Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN AKSI PERUBAHAN KINERJA ORGANISASI

SISTEM INTEGRASI MONITORING POPULASI DAN KESEHATAN

TERNAK SAPI DAN KERBAU DI KALIMANTAN

( SITEMAN TERNAK )

Oleh

Putut Eko Wibowo


NIP.197408062001121001

PESERTA PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR


ANGKATAN IV

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PERTANIAN
CIAWI - BOGOR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKSI PERUBAHAN KINERJA ORGANISASI

Sistem Integrasi Monitoring Populasi Dan Kesehatan


Judul :
Ternak Sapi dan Kerbau di Kalimantan
Nama : Putut Eko Wibowo
NIP : 197408062001121001
Unit Kerja : Balai Veteriner Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Telah diuji di depan penguji pada hari Rabu , 27 Mei 2022

MENTOR PEMBIMBING/COACH

Dr Drh Nuryani Zainuddin,MSi Lalu Ismail, SP., M.Sc


NIP.197608262003122001 NIP.196712311987031002

PENGUJI 1 PENGUJI 1

Dr. Ir. Bambang Budhianto Dr. Inti Pertiwi Nashwari, SP, MSi
NIP.196105261985031002 NIP.19784232002122002

ii
ABSTRAK

SISTEM INTEGRASI MONITORING POPULASI DAN KESEHATAN TERNAK SAPI DAN


KERBAU DI KALIMANTAN

Balai Veteriner Banjarbaru merupakan salah satu Unit Pelaksana Tekmis Direktorat
Jeneral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sesuai Permentan 60/Permentan/Ot.140/2021,
Balai Veteriner Banjarbaru mempunyai tugas melaksanakan pengamatan dan
pengidentifikasian diagnosa pengujian veteriner dan produk hewan diseluruh wilayah
Kalimantan.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk menjelaskan implementasi, output dan manfaat
dari Sistem Integrasi Monitoring Populasi dan Kesehatan Ternak Sapi dan Kerbau di
Kalimantan, SITEMAN TERNAK . Sistem ini mengadopsi perkembangan teknolgi Informasi
terkini sehingga akan lebih cepat dan terkiini dalam pelaporan. Aplikasi ini dibuat karena
belum adanya Data terkini terkait populasi,lokasi, jenis dan status kesehatan ternak Sapi dan
Kerbau di Pulau Kalimantan egiatan Surveilans dan Monitoring yang rutin dilakukan oleh Balai
Veteriner Banjarbaru pada setiap tahunnya seringkali hanya berulang pada lokasi tertentu saja
sehingga sebaran lokasi data pengujian ternak sapi dan kerbau hanya berulang dilokasi
tersebut. .Melalui SITEMAN TERNAK maka output yang diharapkan adalah adanya data
populasi dan individu (Data pemilik, Umur , Kelamin, jenis ternak dan kondisi Ternak) yang
ada di wilayah tersebut Melalui data data tersebut maka akan mampu menunjang deteksi dan
pengendalian dini penyakit pada ternak sapi dalam wilayah tersebut dan memberikan data
terkini atas suatu Penyakit Hewan Menular Strategis , Zoonosis dan Eksotis termasuk data lalu
lintas ternak sehingga memudahkan mentracking dan penyiapan kebutuhan sarana dan
prasarana pemberantasam penyakit penyakit Hewan tersebut . Stakeholder yang berperan
dalam implementasi SITEMAN TERNAK selain DInas Peternakan atau yang membidangi
Peternakan di seluruh Kalimantan juga beberapa perusahaan Kelapa Sawit di Kalimantan.
Kegiatan ini dilbentuk dan dirancang dengan alokasi anggaran yang ada di Balai Veteriner
Banjarbaru mulai pada 24 Maret 2020 sampai 25 Mei 2020 ( Jangka Pendek ) dengan
kegiatan yang terdiri dari Sosialisasi internal, perancangan dan pembuatan aplikasi , uji coba
dan evaluasi aplikasi , bimbingan teknis, sosialisasi ke stakeholder dan penerapan aplikasi
SITEMAN TERNAK di 5 Kabupaten dan 4 Perusahaan Integrasi Sapi Sawit di Kalimantan
Dalam perkembangannya Implementasi dari SITEMAN TERNAK ini jdigunakan dalam upaya
pengendalian dan pemberantasan Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ) di Kaliimantan melalui data
data yang masuk dan tersajikan secara cepat mampu menjadi bahan kebijaksanaan dalam
penanganan penyakit tersebut oleh Dinas-Dinas Peternakan di Kalimanatan ataupun Aparat
Keamanan sebagai bahan analisa dampak ekonomi yang harus diantisipasi.
Pada Jangka menengah ( Juni–November 2022 ) SITEMAN TERNAK akan di
implementasi ke seluruh Kabupaten di Kalimantan Pada Jangka Panjang, Penyempurnaan
atas sistem ini akan terus dilakukan supaya bisa lebih terintegrasi dengan sistem lain yang ada
di sektor peternakan dan kesehatan hewan dan bisa dipergunakan sebagai pengukuran SKP
ASN Balai Veteriner Banjabaru

Kata Kunci : data , SITEMAN TERNAK. , deteksi dini

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta telah memberikan kesehatan dan
kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Aksi Perubahan. Adapun judul dari aksi perubahan kami adalah “Sistem
Integrasi Monitoring Populasi dan Kesehatan Ternak Sapi dan Kerbau di
Kalimantan” - SITEMAN TERNAK.
Aksi perubahan merupakan kegiatan yang sangat pentng dan harus
dilaksanakan oleh penulis dalam rangka mengikuti Pelatihan Kepemimpinan
Administrator Angkatan IV yang diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Pusat Pelatihan Manajemen
dan Kepemimpinan (PPMKP).
Dalam proses penyusunan Laporan aksi perubahan ini penulis banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr Drh Nuryani Zainuddin selaku Mentor yang telah memberikan arahan dan
bimbingan serta masukan-masukan yang substantif dan dukungan dalam
menjalankan Aksi Perubahan ini kepada Penulis
2. Lalu Ismail, SP., M.Sc selaku Coach, memberikan bimbingan serta motivasi
kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan Aksi Perubahan ini
dengan baik;
3. Dr. Ir. Bambang Budhianto selaku Penguji yang telah memberikan koreksi
dan masukan kepada Penulis;
4. Dr. Inti Pertiwi Nashwari, Sp, M,SI selaku penguji yang telah memberikan
koreksi dan masukan keoada penulis
5. Tim Kerja Pendukung Implementasi Aksi Perubahan Kinerja Organisasi
6. Keluarga tercinta yang selalu menjadi penyemangat Penulis untuk dapat
menyelesaikan Aksi Perubahan ini.
7. Rekan-rekan Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan IV
yang selalu memberikakan sharing pengetahuan dan semangat dalam
menyelesaikan Aksi Perubahan ini kepada penulis.

iv
Masukan dan saran demi kesempurnaan Laporan Implementasi Aksi
Perubahan ini sangat penulis harapkan. Demikain Laporan implementasi atas
perubahan ini dibuat, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain
dalam memberikan kontribusi positif bagi perkembangan aksi perubahan di
Balai Veteriner Banjarbaru dan Kondisi Peternakan di seluruh Kalimantan.

Ciawi , Mei 2022

Penulis,
Putut Eko Wibowo

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan Aksi Perubahan ......................................................................... 3
C. Manfaat Aksi Perubahan ....................................................................... 4
BAB II. PROFIL KINERJA LAYANAN ....................................................................... 9
A. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ..................................................... 9
B. Kinerja Organisasi Sekarang ............................................................... 11
C. Area dan Fokus
D. Kinerja Organisasi Yang Diharapkan ................................................... 13
BAB III. ANALISIS MASALAH ................................................................................ 15
A. Identifikasi Permasalahan .................................................................... 15
B. Penyebab Masalah .............................................................................. 19
C. Gagasan Pemecahan Isu Strategis ..................................................... 20
D. Alternatif Solusi Mengatasi Masalah .................................................... 21
BAB IV. STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH .................................................. 23
A. Terobosan/Inovasi ............................................................................... 23
B. Tahapan Kegiatan/Milestone ............................................................... 23
C. Sumberdaya ........................................................................................ 25
D. Strategi Komunikasi ............................................................................. 29
E. Manajeman Resiko .............................................................................. 30
BAB V. PENUTUP ................................................................................................. 32

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kondisi Organisasi Yang Diharapkan ................................................... 13


Tabel 2. Identifikasi Isu Strategis ........................................................................ 15
Tabel 3. Prioritasi Isu Strategis ........................................................................... 18
Tabel 4. Pemilihan Alternatif Gagasan dengan Mc. Namara .............................. 22
Tabel 5. Tahapan Rancangan Aksi Perubahan Kinerja Organisasi .................... 23
Tabel 6. Realisasi Anggaran Biaya.................................................................... 29
Tabel 7. Strategi Komunikasi .............................................................................. 29
Tabel 8. Identifikasi Resiko ................................................................................. 31

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur BALAI VEERINER BANJARBARU ...................................... 11


Gambar 2. Struktur Direktorat Kesehatan Hewan ............................................. 12
Gambar 3. Pohon Masalah ................................................................................. 20
Gambar 4. Business Canvas Model ................................................................... 25
Gambar 5. Struktur Organisasi Tim Kerja........................................................... 26
Gambar 6. Identifikasi Stakeholder..................................................................... 27
Gambar 7. Sosialisasi Internal Rancangan Aksi Perubahan ............................. 42
Gambar 8. Rencana Design Eartag dan Aplikasinya pada ternak ...................... 45
Gambar 9. Rencana Design halaman muka aplikasi SITEMAN TERNAK ......... 46

viii
ix
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya peningkatan pembangunan peternakan dan kesehatan


hewan di Indonesia terutama dalam kaitannya dengan peningkatan populasi
ternak yang mendukung swasembada Daging Sapi dan Kerbau maka
peningkatan produktifitas, reproduksi dan status kesehatan hewan yang tinggi
sangat diperlukan, Tidak terkecuali dengan kondisi di Pulau Kalimantan
dengan yang luas wilayah geografis lebih luas daripada pulau lain di Indonesia
dan berbatasan daratan dengan negara lain paling panjang sejauh lebih dari
2000 km, Berbagai aspek masalah pasti akan ada dan timbul tetapi harus
tetap mampu untuk meningkatkan produktifitas untuk menunjang pertumbuhan
ternak sapi dan kerbau dengan reproduksi tinggi dan status kesehatan hewan
di Pulau Kalimantan yang tinggi tersebut sehingga menghasilkan produk
hewan yang ASUH dan memberikan nilai lebih untuk masyarakat terutama
akses terhadap produk hewan dengan harga terjangkau untuk masyarakat
dan ternak memiliki nilai ekonomis tinggi bagi masyarakat.
Selain itu, sudah menjadi sejarah dan cerita turun temurun, bumi
nusantara kaya akan sumber daya alamnya dan tanah kita yang subur. Bagi
dunia peternakan di Kalimantan sangatlah besar manfaat atas alam yang ada
tersebut karena melimpahnya sumber pakan bagi Ternak Sapi dan Kerbau di
Pulau Kalimantan.. Anugerah dan amanah ini, harus disikapi oleh kita untuk
mengoptimalkan keunggulan yang ada dari sumber daya alamnya untuk
dimanfaatkan sebesar-besarnya serta mengelolanya secara berkelanjutan
dan terpadu demi kemakmuran rakyat Indonesia sesuai dengan Tujuan
Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
Tahun 1945.
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan komponen terpenting dalam
tata laksana kegiatan pemerintahan. Diantara komponen terpenting yang
harus dimiliki adalah integritas dan profesionalisme ASN. Pada era 4.0
berbasis digital memerlukan regulasi yang tepat dalam hal pelayanan publik.
Karena itulah, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kemenpan RB) menargetkan Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah
generasi milenial yang diharapkan mempunyai kompetensi memadai. Untuk itu
10
ASN di Balai Veteriner Banjarbaru berupaya untuk mewujudkannya dengan
beberapa sistem yang diberlakukan untuk meningkatkan generasi milenial
menjadi pelaksana dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang
Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE) merupakan kebijakan untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan
akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya.. Dalam
melaksanakan SPBE tentunya merupakan tanggung jawab semua staf , dan
dalam pelaksanaanya sangat diperlukan seorang pejabat administrator
(Pemimpin). Pejabat administrator merupakan salah satu bagian terpenting
yang memiliki peran awal yaitu membenahi keberlangsungan organisasi dan
peningkatan kinerja organisasi. Kepeimpinan yang transformatif akan
memegang peran pentinga dalam upaya upaya perbaikan atas kondisi
kekurangan kekurangan yang ada di lapangan sekarang,

B. Tujuan Aksi Perubahan

1. Menyediakan Sistem layanan Infomasi tekait pelaporan data ternak yang


terintegras dengan Layanan Kesehatan Ternak dalam satu kegiatan sehingga
memudahkan petugas petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
di Kalimantan
2. Meningkatkan dan memperluas wilayah jangkauan proses pemetaaan pendataan
ternak dalam rangka deteksi dan pengendalian dini wabah penyakit
3. Meningkatkan jejaring kerjasama dengan stakeholder lain dengan berbasiskan pada
prenggunaan inovasi teknologi yang dikembangkan oelh Balai Veteriner Banjarbaru
4. Menyajikan data dan Informasi Populasi dan Kesehatan ternak sapi dan kerbau di
Kalimantan yang cepat dan terkini
5. Mengoptimalkan layanan pengujian Laboratorium Kesehatan Hewan yang ada di
Kalimantan
6. Meningkatkan efektifivitas dalam kegiatan Surveilans dan Monitoring Penyakit
Hewan untuk seluruh stakeholder di Kalimantan

11
12
D. Manfaat Aksi Perubahan

Aksi perubahan ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Sistem ini dapat mengeisienkan penggunaan waktu, sarana dan prasarana


karena dalam satu kegiatan surveilans dan monitoring mendapatkan
beberapa data sekaligus, Data Populasi, kondisi ternak dan data hasil
penggujian Laboratorium
2. Memudahkan dan mempercepat mekanisme pengendalian dan deteksi dini
penyakit; terkait dalam menyiapkan kebutuhan dan memberikan
data serta informasi untuk Pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis
dan Zoonosis;
3. Perencanan Kegiatan dan Anggaran Surveilans dan Monitoring Penyakit
Hewan di Dinas yang membidangi Peternakan akan sesuai dengan sasaran
dan tepat guna;
4. Memudahkan pelaporan dan evaluasi kegiatan pengendalian Penyakit
Hewan Menular dan Zoonosis;
5. Mengoptimalkan koordinasi dan meningkatkan komunikasi yang efektif dalam
perencanaan dan penyusunan rencana kegiatan dan meningkatkan Peran
serta stakeholder dalam mendukung kegiatan Pengendalian dan
Pemberantasan Penyakit Hewan serta pemantauan lalu lintas ternak
6. Peningkatan Layanan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(Puskeswan), sehingga mewujudkan Pola Kapitasi yang berbasis kinerja
untuk puskeswan yang mendapatkan dana DAK Fisik dan Non Fisik di
Kalimantan,
7 . Layanan penyampaian data sebaran ternak dan status kesehatan hewan
dalam suatu wilayah menjadi lebih cepat sehingga akan mampu untuk
dalam
membuat kebijakan pemasukan dan pengeluaran ternak antar wilayah di
Kalimantan

13
BAB II
PROFIL KINERJA PELAYANAN

A. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Sesuai dengan Permentan 60/Permentan/Ot.140/2021, Balai Veteriner


Banjarbaru mempunyai tugas melaksanakan, pengamatan dan pengidentifikasian
diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud Balai Veteriner Banjarbaru menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran, pelaksanaan kerjasama,
serta penyiapan evaluasi dan pelaporan;
b. Pelaksanaan penyidikan penyakit hewan;
c. Pelaksanaan penyidikan melalui pemeriksaan dan pengujian produk hewan;
d. Pelaksanaan surveilans penyakit hewan, dan produk hewan;
e. Pemeriksaan kesehatan hewan, semen, embrio, dan pelaksanaan
diagnosa penyakit hewan;
f. Pembuatan peta penyakit hewan regional;
g. Pelaksanaan pelayanan laboratorium rujukan dan acuan diagnosa penyakit
hewan menular-;
h. Pelaksanaan pengujian dan pemberian laporan dan/ atau sertifikasi hasil uji;
i. Pelaksanaan pengujian forensik veteriner;
j. Pelaksanaan peningkatan kesadaran masyarakat (Public awareness) ;
k. Pelaksanaan kajian terbatas teknis veteriner;
l. Pelaksanaan pengujian toksikologi veteriner dan keamanan pakan;
m. Pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, puskeswan,
dan kesejahteraan hewan;
n. Pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan dan pengujian veteriner,
serta bimbingan teknis penanggulangan penyakit hewan;
o. Pelaksanaan analisis resiko penyakit hewan dan keamanan produk
hewan di regional;
p. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;
q. Pengkajian batas maksimum residu obat hewan dan cemaran mikroba;
r. Pemberian pelayanan teknis pengamatan dan pengidentifikasian
diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan;
14
s. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data pengamatan dan pengidentifikasian
diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan;
t. Pengembangan sistem dan diseminasi informasi veteriner; dan
u. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai

Dalam melaksanakan tugas, dan fungsi Balai Veteriner


Banjarbarumempunyai struktur yang diatur Sesuai dengan Permentan
60/Permentan/Ot.140/2021 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Veteriner,
Struktur Organisasi Balaia Veteriner Banjarbaru terdiri dari

a. Kepala;
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

c. Sub Koordinator Bidang Pelayanan Teknis


Mensupervisi :

1. Fungsional Lab Virologi


2. Fungsional Lab Bakteriologi

3. Fungsional Lab kesmavet

4. Fungsional Lab Patologi


5. Fungsional Lab Parasitologi

6. Fumgsional Lab Serologi


d. Sub Koordinatir Bidang Informasi Veteriner

Mensupervisi :

1. Fungsional Lab Epidemiologi


2. Fungsional Bag Penerimaan sampel

15
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Veteriner Banjarbaru

Gambar 2. Struktur Direktorat Kesehatan Hewan, UPT Ditkeswan dan Bvet Banjarbaru

No Jabatan Jumlah
1 Struktural 2 Orang
2 Medik Veteriner 16 orang
3 Paramedik Veteriner 20 orang
4 Fungsional Arsiparis 1 orang
5 Fungsional Pranata Komputer 2 orang
6 Fungsional Perpustakaan 1 orang
7 Fungsional Keuangan 4 orang
8 Fungsional Umum 14 orang
7. F

Gambar 3. Kommposisi SDM Balai Veteriner Banjarbaru

16
Kondisi Kinerja Organisasi Sekarang

Berdasarkan Permentan 43/Permentan/Ot.140/2021, tentang Organisasi


dan Tata Kerja Drektorat Jenderal Peternakan maka Balai Veteriner Banjarbaru
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah Direktorat
kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
mempunyai tugas melaksanakan, pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa
diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan di wilayah Kalimantan.
Dalam menjalankan tugasnya Kepala Balai dibantu oleh Kepala Sub bagian
Tata Usaha, Sub Koordinator Informasi Veteriner dan Sub Koordinator
Pelayanan Teknis
Dalam rangka mendukung kebijakan nasional di Peternakan dan
kesehatan hewan serta untuk mendukung tugas pokok fungsi Balai Veteriner
Banjarbaru. Proses perencanaan dan penyusunan kegiatan Surveilans dan
Monitoring saat ini masih belum terencana dengan baik, belum terintegrasi
dan belum bersinergi antar unit kerja yag ada di wilayah Kalimantan .
Kegiatan Surveilans dan Monitoring masih dilaksanakan tidak terencana
dengan baik atau seusai rancangan kaidah epidemiologi dalam suatu daerah
karena petugas dinas tidak melaksanakan update dan hanya berdasarkan
kondisi sensus tahun 2012, atau berdasarkan informasi lisan dari petugas
yang ada dilapangan bahwa ada ternak sapi di wilayah tertentu karena
adanya kegiatan pelaksanaan Inseminasi Buatan oleh petugas IB di daerah
tersebut. Informal dari petugas lainnya seperti halnya petugas yang ada di
lingkungan sawit ternak sangat minim informasinya dan pada akhirnya hanya
estimasi perkiraaan pertumbuhan. Hal ini juga terjadi karena belum adanya
sinergi dengan Puskeswan. Dokter hewan praktek, Dokter Hewan yang ada
diperusahaan perbibitan dan Budidaya ternak, Klinik Hewan untuk
menginformasikan secara update terhadap populasi dan kondisi ternak
terutama sapi dan kerbau. Pelaporan kasus yang dilaksanakan oleh petugas
masih terbatas kepada petugas petugas yang terdaftar pada ISIKHNAS
(Integrasi Sitem Kesehatan Hewan Nasional) dan sifatnya masih hanya
pelaporan dengan menggunakan SMS.

17
Diluar petugas tersebut sebenarnya masih banyak petugas lain yang
bisa diberikan peran dalam rangka pengendalian dan deteksi dini kasus
penyakit hewan menular strategis dan zoonosi pada ternak sapi dan kerbau di
Pulau Kalimantan. Petugas Laboratorium kesehatan hewan mempunyai
peran penting dalam memberikan kontribusi karena berperan dalam
penyampaian hasil pengujian sebagai upaya deteksi dini suatu penyakit
hewan di wilayah nya secara update bisa juga diinformasikan kepada daerah
lain yang lintas kabupaten antar provinsi sebagai upaya untuk deteksi dan
pengendalian dini rdi Pulau Kalimantan. yang telah Bebas dari Penyakit
Anthraks, Brucellosis dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Beberapa permasalah tersebut akan meningkatkan kekhawatiran


besar

terutama masuknya penyakit penyakit tersebut dari wilayah antar provinsi dan
masuknya penyakit dari wilayah negara Malaysia dengan panjang perbatasan
lebih dari 2000 KM dan hampir semuanya berbatasan dalam kondisi hutan.
Sebagaimana kasus masuknya kasus pada Babi akibat Afrikan Swine Fever
yang terjadi beberapa waktu lalu di Pulau Kalimantan berasal dari wilayah
Malaysia pada awal tahun 2021. Penyebaran penyakit terjadi sangat cepat
dari Negara Malaysia yang berbatasan dengan wilayah Kalimantan Utara dan
pada akhirnya sampai ke wilayah Kalimantan Barat pada akhir
2021.Terjadinya wabah tersebut mengakibatkan kematian beberapa ternak
yang dipotong paksa pada ternak babi sebanyak kurang lebih 60.000 ekor di
seluruh Kalimantan sehingga menimbulkan kerugian dari ternak yang mati
sebesar 240 Milyar.

Dari penjelasan diatas, yang diperlukan saat ini adalah Sistem yang
sistem yang memangkas atau mempermudah fasilitas kesehatan hewan
tinglat pertama bisa cepat melaporkan populasi dan kondisi ternak yang ada
di wilayahnya, berpartisipasi dalam mengupdate data ternaknya sehingga
bisa cepat dan tepat dalam proses pengambilan kebijakan pengendalian
penyakit hewan Selain itu, sistem harus dapat menghubungkan antara pihak
pelaksana dengan pihak stakeholder secara real time.
Beberapa Inovasi juga sudah dikembangkan di Balai Veternier
Banjarbaru di tahun 2021

18
B. Area dan Fokus

Area dalam rangka Aksi Perubahan ini berada pada


1. Peningkatan Kecepatan data terkait Populasi , Kondisi Ternak dan Status kesehatan
ternak dalam suatu wilayah
2. Peningkatan kecepatan serta ketepatan dalam penyiidkan, pengujian dan
Diagnose oleh laboratorium penguji
3. Peningkatan Profesionalisme, perencanaan, pelaksanaan pengendalian
pelayanan penyidikan dan diagnose wabah
4. Peningkatan peran petugas dalam melakukan Surveilans, deteksi dini penyakit
strategis, endemic dan Eksotik .
5. Peningkatan jejajaring kerjasama melaui peran stakeholder dalam memberikan
informasi terkait kondisi ternak yang ada secara update
Adapun yang menjadi fokus dalam aksi perubahan ini dapat secara
umum disampaikan, bahwa saat ini pelaksanaan kegiatan surveilans dan
monioriing masih belum berdasarkan kepada kaidah epidemiologi karena
belum adanya data yang valid terkait dengan populasi dan kondisi ternak,
Data populasi yang yang ada masih berdasarkan sensus tahun 2012 oleh
BPJS sebagai data sebaran ternak di suatu wilayah, data pergerakan terkait lalu
lintas ternak selama ini belum terlaporkan begitu juga dengan pemasukan ternak
yang ada dalam suatu wilayah, pelaporan atas kasus yang penyakit hewan
juga belum memberikan informasi yang cepat bisa diterima oleh wilayah lain
dalam rangka deteksi dan pencegahan dini kasus penyakt hewan di wilayah
Kalimantan dengan kodisi perbatasan antar Provinsi dan Kabupaten
hanya dibatasi dengan batas daratan sehingga kecepatan dan ketepatan dan
diagnosa penyakit sangat berarti dampaknya dalam upaya pengendalian dan
dan pemberantasan penyakit di Kalimantan

19
Pelaporan kasus yang dilaksanakan oleh petugas masih terbatas secara
Manual atau dengan SMS oleh petugas yang terdaftar pada ISIKHNAS (Integrasi
Sistem Kesehatan Hewan Nasional). Data data tersebut sangat diperlukan dengan
Cepat karena diperlukan dalam rangka kebijakan untuk Valksin dan Obat Obatan
Yang diperlukan dalam suatu wilayah serta meminimalisir resiko pada daerah lain.
Upaya layanan kesehatan bisa dilakukan seiring dengan monitoring populasi atau
sebaliknya namun sistem yang mengintegrasikan kedua kegiatan tersebut tidak
ada sehingga kejadian kasus hanya dilaporkan pada lokasi tersebut tanpa adanya
data terkait kondisi ternak disekitarnya.

Kinerja Organisasi Yang diharapkan

Sistem Integrasi Monitoring Populasi dan Kesehatan Ternak Sapi


Kerbau di Pulau Kalimantan dalam rangka kegiatan pengendalian dan
pengujian penyakit dan produk hewan sangat diperlukan. Kondisi saat ini di
Balai Veteriner Banjarbaru belum memiliki sistem menintegrasikan semua
kegiatan masing masing unit kerja yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan di Kalimantan dengan memanfaatkan teknologi informasi
yang mendukung proses kegiatan pengendalian dan pemberantasan Penyakit Hewan
Menukar Strategis dan Zoonosis semakin efektif dan efisien.

Berikut kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:

Tabel 2. Kondisi Organisasi Yang Diharapkan

No Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Diharapkan


1. Belum adanya mekanisme perencanaan Adanya mekanisme perencanaan dan
dan penyusunan Surveilans dan penyusunan Surveilans dan Monitoring
Monitoring berdasarkan data populasi berdasarkan data populasi dan kondisi
dan kondisi ternak yang terkini ternak yang terkini
2. Belum tersedianya sistem Tersedianya sistem mengenai
mengenai perencanaan dan perencanaan dan penyusunan
penyusunan Surveilans dan Surveilans dan Monitoring yang
Monitoring yang terintegrasi terintegrasi
3. Sulitnya mendapatkan data Mudah mendapatkan data
populasi dan Kondisi ternak secara populasi dan Kondisi ternak
cepat secara cepat

20
4. Kurangnya Jumlah dan Adanya sistem maka data data
kompetensi SDM lingkup bidang yang dibutuhkan akan mudah
Peternakan dan Kesehatan didapatkan karena sudah
hewan lingkup Kabupaten dan melalui adanya
Provinsi di Kalimantan sehingga pelatihan/bimtek terkait dengan
data yang dikumpulkan tidak Sistem Integrasi Monitoring
sesuai yang diharapkan Populasi dan Kesehatan Hewan
ternak sapi kerbau di Kalimantan
5. Dibutuhkan anggaran yang besar Anggaran yang dibutuhkan lebih
dalam pelaksanaan surveilans kecil dengan telah terbangunnya
populasi dan kesehatan ternak sistem surveilans populasi dan
kesehatan ternak

6. Waktu yang dibutuhkan dalam Waktu yang dibutuhkan dalam


pengumpulan data cukup panjang pengumpulan relatif lebih singkat
mencakup keseluruhan P. dengan wilayah cakupan yang luas
Kalimantan ditambah dengan
wilayah geografis yang cukup luas
sehingga cukup sulit mencakup
wilayah wilayah terpencil (kendala
transportasi)

21
BAB III
ANALISA MASALAH

A. Identifikasi Permasalahan

Tersedianya data populasi serta kesehatan ternak sapi dan kerbau di


Pulau Kalimantan merupakan hal penting terkait tugas dan fungsi Balai
Veteriner Banjar Baru dalam melaksanakan Penyidikan dan Pengujian
Kesehatan Hewan dan Produk Hewan dalam rangka pengendalian dan
pemberantasan penyakit Hewan Menular strategis dan zoonosis.

Dalam membuat suatu kebijakan kesehatan hewan, mulai dari


perencanaan hingga pelaksanaan suatu kegiatan terutama kegiatan surveilans
penyakit maka dibutuhkan data ternak yang valid dan terbaru. Data ternak
adalah Data dasar Populasi dan Kondisi Ternak, Data ini berperan dalam
rancangan program kegiatan pengendalian penyakit hewan termasuk
surveilans dan monitoring penyakit, sehingga dapat ditetapkan jenis penyakit
yang disurvei, jenis pengujian, jumlah sampel pengujian yang dibutuhkan pada
masing-masing daerah.

Kondisi saat ini data populasi serta kesehatan hewan terutama sapi dan
kerbau yang valid dan update belum tersedia di masing masing Kabupaten dan
Kota di Kalimantan. Beberapa kendala yang terjadi yaitu belum adanya
mekanisme pelaporan untuk mendata populasi dan kesehatan ternak, belum
tersedianya sistem mengenai perencanaan dan penyusunan surveilans dan
monitoring yang terintegrasi, sulitnya mendapatkan data populasi dan kondisi
secara cepat, kurangnya Jumlah dan kompetensi SDM lingkup bidang
Peternakan dan Kesehatan hewan lingkup Kabupaten dan Provinsi di
Kalimantan sehingga data yang dikumpulkan tidak sesuai yang diharapkan,
Anggaran yang besar dalam pelaksanaan survei jumlah populasi dan
kesehatan hewan apabila dilakukan terpisah dan waktu yang dibutuhkan
dalam pengumpulan data juga cukup panjang mencakup keseluruhan Pulau
Kalimantan yang wilayah geografis luas dengan cakupan wilayah wilayah
terpencil (kendala transportasi) sehingga diharapkan pada saat petugas
melaksanakan kegiatan pelayanana kesehatan hewan juga dapat mendata
ternak yang berada disekitarnya terutama untuk ternak sapi dan Kerbau

22
Sebagai langkah pemilihan isu strategis digunakan tapisan APKL
(Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Identifikasi Isu Strategis

No Isu Strategis/ A P K L KET


1 Belum adanya mekanisme     YES
perencanaan dan penyusunan
Surveilans dan Monitoring berdasarkan
data populasi dan kondisi ternak yang
terkini
2 Belum tersedianya sistem     YES
terintergrasi mengenai pelaporan
pelayanan kesehatan ternak dan
monitoring populasi di Kalimantan
3 Sulitnya mendapatkan data     YES
populasi dan Kondisi ternak
secara cepat

4 Kurangnya Jumlah dan   X  NO


kompetensi SDM lingkup bidang
Peternakan dan Kesehatan
hewan lingkup Kabupaten dan
Provinsi di Kalimantan sehingga
data yang dikumpulkan tidak
sesuai yang diharapkan
5 Dibutuhkan anggaran yang besar   X X NO
dalam pelaksanaan surveilans
populasi dan kesehatan ternak
apabila dilaksanakan secara partial

6 Waktu yang dibutuhkan dalam   X X NO


pengumpulan data cukup lama
diselesaikan apabila hanya Bvet
Banjarabfu yang melaksanakan
wilayah geografis yang cukup
luas sehingga cukup sulit
mencakup wilayah wilayah
terpencil (kendala transportasi)

23
Berdasarkan hasil analisis isu dengan metode APKL di atas, isu nomor (1), (2)
dan (3) memenuhi semua kriteria APKL. Sedangkan isu nomor (4) tidak
memenuhi kriteria kekhalayakan, (5) dan (6) tidak memenuhi kriteria
kekhalayakan dan kelayakan.
Isu nomor (1) “Belum adanya mekanisme perencanaan dan
penyusunan Surveilans dan Monitoring berdasarkan data populasi dan
kondisi ternak yang terkini”. Isu ini memenuhi kriteria Aktual karena benar
terjadi di wilayah kerja Bvet Banjar Baru. Isu ini memenuhi kriteria Problematik
karena menimbulkan dampak pada sasaran suatu survelans dan monitoring.
Isu ini memenuhi kriteria Kekhalayakan karena jika tidak adanya mekanisme
yang ditetapkan maka kegiatan tersebut menjadi tidak tepat sasaran dan tepat
guna. Isu ini memenuhi kriteria Kelayakan karena apabila isu ini tidak
diselesaikan maka surveilans dan monitoring yang selama ini disusun tidak
memiliki nilai kemanfaatan bagi organisasi dan arah kebijakan yang salah.

Isu nomor (2) “Belum tersedianya sistem mengenai perencanaan dan


penyusunan Surveilans dan Monitoring yang terintegrasi”. Isu ini memenuhi
kriteria Aktual karena isu ini benar terjadi di lingkungan wilayah kerja Bvet
Banjar baru. Isu ini memenuhi kriteria Problematik karena selama ini
perencanaan dan penyusunan masih manual dalam artian masih
menggunakan surat menyurat/administrasi dan pelaksanaan dengan mencatat
dilapangan tanpa bukti fisik atau kode ternak yang jelas Isu ini memenuhi
kriteria Kekhalayakan karena banyak melibatkan pihak-pihakterkait, saran dan
masukan menjadi penting dalam upaya menyempurnakan penyusunan sistem
Isu ini memenuhi kriteria Kelayakan karena isu ini realistis untuk dipecahkan
Isu nomor (3) “Sulitnya mendapatkan data populasi dan Kondisi ternak
secara cepat”. Isu ini memenuhi kriteria Aktual karena masalah ini terjadi di
lingkungan Balai Veteriner Banjar Baru. Isu ini memenuhi kriteria
Problematik karena Data Populasi dan kondisi ternak yang sulit secara cepat
disampaikan sehingga menyulitkan dalam kegiatan surveilans dan monitoring
pengendalian penyakit hewan Kekhalayakan karena partisipasi saran dan
masukan dari unit kerja terkait menjadi penting dalam penyusunan suatu
kegiatan survelans dan monitoring. Isu ini memenuhi Kelayakan karena
apabila isu ini tidak
24
diselesaikan program yang disusun tidak tepat sasaran dan tidak memiliki nilai
kemanfaatan bagi Balai Veteriner Banjar Baru
Isu nomor (4) “Kurangnya Jumlah dan kompetensi SDM lingkup bidang
Peternakan dan Kesehatan hewan lingkup Kabupaten dan Provinsi di
Kalimantan sehingga data yang dikumpulkan tidak sesuai yang diharapkan”.
Isu ini memenuhi kriteria Aktual karena masalah ini terjadi di lingkup Balai
Veteriner Banjar baru dan Dinas yang membidangi Peternakan di Kalimantan
. Problematik karena dengan kurangnya pemahaman personel terhadap
teknis Kesehatan hewan dengan latar belakang pendidikan diluar bidang
Kesehatan hewan dan peternakan, maka tidak menghasilkan surveilans dan
monitoring dengan baik. Isu ini tidak memenuhi kriteria Kekhalayakan karena
dengan kurangnya pemahaman personel akan berdampak kepada personel itu
sendiri secara pribadi. Isu ini memenuhi kriteria Kelayakan karena isu ini
realistis untuk dipecahkan.
Isu nomor (5) “Dibutuhkan anggaran yang besar dalam pelaksanaan
surveilans populasi dan kesehatan ternak”. Isu ini memenuhi kriteria Aktual
karena masalah ini terjadi di lingkup BVET Banjar baru dan Dinas yang
membidangi Peternakan di lingkup wilayah BVet Banjar Baru. Isu ini
memenuhi kriteria Problematik dikarenakan pentingnya dukungan dalam
penyediaan anggaran pembuatan aplikasi serta internalisasi dan sosialisasi
aplikasi yang dibuat. Kekhalayakan karena keterbatasan sarana dan
prasarana belum dapat terpenuhi oleh organisasi. Isu ini tidak memenuhi
kriteria Kelayakan karena persoalan ini selalu terjadi dan sangat mungkin bisa
diselesaikan.
Isu nomor (6) “Waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data cukup
panjang apabila dilakukan tanpa melibatkan stakeholder terkait” Isu ini
memenuhi kriteria Aktual karena masalah ini terjadi di lingkup BVET Banjar
baru dan Dinas yang membidangi Peternakan di lingkup wilayah BVet Banjar
Baru. Isu ini memenuhi kriteria Problematik karena tingginya dinamika
persoalan yang muncul akibat luasnya pulau lkalimantan Kekhalayakan
karena lingkup kegiatan hanya di BVet Banjar Baru. Isu ini tidak memenuhi
kriteria Kelayakan karena beban tugas tersebut menjadi tanggungan
personel
Balai Veteriner Banjarbaru
25
Isu yang terpilih akan dilakukan dan dianalisis untuk menentukan
prioritasnya dengan menggunakan tapisan USG, yaitu Urgent (U), Seriousness
(S), dan Growth (G) seperti yang terlihat pada tabel 4. berikut:

Tabel 4. Prioritasi Isu Strategis


Aspek
No. Masalah Utama Jumlah Prioritas
U S G
1 Belum adanya mekanisme 4 4 3 11 III
perencanaan dan penyusunan
Surveilans dan Monitoring
berdasarkan data populasi dan kondisi
ternak yang terkini
2 Belum tersedianya sistem 5 5 5 15 I
terintergrasi mengenai
pelaporan pelayanan kesehatan
ternak dan monitoring populasi di
Kalimantan
3 Sulitnya mendapatkan data 4 4 4 12 II
populasi dan Kondisi ternak
secara cepat

Berdasarkan analisis USG terdapat diketahui skala perioritas sebagai


berikut :
Masalah utama nomor (1) “Belum adanya mekanisme perencanaan
dan penyusunan Surveilans dan Monitoring berdasarkan data populasi dan
kondisi ternak yang terkini”. Dari aspek Urgency proses perencanaan penting
diprioritaskan karena mendesak untuk diselesaikan (poin 4), sedangkan aspek
Seriousness masalah ini dirasakan penting dampaknya unit pada unit terkait
(poin 4), dan dari aspek Growth masalah ini cukup penting agar yang
dihasilkan tepat sasaran dan tepat guna (poin 3). Masalah utama nomor satu
mendapatkan jumlah nilai 11 dengan prioritas urut III.
Masalah utama nomor (2) “Belum tersedianya sistem terintegrasi
monitoring populasi dan kesehatan ternak sapi dan kerbau di Kalimantan”.
Dari aspek Urgency terbangunnya sebuah sistem sangat penting dan menjadi
kebutuhan mendesak ` untuk diprioritaskan dalam mengoptimalkan
perencanaan yang matang dan terukur (poin 5), aspek Seriousness
menempatkan masalah ini sangat serius dikarenakan surveilans dan
monitoring yang baik yang baik sangat penting di dukung oleh suatu sistem
pelaporan berbasis teknologi informasi guna mengakomodasi
26
keperluan dan kepentingan pelaporan data populasi dan kondisi (poin 5),
sedangkan dari aspek Growth diketahui bahwa tersedianya sistem mengenai
integrasi monitoiring populasi dan kesehatan ternak sapi dan kerbau dalam
Surveilans dan Monitoring yang terintegrasi menjadi prioritas (poin 5). Jumlah
nilai prioritas masalah utama nomor dua mendapatkan jumlah 15 dengan
prioritas urut I.
Masalah utama nomor (3) “Sulitnya mendapatkan data populasi dan
Kondisi ternak secara cepat”. Dari aspek Urgency mekanisme data pelaporan
populasi penting diprioritaskan (poin 4), aspek Seriousness menempatkan
masalah ini penting agar data valid dan terbaru sehingga kegiatan dapat tepat
sasaran (poin 4). Sedangkan dari aspek Growth, mekanisme kecepatan
penyampaian data populasi dan kondisi ternak penting untuk dipedomani (poin
4). Jumlah nilai prioritas masalah utama nomor tiga mendapatkan jumlah 12
dengan prioritas urut II.
Analisis menggunakan USG tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi
masalah utama adalah Belum tersedianya Sistem yang mengintegrasikan
Monitoring populasi dan kesehatan ternak sapi dan kerbau di Kalimantan

B. Penyebab Masalah

Terdapat 3 (tiga) permasalahan yang menjadi sebab dari belum


tersedianya Integrasi Monitoring Populasi dan Kesehatan Ternak Sapi Kerbau
di Kalimantan , yaitu:
1. Monitoring Populasi dan Layanan Kesehatan hewan yang masih
dilakukan secara terpisah, secara manual dan tidak tersistem
2. Ketersediaan SDM yang belum memadai baik dari aspek jumlah
maupun kompetensi dalam rangka pelaksanaan kegiatan monitoring
populasi dan layanan kesehatan
3. Ketersediaan anggaran yang tidak mengakomodir dibuatnya suatu
sistem aplikasi

Dari ketiga akar penyebab masalah di atas, kemudian akan ditentukan


akar penyebab masalah utama /sebab spesifik dengan menggunakan Metode
Pohon Masalah, sebagai berikut

27
Kegiatan Pengendalian d
a
n Pemberantasan Penyakit
Hewan Belum Optimal dilaksanakan
Akibat
Jumlah Sampel yang diambil masih belum sesuai dengan
jumlah populasi dan
kondisi ternak terk
i
ni
Masalah Sebab
Data
populasi dan kondisi ternak
Sumber Daya manusia
di
Perencanaan Anggaran
belum terkini datanya sebaga
bidang
Peternakan dan
yang masih belum optimal
dasar pengambilan sampel sesuai
Keseh
atan ternak masih kurang
dalam pelaksanaan
kaidah epidemiolgi
kompetensinya
kegiatan pendataan dan
layanan kesehatam ternak
Akar Masalah

Pelaporan untuk update data Belum adanya sistem pelaporan Sarana layanan
masih manual dan terpisah yang terpadu untuk monitoring kesehatan ternak tingkat
sehingga tidak bisa secara cepat populasi dan layanan pertama yang masih ter
dan terkini datanya kesehatan ternak batas

Gambar 3. Pohon Masalah

Dari data unsur penyebab diatas, diketahui nilai tertinggi yang menjadi
akar penyebab masalah adalah belum terbangunnya sistem yang terintegrasi
untuk monitoring populasi dan kesehatan ternak

C. Gagasan Pemecahan Isu Strategis

Analisis SWOT merupakan suatu bentuk perencanaan strategi yang


bermanfaat untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Dengan saling berhubungan 4
faktor tersebut, maka membuat analisis ini memberikan kemudahan untuk
mewujudkan visi dan misi.
Penggunaan analisis SWOT dalam pembangunan sistem Integrasi
Monitoring Populasi dan Kesehatan Ternak Sapi Kerbau di Kalimantan dapat
dilihat pada diagram berikut:

28
Strengths Weakness
1. Kebijakan Pimpinan Orrganisasi 1. Terbatasnya kompetensi dan
Dalam pengembangan Inovasi jumlah SDM bidang
sangat kuat kesehatan hewan
2. Pola kerja menggunakan 2. Cakupan wilayah P. Kalimantan
Teknologi Informasi sdh cukup luas dan wilayah otonomi
terbangun yang berbeda serta kebijakan
3. Sistem dapat diakses setiap saat dan daerah yang berbeda
mudah
Opportunities Threats
1. Dukungan stakeholders yang sangat 1. Kesulitan akses saat jaringan
kuat bermasalah
2. Penambahan Layanan Kesehatan 2. Perubahan kebijakan dari komitmen
Hewan tingkat pertama (Puskeswan) penggunaan sistem
3. Komitmen Mentor, Project leader
dan Tim Efektif dalam membangun
Inovasi terkait Integrasi Sistem
sangat kuat

D. Alternatif Solusi Mengatasi Masalah

Untuk mengatasi masalah ketersediaan data populasi dan kesehatan


ternak khususnya Sapi dan Ternak yang belum optimal, maka dapat diberikan
beberapa alternatif gagasan untuk memberikan solusi adalah sebagai berikut:
a. Membangun sistem dan petunjuk teknisnya dengan memanfaatkan
teknologi informasi guna mempercepat proses perencanaan dan
penyusunan program monitoring dan kesehatan hewan;
b. Menyusun SOP terkait perencanaan dan penyusunan sistem terintegrasi
monitoring dan survelains populasi dan kesehatan ternak;

c. Membangun kompetensi SDM dalam bidang kesehatan hewan

Untuk menentukan alternatif gagasan yang terbaik atas pemecahan masalah


tersebut, maka dapat dilakukan analisis menggunakan metode Tapisan Mac
Namara yang dilihat dari aspek Kontribusi (K), Biaya (B), dan Layak (L) seperti
tabel di bawah ini.

29
Tabel 5. Pemilihan Alternatif Gagasan dengan Mc. Namara

No Alternatif Gagasan K B L Skor


1 Membangun sistem integrasi 5 4 5 14
monitorng populasi dan layanan
kesehatan ternak di Kalimantna
dengan memanfaatkan teknologi
informasi guna mempercepat proses
Pengendalian dan Pemberantasan
PHMSZ;

2 Menyusun SOP terkait penyusunan Surveilans 4 4 4 12


dan Monitoring dengan berbasis data populasi
tdan kondisi ternak t
3 Membangun kompetensi SDM dalam bidang 4 3 3 10
kesehatan hewan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Mc. Namara


(Tabel.5), hasil gagasan pemecahan isu yang ditentukan adalah gagasan
pertama yaitu “Membangun sistem integrasi monitoring populasi dan kesehatan
ternak sapi kerbau di Kalimantan dengan memanfaatkan teknologi informasi
guna mempercepat proses perencanaan dan penyusunan kajian hukum
internasional. Total skor gagasan tersebut adalah 14 karena kontribusi akan
selalu dapat digunakan di jangka panjang dengan penggunaan biayanya cukup
rendah dan kelayakannya sangat tinggi.

30
BAB IV
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

A. Terobosan/Inovasi
Berdasarkan analisis masalah yang telah dilakukan, diperlukan suatu
terobosan dan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Aksi perubahan yang penulis lakukan yaitu pemanfataan teknologi informasi
dengan judul “Sistem Integrasi Monitoring Populasi dan Kesehatan
Ternak Sapi dan Kerbau di Kalimantan ” (SITEMAN TERNAK). Diharapkan
dengan adanya Sistem ini maka ketersedian data populasi dan kondisi ternak
sapi kerbau di Kalimantan tersedia secara cepat dan terkini sehingga
kebijakan dalam pengendalian dan pemberantasan PHMSZ dapat lebih efektif
dan efisien melalui kegiatan Surveilans dan Monitoring berdasarkan kaidah
epidemiologi. Selain itu, dengan pemanfaatan teknologi informasi ini, partisipasi
semua unit kerja dan stakeholder bisa lebih luas dalam berperan sehingga
dapat lebih optimal, karena setiap waktu dapat memonitor melalui sistem
“SITEMAN TERNAK”.

B. Tahapan kegiatan/Milestone
Pentahapan dalam Aksi perubahan merupakan tahapan penting yang
hendak dicapai untuk terwujudnya aksi perubahan secara tepat waktu dan
sasaran. Milestone terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu tahapan jangka
pendek, menengah, dan panjang. Dalam pelaksanaannya tahapan jangka
pandek terjadi perubahan karena adanya masa libu bersama tgl 29 April – 8
Mei 2022 dan terjadinya Kasus PMK di Kalimantan pada tanggal 11 Mei 2022
Adapun penjabaran milestones tersebut sebagai berikut:
Tabel 6. Tahapan Aksi Perubahan Kinerja Organisasi

TAHAPAN DAN WAKTU HASIL KEGIATAN/


NO
KEGIATAN KEGIATAN OUTPUT
1 Jangka Pendek 2 Bulan
a. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
1) Penjelasan 14 -17 Maret Tersosialisasikannya gagasan
Gagasan Aksi 2022 aksi perubahan “SITEMAN
perubahan TERNAK ” kepada Mentor
kepada Mentor

31
2) Sosialisasi 24 Maret Terbentuknya tim efektif dan
Internal terkait 2022 pembagian kerja
Rencana Aksi Output: Undangan Rapat,
Perubahan Daftar hadir rapat, Notulen
dan rapat, foto kegiatan dan SK
Pembentukan BALAI terkait Tim Efektif
Tim Efektif
b. Pembuatan Sistem
1) Pembahasan 28 – 30 Maret Tersusunnya konsep “SITEMAN
konsep “SI 2022 TERNAK”
TEMAN Output:
TERNAK” Undangan Rapat, Daftar hadir
bersama Tim rapat, Notulen rapat, foto
Efektif.dan kegiatan, Konsep “SITEMAN
Pihak ke 3 TERNAK”
2) Membuat 1–7 Terancangnya design
rancangan April 2022 “SITEMAN TERNAK”:
Design Ouput:
“SITEMAN Undangan Rapat, Daftar hadir
TERNAK”” rapat, Notulen rapat, foto
kegiatan, Rancangan design
3) Pemaparan Tim Aplikasi Awal SITEMAN
Teknis 8 April 2022 TERNAK oleh Tim Teknis
Hasil rancangan Ouput:
Design SITEMAN Undangan Rapat, Daftar hadir
TERNAK rapat, Notulen rapat, foto
kegiatan, Aplikasi SITEMAN
TERNAK dan masukan
masukan tambahan
4) Persiapan Persiapan QR code yang
Sarana Eartag 11 – 14 April dipasang pada Eartag
dan 2022
Penambahan Ouput:
Konten aplikasi Eartag yang sudah Ber QR
SITEMAN code
TERNAK

5) Pemaparan Tim Aplikasi final SITEMAN


Teknis 18 April 2022 TERNAK oleh Tim Teknis
Hasil Aplikasi Ouput:
SITEMAN Undangan Rapat, Daftar hadir
TERNAK dan rapat, Notulen rapat, foto
pembuatan Video kegiatan, Video Aplikasi
Aplikasi dan SITEMAN TERNAK
Petunjuk Teknis

32
6. Sosialisasi 19 – 20 Aprl Tersosialisasikannya “SI
internal Bvet 2022 TEMAN TERNAK””
Banjarbaru Output:
dan beberapa Undangan Rapat, Daftar hadir
stake holder rapat, Notulen rapat, foto
dan Uji Coba kegiatan
SITEMAN
TERNAK
C. Implementasi
Aplikasi Siteman
Ternak
1. Implementasi 21 – 27 Aprl
Aplikasi 2022 Foto foto kegiatan dan Peta
SITEMAN mapping populasi ternak di
TERNAK d beberapa Kabupaten dan
beberaoa Stakeholder lain
stakeholder
1. Implementasi 12 – 20 Mei Foto Foto Kegiatan dan Data
Aplikasi 2022 Status PMK di wilayah
SITEMAN Kalimantan
TERNAK d
beberaoa
stakeholder
dalam rangka
PMK
2 Jangka Menengah 6 Bulan
Juni - Tersosialisasi “SITEMAN
Implemantasi di September TERNAK”” di wilayah kerja
Seluruh 2022 BVET Banjarbaru
Stakeholder di Output:
Kalimantan Undangan Rapat, Daftar hadir
rapat, Notulen rapat, foto
kegiatan,
Evaluasi Tujuan Output:
Jangka Undangan Rapat, Daftar hadir
Menengah rapat, Notulen ev aluasi, foto
kegiatan, Survey Kepuasan
Pengguna Sistem
Penyempurnaan November Terdapatnya saran, masukan,
“SITEMAN 2022 dan penyempurnaan sistem
TERNAK” Output:
Undangan Rapat, Daftar hadir
rapat, Notulen rapat, foto
kegiatan
3. Jangka Panjang >12 Bulan

Terintegrasinya Juni 2023


Terintegrasinya “SITEMAN
SITEMAN
TERNAK””dengan IVLAB
TERNAK”
dengan sistem
pendukung
33
lainnya

Pengembangan Juli 2023


Pengembangan fitur “SITEMAN
fitur pada
TERNAK”
“SITEMAN
TERNAK”
Evaluasi Agustus 2023
Terdapatnya Survey Kepuasan
Pencapaian
Pengguna Sistem
tujuan jangka
panjang

34
C. Sumberdaya (Peta dan Pemanfaatan)

1. Tim Kerja
Tim kerja Rancangan Aksi Perubahan “SITEMAN TERNAK” terdiri dari:
a) Mentor : Dr Drh Nuryani Zainuddin, MSi
b) Coach : Lalu Ismail, SP., M.Sc
c) Project Leader : Kepala Balai Veteriner Banjar Baru

d) Tim Efektif
e) Supporting Tim (Sub Koordinator )

MENTOR COACH
Dr. Drh. Nuryani Z, MSi Lalu Ismail, SP., M.Sc

PROJECT LEADER
Drh. Putut Eko Wibowo
TIM EFEKTIF
Gambar 5. Struktur Organisasi Tim Kerja

1) Mentor sebagai atasan langsung bertugas memberikan masukan


untuk mempermudah penerapan rancangan aksi perubahan
sekaligus menjadi sumber inspirasi bagi project leader dalam
penerapan rancangan proyek perubahan. Mentor akan memonitor
langsung progres pelaksanaan tahap laboratorium kepemimpinan
dan bila perlu melakukan intervensi kepada project leader apabila
terjadi masalah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan aksi
perubahan, dan yang lebih utama adalah mentor memberi
persetujuan atas terlaksananya implementasi aksi perubahan;

35
2) Coach sebagai pembimbing bertugas memberikan bimbingan
kepada peserta diklat (project leader) yang menjadi tanggungjawab
secara jarak jauh dengan menggunakan segala macam sarana
komunikasi yang ada (teknologi informasi);
3) Peserta diklat (project leader) bertugas menjadi pemimpin aksi
perubahan dalam tugas pokok dan fungsinya sebagai Kepala Balai
Veteriner dengan memilih beberapa individu yang dapat menjadi
kekuatan dalam berhasilnya proyek perubahan yang
dilaksanakan.

2. Identifikasi Stakeholder

Gambar 6. Identifikasi Stakeholder

Berdasarkan bagan di atas terdapat 4 kuadran stakeholders yaitu:

a. Kelompok Promotors adalah mereka yang memiliki kepentingan besar


terhadap upaya dan juga pengaruh atas keberhasilan Aksi perubahan
ini. Kelompok yang termasuk di kuadran ini antara lain:

36
1) Direktur Kesehatan Hewan;
2) Driektur Kesehatan Masyarakat Veteriner
3) Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan di Kalimantan ;
4) Kepala Subdit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan
5) Kepala Subdit Pengamatan Penyakit Hewan
6) Kepala Balai Karantina/Stasiun Katantina di Kalimantan

b. Kelompok Latent adalah mereka yang memiliki kepentingan dan


pengaruh jika mereka tertarik, namun tidak memiliki ketertarikan khusus
maupun terlibat secara langsung dalam upaya. Kelompok yang termasuk
di kuadran ini antara lain:

1) Direktur Perbibitan dan Produksi ternak


2) Direktur Pakan
3) Kepala Balai Inseminasi Buatan
4) Kepala Balai Embrio Transfer .
5) Koordinator Perencanaan dan Humas
6) Koordiantor Monitoring dan Evaluasi

c. Kelompok Defenders adalah mereka yang memiliki kepentingan secara


institusional dan dapat menyampaikan dukungannya tetapi kekuatannya
kecil untuk mempengaruhi upaya dalam Aksi Perubahan. Kelompok
yang termasuk di kuadran ini adalah

1) Koordinator Zoonosis
2) koordinator Kesejahteraan Hewan
3) Koordinatior Pengawasan Obat Hewan
4) Kepala Balai Pengujian Sertifikasi Obat Hewan
5) Kepala Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan Hewan

d. Kelompok Aphatetic adalah mereka yang tidak memiliki kepentingan dan


pengaruh yang kuat terhadap Aksi Perubahan ini. Kelompok yang
termasuk di kuadran ini antara lain :

1) Kabag Umum Ditjen PKH


2) Koordinator keuangan dan Pelengkapan

37
3. Realisasi Anggaran

Dalam pelaksanaan aksi perubahan ini realisasi anggaran yang


di pergunakan untuk mendukung terlaksananya kegiatan aksi perubahan.

Sebesar Rp. 116.000.000,- (Dua Ratus Empat Puluh Delapan Juta Rupaih).

Tabel 7. Realisasi Anggaran Biaya

Realisasi Anggaran Biaya


Uraian Belanja Barang Besarnya Jumlah
Satuan (Rp) Volume
Rapat Persiapan 1.500.000 5 Pkt 7.000.000
Sosialisasi 3.000.000 3 Pkt 9.000.000

Pembuatan Aplikasi 30.000.000 1 Pcs 30. 000.000


Satrana dan Prasana 15.000.000 2 Paket 30.000.000
Perjalanan Dinas 5.000.000 10 OP 50.000.000
TOTAL 116.000.000

4. Metodologi Business Model Canvas


Berikut disampaikan BMC dari Sistem Integrasi Monitoring Populasi dan
Kesehatan Hewan di Kalimantan

Business Canvas Model


Key Key Value Customer Customer
Partners Activities Propositions Relationships Segments

Dinas yang Akses data Direktorat Perbibitan Pimpinan lingkup Ditjen


mebidangi Mensinergikan dan Produksi ternak PKH
Peternakan dan kegiatan Layanan populasii dan Pusat Veteriner Farma Pelaku Usaha
Kesehatan Hewan
Ternak dan kondisi ternak peternakan
di Kalimantan Masyarakat pemerhati
Karantina Hewan Monitoring cepat, terkini dan dunia peternakan
Layanan kesehatan Popilasi atau penggunaan Pelajar/ mahasiswa
Hewan Tingkat
sebaliknya Sistem Mudah
Pertama
Direktorat Kebijakan CHANEL
Kesehatan Hewan 2 Pengendalian Fasilitas Layanan
FAO /AUSAID PHMSZ akan Kesehatan hewan
lebih tepat Tingkat PEtama
sasaran Media
COST STRUCTU
RrE
Biaya Pembuatan
Sistem Revenue Screams
Bimbingan Teknis APBN
kepadda Pengguna APBD
Implementasi Sistem Hiah FAO
Monitoring dan Evaluasi
Penyempurnaan Sistem
D. Strategi Komunikasi

38
Untuk menghadapi setiap jenis stakeholders, maka dapat menggunakan
strategi komunikasi. Adapun strategi komunikasi dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 8. Strategi Komunikasi
Teknik
No Startegi Kegiatan Stakeholder
Komunikasi
1 Jangka Pendek Penjelasan Mentor/pimpinan Brainstorming
Gagasan Aksi
Perubahan kepada
Mentor
Pembentukan Tim Tim Efektif Koordinasi
Efektif

Pembahasan Tim Efektif Rapat


konsep “SITEMAN Pembahasan
TERNAK” bersama
Tim Efektif.
Pembuatan Tim Efektif Rapat
PetunjukTeknik Pembahasan
penggunaan“SI
TEMAN TERNAK”
Uji coba “SITEMAN Tim Efektif Rapat Uji
TERNAK” Coba
Sosialisasi internal Tim Efektif Sosialisasi
dan implementasi Unit Kerja
“SITEMAN Terkait
TERNAK”
Rapat
Evaluas pencapaian Tim Efektif
Evaluasi
tujuan jangka
pendek
2 Jangka Sosialisasi
Sosialisasi Eksternal Stakeholder
Menengah
Rapat
.Evaluasi pencapaian Tim Efektif
Evaluasi
j jangka menengah
Rapat
Penyempurnaan Tim Efektif
Pembahasan
“SITEMAN TERNAK”
3 Jangka Panjang Terintegrasinya Rapat
Tim Efektif
Pembahasan
“SITEMAN TERNAK””
Dengan sistem
pendukung lainnya
Rapat
Pengembangan fitur Tim Efektif
Pembahasan
pada “SITEMAN
TERNAK”

39
Rapat
Evaluasi pencapaian Tim Efektif
Evaluasi
tujuan jangka panjang

Design Rencana Rancangan Sistem Integrasi Monitoring Pupolasi dan Kesehatan


Ternak Sapi dan Kerbau di Kalimantan

40
E. Manajeman Risiko

Pada pelaksanaan rancangan aksi perubahan selalu ada risiko yang akan
dihadapi. Upaya yang perlu dilakukan yaitu meminimalisir
persoalan/permasalahan yang ada, yaitu dengan cara melakukan teknik
komunikasi yang baik. Tabel identifikasi risiko dibawah ini merupakan estimasi
kemungkinan-kemungkinan hambatan yang muncul serta strategi yang akan
dijalankan oleh Project Leader. Diharapkan dengan adanya pemetaan potensi
masalah ini, dapat disusun langkah-langkah penyelesaiannya.

Tabel 9. Identifikasi Resiko


Resiko yang Harus
Kendala yang Diantisipasi bagi Strategi Mengatasi
No
Mungkin Muncul Keberhasilan Aksi Kendala
Perubahan
1 Kesediaan waktu Diperlukan komunikasi Membangun komunikasi
tim efektif yang intensif dengan efektif untuk
terbatas karena seluruh anggota tim meningkatkan partisipasi
pelaksanaan efektif serta saling Tim Efektif secara
tugas rutin membantu dalam konsistem
menyelesaikan
tanggungjawab masing
masing anggota tim,
sehingga seluruh proses
pekerjaan dalam aksi
perubahan tetap dapat
diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang
sudah dibuat

2 Data yang Data yang terinput Membuat Sistem


diinput oleh tidak sesuai dengan yang mudah
petugas yang diharapkan dipergunakan dan
Kesehatan tidak perlu kode
hewan tidak kode khusus
secara
keseluruhan
3 Keterbatasan Pencatatan Melakukan Bimtek
jaringan sementara dilakukan terkait penggunan
komunikasi secara manual secara manual
Darat dilokasi kemudian diinput maupun electronic
Ternakj pada saat sudah
mendapatkan sinyal

41
BAB V
PELAKSANAAN AKSI PERUBAHAN

A. Deskripsi Proses Kepimpinan

1. Membangun Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi

Dalam merancang aksi perubahan yang sudah disepakati tentunya tidak


terlepas dari cara membangun kedekatan hubungan. Ini dirasakan penting
karena aksi perubahan yang dibangun untuk meningkatkan kinerja organisasi
membutuhkan tim yang solid dan kuat dengan tujuan untuk peningkatan
integritas dan akuntabilitas kinerja organisasi. Selain solid dan kuat Tim perlu
diberikan ruang dan kepercayaan dalam membantu membangun sistem
dalam pelaksanaan Aksi Perubahan,

Sosialisasi rancangan Aksi Perubahan dilingkup internal Balai Veteriner


Banjarbaru dengan melibatkan seluruh Medik Veteriner. Paramedik Veteriner,
Pranata Komputer dan Administrasi. Sosialisasi dilaksanakan pada 24 Maret
2022 terkait rencana Aksi Perubahan untuk kegiatan integrasi Surveilans dan
pendataan Populasi Ternak dengan Dinas Peternakan Provinsi dan
Kabupaten se Kalimantan sekaligus pembentukan Tim Efektif dan Tim
Administrasi.

42
Gambar 7 . Sosialisasi Rencana Aksi Perubahan dan Skema Rencana Aksi
Perubahan dengan Tim Efektif Balai Veteriner Banjarbaru

Melakukan persiapan pelaksanaan program Aksi perubahan


1) Membuat jadwal palang dan logbook/catatan harian Implementasi Aksi
Perubahan Kinerja Organisasi
2) Konsultasi dan menyampaikan kepada Pembimbing/Coach serta
Penguji jadwal palang dan logbook/catatan harian
3) Membuat draft uraian tugas Tim Efektif terdiri dari Tim Teknis dan
Tim Administrasi
TIM TEKNIS
- Melakukan identifikasi kebutuhan sarana prasarana untuk
menerapkan Aplikasi Monitoring Ternak
- Melakukan instalasi sistem monitoring ternak pada server
Balai Veteriner Banjarbaru.
- Memberikan inhouse training terkait cara pengelolaan Aplikasi
kepada administrator.
- Menterjemahkan kebutuhan manajemen pada teknologi cloud
dengan melakukan pengelolaan terhadap user dan file/folder
sharing
TIM ADMINISTRASI
- Membuat dan menyebarkan undangan pertemuan
sosialisasi/koordinasi sesuai dengan jadwal yang telah

43
ditentukan.
- Membuat notulensi pada setiap kegiatan pertemuan/koordinasi.
- Menyiapkan SK Tim Efektif
- Menyiapkan atk dan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam
Aksi Perubahan
- Membantu penyusunan laporan
- Membantu melakukan pendokumentasian kegiatan
- Menghimpun dokumentasi untuk kebutuhan evidence laporan.

44
4. Koordinasi dengan Tim Efektif dan Pihak III pada 28 Maret 2022
Pembahasan Pembuatan rancangan Aplikasi Monitoring Ternak
Penyampaian dari Pihak III terkait terkait Aer tag dan Design Aplikasi
Monitoring ternak adalah sebagai berikut :

Gambar 8 Rencana Design Eartag dan Aplikasinya pada ternak

2. Pengelolaan Budaya Kerja

Budaya kerja adalah suatu asumsi, nilai dan norma yang dilakukan
berulang- ulang oleh pegawai atau karyawan yang dikembangkan dalam
organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-
cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja
sebagai kekuatan untuk meningkatkan efisiensi kerja. Budaya kerja yang
sudah berjalan baik tentunya perlu ditingkatkan dengan salah satunya adalah
pemanfaatan Informasi Teknologi (IT). Seperti yang sudah dirancang dalam
proposal disebutkan bahwa aksi perubahan yang dilakukan adalah
memanfaatkan teknologi untuk melakukan monitoring populasi dan
kesehatan ternak di wilayah Kalimantan dalam menunjang kegiatan
Surveilans dan Monitoring di Balai Veteriner Banjarbaru.
Tim Teknis mulai merancang program Monitoring Ternak dengan
terlebih dahulu membuat Rancangan Antarmuka SITEMAN TERNAK yaitu
dengan membuat halaman depan untuk login, halaman awal untuk
pengguna, halaman pengaturan akun pribadi,dan halaman manajemen user.

45
a. Rancangan Aplikasi SITEMAN TERNAK awal

Gambar 9 Rencana Design halaman muka aplikasi SITEMAN TERNAK

Dari hasil pemaparan Tim Teknis , maka disampaikan beberapa masukan


tambahan diantaranya terkait penambahan untuk Jenis Ternak Sapi dan
kerbau, Jenis Sampel yang akan diambil , jenis pengujian yang akan diminta ,
tanda tanda fisik dari ternak , mutasi ternak karena jual beli atau sakit. Team
leader sepakat dengan tim efektif bahwa seluruh

b. Melakukan sosialisasi kepada seluruh staf terkait Informasi Teknologi terbaru


Sistem Integrasi Monitoring Populasi dan Kesehatan Ternak Sapi dan Kerbau
di Kalimantan sebagai acuan bagi seluruh staf ASN Balai Veteriner dalam
pelaksanaan kegaiatan Surveilans dan Monitoing

Gambar 10 Sosialisasi Pelaksanaan Aplikasi SITEMAN TERNAK

i
c. Melakukan persiapan uji coba program Monitoring Ternak
1) Tahap awal sebelum pelaksanaan uji coba maka harus
dipersiapkan terkait sarana dan prasaran penunjang kegiatan
pelaksanaan Uji coba diantaranya Eartag, Aplikator dan Hewan
ternak. Eratag yang disiapkan harus sdh memiliki QR code
2) Waktu untuk uji coba pertama sudah disepakati pada tanggal 6 Mei
2020 dengan langsung operasional aplikasi di bawah arahan Tim
Teknis.
3) Dari hasil uji coba tersebut maka diharapkan akan dibuatkan
semacam video tutorial yang akan lebih mempermudah memahami
dan mengaplikasikan program tersebut, Tim Teknis
mempersiapkan untuk membuat video tutorial tersebut.

3. Membangun Jejaring dan Kolaborasi


Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja (kemitraan) adalah
membangun kesadaran masyarakat terhadap eksistensi organiasi tersebut,
menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan oranisasi. Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya
terbatas kepada stakeholder pada bidang peternakan tetapi termasuk juga
stakeholder lain yang terkait dengan kebutuhan akan data data populasi
dan kondisi status kesehatan hewan ternak dalam satu wilayah, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha dan
stakeholder lainnya.
Untuk itu agar implementasi aksi perubahan SITEMAN TERNAK tetap
harus disampaikan kepada seluruh stakeholder yang ada.

Gambar 11 Koordinasi dengan Stakeholder , Dinas Peternakan dan BIN


Kalsel
ii
B. Deskripsi Hasil Kepemimpinan
1. Capaian dalam Perbaikan Kinerja Organisasi
Berdasarkan kepada milestone atau tahapan yang telah dibuat di proposal
Aksi Perubahan Kinerja Organisasi dalam jangka pendek mulai 24 Maret –
25 Mei 2020 maka beberapa capaian telah didapat

a. Aplikasi Sistim Integrasi Monitoring Populasi dan Kesehatan Ternak sapi


dan Kerbau , SITEMAN TERNAK sudah selesai dibuat dan diujicobakan
di Balai Veteriner Banjarbaru

b. Pada tahap awal aplikasi ini di implemenasikan pada beberapa lokasi


yakni di Kabupaten Passer Panajam Utara , Kabupaten Passer ,
Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kubu Raya, Kota
Banjarbaru , PT. Adaro, PT Sulung Ranch , PT BKB Kalsel , PT JU rong
Kalteng

c. Aplikasi SITEMAN TERNAK mulai bulan Mei 2022 juga dipergunakan


dalam rangka penelusuran dan pengelolaan data terkini Penyakit Mulut
dan Kuku ( PMK ) di Kalimantan

2. Manfaat Aksi Perubahan


Dalam situasi dan kondisi saat ini terkait dengan wabah PMK di
Kalimantan maka SITEMAN TERNAK menjadi salah satu sistem yang
penting dalam rangka pengendalian dan deteksi dini dari penyebaran
PMK., adapun manfaat lain adalah :
a. Pelayanan prima untuk memenuhi kebutuhan pemohon data terkait kondisi
status kesehatan ternak di wilayah Kalimantan
b. Pemetaan sebaran ternak di seluruh wilayah Kalimantan
c. Data mutasi ternak dapat di traching sebagai pergerakan ternak dari suatu
wilayah ke wilayah lain
d. Data yang update dan akuntable sebagai upaya deteksi dan pengendalian
dini Penyakit Hewan Menular Strategis, Zoonosis dan Eksotik
e. Respon cepat dalam setiap peringatan/kejadian wabah sehingga membantu
management dalam pengambilan kebijakan sehingga lebih efektif dan
efisien dalam penganggaran
iii
C. Keberlanjutan Aksi Perubahan

Berdasarkan kepada hasil implementasi SITEMAN TERNAK pada


Jangka pendek maka terlihat bahwa pelaksanaan dari Aksi Perubahan
Organisasi di Balai Veteriner Banjarbaru ini memberikan implikasi yang besar
dalam menunjang pelaporan populasi dam kesehatan ternak sapi dan kerbau
di beberapa wilayah Kalimantan sehingga memberikan manfaat dalam upaya
pengenalian dan deteksi dini penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis
dan Zoonosis
Sebagai tindak lanjut dari implementasi Sistem Integrasi Monitoring
Populasi dan Kesehatan Ternak Sapi dan Kerbau di Kalimantan, SITEMAN
TERNAK dalam jangka menengah ( Juni - November ) akan dioptimalkan
dengan melibatkan Dinas Peternakan kabupaten lainnya untuk bisa
mengimplementasikan SITEMAN TERNAK sebagai bagian dari upaya
Penanganan Kasus PMK di wilayah Kalimantan
Petugas – petugas Puskeswan yang ada di Kalimantan yang berasal
dari Tenaga Harian Direktorat Kesehatan Hewan juga akan didorong untuk
mengimplementasikan SITEMAN TERNAK secara optimal melalui Kapitasi yang
berbasis Kinerja melalui sistem ini sebagai bahan penilaian
Dalam jangka panjang penyempurnaan penyempurnaan dari aplikasi
SITEMAN TERNAK . ini diharapkan bisa terintegrasi dengan aplikasi aplikasi
Bidang peternakan dan kesehatan hewan sehingga mampu mendukung untuk
sebagai bagian dari penilaian SKP Bagi ASN di Balai Veteriner Banjarbaru.

iv
BAB VI
KESIMPULAN

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam rangka peningkatan kinerja organisasi


menjadi sesuatu yang harus terus diupayakan untuk dilakukan oleh seorang
Administrator sehingga mampu mewujudkan kepemimpinan yang transformatif dalam
suatu organisasi. Komitmen juga harus terus terjaga dalam pelaksanaannya dari level
pimpinan sampai dengan staf sehingga perubahan perubahan inovatif bagi Balai
Veteriiner Banjarbaru dalam selalu didukung dan berkembang lebih baik;

SITEMAN TERNAK merupakan salah satu sistem aplikasi yang dikembangkan


di Balai Veteriner Banjarbaru dalam rangka peningkatan kinerja organisasi melallui
kerjasama dengan berbagai stakeholder untuk menunjang pelaporan data populasi dan
status kesehatan hewan yang terkini sehingga mampu menjadi bahan kebijakan
pengendalian dan deteksi deni Penyakit Hewan Menular Startegis dan Zoonosis’

Implementasi SITEMAN TERNAK di beberapa Kabupaten dan Perusahaan


Integrasi Ternak sapi yang terintegrasikan dengan pengujian Laboratorium menunjukkan
bahwa pendataan ternak dan status kesehatan ternak menjadi sesuatu yang penting
dalam penanganan wabah PMK di Kalimantan
Pengembangan sistem ini masih sangat diperlukan untuk peningkatan kinerja Balai
Veteriner Banjarbaru dan Upaya upaya pengendalian dan deteksi din i Penyakit Hewan
Menular Strategis dan bisa menjadi bagian dari penilaian SKP di Balai Veteriner Banjarbaru
melalui target target sampel yang harus ditetapkan oleh masing maisng ASN

v
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2019. Modul Manajemen Risiko, Jakarta;

Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2019. Modul Komunikasi Efektif, Jakarta;

Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE);

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21


Tahun 2013 Tentang Program Pendidikan Pelatihan Kepemimpinan Reformasi
Birokrasi;

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2020 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor 45 tahun 2020 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Lingkup Badan Penyuluhan Dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian;

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Satu Data
Indonesia oleh Walidata dan Produsen Data Lingkup Kementerian Pertanian;

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 16 Tahun 2019 tentang Pelatihan
Kepemimpinan Administrator;

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik..

vi
BIODATA

Putut Eko Wibowo adalah nama


penulis aksi perubahan ini. Penulis
lahir di Jakarta, pada tanggal 06
Agustus 1974. Penulis menempuh
Pendidikan kuliah S1 di Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor, dan melanjutkan Pendidikan
kuliah S2 di Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Saat ini penulis bekerja sebagai
Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Kementerian Pertanian sebagai
Kepala Balai pada Balai Veteriner
Banjarbaru.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya
kepada Allah SWT, dan berterima kasih atas segala dukungan yang
diberikan kepada Penulis sehingga dapat terselesaikannya aksi
perubahan yang berjudul Sistem Integrasi Monitoring Populasi dan
Kesehatan Hewan Ternak Sapi di Balai Veteriner Banjarbaru

vii
Lampiran 1

1. Perjanjian Kinerja DITJEN PKH terkaita kegiatan Pengendalian


Penyakit Hewan Menular Startegis dan Zoonosis ada di Point 3 dan 4

viii
2. Perjanjian Kinerja Direktorat Kesehatan Hewan Terkait Pengendalian
dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Zoonosis

ix
Lampiran 2 Jadwal Palang Rencana Rancangan Aksi Perubahan
Perubahan Jadwal Palang Pelaksanaan Aksi Perubahan
Lampiran 3 SK TIM EFEKETIF
Lampiran 4 . Aplikasi SITEMAN TERNAK

Lampiran 4 . Aplikasi SITEMAN TERNAK

Gambar 1 Peta Ternak


Lampiran 5 foto foto kegiatan Implementasi SITEMAN TERNAK

Anda mungkin juga menyukai