DISUSUN OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW atas segala limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Penyuluhan
Pertanian. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak M. Abror, SP, MM selaku dosen pengempu yang telah bersabar memberikan
kesempatan kedua untuk memperbaiki nilai.
2. Bapak dan Ibu dosen. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo atas dukungan, bantuan
dan kerjasamanya.
3. Ayah dan Ibu yang terus memberikan do'a dan kasih sayang yang tak tergantikan.
4. Semua pihak yang telah membantu hingga penyusunan laporan ini selesai.
Kritik dan saran yang membangun tetap kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
ii
Daftar isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
Daftar isi............................................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian....................................................................................2
2.2 Sejarah Singkat Penyuluhan Pertanian............................................................................3
2.3 Progam Penyuluhan pertanian.........................................................................................7
2.4 Manfaat Program Penyuluhan..........................................................................................8
2.5 Unsur-unsur Program Penyuluhan..................................................................................8
2.6 Cara Mencapai Tujuan....................................................................................................10
2.7 Metode penyuluhan pertanian........................................................................................10
2.8 Falsafah Penyuluhan Pertanian......................................................................................12
2.9 Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pertanian...........................................................................13
2.10 Etika Penyuluhan Pertanian...........................................................................................14
2.11 Perencanaan progam penyuluhan pertanian.................................................................15
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................................18
Daftar Pustaka.................................................................................................................................19
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar namun pada kenyataannya
sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan
miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan. Disinilah
dibutuhkan peran penyuluh untuk memberikan infomasi agar para petani dapat di
berdayakan dengan baik, Menurut UU No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, menegaskan bahwa penyuluh pertanian mempunyai
peran yang sangat strategis dalam rangka memajukan pembangunan pertanian di Indonesia.
Pemerintah dan masyarakat umum berkewajiban untuk menyelenggarakan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan.Untuk itu motivasi dari diri seorang penyuluh perlu
ditingkatkan agar tercapainya tujuan dari kegiatan penyuluhan.
1.2
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian
Selain itu menurut Van den Ban dan Hawkins, (2011: 28) penyuluhan secara
sistematis dapat didefinisikan sebagai proses yang:
2
f. Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya
g. Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka
dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah dimulai sejak tanggal 17-5-1817, ketika Dr.
CGL Reinwardt, mendirikan Kebun Raya Bogor dan memperkenalkan 50 jenis tanaman
baru, antara lain: kelapa sawit, ketela pohon, dll. Tahun 1903, Direktur ke V Kebun Raya
Bogor, Dr. Melchior Treub, mendirikan Sekolah Pertanian, yang selanjutnya berkembang
menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), lulusannya banyak menjadi penyuluh
pertanian, pegawai kehutanan dan sinder perkebunan. Tahun 1908, diangkat lima orang
penasehat pertanian (Landbouw Adviseur) dan beberapa pembantunya (Asisten Landbouw
Adviseur) sebagai pegawai Departemen Pertanian, yang diperbantukan kepada Pangreh
Praja setempat. Pendidikan pemuda (kelas masyarakat Sekolah Desa 5 tahun) yang dirintis
tahun 1910 dikembangkan menjadi 6 tahun, kelas pertanian untuk daerah pedesaan, kelas
perdagangan/ perkantoran untuk daerah kota, dan kelas kerajinan/pertukangan untuk daerah
yang banyak industrinya.
Penyuluhan pada masa pendudukan Jepang dapat dikatakan tidak ada. Para petani dipaksa
untuk mengusahakan/memproduksi bahan makanan dan bahan strategis lainnya. Son
Sidoing (Mantri Pertanian Kecamatan) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian di setiap
kecamatan) ditugaskan memperlancar usaha produksi dan mengumpulkan hasilnya bagi
keperluan angkatan perang Jepang
Pendidikan pertanian non formal dalam bentuk latihan dan kursus untuk calon dan
yang sudah jadi pegawai serta untuk masyarakat tani (bapak, ibu dan anak tani), disebut
penyuluhan pertanian. Pada periode 1950–1959, pemerintah memulai usaha pembangunan
pertanian lebih sistematis, rencana Kasimo yang belum terlaksana sepenuhnya digabung
3
dengan Rencana Wisaksono menjadi Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) tahap ke-1
tahun 1950–1955 dan tahap ke-2 tahun 1955–1960.
Perbanyakan benih unggul padi dan palawija dengan memperluas dan menambah
jumlah Balai Benih dan Kebun Bibit.
Perbaikan dan perluasan pengairan pedesaan.
Peningkatan penggunaan pupuk untuk segala jenis tanaman, terutama pupuk phospat
dan nitrogen pada padi.
Peningkatan pemberantasan hama penyakit tanaman serta memperlancar penyaluran
pestisida dan peralatannya.
Peningkatan pengendalian bahaya erosi.
Peningkatan pendidikan masyarakat pedesaan dengan mendirikan Balai Pendidikan
Masyarakat Desa (BPMD) di tiap kecamatan.
Intensifikasi pemakaian tanah kering, diawali pembangunan beberapa Kebun
Percobaan Perusahaan Tanah Kering (PPTK) di kabupaten
Sistem “tetesan minyak (olievlek-sijsteem)” diganti dengan “tumpahan air sehingga semua
orang kebagian cipratannya”. RKI diganti dengan Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana (PNSB) Tahap I, yang meluas dan menyeluruh. Gerakan intensifikasi produksi
padi Swa-Sembada Beras (SSB), berlangsung dari tingkat nasional sampai ke desa, dengan
pimpinan Komando Operasi Gerakan Makmur (KOGM) pada setiap tingkat operasi. Tahun
1970 KOGM meluas menjadi Gerakan Swa-Sembada Bahan Makanan (SSBM), tetapi tidak
berhasil mencapai tujuannya. Kegagalan Sistem Terpimpin, ditambah dengan peristiwa G-
30-S, menyebabkan tumbangnya Pemerintahan Soekarno dan timbulnya Orde Baru.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh Departemen Pertanian dengan berbagai pihak,
seperti penyuluhan dijalankan oleh Jawatan Pertanian Rakyat, Direktorat Pertanian Rakyat
(Dirtara), Fakultas Pertanian, organisasi massa tani, Tokoh pertanian, supaya
memprogresifkan pendekatan dan membangun organisasi penyuluhan di Indonesia yang
berbentuk suatu piramida besar yang dasarnya lebar dan luas, di tingkat desa. Seiring usaha
penyempurnaan penyuluhan, Fakultas Pertanian UI (Institut Pertanian Bogor) bekerjasama
dengan Lembaga Koordinasi Pengabdian Masyarakat Departemen PTIP (Pendidikan Tinggi
Ilmu Pengetahuan) mengadakan pilot proyek penyuluhan yang efektif, guna meningkatkan
produksi padi (1963/1964) dengan penerapan Panca Usaha Lengkap di Kabupaten
Karawang. 4/1973 tentang Unit Desa, terdiri dari:
4
Sarana produksi yang murah dan mudah oleh penyalur, kios dan KUD
Pengolahan dan pemasaran hasil oleh KUD, Kelompok Tani dan swasta
perorangan.
Sistem Bimas dan Inmas didasarkan pada usaha pembinaan petani dengan
pendekatan Kelompoktani oleh Penyuluh Lapangan yang berijazah SPMA, dibantu oleh
penyuluh sukarela berasal dari kalangan petani, yang dikenal dengan sebutan Kontaktani.
Usaha peningkatan produksi yang menyeluruh dan meluas ini memerlukan metode massal,
seperti penggunaan radio (siaran pedesaan), pameran, penerbitan, pertunjukan film maupun
kesenian tradisionil (wayang, sandiwara, dagelan, dst). Pola dan cara penyuluhan dalam
menyongsong Era pembangunan, diprogramkan oleh Orde Baru dalam program
Pembangunan Lima Tahun (PELITA) I. Bimas diartikan sebagai kegiatan penyuluhan
massal, untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara intensifikasi khusus padi/beras,
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Bimas
merupakan kegiatan penyuluhan pertanian yang bersifat:
Tujuan Bimas pada hakekatnya sama dengan tujuan penyuluhan saat itu:
Menimbulkan perubahan perilaku dan motif tindakan petani ke arah sasaran yang
telah ditentukan
Menuntun, mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku petani dalam mencapai
taraf usaha dan kehidupan yang lebih baik
Menimbulkan dan memelihara semangat petani agar selalu giat memperbaiki
segala usahanya
Membantu petani agar lebih berswadaya dalam memecahkan dan menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi.
5
Badan Diklatluh Pertanian meningkatkan kesejahteraan penduduk/Kelompok Petani
Nelayan Kecil (KPK) yang hidup di bawah garis kemiskinan, dengan pendekatan partisipatif
melalui Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil (P4K) di 8
provinsi. Periode Pemantapan II (1983-1993)
6
7
2.3 Progam Penyuluhan pertanian
a) Harus terukur.
b) Realistis.
c) Bermanfaat.
d) Dapat dilaksanakan serta dilakukan secara partisipatif.
e) Terpadu.
f) Transparan.
g) Demokrasi
h) Bertanggung gugat.
8
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian berfokus pada upaya menolong petani untuk
mampu mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah serta mengambil
keputusan menyangkut usahanya sebagai bagian dari sistem agribisnis sehingga
menghasilkan:
Program penyuluhan pertanian yang jelas dan sistematis dapat digunakan sebagai:
a) Dasar untuk penyusunan Rencana kerja penyuluh (RKP) bagi setiap tim/orang di
wilayah kerja penyuluh.
b) Dasar untuk merencanakan dan menerapkan monitoring serta evaluasi (monev)
pelaksanaan programa tersebut.
c) Dasar untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan (koordinasi,
pendampingan, pelatihan, dan lain-lain).
d) Dasar dalam perumusan usulan kegiatan tahun berikutnya.
a. Keadaan
Keadaan merupakan fakta yang ditunjukan oleh data yang terdapat pada saat akan
disusunnya suatu Programa. Data yang dicatat dari fakta yang menunjukan tentang keadaan
yang nyata ada pada saat itu disebut data aktual. Sedangkan jika data yang dicatat
merupakan fakta yang menunjukan tentang keadaan yang mungkin dicapai, disebut dengan
data potensial. Keadaan yang menggambarkan fakta-fakta berupa data dan informasi
mengenai potensi, produktivitas dan lingkungan usaha pertanian, perilaku/tingkat
kemampuan petani dan kebutuhan pelaku utama dalam usahanya di wilayah (desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi, nasional) pada saat akan disusunnya programa
penyuluhan pertanian, dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Potensi usaha menggambarkan peluang usaha dari hulu sampai hilir yang prospektif
untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar, kondisi agroekosistem setempat,
sumberdaya dan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.
9
b) Produktivitas usaha menggambarkan perolehan hasil usaha persatuan unit usaha saat
ini (faktual) maupun potensi perolehan hasil usaha yang dapat dicapai untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.
c) Lingkungan usaha menggambarkan kondisi ketersediaan sarana dan prasarana usaha
(agroinput, pasca panen, pengolahan, distribusi dan pemasaran) serta kebijakan yang
mempengaruhi usaha pelaku utama dan pelaku usaha.
d) Perilaku berupa kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) pelaku utama
dan pelaku usaha dalam penerapan teknologi usaha (teknologi usaha hulu, usahatani
dan teknologi usaha hilir).
e) Kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha menggambarkan keperluan akan
perlindungan, kepastian, kepuasan yang dapat menjamin terwujudnya keberhasilan
melaksanakan kegiatan usaha pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
b. Masalah
Permasalahan dalam hal ini terkait dengan faktor-faktor yang dinilai dapat
menyebabkan tidak tercapainya tujuan, atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perbedaan antara kondisi saat ini (faktual) dengan kondisi yang ingin dicapai. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
Faktor yang bersifat perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi
pelaku utama dan pelaku usaha terhadap penerapan suatu inovasi/teknologi baru,
misalnya belum yakin, belum mau, atau belum mampu menerapkan dalam usahanya.
Faktor yang bersifat non perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan
dan kondisi sarana dan prasarana pendukung usaha pelaku utama dan pelaku usaha,
misalnya ketersediaan pupuk, benih/bibit atau modal.
Apakah masalah itu menyangkut mayoritas para pelaku utama dan pelaku usaha.
Apakah erat kaitannya dengan potensi usaha, produktivitas, lingkungan usaha,
perilaku, kebutuhan, efektivitas dan efisiensi usaha pelaku utama dan pelaku usaha.
Apakah tersedia kemudahan biaya, tenaga, teknologi/inovasi untuk pemecahan
masalah.
c. Tujuan
10
untuk menggambarkan perubahan prilaku petani dan keluargnaya dalam berusahatani.
Tujuan dalam hal ini memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan kondisi pelaku
utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai dengan cara menggali dan mengembangkan
potensi yang tersedia pada dirinya, keluarga dan lingkungannya untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dan merespon peluang. Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan
yaitu: SMART: Specific (khas); Measurable (dapat diukur); Actionary (dapat
dikerjakan/dilakukan); Realistic (realistis); dan Time Frame (memiliki batasan waktu untuk
mencapai tujuan). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah:
ABCD: Audience (khalayak sasaran); Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki);
Condition (kondisi yang akan dicapai); dan Degree (derajat kondisi yang akan dicapai).
Dalam sebuah programa penyuluhan pertanian yang dimaksud bisa dicapai, dengan
mengunakan metode dan teknik yang sesuai dengan masalah dan penyebab masalahnya.
Perubahan yang diinginkan, potensi yang dapat mendukung tercapainya tujuan penyuluhan,
dan lain-lain.Menurut Deptan (2001) cara perumusan pencapaian tujuan programa
diperkenalkan dengan istilah cara mencapai tujuan yaitu suatu rencana kegiatan yang
bentunya berupa seluas daftar yang berisi hal-hal mengenaimasalah khusus, kerja kegiatan,
metode, unit, frekuensi atau volume, dan lahan. Dijelaskan dalam hal yang terpenting adalah
aspek metode hendaknya harus secepat mungkin ditetapkan. Untuk mencapai tujuan sesuai
pendapat Nelsey dan Harke seperti yang disadur oleh Mardikanto (1993), cara mencapai
tujuan diperoleh dari perencanaan kerja yang berisikan pertanyaan tentang 4 W + 1 H yaitu:
Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan
dalam penyusunan programa penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
11
keluarganya". Pada prinsipnya metode penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan
macam-macam pendekatannya:
Dilihat dari Segi Komunikasi Metode penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua)
golongan yaitu:
Contoh:
Dalam hal ini penyuluh menyampaikan pesannya secara langsung maupun tidak langsung
kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus.
Contoh:
12
b) Siaran pedesaan melalui Radio/TV.
c) Pemuatan film/slide.
d) Penyebaran bahan tulisan: (brosur, leaflet, folder, booklet dan sebagainya).
e) Pemasangan Foster dan Spanduk.
f) Pertunjukan Kesenian.
Metode-metode yang dilakukan dengan cara memperlihatkan. Dalam hal ini pesan
dilampirkan melalui penglihatan. Misalnya:
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengaran, umpamanya:
Metode yang Disampaikan Melalui Beberapa Macam Alat Indera Secara Kombinasi. Dalam
hal ini pesan diterima oleh sasaran bisa melalui pendengaran, penglihatan, diraba, dicium
ataupun dikecap secara sekaligus.
a. Demonstrasi.
c. Dan lain-lain.
13
1) Hubungan Penasehat dan Aparat Birokrasi Pemerintah (Albert Hirschman), melalui
proses pembelajaran tentang: ide-ide baru, analisis keadaan dan masalahnya yang diikuti
dengan tawaran solusi dan minimalisasi konfrontasi/ketegangan yang terjadi: antara aparat
pemerintah dan masyarakat, antar sesama aparat, dan antar kelompok-kelompok masyarakat
yang merasa dirugikan dan yang menimati keuntungan dari kebijakan pemerintah.
4) Hubungan Dokter dan Pasien (Carl Rogers), melalui pemberian saran yang konstruktif
dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dan atau diusahakannya sendiri.
Uji-coba kegiatan melalui pemberian dana dan manajemen dari luar, ternyata tidak akan
memberikan hasil yang lebih baik.
5) Hubungan Guru Spiritual dan Murid (Soren Kierkegaard), melalui pemahaman bahwa
masalah atau kesalahan hanya dapat diketahui oleh yang mengalaminya (diri sendiri).
Guru tidak boleh menonjolkan kelebihannya, tetapi harus merendah diri, siap
melayani,dan menyediakan waktu dengan sabar
7) Hubungan Pendidik dan Masyarakat (Paulo Freire), melalui proses penyadaran dan
memberikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu yang terbaik menurut dirinya
sendiri.
Hubungan Agen-pembangunan dan Lembaga Lokal (E.F. Schumacher), melalui program
bantuan untuk mencermati apa yang dilakukan seseorang (masyarakat) dan membantu
agar mereka dapat melakukan perbaikanperbaikan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya.
14
demikian “prinsip” dapat dijadikan sebagai landas-an pokok yang benar, bagi pelaksanaan
kegiatan yang akan dilak-sanakan.
Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah satu sistem pendidikan, maka
penyuluhan memiliki prinsip-prinsip:
2) Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang
baik atau bermanfaat. Sebab, perasaan senang/puas atau tidak-senang/kecewa akan
mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/ penyuluhan dimasa-masa
mendatang.
Pengertian tentang Etika, senantiasa merujuk kepada tata pergaulan yang khas atau
ciri-ciri perilaku yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengasosiasikan diri, dan
dapat merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi kelompok tertentu
yang memilikinya.
Etika bukanlah peraturan, tetapi lebih dekat kepada nilai-nilai moral untuk
membangkitkan kesadaran untuk beriktikad baik dan jika dilupakan atau dilanggar akan
berakibat kepada tercemarnya pribadi yang bersangkutan, kelompoknya, dan anggota
kelompok yang lainnya (Muhamad, 1987).
Perilaku yang perlu ditunjukkan atau diragakan oleh setiap penyuluh (Salmon P,
1987) adalah:
15
Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan
YME, jujur dan disiplin.
16
Pelaksanaan rencana kegiatan yaitu pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan-
tujuan khusus.
Evaluasi yaitu kegiatan merancang evaluasi, melaksanakan survey evaluatif,
analisis data survei, penulisan laporan, mempertimbangkan kembali tentang
kegiatan-kegiatan untuk masa mendatang
a) Perumusan Keadaan
Perumusan keadaan adalah penggambaran fakta berupa data dan informasi di suatu
wilayah pada saat program disusun yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan
dan pengolahan data. Sebelum keadaan dirumuskan, perlu dilakukan pengumpulan,
pengolahan dan analisis data mengenai potensi, produktivitas dan lingkungan usaha
pertanian, pelaku utama dalam usahanya disuatu wilayah. Hasil analisis data dan
informasi dapat digali melalui berbagai metode partisipatif, diantaranya PRA
(Participatory Rural Appraisal), dari rencana kegiatan pelaku utama dan pelaku
usaha (RDK/RDKK) serta dari rekapitulasi programa penyuluhan setingkat
dibawahnya.
b) Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan adalah perumusan keadaan yang hendak dicapai dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun. Tujuan dirumuskan dengan kalimat-kalimat perubahan perilaku
pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai. Penetapan tujuan tersebut
dilakukan bersama-sama pemerintah, pelaku utama dan pelaku usaha, serta
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha sehingga rumusan tersebut berupa
keinginan dan kepentingan dari kedua belah pihak
c) Penetapan Masalah
Penetapan masalah adalah perumusan faktor-faktor yang dapat menyebabkan tidak
tercapainya tujuan. Faktor-faktor tersebut terutama dicari dari kemampuan pelaku
utama dan pelaku usaha dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha.
17
Rencana kegiatan untuk membantu mengikhtiarkan pelayanan dan pengaturan yang
meliputi data dan informasi mengenai tujuan, sasaran, lokasi, jenis kegiatan, waktu,
penanggungjawab serta pelaksana. Masalah petani yang bersifat non perilaku antara
lain masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana usahatani,
pembiayaan, pengaturan, pelayanan dan kebijakan pemerintah/iklim usaha yang
kurang kondusif.
Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh para penyuluh yang berada di pusat,
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa bersama para pelaku utama dan
pelaku usaha. Rencana monitoring dan evaluasi meliputi:
18
BAB 3
PENUTUP
Penyuluhan pertanian bisa diartikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah
untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk
menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya
secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Pelaku utama dalam kegiatan penyuluhan
pertanian adalah seorang Penyuluh Pertanian atau juga sering disebut Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL). Penyuluh Pertanian pada dasarnya adalah aparat atau agen yang
membangun pertanian, pendidik/penasehat yang mengabdi untuk kepentingan para petani
beserta keluarganya dengan memberikan motivasi, bimbingan dan mendorong para petani
mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusaha tani yang lebih
menguntungkan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan sejahtera.
19
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Peraturan Menteri Pertanian No. 25 thn. 2009 tentang Pedoman Penyusunan
Programa Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Widodo, S dan Nuraeni. I. 2006. Media Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta
20