct Communication/face to face Communication)


Dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya: obrolan
ditempat peternakan, dirumah, dibalai desa, di kantor, dalam kursus tani, dalam
penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.
b) Metode-metode yang tidak langsung (indirect Communication)Dalam hal ini penyuluh
tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam
menyampaikan pesannya melalui perantara (media).

Penggolongan Berdasarkan Pendekatan Kepada Sasaran Penggolongan ini berdasarkan


hubungan jumlah dan penggolongan dari pada sasaran adalah:

1. Metode Berdasarkan PeroranganDalam hal ini para penyuluh berhubungan secara


langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.

Contoh:

a) Kunjungan ke rumah petani, ataupun petani berkunjung ke rumah penyuluh dan ke


kantor.
b) Surat menyurat secara perorangan.
c) Demonstrasi.
d) Belajar perorangan, belajar praktik.
e) Hubungan telpon.
2. Metode dengan pendekatan kelompok

Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran umpamanya:

a) Pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di balai desa, dan lain-lain.


b) Perlombaan.
c) Demonstrasi cara/hasil.
d) Kursus tani.
e) Musyawarah/temu lapang/diskusi kelompok/temu karya.
f) Magang/Karyawisata.
g) Hari lapangan petani (farm field day).

3. Metode dengan pendekatan massal.

Dalam hal ini penyuluh menyampaikan pesannya secara langsung maupun tidak langsung
kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus.

Contoh:

a) Rapat (pertemuan umum).

12
b) Siaran pedesaan melalui Radio/TV.
c) Pemuatan film/slide.
d) Penyebaran bahan tulisan: (brosur, leaflet, folder, booklet dan sebagainya).
e) Pemasangan Foster dan Spanduk.
f) Pertunjukan Kesenian.

4. Penggolongan Berdasarkan Indera Penerima

Metode-metode yang dilakukan dengan cara memperlihatkan. Dalam hal ini pesan
dilampirkan melalui penglihatan. Misalnya:

a) Pesan yang tertulis.


b) Pesan yang bergambar.
c) Pesan yang terproyeksi: seperti film/slide tanpa penjelasan vocal/bisu.
d) Metode-metode yang disampaikan melalui pendengaran

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengaran, umpamanya:

a) Siaran pedesaan melalui radio/TV.


b) Hubungan telpon.
c) Pidato, ceramah, rapat.

Metode yang Disampaikan Melalui Beberapa Macam Alat Indera Secara Kombinasi. Dalam
hal ini pesan diterima oleh sasaran bisa melalui pendengaran, penglihatan, diraba, dicium
ataupun dikecap secara sekaligus.

a. Demonstrasi.

b. Peragaan dengan penjelasan.

c. Dan lain-lain.

2.8 Falsafah Penyuluhan Pertanian

Dalam khasanah kepustakaan penyuluhan pertanian, banyak kita jumpai beragam


falsafah penyuluhan pertanian. Berkaitan dengan itu, Ensminger (1962) mencatat adanya 11
(sebelas) rumusan tentang falsafah penyuluhan. Di Amerika Serikat juga telah lama
dikembangkan falsafah 3-T: teach, truth, and trust (pendidikan, kebenaran dan
kepercayaan/keyakinan). Artinya, penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan untuk
menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah diyakini. Dengan kata lain, dalam
penyuluhan pertanian, petani dididik untuk menerapkan setiap informasi (baru) yang telah
diuji kebenarannya dan telah diyakini akan dapat memberikan manfaat (ekonomi maupun
non ekonomi) bagi perbaikan kesejahteraannya.

Berkaitan dengan falsafah “helping people to help themselves” Ellerman (2001)


mencatat adanya 8 (delapan) peneliti yang mene-lusuri teori pemberian bantuan, yaitu:

13
1) Hubungan Penasehat dan Aparat Birokrasi Pemerintah (Albert Hirschman), melalui
proses pembelajaran tentang: ide-ide baru, analisis keadaan dan masalahnya yang diikuti
dengan tawaran solusi dan minimalisasi konfrontasi/ketegangan yang terjadi: antara aparat
pemerintah dan masyarakat, antar sesama aparat, dan antar kelompok-kelompok masyarakat
yang merasa dirugikan dan yang menimati keuntungan dari kebijakan pemerintah.

2) Hubungan Guru dan Murid (John Dewey), dengan memberikan:

a) kesempatan untuk mengenali pengalamanannya,


b) stimulus untuk berpikir dan menemukan masalahnya sendiri,
c) memberikan kesempatan untuk melakukan “penelitian”
d) tawaran solusi untuk dipelajari
e) kesempatan untuk menguji idenya dengan aplikasi langsung

3) Hubungan Manajer dan Karyawan (Douglas McGregor), melalui pemberian


tanggungjawab sebagai alat kontrol diri (self controle)

4) Hubungan Dokter dan Pasien (Carl Rogers), melalui pemberian saran yang konstruktif
dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dan atau diusahakannya sendiri.
Uji-coba kegiatan melalui pemberian dana dan manajemen dari luar, ternyata tidak akan
memberikan hasil yang lebih baik.

5) Hubungan Guru Spiritual dan Murid (Soren Kierkegaard), melalui pemahaman bahwa
masalah atau kesalahan hanya dapat diketahui oleh yang mengalaminya (diri sendiri).
Guru tidak boleh menonjolkan kelebihannya, tetapi harus merendah diri, siap
melayani,dan menyediakan waktu dengan sabar

6) Hubungan Organisator dan Masyarakat (Saul Alinsky), melalui upaya demokratisasi,


menumbuh-kembangkan partisipasi, dan mengembangkan keyakinan (rasa percaya diri)
untuk meme-cahkan masalahnya sendiri.

7) Hubungan Pendidik dan Masyarakat (Paulo Freire), melalui proses penyadaran dan
memberikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu yang terbaik menurut dirinya
sendiri.
Hubungan Agen-pembangunan dan Lembaga Lokal (E.F. Schumacher), melalui program
bantuan untuk mencermati apa yang dilakukan seseorang (masyarakat) dan membantu
agar mereka dapat melakukan perbaikanperbaikan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya.

2.9 Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pertanian

Mathews menyatakan bahwa: prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan


yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara
konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat diterima secara umum, dan telah
diyakini kebenarannya dari berbagai peng-amatan dalam kondisi yang beragam. Dengan

14
demikian “prinsip” dapat dijadikan sebagai landas-an pokok yang benar, bagi pelaksanaan
kegiatan yang akan dilak-sanakan.

Meskipun “prinsip” biasanya diterapkan dalam dunia akademis, Leagans(1961)


menilai bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh
pada prinsip-prinsip penyuluhan.

Tanpa berpegang pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati, seorang penyuluh


(apalagi administrator penyuluhan) tidak mungkin dapat melaksanakan pekerjaannya dengan
baik.

Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah satu sistem pendidikan, maka
penyuluhan memiliki prinsip-prinsip:

1) Mengerjakan, artinya, kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan


masyarakat untuk mengerjakan/ menerapkan sesuatu. Karena melalui “mengerjakan”
mereka akan mengalami proses belajar (baik dengan menggunakan pikiran, perasaan,
dan ketram-pilannya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.

2) Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang
baik atau bermanfaat. Sebab, perasaan senang/puas atau tidak-senang/kecewa akan
mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/ penyuluhan dimasa-masa
mendatang.

3) Asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegiatan


lainnya. Sebab, setiap orang cenderung untuk mengaitkan/menghubungkan kegiatannya
dengan kegiatan/peris-tiwa yang lainnya.

Misalnya, dengan melihat cangkul orang diingatkan kepada penyuluhan tentang


persiapan lahan yang baik; melihat tanaman yang kerdil/subur, akan mengingatkannya
kepada usahaa-usaha pemupukan, dll.

2.10 Etika Penyuluhan Pertanian

Pengertian tentang Etika, senantiasa merujuk kepada tata pergaulan yang khas atau
ciri-ciri perilaku yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengasosiasikan diri, dan
dapat merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi kelompok tertentu
yang memilikinya.

Etika bukanlah peraturan, tetapi lebih dekat kepada nilai-nilai moral untuk
membangkitkan kesadaran untuk beriktikad baik dan jika dilupakan atau dilanggar akan
berakibat kepada tercemarnya pribadi yang bersangkutan, kelompoknya, dan anggota
kelompok yang lainnya (Muhamad, 1987).

Perilaku yang perlu ditunjukkan atau diragakan oleh setiap penyuluh (Salmon P,
1987) adalah:

15
Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan
YME, jujur dan disiplin.

 Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati adat/kebiasaan


masyarakatnya, menghormati pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis dan keluarganya
(apapun keadaan dan status sosial-ekonominya) dan menghormati sesama penyuluh.
 Perilaku yang menunjukkan penampilannya sebagai yang andal, yaitu berkeyakinan
kuat atas manfaat tugasnya, kerjanya, memiliki jiwa kerjasama yang tinggi dan
berkemampuan untuk bekerja teratur.
 Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, mental dan semangat kerja yang
tinggi, selalu berusaha mencerdaskan diri dan selalu berusaha mengkaitkan kemampuannya.

2.11 Perencanaan progam penyuluhan pertanian

Tahapan penyusunan programa penyuluhan merupakan suatu siklus kegiatan yang


tidak pernah terputus, berikut ini adalah beberapa model siklus tahapan penyusunan
programa penyuluhan menurut beberapa ahli:

a. Kelsey dan Hearne (1963) mengemukakan 7 tahapan perumusan programa yaitu:


1)analisis keadaan, 2) pengorganisasian perencanaan; 3) proses perumusan program;
4) penetapan program yang terencana; 5)perencanaan kegiatan; 6) pelaksanaan
kegiatan yang direncanakan, dan 7) usulan penyempurnaan
b. Tyler (1964) mengemukakan 5 tahapan perumusan program penyuluhan yaitu 1)
pengenalan dan analisis keadaan; 2) penetapan tujuan program; 3) penetapan
alternatif kegiatan; 4) penetapan kegiatan yang terpilih; dan 5) pelaksanaan kegiatan
c. Pesson (1966) mengemukakan 8 tahapan perumusan program penyuluhan yaitu: 1)
pengumpulan data, 2) analisis keadaan, 3) identifikasi masalah, 4) perumusan tujuan,
5) perencanaan kegiatan, 6) pelaksanaan rencana kegiatan, 7) rincian perkembangan
pelaksanaan kegiatan, 8) sekonsiderasi.
d. Pada tahun 1981 Burger dan Duvel menyusun model perumusan program
penyuluhan yang terdiri dari lima tahap saja sebagai berikut:
 Rekonsiderasi yaitu proses untuk mempertimbangkan segala kebutuhan
pembangunan, tujuan dan skala prioritas pembangunan nasional, peran dan
tanggungjawab individu dalam pembangunan nasional serta alternatif pendekatan
untuk pelaksanaan pembangunan.
 Investigasi/pengamatan yaitu kegiatan pengumpulan data dan fakta potensi
sumberdaya untuk kegiatan produksi, sosial ekonomi dan keadaan tata-guna tanah
dan aspek-aspek sosial-psikologis.
 Persiapan-persiapan yaitu proses mempertimbangkan model-model pembangunan
yang sudah dilaksanakan dan yang sudah diketahui; membuat jenjang prioritas
tujuan yang ingin dicapai; sumberdaya penyuluhan; merumuskan lokasi terpilih
untuk kegiatan; melibatkanseluruh lapisan masyarakat dalam perumusan program
penyuluhan; merumuskan tujuan khusus dan rancangan kegiatan penyuluhan.

16
 Pelaksanaan rencana kegiatan yaitu pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan-
tujuan khusus.
 Evaluasi yaitu kegiatan merancang evaluasi, melaksanakan survey evaluatif,
analisis data survei, penulisan laporan, mempertimbangkan kembali tentang
kegiatan-kegiatan untuk masa mendatang

Menurut Permentan No. 5 Tahun 2009, penyusunan programa penyuluhan dilakukan


oleh penyuluh pertanian bersama para pelaku utama dan pelaku usaha serta organisasi petani
secara partisipatif, melalui tahapan sebagai berikut:

a) Perumusan Keadaan
Perumusan keadaan adalah penggambaran fakta berupa data dan informasi di suatu
wilayah pada saat program disusun yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan
dan pengolahan data. Sebelum keadaan dirumuskan, perlu dilakukan pengumpulan,
pengolahan dan analisis data mengenai potensi, produktivitas dan lingkungan usaha
pertanian, pelaku utama dalam usahanya disuatu wilayah. Hasil analisis data dan
informasi dapat digali melalui berbagai metode partisipatif, diantaranya PRA
(Participatory Rural Appraisal), dari rencana kegiatan pelaku utama dan pelaku
usaha (RDK/RDKK) serta dari rekapitulasi programa penyuluhan setingkat
dibawahnya.

b) Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan adalah perumusan keadaan yang hendak dicapai dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun. Tujuan dirumuskan dengan kalimat-kalimat perubahan perilaku
pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai. Penetapan tujuan tersebut
dilakukan bersama-sama pemerintah, pelaku utama dan pelaku usaha, serta
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha sehingga rumusan tersebut berupa
keinginan dan kepentingan dari kedua belah pihak

c) Penetapan Masalah
Penetapan masalah adalah perumusan faktor-faktor yang dapat menyebabkan tidak
tercapainya tujuan. Faktor-faktor tersebut terutama dicari dari kemampuan pelaku
utama dan pelaku usaha dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha.

d) Penetapan Rencana Kegiatan (Cara Mencapai Tujuan)


Pada tahap ini dirumuskan cara mencapai tujuan, yaitu penetapan rencana kegiatan
yang menggambarkan bagaimana tujuan bisa dicapai. Ada dua rencana yang harus
disusun, yaitu:
 Rencana kegiatan penyuluhan yang meliputi data dan informasi mengenai tujuan,
masalah, sasaran, lokasi, metode/kegiatan, waktu, lokasi, biaya dan penanggungjawab
serta pelaksana. Masalah dalam rencana kegiatan penyuluhan berupa masalah-
masalah yang bersifat perilaku, yang antara lain bisa disidik (identifikasi) berdasarkan
teknik faktor penentu.

17
 Rencana kegiatan untuk membantu mengikhtiarkan pelayanan dan pengaturan yang
meliputi data dan informasi mengenai tujuan, sasaran, lokasi, jenis kegiatan, waktu,
penanggungjawab serta pelaksana. Masalah petani yang bersifat non perilaku antara
lain masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana usahatani,
pembiayaan, pengaturan, pelayanan dan kebijakan pemerintah/iklim usaha yang
kurang kondusif.

e) Rencana Monitoring dan Evaluasi

Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh para penyuluh yang berada di pusat,
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa bersama para pelaku utama dan
pelaku usaha. Rencana monitoring dan evaluasi meliputi:

Penetapan indikator dan ukuran keberhasilan programa

1) Indikator ditetapkan berdasarkan tujuan kegiatan-kegiatan (keluaran/output) yang


telah ditetapkan dalam programa.
2) Ukuran keberhasilan ditetapkan berdasarkan indikator yang dapat diukur (data
kualitatif dan kuantitatif).

Penyusunan instrumen monitoring dan evaluasi

1) Instrumen monitoring disusun berdasarkan rencana dan realisasi kegiatan-kegiatan


yang tercantum dalam programa penyuluhan.
2) Instrumen evaluasi disusun dalam bentuk daftar pertanyaan/daftar isian berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan.

f) Revisi Programa Penyuluhan

Revisi programa penyuluhan pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,


kelurahan/desa dilakukan karena adanya perubahan-perubahan keadaan yang mengakibatkan
berubahnya tujuan, masalah dan rencana kegiatan, yang disebabkan antara lain:

 Kesalahan analisa data dan informasi yang digali melalui PRA.


 Kesalahan dalam penyusunan rencana kegiatan penyuluhan yang telah disusun oleh
pelaku utama dan pelaku usaha di setiap tingkatan dan kelompok.
 Kesalahan dalam perumusan keadaan.
 Kesalahan dalam penetapan tujuan.
 Kesalahan dalam penetapan masalah.
 Kesalahan dalam penetapan kegiatan.
 Perubahan dalam dukungan pembiayaan.

18
BAB 3
PENUTUP

Penyuluhan pertanian bisa diartikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah
untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk
menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya
secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Pelaku utama dalam kegiatan penyuluhan
pertanian adalah seorang Penyuluh Pertanian atau juga sering disebut Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL). Penyuluh Pertanian pada dasarnya adalah aparat atau agen yang
membangun pertanian, pendidik/penasehat yang mengabdi untuk kepentingan para petani
beserta keluarganya dengan memberikan motivasi, bimbingan dan mendorong para petani
mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusaha tani yang lebih
menguntungkan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan sejahtera.

19
Daftar Pustaka

Anonim. 2001. Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani.

Anonim. 2009. Peraturan Menteri Pertanian No. 25 thn. 2009 tentang Pedoman Penyusunan
Programa Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

Asihmulya. 2012. “Sejarah Penyuluhan Pertanian Di Indonesia”


https://asihmulya.wordpress.com/2012/10/24/materi-kuliah-sejarah-penyuluhan-di-
indonesia/ . Diakses pada 28 Januari 2022

Database peraturan. 2017. “Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan”


https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40187. Diakses pada 27 Januari 2022

Mazar.2020. “Makalah Peran Penyuluh Pertanian Dalam”


https://www.bloggerzar.com/2020/04/makalah-peran-penyuluh-pertanian-
dalam_13.html . Diakses pada 27 Januari 2022

Padmo, S. 2000. Media Penyuluhan Pertanian dan komunikasi . Departemen Pertanian.


Jakarta

Ray, GL. 1998. Extension Communication and Management. Third Edition.

Wardahalil. 2012. “Sistem Penyuluh Pertanian di Indonesia”


https://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/buletin/53-buletin-
nomor-6-tahun-2012/247-sistem-penyuluh-pertanian-di-indonesia . Diakses pada 27
Januari 2022

Widodo, S dan Nuraeni. I. 2006. Media Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai