Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

PERANAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP


PENINGKATAN PRODUKSI PETANI PADI SAWAH DESA
ALATENGAE KECAMATAN BANTIMURUNG

NURINDAH

2254201007

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN KEHUTANAN

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS

2024
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan

Yang Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “Peranan Penyuluh

Pertanian Terhadap Peningkatan Produksi Petani padi Sawah Desa

Alatengae Kecamatan Bantimutung”. Proposal penelitian ini disusun

untuk memenuhi Tugas Final mata kuliah Metode Penelitian Jurusan

Agribisnis

Maka, dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan

Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Andi Nur Imran,

S.Hut,M.S.,I selaku Dosen Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif.

Ucapan Terimakasih juga saya sampaikan kepaada semua pihak


yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta saran dalam
menyelesaikan proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khusunya bagi penyusun dan pembacanya.

Maros, 19 Januari 2024

Nurindah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................6
C. Tujuan Penelitian................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..............................................................................6
BAB II..........................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................7
A. Pengertian Penyuluh...........................................................................7
B. Tugas Penyuluh Pertanian................................................................13
C. Peran Penyuluh Pertanian................................................................16
D. Tingkat Produksi Padi sawah............................................................18
E. Kerangka Berfikir Penelitian..............................................................20
BAB III.......................................................................................................22
METODE PENELITIAN.............................................................................22
A. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................22
B. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................22
C. Jenis dan Sumber Data.....................................................................22
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................22
E. Analisis Data.....................................................................................23
F. Definisi Operasional..........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padi (Oryza Satifa L.) merupakan salah satu komoditas penting

pangan dunia. Menurut data FAO, Indonesia menempati urutan ketiga

dalam penyediaan beras di dunia dan lebih dari 90% penduduk Indonesia

mengonsumsi beras sebagai bahan panga pokoknya, yakni mencapai

33,56 juta ton atau 9,66% dari total penyediaan baras di dunia. Saat ini,

Indonesia masih sering menghadapi masalah pangan seperti adanya alih

fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan pemukiman yang

menyebabkan penurunan produktivitas beras. Selain itu, perubahan

musim yang tidak menentu juga dapat menyebabkan produksi beras

menurun sehingga pemerintah harus mengimpor beras untuk memenuhi

keperluan nasional. Kondisi ini diperburuk dengan adanya krisis ekonomi

yang berdampak pada daya beli petani terhadap sarana produksi

terutama pupuk dan pestisida (Purnamaningsih, 2006).

Dunia penyuluhan di Indonesia mengalami pasang surut yang

cukup dinamis dari waktu ke waktu. Semenjak dibangun pada awal

1970an,satu momentum penting sehingga kelembagaan pertania mulai

menata diri dengan baik adalah lahirnya Undang Undang No. 16 Tahun

2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

Salah satu poin penting dalam Undang-Undang ini adalah perlunya


membangun kelembagaan penyuluhan di daerah pada level provinsi

maupun kabupaten/kota (Syahyuti, 2016).Lebih lanjut, setelah adanya

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah,

dianggap mempengaruhi bahkan mengancam keberadaan penyuluhan

karena tidak mengakomodasi penyuluhan pertanian secara jelas. Oleh

karena itu tujuan dari studi ini untuk memaparkan perkembangan

penyuluhan pertanian dalam mendukung pertumbuhan pertanian di

Indonesia terkait dengan UU SP3K.

Perjalanan pengembangan penyuluhan pertanian sejak dulu

mengalami pasang surut dan liku-liku yang dinamik sesuai dengan

perkembangan zaman dan berperan penting dalam pembangunan

pertanian yang merupakan bagian dari pembangunan nasional serta

merupakan proses transformasi dari pertanian tradisional menjadi

pertanian tangguh yang mampu memanfaatkan sumber daya secara

optimal, mampu melakukan penyesuaian diri dalam pola dan struktur

produksinya terhadap perubahan sikap, perilaku, pengetahuan dan

keterampilan petani dan keluarganya sebagai hasil dari proses belajar

mengajar (Sundari. et al, 2015). Penyuluhan pertanian diakui sebagai

instrumen utama untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan

pendapatan pertanian, sangat sedikit perhatian yang diberikan pada

formulasi, konten, dan implikasi dari kebijakan penyuluhan tersebut, atau

apa yang harus diantisipasi dimasa yang akan datang (Jiggins dalam J. A.

Coutts, 1995). Sebelum adanya UU SP3K, keberadaan kelembagaan


penyuluhan di Indonesia berada di bawah Bimbingan Massal. Hingga

pada puncaknya pada tahun 1984 Indonesia pencapaian swasembada

beras merupakan suatu catatan penting.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran penyuluh pertanian terhadap peningkatan

produksi petani padi sawah di Desa Alatengae Kecamatan

Bantimurung?

2. Apa saja kendala yang dihadapi penyuluh pertanian dalam

memberikan arahan atau materi penyuluhan terhadap peningkatan

produksi petani padi sawah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran penyuluhpertanian terhadap peningkatan

produksi petani padi sawah di Desa Alatengae Kecamatan

Bantimurung.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi para penyuluh pertanian

dalam memberikan arahan atau materi penyuluhan terhadap

peningkatan produksi petani padi sawah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi kepada berbagai

pihak yang berkaitan dengan peran penyuluh pertanian terhadap

peningkatan produksi petani padi sawah.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyuluh

Penyuluhan pertanian mempunyai pengertian yaitu proses

pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau

dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses

informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai

upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,

dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian

fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan pertanian juga merupakan

pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya dimana kegiatan

dalam ahli pengetahuan dan ketrampilan dari penyuluh lapangan kepada

petani dan keluarganya berlangsung melalui proses belajar mengajar.

Penyuluhan pertanian dapat dikatakan sebagai ilmu sosial yang

mempelajari sistem serta proses perubahan yang terjadi pada individu dan

masyarakat supaya terwujud perubahan yang jauh lebih baik dalam

bidang pertanian. Penyuluh pertanian di Indonesia telah ada sejak jaman

kolonial Belanda hingga saat ini. Seperti yang dijelaskan dalam UU SP3K,

penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat,

kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama,

partisipatif, kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan dan

bertanggung jawab. Pada bulan Oktober 2006, telah diundangkan UU


Nomor 16/2006 tentang SP3K. Salah satu amanat UU tersebut adalah

pembentukan kelembagaan penyuluhan pada berbagai level administrasi

pemerintahan, selain itu pemerintah daerah harus berkontribusi terhadap

pendanaan kelembagaan dan operasionalisasinya.

Jumlah tenaga penyuluh pertanian di Indonesia masih belum ideal

dan belum sesuai dengan amanat UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Tercatat dari 72.000 desa yang

berpotensi di bidang pertanian, baru tersedia 44.000 tenaga penyuluh

pertanian. Seharusnya setiap desa itu satu penyuluh pertanian. Jumlah

tenaga penyuluh yang berstatus pegawai negeri sipil saat ini mencapai

25.000 orang, sedangnya yang bersatus Tenaga Harian LepasTenaga

Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) berjumlah 19.000 orang. Dari

44.000 tenaga penyuluh itu, 32.000 diantaranya yang bersentuhan

langsung dengan petani di lapangan. Penyuluh yang ada di tingkat

kabupaten, kecamatan, dan desa, yang bersentuhan itu di tingkat desa.

Mereka yang menangani 72.000 desa potensi pertanian di Indonesia.

Secara rerata, seorang penyuluh harus menangani petani di tiga desa

sehingga membuat pendampingan tidak berlangsung efektif dan optimal.

Dalam konteks penyuluh pertanian, pada era saat ini kegiatan penyuluhan

tidak hanya satu arah. Penyuluh harus bisa hidup di antara petani, hadir di

dalam semangat petani serta terlibat secara partisipatif dalam kegiatan

petani. Jadi, penyuluh tidak hanya memberikan teori budidaya serta


masalah hama dan penyakit tanaman, namun harus bisa membukakan

dan menguatkan petani untuk berkarya.

Penyuluh pertanian merupakan ujung tombak dalam pembangunan

pertanian. Penyuluh bersentuhan langsung dengan masyarakat yang

secara tugas dan fungsi menyampaikan informasi ataupun edukasi yang

relevan kepada petani. Untuk mencapai keberhasilan penyuluhan

dibutuhkan tenaga pnyuluh yang baik secara kualitas maupun kuantitas.

Dengan keadaan Indonesia yang memiliki lahan pertanian yang luas,

penyuluhan pertanian tetap akan memegang peran strategis dalam

keberhasilan pertanian. Selain itu, pemerintah harus mencari cara untuk

mengedukasi petani dalam pembangunan pertanian, karena banyak

petani di indonesia masih berpendidikan rendah dan memasuki usia

senja. Tujuan dan sasaran penyuluhan pertanian sangat jelas untuk

pertanian di Indonesia. Pemberdayaan petani hingga mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya dan memberikan perlindungan hukum dan keadilan

menjadipoint penting yang juga diperhatikan pemerintah. Aspek sosial

dalam perlindungan dan keadilan diimplementasikan oleh lembaga atau

Dinas terkait serta PPL. Melalui PPL sebagai ujung tombak, dalam

interaksinya kepada petani harus mampu memberikan keadilan. Misalnya,

dalam melaksanakan kunjungan atapun rapat kelompok tani, penyuluh

harus memberikan informasi, edukasi dan advokasi yang benar kepada

semua petani tanpa pandang bulu.


Pendirian kantor penyuluhan pertanian di daerah sesungguhnya

telah didukung kebijakan yang kuat karena penyuluhan pertanian telah

memiliki UU sendiri, yakni UU No. 16 Tahun 2006. Dalam konteks

perbandingan hukum seperti ini, UU No. 16 Tahun 2006 merupakan lex

specialis, artinya lebih tinggi dibandingkan UU No. 23 Tahun 2014 yang

lex generalis. Pada Pasal 63 ayat (2) KUHP disebutkan bahwa “lex

specialis derogat legi generali” adalah asas penafsiran hukum yang

menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis)

mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis). Untuk

memperkuat sistem kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan

pertanian, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian

Republik Indonesia No. 03 Tahun 2018 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. Peraturan Menteri ini

dimaksudkan sebagai acuan penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian

untuk pengelola Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Pemerintah,

Swasta, dan Swadaya, serta instansi terkait dalam penyelenggaraan

Penyuluhan Pertanian, mulai dari pusat, daerah provinsi, daerah

kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa serta pemangku

kepentingan lainnya.

Kegiatan penyuluhan sebenarnya bukanlah sekedar penyampaian

informasi dan menerangkan segala sesuatu yang perlu kita terangkan

kepada masyarakat, akan tetapi penyuluhan bertujuan agar masyarakat

benar-benar memahami, menghayati dan atas kesadarannya sendiri mau


menerima, menerapkan dan melaksanakan sesuatu yang terbaik untuk

meningkatkan kesejahteraan pribadi, keluarga, dan masyarakatnya serta

kemajuan bangsa dan negara.

Ragam materi penyuluhan yang disampaikan seorang penyuluh

harus senantia mengacu pada kebutuhan yang telah dirasakan oleh

masyarakat sasarannya. Ada beberapa ragam materi penyuluhan yang

harus penyuluh bedakan disetiap kegiatannya antara lain:

1) Materi Pokok (Vital)

Materi pokok merupakan materi yang benar-benar dibutuhkan dan

harus diketahui oleh sasaran utamanya. Materi pokok sedikitnya

mencakup 50% dari seluruh materi yang disampaikan.

2) Materi Penting (Important)

Materi penting berisi dasar pemahaman tentang segala sesuatu

yang berkaitan dengan kebutuhan yang sirasakan sasarannya. Materi ini

diberikan sekitar 30% dari seluruh materi yang disampaikan.

3) Materi Penunjang (Helpful)

Materi penunjang masih berkaitan dengan kebutuhan yang

dirasakan yang sebaiknya diketahui oleh sasaran untuk memperluas

cakrawala pemahamannya tentang kebutuhan yang dirasakannya itu.

Materi ini maksimal 20% dari seluruh materi yang disampaikan.


4) Materi Mubazir (Super Flous)

Materi ini sebenarnya tidak perlu dan tidak ada gayutannya dengan

kebutuhan yang dirasakan oleh sasaran. Karena itu, dalam setiap

kegiatan penyuluhan sebaiknya justru dihindari penyampaian materi

seperti ini.

Ragam materi yang perlu dipersiapkan dalam setiap kegiatan

penyuluhan mencakup:

1. Kebijkan dan peratura-peraturan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembangunan pertanian seperti pola kebijakan umum

pembangunan pertanian, kebijakan harga dasar atau penyaluran

kredit.

2. Hasil-hasil penelitian atau pengujian dan rekomendasi teknis yang

dikeluarkan untuk instansi yang berwenang.

3. Pengalaman petani yang telah berhasil.

4. Informasi pasar seperti harga barang, penawaran, dan permintaan.

Salah satu unsur utama yang menyebabkan kurangnya partisipasi

masyrakat adalah lemahnya komunikasi antara penyuluh dengan

masyarakat, karna kurang adanya kontak pribadi yang disebabkan oleh:

1. Bentuk komunikasi yang paking efektif adalah tatap muka.

2. Kebutuhan serta kemampuan masyarakat bawah umumnyabersifat

satusional dan bersifat individual (orang per orang).

3. Semua kegiatan dan bantuan, cenderung diawasi oleh pemerintah


4. Ada beberapa masyarakat petani yang kurang percaya dengan

penyuluh dan lebih mempercayai kinerja mereka sendiri

B. Tugas Penyuluh Pertanian

Penyuluh Pertanian memiliki tugas dan fungsi memberikan

penyuluhan kepada petani melalui pendekatan kelompoktani agar

pengetahuan, keterampilan maupun sikap petani menjadi lebih baik dalam

mengelola usahatani guna meningkatkan kesejahteraannya. Dalam

melaksanakan tugasnya agar berjalan efektif dan efisien, setiap Penyuluh

Pertanian perlu melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan Penyuluhan

Persiapan penyuluhan merupakan bagian penting sebelum

pelaksanaan penyuluhan diselenggarakan. Persiapan penyuluhan yang

terencana dengan baik akan mempermudah Penyuluh Pertanian untuk

melaksanakan penyuluhan guna mencapai tujuan penyuluhan yaitu

perubahan perilaku, keterampilan dan pengetahuan petani. Persiapan

tersebut antara lain melakukan Identifikasi potensi wilayah (IPW) dan

Agroekosistem; Memandu penyusunan Rencana Definitif Kelompok (RDK)

dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK); Penyusunan

programa penyuluhan pertanian bersama tim; dan Penyusunan Rencana

Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP).


2. Pelaksanaan Penyuluhan

Persiapan penyuluhan merupakan bagian penting sebelum

pelaksanaan penyuluhan diselenggarakan. Persiapan penyuluhan yang

terencana dengan baik akan mempermudah Penyuluh Pertanian untuk

melaksanakan penyuluhan guna mencapai tujuan penyuluhan yaitu

perubahan perilaku, keterampilan dan pengetahuan petani. Persiapan

tersebut antara lain melakukan Identifikasi potensi wilayah (IPW) dan

Agroekosistem; Memandu penyusunan Rencana Definitif Kelompok (RDK)

dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK); Penyusunan

programa penyuluhan pertanian bersama tim; dan Penyusunan Rencana

Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP).

Berdasarkan klasifikasinya, terdapat tiga metode penyuluhan yaitu

metode penyuluhan media massa (TV, radio, lieflet dan lain-lain), metode

penyuluhan kelompok (demonstrasi/peragaan teknologi, kursus tani,

sekolah lapang dan lain-lain) dan metode penyuluhan individu (konsultasi

pertanian). Setiap metode penyuluhan memiliki kelebihan dan kelemahan,

misalnya pelaksanaan kursus tani (pendekatan kelompok) memiliki

kelebihan antara lain: petani dapat berinteraksi dan berpartisipatif

langsung; permasalahan yang dihadapi petani dapat segera dipecahkan

bersama-sama, sedangkan kelemahannya antara lain: jangkauan sasaran

terbatas; biaya yang digunakan relatif mahal.


3. Evaluasi dan Pelaporan

Evaluasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses

penyuluhan, evaluasi penyuluhan sangat penting untuk mengukur/menilai

sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan yang telah

dilaksanakan. Dalam proses evaluasi, ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan seperti apakah ada perubahan pengetahuan, prilaku, dan

sikap petani; bagaimana sarana dan prasarana yang tersedia; sudah

tepatkah metode penyuluhan yang digunakan; dan lain sebagainya. Untuk

itu, sebelum melakukan evaluasi perlu ditetapkan indikator-indikator terkait

apa yang akan dievaluasi dalam pelaksanaan penyuluhan.

Hasil kegiatan penyuluhan pertanian yang telah dilaksanakan

dilaporkan kepada pimpinan selaku penanggungjawab kegiatan

penyuluhan sebagai bahan pengambilan keputusan/kebijakan. Setiap

penyuluh pertanian berkewajiban membuat laporan pelaksanaan kegiatan

yang telah diselenggarakannya. Laporan tersebut disampaikan setiap

bulan, triwulan, semester dan setiap tahun.

4. Pengembangan Penyuluhan Pertanian

Penyuluh pertanian wajib meningkatkan kompetensinya agar

menjadi penyuluh pertanian yang profesional. Bentuk pengembangan

profesinya dapat diwujudkan dalam bentuk karya tulis ilmiah di bidang

pertanian; Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan di bidang

pertanian; dan Memberikan konsultasi dibidang pertanian yang bersifat


konsep. Karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian dapat diambil dari

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan penyuluhan

di wilayah kerja masing-masing, baik permasalahan sosial, ekonomi dan

teknis pertanian.

C. Peran Penyuluh Pertanian

Adapun peran penyuluh pertanian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah peran penyuluh sebagai motivator, fasilitator, inovator,

komunikator, dan teknisi.

1. Penyuluh Sebagai Motivator

Peranan penyuluh sebagai motivator yaitu para penyuluh dapat

membangkitkan semangat sasarannya dengan memberikan motivasi yang

memprakarsai pengenalan mengenai isu-isu yang berkembang dan

keinginan masyarakat, agar masyarakat tergerak. Penyuluh pertanian

sebagai motivator dalam kategori cukup berperan berarti penyuluh sudah

cukup melaksanakan seluruh tindakan yang dapat memotivasi petani

untuk berpartisipasi dalam kelompok tani.

2. Penyuluh Pertanian Sebagai Fasilitator

Penyuluh sebagai fasilitator, yang senantiasa memberikan jalan

keluar/ kemudahan kemudahan, baik dalam menyuluh/proses belajar

mengajar, maupun fasilitas dalam memajukan usahataninya. Dalam hal

menyuluh penyuluh memfasilitasi dalam hal : kemitraan usaha, berakses


ke pasar, permodalan dan sebagainya. Salah satu tugas penyuluh

pertanian sebagai fasilitator adalah memberikan pelatihan.

3. Penyuluh Sebagai Inovator

Peran penyuluh sebagai inovator merupakan tugas yang

diharapkan dapat dijalankan oleh penyuluh pertanian dalam menggali ide

baru dengan memanfaatkan sarana yang ada untuk meraih peluang

sehingga dapat membantu petani melalui peningkatan pendapatannya

dalam produksi. Hubungan yang baik antara penyuluh dan petani menjadi

sangat penting agar penyuluh memperoleh kredibilitas dimata petani,

sehingga anjuran yang disampaikan penyuluh lebih mudah diikuti atau

dipercaya petani.

4. Penyuluh Sebagai Komunikator

Peran penyuluh sebagai komunikator adalah sebagai orang yang

tugasnya menyampaikan pesan. Empat faktor pada sumber yang dapat

meningkatkan ketepatan komunikasi, yaitu: keterampilan berkomunikasi,

sikap mental, tingkat pengetahuan dan posisi dalam sistem sosial budaya.

5. Penyuluh Sebagai Teknisi

Maka sejalan dengan Era Otonomi Daerah, maka metode

penyuluhan pertanian yang digunakan hendaknya lebih banyak

memperankan petani beserta keluarganya sedang para penyuluh

pertanian secara berangsur menjadi fasilitator atau hanya sebagai


narasumber. Metode demonstrasi,dan Sekolah Lapangan sering kali

dipandang sebagai metode yang paling efektif , karena metode seperti ini

sesuai dengan kata pepatah “ seeing is believing” yang dapat diartikan

sebagai “dengan melihat, kita menjadi percaya” atau percaya karena

melihat. Artinya didalam kegiatan penyuluhan, kepada sasaran

penyuluhan perlu ditunjukkan bukti-bukti yang nyata, yang dapat dengan

mata kepala mereka sendiri , agar mereka mempercayai segala sesuatu

yang disuluhkan. Bila mereka sudah percaya mereka lebih cepat

terdorong untuk mencoba dan menerapkannya.

Oleh sebab itu, metode demonstrasi dan sekolah lapangan hampir selalu

diterapkan oleh setiap penyuluh, meskipun sebenarnya metode ini lebih

tepat diterapkan setidak – tidaknya pada tahapan “minat” dan “menilai”,

karena memerlukan biaya yang relative mahal.

D. Tingkat Produksi Padi sawah

Sektor pertanian masih merupakan sektor unggulan untuk

mendukung pembangunan perekonomian di Kabupaten Maros. Hal ini

sangat beralasan mengingat 15,25% produk domestik regional bruto

(PDRB) Kabupaten Maros berasal dari sektor pertanian, berada pada

urutan ketiga tertinggi dari 21 jenis lapangan usaha, dibawah sektor

transportasi dan pergudangan (41,79%), serta sektor industri pengolahan

(18,14%). PDRB Kabupaten Maros tahun 2016 sebesar 11.970.398,03

juta rupiah (BPS Maros, 2020).Tidak kurang dari 32% penduduk yang
sedang bekerja di Kabupaten Maros, memilih sektor pertanian (dalam arti

luas) sebagai sumber mata pencaharian utama, disamping pekerjaan

lainnya di luar sektor pertanian. Artinya, sektor pertanian merupakan

penyerap tenaga kerja terbesar (31,89%), diikuti sektor perdagangan

(21,74%), sektor jasa kemasyarakatan (17,51%), industri pengolahan

(12,90%), dan sektor-sektor lainnya (15,96%).

Pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Maros didukung

oleh sumberdaya yang tersedia, baik sumberdaya alam, sumberdaya

manusia, maupun sumberdaya buatan. Sebagian besar lahan di

Kabupaten Maros digunakan untuk lahan pertanian, meliputi lahan

pertanian sawah seluas 25.952 ha, lahan pertanian bukan sawah seluas

86.409 ha, dan lahan bukan pertanian seluas 49.551 ha (BPS Maros,

2016). Khusus lahan pertanian sawah, terdiri atas lahan sawah irigasi

seluas 15.657 ha, dan lahan sawah non irigasi seluas 10.295

ha.Ketersediaan sarana produksi benih di Kabupaten Maros disuplai oleh

PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kariango Maros. Selanjutnya, kebutuhan

pupuk disuplai oleh PT. Pupuk Indonesia (Persero). Di Kabupaten Maros

juga terdapat lembaga penelitian tanaman pangan yang banyak

membantu dalam perakitan teknologi produksi, mulai dari pra panen

sampai pasca panen. Tentunya, dukungan petani sawah yang sudah

terbiasa berusahatani padi secara turun temurun merupakan faktor utama

yang menunjang keberhasilan pengembangan padi di Kabupaten Maros.

Petani sawah (padi) di Kabupaten Maros berjumlah 33.382 jiwa


(Kementan, 2020). Tingkat produktivitas petani dalam berusahatani padi

cukup tinggi. Berdasarkan data BPS Maros (2020), produktivitas padi

sawah di Kabupaten Maros pada 14 kecamatan berkisar antara 6,13-8,96

ton/ha. Tingkat produktivitas ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata

produktivitas padi sawah Sulawesi Selatan 5 tahun terakhir (2011-2015)

yaitu sebesar 5,07-5,24 ton/ha, dan produktivitas padi nasional sebesar

4,98-5,34 ton/ha (BPS, 2020).

E. Kerangka Berfikir Penelitian

Dalam usaha padi sawah petani harus dapat meningkatkan usaha

melalui berbagai cara, salah satu cara untuk dapat meningkatkan

usahanya yaitu dengan meningkatkan produksi padi yang di

usahakannya. Untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya maka

petani terlibat dalam penyuluhan pertanian dimana dalam penyuluhan ini

petani dapat memperoleh berbagai macam pengethuan dan keterampilan

serta dapat bekerja sama untuk kepentingan mereka secara bersama.

Petani padi dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya harus

memahami arti pentingnya penyuluhan untuk mengukur bagai mana

peranan Penyuluh dalam peningkatan produksi padi.

Indicator yang di gunakan untuk mengukur hal tersebut yaitu,

Menyediakan fasilitas yang memadai pemberian fasilitas dalam program

penyuluhan pertanian agar lebih memudahkan proses komunikasi serta

pemberian fasilitas atau bantuan alat-alat pertanian untuk meningkatkan


usaha petani padi. Dengan melihat indicator peranan penyuluh tersebut

maka di harapkan petani padi sebagai petani dapatmenerapkan indicator

tersebut sehingga berdampak pada peningkatan produksi dan pendapatan

petani padi yang di kelolahnya. Untuk lebih jelas berikut bagan kerangka

pikir penyuluhan.

Kerangka berpikir Penelitian

Penyuluh

Sebagai Sebagai Sebagai Sebagai Sebagai


motivator Fasilitator Inovator Komunikator Teknisi

Peningkatan Produksi Padi


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2024. Dan dilaksanakan

di Desa Alatengae, Kecamatan bantimuung, Kabupaten Maros.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi penelitian ini adalah semua anggota kelompok tani yang

ada di Desa Alatengae Kecamatan Bantimurung

b. Sample penelitian akan dipilih secara acak menggunakan metode

Random Sampling

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer

yang diambil dari hasil observasi dan data sekunder yang diambil dari

laporan penelitian terdahulu dan jurnal jurnal

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah data

primer dan wawancara masing-masing responden, melalui observasi

langsung di lapangan. Dan data sekunder yang diambil dari kantor desa

.
E. Analisis Data

Dalam menganalisis data yang ada sehingga mampu menjawab rumusan

masalah, baik data sekunder maupun data primer dengan menggunakan

analisis deskriptif yang hanya menjelaskan secara umum indikator-

indikator penelitian.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional padapeneitian ini adalah:

a. Peranan adalah serangkaian perkiraan yang berkaitan perilaku

seseorang dalam posisi sosial tertentu yang memiliki hubungan.

Peranan juga mengatur interaksi antar individu dan memberikan

dukungan.

b. Petani padi sawah yaitu pelaku yang melakukan usaha tani pada

lahan sawah yang dikelola berdasarkan kemampuan lingkungan

fisik, biologis, dan sosial ekonomi sesuai dengan tujuan,

kemampuan dan sumber daya yang dimiliki menghasilkan padi

sawah, sebagai komoditi penting dalam sektor pertanian tanaman

pangan bagi masyarakat Indonesia.

c. Penyuluh pertanian adalah Penyuluhan pertanian adalah suatu

usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan

keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan

serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau


kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat

kehidupannya.

d. Peran penyuluh adalah sebagai motivator, fasilitator, komunikator,

dan teknisi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah A A, Dkk. 2021 Peran Penyuluh Pertanian Terhadap


Meningkatkan Partisipasi Petani Di Desa Ilomagga
Kecamatan Tobongo. Agrinesia, Volume 5 Nomor 2,
Maret 2021
Halim A, 2020 Pemberdayaan Petani Sawah Melalui kegiatan
Pembinaan Dan Pendampingan Di Kabupaten Maros.
Pallangga Praja, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2020
Mulyadi H, Morita G, swito. 2013 Materi Penyuluhan Pertanian
Slideshare.net Diakses tanggal 20 Januari 2024
Simanjuntak O V, Dkk 2016 Partisipasi Petani Dalam Program Gerakan
Penerapan Pengolahan Tanaman Terpadu Padi di
Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman. Agro Ekonomi
27(1) 20-37
Sundari et al. 2015 Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan
Produksi Usahatani Di Kabupaten Pontianak. Jurnal
Social Economic Of Agriculture, Volume 4 Nomor 1, April
2015

Anda mungkin juga menyukai