Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENYULUHAN PERTANIAN

PERATURAN DAN UNDANG-UNDANG PENYULUHAN PERTANIAN

KELOMPOK IV

DISUSUN OLEH :

TASHA NURUL AMALIA

NURUL AFIAH

ALIF SETYA NINGSIH

YESIKA SEPTRI HUTAJULU

MUHAMMAD AMMAR HUSEINI

GAPENAIL HARAHAP

RISKY PRAKOSO

YERICHO O.K SIRAIT

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufiq dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Peraturan dan Undang-Undang Penyuluhan Pertanian”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuluhan Pertanian pada
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian. Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari
masih jauh dari kesempurnaan mengingat kemampuan penulis sangat terbatas, oleh karena itu
kritik dan saran membangun akan penulis terima.

Penulis

Pekanbaru, 29 Februari 2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
RUANG LINGKUP KELEMBAGAAN................................................................................................................3
2.1 Ruang Lingkup Identifikasi.................................................................................................................3
2.2 Pengertian.........................................................................................................................................3
2.3 Landasan Hukum...............................................................................................................................4
2.4 Identifikasi Kelembagaan...................................................................................................................4
2.5 Hasil Identifikasi Kelembagaan..........................................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................................7
PENUTUP.....................................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyuluhan Pertanian diselenggarakan oleh berbagai pihak dan dalam perkembangannya telah
mengalami proses transformasi, dari penyuluhan yang berorientasi produksi kepada penyuluhan yang
berorientasi agribisnis dengan pendekatan partisipatif. Keberhasilan penyelenggaraan penyuluhan tidak
terlepas dari dukungan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan payung hukum dari
Pemerintah Pusat berupa Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan, sehingga keberadaannya menjadi penting di setiap tingkatan kelembagaan.

Dalam era revitalisasi penyuluhan pertanian di mana dilakukan penataan kelembagaan,


ketenagaan maupun sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian mulai dari pusat hingga daerah, dalam
rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan penyuluhan pertanian di semua tingkatan kelembagaan
penyuluhan pertanian.

Sebuah Lembaga dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka mencapai tujuan


memerlukan perencanaan sarana dan prasarana yang tepat. Suatu organisasi, menurut Riva’i
(2004:35) “tanpa didukung pegawai/karyawan yang bekerja dengan baik dari segi kuantitatif,
kualitatif, strategi dan operasionalnya, maka lembaga itu tidak akan mampu mempertahankan
keberadaannya, mengembangkan dan memajukan lembaga tersebut kemasa yang akan datang”. Oleh
karena itu disini diperlukan adanya langkah-langkah identifikasi dan analisa guna lebih menjamin bahwa
lembaga ini tersedia sesuai kebutuhan untuk mendukung berbagai kegiatan, fungsi dan tugas yang
sesuai, cepat, tepat dan bermanfaat. Perencanaan kelembagaan merupakan proses manajemen dalam
menentukan bagaimana menentukan langkah-langkah penyuluhan yang diinginkan di masa depan, dan
motivasi yang diperlukan untuk melakukan semua proses dalam kegiatan penyuluhan pertanian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyuluhan pertanian?
2. Apa Landasan Hukum dalam penyuluhan pertanian?
3. Apa Landasan Hukum Kelembagaan Penyuluhan Pertanian?
4. Bagaimana Identifikasi kelembagaan dalam penjelasannya kepada BPP?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penyuluhan pertanian
2. Mengetahui landasan hukum dalam penyuluhan pertanian
3. Mengetahui landasan hukum kelembagaan dalam penyuluhan pertanian
4. Mengetahui identifikasi kelembagaan dalam penjelasannya kepada BPP

2
BAB II

RUANG LINGKUP KELEMBAGAAN

2.1 Ruang Lingkup Identifikasi


Yang menjadi ruang lingkup kegiatan identifikasi sarana dan prasarana ini adalah Balai
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur.

2.2 Pengertian
Seperti halnya yang terdapat dalam Undang-undang No. 16 tahun 2006 ini; yang dimaksud
dengan :

1. Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2. Kelembagaan penyuluhan pertanian adalah Lembaga Pemerintah dan/atau masyarakat yang


mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan pertanian.

3. Kelembagaan penyuluhan pemerintah sebagaimana dimaksud

a. pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan;

b. pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan;

c. pada tingkat kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan;

d. pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan.

4 Kelembagaan penyuluhan swasta sebagaimana dimaksud dapat dibentuk oleh pelaku usaha
dengan memperhatikan kepentingan pelaku utama serta pembangunan pertanian.

3
5. Kelembagaan penyuluhan swadaya sebagaimana dimaksud dibentuk atas dasar kesepakatan
antara pelaku utama dan pelaku usaha. Kelembagaan penyuluhan pada tingkat desa/kelurahan
berbentuk pos penyuluhan desa/kelurahan yang bersifat nonstructural

2.3 Landasan Hukum


Landasan hukum pelaksanaan kegiatan identifikasi kelembagaan ini adalah :

Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan N0. 16 tahun 2006;
Pasal 8 sampai dengan Pasal 19. Dalam Undang-undang SP3K No. 16 tahun 2006, telah dengan
jelas mengemukakan bahwa kelembagaan penyuluhan dan kinerja penyuluh, terbagi menjadi 3
yaitu Kelembagaan penyuluh Pemerintah, Swasta dan Swadaya, agar penyuluhan dapat
diselengarakan dengan efektif dan efisien, serta Pemerintah menyediakan payung hukum
penyuluhan diatur sesuai dengan peraturan menteri, gubernur, bupati atau walikota.

2.4 Identifikasi Kelembagaan


Dalam penjelasannya Kepala BPP menugaskan Tim Pelaksana Kegiatan Balai
penyuluhan pertanian dan memberikan arahan teknis untuk melakukan analisis standar
kelembagaan penyuluhan di kecamatan dan di desa/kelurahan, arahan teknis tersebut sekurang-
kurangnya memuat:

1. Dasar pelaksanaan analisis standar penyuluh baik di kecamatan ataupun di desa,


2. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan analisis standar penyuluh.
3. Manfaat analisis standar penyuluh,
4. Hasil yang diharapkan dari analisis standar penyuluh, dan
5. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam melaksanakan analisis standar
Penyuluh.
6. TPK Balai Penyuluhan menyusun rencana kegiatan analisis standar penyuluh di
kecamatan dan di tingkat desa/kelurahan sekurang- kurangnya berisi tentang uraian
kegiatan, sasaran, pelaksana kegiatan, dan jadwal pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
7. TPK melakukan pembagian tugas pada semua kelompok fungsional dan penyuluh
untuk melakukan identifikasi dan analisis terhadap kelembagaan penyuluhan pertanian,
yang meliputi hal-hal yang termuat dalam Undang-undang No. 16 tahun 2006, Serta

4
melakukan identifikasi dan menyusun draf analisis sesuai pembagian tugas masing-
masing kelompok fungsional.
8. Tim Pelaksana Kegiatan Balai penyuluhan, staf fungsional dan Penyuluh mereview,
merevisi dan menfinalkan dokumen analisis setiap komponen dari draf analisis.
9. TPK merangkum hasil analisa dan identifikasi dari dokumen analisa setiap
komponen dan menyusun draf laporan analisis standar penyuluhan secara
menyeluruh untuk satuan kerja Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan.
10. TPK Balai Penyuluhan menggandakan dokumen laporan hasil analisa dan
mendistribusikan kepada pihak yang selanjutnya diperlukan guna menyiapkan
pemenuhan kebutuhan penyuluhan pertanian tersebut.

2.5 Hasil Identifikasi Kelembagaan


Dari hasil identifikasi Kelembagaan di BPP Kecamatan Padas, maka didapat hasil bahwa
pada tingkat kabupaten/kota kelembagaan penyuluhan pertanian berbentuk badan pelaksana
penyuluhan; dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan.

Kelembagaan penyuluhan swasta dapat dibentuk oleh pelaku usaha dengan


memperhatikan kepentingan pelaku utama serta pembangunan pertanian setempat.

Kelembagaan penyuluhan swadaya dapat dibentuk atas dasar kesepakatan antara pelaku
utama dan pelaku usaha. Kelembagaan penyuluhan pada tingkat desa/kelurahan berbentuk pos
penyuluhan desa/kelurahan yang bersifat nonstruktural.

Pada intinya Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Ngawi pada umumnya


sudah sesuai dengan amanat Undang-undang SP3K No. 16 Tahun 2006 walaupun masih perlu
banyak pembenahan dan penyelarasan tugas, pokok fungsi dari para penyuluh baik di tingkat
Kecamatan maupun di tingkat Desa/Kelurahan karena dalam penyusunan programa penyuluhan
sering tidak tepat waktunya dalam pengusulan kepada pemerintah daerah sehingga programa
penyuluhan yang telah disusun tidak dapat terealisasikan pada tahun yang di harapkan, selain itu
masih kurangnya kepedulian pemerintah daerah dalam menjalankan programa penyuluhan
pertanian yang sudah dibuat di tiap desa yag kemudian di kumpulkan di kecamatan untuk di
usulkan ke pemerintah daerah untuk bisa di syahkan dalam peraturan daerah, yang berdampak
pada kurang maksimalnya hasil pertanian di tiap daerahnya pada tiap tahunnya.

5
Inilah kelemahan sistem pemerintahan otonomi daerah dimana pengambilan keputusan menjadi
otoritas daerah masing-masing yang membuat sektor pertanian kurang mendapat perhatian lebih
karena dampak dari programa tersebut tidak bisa langsung terlihat pada saat itu juga namun
butuh waktu dan proses yang nantinya akan kelihatan dampak dari terpenuhinya kebutuhan
dalam programa penyuluhan perrtanian tersebut.

6
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelembagaan penyuluhan merupakan salah satu wadah organisasi yang terdapat
dalam dinas pertanian, perikanan serta kehutanan. Kelambagaan penyuluhan pertanian
menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada antara lain:

 Kebutuhan keterampilan yang lebih cakap dibanding usaha produk serelia


 Tuntutan pelaku usaha untuk mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas
produknya
 pengetahuan dari berbagai macam sumber

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Tjokrowinoto, Moeljarto, 1993, Politik Pembangunan Sebuah Analisis, Konsep, Arah dan
Strategi, Yogyakarta : Tiara Wacana.

2. Undang-undang Sistim Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan N0. 16 tahun 2006;

3. Peraturan Menteri Pertanian No. 52 tahun 2009. Tentang Metoda Penyuluhan Pertanian

Anda mungkin juga menyukai